#18 cekungan jawa barat utara
Post on 10-Dec-2015
230 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
18. CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
18.1 REGIONAL
Nama Cekungan Polyhistory : Paleogene Cratonic Fracture - Neogene Continental
Interior Sag Basin.
Klasifikasi Cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Produksi Hidrokarbon.
18.1.1 Geometri Cekungan
Cekungan Jawa Barat Utara terletak disebelah utara atau di belakang Busur Gunung Api Jawa,
sehingga saat ini dikenal sebagai cekungan busur belakang (back-arc basin). Namun berdasarkan
beberapa penulis, pembentukan cekungan ini tidak berhubungan dengan struktur back-arc tapi
terbentuk sebagai pull-apart basin.
Secara geografis cekungan ini berada pada 106º 30' - 108º 40' BT dan 5º 00' - 6º 50' LS.
Berbatasan dengan Seribu Platform di bagian barat, Cekungan Sunda dan Asri di sebelah
baratlaut, dan di utara, berbatasan dengan Arjuna Platue. Bagian timur laut berbatasan dengan
Cekungan Vera dan Busur Karimun Jawa. Sebelah timurnya berbatasan dengan Cekungan Jawa
Tengah Utara, dan di bagian selatan berbatasan dengan Cekungan Bogor yang dibatasi oleh
Sesar Baribis (Error: Reference source not found).
Penarikan batas Cekungan Jawa Barat Utara lebih dikontrol oleh batas isopach yang dipotong
pada nilai 1.500 m (Gambar 18.2). Pada peta anomali gaya berat (Gambar 18.2) terlihat adanya
anomali positif pada batas selatan cekungan. Di dalam cekungan juga terdapat beberapa anomali
yang menunjukkan rendahan dan tinggian. Rendahan dan tinggian ini merepresentasikan sub-
cekungan yang ada didalamnya.
Cekungan Jawa Barat Utara memiliki luas area 23.340 km2, dan tebal endapan sedimen
berdasarkan data isopach berkisar 2.000 – 4.500 m, dengan penebalan endapan ke selatan
cekungan.
Gambar 18.1 Lokasi Cekungan Jawa Barat Utara, kontur isopach, dan lokasi sumur pemboran.
18.2 TEKTONIK DAN STRUKTUR
18.2.1 Tektonik Regional
Lempeng Paparan Sunda dibatasi oleh kerak samudera di selatan dan pusat pemekaran kerak
samudera di timur. Bagian barat dibatasi oleh kerak benua, dan tidak jauh ke selatan dibatasi
oleh batas pertemuan kerak samudera dan benua berumur Kapur (ditandai adanya Komplek
Mélange Ciletuh) dan telah tersingkap sejak umur Tersier. Sejak awal Tersier (Oligosen Akhir),
kerak samudera secara umum telah miring ke arah utara dan tersubduksi dibawah Dataran Sunda
(Hamilton, 1979).
Tektonik kompresi dan ekstensi dihasilkan oleh gaya tekan pergerakan Lempeng Indo-Australia
dan putaran Kalimantan ke utara, membentuk rift atau half-graben sepanjang batas selatan
Lempeng Paparan Sunda pada Eosen - Oligosen (Hall, 1997). Karakter struktur di daratan terdiri
atas perulangan struktur cekungan dan tinggian, dari barat ke timur, yaitu Tinggian Tangerang,
Cekungan Ciputat, Tinggian Rengasdengklok, Cekungan Pasir Putih, Tinggian dan Horst
Pamanukan-Kandanghaur, Sub-Cekungan Jatibarang, dan Cekungan Cirebon (Gambar 18.3).
Pola struktur batuan dasar di lepas pantai yang terbentuk termasuk Cekungan Sunda dan Asri,
Seribu Platform, Cekungan Arjuna, Tinggian F, Cekungan Vera, Eastern Shelf, Cekungan
Billiton, Busur Karimun Jawa, dan Bawean Trough. Beberapa bukti menunjukkan adanya
gabungan antara symmetrical sag dan half-graben pada tektonik awal pembentukan cekungan di
daerah Jawa Barat Utara.
Gambar 18.3 Kerangka struktur batuan dasar cekungan-cekungan di disekitar Jawa Barat Utara
(PERTAMINA-BPPKA, 1996).
18.2.2 Struktur Geologi
Bagian utara didominasi oleh struktur ekstensi, sedangkan struktur kompresi sedikit sekali.
Sesar-sesar yang terbentuk di cekungan yaitu sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara, utara dan
timurlaut yang membentuk rift dan beberapa cekungan pengendapan yang dikenal sebagai Sub-
Cekungan Arjuna Utara, Arjuna Tengah, dan Arjuna Selatan, serta Sub-Cekungan Jatibarang,
dan sesar-sesar geser menganan berarah timur-timurlaut.
Fase rifting pada Eosen-Oligosen, memiliki arah ekstensi utama berarah timurlaut-baratdaya
hingga barat-timur. Cekungan ini tidak terbentuk sebagai cekungan busur belakang, namun
sebagai cekungan pull-apart (Gambar 18.4). Hamilton (1979), menyebutkan adanya dua hal
yang dapat menjelaskan tersebut yaitu, pertama, arah ekstensi cekungan hampir tegak lurus
dengan zona subduksi saat ini, dan kedua, kerak benua yang tebal terlibat dalam pembentukan
struktur rift cekungan tersebut.
Gambar 18.4 Model pull-apart basin pola struktur Cekungan Jawa Barat Utara.
18.2.3 Tektonostratigrafi
Terdiri atas dua grup sedimen, yaitu syn-rift sedimen yang didominasi oleh non-marin/sedimen
darat, dan post-rift sedimen (sag) yang didominasi oleh sikuen endapan marin dan transisi.
Batuan dasarnya merupakan batuan dasar Pra-Tersier yang mewakili kerak benua Daratan
Sunda, terdiri atas batuan beku dan metamorf berumur Kapur atau lebih tua, juga endapan klastik
dan gamping yang terbentuk pada awal Tersier. Sebaran batuan dasar lebih didominasi oleh
granodiorit dan diorit di sebelah barat, batuan metamorf dan batuan volkanik di sebelah timurnya
(Gambar 18.5).
Gambar 18.5 Sebaran batuan dasar di daerah Jawa Barat Utara.
Endapan syn-rift (Paleosen?/ Eosen-Miosen Awal), diawali pengendapan Formasi Jatibarang (di
Cekungan Sunda, terendapkan Formasi Banuwati) yang dicirikan oleh perselingan volkanik-
klastik dan sedimen lakustrin. Selanjutnya (Oligosen-Miosen Awal) diendapkan secara tak
selaras Formasi Talangakar ekuivalen yang terdiri atas Anggota Zelda (Talang Akar bagian
bawah, berperan sebagai reservoir) dan Anggota Gita (Talang Akar bagian atas). Endapannya
didominasi oleh sedimen non-marin yang terdiri dari fluviatil batupasir, serpih, dan batubara
(serpih dan batubara dari Anggota Zelda menjadi sumber batuan induk).
Endapan Post-rift/sag basin fill (Miosen Awal-Plistosen), merupakan fase transgresif di daerah
Laut Jawa. Pada endapan post-rift tersebut diendapkan secara selaras batugamping Formasi
Baturaja ekuivalen dan batupasir (merupakan bagian atas dari Anggota Gita). Pengendapan
selanjutnya berupa endapan laut dangkal Formasi Cibulakan Atas dan Foramsi Parigi.
Pengendapan terakhir ialah Formasi Cisubuh yang berada dibawah endapan aluvial yang terjadi
hari ini.
18.3 STRATIGRAFI
Kerangka stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara didasari oleh batuan dasar Pra-Tersier yang
terdiri dari batuan beku dan metamorf, serta sedimen yang berumur Tersier Awal. Diatasnya
ditutupi oleh Formasi Banuwati yang tak selaras diatasnya. Formasi Banuwati ini sebanding
dengan Formasi Jatibarang yang ditemukan di sebelah timur cekungan. Selanjutnya diendapkan
Formasi Talang Akar Ekuivalen, dan Formasi Baturaja yang mencirikan berkurang atau
terhentinya aktifitas tektonik pada umur tersebut.
Di atas Formasi Baturaja diendapkan Formasi Gumai, lalu Formasi Air Benakat, dan terakhir
Formasi Cisubuh diendapkan sebelum endapan aluvial saat ini. Selain batuan tersebut didapati
pula beberapa batuan beku yang berhubungan dengan aktifitas tektonik yang terjadi di Pulau
Jawa.
18.3.1 Batuan Dasar
Terdiri atas batuan Pra-Tersier yang merepresentasikan kerak benua Daratan Sunda. Terdiri dari
batuan beku dan metamorf berumur Kapur dan lebih tua, juga batuan yang lebih muda yaitu
batugamping dan sedimen klastik Tersier Awal. Batuan metasedimen, batuan beku, dan meta-
batuan beku ini merupakan produk subduksi aktif selama Kapur dan Paleosen. Berdasarkan data
umur, metamorfisme regional berakhir pada Kapur Akhir, sedangkan deformasi, pengangkatan,
dan erosi terus berlangsung hingga Paleosen.
18.3.2 Formasi Banuwati
Berumur Eosen-Oligosen, diendapkan pada early rift-fill aluvial dan fluviatil, later marginal-
lacustrine, fluvial, delta, dan turbidit. Terjadi progradasi menjadi lingkungan laut dalam ketika
fasies lakustrine sedang diendapkan.
Formasi ini sebanding dengan Formasi Jatibarang yang terdiri atas endapan volkanik. Formasi
Jatibarang menutupi secara tidak selaras batuan dasar Pra-Tersier. Terdiri atas tufa yang
berselingan dengan batuan ektrusif gunung api, dengan ketebalan lebih dari 1.200 m dan
umumnya menipis ke arah barat Sub-Cekungan Jatibarang. Tufa yang terekahkan merupakan
reservoir bagi minyak dan gas di daerah tersebut.
18.3.3 Formasi Talang Akar Ekuivalen
Formasi ini dibagi atas Anggota Zelda (Oligosen) dan Anggota Gita (Miosen). Stacked
sandstone sungai teranyam, distributary channel, dan fasies point bar yang menunjukkan pola
fluvial channel mengasar ke atas yang berbeda pada bagian bawah Anggota Zelda hingga
endapan amalgamated channel pada bagian atasnya. Mineral kaolinit yang terbentuk selama
diagenesa, semakin dalam semakin menyumbat rongga pori pada kedalaman sekitar 2.438,4 m.
Anggota Gita memiliki umur yang lebih muda ke arah utara, mengindikasikan transgresi laut
yang bergerak dari selatan ke utara. Batuannya terdiri dari batupasir distributary channel,
butirnya menghalus ke atas dan semakin ke atas berubah menjadi endapan laut.
18.3.4 Formasi Baturaja
Bagian bawah formasi ini terbentuk di atas paleotopografi berupa bukit atau lembah yang
terpotong dalam paparan dangkal (Park dkk., 1995 dalam Bishop, 2000). Seri Formasi Baturaja
merupakan terumbu dan karbonat lagoon yang berada di tepi Batuan Beku Pra-Tersier dan
Kepulauan Volkanik. Batugamping Formasi Baturaja bagian atas dan bawah, juga Batugamping
Gumai di lokasi ini terbentuk pada plunging platform yang berulang kali terendam dan
tersingkap.
Formasi Baturaja bagian atas terdiri dari batugamping yang terbentuk dalam kondisi highstand di
dalam interior platform yang dangkal, dengan sirkulasi air terbatas. Batuannya terdiri dari sikuen
wackestone yang selanjutnya ditutupi oleh packstone dan rudstone dengan runtuhan koral dan
berkurangnya kandungan lempung. Bagian atas setiap sikuennya menunjukkan peningkatan
porositas, bukti bahwa batugamping ini pernah tersingkap, diindikasikan pada bagian atas tiap
sikuen, dan diagenesa pada lingkungan vadose hadir pada bagian atas batas kontak dengan
Formasi Gumai (Wicaksono dkk., 1995).
18.3.5 Formasi Gumai
Terdiri atas dua anggota utama, yaitu Anggota Serpih dan Anggota Batugamping. Formasi
Gumai pada Miosen Awal menunjukkan adanya periode transgresi yang diakhiri dengan
pengendapan serpih secara regional. Sedangkan Batugamping Gumai hadir sebagai karbonat
tumbuh (buildup) di sebelah tenggara cekungan. Terdiri atas empat siklus batuan laut dalam
hingga dangkal, hanya batuan tertua yang terindikasi pernah tersingkap ke permukaan. Menurut
Wicaksono dkk (1995), fase pelarutan yang tersebar luas diakibatkan oleh pencucian platform
karbonat oleh air meteorik sebelum pengendapannya berakhir.
18.3.6 Formasi Air Benakat
Berupa sikuen batulempung berumur Miosen Tengah. Batuannya terdiri atas serpih dengan
beberapa perselingan batupasir dan batugamping, yang diendapkan pada lingkungan paparan
dalam hingga luar. Beberapa lapisan batupasir dan batugamping menjadi reservoir minyak dan
gas di dearah tersebut.
18.3.7 Formasi Cisubuh
Formasi ini berumur Miosen Akhir – Kuarter, terdiri dari serpih dengan sedikit perselingan
batupasir, konglomerat, dan sisipan serpih karbonatan pada bagian bawah, dan bagian atasnya
terdiri dari endapan volkanik muda dan aluvial (berumur Kuarter).
18.3.8 Batuan Beku
Terbentuk dalam beberapa periode dan berhubungan dengan mekanisme subduksi yang terjadi di
selatan Jawa. Pertama ialah magmatisme berumur Kapur Akhir – Paleogen, dilanjutkan dengan
magmatisme andesitik yang berlangsung hingga Eosen Awal. Selanjutnya ialah magmatisme
Pliosen berupa basalt alkali, dan hadir sebagai sill atau korok ataupun sebagai gunung api.
Gambar 18.6 Kolom stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara.
Dari penampang sesimik yang ada (Gambar 18.7), bentuk cekungan ini umumnya berupa graben-graben kecil di dalam beberapa
half-graben besar.
Gambar 18.7 Penampang seismik Cekungan Jawa Barat Utara; penampang A-B (PERTAMINA-BEICIP, 1992), penampang C-D dan
E-F (Anadarko, 2003).
18.4 SISTEM PETROLEUM
18.4.1 Batuan Induk
Terdiri atas batuan dari bagian atas Formasi Jatibarang, Anggota Cibulakan Bawah (Formasi
Talang Akar), Anggota Cibulakan Tengah (Formasi Baturaja). Formasi Baturaja juga dapat
bertindak sebagai batuan induk mengingat kandungan material organik yang cukup, meskipun
nilai HI rendah. Hal ini juga didukung oleh Napitulu dkk (1997) yang menyebutkan adanya
minyak dari karbonat yang ditemukan dalam sumur NWJ-1 dan NWJ-2.
18.4.2 Batuan Reservoir
Berupa batupasir tufa-volkanik Formasi Jatibarang, batupasir delta Anggota Cibulakan Bawah
(Formasi Talang Akar) dan batupasir delta Anggota Cibulakan Atas. Batugamping Formasi
Baturaja, Formasi Gumai, dan Formasi Parigi ditemukan di dalam dua sumur pemboran di
daerah Jatibarang.
18.4.3 Perangkap
Terdiri dari perangkap struktur berupa antiklin, sesar-antiklin, dan sesar. Juga didapati perangkap
stratigrafi, yaitu berupa perubahan fasies dan batugamping, ketidakselarasan dan pembajian.
18.4.4 Batuan Penyekat
Terdiri dari serpih Formasi Gumai dan Formasi Air Benakat, dan batulempung Formasi Cisubuh.
18.5 KONSEP PLAY REGIONAL
Play konsep untuk cekungan ini dapat dilihat pada Gambar 18.8 dan Tabel 18.1.
Gambar 18.8 Play konsep Cekungan Jawa Barat Utara (PERTAMINA-BEICIP, 1992).
Tabel 18.1 Play konsep Cekungan Jawa Barat Utara (PERTAMINA-BEICIP, 1992).
TypeTYPE
COMMENTSAGE FORMATION LIHOLOGY TRAP
1 PLIOCENE-MIOCENE
CISUBUH CARBONATE STRATIGRAPHIC STRUCTURAL
Submarine fan (turbidites). Negative factor: low porosities. Potential: not
proven play
2 LATE-MIDDLE MIOCENE
PARIGI CARBONATE REEF Fault act as migration pathways
3 MIDDLE MIOCENE PRE-PARIGI CARBONATE REEF Fault act as migration pathways4 MIDDLE MIOCENE MID-MAIN SANDSTONE REEF Associated to basement highs
5EARLY-MIDDLE
MIOCENE MASSIVE/MAIN CARBONATEDRAPE OR TILTED
FAULT BLOCK
6 EARLY MIOCENE BATURAJA CALCARENITE REEF Associated to basement highs
7 EARLY MIOCENE BATURAJA EQ. SANDSTONE STRATIGRAPHIC STRUCTURAL
Fans in the slope/ basin area of BRF carbonate platform
8 EARLY MIOCENE UPPER TAF SANDSTONE FOLD Upthrusted block
9 EARLY MIOCENE UPPER TAF SANDSTONE TILTED FAULT BLOCK
10 EARLY MIOCENE UPPER TAF SANDSTONE STRATIGRAPHIC Point bars/ channels/ crevasse splays11 EARLY MIOCENE UPPER TAF SANDSTONE DRAPE Draping over basement highs12 EARLY MIOCENE UPPER TAF SANDSTONE ROLL OVER FAULT
13 EARLY MIOCENE UPPER TAF SANDSTONE STRATIGRAPHIC onlaps and pinchouts against
basement
14 OLIGOCENE LOWER TAF SANDSTONE STRATIGRAPHIC onlaps and pinchouts against
basement
15 OLIGOCENE LOWER TAF SANDSTONE TILTED FAULT BLOCK
16 OLIGOCENE BANUWATISANDSTONE
CONGLOMERATE STRATIGRAPHIC Alluvial fan (proven play)
17 OLIGOCENE JATIBARANG VOLCANICLASTICS TILTED FAULT BLOCK
Negative factor: discontinuous and generally poor reservoir
18 PRE TERTIARY BASEMENT Fractured/ weathered basement
rocks (potential play)
19 OLIGOCENE TAF SANDSTONE STRATIGRAPHIC STRUCTURAL
Drapping, onlaps and pinchouts of TAF sandstone over or againts basement highs. Critical factor:
Presence and quality of source rocks.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W. van, 1949. The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff The Hague,
Netherlands.
Napitupulu, H., Mitteler, Richard M., Molelos-Gamia, J.A., 1997, Differentiation Of Oils From
The Nw Java Basin Into Three Oil Types Based On Biomarker Composition,
Proceedings Of The Petroleum Systems Of Se Asia And Australasia Conference,
Indonesian Petroleum Association.
PERTAMINA dan BEICIP FRANLAB, 1992, Global Geodynamics, Basin Classification and
Exploration Play-types in Indonesia, Volume I, PERTAMINA, Jakarta.
Wright, A.V.R., 1995, Seismic Atlas of Indonesian Oil and Gas Fields: Vol. II: Java,
Kalimantan, Natuna, Irian Jaya, MAXUS SE Sumatra, Inc.
top related