am-ssb
DESCRIPTION
Modul / Jobsheet AM-SSBTRANSCRIPT
-
AM/SSB Demonstrator
BAB 1. PEMANCAR AM/SSB 1.1.Balanced Modulator
1.1.1. Tujuan : Penghasil perkalian sinyal dari dua sinyal input (mic/tone dan
osilator).
1.1.2. Alat yang digunakan :
1) Transceiver AM/SSB Demonstrator FT180
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Kabel BNC to BNC : 2 buah
4) Microphone YM 36 (bila perlu)
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
1.1.3. Teori :
Pemancar pada Transceiver SSB/AM Demonstrator FT180 ini diawali dari
rangkaian modulator balans yang mengalikan sinyal input yang berasal dari
microphone (YM36) atau tone generator 1,5 kHz dengan frekuensi pembawa
sebesar 10,7 MHz. Output gelombang pembawa ini juga digunakan pada sistem
penerimaan SSB yang dapat dilihat pada TP 2. Keluaran dari modulator balans
adalah DSB-SC yaitu frekuensi-frekuensi (10,7 MHz 1,5 kHz) berupa sisi-sisi atas (USB) dan sisi bawah (LSB) dengan pembawa ditekan. Untuk menghasilkan
sinyal SSB kemudian akan diteruskan pada filter-filter jalur sisi, yaitu filter
bandpass sempit yang akan hanya meneruskan jalur sisi frekuensi yang dikendaki.
Jika pilihan tombol SSB pada LSB maka titik potong filter jalur sisi adalah
diantara (10,7 MHz 1,5 kHz). Agar keluaran pemancar berada pada frekuensi
2,182 MHz, diperlukan sebuah penguat RF dan mixer yang berfungsi
mencampurkan output SSB dengan osilator lokal pada frekuensi 12,882 MHz.
Untuk mencegah harmonisa dan cacat gelombang pada output pemancar perlu
menggunakan penguat-penguat linier dan filter LPF sebelum dihubungkan ke
antena atau dummy load, sebab output dari mixer adalah (12,882 10,7) MHz
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
1
-
AM/SSB Demonstrator
dan bila diambil selisihnya adalah 2,182 MHz. Bila pemancar diinginkan untuk
mode keluaran AM pilihan tombol harus diubah ke A3H.
Sinyal suatu gelombang amplitudo modulasi, mempunyai power dua pertiga
bagian terdapat pada pembawa(carrier) dan hanya sepertiga bagian terdapat pada
kedua side-bandnya. Karena informasi sinyal tersebut hanya mengisi dua side-
band, dan carrier hanya berfungsi sebagai gelombang pembawa saja, maka
pemakaian power suatu transmitter dapat lebih efisien, jika carrier dihilangkan
dan yang dipancarkan hanya kedua side-band atau sebuah side band saja. Salah
satu cara untuk menghilangkan carrier tersebut, adalah dengan menggunakan
sebuah balanced modulator. Prinsip sebuah balanced modulator, adalah
memasukkan sinyal carrier sedemikian rupa, sehingga pada output hanya terdapat
kedua side-bandnya saja. Juga output berharga nol atau mendekati harga nol, bila
sinyal audio tidak ada. Output yang demikian dapat diperoleh dengan men-feeding
audio sinyal secara push-pull, carrier frekuensi sinyal secara paralel dan output
diambil secara push-pull. Penggunaan balanced modulator selain dalam SSB
transmitter, juga banyak dipakai dalam carrier current telephone, measurement
aparat dan dalam control sistem . rangkaian balanced modulator ada yang terdiri
dari tabung, diode, transistor atau integrated circuit. Sedang pemilihan rangkaian
balanced modulator tersebut, tergantung pada keadaan dan kebutuhannya. Telah
dijelaskan bahwa balanced modulator adalah sebuah alat yang digunakan untuk
meredam semaksimum mungkin gelombang carrier dari kedua side-band atau
gelombang amplitudo modulasi. Setiap balanced modulator harus mempunyai
sifat sebagai berikut, yaitu tidak ada output signal modulating input. Akibatnya ,
output balanced modulator akan berupa kedua side-band dari gelombang
amplitudo modulasi (DSB).
Macam rangkaian dasar Balanced Modulator :
1) Bipolar transistor Balanced Modulator
2) Rectifier type Balanced Modulator
1.1.4. Langkah percobaan :
1) Pasang probe, TP1 pada kanal 1 dan TP 2 pada kanal 2.
2) Hidupkan Oscilloscope.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
2
-
AM/SSB Demonstrator
3) Atur posisi tombol TIME/DIV pada 0.5 msec
4) Atur posisi tombol VOLT/DIV pada kanal 1, skala tegangan pada 0,05
V/div dan kanal 2 pada 0,02 V/div.
5) Hidupkan Demonstrator, atur tombol pilihan untuk mode LSB.
6) Lihat dan gambar bentuk gelombang outputnya dan hitung tegangannya
pada kanal1.
7) Lihat dan gambar bentuk tegangannya pada kanal 2 (dengan men-switch
function CALL ke bawah)
8) Pindahkan probe kanal 2 pada TP3.
9) Aturlah tombol TIME/DIV pada 0,1 msec dan tombol VOLT/DIV pada
0,02V/div.
10) Atur Trigger level sampai terlihat gambar yang bagus.
11) Lihat dan gambar bentuk gelombang outputnya pada TP1 dan TP2.
Blok diagram :
A
MIC
TONE OSC.1,5 KHz
A
A BAL.MOD.
bfr
CAR. OSC.
X_TAL10,7 MHz
bfr
Tp2
Tp1
call
callib
Gambar 1. Blok Diagram DSB SC Hasil pengamatan :
Kanal 1 ( TP. 1 ) :
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
3
-
AM/SSB Demonstrator
Kanal 2 ( TP. 2 ) :
Pertanyaan:
1) Tentukan frekuensi pada tiap-tiap pengamatan.
2) Tentukan amplitudo level.
3) Mengapa terjadi osilasi sebelum function call di switch ? Jelaskan !
12) Pindahkan probe kanal 2 pada TP 3.
Blok Diagram :
A
MIC
TONE OSC.1,5 KHz
A
A BAL.MOD.
bfr
CAR. OSC.
X_TAL10,7 MHz
bfr
T
Tp1
call
callib
Tp3
13) Atur tombol time/div pada 0,1 msec dan tombol teganga
volt/div.
14) Atur trigger level sampai terlihat gambar yang bagus.
15) Lihat dan gambarkan bentuk gelombang outputnya pada TP. 1
16) Bandingkan keduanya.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO p2
n pada 0,02
dan TP. 3
4
-
AM/SSB Demonstrator
Hasil pengamatan :
Kanal 1 ( TP. 1 ) :
Kanal 2 ( TP. 3 ) :
1.2. Pembangkitan SSB
1.2.1.Tujuan : Melihat pada osiloskop bentuk pembawa dan salah satu
gelombang sisi yang ditekan dan membandingkan dengan frekuensi sinyal
informasi.
1.2.1. Alat yang digunakan :
1) Transceiver SSB/AM Demonstrator
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Pencacah Frekuensi
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
1.2.2. Teori :
Metode Filter :
Cara yang paling sederhana dalam pembangkitan signal SSB ialah dengan
filtering. Output dari Balanced Modulator yang berupa Double Side Band
Supression Carrier dilewatkan pada suatu filter. Pada filter, side band yang tidak
diinginkan diredam, hingga didapat suatu output berupa suatu Single Side Band.
Disini dipakai suatu konversi frekuensi SSB, karena filter mekanik (mechanical
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
5
-
AM/SSB Demonstrator
filter) lebih baik untuk peredaman frekuensi yang tidak diinginkan dari pada
dengan sistem kristal filter dengan ukuran komponen yang sama. Hal ini
dikarenakan getaran mekanik punya kecepatan yang rendah daripada filter kristal.
Karena itu panjang gelombang getaran secara mekanik lebih panjang.
Output SSB Informasi
Osilator Konversi
Osilator Pembawa
Mixer Balans
Filter BPF
Modulator Balans
Penguat Audio
Gambar 3. Blok Diagram Pembangkitan SSB Metode Filter
Kelemahannya :
1) Ukurannya lebih besar.
2) Tak dapat membuat SSB pada frekuensi yang tinggi, sehingga diperlukan
mixer untuk konversi ke frekuensi yang lebih tinggi.
3) Harga filter mekanik cukup mahal.
Metode Pergeseran Fasa :
1) Mudah untuk mengubah dari satu sisi ke sisi yang lain.
2) Dapat menghasilkan frekuensi SSB langsung pada frekuensi yang
dikehendaki, sehingga mixer tidak begitu diperlukan.
3) Frekuensi informasi yang rendah dapat digunakan pada kanal medium.
Kelemahannya :
1) Jika pergeseran fasa pada frekuensi audio tidak benar-benar sama dengan
90, maka penekanan pada frekuensi sisi tidak dapat terjadi. 2) Rangkaian penggeser frekuensi rendah sangat kritis dan komplek.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
6
-
AM/SSB Demonstrator
Input informasi
Output USB
Osilator Pembawa
Rangkaian Penjumlah
Penggeser Fasa 90
ModulatorBalans
Penggeser fasa 90
Modulator Balans
Penguat Audio
Gambar 4. Metode Pergeseran Fasa
Metode Weaver (Third Methoda) :
1) Sangat baik, merupakan metoda yang paling baik.
2) Output yang diinginkan dapat dipindah dengan perubahan yang sederhana.
3) Frekuensi rendah dapat ditransmisikan.
4) Gelombang sisi dapat diubah dengan mudah.
5) Frekuensi output dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Kelemahannya : Rangkaiannya sangat komplek.
Input informasi
Output LSB
Rangkaian Penjumlah
Pembawa RF
Pembawa Audio
Modulator Balans
Modulator Balans
Low Pass Filter
Low Pass Filter
Penggeser Fasa 90o
Penggeser Fasa 90o
Modulator Balans
Modulator Balans
Gambar 4. Metode Ketiga
1.2.3. Langkah percobaan :
1) Pindahkan kanal 2 ke TP 4 dengan pengaturan tombol pilihan LSB.
2) Atur osiloskop pada 50mV/div dan 1 s/div, amati dan gambar hasilnya. 3) Bandingkan hasil pengamatan pada TP 4 dan TP 3.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
7
-
AM/SSB Demonstrator
Hasil pengamatan :
Kanal 1 ( TP 3 ) :
Kanal 2 ( TP 4 ) :
1.3. Pembangkitan AM
1.3.1. Tujuan :
1) Untuk mengetahui gelombang amplitudo yang terdiri dari beberapa
gelombang sinusoidal yang mempunyai hubungan khusus satu dengan
yang lain.
2) Agar dapat menggambarkan gelombang AM dan menghitung indek
modulasi serta hubungan frekuensi informasi dengan pembawa
termodulasi.
1.3.2. Alat Yang Digunakan :
1) Transceiver SSB/AM Demonstrator
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Pencacah Frekuensi
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
8
-
AM/SSB Demonstrator
1.3.3. Teori :
Modulasi amplitudo adalah suatu sistem modulasi yang mana besar amplitudo
gelombang pembawa tegangan pemodulasi.
Gelombang pembawa : Vc (t) = Vc sin c t Informasi : Vm (t) = Vm sin m t Dalam modulasi amplitudo be ar sud fasa dapat diabaikan dan tidak mengubah
hasil akhir. Tetapi dalam mod
dapat diabaikan.
Amplitudo pembawa yang
sebagai berikut :
A(t) = Vc + Vm (t)
= Vc + Vm sin m t
Indeks modulasi m = VcVm
VAM (t) = Vc { sin c t + ; dimana m < c Disini terlihat bahwa gelomba
1) Frekuensi pembawa
2) Frekuensi pembawa di
3) Frekuensi pembawa di
Spektrum frekuensi AM :
LSB
Gambar 6.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKA sulasi fre
termodu
;
m/2 co
ng AM
tambah
kurangi
carr
ier
USB
Spektru
SI RADIOutkuensi atau modulasi fasa hal tersebut tidak
lasi (modulated carrier) dapat dituliskan
= Vc (1 + VcVm sin m t)
0
-
AM/SSB Demonstrator
Perbandingan daya pada gelombang AM :
Pc : PUSB : PLSB = 1 : m2/ 4 : m2/4
Pt = Pc + PUSB + PLSB
PcPt = (1 + m2/2)
dimana Pt : total daya untuk pembawa termodulasi
Pc : total daya untuk pembawa tanpa informasi
Menghitung besaran index modulasi dari besaran arus :
IcIt = 2/1 2m+
It = Ic 2/1 2m+
m = }1)/{(2 2 IcIt
dimana It: arus pembawa termodulasi (rms)
Ic: arus pembawa tanpa informasi (rms)
Persamaan gelombang AM yang dimodulasi oleh beberapa gelombang sinus :
VAM (t) = Vc {( 1 + m
=
1nn cos wm t ) cos wc t}
= Vc { cos wc t + m
=
1nn/2 cos (wt + wm)t + cos (wt - wm)t}
Bentuk gelombang AM sebagai fungsi waktu :
VMIN
VMAK
Gambar 7. Bentuk Gelombang AM Fungsi waktu
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
10
-
AM/SSB Demonstrator
Indek modulasi dari gelombang AM dari fungsi waktu :
MINMAK
MINMAK
VVVVm +
=
1.3.4. Langkah percobaan : 1) Hidupkan transceiver demonstrator AM/SSB (FT 180)
2) Hubungkan osiloskop kanal 1 pada TP 1 dan kanal 2 pada TP 3.
Gambar blok diagram :
A
MIC
TONE OSC.1,5 KHz
A
A BAL.MOD.
bfr
CAR. OSC.
X_TAL10,7 MHz
bfr
Tp2
Tp1
call
callib
Tp 3
bfr
AMFILTER
LSBFILTER
USBFILTER
AM
USBLSB
AM
TX
RX
Gambar 8. Blok Diagram Pembangkit SSB
3) Hidupkan osiloskop, atur posisi tombol time/div pada 5 msec dan tombol
volt/div dari kanal 1 pada 0,01 V/div.
4) Tombol Switch Mode pada A3H.
5) Tekan tombol function CALL ke bawah.
6) Amati gambar bentuk gelombang
7) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan
VMAK dan VMIN.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
11
-
AM/SSB Demonstrator
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 1)
Kanal 2 (TP 3)
8) Pindahkan kanal 2 pada TP 4.
9) Ulangi langkah 3 s.d. langkah 7.
10) Tentukan indek modulasi AM.
Hasil pengamatan :
Kanal 2 (TP 4)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
12
-
AM/SSB Demonstrator
1.4. Mixer
1.4.1.Tujuan : Menentukan hasil konversi frekuensi dari modulator terhadap
frekuensi osilator lokal ke frekuensi yang dikehendaki.
1.4.2. Langkah percobaan :
1) Alat yang dipergunakan seperti sebelumnya.
2) Hubungkan kanal 1 osiloskop pada TP 4 dan kanal 2 pada TP 5.
3) Atur tombol mode pada A3H.
4) Tekan tombol CALL ke bawah.
5) Amati bentuk gelombang pada TP 4 dan TP 5, ukur frekuensi pada TP 5.
6) Pindahkan kanal 2 pada TP 6.
7) Ulangi langkah 4, amati bentuk gelombang pada TP 6 dan ukur
frekuensinya.
Hasil pengamatan :
Kanal 1 (TP 4)
Kanal 2 (TP 5)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
13
-
AM/SSB Demonstrator
Kanal 2 (TP 6)
8) Ulangi semua percobaan Mixer untuk mode LSB.
1.5. Penguat Daya RF
1.5.1. Tujuan : Menentukan frekuensi output pemancar dan hasil penguatannya.
1.5.2. Langkah percobaan :
1) Seperti percobaan sebelumnya, hubungkan kanal 2 pada TP 7.
2) Atur skala tegangan pada 10 Volt/div dan time base pada 1 s/div. 3) Amati bentuk gelombang baik untuk mode A3H maupun untuk mode
LSB.
4) Catat frekuensi yang dihasilkan pada TP 7.
5) Bandingkan hasil amplitudo dari TP 7 dan TP 6.
Hasil pengamatan :
Kanal 2 (TP 7)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
14
-
AM/SSB Demonstrator
BAB 2. PENERIMA AM/SSB
2.1. Rangkaian Penala dan Mixer
2.1.1. Tujuan : Mengamati bentuk gelombang setelah signal yang diterima antena melalui BPF
(TP 9) dan setelah sinyal dicampur dengan lokal oscillator melalui suatu mixer
sebelum dikuatkan, dan setelah dikuatkan lagi melalui IF filter.
2.1.2. Alat Yang Digunakan :
1) Osiloskop (20 MHz)
2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.1.3. Teori : Pada rangkaian pesawat penerima komponen pertama yang bertugas menangkap
gelombang yang telah dipancarkan pada medium udara adalah antena. Kemudian
gelombang yang telah ditangkap oleh antena akan diteruskan pada filter yang akan
menyeleksi range frekuensi yang dapat dipilih sesuai dengan yang dikehendaki.
Rangkaian selanjutnya adalah mixer yang akan memilih frekuensi yang lolos.
Penyeleksian frekuensi ini dilakukan dengan pencampuran dua frekuensi antara
frekuensi osilator dan frekuensi sinyal termodulasi. Pencampuran ini akan
menghasilkan empat keluaran yaitu fo, fs, fo-fs, fo+fs, tapi yang dimanfatkan
biasanya adalah selisihnya yang sering disebut frekuensi antara atau frekuensi
intermediate (IF) jika frekuensi selisih yang dihasilkan sesuai dengan filter IF
yang ada maka frekuensi akan diteruskan. Pada Transceiver AM/SSB FT-180 ini
frekuensi kerjanya adalah 2,182 MHz, sedangkan osilator pencampur yang
digunakan adalah sama dengan yang dipakai pada pemancar yaitu 12,882 MHz.
Dengan demikian keluaran mixer selisihnya setelah di Mixer adalah 10,7 MHz.
Gelombang yang dihasilkan dari keluaran filter IF adalah lebih besar
amplitudonya daripada yang dihasilkan setelah mixer. Hasil dari keluaran filter IF
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
15
-
AM/SSB Demonstrator
diteruskan ke filter USB atau LSB atau AM pemilihan ini akan menghasilkan
gelombang yang sesuai dengan keinginan yang akan dikuatkan lagi sebelum
didetektor untuk mendapatkan kembali gelombang informasi. Sedangkan untuk
gelombang informasi yang dihasilkan dari detektor masih belum murni
gelombang informasi melainkan masih bercampur dengan pembawa. Setelah itu
akan diteruskan menuju rangkaian filter dan SQL yang akan menghasilkan
bentuk gelombang informasi murni.
Pencampuran terjadi bila sinyal input termodulasi dan osilator lokal bercampur
melalui suatu rangkaian transfer yang tidak linier yang umumnya disebut
rangkaian mixer. Keluaran dari rangkaian pencampur (mixer) banyak
mengandung komponen-komponen sinyal termasuk frekuensi selisih dan jumlah,
serta beberapa frekuensi harmonisanya. Oleh karena itu dengan osilator tertentu
ada dua kemungkinan sinyal yang dapat lolos melalui rangkaian mixer dari
frekuensi yang dikehendaki untuk keluar dari IF. Jika keluaran IF yang
diharapkan adalah frekuensi selisih, misalkan untuk input sinyal 2,182 MHz
sedangkan osilator lokal adalah 12,882 MHz untuk menghasilkan keluaran
frekuensi IF yang dikehendaki adalah 10,7 MHz, maka ada frekuensi sinyal lain
yang bila dicampur dengan osilator tersebut juga dapat menghasilkan selisih sama
dengan frekuensi IF (10,7 MHz) yaitu frekuensi sinyal 23,582 MHz, frekuensi
inilah yang dinamakan frekuensi bayangan (image frequency). Meskipun pada
transceiver ini hal tersebut cukup sulit terjadi mengingat BPF yang ada pada sisi
penala cukup jauh yaitu frekuensi tengah yang diloloskan adalah berada pada
kisaran 2,182 MHz. Namun jika pemancar dengan frekuensi bayangan cukup
besar amplitudonya kemungkinan pengaruhnya juga masih tetap ada, karena itu
diperlukan suatu penekanan terhadap frekuensi bayangan tersebut ditentukan oleh
BPF yang terletak pada bagian penala sebelum frekuensi tersebut dicampur pada
mixer agar selisih yang sama dari sinyal yang tidak dikehendaki dapat terjadi.
2.1.4. Langkah percobaan :
1) Hubungkan RF signal generator dengan TP 8.
2) Hubungkan kanal 1 osiloskop dengan TP 9 dan kanal 2 pada TP 5.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
16
-
AM/SSB Demonstrator
Blok diagram :
A
A
AGC
BPFNBCTRLAMPDET
NBGATE
ANTTX
RX
Tp. 8
Tp. 9Tp. 10
Tp. 5
Gambar 9. Blok Diagram Penguat RF
3) Atur frekuensi RF signal generator pada 2, 182 MHz dan output 20 dBm.
4) Hidupkan osiloskop, transceiver dan RF signal generator.
5) Atur osiloskop dengan posisi tombol time/div pada 0,05 sec dan posisi tombol Volt/div pada 0,1 volt
6) Switch mode pada LSB.
7) Kemudian pindahkan hubungan kanal 2 dengan TP 10.
8) Amati bentuk gelombang dan frekuensi masing-masing gambarkan serta
tentukan besar level tegangan yang dihasilkan.
Hasil percobaan :
Kanal 1 ( TP 9)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
17
-
AM/SSB Demonstrator
Kanal 2 (TP 5)
Kanal 2 (TP 10)
9) Ulang percobaan dengan switch mode pada A3H
10) Amati bentuk gelombang dan gambarkan serta tentukan besar level
tegangan.
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 9) Kanal 2 (TP 5)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
18
-
AM/SSB Demonstrator
Kanal 2 (TP 10) 2.2. Rangkaian IF (10,7 MHz) 2.2.1. Tujuan :
1) Mengamati hasil keluaran mixer sebelum melalui filter IF.
2) Mengamati dan membandingkan hasil keluaran mixer setelah melalui filter
terhadap gelombang pembawa yang termodulasi.
2.2.2. Alat Yang Digunakan :
1) Osiloskop (20 MHz)
2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.2.3. Teori :
Pada umumnya output dari mixer pada penerima yang akan diteruskan pada
tingkat IF adalah merupakan selisih antara frekuensi osilator lokal dengan
frekuensi sinyal dari penala. Karena itu filter pada rangkaian IF sangat
menentukan sekali selektivitas sebuah penerima, demikian juga terhadap
penekanan pada frekuensi bayangan. Ada beberapa standar frekuensi yang
digunakan terhadap frekuensi IF dan ini tergantung pada jenis modulasi serta lebar
informasi yang dibawa, misalnya IF = 455 kHz (AM-MF), IF = 10,7 MHz (FM-
VHF), IF = 45 MHz (TV-VHF), IF = 70 MHz (RX-satelit).
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
19
-
AM/SSB Demonstrator
fo - fs fs fo
fo fs
fo + fs fo - fs
Penguat IF
Osilator lokal
Penala (BPF)
Gambar 10. Blok Diagram Mixer
2.2.4. Langkah percobaan :
1) Hubungan alat seperti pada percobaan mixer.
2) Hubungkan kanal 1 pada TP 10 dan kanal 2 pada TP 11.
3) Amati dan bandingkan sinyal keduanya baik untuk posisi switch mode
LSB maupun A3H.
4) Atur RF signal generator pada AM dengan indek modulasi 50%
5) Atur posisi switch mode pada A3H.
6) Bandingkan pengamatan pada TP 9, TP 10 dan TP 11. Hasil pengamatan :
Kanal 1 (TP 10) Kanal 2 (TP 11)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
20
-
AM/SSB Demonstrator
Kanal 2 (TP 9) 2.3. Demodulator AM
2.3.1 Tujuan : Mendapatkan kembali gelombang informasi dari sinyal
AM.dengan frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz yang ditimbulkan
oleh osilator lokal pada IF.
2.3.2. Alat Yang Digunakan :
1) Osiloskop (20 MHz)
2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.3.3. Teori :
Detektor AM merupakan detektor selubung dari sinyal amplitudo modulasi yang
bekerjanya adalah sebagai penyearah, dimana keluaran dari penyearahan sinyal
AM adalah dalam bentuk selubung atau puncak dari gelombang pembawa yang
tela termodulasi. Agar hasil penyearahan dari amplitudo sesuai dengan informasi
aslinya maka diperlukan filter untuk menghasilkan output frekuensi rendah dan
memisahkan dengan gelombang pembawa. Biasanya filter yang digunakan adalah
Sinyal AM
Dari IF (10,7 MHz)
Sinyal informasi
Filter LPF
Detektor Selubung
Gambar 11. Blok Diagram Demodulator PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
21
-
AM/SSB Demonstrator
2.3.4. Langkah Percobaan :
1) Atur RF signal generator dengan frekuensi 2,182 MHz dan 20 dBm
dimodulasi AM pada indek modulasi 50%.
2) Hubungkan RF generator pada TP 8.
3) Atur switch mode pada A3H.
4) Hubungkan osiloskop kanal 1 dengan TP 12 dan kanal 2 dengan TP 14.
Gambar blok diagram :
A
AGCDET
AMDET
SSBDET
ASQL
SQLCTRL
PA
Tp.15 Tp. 14Tp.12
USBLSBAM
SPEAKER
Gambar 12. Blok Diagram Percobaan Demodulator
5) Atur posisi tombol time/div pada 0,05 sec dan posisi tombol volt/div pada 0,02 V
6) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan yang
dihasilkan.
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 12)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
22
-
AM/SSB Demonstrator
Kanal 2 (TP 14)
7) Pindahkan kanal 2 pada TP 15.
8) Atur posisi tombol time/div pada 1 msec dan tombol volt/div pada 0,1 V.
9) Atur posisi volume sehingga didapatkan amplitudo sebagai pengaruh dari
posisi pengaturan volume suara yang dikehendaki.
10) Amati bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan
Hasil pengamatan pada Kanal 2 (TP 15) :
2.4. Prinsip kerja squelch
2.4.1. Tujuan :
1) Mengamati pengaruh yang terjadi antara Tp 14 dan Tp 15 apabila VR
squelch diatur.
2) Membandingkan tegangan referensi pada bagian squelch kontrol dengan
sinyal yang dapat lewat dan masuk ke bagian power amplifier.
2.4.2. Alat Yang Digunakan :
1) Osiloskop (20 MHz)
2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
23
-
AM/SSB Demonstrator
2.4.3. Langkah Percobaan :
1) Hubungkan kanal 1 dengan TP 14 dan kanal 2 dengan TP 15.
2) Hidupkan osiloskop dan RF signal generator.
3) Aturlah frekuensi signal generator 2,182 MHz dan RF output 20 dBm,
amplitudo modulasi dengan indek modulasi 50%.
4) Hubungkan output RF signal generator pada TP 8.
5) Hidupkan transceiver FT 180, pengaturan switch mode A3H.
Gambar blok diagram :
A
AGCDET
AMDET
SSBDET
ASQL
SQLCTRL
PA
Tp.15 Tp. 14Tp.12
USBLSBAM
SPEAKER
6) Atur tombol RF gain pada separuh putaran.
7) Tombol Clarifier pada maksimum.
8) Tombol Squelch pada maksimum.
9) Tombol volume kira-kira pada jam 09.00
10) Dengan mengubah-ubah tombol squelch kearah minimum kemudian
kearah maksimum secara bolakbalik.
11) Amati apa yang terjadi, jika squelch minimum dan jika squelch
maksimum.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
24
-
AM/SSB Demonstrator
Hasil pengamatan :
Kanal 1 (TP 14) Kanal 2 (TP 15) 2.5. Automatic Gain Control (AGC)
2.5.1. Tujuan :
Mengamati pengarah AGC apabila penerimaan ( Rx ) pada amplifier dilemahkan
atau dikuatkan dan pengaruhnya pada Tp13.
2.5.2. Alat Yang Digunakan :
1) Osiloskop (20 MHz)
2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.5.2. Langkah Percobaan : 1) Hubungkan kanal 1 pada TP12 dan kanal 2 pada Tp13.
2) Hidupkan oscilloscope dan signal generator.
3) Atur frekuensi RF signal generator 2,182 MHz dan RF output 20 dBm.
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
25
-
AM/SSB Demonstrator
4) Hubungkan RF output signal generator pada TP 8.
5) Amati bentuk gelombang dan tentukan levelnya untuk kana1 dan kanal 2
Gambar blok diagram :
A bfr
AGCDET
NBFILTER
NBGATE
SSBDET
AMDET
A AA
USBLSB
AM
Tp. 12
Tp. 13Tp. 11
Hasil Percobaan :
Kanal 1 (TP 12)
Kanal 2 ( TP 13)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
26
-
AM/SSB Demonstrator
6) Atur RF output 10 dBm
7) Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan untuk
kanal 1 dan kanal 2.
Hasil percobaan :
Menghasilkan bentuk gelombang dan level amplitudo yang sama pada
langkah percobaan 6.
8) Ulangi percobaan diatas dengan mengatur RF output sesuai dengan
kehendak ( batas maksimum 10 dBm )
9) Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan pada
kanal 1 dan kanal 2.
Hasil percobaan :
Kanal 1 (TP 12)
Kanal 2 (TP 13)
PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI RADIO
27
Balanced Modulator1.1.3. Teori :Hasil pengamatan :
1.2. Pembangkitan SSB
Gambar 3. Blok Diagram Pembangkitan SSB Metode FilterGambar 4. Metode Pergeseran FasaGambar 4. Metode Ketiga1.3. Pembangkitan AM
Gambar 6. Spektrum Sinyal AM
Gambar 7. Bentuk Gelombang AM Fungsi waktuGambar 8. Blok Diagram Pembangkit SSBBAB 2. PENERIMA AM/SSBGambar 10. Blok Diagram Mixer2.2.4. Langkah percobaan :Hubungan alat seperti pada percobaan mixer.Hasil pengamatan :2.3. Demodulator AM
Gambar 12. Blok Diagram Percobaan Demodulator2.4. Prinsip kerja squelchHasil pengamatan :2.5. Automatic Gain Control (AGC)