aluminium dan senyawanya kelompok
DESCRIPTION
laporan kelompok anorganikTRANSCRIPT
LAPORAN KELOMPOKPRAKTIKUM STRUKTUR SENYAWA ANORGANIK
Aluminium dan Senyawanya
Penyusun :
Kelompok 2 (dua)Septia Adella
Awaludin Ma’rifatullahIndria Trisna Katrina
Utari Novitria
Jum’at/ 3 Oktober 2014
Dosen : Dra. Hj. Bayharti, M.Sc Miftahul Khair, S.Si, M.Sc Eka Yusmaita, S.Pd, M.Pd
Asisten : Rian Setiawan Gusfaria Palendra
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
ALUMINIUM DAN SENYAWANYA
Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran):
Mahasiswa mampu membedakan sifat ion Al3+ dan Mg2+
A. TUJUAN
Mempelajari kimia aluminium dan senyawanya dan membandingkannya
dengan kimia magnesium dan senyawanya.
B. WAKTU PELAKSANAAN
Hari / tanggal : Jumat / 3 Oktober 2014
Pukul : 09.40-12.20 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, FMIPA UNP
C. TEORI DASAR
Nama Aluminium diturunkan dari kata yang menunjukkan pada senyawa garam rangkap KAl
(SO4) 2.12 H2O, kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang artinya garam pahit.
Aluminium dengan konfigurasi elektronik [10 Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai tingkat
oksidasi -13 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara, karena
reaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya (Sugiyarto,
2005: 123)
Bila terkena udara objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya. Tetapi lapisan
oksidasi ini melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini. Pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer.
2Al+ + 6H+ → 2Al3+ + 3H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium(II) klorida pada
campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium.
2Al+ + 6HCl → 2Al3+ + 3H2 + 6Cl-
Asam sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membebaskan belerang dioksida.
2Al+ + 6H2SO4 → 2Al3+ + 3SO42- + 3SO2 + 6H2O
Asam klorida pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida-hidroksida alkali
membentuk larutan tetrahidroksoaluminat.
2Al + OH- + H2O → 2[Al (OH)]- + 3H2
Reaksi Aluminium dengan Air
Jika air diteteskan pada aluminium klorida pekat akan didapat reaksinya yang hebat
menghasilkan awan dari uap gas hydrogen klorida. Jika ditambahkan aluminium
klorida padat kedalam air yang berlebih akan menghasilkan gas hydrogen klorida dan
larutan asam. Salah satu aluminium klorida pada konsentrasi normal akan mempunyai
pH 2-3. Larutan yang lebih pekat pHnya akan lebih rendah lagi. Alumium klorida
bereaksi dengan air lebih dari sekedar larut. Hidrogen klorida tidak dapat terbentuk
jika tidak ada air yang cukup.
Pengendapan aluminium hidroksida oleh natrium hidroksida dan ammonia tidak akan
terjadi bila ada asam tartrat, asam sitrat, asam silfosalsilat, asam malat, gula dan lain-
lainsenyawa hidroksi organik, karena pembentukan garam-garam kompleks yang
larut. Maka zat-zat organic ini harus diuraikan dengan pemijaran perlahan-lahan, atau
penguapana dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat sebelum aluminium
dapat diendapkan dalam pengerjaan analisis kualitatif biasa (Svehla, 1985: 266-267)
Aluminium murni
Aluminium didapat dalam keadaan cair dengan elektrolisa, umumnya mencapai
kemurnian 90,85% berat. Dengan mengelektrolisa kembali dapat dicapai kemurnian
99,99%. Ketahanan korosi dapat berubah menurut kemurnian, pada umumnys untuk
kemurnian 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan diudara dan tahan bertahun-
tahun. Hantaran listrik Al, kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga, tetapi massa
jenisnya kira-kira sepertiganya. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk kabel
dalam berbagai bentuk utamanya sebagai lembaran tipis (Haryadi, 1990)
Aluminium merupakan logam putih keperakan dengan kerapatan yang rendah,
mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3. Sifat-sifat yang dimiliki aluminium :
1. Ringan, than korosi, dan tidak bercun, sehingga banyak diperhunakan
untuk alat rumah tangga, seperti panic, wajan, dan lai-lain.
2. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus
makanan, obat dan rokok.
3. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu, maka Al digunakan
sebagai kabel tiang listrik.
4. Panduan Al dengan logam lainnya menghasilakn logam yang kuat (seperti,
duralium, campuran Al, Cu, dan Mg) untuk pembuatan bahan pesawat.
5. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.
6. Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang
tinggi
2 Al + 3/2 O2→Al2O3 + 399 kkal.
Sifat ini digunakan untuk mereduksi beberapa sulfide dan oksida, contoh :
2 Al + Fe2O3 → 2Fe + Al2O3 + 199 kkal
7. Bereaksi dengan asam menghasilkan gas jidrogen.
2 Al(s) + 6 H+(aq) → 2 Al3+ + 3H2(g)
8. Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali, menghasilkan gas H2
Reaksi : 2 Al(S) + 2OH-(aq) + 6 h2O(l) → 2 AL (OH)3 + 3 H2(g)
9. Dengan udara logam ini membentuk lapisan oksida yang kuat pada
permukaannya yang dapat melindungi logam dari oksidasi lebih lanjut,
karenanya logam ini dikatakan bersifat tahan karat (korosi) dan digunakan
untuk melapisi logam lain agar tahan karat (Haryadi, 1990)
Ilmu kimia aluminium sangat ditentukan oleh muatan yang besar dan
jari-jari yang kecil dari ion Al3+ , yaitu kerapatan muatan yang besar.
Kerapatan Muatan
Kation Satuan muatan Jari-jari ion (nm) Muatan/jari-jari
Na+ +1 0,098 10
Mg2+ +2 0,065 31
Al3+ +3 0,048 63
Zn2+ +2 0,074 27
Cu2+ +2 0,069 29
Jika garam aluminium dilarutkan dalam air ion Al3+ segera
membentuk [Al(H2O)6]3+ yang biasanya ditulis dengan Al3+(aq).
Di dalam larutan air, air yang bebas berfungsi sebagai basa dan dapat
diperoleh kesetimbangan berikut,
[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)6]3+ + H2O
Dalam basa yang kuat seperti NaOH terjadi reaksi,
[Al(H2O)6]3+ + 3OH- [Al(H2O)3 (OH) 3] (S) + H2O(l)
Dalam larutan NaOH yang berlebih,
[Al(H2O)3 (OH) 3] (S) + OH- (aq) [Al(H2O)3 (OH) 3] (S) + H2O(l)
(Tim Struktur Senyawa Anorganik, 2014: 10)
Logam aluminium dapat bereaksi dengan asam klorida dan asam sulfat baik encer
maupun pekat menghasilkan garamnya. Dengan asam nitrat logam aluminium tidak bereaksi
karena permukaannya menjadi pasif, tetapi dalam keadaan tidak murni akan bereaksi dengan
asam nitrat dalam sembarang kepekatan. Larutan alkali kaustik panas bereaksi dengan
aluminium membentuk aluminat dan gas hidrogen. Logam aluminium dengan oksigen
membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi
lanjut.
Endapan putih seperti gelatin, yaitu aluminium hidroksida Al(OH)3 yang larut sedikit
dalam reagensia berlebihan. Kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam ammonium
disebabkan oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil endapan masuk kedalam larutan sebagai
aluminium hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida). Sol ini berkoagulasi pada
pendidihan atau pada penambahan gara-garam yang larut (misalnya aluminium klorida)
dengan menghasilkan endapan aluminium hidroksida yang dikenal dengan gel aluminium
hidroksida.
Untuk menjamin pengendapan yang sempurna dengan larutan ammonia. Larutan
ammonium itu ditambahkan dengan sedikit berlebihan dan campuran didihkan sampai larutan
sedikit berbau ammonia. Bila bau diendapkan, ia mudah melarut dengan asam kuat, tetapi
setelah didihkan ia menjadi sangat lartut.
Al3+ + NH3 + H2O → Al (OH)3 + 3H+ (Sukardjo, 1990)
D. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipa penyalur gas
4. Pembakar Bunsen
BAHAN
1. Keping aluminium
2. serbuk Al,
3. pita Mg
4. asam klorida encer,
5. natrium hidroksida encer,
6. larutan merkuri(II) klorida,
7. gas klor,
8. tabung pengering,
9. CaCl2,
10. aluminium klorida anhidrat,
11. magnesium klorida anhidrat,
12. magnesium oksida,
13. aluminium oksida,
14. larutan Al3+ 0,1 M,
15. arutan Mg2+ 0,1 M.
E. CARA KERJA
Eksperimen 1. Reaksi dengan Asam klorida
Campurkan 5ml asam klorida encer dengan beberapa keeping logam Al dalam satu tabung
reaksi
↓
JIka Al belum bereaksi setelah lima menit, panaskan campuran ini
↓
Ulangi percobaan dengan pita Mg sebagai pengganti keeping aluminium
Eksperimen 2. Reaksi dengan larutan Natrium Hidroksida
Campurkan 5ml larutan natrium hidroksida encer dengan beberapa keeping Al (atau sesendok
serbuk aluminium) dalam tabung reaksi.
↓
Jika setelah 5 menit belum terjadi reaksi, panaskan tabung reaksi tersebut
↓
Catat pengamatan dan periksa gas yang terbentuk
↓
Tulis persamaan reaksi yang terjadi
↓
Ulangi percobaan dengan Mg sebagai pengganti Al
↓
Bandingkan kedua reaksi
Ekspeimen 3. Reaksi dengan Oksigen
Letakkan secarik aluminium foil dalam gelas kimia dan ditaburi dengan larutan merkuri (II)
klorida
↓
Biarkan beberapa menit, kemudian cuci aluminium foil dengan air
↓
Biarkan foil ini beberapa menit di udara
Eksperimen 4. Membandingkan aluminium klorida dan magnesium klorida
-Pemanasan klorida anhidrat
Panaskan aluminium klorida anhidrat dalam tabung reaksi
↓
Uraikan pengaruh pemanasan pada Al2Cl6 dan Mg Cl2
-Pengaruh air terhadap klorida anhidrat
Masukkan satu sendok aluminium klorida anhidrat ke dalam tabung reaksi
↓
Tambahkan tetes demi tetes
↓
Ulangi percobaan dengan magnesium klorida anhidrat sebagai pengganti Al klorida anhidrat
Eksperimen 5. Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida
Periksa reaksi dari Al oksida dan Mg oksida dengan air
↓
Lalu periksa reaksi oksida-oksida ini mula-mula dengan asam klorida encer
↓
Lalu perlakukan hal yang sama dengan natrium hidroksida en cer
Eksperimen 6. Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi
Tuangkan 3 ml larutan Al3+((aq) ke dalam sebuah tabung reaksi dan ke dalam tabung yang lain
3 ml larutan Mg2+ 0,1 M.
↓
Periksa pH setiap larutan dengan kertas indicator
↓
Tambahkan larutan encer natrium hidroksida pada 3ml larutan Al3+ (aq) 0,1 M sehingga
endapan yang terbentuk melarut lagi
↓
Ulang perobaan untuk larutan Mg2+(aq) 0,1 M senbagai pengganti larutan Al3+
(aq) 0,1 M
F. TABEL PENGAMATAN
Eksperimen 1. Reaksi dengan asam klorida
Perlakuan Pengamatan dan reaksi
Campurkan 5ml asam klorida encer dengan
beberapa keeping logam Al dalam satu
tabung reaksi
Tidak bereaksi
JIka Al belum bereaksi setelah lima menit,
panaskan campuran ini
Larutan keruh disertai melarutnya logam, ada
gelembung gas yang terbentuk
2Al(s) + 6 HCl(aq) → 2 AlCl3(aq) + 3H2(g)
Ulangi percobaan dengan pita Mg sebagai
pengganti keeping aluminium
Mg lebih cepat bereaksi dibanding Al dan
Mg larut
Mg(s) + 2 HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g)
Eksperimen 2. Reaksi dengan larutan Natrium hidroksida
Perlakuan Pengamatan dan reaksi
Campurkan 5ml larutan natrium hidroksida
encer dengan beberapa keeping Al (atau
sesendok serbuk aluminium) dalam tabung
reaksi.
Terbentuk sedikit gelembung pada keping
logam
Al(s) + 3NaOH(aq) → Al(OH)3 (aq) + H2
Tidak bereaksi, dan terlihat adanya letupan
pada pita Mg yang larut
Ulangi percobaan dengan Mg sebagai
pengganti Al
Mg(s) + 2NaOH(aq) →Mg(OH)2 + H2(g)
Setelah dipanaskan Al menghasilkan
gelembung gas yang lebih banyak daripada
Mg dan Al lebih cepat terbentuk gelembung
gas
Eksperimen 3. Reaksi dengan Oksigen
Perlakuan Pengamatan dan reaksi
Letakkan secarik aluminium foil dalam gelas
kimia dan ditaburi dengan larutan merkuri
(II) klorida
Bereaksi, aluminium terkikis lama-kelamaan
dan ada banyak gelembung gas yang
terbentuk.
2Al(s) + 3HgCl2 → 2AlCl3(s) + 3Hg2+ (aq)
Biarkan beberapa menit, kemudian cuci
aluminium foil dengan air lalu dibiarkan foil
ini beberapa menit di udara
Aluminium foil bereaksi dengan oksigen
yang mana aluminium foil berubah menjadi
serbuk abu-abu agak kehitaman
4Al(s) + 3O2(g) →2Al2O(s)
Eksperimen 4 tidak dilakukan
Eksperimen 5. Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida
Perlakuan Pengamatan dan reaksi
Periksa reaksi dari Al oksida dan Mg oksida
dengan air
Al → serbuk berwarna putih, pH=7
Serbuk berwarna putih (serbuk Al
mengendap)
Mg → serbuk berwarna hitam, pH=10
Serbuk Mg larut dengan air
Al2O3(s) + 3H2O → 2Al(OH)3 + H2O
MgO(s) + 2H2O → Mg(OH)2 + H2O
Lalu periksa reaksi oksida-oksida ini mula-
mula dengan asam klorida encer
Al tidak larut (serbuk Al mengendap)
Al2O3(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3 + 3H2O, pH=1
MgO(s) + 2HCl(aq) → MgCl2 + H2O, pH=10
Lalu perlakukan hal yang sama dengan
natrium hidroksida encer
Al tidak larut dalam hidroksida encer
Mg larut dalam hidroksida encer
Al2O3(s) + 2OH- + 3H2O → 2Al(OH)4-(aq),
pH=14
MgO(s) + NaOH → , pH=13
Eksperimen 6. Membandingkan sifat asam-basa ion Al Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi
Perlakuan Pengamatan dan reaksi
Tuangkan 3 ml larutan Al3+((aq) ke dalam ----
sebuah tabung reaksi dan ke dalam tabung
yang lain 3 ml larutan Mg2+ 0,1 M.
Periksa pH setiap larutan dengan kertas
indicator
pH Al3+ = 5
pH Mg2+ = 6
Tambahkan larutan encer natrium hidroksida
pada 3ml larutan Al3+ (aq) 0,1 M sehingga
endapan yang terbentuk melarut lagi
Al3+(aq) + 3OH-
(aq) → Al(OH)3(aq) (keruh)
2Al(OH)3 + 3OH- → Al(OH)4 + AlO2- +
2H2O (+40 tetes NaOH lagi : jernih)
Ulang perobaan untuk larutan Mg2+(aq) 0,1 M
sebagai pengganti larutan Al3+ (aq) 0,1 M
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2(aq)
Mg2+ = keruh
+100 tetes NaOH lagi = tak ada perubahan
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, yaitu mengenai aluminium dan senyawanya lalu membandingkannya
dengan magnesium dan senyawanya.
1. Reaksi dengan asam klorida
Pada suhu normal logam Al yang direaksikan dengan HCl encer tidak terbentuk gelembung
gas. Kemudian setelah dipanaskan ada gelembung gas dan asap. Logam Al tidak berubah dan
larut.
2Al(s) + 6 HCl(aq) → 2 AlCl3(aq) + 3H2(g)
Dan pada logam Mg, setelah direaksikan dengan HCl encer pada suhu normal, menghasilkan
gelembung gas dan ada panas pada tabung. Sehingga tidak perlu dipanaskan, dan Mg yang
tadinya berbentuk pita larut di dalam HCl. Dari hasil ini, berarti Mg lebih cepat bereaksi
dengan HCl daripada Al.
Mg(s) + 2 HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g)
2. Reaksi dengan Natrium Hidroksida
Pada suhu normal, Al menghasilkan sedikit gelembung gas H2 sedangkan Mg tidak terbentuk
gas. Kemudian setelah dipanaskan, Al lebih cepat menghasilkan gelembung gas dan lebih
banyak gelembung gas daripada Mg. Ini berarti Al lebih cepat bereaksi di dalam NaOH
disbanding Mg.
Al(s) + 3NaOH(aq) → Al(OH)3 (aq) + H2
Mg(s) + 2NaOH(aq) →Mg(OH)2 + H2(g)
3. Reaksi dengan oksigen
Aluminium foil yang terbentuk seperti kertas putih mengkilat ditaburi dengan HgCl2
menyebabkan aluminium foil terkikis pada bagian permukaannya. Dan ada banyak
gelembung gas yang dihasilkan sehingga larutannya menjadi keruh. Dan setelah dibiarkan di
udara aluminium yang sudah terkikis tidak berubah, artinya aluminium membentuk lapisan
oksida sehingga jika dijadikan untuk melapisi logam maka ia sendiri yang akan terkikis oleh
zat lain dan melindungi lapisan di dalamnya. Hal ini karena sifat aluminium yang tahan karat
dan digunakan untuk melapisi logam lain agar tahan karat.
2Al(s) + 3HgCl2 → 2AlCl3(s) + 3Hg2+ (aq)
4Al(s) + 3O2(g) →2Al2O3(s)
5. Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida
Aluminium dan magnesium adalah unsure yang sama-sama terletak pada periode ketiga tapi
golongan yang berbeda pada table periodic unsure. Untuk reaksi dengan air aluminium
oksida menghasilkan endapan putih sedangkan magnesium oksida larut dalam air dan
menghasilkan gelembung gas. Dan untuk nilai pH, Mg seharusnya lebih besar pHnya
daripada Al. hal ini sesuai dengan percobaan yang praktikan lakukan dimana Al3O3
pHnya adalah 7 dan MgO pHnya adalah 10. Hal ini jelas sesuai dengan teori.
Al2O3(s) + 3H2O → 2Al(OH)3 + H2O
MgO(s) + 2H2O → Mg(OH)2 + H2O
Kemudian untuk reaksi dengan HCl encer, aluminium oksida larut dan menghasilkan
gelembung sedangkan magnesium oksida tidak larut, tapi ada gelembung. Artinya dalam
asam, Aluminium lebih mudah larut daripada magnesium oksida tetapi nilai pH yang
didapatkan dimana Al3O3 pHnya adalah 1 dan MgO pHnya adalah 10. Sifat keasaman Al
lebih besar daripada Mg karena muatan yang dimilikinya.
Al2O3(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3 + 3H2O(aq)
MgO(s) + 2HCl(aq) → MgCl2 + H2O(aq)
Dan untuk reaksi dengan NaOH encer, aluminium oksida dan magnesium oksida sama-sama
tidak larut tapi pada magnesium oksida dihasilkan gelembung gas dan aluminium oksida
menghasilkan endapan. Artinya magnesium oksida lebih besar kelarutannya daripada
aluminium oksida dalam basa. Dan pH aluminium 14 sedangkan magnesium 13
Al2O3(s) + 2OH- + 3H2O → 2Al(OH)4-(aq)
MgO(s) + NaOH → Na2MgO2(s) + H2O(aq)
6. Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi
Laruan Al3+ dan Mg2+ mempunyai pH yang berbeda dari percobaan didapatkan pH Al3+
adalah 5 dan Mg2+ adalah 6. Berarti sifat asam Al3+ lebih kuat dibanding Mg2+. Dan reaksi
dengan NaOH encer, larutan Al3+ dan Mg2+ menjadi keruh. Kemudian direaksikan lagi
dengan NaOH berlebih sampai penambahan 40 tetes. Larutan Al yang tadinya keruh menjadi
jernih kembali sedangkan larutan Mg setelah 100 tetes tetap keruh. Disini endapan Al(OH)3
yang tadinya mengendap menjadi larut menghasilkan ion aluminat. Hal ini menunjukkan
bahwa aluminium hidroksida bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat asam maupun basa. Yaitu
Al(OH)3 ↔ H3AlO3
Al3+(aq) + 3OH-
(aq) → Al(OH)3(aq)
2Al(OH)3 + 3OH- → Al(OH)4 + AlO2- + 2H2O(aq)
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2(aq)
H. KESIMPULAN
- aluminium bereaksi dengan HCl menghasilkan gelembung gas H2
- aluminium lebih lambat bereaksi dengan HCl dibandingkan dengan magnesium
- aluminium bereaksi dengan NaOH menghasilkan gelembung gas H2
- aluminium bereaksi lebih cepat dengan NaOH dibanding magnesium
- aluminum dapat dijadikan pelapis logam yang tidak berkarat
- aluminium oksida di dalam air lebih bersifat asam di dalam air dibandingkan magnesium
oksida
- aluminium oksida lebih mudah larut dalam HCl dibandingkan dengan magnesium oksida.
Tapi dalam basa magnesium lebih mudah larut dibandingkan aluminium oksida.
- sifat basa magnesium lebih besar daripada aluminium
- ion Al3+ memiliki pH yang lebih kecil daripada Mg2+
- ion Al3+ menghasilkan endapan Al(OH)3 jika direaksikan dengan NaOH. Begitu juga
dengan Mg2+ menghasilkan Mg(OH)2
- Jika direaksikan dengan NaOH berlebih endapan Al(OH)3 menjadi larut. Ini menyebabkan
Al(OH)3 bersifat amfoter.
I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Logam Al tidak mengahsilkan gelembung gas, logam Mg menghasilkan gelembung gas
dan panas pada tabung.
2. Harga potensial reaksi standar dari :
2H+ + 2e- ↔ H2 E0 = 0,0
Mg2+ + 2e- ↔ Mg E0 = -2,38
Al2+ + 3e- ↔ Al E0 = -1,67
Mg dan Al dapat bereaksi dengan hydrogen, dimana H+ cenderung tereduksi menjadi H2. Al
dan Mg lebih cenderung teroksidasi menjadi Mg2+ dan Al3+. Harga potensial reduksi Mg2+
<<< Al3+, sehingga Mg lebih mudah teroksidasi menjadi Mg+2 dibanding logam Al. Sehingga
reaksi Mg dengan HCl lebih cepat.
3. Logam Al setelah dipanaskan terbentuk gelembung gas H2
2Al(s) + 6 HCl(aq) → 2 AlCl3(aq) + 3H2(g)
Logam Mg menghasilkan gas H2 setelah dipanaskan lebih banyak daripada Al
Mg(s) + 2 HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g)
4. 2Al(s) + 6 HCl(aq) → 2 AlCl3(aq) + 3H2(g)
Mg(s) + 2 HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g)
5. Mg lebih cepat bereaksi dengan HCl, tanpa dipanaskan menghasilkan gelembung gas dan
panas
6. Panci aluminium tidak boleh dicuci dengan soda karena logam Al dapat larut dan bereaksi
dengan basa membentuk AlO2-, gas H2 dan CO2
7. Pengamatan : aluminium foil setelah ditambah HgCl2 terkikis bagian permukaannya dan
saat dibiarkan di udara, aluminium berubah menjadi serbuk.
2Al(s) + 3HgCl2 → 2AlCl3(s) + 3Hg2+ (aq)
4Al(s) + 3O2(g) →2Al2O(s)
8. Larutan HgCl2 dapat membersihkan permukaan aluminium, karena HgCl2 ini mereduksi
Al2O3 yang terbentuk pada permukaan aluminium foil menjadi aluminium kembali.
9. Proses Al → Al3+
Proses O2 → O2-
Adalah proses endoterm, sebab terbentuk Al2O3 dan zat ini sangat stabil. Kalor pembentukan
dan energy bebas pembentukan Al2O3 sangat negative. Al2O3 terbentuk jika pengoksidasi
seperti O2 bereaksi di udara dengan logam Al. Zat ini sangat stabil karena memiliki titik leleh
ynag sangat tinggi, sangat keras dan tahan terhadap asam.
10. Aluminium tidak mengalami korosi, karena bila terkena udara, objek aluminium
teroksidasi pada permukaan, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksidasi lebih
lanjut.
11. Aluminium ringan dan bahan kawat sehingga banyak dipakai seperti untuk pesawat
udara, kaleng makanan dan minuman serta alat-alat rumah tangga. Daya hantar Al cukup
baik, sehingga dipakai sebagai bahan kabel listrik berukuran besar.
12. Pengaruh pemanasan pada Al2Cl2 dan MgCl2
Al2Cl2, tidak mencair dan berbentuk gas
MgCl2, dalam keadaan uap cenderung membentuk dinner seperti Al2Cl2
15. Al2O6 bersifat asam dalam air karena segera membentuk [Al(H2O6]3+ , dimana ion Al3+
bertindak sebagai asam lewis MgO dalam air membentuk endapan putih Mg(OH)2 yang
bersifat basa
16. a. Oksida bersifat basa = MgO dan Al2O3
b. Oksida bersifat asam = Al2O3
c. Oksida bersifat amfoter = 2AlO3
17. Reaksi
MgO(s) + 2HCl(aq) → MgCl2 + H2O
Al2O3(aq) + 2NaOH(aq) → 2NaAlO2(aq) + H2O
Al2O3(aq) + 6HCl(aq) → 2 AlCl3(aq) + H2O
18. Yang menyebabkan asam Bronsted-lowry adalah Al3+ karena asam melepaskan ion H+
bila dilarutkan dalam air, sedangkan Mg2+ bersifat basa.
19. Setelah ditambah NaOH, terbentuk endapan Al(OH)3 ditambah NaOH berlebih endapan
melarut lagi menjadi Al(OH)4-
Al3+(aq) + 3NaOH(aq) → Al(OH)3(s) + 3Na+(aq)
Al(OH)3 (s) + NaOH berlebih → Al(OH)4-(aq) + Na+(aq)
20. Al(OH)3 tidak larut dalam air karena senyawa yang terbentuk sudah bermuatan.
[Al(H2O)]3+ dapat larut dalam air karena ion Al3+ masih dapat mengikat molekul air sampai
terbentuk [Al(H2O)6]3+.
21. MgCl2 ditambah NaOH membentuk endapan putih Mg(OH)2 dan setelah ditambah NaOH
berlebih tidak dapat melarut lagi endapan tersebut. Hal ini dikarenakan Mg(OH)2 memeiliki
sifat basa yang lebih kuat.
22. Kimia aluminium : Aluminium bersifat amfoter sehingga bereaksi dengan asam dan basa.
Kimia magnesium : Dapat bereaksi dengan asam, namun membentuk endapan jika bereaksi
dengan basa.
KEPUSTAKAAN
Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Sugiyarto, Kristian. 2003. Kimia Anorganik 2. Yogyakarta : UNM.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif dan Semimikro Bagian 1. Jakarta :
Kalman Media Pustaka.
Tim Struktur Senyawa Anorganik. 2014. Penunutn Praktikum Struktur Senyawa Anorganik.
Padang : UNP press.