alfalah cicalengkaaa

Upload: skipper

Post on 20-Feb-2018

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    1/41

    75

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Gambaran Umum Pesantren Al-Falah Cicalengka

    Lokasi pesantren Al-Falah Cicalengka berada di Kecamatan Cicalengka

    sebelah timur kabupaten Bandung. Untuk menuju daerah ini bisa ditempuh

    dengan naik angkutan umum elf atau bus jurusan Bandung-Garut. Dari jalan

    utama (jalan Bypass) untuk sampai ke pesantren bisa ditempuh dengan jalan kaki,

    naik ojeg atau apabila membawa kendaraan sendiri bisa langsung ke

    perkomplekan pesantren Al-Falah. Jarak dari jalan utama ke perkomplekan

    pesantren Al-Falah yaitu 500 meter. Antara pemukiman penduduk setempat

    dengan komplek pesantren terdapat dinding pembatas yaitu tembok yang sangat

    tinggi agar keamanan santri terjamin. Di area pesantren terdapat satu buah sungai

    yaitu sungai Cibodas di sebelah barat.

    Wilayah pesantren Al-Falah terbagi atas dua daerah. Al-Falah I terdapat di

    Jl. Kapten Sangun No.6 Cicalengka dan Al-Falah II terdapat di Jl. Nagreg

    Bandung. Komplek pesantren Al-Falah I membentang dari timur ke barat.

    Pesantren Al-Falah I terbagi atas dua komplek yang sangat luas. Sekilas kompleks

    tersebut hanya terlihat seperti pemukiman penduduk. Ketika kita memasuki

    komplek pertama sebelah barat, maka bangunan pertamana yang akan kita jumpai

    adalah rumah pengasuh pesantren Al-Falah yaitu Bapak KH. Q. Ahmad Syahid,

    Ph.D.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    2/41

    76

    Seperti pesantren-pesantren lain, pada bagian tengah (pusat) komplek,

    terdapat sebuah masjid tempat ibadah santri , kiai dan penduduk setempat. Masjid

    tersebut berukuran 11 x 13 m. Disamping masjid sebelah kiri terdapat gedung

    madrasah MTs. putri kelas VII-IX dan di atas masjid terdapat asrama putri.

    Sebelah kanan masjid, terdapat Gedung STAI Al-Falah (Sekolah Tinggi Agama

    Islam) yang menyatu dengan kantor MTs. Di depan gedung STAI terdapat asrama

    putra, asrama pengurus yang berdampingan dengan ruang perpustakaan dan ruang

    kesektariatan Ponpes Al-Falah.

    Komplek kedua Al-Falah I bersebrangan dengan komplek pertama. Ketika

    kita memasuki komplek kedua, maka kita akan melihat taman yang sangat luas

    dan bangunan yang tinggi. Bangunan tersebut adalah gedung madrasah putra.

    Sebelah kiri gedung adalah kediaman anak ketiga KH. Syahid yaitu H. Rifat Aby

    Syahid, S.Pd, beliau merupakan salah satu pengasuh ponpes Al-Falah. Disebelah

    kanan terdapat rumah besar yang merupakan kediaman kepala sekolah MTs. yaitu

    bapak Drs. H. Nanang Naisabur beserta istri (istrinya merupakan anak kedua KH.

    Syahid). Di depan gedung madrasah terdapat lapangan yang luas yang berfungsi

    untuk berbagai macam kegiatan santri seperti upacara, bermain, perayaan haul dan

    kegiatan lainnya.

    Di komplek pesantren Al-Falah I, santri tinggal di asrama yang terpisah

    tapi berdekatan. Asrama santri putra berjumlah 12 asrama dengan jumlah santri

    sebanyak 319 orang. Asrama santri putri berjumlah 9 asrama dengan jumlah santri

    sebanyak 224 orang. Jadi keseluruhan jumlah santri Al-Falah I Cicalengka adalah

    543 orang. Asrama ini dipimpin langsung oleh KH. Syahid.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    3/41

    77

    Kompleks Al-Falah II yang berada di Nagreg terdiri dari asrama santri

    putra dan putri plus sekolah Madrasah Aliyah (MA), Taman Kanak-kanak dan

    Madrasah Diniyah. Lokasi Al-Falah II sangat cocok sekali untuk dijadikan

    pesantren. Komplek pesantren Al-Falah II jauh dari keramaian apalagi rumah

    penduduk. Al-Falah II berada di bawah pegunungan yang udaranya sangat sejuk

    dan dingin. Jarak dari jalan utama ke pesantren adalah 1 km. Untuk sampai ke

    pesantren, dapat menggunakan mobil atau berjalan kaki. Berbeda dengan Al-Falah

    I, luas wilayah Al-Falah II lebih besar.

    Ketika memasuki gerbang, sebelah kiri kita akan melihat masjid, aula dan

    asrama putri. Sebelah kanan pintu gerbang, kita akan melihat rumah kediaman

    Wafa Wafiah (salah satu pengasuh ponpes Al-Falah dan anak KH. Syahid),

    kediaman istirahat KH. Syahid, ruang sekertariat, OSIS, Koperasi, wartel, gedung

    TK, gedung MD, Gedung MA dan asrama putra. Didepan asrama putra terdapat

    lapangan yang sangat luas yang merupakan tempat bermain bola santri putra. Di

    depan gerbang, kira-kira 500 meter terdapat kediaman kepala sekolah MA yang

    merupakan anak pertama KH. Syahid yaitu KH. Cecep Abdullah Syahid, S.Ag.

    Jumlah santri Al-Falah II sebanyak 297 orang. Jumlah asrama yaitu 10 asrama,

    asrama putri 6 dan asrama putra 4. Kini jumlah luas keseluruhan komplek Al-

    Falah I dan II adalah 125 tumbak atau 1200 meter persegi.

    Pengasuh pondok pesantren Al-Falah adalah Drs. KH. Q. Ahmad Syahid,

    PhD yang akrab dipanggil Ayah atau Kang Haji Syahid. Beliau merupakan salah

    satu qori terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia karena beliau menjadi juara

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    4/41

    78

    pertama pada MTQ pertama tahun 1969. Sosok kepemimpinan beliau sangat

    disegani oleh pimpinan pesantren dan kiai-kiai lainnya di Jawa Barat.

    Program yang diselenggarakan di pondok pesantren Al-Quran Al-Falah

    adalah:

    1. Taman Kanak-Kanak (berlokasi di Al-Falah II Nagreg)

    2. Madrasah Diniyah (di Al-Falah II Nagreg)

    3. Madrasah Tsanawiyah (di Al-Falah I Cicalengka)

    4. Madrasah Aliyah Umum (MAU) (di Al-Falah II Nagreg)

    5. Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) (di Al-Falah II Nagreg)

    6. Santri Takhosus

    7. Majelis Talim

    8. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)

    9.

    Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah.

    Karena adanya peraturan baru tentang pendidikan yang tercantum dalam UU

    Sistem Pendidikan Nasional yang baru yaitu UU No. 20 tahun 2002, maka mulai

    tahun ajaran 2006-2007 Madrasah alayah Keagamaan (MAK) dilebur ke

    Madrasah Aliyah.

    Yayasan lembaga pendidikan Islam Asy-Syahidiyah Al-Falah memiliki

    lembaga pendidikan formal dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Lembaga

    pendidikan yang ada di bawah yayasan lembaga pendidikan Islam Asy-

    Syahidiyah ini adalah:

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    5/41

    79

    Tabel 1.2

    Nama lembaga & jumlah siswa yang ada di pondok pesantren Al-Falah Cicalengka

    No Nama Lembaga Kepala SekolahJumlah siswa/

    santri

    1 TK (Taman Kanak-

    Kanak)

    Hj. Ela Kholilah S.Ag 30 orang

    2 MD(Madrasah

    Diniyah)

    Yandi Ramdani S.Ag 25 orang

    3 MTs (Madrasah

    Tsanawiyah)

    Drs. H. Nanang Naisabur 460 orang

    4 MA (Madrasah

    Aliyah)

    KH. Cecep Abdullah Sy S.Ag 297 orang

    5 Takhosus H. Rifat Aby Syahid S.Ag 83 orang

    6 STAI Al-Falah KH. Q. Ahmad syahid PhD 51 orang

    JUMLAH TOTAL 946 ORANG

    Santri di pesantren Al-Falah yang mengenyam pendidikan formal cukup banyak

    tetapi jumlahnya lebih sedikit dari yang tinggal di asrama. Para santri yang

    pesantren di Al-Falah baik putra maupun putri berdatangan dari daerah luar

    seperti Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan ada juga yang

    datang dari Lampung, Medan, Riau, kalimantan bahkan Timor-Timur.

    Disamping lembaga-lembaga formal di atas, di pondok pesantren Al-Falah

    juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: OSIS (Organisasi Siswa Intra

    Sekolah), Lembaga Bahasa Arab, Latihan Komputer, latihan kepramukaan,

    laboratorium bahasa dan qidrot dan LDK (latihan dasar kepemimpinan).

    Dalam lingkungan asrama, kitab-kitab yang dikaji dapat digolongkan

    menjadi beberapa macam ilmu yaitu: tajwid, fiqh, tafsir, tauhid, nahwu, shorof,

    qiroat dan hadist. Jumlah kitab tajwid lebih banyak dipelajari oleh santri karena

    Al-Falah identik dengan metode pembelajaran Al-Quran. Pesantren yang berdiri

    pada masa orde baru ini, semula menggunakan sistem salaf, semakin hari semakin

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    6/41

    80

    meningkat sehingga pesantren ini menjadi pesantren modern, dengan perpaduan

    antara sistem salaf dengan kegiatan formal di sekolah. Dengan usia yang relatif

    muda, pesantren yang didirikan pada tahun 1971, telah mencetak qoriah-qoriah

    terbaik, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.

    2. Gambaran Umum Desa Waluya Cicalengka

    Desa Waluya adalah salah satu desa yang terkenal agamis atau nyantri di

    Kecamatan Cicalengka. Jika kita akan mengunjungi desa yang berada di sebelah

    timur Kabupaten Bandung tersebut, cukup dengan menggunakan kendaraan

    umum seperti elf atau bus jurusan Bandung- Garut. Dikarenakan bus hanya

    melewati jalur utama (Bypass), kendaraan cukup berhenti di Paramanmuncang.

    Setelah itu naik angkot jurusan Cileunyi-Cicalengka dan berhenti di Pasar

    Cicalengka (Baron). Dari kawasan pasar Cicalengka yang merupakan pusat pasar

    tradisional di Cicalengka, kita cukup berjalan atau naik ojeg untuk memasuki

    wilayah Desa Waluya. Kantor Kepala Desa terletak di Rw. 05 yaitu Kampung

    Ciseke. Jika kita akan mendatangi kantor kepala desa, cukup dengan

    menggunakan kendaraan bermotor atau ojeg.

    Selain identik dengan kawasan industri dan home industry, Desa Waluya

    pun identik dengan kawasan pariwisata Curug Cinulang. Luas Desa Waluya

    adalah 126.5 ha yang membentang luas dari barat ke timur. Wilayah Desa Waluya

    dikelilingi oleh gunung yang menjulang tinggi, rel kereta api dan sawah yang

    membatasi kampung satu dengan kampung yang lainnya. Batas-batas daerah

    Desa Waluya adalah:

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    7/41

    81

    - sebelah barat : Desa Margaasih

    -

    sebelah timur : Desa Cikuya

    - sebelah utara : Desa Cicalengka Wetan

    - sebelah selatan: Desa Hegarmanah

    Batas desa dihalangi oleh sungai, jalan, jembatan, rel kereta api dan sawah.

    Jumlah penduduk Desa Waluya secara keseluruhan adalah 9. 483 orang

    (laki-laki = 4783 orang dan perempuan = 4704 orang) dengan jumlah kepala

    keluarga sebanyak 2276 kk. Keseluruhan jumlah penduduk terbagi atas 17 RW

    (rukun warga) yaitu Kp Balong, Kp. Dungus Maung/ Cikuya, Kp. Ciseke, Kp.

    Pajagalan, Kp. Ciseke (Kp. Waluya+ Kp. Ciseke+ Kp. Kebon Sereh), Kp.

    Cijalupang, Kp. Kebon Kapas Kulon (Ciawitali), Kp. Kebon Kapas Kulon, Kp.

    Kebon Kapas, Kp. Kebon Kapas, Kp. Kebon Kapas, Kp. Urug, Kp. Cijalupang,

    Kp. Kebon Kapas Kulon, Kp. Cikurutug Kidul, Kp. Randukurung, Kp. Kebon

    Kapas.

    Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Waluya sebelum adanya

    industri adalah pengangguran dan petani. Setelah dibangunnya pabrik dan

    berkembangnya home industry pada tahun 1980, mata pencaharian masyarakat

    adalah buruh pabrik. Walaupun masih ada mata pencaharian yang lainnya seperti

    pengrajin, pedagang, peternak, montir, supir, buruh bangunan dan pegawai negeri.

    Kondisi Desa Waluya sebelum adanya industri adalah desa agraris yang

    dominan sawahnya ditanami padi. Namun ketika munculnya kawasan industri,

    maka wilayah Desa Waluya berubah menjadi gersang. Tidak semua kampung di

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    8/41

    82

    Desa Waluya terdapat industri. Kawasan industri dan home industry di Desa

    Waluya umumnya terdapat di Kampung Kebon Kapas dan Ciawitali.

    Karakteristik masyarakat Desa Waluya adalah agamis atau Islami (nyantri)

    karena di daerah tersebut terdapat banyak sekali pesantren. Ada dua pesantren

    yang cukup terkenal se-Kecamatan Cicalengka yaitu pesantren Al-Falah dan

    Nurul Wasilah. Banyak sekali masyarakat yang tertarik untuk belajar ilmu agama

    Islam di kedua pesantren tersebut. Banyak masyarakat yang mendatangi kedua

    pesantren karena kedua pesantren memiliki ciri khas yang berbeda. Pesantren Al-

    Falah identik dengan seni baca Al-Quran dan tilawahnya sedangkan Nurul

    Wasilah terkenal dengan pembelajaran Kitab Kuningnya. Kedua pesantren telah

    memberikan kontribusi yang sangat positif bagi perkembangan ilmu keagamaan di

    Desa Waluya.

    Pendidikan formal yang dimiliki dan tersedia di Desa Waluya hanya

    terbatas pada pendidikan dasar saja yaitu Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,

    TPA dan lembaga pendidikan agama. Jumlah SD yang dimiliki adalah empat SD

    yaitu SDN Randukurung, SDN Waluya, SDN Cikuya dan SDN Sawah Lega.

    Jumlah TK yang dimiliki adalah empat TK yaitu TK Miftahul Hasanah, TK Al-

    Ikhlas, TK Al-Huda dan TK As-Syifa. Jumlah TPA adalah enam TPA dan lima

    lembaga pendidikan agama.

    Masyarakat Desa Waluya dipimpin oleh seorang kepala desa yang sangat

    memperhatikan kemajuan dan kemunduran desa. Beliau bernama Cecep

    Kurniawan. Dalam menjalankan tugasnya, beliau dibantu oleh empat wakil

    pembantu desa, yaitu Engkus Kuswara menjabat sebagai kaur ekbang, Ikin

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    9/41

    83

    menjabat sebagai bendahara, Deni menjabat sebagai kaur pemerintahan dan

    Sanaryo menjabat sebagai sekertaris desa.

    B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

    Penelitian yang dilakuakan adalah melakukan wawancara terhadap

    masyarakat pesantren Al-Falah dan masyarakat Desa Waluya. Profil mereka

    adalah:

    1) H. Rifat Aby Syahid S.Ag, usia 32 tahun, merupakan anak ketiga dari

    pimpinan pesantren Al-Falah KH. Syahid. Selain itu beliau merupakan salah

    satu pengasuh pondok pesantren Al-Falah. Untuk selanjutnya disebut dengan

    kode 1 RA.

    2) Engkus Kuswara, usia 35 tahun, merupakan aparat Desa Waluya yang

    menjabat sebagai kaur ekbang. Beliau telah 12 tahun bekerja di pemerintahan

    desa. Beliau bertempat tinggal di Rw. 05 Kampung Ciseke. Untuk selanjutnya

    disebut dengan kode 2 EK.

    3) Saryono, usia 65 tahun merupakan salah satu tokoh masyarakat Desa Waluya

    yang masih menjabat sebagai ketua Rw. 01 Kampung Balong. Beliau telah 35

    tahun menjabat sebagai ketua Rw. Beliau bertempat tinggal di Rt. 01 Rw. 01

    Kp. Balong Desa Waluya. Untuk selanjutnya disebut dengan kode 2 SR.

    4) Yuyun, usia 35 tahun merupakan masyarakat biasa yang memiliki home

    industry sate jebred. Beliau bertempat tinggal di Rt.02 Rw.01 Kp. Balong

    Desa Waluya. Beliau telah membuka usaha sate jebred selama delapan tahun.

    Untuk selanjutnya disebut dengan kode 2 YN.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    10/41

    84

    5) H. A. Zacky Burhan S.PdI, usia 24 tahun, merupakan RoisAM pondok

    pesantren Al-Falah. Berasal dari Majengka. Menjadi santri Al-Falah selama 5

    tahun. Sekarang tinggal di asrama pengurus putra + asatidz. Lulus STAI Al-

    Falah tahun 2004. Untuk selanjutnya disebut dengan kode 1 ZB.

    6) Ai Neni S.PdI, usia 25 tahun berasal dari Ciparay. Merupakan salah satu

    pengurus putri ponpes Al-Falah. Di MTs menjabat sebagai pengurus

    perpustakaan dan di ponpes menjabat sebagai guru Al-Quran. Menjadi santri

    Al-Falah selama 5 tahun kemudian diangkat menjadi pengurus. Lulus STAI

    Al-Falah tahun 2002. Untuk selanjutnya disebut dengan kode 1 IN.

    7) Evi Rossyidah S.PdI, usia 22 tahun berasal dari Bekasi. Merupakan salah satu

    pengurus santri putri ponpes Al-Falah. Di MTs menjabat sebagai wali kelas

    VII A dan guru bahasa arab. Menjadi santri Al-Falah selama 5 tahun. Lulus

    STAI Al-Falah tahun 2006. Untuk selanjutnya disebut dengan kode 1 ER.

    8) Yayan Taryana, usia 38 tahun asal dari Rt.01 Rw.12 Kp. Urug Desa Waluya.

    Memiliki pabrik home industry kerudung rajutan Al-Jaya selama 10 tahun.

    Rutin mengikuti pengajian wirid thoriqoh di pesantren Al-Falah setiap hari

    minggu. Telah mengikuti pengajian selama 1 tahun. Untuk selanjutnya disebut

    dengan kode 2 YT.

    9) Eutik, usia 60 tahun asal dari Rw. 15 Kp. Cikurutug Kidul Desa Waluya.

    Memiliki pabrik home industrykerupuk selama 20 tahun. Untuk selanjutnya

    disebut dengan kode 2 ET.

    10)Siti Solihat, usia 25 tahun mahasiswi tingkat-5 STAI Al-Falah Cicalengka.

    Asal Kp. Cijalupang Desa Waluya. Menjadi santri Al-Falah selama 4 tahun,

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    11/41

    85

    kemudian diangkat menjadi pengurus putri. Untuk selanjutnya disebut dengan

    kode 2 ST.

    11)T. Nouval Istikhori, usia 22 tahun mahasiswa tingkat-1 STAI Al-Falah

    Cicalengka. Asal Kp. Pajagalan Desa Waluya. Menjadi santri Al-Falah selama

    5 tahun kemudian diangkat menjadi pengurus santri putra dan menjabat

    sebagai guru bahasa arab di MTs, sebagai seksi pendidikan di ponpes Al-

    Falah. Untuk selanjutnya disebut dengan kode 2 NI.

    12)Hj. Sri Hartati Permanasari, usia 28 tahun mahasiswi tingkat-3 STAI Al-Falah

    cicalengka. Asal Kp Cikurutug Kidul Desa Waluya. Menjadi santri Al-Falah

    selama 8 tahun kemudian diangkat menjadi pengurus santri putri. Untuk

    selanjutnya disebut dengan kode 2 SH.

    Deskripsi tentang perubahan sosial yang terjadi di masyarakat akibat

    adanya industri dan peran pesanten Al-Falah dalam memelihara ikatan

    kekeluargaan, akan dijelaskan berdasarkan wawancara dengan narasumber di atas.

    Deskripsi hasil penelitian pun mengacu pada permasalahan pokok dan tujuan dari

    penelitian ini.

    1. Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Industri Desa Waluya

    a.

    Keberadaan Industri di Desa Waluya

    Desa Waluya merupakan wilayah Kecamatan Cicalengka Kabupaten

    Bandung. Jumlah Rw (rukun warga) cukup banyak yaitu 17 Rw, seperti yang

    dikemukakan oleh 2 EK. Nama Rw atau kampung yang berada di daerah Desa

    Waluya adalah Kp Balong, Kp. Dungus Maung/ Cikuya, Kp. Ciseke, Kp.

    Pajagalan, Kp. Ciseke (Kp. Waluya+ Kp. Ciseke+ Kp. Kebon Sereh), Kp.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    12/41

    86

    Cijalupang, Kp. Kebon Kapas Kulon (Ciawitali), Kp. Kebon Kapas Kulon, Kp.

    Kebon Kapas, Kp. Kebon Kapas, Kp. Kebon Kapas, Kp. Urug, Kp. Cijalupang,

    Kp. Kebon Kapas Kulon, Kp. Cikurutug Kidul, Kp. Randukurung, Kp. Kebon

    Kapas. Tidak semua Rw ada industri, khususnya industri kecil, dominan industri

    terdapat di Kp. Kebon Kapas seperti di Rw. 09,10,11,15, dan 16. Industri tersebut

    lebih dispesifikan dalam home industry yaitu pabrik tahu, kerupuk, kerajinan

    tangan rumah tangga, roti, ciput+kerudung rajutan. Selain home industry, di Desa

    Waluya terdapat pabrik/ perusahaan besar yang bergerak di bidang garmen, nama

    perusahaannya adalah PT. Cemara Agung.

    Hadirnya industri memberikan angin segar bagi masyarakat. Industri di

    Desa Waluya bermunculan pada tahun 1986, ketika itu masyarakat Desa Waluya

    masih berprofesi sebagai petani. Reaksi masyarakat ketika adanya industri sangat

    menggembirakan dan antusias sekali karena menurut masyarakat, industri dapat

    memperbaiki perekonomian dan dapat beralih profesi menjadi karyawan pabrik

    sebagaimana yang dikemukakan oleh 2 EK. Tapi dengan semakin meningkatnya

    kebutuhan masyarakat, meningkat pula biaya yang harus dikeluarkan. Untuk itu

    reaksi 2 YN terhadap keberadaan industri biasa-biasa saja karena ada atau tidak

    adanya industri, kebutuhan hidup keluarga tidak akan cukup. Sementara itu

    menurut 2 SH, reaksi terhadap adanya industri sangatlah mengagetkan karena

    industri dapat memberikan dampak yang positif sekaligus negatif. Dengan industri

    semua menjadi serba mudah dan serba ada.

    Hadirnya industri di tengah-tengah masyarakat memang memberikan

    secercah cahaya bagi masyarakat yang menganggur untuk mendapatkan pekerjaan

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    13/41

    87

    yang layak. Masyarakat Desa Waluya adalah masyarakat yang agraris, kemudian

    setengah dipaksa untuk menjadi masyarakat industri. Untuk membangun suatu

    industri, pilihlah tempat-tempat yang di daerah itu belum ada budaya agrarisnya,

    yang tempatnya tandus. Dulu Desa Waluya subur makmur, gemah ripah, sekarang

    sudah mulai banyak kekeringan, hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh 1

    RA.

    Arah peningkatan perekonomian masyarakat setelah adanya industri sangat

    meningkat secara signifikan yaitu sebanyak 30 persen sebagaimana yang

    dikemukakan oleh 2 EK. Peningkatan ekonomi terjadi karena masyarakat yang

    dulunya bekerja sebagai petani, gaji yang diterimanya tidak tentu tapi setelah

    menjadi karyawan pabrik, gaji yang diperoleh sesuai dengan target ia bekerja.

    b. Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa Waluya sebelum dan setelah

    adanya industri di bidang pendidikan, keagamaan, sosial budaya dan

    ekonomi

    Bidang Pendidikan

    Kehidupan sosial masyarakat Desa Waluya sebelum dan setelah adanya

    industri dalam berbagai bidang jelas berbeda. Perbedaan dalam bidang

    pendidikan, sebelum dan setelah adanya industri tidak terlalu mencolok mungkin

    dari segi fisiknya saja meningkat. Dulu hanya ada lima SD dan delapan

    madrasah, sekarang SD dimerger menjadi 4, TK, madrasah serta lembaga

    pendidikan agamanya lebih banyak. Bangunan fisik yang dulu tidak layak huni,

    sekarang khusus untuk Desa Waluya bisa dikatakan paling baru bangunan-

    bangunan sekolahnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh 2 EK dan 2 SR.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    14/41

    88

    Setelah bekerja di pabrik dan mempunyai penghasilan yang cukup, banyak

    orang tua yang berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya di lembaga

    pendidikan formal, sebagaimana yang dikemukakan oleh 2 SS . Ada pula orang

    tua yang karena kesibukan bekerja, tidak memperhatikan pendidikan anaknya.

    Sehingga anak menjadi terbengkalai, malas belajar dan tidak naik kelas, hal

    tersebut dikemukakan oleh 1 ZB.

    Bidang Keagamaan

    Khusus dibidang keagamaan, untuk masyarakat Desa Waluya yang

    dikategorikan daerah agamis atau religius, untuk rutinitas keagamaan tidak ada

    perbedaan yang berarti. Banyak pesantren di Desa Waluya yang dikategorikan

    besar untuk kecamatan Cicalengka yaitu pesantren Al-Falah dan pesantren Nurul

    Wasilah yang terrdapat di Rw. 17 Kp. Kebon Kapas. Secara fisik, bangunan

    ibadahnya pun meningkat disertai dengan sarana dan prasarana yang memadai,

    sebagaimana yang dikemukakan oleh 2 EK.

    Sebagai tokoh masyarakat, 2 SR menilai bahwa agama merupakan pondasi

    dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai agama sangat dipegang teguh oleh

    masyarakat Desa Waluya. Selain bekerja, beribadah adalah salah satu rutinitas

    yang dikerjakan masyarakat dalam kehidupannya. Pengajian merupakan salah satu

    kegiatan keagamaan yang selalu ramai diikuti oleh penduduk setempat, baik itu

    pengajian anak-anak, remaja dan orang tua. Dengan adanya industri, keadaan

    tersebut secara berangsur-angsur mengalami penurunan.

    Sarana keagamaan memang meningkat. Menurunnya hal tersebut dibarengi

    pula oleh meningkatnya kesibukan masyarakat sehingga mereka tidak mempunyai

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    15/41

    89

    waktu lagi untuk pergi ke masjid atau pengajian. Setelah bekerja, masyarakat

    merasakan bahwa waktu yang mereka miliki sangatlah berharga. Sisa waktu yang

    ada digunakan untuk istirahat. Dengan demikian keluarga menjadi terlantar, anak-

    anak kurang mendapat bimbingan dan perhatian. Pengajian anak-anak pun

    menjadi berkurang karena mereka lebih tertarik menonton televisi dirumah. Hal

    tersebut dirasakan oleh 2 ET.

    Hal senada juga dikemukakan oleh 2 NI dan 2 SS yang menyatakan bahwa

    mereka lebih merasakan kehidupan beragama sebelum masuknya industri di

    desanya. Masyarakat terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan. Setelah

    masuknya industri, masyarakat jarang terlihat mengikuti pengajian karena

    terbatasnya waktu yang mereka miliki.

    Prinsip keagamaan yang dipegang oleh seseorang memeng berbeda-beda.

    Hal tersebut dikemukakan oleh salah satu bos ciput Al-Jaya yaitu 2 YT. Dengan

    banyaknya pekerjaan, tidak mengurungkan niat untuk tetap mengunjungi

    pesantren Al-Falah bersama istrinya untuk pengajian rutinan mingguan yaitu

    thoriqohan. Kegiatan rutinan sudah beliau laksanakan selama satu tahun terakhir

    ini. Karena walaupun sibuk, beliau masih menyempatkan diri untuk mengisi jiwa

    rohaninya dengan mendengarkan pengajian di pesantren Al-Falah.

    Bidang Sosial Budaya

    Masyarakat Desa Waluya adalah masyarakat yang terkenal ramah, kompak

    dan suka tolong menolong. Saat itu penduduk yang masih ada adalah penduduk

    asli Desa Waluya yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya leluhur dan

    belum terpengaruh budaya luar. Setelah adanya industri, hal tersebut sukar

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    16/41

    90

    ditemukan. Secara fisik mareka bertetangga tapi secara bathin, hati mereka

    terpisah. Tidak ada lagi kebersamaan, kegotong- royongan dan saling kerja sama

    satu sama lain. Kekompakan yang dulu ada kini telah hilang, sebagaimana

    dikemukakan oleh 2 SR.

    Pendapat tersebut bertolak belakang dengan pendapat 2 YT. Dengan adanya

    industri dapat membantu kegiatan sosial masyarakat. Industri dapat memberikan

    bantuan berupa dana untuk perbaikan jalan atau rumah-rumah peribadatan. Hal

    tersebut sering di lakukan oleh 2 YT.

    Bidang Ekonomi

    Keadaan ekonomi masyarakat sebelum adanya industri, sangatlah minim

    (menurut 2 EK). Sebagian besar masyarakat Desa Waluya bermata pencaharian

    sebagai buruh tani, sisanya adalah bekerja sebagai buruh bangunan, berjualan

    bahkan banyak yang menganggur. Sebagian besar penghasilan mereka sangatlah

    kecil. Tetapi setelah masuknya industri, terjadi perubahan dalam lapangan

    pekerjaan. Sebagian besar penduduk beralih memilih bekerja di pabrik. Sehingga

    penghasilan masyarakat lebih baik dari sebelumnya.

    Hal senada diungkapkan oleh 2 YN, bahwa mereka lebih tertarik bekerja

    disektor industri. Selain penghasilannya lebih besar, bekerja di pabrik tidak

    menggunakan tenaga yang ekstra seperti menjadi buruh tani. Industri pun dapat

    meningkatkan kemajuan di bidang ekonomi sehingga dapat menyekolahkan anak

    sampai pendidikan atas, sebagaimana dikemukakan oleh 2 YT dan 2 SH.

    Lain halnya dengan 2 SR, usaha di bidang pertanian masih tetap menjadi

    usaha pokok masyarakat Desa Waluya. Hal tersebut dikarenakan rendahnya

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    17/41

    91

    tingkat pendidikan dan masyarakat tidak memiliki keahlian di bidang lain. Selain

    itu masyarakat sudah terbiasa melakukan pekerjaannya sebagai petani, walaupun

    banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi karyawan pabrik.

    b. Dampak yang dirasakan Masyarakat Desa Waluya akibat Industrialisasi

    Hadirnya industrialisasi di tengah-tengah masyarakat membawa angin

    segar bagi kehidupan mereka. Namun industrialisasi dapat memberikan dampak,

    baik itu positif maupun negatif. Dampak yang dirasakan akibat adanya

    industrialisasi, jelas ke arah positif sebab industrialisasi dapat menyerap tenaga

    kerja khususnya pemuda-pemuda yang semula menganggur kini bekerja,

    sebagaimana yang diungkapkan oleh 2 EK.

    Sebagai tokoh masyarakat, 2 SR berpendapat bahwa industri dapat

    berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang dirasakan adalah dengan

    adanya industri dapat menyerap tenaga kerja dan dapat meningkatkan

    perekonomian masyarakat. Hal tersebut senada dengan 2 ET dan 2 SS. Namun,

    industri dapat berdampak negatif yaitu dapat menimbulkan sifat individualistis

    (tidak saling mengenal) antar sesama anggota masyarakat, sebagaimana yang

    dikemukakan 2 YN. Dampak negatif lainnya dapat terlihat dari kesibukan

    menyebabkan merenggangnya atau longgarnya ikatan kekeluargaan di antara

    keluarga dan tetangga, sebagaimana dikemukakan 2 YT. Selain itu banyak

    masyarakat yang bekerja tidak ada waktu untuk saling berkomunikasi dengan

    tetangga. Dan kehadiran pendatang yang bekaerja sebagai karyawan yang

    membawa budaya dan pengaruh yang baru.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    18/41

    92

    c. Dampak Industri terhadap Hubungan Kekeluargaan pada Masyarakat

    Industri

    Hubungan kekeluargaan yang terjalin di masyarakat akibat adanya industri

    di satu sisi bisa dikategorikan lebih kuat, karena hadirnya pendatang baru

    menyebabkan masyarakat saling mengenal satu sama lain. Tapi di satu sisi di

    karenakan kesibukan masing-masing, menyebabkan hubungan kekeluargaan

    merenggang, contoh tidak mengenal tetangga yang lainnya, sebagaimana

    dikemukakan oleh 2 EK.

    Hal senada dikemukakan oleh 2 SR bahwa industrialisasi menyebabkan

    hubungan kekeluargaan di masyarakat semakin merenggang dan tidak saling

    komunikasi baik sesama anggota keluarga, tetangga maupun masyarakat. Ikatan

    kekeluargaan cenderung kearah renggang karena kesibukan. Industri dapat

    merenggangkan hubungan sosial karena industri lebih cenderung milik

    perorangan (individu), sebagaimana dikemukakan oleh 2 SS.

    2. Relasi Sosial yang terjadi pada Masyarakat Industri di Desa Waluya

    Kehadiran industri ke Desa Waluya telah mengakibatkan hilangnya nilai-

    nilai yang ada di masyarakat, termasuk dalam hal memelihara ikatan kekeluargaan

    sesama masyarakat. Ikatan kekeluargaan yang terjadi pada masyarakat Desa

    Waluya sebelum adanya industri dan setelah adanya industri jauh berbeda.

    Masyarakat yang terkenal ramah, suka akan kebersamaan, suka tolong menolong,

    pos ronda rutin, berubah seketika setelah adanya industri. Ikatan kekeluargaan

    setelah adanya industri menjadi terkikis sedikit demi sedikit, hal tersebut

    dibuktikan dengan jarangnya pelaksanaan ronda malam yang menyebabkan

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    19/41

    93

    banyaknya masyarakat Desa Waluya yang menjadi korban pencurian. Selain itu

    jika ada musyawarah atau gotong-royong, pasti yang menghadiri hanya tokoh

    masyarakat desa setempat saja.

    Jika ada yang masyarakat meninggal, dulu masyarakat berbondong-

    bondong mengadakan tahlilan dan pengajian, tapi setelah adanya industri hal

    tersebut tidak tampak lagi, sebagaimana dikemukakan oleh 2 EK dan 2 SR. Ikatan

    kekeluargaan yang sedikit demi sedikit terkikis terjadi karena sikap terbuka

    masyarakat dalam menerima perubahan sehingga mengakibatkan mengendornya

    rasa kekeluargaan dan kegotong royongan dalam masyarakat (menurut 2 NI).

    Hal tersebut senada dengan pendapat 2 SH bahwa relasi sosial yang di

    realisasikan dalam hal ikatan kekeluargaan pada masyarakat Desa Waluya

    sebelum adanya industri sangat terlihat kompak dan terlihat kebersamaannya

    diberbagai bidang. Misalnya kalau ada yang memperbaiki jalan desa, maka

    masyarakat tanpa disuruh akan membantu pembangunan tersebut, tapi setelah

    masyarakat banyak yang bekerja di pabrik, untuk melaksanakan kerja bakti pun

    harus menggunakan undangan tersendiri. Tidak hanya laki-laki saja yang bekerja

    dipabrik, wanita pun banyak yang bekerja dengan alasan untuk lebih memenuhi

    kebutuhan hidup yang serba kekurangan. Hal tersebut menyebabkan peran ibu

    bergeser yang tadinya berprofesi hanya sebagai rumah tangga saja, kini bertambah

    sebagai pencari nafkah sehingga melupakan kodratnya sebagai istri bagi suaminya

    dan ibu bagi anak-anaknya.

    Kuantitas pertemuan sangat menentukan kualitas ikatan kekeluargaan yang

    terjalin di masyarakat. Banyak masyarakat yang bekerja sehingga hubungan yang

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    20/41

    94

    terjalin sesama anggota keluarga pun tampak merenggang. Hal tersebut sangat

    kontras sekali ketika masyarakat belum bekerja di pabrik. Hal tersebut diakibatkan

    oleh kesibukan akan bekerja dan komunikasi dengan keluarga dan tetangga.

    Kesibukan mengakibatkan masyarakat tidak lagi memiliki waktu untuk bekerja

    bakti atau jaga malam (ronda), sebagaimana dikemukakan oleh 2 YT.

    Ikatan kekeluargaan yang sudah ditinggalkan akibat adanya industri adalah

    kebersamaan, gotong royong, yang berbau tradisional telah hilang. Masyarakat

    Desa Waluya telah kehilangan nilai-nilai budaya yang dulu berlaku di masyarakat.

    Hubungan dalam keluarga akan renggang atau hilang apabila kuantitas pertemuan

    kurang secara langsung berpengaruh terhadap kualitas. (dikemukakan 2 EK)

    Faktor yang menyebabkan renggangnya ikatan kekeluargaan yang terjadi

    di masyarakat adalah tingginya mobilitas penduduk, majunya teknologi dan

    kehadiran para pendatang yang datang ke Desa Waluya. Dari ketiga hal tersebut,

    tidak ada yang lebih dominan, semua mempunyai peranan yang sama dalam setiap

    perubahan yang terjadi di masyarakat, sebagaimana dikemukakan 2 EK.

    Tokoh masyarakat yang diwakili oleh 2 SR, berpendapat bahwa pendatang

    merupakan salah satu faktor pendorong yang mempunyai peranan cukup besar

    dalam perubahan budaya masyarakat. Hal senada diungkapkan oleh 2 YN bahwa

    pendatang memiliki peranan yang besar terhadap perubahan yang terjadi. Dengan

    adanya pendatang, mereka telah memperkenalkan hal-hal yang baru yang

    sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat.

    Berbeda dengan pendapat 2 SS, majunya teknologi mengakibatkan

    perubahan yang besar dalam kehidupan mereka. Dengan adanya televisi dan

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    21/41

    95

    radio, masyarakat mengetahui semua peristiwa dan kejadian serta kemajuan

    melalui media tersebut. Bahkan dengan adanya handphone telah merubah pola

    hidup masyarakat.

    Masyarakat Desa Waluya cenderung cepat menerima segala perubahan

    baru yang masuk. Masyarakat cepat tanggap mengikuti setiap perubahan dan

    perkembangan. Hal tersebut dikemukakan oleh semua informan.

    3. Peran Pesantren Al-Falah dalam Mengatasi Dampak pergeseran ikatan

    kekeluargaan pada Masyarakat Industri di Desa Waluya

    a. Sejarah berdirinya pesantren Al-Falah Cicalengka

    Pondok pesantren Al-Quran Al-Falah didirikan oleh Al-Mukarrom Drs.

    K.H. Q. Ahmad Syahid bin K.H. Muhamad Soleh pada tanggal 3 Mei 1971 di atas

    tanah milik pribadi yang berukuran 125 tumbak/1.200 meter persegi. Asal mula

    tanah dibeli dari Saudara Cecep (H. M. Soleh bin Ramlisah). Ketika tanah itu

    diserah terimakan kepada pendiri, disana sudah berdiri sebuah rumah tua yang

    sudah lapuk berukuran 7 x 9 m, yang sudah dikosongkan kemudian rumah itu diisi

    oleh sendiri.

    Salah satu pengasuh ponpes Al-Falah yang merupakan anak ketiga dari

    K.H. Syahid, 1 RA, mengatakan bahawa ide awal pesantren ini disebut pesantren

    Al-Quran karena pengasuh pesantrennya adalah yang mendalami dunia Al-

    Quran. Lebih spesifik lagi pada tahun 1969, H. Syahid menjadi qori pertama

    yang menjuarai MTQ pertama. Semula dengan menggunakan sistem safiah

    (tradisional), santrinya yang tidak kenal usia, status, ijazah. Metode tersebut

    berjalan dari tahun 1971-1983 yaitu tradisional murni dari mulai santrinya dua

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    22/41

    96

    orang bertambah menjadi sekitar 150 orang sampai tahun 1983. Kemudian

    muncul ide bahwa semakin besar tantangan zaman, semakin besar pula wawasan

    ke depan untuk bisa bersaing di tengah-tengah masyarakat.

    Dari sanalah muncul ide untuk memasukan kurikulum sekolah ke

    pesantren atau membuat sekolah dalam pesantren. Bukan tanpa tantangan

    terutama dari para kiai tradisional murni menetang habis-habisan sekolah

    dimasukan ke dalam pesantren. Hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya

    orang tua yang memasukan anaknya ke pesentren plus menyekolahkannya.

    Hingga jumlah siswa menjadi 1200 orang yang tersebar di Al-Falah 1 yang

    berlokasi di Cicalengka dan Al-Falah II yang berlokasi di Nagreg. Luas lokasi

    sekarang berjumlah 8 ha. Jumlah bangunannya bertambah. Banyak masyarakat

    yang semula menentang pesantren, kini berubah mendukung pesantren.

    Sarana dan prasarana para santri di pesantren Al-Falah dari tahun ke tahun

    semakin meningkat, yaitu:

    1) Tahun 1972, dibangun madrasah berukuran 5 x 7 m dengan biaya dari pendiri,

    wali santri dan swadya masyarakat.

    2) Tahun 1974, dibangun musola berukuran 11 x 15 m yang terbuat dari kayu

    dengan biaya hasil swadaya dari masyarakat.

    3) Tahun 1975, dibangun asrama putra berukuran 4 x 16 m yang terbuat dari

    kayu dengan biaya hasil dari swadaya masyarakat.

    4) Tahun 1975, dibangun Mesjid berukuran 11 x 13m dengan biaya hasil

    swadaya dari masyarakat.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    23/41

    97

    5) Tahun 1976-1979, dibangun asrama putri berukuran 7 x 17 m, dengan biaya

    hasil dari swadaya masyarakat.

    6) Tahun 1980-1984, terjadi perluasan pesantren seluas 40 tumbak, dengan biaya

    hasil dari dana donatur khusus dan kas Yayasan Asyahidiyah.

    7) Tahun 1983-1984, dibangun madrasah berukuran 7 x 16 m dengan biaya hasil

    bantuan Pemda Kabupaten bandung.

    8) Tahun 1985 dibangun madrasah berlantai dua berukuran 4 x 16 m, dengan

    biaya hasil bantuan dari Bapak Rektor UNINUS Bandung.

    9) Tahun 1986, dibangun seperti:

    a. Kantor Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah

    b. Koperasi MTs

    c. Asrama putra seluas 5 x 10 m

    10)

    Tahun 1987-1989, dibangun berbagai sarana pendukung antara lain pos

    satpam, penambahan ruang belajar, kamar mandi dan dapur umum.

    11)Tahun 1993-1994, dibangun aula lantai tiga sebagai tempat pendidikan dan

    berbagai acara.

    12)Tahun 1993-1994, terjadi perbaikan kantor MTs, MA dan STAI Al-Falah.

    13)

    Tahun 1995, terjadi perluasan pesantren di Kecamatan Nagreg, seluas 4 ha

    dan telah dibangun asrama putra dan putri, ruang belajar, masjid, aula,

    pengairan dan lain-lain.

    14)Tahun 1997, dibangun asrama putra dan putri sebanyak 8 lokal.

    15)Pada akhir tahun 1997, dibangun asrama putri yang berlokasi di Nagreg

    dengan jumlah delapan kamar dengan asrama yang sangat permanen.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    24/41

    98

    16)Tahun 1997 Pimpinan ponpes Al-Quran Al-Falah mendirikan Kelompok

    Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan Alhamdulillah dari sejak berdirinya

    KBIH, tidak kurang dari 100 jemaah haji bisa diberangkatkan dan dibimbing

    langsung oleh Pimpinan pinpes Al-Quran Al-Falah.

    17)Tahun 1999, di lokasi Al-Falah II Nagreg didirikan TK yang memadukan

    kurikulum Departemen Agama dengan Departemen Pendidikan Nasional

    Pesantren ini berdiri pada masa orde baru dengan memakai sistem salaf,semakin

    hari semakin meningkat sehingga pesantren ini menjadi pesantren modern.

    c. Ciri khas pesantren Al-Falah sehingga berbeda dengan pesantren lain

    Ciri khas ponpes Al-Falah yang utama adalah Al-Quran yang

    berkonsentrasi dibidang tilawah dan Qiraat yang merupakan basicdan menjadi

    trademarkpesantren Al-Falah. Selain Al-Quran, ciri yang lainnya adalah figur H.

    Syahid disamping sebagai qori, banyak disepuhkan oleh para kiai dan qori di Jawa

    Barat, gaya kepemimpinan H. Syahid dalam suatu pesantren membuahkan suatu

    ciri atau trademark, gaya tersendiri dan pembawaannya yang imbasnya adalah

    kepada para santri. Sehingga ciri pesantren Al-Falah yang lainnya adalah

    ahlaqnya, moralnya yang dibimbing oleh kiai secara langsung. Sesuai dengan visi

    ponpes Al-Falah adalah mencetak aliminal amilin, walamilin nalalimu yaitu

    orang yang alim dan pandai beramal juga orang yang beramal dan alim. (menurut

    1 RA)

    Hal senada dikemukakan oleh 1 ZB, bahwa ponpes Al-Falah lebih

    berkonsentrasi di bidang tilawah dan qiroat. Al-Falah di mata masyarakat adalah

    sebagai ponpes yang telah mencetak qoriah terbaik dalam artian dapat mencetak

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    25/41

    99

    qori-qori yang bisa melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran secara bagus.

    Dikarenakan ponpes Al-Falah identik dengan Al-Quran, maka program atau

    jadwal belajarnya pun lebih banyak mengkaji ilmu Al-Quran dibandingkan

    mengkaji ilmu yang lainnya, sebagaimana dikemukakan oleh 2 NI.

    b. Perkembangan Pesantren Al-Falah

    Lembaga pendidikan

    Sebagai lembaga pendidikan agama Islam Al-Falah telah menjalankan

    fungsinya sejak tahun 1971. Dengan bermodalkan nekad untuk mendirikan suatu

    pondok pesantren di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang tidak mendukung,

    Al-Falah mendirikan pondokan dan pengajian. Bermula dengan dua orang santri,

    kini berkembang menjadi 1200 santri yang tersebar di Al-Falah I dan II. Lembaga

    pendidikan formal yang diusung oleh Al-Falah yaitu Taman Kanak-Kanak di

    Nagreg, Madrasah Diniyah di Nagreg, MTs di Cicalengkam Madrasah Aliyah di

    Nagreg, dan STAI di Nagreg. (menurut 1 ZB)

    Demi memenuhi permintaan para orang tua murid untuk menyekolahkan

    anaknya di ponpes Al-Falah, maka pada tahun pelajaran 2002/ 2003 dengan

    jumlah pendaftar 298 orang dan pada tahun ini telah dibangun ruang kelas baru

    dengan lantai yang berjumlah 12 kelas. Kurikulum yang diterapkan di lembaga

    pendidikan Al-Falah menggunakan perpaduan sistem salaf dengan kurikulum

    dari departeman pendidikan nasional, sebagaimana yang dikemukakan oleh 1 ER.

    Tempat penyebaran keagamaan

    Salah satu tujuan didirikannya lembaga keagamaan adalah untuk

    menyebarkan agama Islam. Telah sejak dulu, agama Islam disebarkan di

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    26/41

    100

    Indonesia melalui perantara wali sango. Begitu pula di pesantren Al-Falah,

    menurut 1 RA, Al-Falah dijadikan tempat penyebaran agama dimulai sejak

    berdirinya Al-Falah. Berawal dari ke apatisan masyarakat sekitar untuk menerima

    berdirinya pesantren ini, berubah 180 derajat mendukung kepada pesantren.

    Dengan selalu mengadakan pengajian rutinan setiap hari selasa dan

    minggu diperuntukan bagi masyarakat dan selalu memberikan bimbingan ahlak

    tentang perilaku baik dan buruk, ponpes Al-Falah membuktikan eksistansinya

    sebagai pesantren tempat penyebaran keagamaan.

    Lembaga sosial kemasyarakatan

    Setiap pesantren pasti memiliki fungsi sosial kemasyarakatan. Menurut 1

    RA, secara tidak langsung semua pesantren memiliki fungsi sosial karena gelar

    pesantren dan gelar kiai merupakan gelar sosial. Kita tidak bisa menyebut diri kita

    kiai, kalau masyarakat tidak menyebut kita kiai. Karena fungsi pesantren adalah

    sosial, maka pesantren tidak pernah memilah-milih siapa yang datang, pesantren

    tidak pernah membuat suatu kriteria.

    Dengan mendirikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) pada tahun

    1997, pesantren Al-Falah telah membuktikan sebagai lembaga sosial,

    sebagaimana dikemukakan oleh 1 AN. Selain itu pesantren pun selalu

    mengadakan hubungan dengan pihak masyarakat dan pihak industri. Misalnya

    dengan mendatangkan khotib shalat jumat atau shalat Id dari kiai-kiai pesantren

    Al-Falah, sebagaimana dikemukakan oleh 1 RA.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    27/41

    101

    c. Peran Pesantren Al-Falah dalam Memelihara Ikatan Kekeluargaan pada

    Masyarakat Industri Desa Waluya

    Pihak pesantren secara tidak langsung merasakan adanya perubahan akibat

    adanya industri karena mau tidak mau pesantren selalu berhubungan dengan

    masyarakat sekitar dan pihak industri, sebagaimana dikemukakan oleh 1 RA.

    Pesantren selalu diminta oleh pihak industri sebagai penyambung lidah kepada

    masyarakat karena pesantren lebih dekat dengan masyarakat dibandingkan pihak

    industri.

    Dampak yang ditimbulkan dari adanya industri pada kehidupan

    masyarakat ada positif dan negatif. Dampak positif terlihat dari meluasnya

    lapangan kerja. Perlu ada lembaga lain seperti industri. Lapangan pekerjaan

    memang diperlukan tapi pihak industri perlu mencermati dampak negatif dari

    adanya industri terhadap lingkungan alam dan fisik. Polusi udara dan pencemaran

    lingkungan sangat dirasakan oleh 2 SH sebagai salah satu santri mukim Al-Falah.

    Sedangkan efek sosial timbul dari adanya urbanisasi yang luar biasa

    sehingga menyebabkan renggangnya ikatan kekeluargaan yang terjadi di

    masyarakat. Dengan bekerja, orang sibuk dengan dunia kerjanya dan melupakan

    dunia sosial. Jika pihak industri dan masyarakat dapat menyadari hak dan

    kewajibannya masing-masing, maka dampak negatif tidak akan terjadi,

    sebagaimana dikemukakan oleh 1 RA.

    Ketika industri memberikan dampak negatif bagi masyarakat khususnya

    dalam ikatan kekeluargaan, pesantren haruslah menjalankan peran dan fungsi

    sebagaimana mestinya. Pesantren harus dapat membimbing siapapun dan dimana

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    28/41

    102

    pun masyarakat berada, bukan berada pada posisi memaksa tapi mengajak dan

    posisi membimbing, sebagaimana dikemukakan oleh 1 RA.

    Hal senada diungkapkan oleh 1 ZB yang mengatakan bahwa idealnya

    pesantren harus menjadi solusioner atau pemecah masalah. Pesantren tidak harus

    menarik diri dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat. Pesantren pun

    harus bertugas sebagai khoirul umul ausatuha artinya sesuatu yang paling baik

    harus berada di tengah. Jika industri sudah memberikan dampak negatif bagi

    masyarakat, maka pesantren bertugas sebagai penengah yang memberikan

    bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh

    2 NI.

    Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak pesantren atau kiai-kiai

    khususnya K.H. Sayahid untuk tetap memelihara ikatan kekeluargaan di

    masyarakat. Pesantren dan KH. Syahid berupaya agar tidak terjadi kerenggangan

    baik antar santri maupun masyarakat. Pihak pesantren selalu mendekati

    masyarakat, sering melakukan tukar pikiran atau pendapat dengan masyarakat.

    Selain itu pesantren pun mengadakan acara rutinan dengan masyarakat yang di

    adakan di pesantren sehingga terjalin tali silaturahmi dari jemaah-jemaah

    pengajian. Pengajian itu sendiri rutin dilaksanakan setiap hari selasa dan minggu.

    (menurut 1 ZB dan 1 RA)

    Pesantren pun selalu mengadakan acara-acara atau kegiatan agar

    masyarakat tahu bahwa pesantren terbuka untuk umum dan ingin merangkul

    semua masyarakat. Kegiatan tersebut seperti pawai mengitari Kecamatan

    Cicalengka, mengadakan wirid thoriqohdan dengan mengadakanForum

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    29/41

    103

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    30/41

    104

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    31/41

    105

    bidang sosial budaya adalah berkurangnya pernikahan usia dini, terpenuhinya

    kebutuhan masyarakat dan mendorong masyarakat berfikir lebih maju.

    Adapun dampak negatif dari adanya industri di Desa Waluya adalah telah

    mengakibatkan adanya pergeseran nilai-nilai di masyarakat. Seperti nilai

    kesopanan, menonjolkan sifat individualistis, pencemaran lingkungan dan

    hilangya jati diri masyarakat karena kehadiran para pendatang yang membawa

    budaya dan kebiasaan yang baru. Industri pun dapat merenggangkan ikatan

    kekeluargaan yang terjalin karena kesibukan masing-masing masyarakat sehingga

    tidak ada waktu untuk gotong royong bahkan musyawarah. Hal ini sesuai dengan

    yang dikemukakan Widiawati (1997: 16) bahwa Dampak dari industrialisasi

    membawa dua akibat bagi masyarakat yaitu akibat positif dan negatif.

    Munculnya industrialisasi dan prosesnya bukanlah suatu hal yang

    sederhana. Bukan hanya menyangkut kemampuan pemerintah atau kekuatan

    ekonomi lain yang ada dalam masyarakat. Didirikannya suatu industri

    membutuhkan kesiapan sosial budaya dari masyarakat untuk menerima,

    mendukung serta melestarikan keadaan industri di tengah-tengah masyarakat. Hal

    tersebut senada dengan pendapat Soetrisno (1995: 159) bahwa Membangun

    masyarakat industri bukanlah hanya sekedar membangun pabrik melainkan

    membangun suatu masyarakat yang baru.

    Berdasarkan kedua pendapat di atas dengan melihat kehidupan sosial

    masyarakat Desa Waluya, sebelum dan setelah adanya industri jelas berbeda.

    Industri telah merubah pola hidup tradisional menuju masyarakat yang berpola

    hidup modern. Sebelum masuknya industri, masyarakat tidak mengenal dan

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    32/41

    106

    menggunakan alat-alat cangguh serta modern dalam kehidupannya. Mereka

    menggunakan peralatan tradisional seperti kayu bakar untuk memasak, kerbau dan

    cangkul untuk mengolah sawah, mandi dan mencuci pakaian di sungai, dan lain

    sebagainya. Setelah adanya industri keadaan tersebut berubah. Kini masyarakat

    mulai mengenal perangkat baru yang serba praktis dan modern, seperti mesin

    cuci, kompor gas, traktor, komputer, televisi, handphonedan sebagainya.

    Kehadiran industri di Desa Waluya selain melahirkan inovasi-inovasi baru

    seperti peralatan-peralatan yang serba canggih, juga melahirkan pola hidup

    modern, seperti konsumtif, materialistis, individualistis dan egoistis dalam

    hubungan masyarakat sehingga dapat merenggangkan ikatan kekelurgaan dalam

    pelaksanaan interaksi sosialnya. Ruang lingkup ikatan kekeluargaan tidak hanya

    terbatas pada hubungan antar sesama anggota keluarga saja, tapi meluas kepada

    hubungan antar tetangga dan masyarakat.

    Dengan adanya industri, ikatan kekeluargaan yang terjalin menjadi

    semakin merenggang. Hal tersebut terjadi karena kesibukan masyarakat bekerja di

    pabrik, sedangkan sisa waktu mereka bekerja digunakan untuk beristirahat. Tidak

    ada waktu bagi masyarakat untuk saling bercengkrama, melaksanakan kerja bakti

    untuk kebersihan kampung dan kegiatan sosial lainnya. Sikap toleransi, gotong

    royong dan saling tolong menolong sedikit demi sedikit terkikis akibat

    industrialisasi.

    Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Parsons yang dikutip oleh

    Soekanto (1983: 76-77) menyatakan bahwa:

    Hubungan (ikatan) kekeluargaan yang terjadi pada masyarakat tradisional

    atau pedesaan cenderung melakukan interaksi sosial secara menyeluruh

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    33/41

    107

    dan total, karena tidak ada perbedaan peranan yang menonjol. Tapi pada

    masyarakat industri, terjadi peranan-peranan dengan pembatasan-

    pembatasan yang agak ketat, sehingga interaksi sosial pun terjadi padabatas-batas tertentu yang ditentukan secara struktural. Di dalam

    masyarakat industri, pola interaksi sosialnya ditentukan oleh norma-norma

    universalisme dan berorientasi pada kemajuan.

    Dengan demikian, keberadaan industri di Desa Waluya telah mengakibatkan

    perubahan situasi dan kondisi masyarakat secara cepat. Industri telah melahirkan

    suatu gejala percampuran kebudayaan antara budaya tradisional dan modern yang

    menimbulkan dampak positif dan negatif di masyarakat.

    b. Relasi Sosial Yang Terjadi Pada Masyarakat Industri Di Desa Waluya

    Perubahan-perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan

    karena perubahan kebudayaan merupakan bagian dari perubahan sosial yang

    terjadi di masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan ciri khas bagi semua

    masyarakat, baik itu masyarakat tradisional maupun modern. Hal tersebut sesuai

    dengan pendapat Soekanto (2002: 343) bahwa:

    Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap

    masyarakat akan mengalami perubahan yang terjadi secara lambat

    ataupun secara cepat. Perubahan yang terjadi tidak akan berhenti pada satu

    bidang saja, melainkan akan diikuti oleh perubahan-perubahan pada

    bidang lainnya.

    Hadirnya industri di tengah-tengah masyarakat Desa Waluya telah

    mengakibatkan pertemuan dua kebudayaan yang berbeda yaitu budaya agraris dan

    budaya industri. Pertemuan dua kebudayaan menyebabkan benturan-benturan di

    masyarakat. Sikap asli masyarakat Desa Waluya menunjukan adanya usaha untuk

    mempertahankan nilai-nilai tradisional yang sudah hidup secara turun temurun

    dan dijadikan living lawdari satu generasi ke generasi selanjutnya. Akan tetapi

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    34/41

    108

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    35/41

    109

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    36/41

    110

    bekerja mulai dari pukul 02.00-22.00 WIB. Keseharian mereka digunakan untuk

    bekerja karena menurut mereka waktu adalah uang (time is money).

    Datangnya penduduk baru ke suatu daerah berarti hadirnya sekelompok

    orang dari daerah lain. Peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya pertemuan dua

    budaya yang berbeda yaitu budaya yang dibawa oleh pendatang dan budaya

    masyarakat setempat (budaya lokal). Bagi penduduk setempat akan mengalami

    proses penerimaan, sedangkan bagi kelompok pendatang akan mengadakan proses

    penyesuaian. Baik pendatang ataupun pribumi akan sama-sama mengalami proses

    perubahan. Seperti yang diungkapkan oleh Soekanto (2002: 352) bahwa:

    Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan

    perubahan kebudayaan mungkin sumbernya di dalam masyarakat itu

    sendiri ataupun sebaliknya, yang dapat berupa penemuan baru (invension),

    pertumbuhan penduduk (population) atau kebudayaan (cultural).

    Kehadiran pendatang pekerja pabrik yang tinggal di Desa Waluya telah

    membawa pengaruh terhadap pergeseran nilai-nilai dan norma seperti yang

    dikemukakan oleh salah satu informan yaitu mahasiswa tingkat 3 STAI Al-Falah

    Cicalengka yaitu:

    Dahulu sebelum remaja bekerja di pabrik, penampilan dan perilakunya

    tidak neko-neko. Tapi sekarang ketika sudah bekerja di pabrik, banyak

    remaja laki-laki yang memakai tindik di telinganya, pakaian wanitanya

    pun serba ketat, padahal mereka masih mampu membeli pakaian yanglebih layak. Dari mana mereka bisa membeli pakaian dan menindik

    telinga kalau mereka tidak punya uang, uang mereka peroleh dari gaji

    yang mereka dapat karena bekerja di pabrik.

    Dari keterangan di atas terlihat ada keterkaitan antara pergeseran nilai dan

    kebiasaan pendatang. Kehadiran pendatang mengkibatkan adanya ledakan

    penduduk yang sangat pesat. Pendatang menyebabkan timbulnya budaya baru

    yang berpengaruh terhadap budaya asli masyarakat setempat khususnya para

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    37/41

    111

    remaja. Gaya berpakaian, pergaulan bebas dan hidup praktis serta modern

    merebak seiring dengan bermunculannya pendatang yang bekerja di pabrik.

    Selain diakibatkan ledakan penduduk, perubahan sosial dapat terjadi

    karena majunya arus teknologi informasi. Seperti yang dikemukakan oleh Allen

    yang dikutip oleh Laurer (1993: 217) ia memberikan contoh tentang penemuan

    mobil, dengan adanya penemuan mobil maka akan berakibat pada arus trasportasi.

    Mobil, kereta api, kapal dan motor menjadi penunjang mobilitas masyarakat yang

    mengakibatkan urbanisasi masyarakat dari desa ke kota ataupun sebaliknya.

    Begitu pula dengan penemuan mesin-mesin industri yang menyebabkan

    industrialisasi semakin berkembang pesat.

    Seperti yang telah dijelaskan terdahulu bahwa proses industrialisasi yang

    terjadi di masyarakat bisa berdampak positif dan negatif. Hal tersebut akan terjadi,

    bergantung pada kesiapan masyarakat setempat baik secara fisik maupun mental

    dalam menerima perubahan. Dan tergantung bagaimana agent of change beserta

    lembaga-lembaga dalam masyarakat menjalankan tugasnya sebagai chanel dari

    perubahan tersebut.

    Sikap yang ditunjukan masyarakat Desa Waluya dalam menerima

    perubahan terbagi dalam dua macam yaitu ada yang cenderung cepat dan lambat.

    Jika pada mulanya ada sebagian masyarakat yang tertutup terhadap perubahan-

    perubahan karena masyarakat takut stabilitasnya akan terganggu, dengan derasnya

    teknologi, masyarakat pada kondisi tertentu tidak dapat lagi menghindar.

    Masyarakat harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru karena kondisi

    sebelumnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    38/41

    112

    Kemajuan teknologi dan informasi sudah dapat dirasakan di tengah-tengah

    masyarakat setelah kehadiran industri. Masyarakat tidak lagi memiliki orientasi

    yang sempit dan terbatas, mereka memiliki sikap yang terbuka terhadap segala

    hal yang terjadi di masyarakat karena industri. Hal ini menunjukan bahwa

    masyarakat Desa Waluya termasuk masyarakat yang tanggap terhadap

    perkembangan dan proses perubahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

    Soekanto (2002: 345) bahwa:

    Perubahan sosial dan kebudayaan terbagi ke dalam beberap bentuk, yaitu

    perubahan lambat dan perubahan cepat; perubahan kecil dan perubahan

    besar; perubahan yang direncanakan (planned-change) dan perubahan

    yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak

    direncanakan (unplanned-change).

    Melihat kenyataan di lapangan, perubahan sosial dan kebudayaan yang

    terjadi di masyarakat Desa Waluya berjalan secara cepat. Industri berkembang

    pesat selama 20 tahun. Dahulu kawasan Desa Waluya adalah sawah dan

    perkebunan, kini setelah bermunculan industri, persawahan telah digantikan oleh

    bangunan-bangunan industri. Rumah tangga pun dijadikan sebagai tempat

    industri. Para stakeholder berupaya merencanakan bahwa daerah Cicalengka

    strategis untuk dijadikan kawasan industri. Semenjak itulah industri

    bermunculan. Perubahan dari masyarakat agraris ke industri di Desa Waluya

    tergolong perubahan yang besar karena dengan adanya industri, berbagai aspek

    kehidupan berubah termasuk dalam memelihara ikatan kekeluargaan di

    masyarakat. Peluang menuju arah perubahan pada masyarakat Desa Waluya

    dikarenakan industri menawarkan teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan

    masa depan. Masyarakat Waluya langsung menerima perubahan itu secara cepat.

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    39/41

    113

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    40/41

    114

    Kurangnya kesiapan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan

    terjadinya perubahan secara cepat. Masyarakat Desa Waluya cenderung bersikap

    terbuka terhadap perubahan, artinya masyarakat tidak menyaring terlebih dahulu

    budaya mana yang sesuai dengan kepribadian masyarakat. Pesantren sebagai

    lembaga pendidikan, tempat penyebaran keagamaan dan lembaga sosial

    kemasyarakatan harus menjadi agent of change yang tanggap terhadap segala

    permasalahan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

    Melirik pendapat dari Qomar (2002: 7) mengatakan bahwa salah satu

    tujuan pesantren adalah Mendidik santri untuk membantu meningkatkan

    kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan

    masyarakat. Artinya santri-santri pesantren Al-Falah dididik tidak hanya untuk

    menjadi bagian dari listening-speaking society (masyarakat yang suka mendengar

    dan berbicara) tetapi menciptakan santri yang reading society (seseorang yang

    mampu membaca situasi dan kondisi yang ada di masyarakat) serta mampu

    berperan sebagai solusioner.

    Berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak pesantren dan K.H.A. Syahid

    sebagai sesepuh pesantren Al-Falah merupakan langkah awal yang baik agar

    dapat menyatukan visi dan misi masyarakat dengan pihak industri. Seperti dengan

    mengadakan kegiatan sosial khitanan masal. Dari kegiatan itu masyarakat kaya

    atau miskin, yang bekerja atau penggangguran dapat mengikutsertakan anaknya

    untuk dikhitan secara masal. Kegiatan yang mengikutsertakan masyarakat itu akan

    menimbulkan sikap saling kenal satu sama lain dan memelihara silaturami. Selain

    itu pihak pesantren Al-Falah selalu melakukan pengajian rutinan setiap hari selasa

  • 7/24/2019 alfalah cicalengkaaa

    41/41