alp pembahasan

5
PEMBAHASAN ALP Uji Fungsi hati merupakan salah satu pemeriksaan kimia klinik yang sering diminta oleh para dokter klinisi. Hal ini dikarenakan peran hati yang sebagai organ tubuh yang penting, dan penyakit yang mengenai hati atau berkaitan dengan perubahan fungsi hati cukup sering dijumpai. Fungsi hati yang merupakan organ pusat metabolisme banyak macamnya. Karena itu uji fungsi hati juga banyak jenisnya. Untuk menilai fungsi hati, mendeteksi adanya gangguan dan menegakkan diagnosisnya diperlukan pemahaman tentang fungsi hati, jenis uji fungsi hati, dan patofisiologi jenis-jenis penyakit hati. Umumnya pemeriksaan dilakukan dengan beberapa jenis uji fungsi hati sebagai suatu panel. Salah satu pemeriksaan fungsi hati yang sering dilakukan adalah pemeriksaan ALP. Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru). Enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang. Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada

Upload: budi-astawan

Post on 18-Dec-2015

486 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

teks

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN ALP

Uji Fungsi hati merupakan salah satu pemeriksaan kimia klinik yang sering diminta oleh para dokter klinisi. Hal ini dikarenakan peran hati yang sebagai organ tubuh yang penting, dan penyakit yang mengenai hati atau berkaitan dengan perubahan fungsi hati cukup sering dijumpai. Fungsi hati yang merupakan organ pusat metabolisme banyak macamnya. Karena itu uji fungsi hati juga banyak jenisnya. Untuk menilai fungsi hati, mendeteksi adanya gangguan dan menegakkan diagnosisnya diperlukan pemahaman tentang fungsi hati, jenis uji fungsi hati, dan patofisiologi jenis-jenis penyakit hati. Umumnya pemeriksaan dilakukan dengan beberapa jenis uji fungsi hati sebagai suatu panel. Salah satu pemeriksaan fungsi hati yang sering dilakukan adalah pemeriksaan ALP.

Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru). Enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang. Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan).

Enzim ALP biasanya hadir dalam konsentrasi tinggi pada darah yang tumbuh dan empedu, dan dalam konsentrasi rendah pada darah.Fosfatase alkali dilepaskan ke dalam darah dalam jumlah yang meningkat selama kerusakan sel-sel hati seperti pada kondisi yang disertai struktur hati yang telah rusak dan pada penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik dan selama aktivitas normal seperti pertumbuhan tulang dan kehamilan. Tingkat abnormal rendah fosfatase alkali hadir dalam kondisi genetik dan hipotiroidisme.Zat ini diukur dalam tes darah rutin. Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal akibat pertumbuhan tulang.Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar ALP (alkaline phosphatase), dengan metode fotometrik kinetik berdasarkan German Society Of Clinical Chemistry (DGKC), berdasarkan prinsip yakni Alkali phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang mentransfer p-nitrophenylphospate menjadi p-nitrofenol. Kenaikan p-nitrofenol diukur secara fotometri dengan spektrofotometer diasys. Praktikum dilakukan pada hari Selasa, 5 Mei 2015 dengan pemeriksaan terhadap 1 sampel dan 12 Mei 2015 dengan pemeriksaan terhadap 2 sampel.

Pada Selasa, 5 Mei 2015 dilakukan pemeriksaan pada sampel kode A . Hal yang pertama dilakukan adalah menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar karena sampel yang digunakan merupakan sampel yang infeksius. Diperhatikan juga kondisi sampel baik dan layak digunakan, terlihat dari warna sampel serum yang diterima adalah warna kuning jernih. Sebelum melakukan pemeriksaan ALP dilakukan pembuatan monoreagen ALP FS, dengan cara mencampurkan 4 bagian reagen ALP FS 1, dan 1 bagian reagen ALP FS 2 (20 ml reagen ALP FS 1 dan 5 ml reagen ALP FS 2). Proses pemeriksaan ALP diawali dengan mengkondisikan alat dan bahan pada suhu ruangan, sebab komponen yang terkandung dalam reagen dan serum akan bersifat tidak aktif pada suhu dingin dan rusak pada suhu panas. Selain itu dipastikan tanggal kadaluarsa pada reagen ALP FS yang digunakan, untuk mencegah pemakaian reagen yang kadaluarsa dan mengecek kelayakan reagen yang akan digunakan. Alat yang digunakan dipastikan dalam keadaan steril dan bersih agar tidak ada zat penggangu dalam pemeriksaan.Selanjutnya disiapkan satu buah tabung serologi, kemudian dimasukkan 1000 l monoreagen ALP FS kemudian ditambah 20 l sampel serum. Pada praktikum kali ini, praktikan hanya menggunakan proporsi regaen dan serum setengah reaksi, dengan perbandingan yang sama sesuai prosedur, yakni dalam tabung serologi dimasukkan 500 l monoreagen ALP FS kemudian ditambah 10 l sampel serum. Kemudian diukur absorbansi dengan melakukan inkubasi didalam alat, yakni spektrofotometer diasys. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer karena mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaannya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik. Inkubasi pada alat selama 1 menit (delay time) dan kemudian ditunggu waktu pembacaan konsentrasi dan absorbansinya selama 3 menit (read time. Pada praktikum diperoleh nilai absorbansi sampel A sebesar 228,0 u/L. Dari hasil tersebut maka pasien sampel A masih ada dalam rentang normal kadar ALP kategori dewasa (