am-ssb

27
AM/SSB Demonstrator BAB 1. PEMANCAR AM/SSB 1.1.Balanced Modulator 1.1.1. Tujuan : Penghasil perkalian sinyal dari dua sinyal input (mic/tone dan osilator). 1.1.2. Alat yang digunakan : 1) Transceiver AM/SSB Demonstrator FT180 2) Oscilloscope (20 MHz) 3) Kabel BNC to BNC : 2 buah 4) Microphone YM 36 (bila perlu) 5) Pencacah frekuensi (bila perlu) 1.1.3. Teori : Pemancar pada Transceiver SSB/AM Demonstrator FT180 ini diawali dari rangkaian modulator balans yang mengalikan sinyal input yang berasal dari microphone (YM36) atau tone generator 1,5 kHz dengan frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz. Output gelombang pembawa ini juga digunakan pada sistem penerimaan SSB yang dapat dilihat pada TP 2. Keluaran dari modulator balans adalah DSB-SC yaitu frekuensi-frekuensi (10,7 MHz ± 1,5 kHz) berupa sisi-sisi atas (USB) dan sisi bawah (LSB) dengan pembawa ditekan. Untuk menghasilkan sinyal SSB kemudian akan diteruskan pada filter-filter jalur sisi, yaitu filter bandpass sempit yang akan hanya meneruskan jalur sisi frekuensi yang dikendaki. Jika pilihan tombol SSB pada LSB maka titik potong filter jalur sisi adalah diantara (10,7 MHz – 1,5 kHz). Agar keluaran pemancar berada pada frekuensi 2,182 MHz, diperlukan sebuah penguat RF dan mixer yang berfungsi mencampurkan output SSB dengan osilator lokal pada frekuensi 12,882 MHz. Untuk mencegah harmonisa dan cacat gelombang pada output pemancar perlu menggunakan penguat-penguat linier dan filter LPF sebelum dihubungkan ke antena atau dummy load, sebab output dari mixer adalah (12,882 ± 10,7) MHz PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO 1

Upload: dicky-eka-candra

Post on 14-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Modul / Jobsheet AM-SSB

TRANSCRIPT

  • AM/SSB Demonstrator

    BAB 1. PEMANCAR AM/SSB 1.1.Balanced Modulator

    1.1.1. Tujuan : Penghasil perkalian sinyal dari dua sinyal input (mic/tone dan

    osilator).

    1.1.2. Alat yang digunakan :

    1) Transceiver AM/SSB Demonstrator FT180

    2) Oscilloscope (20 MHz)

    3) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    4) Microphone YM 36 (bila perlu)

    5) Pencacah frekuensi (bila perlu)

    1.1.3. Teori :

    Pemancar pada Transceiver SSB/AM Demonstrator FT180 ini diawali dari

    rangkaian modulator balans yang mengalikan sinyal input yang berasal dari

    microphone (YM36) atau tone generator 1,5 kHz dengan frekuensi pembawa

    sebesar 10,7 MHz. Output gelombang pembawa ini juga digunakan pada sistem

    penerimaan SSB yang dapat dilihat pada TP 2. Keluaran dari modulator balans

    adalah DSB-SC yaitu frekuensi-frekuensi (10,7 MHz 1,5 kHz) berupa sisi-sisi atas (USB) dan sisi bawah (LSB) dengan pembawa ditekan. Untuk menghasilkan

    sinyal SSB kemudian akan diteruskan pada filter-filter jalur sisi, yaitu filter

    bandpass sempit yang akan hanya meneruskan jalur sisi frekuensi yang dikendaki.

    Jika pilihan tombol SSB pada LSB maka titik potong filter jalur sisi adalah

    diantara (10,7 MHz 1,5 kHz). Agar keluaran pemancar berada pada frekuensi

    2,182 MHz, diperlukan sebuah penguat RF dan mixer yang berfungsi

    mencampurkan output SSB dengan osilator lokal pada frekuensi 12,882 MHz.

    Untuk mencegah harmonisa dan cacat gelombang pada output pemancar perlu

    menggunakan penguat-penguat linier dan filter LPF sebelum dihubungkan ke

    antena atau dummy load, sebab output dari mixer adalah (12,882 10,7) MHz

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    1

  • AM/SSB Demonstrator

    dan bila diambil selisihnya adalah 2,182 MHz. Bila pemancar diinginkan untuk

    mode keluaran AM pilihan tombol harus diubah ke A3H.

    Sinyal suatu gelombang amplitudo modulasi, mempunyai power dua pertiga

    bagian terdapat pada pembawa(carrier) dan hanya sepertiga bagian terdapat pada

    kedua side-bandnya. Karena informasi sinyal tersebut hanya mengisi dua side-

    band, dan carrier hanya berfungsi sebagai gelombang pembawa saja, maka

    pemakaian power suatu transmitter dapat lebih efisien, jika carrier dihilangkan

    dan yang dipancarkan hanya kedua side-band atau sebuah side band saja. Salah

    satu cara untuk menghilangkan carrier tersebut, adalah dengan menggunakan

    sebuah balanced modulator. Prinsip sebuah balanced modulator, adalah

    memasukkan sinyal carrier sedemikian rupa, sehingga pada output hanya terdapat

    kedua side-bandnya saja. Juga output berharga nol atau mendekati harga nol, bila

    sinyal audio tidak ada. Output yang demikian dapat diperoleh dengan men-feeding

    audio sinyal secara push-pull, carrier frekuensi sinyal secara paralel dan output

    diambil secara push-pull. Penggunaan balanced modulator selain dalam SSB

    transmitter, juga banyak dipakai dalam carrier current telephone, measurement

    aparat dan dalam control sistem . rangkaian balanced modulator ada yang terdiri

    dari tabung, diode, transistor atau integrated circuit. Sedang pemilihan rangkaian

    balanced modulator tersebut, tergantung pada keadaan dan kebutuhannya. Telah

    dijelaskan bahwa balanced modulator adalah sebuah alat yang digunakan untuk

    meredam semaksimum mungkin gelombang carrier dari kedua side-band atau

    gelombang amplitudo modulasi. Setiap balanced modulator harus mempunyai

    sifat sebagai berikut, yaitu tidak ada output signal modulating input. Akibatnya ,

    output balanced modulator akan berupa kedua side-band dari gelombang

    amplitudo modulasi (DSB).

    Macam rangkaian dasar Balanced Modulator :

    1) Bipolar transistor Balanced Modulator

    2) Rectifier type Balanced Modulator

    1.1.4. Langkah percobaan :

    1) Pasang probe, TP1 pada kanal 1 dan TP 2 pada kanal 2.

    2) Hidupkan Oscilloscope.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    2

  • AM/SSB Demonstrator

    3) Atur posisi tombol TIME/DIV pada 0.5 msec

    4) Atur posisi tombol VOLT/DIV pada kanal 1, skala tegangan pada 0,05

    V/div dan kanal 2 pada 0,02 V/div.

    5) Hidupkan Demonstrator, atur tombol pilihan untuk mode LSB.

    6) Lihat dan gambar bentuk gelombang outputnya dan hitung tegangannya

    pada kanal1.

    7) Lihat dan gambar bentuk tegangannya pada kanal 2 (dengan men-switch

    function CALL ke bawah)

    8) Pindahkan probe kanal 2 pada TP3.

    9) Aturlah tombol TIME/DIV pada 0,1 msec dan tombol VOLT/DIV pada

    0,02V/div.

    10) Atur Trigger level sampai terlihat gambar yang bagus.

    11) Lihat dan gambar bentuk gelombang outputnya pada TP1 dan TP2.

    Blok diagram :

    A

    MIC

    TONE OSC.1,5 KHz

    A

    A BAL.MOD.

    bfr

    CAR. OSC.

    X_TAL10,7 MHz

    bfr

    Tp2

    Tp1

    call

    callib

    Gambar 1. Blok Diagram DSB SC Hasil pengamatan :

    Kanal 1 ( TP. 1 ) :

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    3

  • AM/SSB Demonstrator

    Kanal 2 ( TP. 2 ) :

    Pertanyaan:

    1) Tentukan frekuensi pada tiap-tiap pengamatan.

    2) Tentukan amplitudo level.

    3) Mengapa terjadi osilasi sebelum function call di switch ? Jelaskan !

    12) Pindahkan probe kanal 2 pada TP 3.

    Blok Diagram :

    A

    MIC

    TONE OSC.1,5 KHz

    A

    A BAL.MOD.

    bfr

    CAR. OSC.

    X_TAL10,7 MHz

    bfr

    T

    Tp1

    call

    callib

    Tp3

    13) Atur tombol time/div pada 0,1 msec dan tombol teganga

    volt/div.

    14) Atur trigger level sampai terlihat gambar yang bagus.

    15) Lihat dan gambarkan bentuk gelombang outputnya pada TP. 1

    16) Bandingkan keduanya.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO p2

    n pada 0,02

    dan TP. 3

    4

  • AM/SSB Demonstrator

    Hasil pengamatan :

    Kanal 1 ( TP. 1 ) :

    Kanal 2 ( TP. 3 ) :

    1.2. Pembangkitan SSB

    1.2.1.Tujuan : Melihat pada osiloskop bentuk pembawa dan salah satu

    gelombang sisi yang ditekan dan membandingkan dengan frekuensi sinyal

    informasi.

    1.2.1. Alat yang digunakan :

    1) Transceiver SSB/AM Demonstrator

    2) Oscilloscope (20 MHz)

    3) Pencacah Frekuensi

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    1.2.2. Teori :

    Metode Filter :

    Cara yang paling sederhana dalam pembangkitan signal SSB ialah dengan

    filtering. Output dari Balanced Modulator yang berupa Double Side Band

    Supression Carrier dilewatkan pada suatu filter. Pada filter, side band yang tidak

    diinginkan diredam, hingga didapat suatu output berupa suatu Single Side Band.

    Disini dipakai suatu konversi frekuensi SSB, karena filter mekanik (mechanical

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    5

  • AM/SSB Demonstrator

    filter) lebih baik untuk peredaman frekuensi yang tidak diinginkan dari pada

    dengan sistem kristal filter dengan ukuran komponen yang sama. Hal ini

    dikarenakan getaran mekanik punya kecepatan yang rendah daripada filter kristal.

    Karena itu panjang gelombang getaran secara mekanik lebih panjang.

    Output SSB Informasi

    Osilator Konversi

    Osilator Pembawa

    Mixer Balans

    Filter BPF

    Modulator Balans

    Penguat Audio

    Gambar 3. Blok Diagram Pembangkitan SSB Metode Filter

    Kelemahannya :

    1) Ukurannya lebih besar.

    2) Tak dapat membuat SSB pada frekuensi yang tinggi, sehingga diperlukan

    mixer untuk konversi ke frekuensi yang lebih tinggi.

    3) Harga filter mekanik cukup mahal.

    Metode Pergeseran Fasa :

    1) Mudah untuk mengubah dari satu sisi ke sisi yang lain.

    2) Dapat menghasilkan frekuensi SSB langsung pada frekuensi yang

    dikehendaki, sehingga mixer tidak begitu diperlukan.

    3) Frekuensi informasi yang rendah dapat digunakan pada kanal medium.

    Kelemahannya :

    1) Jika pergeseran fasa pada frekuensi audio tidak benar-benar sama dengan

    90, maka penekanan pada frekuensi sisi tidak dapat terjadi. 2) Rangkaian penggeser frekuensi rendah sangat kritis dan komplek.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    6

  • AM/SSB Demonstrator

    Input informasi

    Output USB

    Osilator Pembawa

    Rangkaian Penjumlah

    Penggeser Fasa 90

    ModulatorBalans

    Penggeser fasa 90

    Modulator Balans

    Penguat Audio

    Gambar 4. Metode Pergeseran Fasa

    Metode Weaver (Third Methoda) :

    1) Sangat baik, merupakan metoda yang paling baik.

    2) Output yang diinginkan dapat dipindah dengan perubahan yang sederhana.

    3) Frekuensi rendah dapat ditransmisikan.

    4) Gelombang sisi dapat diubah dengan mudah.

    5) Frekuensi output dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

    Kelemahannya : Rangkaiannya sangat komplek.

    Input informasi

    Output LSB

    Rangkaian Penjumlah

    Pembawa RF

    Pembawa Audio

    Modulator Balans

    Modulator Balans

    Low Pass Filter

    Low Pass Filter

    Penggeser Fasa 90o

    Penggeser Fasa 90o

    Modulator Balans

    Modulator Balans

    Gambar 4. Metode Ketiga

    1.2.3. Langkah percobaan :

    1) Pindahkan kanal 2 ke TP 4 dengan pengaturan tombol pilihan LSB.

    2) Atur osiloskop pada 50mV/div dan 1 s/div, amati dan gambar hasilnya. 3) Bandingkan hasil pengamatan pada TP 4 dan TP 3.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    7

  • AM/SSB Demonstrator

    Hasil pengamatan :

    Kanal 1 ( TP 3 ) :

    Kanal 2 ( TP 4 ) :

    1.3. Pembangkitan AM

    1.3.1. Tujuan :

    1) Untuk mengetahui gelombang amplitudo yang terdiri dari beberapa

    gelombang sinusoidal yang mempunyai hubungan khusus satu dengan

    yang lain.

    2) Agar dapat menggambarkan gelombang AM dan menghitung indek

    modulasi serta hubungan frekuensi informasi dengan pembawa

    termodulasi.

    1.3.2. Alat Yang Digunakan :

    1) Transceiver SSB/AM Demonstrator

    2) Oscilloscope (20 MHz)

    3) Pencacah Frekuensi

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    8

  • AM/SSB Demonstrator

    1.3.3. Teori :

    Modulasi amplitudo adalah suatu sistem modulasi yang mana besar amplitudo

    gelombang pembawa tegangan pemodulasi.

    Gelombang pembawa : Vc (t) = Vc sin c t Informasi : Vm (t) = Vm sin m t Dalam modulasi amplitudo be ar sud fasa dapat diabaikan dan tidak mengubah

    hasil akhir. Tetapi dalam mod

    dapat diabaikan.

    Amplitudo pembawa yang

    sebagai berikut :

    A(t) = Vc + Vm (t)

    = Vc + Vm sin m t

    Indeks modulasi m = VcVm

    VAM (t) = Vc { sin c t + ; dimana m < c Disini terlihat bahwa gelomba

    1) Frekuensi pembawa

    2) Frekuensi pembawa di

    3) Frekuensi pembawa di

    Spektrum frekuensi AM :

    LSB

    Gambar 6.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKA sulasi fre

    termodu

    ;

    m/2 co

    ng AM

    tambah

    kurangi

    carr

    ier

    USB

    Spektru

    SI RADIOutkuensi atau modulasi fasa hal tersebut tidak

    lasi (modulated carrier) dapat dituliskan

    = Vc (1 + VcVm sin m t)

    0

  • AM/SSB Demonstrator

    Perbandingan daya pada gelombang AM :

    Pc : PUSB : PLSB = 1 : m2/ 4 : m2/4

    Pt = Pc + PUSB + PLSB

    PcPt = (1 + m2/2)

    dimana Pt : total daya untuk pembawa termodulasi

    Pc : total daya untuk pembawa tanpa informasi

    Menghitung besaran index modulasi dari besaran arus :

    IcIt = 2/1 2m+

    It = Ic 2/1 2m+

    m = }1)/{(2 2 IcIt

    dimana It: arus pembawa termodulasi (rms)

    Ic: arus pembawa tanpa informasi (rms)

    Persamaan gelombang AM yang dimodulasi oleh beberapa gelombang sinus :

    VAM (t) = Vc {( 1 + m

    =

    1nn cos wm t ) cos wc t}

    = Vc { cos wc t + m

    =

    1nn/2 cos (wt + wm)t + cos (wt - wm)t}

    Bentuk gelombang AM sebagai fungsi waktu :

    VMIN

    VMAK

    Gambar 7. Bentuk Gelombang AM Fungsi waktu

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    10

  • AM/SSB Demonstrator

    Indek modulasi dari gelombang AM dari fungsi waktu :

    MINMAK

    MINMAK

    VVVVm +

    =

    1.3.4. Langkah percobaan : 1) Hidupkan transceiver demonstrator AM/SSB (FT 180)

    2) Hubungkan osiloskop kanal 1 pada TP 1 dan kanal 2 pada TP 3.

    Gambar blok diagram :

    A

    MIC

    TONE OSC.1,5 KHz

    A

    A BAL.MOD.

    bfr

    CAR. OSC.

    X_TAL10,7 MHz

    bfr

    Tp2

    Tp1

    call

    callib

    Tp 3

    bfr

    AMFILTER

    LSBFILTER

    USBFILTER

    AM

    USBLSB

    AM

    TX

    RX

    Gambar 8. Blok Diagram Pembangkit SSB

    3) Hidupkan osiloskop, atur posisi tombol time/div pada 5 msec dan tombol

    volt/div dari kanal 1 pada 0,01 V/div.

    4) Tombol Switch Mode pada A3H.

    5) Tekan tombol function CALL ke bawah.

    6) Amati gambar bentuk gelombang

    7) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan

    VMAK dan VMIN.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    11

  • AM/SSB Demonstrator

    Hasil Percobaan :

    Kanal 1 ( TP 1)

    Kanal 2 (TP 3)

    8) Pindahkan kanal 2 pada TP 4.

    9) Ulangi langkah 3 s.d. langkah 7.

    10) Tentukan indek modulasi AM.

    Hasil pengamatan :

    Kanal 2 (TP 4)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    12

  • AM/SSB Demonstrator

    1.4. Mixer

    1.4.1.Tujuan : Menentukan hasil konversi frekuensi dari modulator terhadap

    frekuensi osilator lokal ke frekuensi yang dikehendaki.

    1.4.2. Langkah percobaan :

    1) Alat yang dipergunakan seperti sebelumnya.

    2) Hubungkan kanal 1 osiloskop pada TP 4 dan kanal 2 pada TP 5.

    3) Atur tombol mode pada A3H.

    4) Tekan tombol CALL ke bawah.

    5) Amati bentuk gelombang pada TP 4 dan TP 5, ukur frekuensi pada TP 5.

    6) Pindahkan kanal 2 pada TP 6.

    7) Ulangi langkah 4, amati bentuk gelombang pada TP 6 dan ukur

    frekuensinya.

    Hasil pengamatan :

    Kanal 1 (TP 4)

    Kanal 2 (TP 5)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    13

  • AM/SSB Demonstrator

    Kanal 2 (TP 6)

    8) Ulangi semua percobaan Mixer untuk mode LSB.

    1.5. Penguat Daya RF

    1.5.1. Tujuan : Menentukan frekuensi output pemancar dan hasil penguatannya.

    1.5.2. Langkah percobaan :

    1) Seperti percobaan sebelumnya, hubungkan kanal 2 pada TP 7.

    2) Atur skala tegangan pada 10 Volt/div dan time base pada 1 s/div. 3) Amati bentuk gelombang baik untuk mode A3H maupun untuk mode

    LSB.

    4) Catat frekuensi yang dihasilkan pada TP 7.

    5) Bandingkan hasil amplitudo dari TP 7 dan TP 6.

    Hasil pengamatan :

    Kanal 2 (TP 7)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    14

  • AM/SSB Demonstrator

    BAB 2. PENERIMA AM/SSB

    2.1. Rangkaian Penala dan Mixer

    2.1.1. Tujuan : Mengamati bentuk gelombang setelah signal yang diterima antena melalui BPF

    (TP 9) dan setelah sinyal dicampur dengan lokal oscillator melalui suatu mixer

    sebelum dikuatkan, dan setelah dikuatkan lagi melalui IF filter.

    2.1.2. Alat Yang Digunakan :

    1) Osiloskop (20 MHz)

    2) Transceiver FT 180

    3) RF Signal generator

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    5) Pencacah frekuensi (bila perlu)

    2.1.3. Teori : Pada rangkaian pesawat penerima komponen pertama yang bertugas menangkap

    gelombang yang telah dipancarkan pada medium udara adalah antena. Kemudian

    gelombang yang telah ditangkap oleh antena akan diteruskan pada filter yang akan

    menyeleksi range frekuensi yang dapat dipilih sesuai dengan yang dikehendaki.

    Rangkaian selanjutnya adalah mixer yang akan memilih frekuensi yang lolos.

    Penyeleksian frekuensi ini dilakukan dengan pencampuran dua frekuensi antara

    frekuensi osilator dan frekuensi sinyal termodulasi. Pencampuran ini akan

    menghasilkan empat keluaran yaitu fo, fs, fo-fs, fo+fs, tapi yang dimanfatkan

    biasanya adalah selisihnya yang sering disebut frekuensi antara atau frekuensi

    intermediate (IF) jika frekuensi selisih yang dihasilkan sesuai dengan filter IF

    yang ada maka frekuensi akan diteruskan. Pada Transceiver AM/SSB FT-180 ini

    frekuensi kerjanya adalah 2,182 MHz, sedangkan osilator pencampur yang

    digunakan adalah sama dengan yang dipakai pada pemancar yaitu 12,882 MHz.

    Dengan demikian keluaran mixer selisihnya setelah di Mixer adalah 10,7 MHz.

    Gelombang yang dihasilkan dari keluaran filter IF adalah lebih besar

    amplitudonya daripada yang dihasilkan setelah mixer. Hasil dari keluaran filter IF

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    15

  • AM/SSB Demonstrator

    diteruskan ke filter USB atau LSB atau AM pemilihan ini akan menghasilkan

    gelombang yang sesuai dengan keinginan yang akan dikuatkan lagi sebelum

    didetektor untuk mendapatkan kembali gelombang informasi. Sedangkan untuk

    gelombang informasi yang dihasilkan dari detektor masih belum murni

    gelombang informasi melainkan masih bercampur dengan pembawa. Setelah itu

    akan diteruskan menuju rangkaian filter dan SQL yang akan menghasilkan

    bentuk gelombang informasi murni.

    Pencampuran terjadi bila sinyal input termodulasi dan osilator lokal bercampur

    melalui suatu rangkaian transfer yang tidak linier yang umumnya disebut

    rangkaian mixer. Keluaran dari rangkaian pencampur (mixer) banyak

    mengandung komponen-komponen sinyal termasuk frekuensi selisih dan jumlah,

    serta beberapa frekuensi harmonisanya. Oleh karena itu dengan osilator tertentu

    ada dua kemungkinan sinyal yang dapat lolos melalui rangkaian mixer dari

    frekuensi yang dikehendaki untuk keluar dari IF. Jika keluaran IF yang

    diharapkan adalah frekuensi selisih, misalkan untuk input sinyal 2,182 MHz

    sedangkan osilator lokal adalah 12,882 MHz untuk menghasilkan keluaran

    frekuensi IF yang dikehendaki adalah 10,7 MHz, maka ada frekuensi sinyal lain

    yang bila dicampur dengan osilator tersebut juga dapat menghasilkan selisih sama

    dengan frekuensi IF (10,7 MHz) yaitu frekuensi sinyal 23,582 MHz, frekuensi

    inilah yang dinamakan frekuensi bayangan (image frequency). Meskipun pada

    transceiver ini hal tersebut cukup sulit terjadi mengingat BPF yang ada pada sisi

    penala cukup jauh yaitu frekuensi tengah yang diloloskan adalah berada pada

    kisaran 2,182 MHz. Namun jika pemancar dengan frekuensi bayangan cukup

    besar amplitudonya kemungkinan pengaruhnya juga masih tetap ada, karena itu

    diperlukan suatu penekanan terhadap frekuensi bayangan tersebut ditentukan oleh

    BPF yang terletak pada bagian penala sebelum frekuensi tersebut dicampur pada

    mixer agar selisih yang sama dari sinyal yang tidak dikehendaki dapat terjadi.

    2.1.4. Langkah percobaan :

    1) Hubungkan RF signal generator dengan TP 8.

    2) Hubungkan kanal 1 osiloskop dengan TP 9 dan kanal 2 pada TP 5.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    16

  • AM/SSB Demonstrator

    Blok diagram :

    A

    A

    AGC

    BPFNBCTRLAMPDET

    NBGATE

    ANTTX

    RX

    Tp. 8

    Tp. 9Tp. 10

    Tp. 5

    Gambar 9. Blok Diagram Penguat RF

    3) Atur frekuensi RF signal generator pada 2, 182 MHz dan output 20 dBm.

    4) Hidupkan osiloskop, transceiver dan RF signal generator.

    5) Atur osiloskop dengan posisi tombol time/div pada 0,05 sec dan posisi tombol Volt/div pada 0,1 volt

    6) Switch mode pada LSB.

    7) Kemudian pindahkan hubungan kanal 2 dengan TP 10.

    8) Amati bentuk gelombang dan frekuensi masing-masing gambarkan serta

    tentukan besar level tegangan yang dihasilkan.

    Hasil percobaan :

    Kanal 1 ( TP 9)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    17

  • AM/SSB Demonstrator

    Kanal 2 (TP 5)

    Kanal 2 (TP 10)

    9) Ulang percobaan dengan switch mode pada A3H

    10) Amati bentuk gelombang dan gambarkan serta tentukan besar level

    tegangan.

    Hasil Percobaan :

    Kanal 1 ( TP 9) Kanal 2 (TP 5)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    18

  • AM/SSB Demonstrator

    Kanal 2 (TP 10) 2.2. Rangkaian IF (10,7 MHz) 2.2.1. Tujuan :

    1) Mengamati hasil keluaran mixer sebelum melalui filter IF.

    2) Mengamati dan membandingkan hasil keluaran mixer setelah melalui filter

    terhadap gelombang pembawa yang termodulasi.

    2.2.2. Alat Yang Digunakan :

    1) Osiloskop (20 MHz)

    2) Transceiver FT 180

    3) RF Signal generator

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    5) Pencacah frekuensi (bila perlu)

    2.2.3. Teori :

    Pada umumnya output dari mixer pada penerima yang akan diteruskan pada

    tingkat IF adalah merupakan selisih antara frekuensi osilator lokal dengan

    frekuensi sinyal dari penala. Karena itu filter pada rangkaian IF sangat

    menentukan sekali selektivitas sebuah penerima, demikian juga terhadap

    penekanan pada frekuensi bayangan. Ada beberapa standar frekuensi yang

    digunakan terhadap frekuensi IF dan ini tergantung pada jenis modulasi serta lebar

    informasi yang dibawa, misalnya IF = 455 kHz (AM-MF), IF = 10,7 MHz (FM-

    VHF), IF = 45 MHz (TV-VHF), IF = 70 MHz (RX-satelit).

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    19

  • AM/SSB Demonstrator

    fo - fs fs fo

    fo fs

    fo + fs fo - fs

    Penguat IF

    Osilator lokal

    Penala (BPF)

    Gambar 10. Blok Diagram Mixer

    2.2.4. Langkah percobaan :

    1) Hubungan alat seperti pada percobaan mixer.

    2) Hubungkan kanal 1 pada TP 10 dan kanal 2 pada TP 11.

    3) Amati dan bandingkan sinyal keduanya baik untuk posisi switch mode

    LSB maupun A3H.

    4) Atur RF signal generator pada AM dengan indek modulasi 50%

    5) Atur posisi switch mode pada A3H.

    6) Bandingkan pengamatan pada TP 9, TP 10 dan TP 11. Hasil pengamatan :

    Kanal 1 (TP 10) Kanal 2 (TP 11)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    20

  • AM/SSB Demonstrator

    Kanal 2 (TP 9) 2.3. Demodulator AM

    2.3.1 Tujuan : Mendapatkan kembali gelombang informasi dari sinyal

    AM.dengan frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz yang ditimbulkan

    oleh osilator lokal pada IF.

    2.3.2. Alat Yang Digunakan :

    1) Osiloskop (20 MHz)

    2) Transceiver FT 180

    3) RF Signal generator

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    5) Pencacah frekuensi (bila perlu)

    2.3.3. Teori :

    Detektor AM merupakan detektor selubung dari sinyal amplitudo modulasi yang

    bekerjanya adalah sebagai penyearah, dimana keluaran dari penyearahan sinyal

    AM adalah dalam bentuk selubung atau puncak dari gelombang pembawa yang

    tela termodulasi. Agar hasil penyearahan dari amplitudo sesuai dengan informasi

    aslinya maka diperlukan filter untuk menghasilkan output frekuensi rendah dan

    memisahkan dengan gelombang pembawa. Biasanya filter yang digunakan adalah

    Sinyal AM

    Dari IF (10,7 MHz)

    Sinyal informasi

    Filter LPF

    Detektor Selubung

    Gambar 11. Blok Diagram Demodulator PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    21

  • AM/SSB Demonstrator

    2.3.4. Langkah Percobaan :

    1) Atur RF signal generator dengan frekuensi 2,182 MHz dan 20 dBm

    dimodulasi AM pada indek modulasi 50%.

    2) Hubungkan RF generator pada TP 8.

    3) Atur switch mode pada A3H.

    4) Hubungkan osiloskop kanal 1 dengan TP 12 dan kanal 2 dengan TP 14.

    Gambar blok diagram :

    A

    AGCDET

    AMDET

    SSBDET

    ASQL

    SQLCTRL

    PA

    Tp.15 Tp. 14Tp.12

    USBLSBAM

    SPEAKER

    Gambar 12. Blok Diagram Percobaan Demodulator

    5) Atur posisi tombol time/div pada 0,05 sec dan posisi tombol volt/div pada 0,02 V

    6) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan yang

    dihasilkan.

    Hasil Percobaan :

    Kanal 1 ( TP 12)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    22

  • AM/SSB Demonstrator

    Kanal 2 (TP 14)

    7) Pindahkan kanal 2 pada TP 15.

    8) Atur posisi tombol time/div pada 1 msec dan tombol volt/div pada 0,1 V.

    9) Atur posisi volume sehingga didapatkan amplitudo sebagai pengaruh dari

    posisi pengaturan volume suara yang dikehendaki.

    10) Amati bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan

    Hasil pengamatan pada Kanal 2 (TP 15) :

    2.4. Prinsip kerja squelch

    2.4.1. Tujuan :

    1) Mengamati pengaruh yang terjadi antara Tp 14 dan Tp 15 apabila VR

    squelch diatur.

    2) Membandingkan tegangan referensi pada bagian squelch kontrol dengan

    sinyal yang dapat lewat dan masuk ke bagian power amplifier.

    2.4.2. Alat Yang Digunakan :

    1) Osiloskop (20 MHz)

    2) Transceiver FT 180

    3) RF Signal generator

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    5) Pencacah frekuensi (bila perlu)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    23

  • AM/SSB Demonstrator

    2.4.3. Langkah Percobaan :

    1) Hubungkan kanal 1 dengan TP 14 dan kanal 2 dengan TP 15.

    2) Hidupkan osiloskop dan RF signal generator.

    3) Aturlah frekuensi signal generator 2,182 MHz dan RF output 20 dBm,

    amplitudo modulasi dengan indek modulasi 50%.

    4) Hubungkan output RF signal generator pada TP 8.

    5) Hidupkan transceiver FT 180, pengaturan switch mode A3H.

    Gambar blok diagram :

    A

    AGCDET

    AMDET

    SSBDET

    ASQL

    SQLCTRL

    PA

    Tp.15 Tp. 14Tp.12

    USBLSBAM

    SPEAKER

    6) Atur tombol RF gain pada separuh putaran.

    7) Tombol Clarifier pada maksimum.

    8) Tombol Squelch pada maksimum.

    9) Tombol volume kira-kira pada jam 09.00

    10) Dengan mengubah-ubah tombol squelch kearah minimum kemudian

    kearah maksimum secara bolakbalik.

    11) Amati apa yang terjadi, jika squelch minimum dan jika squelch

    maksimum.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    24

  • AM/SSB Demonstrator

    Hasil pengamatan :

    Kanal 1 (TP 14) Kanal 2 (TP 15) 2.5. Automatic Gain Control (AGC)

    2.5.1. Tujuan :

    Mengamati pengarah AGC apabila penerimaan ( Rx ) pada amplifier dilemahkan

    atau dikuatkan dan pengaruhnya pada Tp13.

    2.5.2. Alat Yang Digunakan :

    1) Osiloskop (20 MHz)

    2) Transceiver FT 180

    3) RF Signal generator

    4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

    5) Pencacah frekuensi (bila perlu)

    2.5.2. Langkah Percobaan : 1) Hubungkan kanal 1 pada TP12 dan kanal 2 pada Tp13.

    2) Hidupkan oscilloscope dan signal generator.

    3) Atur frekuensi RF signal generator 2,182 MHz dan RF output 20 dBm.

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    25

  • AM/SSB Demonstrator

    4) Hubungkan RF output signal generator pada TP 8.

    5) Amati bentuk gelombang dan tentukan levelnya untuk kana1 dan kanal 2

    Gambar blok diagram :

    A bfr

    AGCDET

    NBFILTER

    NBGATE

    SSBDET

    AMDET

    A AA

    USBLSB

    AM

    Tp. 12

    Tp. 13Tp. 11

    Hasil Percobaan :

    Kanal 1 (TP 12)

    Kanal 2 ( TP 13)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    26

  • AM/SSB Demonstrator

    6) Atur RF output 10 dBm

    7) Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan untuk

    kanal 1 dan kanal 2.

    Hasil percobaan :

    Menghasilkan bentuk gelombang dan level amplitudo yang sama pada

    langkah percobaan 6.

    8) Ulangi percobaan diatas dengan mengatur RF output sesuai dengan

    kehendak ( batas maksimum 10 dBm )

    9) Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan pada

    kanal 1 dan kanal 2.

    Hasil percobaan :

    Kanal 1 (TP 12)

    Kanal 2 (TP 13)

    PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO

    27

    Balanced Modulator1.1.3. Teori :Hasil pengamatan :

    1.2. Pembangkitan SSB

    Gambar 3. Blok Diagram Pembangkitan SSB Metode FilterGambar 4. Metode Pergeseran FasaGambar 4. Metode Ketiga1.3. Pembangkitan AM

    Gambar 6. Spektrum Sinyal AM

    Gambar 7. Bentuk Gelombang AM Fungsi waktuGambar 8. Blok Diagram Pembangkit SSBBAB 2. PENERIMA AM/SSBGambar 10. Blok Diagram Mixer2.2.4. Langkah percobaan :Hubungan alat seperti pada percobaan mixer.Hasil pengamatan :2.3. Demodulator AM

    Gambar 12. Blok Diagram Percobaan Demodulator2.4. Prinsip kerja squelchHasil pengamatan :2.5. Automatic Gain Control (AGC)