2012#1 introduction to prosthodontics
Post on 23-Dec-2015
63 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TOOTH LOSS is a process in
which one or more teeth come
loose and fall out = Partial Edentulism
EDENTULISM is the state of
having loss all of natural teeth
Hasil studi dari beberapa negara dan
bermacam populasi yang dilakukan sejak
pertengahan tahun 1980an, melaporkan
bahwa penyebab utama kehilangan gigi
adalah penyakit Karies Gigi, kecuali pada
pasien usia > 70 thn.
Dental Caries (≤ 35 years old)
Periodontal Disease (≥ 35 years old)
Penyebab lainnya...
TRAUMA
TOOTH GRINDING (BRUXISM)
SISTEMIC DISEASE (DIABETES MELLITUS)
BAD HABIT (SMOKERS & ALCOHOLIC )
Studi menunjukkan bahwa perokok beresiko untuk kehilangan
giginya 2 kali dari non-perokok. Merokok dan minum minuman
beralkohol akan meningkatkan resiko terpapar penyakit
periodontal dan meningkatkan derajat keparahan penyakit periodontal sehingga gigi tanggal.
Penyebab lainnya..
POOR NUTRITION
Kurangnya nutrisi akan menurunkan ketahanan
rongga mulut terhadap infeksi, misalnya
berkurangnya asupan Kalsium (untuk densitas
mineral dalam tulang penyangga gigi) akan
mempengaruhi retensi gigi dan meningkatkan resiko
gigi hilang.
Apabila, asupan gula, karbohidrat dan asam
meningkat maka akan merusak gigi dan gingiva.
Penyebab Lainnya..
NOT REPLACING LOST TEETH akan berakibat
pada rusaknya gigi-gigi yang lain.
Ketika gigi hilang, maka tulang penyangganya akan
beresorbsi. Hika gigi yang hilang tersebut tidak
digantikan, maka gigi di sebelahnya dan gigi
antagonisnya akan bergerak mengisi rongga yang
kosong dan merusak gingiva sehingga gigi tersebut
akan hilang.
Kehilangan gigi juga berakibat beban yang diterima
gigi-gigi tersisa menjadi berlebih sehingga gigi yang
tersisa dapat menjadi atrisi dan fraktur.
Elham Emami et al (2013) melaporkan bahwa edentulisme erat
kaitannya dengan faktor sosioekonomi sehingga seringkali
ditemukan pada populasi masyarakat menengah ke bawah
dan pada perempuan.
Rasio edentulisme pada masyarakat menengah ke bawah 6x
lebih tinggi dibanding menengah ke atas. Faktor lain yang
mempengaruhi prevalensi kehilangan gigi yaitu usia,
tingkat pendidikan, akses ke sarana kesehatan gigi dan
mulut, rasio drg – populasi dan polis asuransi.
(Elham Emami, Raphael Freitas de Souza, Marla Kabawat, and Jocelyne S. Feine; Review Article The Impact of
Edentulism on Oral and General Health. International Journal of Dentistry Volume 2013, p.1-7)
Locker (1988) :
“Edentulism can lead directly to
impairment, functional limitation,
physical – psychological and social
disability, and handicap”
(D. Locker, “Measuring oral health: a conceptual framework,”Community
Dental Health, vol. 5, no. 1, pp. 3–18, 1988)
Perubahan fisiologis normal Kondisi edentulisme total mempunyai efek signifikan
terhadap resorpsi residual ridge penurunan tinggi
tulang alveolar dan luas area penyangga gigi tiruan
tampilan pada wajah dan mengurangi tinggi wajah.
Penurunan lebar dan tinggi tulang alveolar berakibat
pada perubahan profil jaringan lunak, misalnya protrusi
pada bibir bawah dan dagu. Tetapi, terdapat variasi
perubahan degeneratif yang berbeda di tiap pasien
dan etiologinya belum jelas. Namun dipercaya krn
pengaruh kombinasi faktor lokal dan sistemik, usia, jenis
kelamin, lama kehilangan gigi, kebiasaan
parafungsional, dan kondisi kesehatan umum pasien.
Faktor resiko terganggunya pengunyahan Beberapa studi melaporkan bahwa indikator penting
untuk menilai efisiensi mastikasi adalah menghitung
jumlah unit gigi yang berfungsi.
Menurut studi yang mempelajari kaitan fungsi oral
dengan gigi geligi, jumlah gigi yang kurang dari 20
unit dengan 9 hingga 10 pasang unit gigi yang
berkontak cenderung terjadi gangguan performa,
efisiensi dan kemampuan pengunyahan seseorang.
Menurut studi, pengguna gigi tiruan hanya memiliki
kekuatan gigit dan pengunyahan 1/5 – ¼ kekuatan
gigit dan pengunyahan individu yang bergigi.
Faktor resiko terganggunya pengunyahan Selain itu pengguna gigi tiruan penuh, membutuhkan
gerakan pengunyahan 7x lebih banyak
dibandingkan seseorang dengan gigi asli hanya
untuk dapat memotong makanan menjadi lebih kecil
ukurannya.
Ketebalan otot masseter berkurang pada pasien
edentulous berakibat pada menurunnya
kemampuan gigitan pasien. Oleh karena itu pasien
pengguna gigi tiruan penuh sulit mengunyah
makanan yang keras.
Studi: kehilangan gigi berakibat buruk pada diet dan
pemilihan makanan pasien.
Menentukan kesehatan rongga mulut
Kondisi edentulisme juga dapat disertai oleh defisiensi
fungsi dan sensoris dari mukosa mulut, otot-otot mulut
dan kelenjar saliva.
Menurunnya kemampuan regenerasi dan resistensi
jaringan pada populasi edentulisme, akan
mengganggu fungsi proteksi mukosa mulut.
Menurut MacEntee et al (1998), pada pengguna gigi
tiruan lebih banyak untuk terjadi hiperplasia, stomatitis
dan angular cheilitis.
Menurut beberapa studi, kehilangan gigi dapat
mempengaruhi kesehatan umum pasien dalam hal:
a. Asupan sayur, buah, makanan berserat , carotene
yang rendah dan meningkatnya asupan kolesterol dan lemak meningkatnya prevalensi obesitas
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan
gastrointestinal.
b. Meningkatnya angka kejadian inflamasi kronis pada
mukosa lambung, kanker pankreas dan
gastrointestinal serta ulser peptik atau duodenal.
c. Meningkatnya resiko non insulin-dependent diabetes
mellitus.
d. Meningkatnya resiko penyakit ginjal kronis.
e. Meningkatnya resiko penyakit hipertensi, stroke,
abnormalitas electrocardiographic (ECG), ischemic heart disease, dan aortic valve sclerosis.
Studi menunjukkan adanya kaitan antara edentulisme
total dengan meningkatnya resiko penyakit jantung
koroner. Selain itu, jumlah gigi yang tersisa dapat
digunakan sebagai prediktor kelainan kardiovaskular.
f. Menurunnya fungsi aktivitas harian, terutama aktivitas
yang berpengaruh pada kesehatan dan kualitas hidup.
g.Terdapat kaitan antara edentulisme dan sleep-disordered breathing, termasuk obstructive sleep
apnea.
Definisi quality of life (QoL)
“an individual’s perception of his or her position
in life, in the context of the culture and value systems in which they live, and in relation to their
goals, expectations, and concerns”
(K. C. Calman, “Quality of life in cancer patients—an hypothesis,”Journal of Medical Ethics, volume 10, pp. 124–127, 1984).
Quality of Life seseorang, sebagian besar dipengaruhi
oleh kesehatan rongga mulutnya. Persepsi mengenai
bagaimana kondisi rongga mulut mempengaruhi
aktivitas harian dan kesejahteraan seseorang disebut
oral health-related quality of life (OHQoL).
Edentulisme dapat merubah beberapa area yang
akan melemahkan nilai QoL (mis. gangguan
pengunyahan, denture trauma, permasalahan
estetik, atau persepsi terhadap diri yang negatif).
(Elham Emami, Raphael Freitas de Souza, Marla Kabawat, and Jocelyne S. Feine; Review Article
The Impact of Edentulism on Oral and General Health. International Journal of Dentistry Volume
2013, p.1-7)
Studi yang dilakukan Davis et al (2000) menyatakan
bahwa 45% subyek penelitiannya merasa tidak siap
dalam menghadapi efek dari kehilangan giginya dan
berasumsi bahwa dokter gigi tidak memberikan
penjelasan tentang efek kehilangan gigi.
Oleh karena itu 45% partisipan studi tersebut
mengalami kesulitan untuk menerima hilangnya gigi-
gigi mereka sehingga merasa kurang percaya diri
yang berakibat menurunnya aktivitas harian dan
menurunkan kualitas hidup partisipan.
(D.M Davis, J.Fiske, B.Scott, D.R. Radford. The emotional effects of tooth loss; a preliminary quantitative study. British Dental Journal Vol. 188 no.9 year 2000)
)
Edentulisme berpengaruh negatif terhadap fungsi
rongga mulut, kehidupan sosial dan aktivitas harian
pasien.
Fungsi oral yang kurang baik terbukti menurunkan rasa
percaya diri dan psikososial pasien.
Pasien yang kehilangan giginya akan menghindari
untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial karena
merasa malu untuk berbicara, tersenyum atau makan
di hadapan orang lain sehingga cenderung menarik
diri dari pergaulan.
(Elham Emami, Raphael Freitas de Souza, Marla Kabawat, and Jocelyne S. Feine; Review Article
The Impact of Edentulism on Oral and General Health. International Journal of Dentistry Volume
2013, p.1-7)
berasal dari bahasa Yunani dan Latin :
a. prosthesis
(artificial substitute for a body part / an appliance
which replaces lost or congenitally missing tissue)
b. odontia
(the teeth)
Prostodonsia adalah cabang ilmu Kedokteran Gigi
yang bertujuan untuk merestorasi dan mempertahan
kan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan
kesehatan pasien, dengan cara merestorasi struktur
gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah
tanggal, jaringan rongga mulut serta maksilofasial
yang rusak dengan pengganti tiruan (Academy of Prosthodontics, 1995)
Tujuan Perawatan
Prostodontik
Mengembalikan fungsi kunyah
Memperbaiki penampilan/estetik
Memperbaiki fungsi bicara
Memelihara kesehatan rongga mulut
(terutama sistem stomatognatik)
Stabilisasi lengkung rahang
dan oklusi
Shillingburg et
al (1997)
PROSTHO
DONTICS
FIXED PROSTHODONTICS
MAXILLO
FACIAL
PROSTHETICS
REMOVABLE PROSTHODONTICS
IMPLANT
PROSTHO
DONTICS
FIXED PROSTHODONTICS
INTRACORONAL RESTORATION
INLAY
ONLAY
PINLEDGE
EXTRACORONAL RESTORATION
CROWN
RADICULAR RETAINED
RESTORATION
POST AND CORE
FIXED PARTIAL DENTURE/BRIDGE
= GIGI TIRUAN CEKAT
Cabang Ilmu Prostodonsia yang
merestorasi dan atau mengganti struktur
gigi yang rusak atau gigi geligi yang hilang
dengan pengganti tiruan yang tidak
dapat dilepas dari rongga mulut
(Academy of Prosthodontics, 1995)
Untuk merestorasi bagian eksternal gigi yang
telah dipreparasi sesuai kontur yang
kompatibel dengan desain restorasi.
Retensi dan resistensi didapatkan dari
ketepatan perlekatan restorasi dengan
dinding-dinding eksternal gigi yang
dipreparasi.
disebut juga dengan CROWN
“suatu pengganti tiruan yang merestorasi
seluruh atau sebagian struktur gigi yang hilang atau rusak, dengan material seperti
logam tuang, porcelain atau kombinasi dari
logam dan porcelain” (Glossary of Prosthodontics, 1999)
1. Complete/Full Veneer Crown
2. Partial Veneer Crown
3. Laminates Veneer
4. ¾ crown
5. Reverse ¾ crown
6. 7/8 crown
7. One-half crown
8. Resin bonded restoration/Maryland
bridges
a. Complete/Full Veneer Crowns
merestorasi seluruh permukaan klinis gigi.
b. Partial Veneer Crowns
merestorasi sebagian permukaan klinis gigi.
c. Three-quarter Crowns (3/4 Crowns)
merestorasi permukaan oklusal dan 3 dari ke-4
permukaan aksial gigi (kecuali permukaan labial/
bukalnya)
d. Reverse Three-quarter Crowns
merestorasi seluruh permukaan gigi kecuali
permukaan lingualnya.
e. Seven-eight crowns (7/8 Crowns)
merupakan perluasan
dari mahkota ¾ dan
melibatkan sebagian besar
permukaan labial/bukal gigi.
f. One-half Crowns Veneers
merestorasi permukaan oklusal dan mesial gigi, atau
permukaan labial dan lingual.
Terkadang diindikasikan sebagai retainer untuk
penyangga gigi tiruan jembatan dengan sisi mesial
gigi penyangga tilting mis. pada mesially tilted
molar.
g. Laminates Veneers
merupakan veneers yang merestorasi permukaan
labial/bukal gigi untuk memperbaiki estetik, terbuat
dari material resin atau porcelain yang dilekatkan
pada enamel gigi yang telah dietsa dengan composite resin -uting agents perlekatan
mikroretensi.
h. Resin bonded restoration
merupakan cast-metal partial veneers yang
dilekatkan pada permukaan enamel gigi yang telah
dietsa.
Umumnya digunakan sebagai retainer gigi tiruan
jembatan dan seringkali disebut sebagai Maryland
Bridge
Retensi dan resistensi restorasi didapatkan dari kontak
bagian dalam restorasi dengan sebagian mahkota gigi
yang dipreparasi.
Macam :
1. Inlay
2. Onlay
3. Pinledge : merupakan modifikasi preparasi gigi
anterior yang akan direstorasi dengan mahkota ¾
dan bertujuan untuk mempertahankan retensi –
resistensi utamanya menggunakan pin sejajar yang
berukuran panjang (long parallel pins).
Terdiri dari bentukan inti (core) yang melekat
pada pasak (post) atau dowel sebagai
retensi dan resistensi restorasi mahkota pada
gigi pasca perawatan saluran akar.
Macam :
1. Custom cast dowel crown
2. Prefabricated dowel crown
“atau disebut fixed partial denture merupakan
suatu gigi tiruan sebagian yang dilekatkan
pada atau ditahan oleh satu atau lebih gigi
asli, sisa akar gigi dan atau abutment
implant,untuk mengganti satu atau lebih gigi
asli yang hilang dan berfungsi sebagai
dukungan primer protesa “ (Glossary of Prosthodontics, 1999)
Restorasi yang menggantikan satu atau lebih
gigi yang hilang dan dilekatkan secara
permanen pada gigi yang tersisa.
Gigi yang digantikan disebut pontic
sedangkan gigi yang menyangga restorasi ini
disebut abutment.
Restorasi yang dilekatkan menggunakan
semen pada abutment disebut retainer dan
dilekatkan pada pontic oleh konektor.
Komponennya terdiri dari :
1. Penyangga/Abutment
2. Retainer
3. Pontic/Dummy
4. Penghubung/Joint atau Connector
5. Satuan/Unit
Cabang ilmu Prostodonsia yang
menggantikan gigi geligi ataupun jaringan
rongga mulut pada rahang tidak bergigi
atau rahang bergigi sebagian dengan
pengganti tiruan yang dapat dilepas dari
rongga mulut (Academy of Prosthodontics, 1995)
“ merupakan cabang ilmu
prostodonsia yang merestorasi
kehilangan gigi dan atau jaringan
rongga mulut dengan
menggunakan restorasi yang
melekat pada implant gigi” (Glossary of Prosthodontics, 1999)
“cabang ilmu prostodonsia yang
merestorasi dan atau mengganti
struktur stomatognatik dan kraniofasial
yang hilang dengan menggunakan
protesa yang penggunaannya dapat
atau tidak dapat dilepas”
(Glossary of Prosthodontics, 1999)
1. Obturator
2. Bottle Feeding Obturator
3. Protesa Okular
4. Protesa Orbita
5. Protesa Nasal
6. Protesa Auricular
top related