alat pengukur head loss
TRANSCRIPT
Laporan PUM
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum irigasi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu
metode irigasi permukaan (surface irrigation) dan irigasi bertekanan (pressurized
irrigation). Irigasi permukaan menggunakan saluran terbuka sebagai media
distribusinya, sedangkan irigasi bertekanan menggunakan pipa atau saluran
tertutup bertekanan sebagai media distribusinya. Jenisnya adalah tetes
(drip/trickle irrigation) dan curah (sprinkler). Irigasi bertekanan merupakan salah
satu alternatif teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi
irigasi lebih tinggi dibanding irigasi permukaan. Irigasi bertekanan memiliki
efisiensi yang tinggi yaitu ≥90% jika dibandingkan dengan irigasi permukaan
yang kurang dari 60%. Di seluruh dunia saat ini sebagian besar irigasi masih
menggunakan metode irigasi permukaan yaitu sebesar 80% dari jumlah
kesuluruhan, termasuk di Indonesia. Dari segi investasi, irigasi permukaan
memerlukan biaya lebih murah dibandingkan irigasi bertekanan, tetapi dari segi
perawatan irigasi bertekanan lebih murah daripada irigasi permukaan.
Oleh karena itu teknologi irigasi bertekanan lebih tepat diterapkan pada
daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan teknologi irigasi hemat air.
Teknologi irigasi ini juga diperlukan untuk usaha tani dengan teknik budidaya
tanaman tertentu.Dalam penerapannya di lapangan, efisiensi irigasi bertekanan
yang tinggi hanya dapat dicapai apabila jaringan irigasi dirancang dengan benar
dan dioperasikan secara tepat.
Program Studi Tata Air Pertanian 1
Laporan PUM
Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas, sementara permintaan air
terus meningkat, maka secara alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air
antara sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri), antar wilayah dan
antar waktu. Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air
antar sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu
cara adalah dengan penerapan sistim irigasi bertekanan. Meskipun awalnya
membutuhkan investasi yang relatif tinggi, namun dengan perhitungan dan
penentuan desain yang akurat, operasional dan pemeliharaan harus tepat,
pemanfaatan air untuk sektor pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap
sektor kompetitor lainnya.
Dalam irigasi bertekanan, ada istilah yang disebut dengan head loss
(kehilangan tekanan), yaitu suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya
reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh zat cair saat melewati
sistem pengaliran. Penyebabnya adalah terjadinya gesekan antara fluida, dinding
pipa, dan perubahan penampang. Dalam hidrolika dikenal dengan head loss
mayor dan head loss minor. Head loss mayor adalah peristiwa kehilangan tekanan
akibat terjadinya gesekan di sepanjang jaringan pipa lurus berdiameter konstan.
Sedangkan head loss minor merupakan kehilangan tekanan yang disebabkan oleh
adanya perubahan penampang dan aksesoris lainnya. Sehingga dapat mengganggu
aliran normal yang menyebabkan aliran akan melemah. Mengecilnya atau
melemahnya aliran akan berpengaruh terhadap jumlah pemberian air dan pupuk
sehingga penggunaannya tidak efisien serta berpengaruh terhadap pasokan daya
yang harus disediakan.
Program Studi Tata Air Pertanian 2
Laporan PUM
Selain hal di atas, adalagi gangguan yang ada pada irigasi bertekanan yang
dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan tekanan (head loss) di sepanjang
jaringan pipa, yaitu adanya sedimen atau tumpukan zat pada irigasi bertekanan
yang sudah lama digunakan sehingga akan mengganggu aliran air di sepanjang
pipa.
Kehilangan tekanan ini sangat erat kaitannya pada pemberian air dan
pupuk pada tanaman. Perhitungan dalam pemberian air dan pupuk sangat perlu
dilakukan pada tanaman sehingga penggunaannya efisien sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan pengaturan irigasi yang baik,
yaitu dengan melakukan perancangan tata letak, hidrolika perpipaan (perhitungan
head loss), dan pemilihan pipa ekonomis, serta pemeliharaan alat yang akan
digunakan. Dalam hal pengukuran head loss inilah perlu dirancang suatu alat
untuk mengukur seberapa besar kehilangan tekanan yang terjadi pada jaringan
sistem irigasi bertekanan. Sehingga kerugian dari adanya perbedaan kehilangan
tekanan yang terjadi (hea dloss) yang melewati berbagai ukuran pipa lurus
maupun berbagai assesoris tersebut dapat diminimalkan sehingga proses
perancangan sistem irigasi bertekanan dapat lebih sempurna.
Program Studi Tata Air Pertanian 3
Laporan PUM
1.2 Tujuan PUM
Tujuan yang diperoleh dengan melaksanakan Proyek Usaha Mandiri ini
adalah :
1. Mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek yang
dijalankan.
2. Merancang alat pengukur head loss.
3. Menguji kinerja alat.
4. Menguji alat dengan rumus Hazen-William
1.3 Manfaat PUM
Manfaat yang diperoleh dari proyek usaha mandiri ini adalah sebagai
berikut.
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang dapat di bangku kuliah.
2. Melalui eksperimen, mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan.
3. Dengan dirancangnya alat pengukur head loss ini, diharapkan mahasiswa akan
lebih mudah memahami cara pengukuran headloss pada suatu jaringan pipa
irigasi bertekanan, karena pengukurannya langsung dipraktekkan di lapangan.
Program Studi Tata Air Pertanian 4
Laporan PUM
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Irigasi
Irigasi adalah pemberian air secara buatan untuk menambah kekurangan
air yang dibutuhkan oleh tanaman atau menurut Sostrodarsono dan Takeda, 1985
irigasi adalah penambahan kekurangan (kadar) air tanah secara buatan, yakni
dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah.
Irigasi mempunyai ruang lingkup mulai dari pengembangan sumber air,
penyediaannya, penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian, pembagian dan
penjatahan air pada areal pertanian, serta penyaluran kelebihan air irigasi secara
teratur (Partowijoyo, 1984).
Kemajuan sistem irigasi berupa peningkatan tata cara pengaturan dan
pemanfaatan air yang tersedia untuk kebutuhan pertanian sangatlah penting,
sementara permintaan air terus meningkat sehingga secara alamiah akan terjadi
kompetisi penggunaan air antar sektor (pertanian, air minum, domestik dan
industri) antar wilayah dan antar waktu. Sistem irigasi yang baik adalah sistem
irigasi yang mampu memanfaatkan air tanah secara optimum sesuai kebutuhan air
tanaman dan tanah sesuai kondisi lahan pertanian yang diairinya ditambah dengan
fungsi kontrol yang dapat memudahkan oleh para pemakainya. Tujuan pemberian
air irigasi adalah (1) menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, (2) Menyediakan jaminan panen
pada saat musim kemarau yang pendek, (3) mendinginkan tanah dan atmosfir,
sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, (4)
Mencuci atau mengurangi garam dalam tanah, (5) Mengurangi bahaya erosi tanah.
Program Studi Tata Air Pertanian 5
Laporan PUM
(6) mempermudah pengolahan tanah (pembajakan) dan melunakkan gumpalan
tanah, (7) memperlambat pertumbuhan tunas dengan pendinginan karena
penguapan (Israelsen dan Hansen, 1986).Salah satu upaya yang dilakukan untuk
memenuhi persyaratan tersebut dengan menggunakan sistem irigasi berterkanan
2.2. Jenis-Jenis Irigasi Bertekanan
Irigasi bertekanan dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Irigasi curah
Merupakan cara pemberian air irigasi yang menyerupai curahan hujan
karena pemberian air dilakuakan dari bagian atas tanaman. Curahan air dilakukan
dengan cara menyemprotkan air ke udara dan kemudian airakan akan tercurahkan
ke tanaman. Pencurahan dengan mengalirkan air bertekanan melalui jaringan pipa
dan unit pencurah.
Menurut Keller (1990), efisiensi irigasi curah berdasarkan keseragaman
penyebaran air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam (keseragaman
rendah) maka dikatakan efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum
digunakan untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah coefficient of
uniformity (CU). Efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi (keseragaman
tergolong baik) adalah bila nilai CU lebih besar dari 85%.
b) Irigasi tetes
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung,
baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara
sinambung dan perlahan pada tanah di dekat tumbuhan. Setelah keluar dari
penetes (emitter), air menyebar ke dalam profil tanah secara horizontal maupun
vertikal akibat gaya kapilaritas dan gravitasi. Luas daerah yang dibasahi emitter
Program Studi Tata Air Pertanian 6
Laporan PUM
tergantung pada besarnya debit keluaran, jenis tanah (struktur dan tekstur),
kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah (Hansen et al, 1979).
Secara teorotis efisiensi irigasi curah lebih tinggi bila dibandingkan
dengan irigasi permukaan, karena sistem irigasi curah dapat mengurangi
kehilangan air berupa perkolasi dan limpasan (run-off). Demikian pula efisiensi
irigasi tetes relatif lebih tinggi dibanding irigasi curah, karena sistem irigasi tetes
hanya memberikan air pada daerah perakaran, sehingga mengurangi kehilangan
air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman.
Namun demikian aplikasinya di lapangan, nilai efisiensi irigasi curah maupun
irigasi tetes yang relatif tinggi ini hanya dapat tercapai apabila memenuhi 2
persyaratan, yaitu :
Jaringan irigasi curah/tetes yang dibangun dapat memberikan air secara
seragam.
Pengoperasian jaringan irigasi dilakukan dengan jadwal yang tepat.
2.3. Konsep Tekanan pada Fluida
Tekanan adalah istilah yang sering digunakan dalam hidrolika yang
menggambarkan gaya yang dikeluarkan oleh air pada luasan bidang tertentu dari
suatu objek yang tenggelam dalam air. Misalnya adalah tekanan yang dikenakan
pada suatu zat cair dalam suatu bejana. Tekanan yang terjadi adalah tekanan
hidrostatika. Jika suatu zat cair dalam arah manapun menerima sebuah tekanan
luar, maka tekanan ini akan menyebar merata ke semua arah (Hukum Pascal).
Setiap zat cair yang berada dalam keadaan diam akan melakukan tekanan
terhadap dinding yang mengelilinginya. Satuannya adalah kN/m2 atau bar atau
mka (meter kolom air), dimana 1 bar = 100 kN/m2 = 10 mka, atau 1 atm =
Program Studi Tata Air Pertanian 7
Laporan PUM
101,325 kN/m2 = 10,1325 mka = 760 mmHg (Dedi, 2003). Secara matematis,
tekanan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :
P = tekanan (N/ m2), F = gaya (N) dan A = luas permukaan (m2).
2.4. Massa Jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3). Massa
jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki
massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah :
Dengan :
ρ adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per
sentimeter kubik (g/cm3).
Program Studi Tata Air Pertanian 8
Laporan PUM
1 g/cm3=1000 kg/m3
Tabel 1. Berbagai massa jenis zat
Sumber : Wikipedia, 2010
Massa jenis zat yang umum digunakan sebagai patokan adalah massa jenis
air dan massa jenis raksa. Massa jenis air dalam wujud cair, yaitu 1000 kg/m 3 atau
1 g/cm3, sedangkan raksa atau merkuri memiliki massa jenis 13.600 kg/m3 atau
13,6 g/cm3.
2.5. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur
perbedaan tekanan. Prinsip manometer adalah bila zat cair dalam kondisi
keseimbangan maka tekanan di setiap tempat bidang horizontal untuk zat cair
homogeny adalah sama. Pada manometer tabung terbuka, di mana tabung
berbentuk U, sebagian tabung diisi dengan zat cair (air raksa atau air). Tekanan
yang terukur dihubungkan dengan perbedaan dua ketinggian zat cair yang
dimasukan ke dalam tabung (Gambar 1).
Program Studi Tata Air Pertanian 9
No Nama zatMassa Jenis
(kg/m3)Massa Jenis
(gr/cm3)1 Air (suhu 4 0C) 1.000 1 2 Alkohol 800 0,8 3 Air raksa 13.600 13,6 4 Aluminium 2.700 2,7 5 Besi 7.900 7,9 6 Emas 19.300 19,3 7 Kuningan 8.400 8,4 8 Perak 10.500 10,5 9 Platina 21.450 21,45 10 Seng 7.140 7,14 11 Udara (27 0C) 1,2 0,0012 12 Es 920 0,92
Laporan PUM
Tekanan atmosfer (atm) adalah suatu tekanan yang dihasilkan tabung
manometer vertikal yang berisi zat cair merkuri (air raksa) setinggi 76 cm yang
mempunyai kerapatan jenis sebesar 13600 Kg/m3 pada standar gravitasi sebesar
9,80665 m/s2. Dengan mengamati persamaan hubungan antara tekanan dan tinggi
kolom merkuri, maka :
P = ρgh
P = 13600 kg/m3 x 9,80665 m/s2 x 0,76 m
P = 101 325 N/m2 = 101, 325 kN/m2 = 10,1325 mka = 760 mmHg
Gambar 1. Manometer
2.6. Head loss
Head loss atau kehilangan tekanan adalah suatu nilai untuk mengetahui
seberapa besarnya reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida
saat melewati sistem pengaliran. Total head, seperti kita ketahui merupakan
kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), Velocity
head, (tekanan karena Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan
normal dari fluida itu sendiri). Pernyataan ini dikenal dengan persamaan Bornouli.
Program Studi Tata Air Pertanian 10
Laporan PUM
Head loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan sistem pengaliran fluida
dilapangan. Head loss dapat terjadi karena :
Gesekan antara fluida dan dinding pipa,
Friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut, dan
Turbulensi yang diakibatkan saat aliran di belokkan arahnya atau hal lain
seperti misalnya perubahan akibat komponen perpipaan (valve, flow
reducer, atau kran).
Kehilangan karena friksi/gesekan adalah bagian dari total head loss yang
terjadi saat aliran fluida melewati suatu pipa lurus. Head loss pada suatu fluida
pada umumnya berbanding lurus dengan panjang pipa , nilai kuadrat dari
kecepatan fluida dan nilai friksi fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai
head loss berbandng terbalik dengan diameter pipa (Miftahhurrahman, 2009).
Ditambahkan oleh Dedi (2003) bahwa kehilangan head pada instalasi pipa
termasuk energi atau head yang diperlukan untuk menanggulangi gesekan
(tahanan) pada pipa dan perlengkapan lainnya (saringan, klep kaki, sambungan,
siku, socket, dll). Gesekan terjadi baik pada pipa isap dan pipa hantar yang
besarnya tergantung pada kecepatan aliran, ukuran pipa, kondisi pipa bagian
dalam dan bahan pembuat pipa.
Kehilangan energi gesekan pipa umumnya dihitung dengan rumus dari
Hazen-William :
Program Studi Tata Air Pertanian 11
10.684 Q1.85
hf =
x L C1.85D4.87
Laporan PUM
Dimana:
hf = kehilangan energy (m)
C = koefisien gesekan pipa (lihat Table 2)
D = diameter dalam pipa (m)
Q = debit aliran (m3/detik)
L = panjang pipa (m)
Nilai C pada rumus Hazen-William, tergantung pada derajat kehalusan
pipa bagian dalam, jenis bahan pembuat pipa dan umur pipa (Tabel 2). Nilai Q
atau debit aliran dan D (diameter dalam pipa) diperoleh dari hasil pengukuran di
lapangan, dan nilai L dilihat berdasarkan monogram pada Lampiran 1.
Perencanaan distribusi air didasarkan pada 2 faktor utama, yaitu kebutuhan
air dan tekanan (Brebbia dan Ferrante, 1983 dalam Triatmojo 1996 : 58).
Kebuthan air yang harus dipenuhi akan menentukan ukuran dan sistem distribusi
yang diinginkan. Misalnya dipakai kebutuhan 125 liter/10 tanaman untuk suatu
jaringan, maka kita harus merencanakan debit tekanan yang diberikan. Sedangkan
tekanan menjadi penting karena tekanan rendah akan mengakibatkan masalah
dalam distribusi jaringan pipa, namun bila tekanan besar akan memperbesar
kehilangan tekanan (headloss) (Triatmojo 1996 : 58).
Kehilangan tekanan dikelompokkan menjadi 2 :
1. Kehilangan tekanan akibat gesekan. Kehilangan tekanan/energi akibat gesekan
disebut juga kehilangan energi primer (Triatmojo, 1996 : 58) atau head loss
mayor (Kodoatie 2002 : 245). Terjadi pipa lurus berdiameter konstan.
2. Kehilangan tekanan akibat perubahan penampang dan assesoris lainnya.
Kehilangan tekanan akibat perubahan penampang dan assesoris lainnya
Program Studi Tata Air Pertanian 12
Laporan PUM
disebut juga kehilangan energi sekunder (Triatmojo, 1996 : 58) atau minor
loss (Kodoatie 2002 : 245). Misalnya terjadi pada pembesaran penampang
(expansion), pengecilan penampang (contraction), belokan atau tikungan.
Tabel 2. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William)
Jenis PipaKoefisien Gesekan
"C"
Pipa besi cor, baru 130Pipa besi cor, tua 100Pipa baja, baru 120 - 130Pipa baja, tua 80 - 100Pipa dengan lapisan semen 130 - 140Pipa dengan lapisan asphalt 130 - 140Pipa PVC 140 - 150Pipa besi galvanis 110 - 120Pipa beton (baru, bersih) 120 - 130Pipa beton (lama) 105 - 110Alumunium 135 - 140Pipa bambu ( betung, wulung, tali) 70 - 90
Sumber : Dedi, 2003
Program Studi Tata Air Pertanian 13
Laporan PUM
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu PUM
Pelaksanaan PUM ini telah dilaksanakan di Laboratorium Lapangan
program studi Tata Air Pertanian, Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
Waktu pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini yaitu pada semester 5 dari
Bulan Oktober 2010 s/d Bulan Februari 2011.
Rincian jadwal pelaksanaan PUM ini dapat dilihat pada barchart.
No KegiatanBulan
Okt Nov Des Jan Feb3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Persiapan bahan dan alat
2 Pembuatan alat ukur utama
3 Pembuatan kerangka penopang
4 Penggabungan semua komponen alat
5 Menguji kinerja alat dan evaluasi
6 Pengambilan data dan evaluasi kinerja
7 Pengolahan data
8 Laporan
Barchart Realisasi Pelaksanaan PUM
Barchart Realisasi Pelaksanaan PUM
Program Studi Tata Air Pertanian 14
Laporan PUM
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan PUM ini dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Alat dan Bahan
No. Nama bahan/alat Fungsi Alat/bahan Kebutuhan Satuan
1 Penggaris 60 cmMengukur perubahan tekanan yang terjadi
1 buah
2Pipa PVC diameter 0.15 cm
Tempat tertampungnya air raksa2 m
3 Air raksa Indikato perubahan tekanan 0,5 ml
4 Benang nilonMengikatkan pipa/PVC pada penggaris
1 m
5 Solder Membuat lobang pada penggaris 1 buah6 Besi cor Ø 1 cm Kaki statif/penyangga alat utama 3 m7 Pipa besi Tempat alat utama di rekatkan 10 cm8 Las besi Mengelas/menyatukan kerangka
dengan alat utama 1 buah
9 CatMewarnai sekaligus mencagah kerangka agar tidak karatan
1 buah
10 Amplas Menghaluskan kerangka. 1 lembar
Rincian biaya untuk pembuatan alat dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan berbagai pendekatan antara lain
pendekatan fungsional maupun pendekatan struktural, dalam proses perancangan
alat ini dilakukan pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan Fungsional :
1. Alat ini harus mempunyai penggaris yang dapat mengukur perubahan
tekanan yang terjadi dan terbuat dari plastic dengan panjang 60 cm.
2. Alat mempunyai pipa PVC yang akan menjadi tepat tertampungnya air
raksa. Alat ini berukuran kecil dengan diameter 0.15 cm.
Program Studi Tata Air Pertanian 15
Laporan PUM
3. Alat ini memiliki bahan sebagai indikator perubahan tekanan yang terjadi
pada jaringan pipa berupa cairan air raksa.
4. Alat ini harus ditunjang oleh kerangka penopang/penyangga yang kuat
untuk menopang dan meletakkan alat utama.
b. Pendekatan Struktural :
Untuk mendukung fungsi komponen alat yang diharapkan, maka pada alat
harus mempunyai struktur sebagai berikut ;
1. Alat mempunyai bagian yang disebut sebagai alat utama yang terdiri dari
penggaris yang terbuat dari plastik dengan panjang 60 cm, pipa PVC
berdiameter 0.15 cm, dan air raksa sebagai indikator perubahan tekanaan
yang terjadi pada jaringan pipa irigasi bertekanan.
2. Alat harus ditunjang dengan kerangka penopang yang kuat yang terdiri
dari besi cor dan pipa besi yang dirakit menjadi satu yang berfungsi
sebagai kaki/ statif. Gunanya sebagai tempat meletakkan alat utama dalam
satu kesatuan yang utuh.
3.4. Prosedur Pembuatan dan Perakitan Alat
1. Pembuatan alat ukur utama dengan memasang pipa PVC pada dinding
penggaris. Pipa dipasang dengan posisi pipa berbentuk huruf U.
2. Menuangkan air raksa ke dalam pipa dengan suntikan (Gambar 2).
Program Studi Tata Air Pertanian 16
Laporan PUM
Gambar 2. Alat ukur utama
1. Pembuatan kerangka penopang dengan memotong besi cor sepanjang 75
cm sebanyak 3 buah. Selanjutnya pembuatan plat penahan tempat
mendudukkan alat utama. Menghubungkan ketiga potong besi cor tadi
dengan plat sehingga berbentuk seperti segitiga atau kaki statif (Gambar
3).
Gambar 3. Kerangka penopang
2. Pemasangan alat ukur utama pada posisi yang tepat pada kerangka
penopang (Gambar 4).
Program Studi Tata Air Pertanian 17
PenggarisPipa PVC
Air raksa
Besi Cor
Pipa Besi
Laporan PUM
Gambar 4. Rancangan Alat Pengukur Head loss
3.5. Cara Kerja Alat Pengukur Head loss
Cara kerja dari alat pengukur head loss ini adalah sesuai dengan prinsip
manometer, yaitu mengukur tekanan yang terjadi pada jaringan sistem irigasi
bertekanan kemudian menghitung kehilangan tekanan yang terjadi. Ujng pipa
PVC akan dihubungkan dengan jaringan pipa sehingga dengan adanya tekanan di
sepanjang jaringan pipa akan menggerakkan air raksa (mangalami kenaikan) yang
ada di dalam pipa PVC. Hasil dari pengukuran inilah yang akan dicatat kemudian
dihitung kehilangan tekanan yang terjadi.
3.6. Prosedur Pengamatan
Untuk pengujian kinerja alat dilakukan kegiatan pengukuran head loss
yang meliputi :
Program Studi Tata Air Pertanian 18
Laporan PUM
1. Kehilangan tekanan pada sistem pipa (mayor losses)
Untuk mengetahui kinerja dari Alat Pengukur Head loss ini, dilakukan
pengujian pada pipa lateral 5/16 inci , 4/3 inci, ½ inci, dan 1 inci dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
Program Studi Tata Air Pertanian 19
Tangki diisi dengan air
Head pada tangki diukur (Gambar 5)
Pastikan tinggi air raksa dalam pipa tepat pada 0 cm (Gambar 8)
Pipa yang akan diukur, dilobangi dengan penusuk di pangkal, di ujung dengan masing-masing untuk panjang 5 m, 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, 50 m, 60 m, 70m (pipa 5/16 inci), dan 4m, 8
m, 11,12 m (pipa ½ inci, ¾ inci dan 1 inci).
Catat hasil pembacaan yang telah dilakukan pada pangkal, ujung pipa
Hasil pengamatan dihitung dengan cara mengurangi hasil bacaan di ujung dan pangkal.
Debit diukur dengan metode volumetrik
Laporan PUM
Gambar 5. Pengukuran Head Tangki
Gambar 6. Pengukuran Pada Pipa Lateral
Gambar 7. Pengukuran pada Pipa PVC
Program Studi Tata Air Pertanian 20
Laporan PUM
2. Kehilangan tekanan pada perlengkapan lainnya ( minor losses )
Untuk mengetahui head los minor pipa, dilakukan pengukuran pada :
a. Pengecilan (reducer) dari ¾ inci ke ½ inci
b. Elbow 900
Pengukuran ini dilakukan dengan langkah-langkah :
Program Studi Tata Air Pertanian 21
Head pada tangki diukur
Pastikan 0 cm posisi bacaan pada alat
Pada ujung dan pangkal asesorisdilubangi dengan penusuk
Pada aksesoris (sambungan) pipa dipasang alat pengukur head loss untuk pengukuran sebelum
dan sesudah sambungan
Catat hasil bacaan
Perbedaan tekanan hasil dihitung dengan cara mengurangi hasil bacaan
di bagian ujung dan pangkal
Hasil pengukuran dibandingkan dengan rumus Hazen-William,
yaitu dengan menggunakan monogram pada Lampiran 1.
Laporan PUM
Gambar 8. Pengecekan tinggi air raksa
3. Pengujian Hasil Pengukuran dengan Rumus Hazen-William
Setalah melakukan pengukuran seperti langkah-langkah di atas,
selanjutnya diuji hasil pengukuran dengan rumus Hazen-William.
Kehilangan energi pada pipa umumnya dihitung dengan rumus dari
Hazen-William :
Dimana:
hf = kehilangan energi (m)
C = koefisien gesekan pipa (lihat table1)
D = diameter dalam pipa (m)
Program Studi Tata Air Pertanian 22
10.684 Q1.85
hf = xL C1.85D4.87
Laporan PUM
L = panjang pipa (m)
Q = debit aliran (m3/detik), diamati dengan metode Volumetrik dengan rumus :
Dengan V = Volume air (m3)
t = waktu (detik)
Program Studi Tata Air Pertanian 23
Q = V/t
Laporan PUM
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Rancangan alat pengukur head loss ini terdiri dari alat ukur utama dan
kerangka penopang.
Alat Ukur Utama
Berfungsi untuk mengukur tekanan yang terjadi pada jaringan pipa. Alat
ini terdiri dari manometer yang berisi air raksa sebagai indikator perubahan
tekanan, dan sebuah penggaris yang memiliki skala-skala untuk mendeteksi
perubahan tekanan yang terjadi.
Kerangka Penopang
Kerangka penopang ini berupa kaki/statif yang berfungsi sebagai
penopang atau penyangga alat ukur utama sehingga alat ukur utama dapat
berfungsi dengan baik.
a. Hasil Pengamatan
Dalam Proyek Usaha Mandiri ini, telah dilakukan pengamatan terhadap
head loss pada berbagai diameter pipa lateral (5/16 inci, ¾ inci, ½ inci, dan 1
inci). Dari pelaksanan pengujian tersebut, didapatkan data seperti tabel berikut.
Tekanan pada tangki dapat diketahui melalui perhitungan berikut.
P = ρgh
= 1000 kg/m3 x 9,81 m/s2 x 2,1 m
= 20601 N/m2 = 20, 601 kN/ m2 = 2,0601 mka
Program Studi Tata Air Pertanian 24
Laporan PUM
Tabel 4. Data dan hasil pengamatan pada pipa 5/16 inci.
N
O
JENIS
PIPA
HEA
D
(cm)
(meter)
PENGAMATAN (cm) RATA-
RATA
HEADLOS
S (cm)
HEADLOS
S (m)1 2 3 4 5
1 5/16" 210
Pangkal 6,2 6,3 6,4 6,4 6,5 6,36
0,66 0,0066
10 5,7 5,7 5,7 5,6 5,8 5,7
20 5,3 5,1 5,2 5,1 5,2 5,18 1,18 0,0118
30 4,9 4,8 4,7 5,0 4,9 4,86 1,5 0,0150
40 4,5 4,4 4,4 4,5 4,3 4,42 1,94 0,0194
50 3,9 4,0 4,1 4,0 3,9 3,98 2,38 0,0238
60 2,0 2,1 2,1 1,9 2,2 2,06 4,3 0,0430
70 0,5 0,3 0,5 0,4 0,5 0,44 5,92 0,0592
Sumber : Pengamatan Langsung, November 2010
Tabel 5. Data dan hasil pengamatan pada sistem pipa
N
O
JENIS
PIPA
HEAD
(cm)(meter)
PENGAMATAN (cm) RATA-
RATA
HEADLOSS
(cm)
HEADLOSS
(m)1 2 3 4 5
1 1/2" 215
Pangkal 6,3 6,2 6,3 6,4 6,3 6,30
0,04 0,00044 6,4 6,4 6,0 6,3 6,2 6,26
8 5,8 5,9 5,7 5,8 5,8 5,8 0,50 0,0050
11.12 5,8 5,7 5,7 5,6 5,8 5,72 0,58 0,0058
2 3/4" 210
Pangkal 5,4 5,3 5,4 5,3 5,3 5,34
0,6 0,0064 5,0 4,2 4,8 5,2 4,5 4,74
12 4,2 4,5 4,6 4,6 4,5 4,48 0,86 0,0086
3 1" 209
Pangkal 7,3 7,2 7,3 7,4 7,2 7,28
0,2 0,0020
4 7,0 7,1 7,1 7,0 7,2 7,08
8 6,8 6,7 6,8 6,7 6,6 6,72 0,56 0,0056
11.12 6,7 6,7 6,6 6,7 6,6 6,66 0,62 0,0062
Sumber : Pengamatan Langsung, Oktober 2010
Program Studi Tata Air Pertanian 25
Laporan PUM
Tekanan pada masing-masing tangki adalah:
1. P = ρgh
= 1000 kg/m3 x 9,81 m/s2 x 2,15 m
= 21091,5 N/m2 = 21, 0915 kN/ m2 = 2,10915 mka
2. P = ρgh
= 1000 kg/m3 x 9,81 m/s2 x 2,1 m
= 20601 N/m2 = 20, 601 kN/ m2 = 2,0601 mka
3. P = ρgh
= 1000 kg/m3 x 9,81 m/s2 x 2,09 m
= 20502,9 N/m2 = 20, 5029 kN/ m2 = 2,05029 mka
Head total sangat mempengaruhi tekanan yang terjadi di sepanjang aliran
pipa. Semakin besar nilai head total (head tangki), maka head yang mengalir di
jaringan pipa akan semakin besar pula. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil
tekanan pada tangki maka tekanan pada pipa akan semakin kecil pula. Jadi, head
total berbanding lurus dengan head yang ada di sepanjang jaringan pipa irigasi
bertekanan.
Hubungan antara panjang pipa terhadap kehilangan tekanan yang terjadi
dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
Program Studi Tata Air Pertanian 26
Laporan PUM
4 8 11.12 10 20 30 40 50 60 700
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Grafik Headl loss pada Pipa
pipa 5/16 incipipa 1/2 incipipa 1 inci
Panjang Pipa (m)
Head
loss
(m)
Gambar 9. Head loss pada pipa
4 120
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Grafik Head loss Pada Pipa 3/4 inci
Pipa 3/4 inci
Panjang Pipa (m)
head
loss
(m)
Gambar 10. Head loss pada pipa ¾ inci
Hubungan antara diameter pipa terhadap kehilangan tekanan yang terjadi
dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.
Program Studi Tata Air Pertanian 27
Laporan PUM
5/16 inci 3/4 inci 1/2 inci 1 inci0.005
0.0052
0.0054
0.0056
0.0058
0.006
0.0062
0.0064
0.0066
0.0068
Diagram Head loss pada Pipa
Diameter Pipa (inci)
Head
loss
(m)
Gambar 11. Hubungan Diameter terhadap Head loss
Tabel 6. Data dan hasil pengamatan minor losses.
NOJENIS
SAMBUNGAN
PENGAMATAN RATA-
RATA
HEADLOSS
(cm)
HEADLOSS
(m) 1 2 3 4 5
1 Elbow 900
Sebelum Sambungan 4,3 4,4 4,4 4,5 4,6 4,44
0,3 0,003
Sesudah Sambungan 4,2 4,1 4,3 4,0 4,1 4,14
2Pengecilan 3/4"
1/2"
Sebelum Sambungan 4,7 4,8 4,7 4,4 4,4 4,60
0,24 0,0024
Sesudah Sambungan 4,3 4,3 4,4 4,5 4,3 4,36
Sumber : Pengamatan Langsung, November 2010
Table 7. Data dan hasil pengamatan pada pipa 5/16” dengan tanaman.
N
O
JENIS
PIPA
HEA
D
(cm)
(meter)
PENGAMATAN (cm) RATA-
RATA
HEADLOS
S (cm)
HEADLOSS
(m)1 2 3 4 5
1 5/16" 77
Pangkal 1,2 1,3 1,3 1,4 1,4 1,32
0,38 0,00385 0,9 0,9 1 1,1 0,8 0,94
13 0,7 0,5 0,5 0,5 0.6 0,55 0,77 0,0077
Sumber : Pengamatan Langsung, Oktober 2010
Program Studi Tata Air Pertanian 28
Laporan PUM
Tekanan pada tangki dapat dihitung :
P = ρgh
= 1000 kg/m3 x 9,81 m/s2 x 0,77 m
= 7553,7 N/m2 = 7,5537 kN/ m2 = 0,75537 mka
Adapun grafik kehilangan tekanan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar
12 berikut ini.
5 130.00000.00100.00200.00300.00400.00500.00600.00700.00800.0090
Grafik Headloss pipa 5/16" dengan tanaman
headloss
Panjang pipa (m)
Head
loss
(m)
Gambar 12. Head loss yang terjadi pada pipa.
Kehilangan tekanan yang di peroleh melalui pengukuran dengan alat
pengukur head loss seperti tabel 7 dan gambar 12 dapat dibandingkan dengan
menggunakan rumus Hazen-William dengan melakukan pengukuran debit
terlebih dahulu. Dan adapun metode yang digunakan dalam pengukuran debitnya
adalah dengan Metode Volumetrik. Data hasil pengukuraanya dicantumkan
dalam tabel 8 berikut.
Program Studi Tata Air Pertanian 29
Laporan PUM
Tabel 8. Debit pipa diukur dengan metode volumetrik.No Q (mL/ 10 dtk)1 15,92 183 18,54 16,65 18,6
Rerata 17,52 Sumber : Pengamatan Langsung, Oktober 2010
Atau
Q = 0,000001752 m3/dtk
L = 0,08 m (monogram pada Lampiran 1)
Dari data di atas, dapat dihitung kehilangan tekanan dengan rumus Hazen-
William, perhitungannnya adalah :
10.684 Q1.85
hf = xL C1.85D4.87
10.684 x 0,000001752 1.85
hf = x 0,08 1451.85 x 0,00781254.87
hf = 0,000035 m
Dari hasil perhitungan debit di atas diketahui bahwa head loss yang
terjadi pada panjang pipa 0,08 m adalah sebesar 0,0021 m. Apabila panjang pipa
yang akan diukur 5 m, maka kehilangan tekanan yang terjadi adalah sebesar :
5/0,08 x 0,000035 = 0,0022 m
Program Studi Tata Air Pertanian 30
Laporan PUM
Dan jika dibandingkan kedua hasil di atas, diketahui bahwa ternyata ada
sedikit perbedaan. Perbedaan dari kedua pengukuran tersebut lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Perbandingan alat pengukur head loss dengan rumus Hazen-William
NoPanjang pipa
(m)Alat Pengukur Head loss
(m)Rumus Hazen-William
(m)1 5 0,0038 0,00222 13 0,0077 0,0057
Sumber : Pengamatan Langsung, Oktober 2010
Untuk menguji tekanan yang diukur dengan alat pengukur head loss
terhadap satuan Kpa atau bar, maka telah dilakukan pengujian alat dengan alat
pengisi angin ban (pompa ban) yang dilengkapi dengan alat pengukur tekanan
yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat kenaikan air raksa ketika
tekanan yang diberikan sebesar 1 Kpa. Dari kegiatan ini, diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 10. Pengujian Alat Pada Tekanan Pompa
Pengamatan ke
Hasil Kalibrasi
1 162 163 16,54 145 196 157 178 219 1910 1611 1712 1613 1614 2015 18
Rerata 17,1
Program Studi Tata Air Pertanian 31
Laporan PUM
Sumber : Pengamatan Langsung, Desember 2010
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 1 bar = 100 Kpa = 17,1
cm. Artinya, apabila perubahan tekanan yang terjadi pada alat pengukur head loss
terbaca sebesar 17,1 cm, maka hal ini sama dengan 1 Kpa. Hasil pengujiannya
adalah pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Pengujian Alat dengan Tekanan PompaNo Tekanan pada alat
(cm)Tekanan
(Kpa)Tekanan
(bar)1 17,1 1 0,012 34,2 2 0,023 51,3 3 0,03
Sumber : Pengamatan Langsung, Desember 2010
4.2. Pembahasan
Alat pengukur head loss ini di desain sedemikian rupa dengan
pertimbangan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dalam hidrolika sehingga alat ini
lebih mudah digunakan atau dioperasikan. Dengan keadaan yang seperti ini,
mahasiswa atau pengguna akan lebih mudah memahami dan melakukan
pengukuran terhadap adanya head loss yang terjadi pada jaringan pipa irigasi
bertekanan, baik pada jaringan irigasi tetes, maupun pada jaringan irigasi curah.
Sehingga kerugian yang diakibatkan oleh head loss ini dapat diminimalkan.
Tentunya dengan perhitungan- perhitungan labih lanjut.
Di dalam kehidupan sehari hari mungkin kita pernah di beri logika bahwa
semakin kecil pipa maka tekanan yang dihasilkan akan semakin besar. Tetapi
sebenarnya pipa yang besar juga dapat memberikan tekanan yang besar dan
bahkan mampu meminimalisasi kehilangan tekanan karena gesekan air terhadap
pipa (head loss mayor).
Program Studi Tata Air Pertanian 32
Laporan PUM
Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran pipa/diameter pipa
maka kerugian gesek yang dihasilkan juga semakin besar (Tabel 4 dan 5, Gambar
11). Semakin panjang pipa yang dilalui oleh suatu zat cair, maka kehilangan
tekanan yang terjadi akan semakin besar (Tabel 4 dan 5, 7, Gambar 9, 10, dan 12).
Jika kerugian gesek yang dihasilkan semakin besar maka tekanan hanya besar di
bagian "gesekan" saja, tetapi tidak di bagian air yang terpancar. Sesuai dengan
pernyataan tersebut, maka alat pengukur head loss yang telah dibuat berfungsi
dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel data maupun grafik headloss
pengukuran yang telah dilakukan seperti di atas.
Karena itulah pipa-pipa yang memiliki debit besar pada umumnya
menggunakan pipa yang berdiameter besar. Hal ini juga dapat menjaga umur pipa,
karena jika pipa semakin kecil dan debit semakin besar maka dikhawatirkan
gesekan yang terjadi akan menjadikan pipa semakin tipis. Fenomena inilah yang
harus diperhatikan terutama saat mendesign sistem perpipaan terutama yang
membutuhkan tekanan sesuai kriteria.
Dari hasil evaluasi terhadap kinerja alat, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan perbaikan terhadap perancangan alat ini. Diantaranya perbaikan pada
kaki statif/penyangga. Karena dari pengujian yang telah dilakukan, hasil
pengukuran dapat dipengaruhi oleh posisi berdirinya alat, yaitu kemiringan atau
tegaknya alat tersebut diletakkan. Untuk itu, posisi kemiringan kaki statif/
penyangga alat ini sebaiknya dipermanen agar kemiringannya tidak berubah-ubah
sehingga data pengukuran yang diperoleh lebih akurat. Selain itu, untuk lebih
memperkokoh kaki penopang, bisa dilakukan dengan penambahan besi yang
diletakkan secara melintang di antara kedua kaki penyangga yang di depan.
Program Studi Tata Air Pertanian 33
Laporan PUM
Jika dibandingkan antara pengukuran kehilangan tekanan menggunakan
alat pengukur head loss dengan perhitungan menggunakan Rumus Hazen-William
tersebut, terdapat sedikit perbedaan. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya disebabkan karena kesalahan yang dilakukan
pada saat pengukuran, misalnya kurangnya ketelitian dalam melakukan
pengukuran dan pembacaan, baik dalam pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat maupun pengukuran debit metode volumetrik untuk
perhitungan dengan menggunakan rumus Hazen-william. Selain itu, hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh kurang tepatnya penempatan posisi alat yang disebabkan
adanya kelemahan alat pada bagian kerangka penopang seperti penjelasan
sebelumnya yang mengakibatkan terlihat adanya perbedaan antara hasil
pengukuran alat dan perhitungan rumus Hazen-William.
Program Studi Tata Air Pertanian 34
Laporan PUM
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dalam pelaksanaan proyek usaha mandiri
yang berjudul “Rancang BangunAlat Pengukur Head loss Pada Sistem Irigasi
bertekanan” ini adalah sebagai berikut :
1. Proyek Usaha Mandiri ini telah selesai dilaksanakan dan telah dilakukan
evaluasi terhadap proyek tersebut sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
2. Alat pengukur head loss dirancang sedemikian rupa sesuai dengan
hukum-hukum dalam ilmu hidrolika (telah berfungsi dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan).
3. Dari hasil pengujian kinerja alat, alat pengukur head loss ini mendapatkan
hasil bahwa dengan panjang pipa 10 m head loss yang diperoleh sebesar
0,0066 m, panjang pipa 20 m head lossnya 0,0118 m, panjang pipa 30 m
head lossnya 0,0150 m, (pipa 5/16 inci) dan pipa diameter 5/16 inci
mengalami kehilangan tekanan sebesar 0,0066 m, pipa diameter ¾ inci
mengalami head loss sebesar 0,006 m, diameter ½ inci head lossnya
0,0058m. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa panjang pipa
berbanding lurus dengan head loss sedangkan diameter pipa berbanding
terbalik dengan head loss.
4. Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan antara kinerja alat dan rumus
Hazen-William didapatkan hasil pada panjang pipa 5 m, head loss yang
terjadi sebesar 0,0038 m (alat pengukur head loss) dan 0,002 m (Rumus
Hazen-William). Artinya data yang diperoleh tidak terlalu jauh berbeda.
Program Studi Tata Air Pertanian 35
Laporan PUM
5.2. Saran
Dalam pelaksanaan proyek usaha mandiri ini saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Dalam pengoperasian alat ini, posisi tegaknya alat harus datar dan
kemiringan berdirinya harus sama agar data yang diperoleh lebih akurat.
2. Perlu dilakukan perbaikan pada beberapa bagian pada penyangga/statif
untuk memperoleh alat yang lebih sempurna sehingga mengurangi
terjadinya kesalahan-kesalahan pada saat pengukuran. Untuk itu,
kaki/statif dari alat ini sebaiknya langsung dipermanen agar
kemiringannya tidak berubah-ubah, serta dilakukan penambahan besi yang
diletakkan secara melintang di antara kedua kaki penyangga yang di
depan.
3. Alat ini memiliki skala-skala atau angka-angka untuk mengetahui
perubahan tekanan, untuk itu pada saat melakukan pengukuran, harus
dilakukan dengan hati-hati dan teliti baik dalam pembacaan hasil
pengukuran maupun letak/posisi alat.
4. Alat ini perlu dikalibrasi lebih lanjut agar kinerja alat lebih sempurna.
5. Untuk menjaga agar air raksa tidak mencemari lingkungan apabila terjadi
kebocoran pada pipa PVC (penampungnya), maka perlu dibuat suatu plat
yang berbentuk piringan di bawah kaki/statif sebagai pijakan penyangga.
Program Studi Tata Air Pertanian 36
Laporan PUM
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, A. 2010. Pengantar Sistem Irigasi Tetes ( Trickel Irrigation). http://id. shvoong. com/ exact- sciences/ agronomy- griculture/ 2062362-pengantar-sistem-irigasi-trickle/(13 Oktober 2010).
Dedi, DK. 2002. Irigasi Pompa. Bagian Teknik Tanah dan Air, FATETA-IPB. Bogor.
Harmailis. 2010. BKPM Hidrolika Aliran. Politeknik Pertanian Uiversitas Andalas. Payakumbuh.
Lohat, AS. 2008. Tekanan dalam Fluida. http://www.gurumuda.com./tekanan-dala-fluida (Selasa, 30 Desember 2008, 07:57 AM).
Maulana, A. 2009. Irigasi Tetes. http:// worldpant. multiply. com/ journal/ item/ 12/ BAB_I_II_III_Irigasi Tetes (6 Mei 2009, 3:40 PM).
Miftahurrahman, 2009. Headloss, Pengertian Dasar. http:// mift4hhurrahman. blogspot.com/2009/05/diameter-pipa-tekananan-dan-kehilangan.html.
Modul Fisika Online. 2010. Massa Jenis. http:// modulfisika. blogspot. com/ 2010/ 02/kelas-vii-massa-jenis.html.
Oktoyournal dan Ismawardi. 2004. Irigasi Tetes dan Curah. Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Payakumbuh.
Sularso dan Tahara, H. 2004. Pompa dan Kompresor. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Suwarsono, A. 2011. Dasar Pompa Sentrifugal-Kerugian Head (head loss). http:// www. agussuwarsono. com/ artikel / mechanical / 65- teori- dasar- pompa-sentrifugal. html? start=2 (Minggu, 13 Februari 2011).
Triatmojo. 1996. Pengaruh Perubahan Penampang terhadap Kehilangan Energi pada Pipa Polivinil Chlorida (PVC). http://bankskripsi.com/pengaruh-perubahan-penampang-terhadap kehilangan-energi-pada-pipa-polivinil-chlorida-pvc.pdf.doc.htm.
Weaver, R. 2000. Desain Pipa Proses. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas. 2010. Massa Jenis. http: // d. w i ki pedia.Org/wiki/Massa_jenis (6 Desember 2010).
Program Studi Tata Air Pertanian 37
Laporan PUM
Lampiran1. Nomogram Penentuan Kehilangan Gesekan
Program Studi Tata Air Pertanian 38
Laporan PUM
Lampiran 2. Rincian Biaya Pelaksanaan PUM
Tabel.12. Rincian Biaya Alat dan Bahan
No. Nama bahan Kebutuhan Satuan Harga (Rp)
1 Penggaris 60 cm 1 buah 10.0002 Pipa PVC diameter 0.15 mm 2 m 1.5003 Air raksa 1 botol 15.0004 Benang nilon 1 m 2.0006 Besi cor Ø 1 cm 3 m 13.5007 Pipa besi Ø 2 cm 10 cm 5.0008 Cat 1 buah 10.0009 Amplas 1 lembar 2.000
Total 59.000
a. Biaya Peralatan Penunjang PUM
Penyewaan seperangkat alat bengkel (las besi dan solder)/hari
Sewa alat selama 1 hari =
Biaya peralatan = 1 hari x 15.000/hari
= Rp. 15.000
b. Biaya Tenaga Kerja
Upah tenaga kerja
Jumlah hari kerja
Jumlah tenaga kerja
Total biaya tenaga kerja =
Total biaya tenaga kerja = 1 orang x 1 hari x Rp. 30.000
Rp. 30.000
c. Total Biaya
Biaya =
Biaya = Rp. 59.000 + Rp. 15.000 + Rp. 30.000
= Rp. 104.000
Program Studi Tata Air Pertanian 39
Lama kerja x penyewaan
Jumlah tenaga kerja x hari kerja x upah
Biaya bahan + Biaya sewa alat + biaya tenaga kerja
Laporan PUM
Lampiran 3. Gambar-Gambar Alat Pengukur Head loss
Gambar 13. Alat Pengukur Head loss Gambar 14. Alat Pengukur Head loss Tampak Samping
Gambar 15. Sistem Pengukuran Dari Alat Pengukur Head loss
Program Studi Tata Air Pertanian 40