aliran psikologi

Upload: vriga-chabibi

Post on 13-Jul-2015

963 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi konten.

Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.

Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan :

1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar, 2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan 3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf

Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang.

Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika.

Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.

Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak intergritasnya.

Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.

Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu

psikologi. Sistem ini mendorong psikologi menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Sebelum membahas tentang psikologi fungsionalisme amerika, terlebih dahulu harus mengetahui perkembangan yang terjadi sebelum psikologi fungsinalisme muncul di amerika.

Ketika konsep psikologi strukturalisme wundt dari jerman diperkenalkan di amerika serikat, dengan segera konsep tersebut disesuaikan dengan karakteristik amerika. Walaupun salah satu murid wundt, titchener, tetap berpegang dalam keaslian psikologi strukturalisme di amerika.

Setelah para psikolog amerika kembali dari pendidikan di jerman, mereka memasukkan suatu interpretasi fungsional dalam psikologi strukturalisme. Secara singkat, psikologi fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan proses mental dan menghargai kebermanfaatan psikologi.

Ironisnya, psikologi fungsionalisme di kemukakan oleh titchener pada tahun 1898, hal ini di lakukan untuk membedakan pandangan-pandangan fungsionalisme dari psikologi stukturalisme yang sejati.

Menurut Boring (1950), psikologi fungsionalisme berbeda dengan psikologi strukturalisme tentang alasan dalam melakukan eksperimen. Para fungsionalis ingin mengetahui cara kerja pikiran dan apa saja kegunaan pikiran, bukan sekedar isi dan struktur apa yang terlibat dalam proses-proses mental.

Hal ini sesuai dengan filsafat pragmatisme yang menciptakan pemahaman bahwa dalam menciptakan atmosfer intelektual, yang dilakukan bukanlah mempelajari apa yang dilakukan individu, tetapi bagaimana individu mempelajari tersebut.

Psikologi fungsionalisme menghargai pentingnya adaptasi spesies dan individu terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan. Adaptasi sebagai mekanisme untuk bertahan hidup, hal ini sesuai dengan pengalaman bangsa amerika dalam menanamkan peradaban terbaik eropa dan menaklukkan benua liar tersebut.

Tokoh lain yang sangat berpengaruh dalam psikologi fungsionalisme yaitu William James (1842-1910) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914). Keberpengaruhan mereka dalam kontribusi pemikiran pragmatisme tentang kesadaran, proses mental dan empirisisme membawa formulasi-formulasi baru psikologi yang menjadi awal munculnya sistem amerika berikutnya.

Fungsionalisme amerika adalah gerakan yang relatif tidak bertahan lama. Fungsionalisme membuka jalan bagi pendefinisian ulang psikologi dengan pendekatan behavioristik yang dengan cepat mendominasi psikologi amerika.

Fungsionalisme dapat dipandang sebagai tahap transisional antara strukturalisme dan behaviorisme di amerika. Di sisi lain, psikologi tertanam kokoh dan menunjukkan kebernilaiannya, baik dalam akademik maupun terapan di amerika, semua karena upaya intensif yang dilakukan oleh para fungsionalis. Sehingga para fungsionalis ini disebut sebagai pembawa kemajuan yang memasukkan unsur amerika dalam psikologi dan tetap dipertahankan hingga kini.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Tempat gerakan psikoanalisis dalam psikologi kontemporer adalah unik sekaligus paradoksikal. Di satu sisi, psikoanalisis merupakan sistem psikologi yang paling dikenal luas meskipun tidak secara universal dipahami.

Pendirinya tidak lain adalah Sigmund Freud, sudah pasti merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal di abad terakhir. Di sisi lain, gerakan psikoanalisis tidak banyak memiliki kesamaan dengan berbagai pandangan psikologi lainnya.

Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Freud dididik dalam bidang sains, namun sistemnya tidak banyak menggunakan emipirisisme sistematik.

Sebagai dokter, Freud menggunakan kekuatan observasinya yang cermat untuk mengembangkan sistemnya dalam rangka medis, mendasarkan teorinya pada berbagai studi kasus individual.

Ia tidak mengubah pemahamannya tentang ilmu pengetahuan pada abad 19 dalam upaya mengorganisasi observasinya. Ia tidak berusaha menguji hipotesisnya secara teliti, melalui verifikasi independen. Sebagaimana yang dikatakan olehnya, ia adalah psikoanalasis dan ia tidak menoleransi penyimpangan pandangan-pandangan ortodiksnya.

Konsisten dengan posisi gestalt, psikoanalisis secara teguh mendasarkan pada model aktif proses-psoses mental, namun kurang memiliki komitmen pada empirisisme seperti halnya psikologi gestalt. Freud tidak hanya konsisten pada aktivitas proses mental yang dikemukakan oleh Leibniz dan kant, tetapi juga dengan keyakinan pada abad 19 tentang tingkat aktivitas mental sadar dan tidak sadar.

Psikoanalisis memperkenalkan studi tentang proses-proses ketidaksadaran yang mempengaruhi aktivitas manusia. Psikoanalisis menekankan tujuan keseimbangan homeostatik energi-energi ketidaksadaran dalam kepribadian.

Psikoanalisis mengembangakan konsep aktivitas mental lebih luas dari pada sistem psikologi manapun. Sebagai representasi utama dari kebergantungan ekstrim pada aktivitas mental untuk menjelaskan kepribadian, psikoanalisis terpisah dari berbagai gerakan lain dalam psikologi kontemporer.

Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan.

Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.

Para teoritis lain memodifikasi teori freud dan memasukkan pengaruh budaya (Jung) dan kebutuhan sosial (Adler dan Horney). Selain itu, para cendikiawan juga mengitegrasikan model psikoanalisis dengan pendekatan lapangan (Sullivan) dan asumsi eksistensial (Fromm).

Sebagai sebuah gerakan kontemporer, psikoanalisa masih berpengaruh besar dalam psikiatri dan psikologi klinis, meskipun akhirnya, gerakan ini terpecah karena tidak adanya kesepakatan metodologis.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah persegi panjang maka hal ini dapat dipahami dan dijelaskan sebagai persegi panjang berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas ini tidak bisa dijelaskan sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan.

Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.

Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt.

Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan.

Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model wunditian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.

Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika.

Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya. Psikologi behaviorisme memaknai psikologi sebagai studi tentang perilaku dan sistem ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad 20 Amerika Serikat.

Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang mendasarinya.

Gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus Watson (1878-1958) dengan makalahnya berjudul Psychology as the Behaviorist Views It dan dipublikasikan pada tahun 1913.

Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan psikologi.

Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi Amerika.

Watson sangat berhasil dalam mengawali perubahan perkembangan psikologi. Sehingga behaviorisme secara bertahap berkembang dari definisi awal watson menjadi behaviorisme yang mencakup rangakaian aktivitas manusia dan infra manusia yang luas dan dipelajari melalui beragam metodologi empiris.

Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi.

Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang secara umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan.

Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi. Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).

Tetapi kelompok ilmuwan rusia tersebut memberikan dampak besar bagi behaviorisme setelah publikasi tulisantulisan Watson dan berperan sebagai kekuatan untuk memperluas formulasi aslinya.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.

Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.

Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.

Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masingmasing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.

Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh. Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.

Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.

Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

Daftar Pustaka

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan psikologi holistik dan humanistik. Pekembangan aliran-aliran behaviorisme dan psikoanalisis yang sangat pesat di Amerika Serikat ternyata merisaukan beberapa pakar psikologi di negara itu. Mereka melihat bahwa kedua aliran itu memandang manusia tidak lebih dari kumpulan refleks dan kumpulan naluri saja.

Mereka juga menganggap kedua aliran itu memandang manusia sebagai makhluk yang sudah ditentukan nasibnya, yaitu oleh stimulus atau oleh alam ketidakkesadaran manusia. Dan yang tidak kalah penting, mereka berkesimpulan bahwa kedua aliran itu menganggap manusia sebagai robot atau sebagai makhluk yang pesimistik dan penuh masalah.

Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagian-bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.

Humanistik tidak jelas kaitannya dengan ekologi psikologi. Pada satu sisi, Humanistik tempat yang paling berkuasa atas nilai potensial untuk pengembangan individu. Ini nilai-nilai pengalaman manusia dan kemampuan manusia untuk melampaui pikiran dengan lingkungan sekitarnya, dengan cara yang kreatif. Jadi dalam hal Humanistik untuk manusia dan pengalaman. Humanistik adalah ilmu manusia untuk menangkap pengalaman dalam semua keindahan yang subjektif. Ini yang menyebabkan sebuah penekanan atas berbagai metode fenomenologi yang bertujuan untuk mendapatkan semaksimal mungkin jati diri manusia.

Pada sisi lainya, ekologi psikologi dengan kontras menunjukkan pemisahan manusia dari tanaman, binatang dan materi dunia sebagai buatan yang menyesatkan dan tidak bijaksana. Ekologi melihat, yang paling universal dan paling tinggi nilai simbol dan gambar dari pikiran manusia berasal dari kapasitas untuk memungut dalam ukuran kecil yang sungguh-sungguh untuk menopang semesta dan kita masuk di dalamnya. Jika ini adalah pernyataan simbolis yang penting dari aspek pemenuhan manusia, maka kita perlu mempertimbangkan sebuah ekologi diri yang merangkum semua bentuk kehidupan dan perasaan kesatuan.

Saat ini rasa kuatir, depresi, bingung dan kesepian pada individu yang mencari beberapa penjelasan untuk rasa isolasi dan kesedihan mereka. Kontemporer kerja, dengan penekanan pada gencarnya pembangunan teknologi, persaingan tajam dan individualisme telah membuat korban tak terhitung. Mereka hadir dari hilangnya eksistensial

karena keprihatinan yang dramatis atas racun di lingkungan pekerjaan. Secara tradisional, orang-orang ini telah dirawat dengan baik namun belum cukup. Melalui hubungan yang saling menerima dan melalui upaya bersama antara antara klien dan terapis dalam menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk pencapaian keseimbangan antara berbagai pengalaman dan perasaan yang sesungguhnya terjadi pada diri klien. Karena dengan ini maka terwujud prosedur terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan dan eksistensial diri.

Jadi pemahaman tentang manusia dalam psikologi humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas Psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia. Sehingga terwujudlah satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia secara holistik.

Daftar Pustaka W. Sarwono, Sarlito, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 2000. The Journal of Humanistic Psychology, Vol. V, No. 2, Fall 1965, pp. 219 227. Handbook of Humanistic Psychology, by Kirk J. Schneider, James F.T. Bugental, and Jean Fraser Pierson (Eds.), 2000.