aku, kamu, dia, dan cinta
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
1/202
[Type text]
Aku, Kamu, Dia
CINTA
Evi R
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
2/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
2
Aku, Kamu, Dia
CINTA
Evi R.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
3/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
3
Cerita ini hanyalah karangan fiktif
belaka. Jika ada kesamaan kisah, nama,tempat, dan waktu, itu hanyalah unsur
ketidaksengajaan dari penulis.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
4/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
4
Love is not to beat your self up about the
past.
Love is about building a relationship.
Then
Building a relationship is to know how to
ride the relationship bicycle and keep balanced
and get where you want to be. If you had
fallen off or skidded through bad surfaces or
had flown over the handlebars you have to
know how to recover it.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
5/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
5
Distance...
Kamu mau sampai kapan seperti ini?, tanyaku
hampir menangis.
Aku memang begini. Lalu kamu mau apa?,
balasnya dengan nada tinggi.
Aku cuma ingin......kamu mengerti sedikit saja.
Dengar ya, aku melakukan semua ini juga buat
kamu, buat masa depan kita. Kamu bilang sendiri,
kalau kamu ingin menikah.
Aku tahu. Tapi apa tidak bisa sedikit saja kamupeduli padaku. Paling tidak, hubungilah aku. Aku
masih ada di sini buat kamu. Tolong, jangan abaikan
aku., aku mulai tak kuasa membendung airmata
yang mengalir deras.
Oke. Oke. Mulai besok, aku akan
menghubungimu setiap jam. Melapor aku sedang apa,kamu sudah makan atau belum, kamu hati-hati......
Bukaan. Bukan itu yang aku mau. Sayang, aku
tahu kamu sibuk. Aku mengerti kamu sedang banyak
pikiran. Tapi, aku tunanganmu. Aku juga ingin
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
6/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
6
menjadi prioritasmu., tangisku sudah semakin tak
karuan.
Kalau kamu memang tahu posisimu sebagai
tunanganku, seharusnya kamu tidak perlu
menuntutku macam-macam. Kamu tahu, kan, aku
tidak akan macam-macam di sini. Percayalah, sayang.
Kamu cukup percaya padaku., Reno mulai
menurunkan suaranya.
Aku menarik napasku yang berat. Aku sudah tahu
dari awal, kalau akan jadi seperti ini. Berbicara
dengannya, tidak akan pernah membuahkan hasil.
Dia tetaplah dia yang sangat aku cintai, dan aku tidak
akan kuasa untuk mengatakan tidak.
Sudah ya, sayang. Aku capek. Capek banget.
Kamu cepetan tidur juga. I love you.
Love you, too., jawabku pelan hampir tak
terdengar.
Sudah tak terdengar lagi suara dari seberang
telepon. Ku letakkan ponselku di tempat tidur. Akumasih terduduk lemah bersandar tembok. Ku tarik
kedua kakiku mendekati dadaku. Aku memeluk
kedua kakiku dan menangis sejadinya. Hatiku sudah
sangat sesak untuk berhenti menangis. Dan jiwaku
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
7/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
7
sudah sangat lelah untuk berada dalam keadaan
seperti ini.
Pikiranku melayang pada peristiwa satu tahun
lalu. Pagi itu, dia dengan tulusnya memberikan
surprise ulang tahunku. Pagi itu terasa begitu indah.
Perhatian dan kasih sayangnya, serta kerelaannya
menempuh berkilo-kilo meter hanya untuk
menemuiku. Aku merasakan gelora cinta yang begitu
kuat saat itu.
Namun, aku meragukannya sekarang. Dia
berubah. Dia tak lagi seperti dulu. Meski cinta itu
masih ada, tapi perhatian dan kepeduliannya telah
hilang. Entah keadaan atau apa yang mengguncang
hubungan kami. Tapi semuanya tak seindah dulu.
Hai, Me..., sapa Raysa, sahabatku.
Seperti biasa, aku harus pergi ke kampus. Ini
sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Dan seperti
biasa pula, aku tak pernah bisa lepas dari sahabat-sahabatku.
Hai...
Mau kemana liburan?, tanya Raysa antusias.
Nggak kemana-mana mungkin., jawabku datar.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
8/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
8
Aku memang tidak ada tujuan untuk berlibur.
Ingin rasanya pergi ke tempat Reno, tapi keadaan
sepertinya tak mengijinkanku untuk kesana. Kalau
aku pulang ke rumah, aku tak ingin melihat kedua
orang tuaku bersedih mengetahui keadaanku dan
Reno.
Kedua orang tuaku tahu persis bagaimana
hubungan kami. Mereka berdua berharap kami bisa
menikah secepatnya setelah aku lulus. Papa dan
Mama sudah mempercayakanku pada Reno. Dan
entah bagaimana perasaan mereka, ketika tahu
hubunganku dan Reno harus seperti ini.
Semalam, aku minta putus darinya. Aku sudah
tak sanggup untuk terus berada dalam situasi sepertiini. Aku pikir, aku harus bergerak maju. Aku tidak
mau berjalan di tempat dan tersudut dalam situasi
sulit seperti ini. Keputusan ini, mungkin, akan sangat
berat ku jalani, tapi ini, mungkin juga, menjadi jalan
terbaik untuk kami berdua.
Me, kamu kenapa?, tanya Raysa yang mulaicuriga dengan ekspresi mukaku yang tak bisa ku
tutupi.
Nggak kenapa-kenapa kok, Sa., jawabku
berbohong sambil tersenyum tipis.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
9/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
9
Kalau nggak ada apa-apa, kamu nggak perlu
nangis kan, Me.
Aku tak sadar jika airmata ku telah meleleh
keluar. Segera saja, ku hapus airmataku.
Nggak kok., aku masih saja berbohong.
Me, aku sahabatmu. Aku tahu kamu sedang
menyimpan sesuatu. Aku sama sekali enggakkeberatan untuk membantumu. Berbagilah., ujarnya
sambil merangkul pundakku.
Akhirnya, pertahananku bobol juga. Aku
menangis sejadinya di pelukannya. Aku ceritakan apa
yang terjadi semalam antara aku dan Reno.
Aku mau bicara sama kamu., ucapku ragu.
Kenapa sayang?
Aku terdiam lama. Rasanya masih tak sanggup
untuk mengucapkan kata terberat dalam hidupku.Kata yang akan membuatku menangis dan
menghancurkan semua yang telah terbina selama
setahun ini. Kata yang akan menjadikan semua yang
terjadi di masa lalu sebatas kenangan lalu.
Sayang...., Reno mulai bingung.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
10/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
10
Kita putus saja., ucapku getir.
Tak ada jawaban sama sekali. Kita berdua jatuhdalam keheningan dan larut dalam kesedihan
masing-masing. Hingga akhirnya, Reno mulai
berbicara,
Kamu yakin?
Aku tetap diam. Hanya tetes airmata yangmenjawabnya.
Kamu siap dengan semua yang terjadi nanti?
Aku masih tetap diam tanpa jawaban.
Apa kamu akan bahagia dengan keputusanmu
ini?, Reno masih terus bertanya.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulutku.
Namun, air mata ini semakin deras mengalir.
Membasahi layar ponsel yang ku genggam. Aku diam,
bukan berarti aku tak tahu apa jawabannya. Aku
diam karena aku tahu aku akan menjawab TIDAK.
Me....
Jantungku seolah berhenti berdegup ketika aku
mendengar Reno memanggil namaku untuk pertama
kalinya setelah satu tahun ini. Tak ada panggilan
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
11/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
11
sayang atau Mama. Semuanya seolah lenyap
dalam hitungan detik.
Kalau ini menurutmu yang terbaik untuk kamu.
Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku tidak
akan menghalangimu lagi karena ini sudah menjadi
keputusanmu.
Reno sama sekali tak menghalangiku seperti
dulu. Dia merelakan pertunangan ini berakhir dalam
sekejap mata.
Maaf, ya. Kalau aku tidak bisa memberikan
perhatian penuh padamu belakangan ini. Tapi
sungguh, aku sendiri juga berat melewatinya. Aku
merasa bersalah karena tak bisa menghubungimu
sesering dulu. Aku merasa terbebani setiap kali kamu
menangis karena aku. Aku merasa sangat jahat sudah
menyakitimu dan tidak peduli sama kamu. Tapi,
kamu harus tahu, itu semua sangat berat buatku.
Yang menguatkanku cuma satu, yaitu Kamu. Harapan
kalau suatu saat nanti, saat kita sudah bersama, aku
akan menebusnya beribu-ribu kali lipat.
Aku tertegun. Hatiku semakin sakit mendengar
setiap kata yang keluar dari mulut Reno. Jahatkah aku
telah memutuskan hubungan pertunangan ini,
sementara Reno di sana sedang berjuang untuk kami
berdua?
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
12/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
12
Tapi, kamu sudah memutuskan untuk berpisah.
Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku terima
keputusanmu, Me. Tapi boleh aku minta sesuatu?,
lanjut Reno.
Iya..., jawabku dengan suara parau.
Jangan bilang dulu sama orang tuaku danorang
tuamu, ya. Biar aku yang mengatakan pada mereka.
Biar aku yang bertanggungjawab atas semua ini. Janji
ya, jangan katakan apapun pada mereka.
Hatiku semakin sesak mendengar semua ini. Aku
merasa sangat berdosa dengan keputusan ini.
Rasanya ingin sekali menarik keputusan ini. Namun,
aku juga tidak sanggup hidup dalam kesedihan
semacam itu lagi.
Sudah,Me.... jangan nangis lagi. Aku akan
semakin merasa bersalah sudah membuatmu
menangis terus. Sudah ya, nangisnya.
Iya...Ren., aku membasuh airmataku meski aku
masih ingin menangis, mungkin sampai besok pagi.
Trimakasih ya, Me, buat semua kenangan selama
satu tahun ini., ujarnya sebelum akhirnya menutup
telepon dan berakhirlah sudah semuanya pada detik
ini.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
13/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
13
Bulan-bulan berlalu begitu saja. Tak ada yangberarti tanpa Reno. Rasanya tak menarik dan
hambar. Namun, aku terus belajar untuk tetap
menjalani semua ini sendiri, tanpa dia, orang yang
masih aku cintai sampai saat ini.
Aku menyandarkan tubuhku pada tempat tidur.
Aku di rumah sekarang. Di tempat yang aku harapkan
untuk mendapat ketenangan batin.
Ayah dan Ibu sudah mengetahuinya. Seminggu
setelah kami memutuskan hubungan, Reno datang ke
rumah dan menceritakan bahwa hubungan kita telah
berakhir. Hebatnya, dia sama sekali tak
menyalahkanku atas semua ini. Dia, bahkan,
menyalahkan dirinya sendiri karena telah lalai dalam
menjaga dan memperhatikanku. Kesibukan telah
membutakannya, dan membuatnya tak bisa berbagi
denganku. Meski Ayah dan Ibu tampak sangat
kecewa, namun mereka sangat memahami keadaan
kami. Mereka, bahkan, sama sekali tak menyinggungitu lagi sampai sekarang.
Me..., terdengar suara ibu memanggilku.
Iya, bu., jawabku sambil beranjak dari tempat
tidur.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
14/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
15/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
15
Bagaimana kabarmu?, tanya Reno memulaipembicaraan.
Baik. Kamu?, aku berusaha untuk menetralisir
perasaanku.
Sedikit tidak baik karena ada yang hilang.,
jawabnya sambil menatapku tajam, namun masihdengan senyumnya yang seolah tak pernah lepas dari
bibirnya.
Ada apa kesini?, tanyaku to the point.
Judes amat, sih. Aku kan pengen ketemu kamu.
Enggak boleh?
Aku hanya tersenyum tipis. Aku sungguh bingung
harus bersikap seperti apa. Rasa cinta yang masih
begitu besar untuknya, membuatku gugup.
Me...., tiba-tiba Reno menjadi serius.
Aku mendongak menatapnya dan kedua matakami beradu. Pada detik inilah, rasanya aku ingin
roboh saja.
Me, aku ingin kita kembali seperti dulu..., Reno
menggenggam tanganku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
16/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
16
Aku benar-benar ingin roboh. Pertahananku
seolah sudah bobol saat ini juga. Mataku sudah
berkaca-kaca. Perasaanku bercampur aduk tak
karuan.
...aku bahkan ingin menikahimu saat ini juga.
Beberapa bulan hidup sendiri tanpa kamu,
membuatku semakin yakin kalau aku tak bisa
berpisah denganmu, Me. Aku merasa semua yang aku
lakukan menjadi sia-sia. Aku ingin bersama kamu
lagi.
Tapi, aku....
Aku tahu kamu masih ragu. Aku tahu kamu takut
apa yang terjadi dulu terulang lagi. Aku tahu itu, Me.
Karena itulah, aku memutuskan untuk pindah.
Maksudmu?, suaraku mulai serak.
Saat kamu memutuskan untuk berpisah, aku
merasa semua yang aku lakukan selama ini tak ada
gunanya. Aku sadar selama ini aku telah salah
mengabaikanmu. Karena itulah, aku putuskan untukpindah ke tempat yang lebih dekat denganmu. Dan
aku mendapatkannya, Me. Kita tidak perlu berjauhan
lagi, Me. Kita bisa bersama lagi.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
17/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
17
Aku terdiam. Aku masih tak percaya kata-kata itu
akan meluncur dari mulut Reno. Seperti sebuah
keajaiban yang menyapaku.
Dan sekarang, aku siap untuk ini, Me., Reno
mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna merah
yang di dalamnya terpancar sebuah perhiasan indah
yang selalu diidamkan setiap wanita di dunia ini.
Sebuah cincin pernikahan.
Aku semakin tak percaya. Menit-menit ini terasa
terlalu indah untukku. Aku bahkan tak berani
membayangkan hari ini akan menjadi seperti ini.
Tuhan sangat baik padaku.
Aku memeluk Reno serta merta. Airmata ini tak
lagi bisa terbendung. Aku begitu bahagia. Dan semua
tangis sedih ini, biarkan saja menguap semuanya hari
ini dan hilang untuk selamanya. Biarkan semua tangis
nanti menjadi tangis kebahagiaan untuk kami berdua.
Dan biarkan senyum terus mewarnai hari-hari
bahagia kami, juga cinta ini.
***
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
18/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
18
Bukan Lelaki yang Mendua
Aku berdiri menatap gedung megah yang tegak
dan kokoh di depanku. Gedung ini tak akan ku
lupakan. Gedung yang mempertemukanku
dengannya. Bangunan inilah yang menjadi saksi cinta
kami, aku dan dia.
Langkah kakiku semakin ku percepat ketika
mendekati pintu masuk. Aku yakin, dia pasti sudah
menungguku di sana, di tempat biasa kami selalu
janjian.
Binar mataku semakin cerah, ketika akumelihatnya duduk di tempat yang dia janjikan.
Tangannya yang gagah sedang memegang rokok. Dia
memang perokok berat. Akan ada yang hilang, jika
sehari saja ia tak menghisap raja nikotin itu. Namun,
aku menyukainya. Aku menyukai cara dia merokok.
Aku mengagumi cara dia berbicara sambil menghisap
rokok. Dan tentunya, aku mencintai dia apa adanya.
Hai., aku menyapanya dengan senyum
termanisku.
Dia menoleh dan membalas senyumku dengan
senyumnya yang selalu mempesonaku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
19/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
19
Sudah tidak ingin bertemu lagi ya? Kok lama.,
ledeknya sembari mematikan rokoknya.
Aku tertawa mendengarnya.
Mana mungkin. Aku masih dan akan terus ingin
menemuimu.
Dia tersenyum lagi. Dan lagi, aku semakin jatuh
hati padanya.
Cha...., ucapnya sambil menggenggam tanganku.
Raut mukanya tampak serius. Dia tak biasa
tampak seserius ini. Adakah yang salah denganku.
Kita berpisah saja., ucapnya.
Aku terdiam. Aku sama sekali tak percaya dia
akan mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang aku tak
pernah bayangkan sedikitpun. Seriuskah dia dengan
ucapannya ini?
Kamu serius?, aku ingin memastikan.
Aku serius, Cha. Aku mencintaimu. Tapi aku tak
bisa terus menerus seperti ini.
Kenapa baru sekarang? Kenapa baru setelah dua
tahun kita menjalani hubungan ini?, suaraku mulai
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
20/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
20
gemetar. Mataku sudah berkaca-kaca. Hatiku terlalu
sakit mendengarnya.
Setiap hari aku selalu tertekan dengan situasi
seperti ini. Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini
terus. Kamu harus menemukan jalanmu sendiri.
Kamu harus menikah dengan orang yang lebih pantas
darimu. Kamu....
Cukup! Aku tidak mau dengar semuanya. Dari
awal kita tahu kalau keadaannya tidak akan lebih
baik dari ini. Tapi kita tetap bertahan karena kita
saling mencintai. Lalu kenapa sekarang? Kenapa?!,
aku mulai tak bisa mengendalikan emosiku. Air
mataku juga tak terbendung lagi.
Cha, dengarkan aku. Aku tidak bisa mengikatmu
dalam sesuatu yang tidak akan berhasil seperti ini.
Kamu berhak menikah dengan orang lain. Kamu
berhak bahagia.
Kebahagiaanku cuma kamu. Aku mencintaimu....
aku ....cuma mau menikah denganmu., aku menangis.
Aku terduduk lemah di kakinya. Aku menangis
sejadinya seraya memeluk kakinya.
Cha...., suaranya mulai terdengar getir.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
21/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
21
Dia meraih tanganku dan menarikku berdiri. Dia
memelukku. Pelukan yang selalu ingin ku rasakan
darinya. Dia mengelus rambutku dengan penuh
sayang. Hal seperti inilah yang membuatku tak
pernah bisa melepasnya.
Dia adalah lelaki yang bisa menjadi sahabat,
kekasih sekaligus ayah bagiku. Dia lelaki paling
sempurna yang pernah aku temui, selain ayahku. Dia
pintar dan sangat penyayang. Hanya saja, kami
berdua tidak ditakdirkan untuk bersama.
Aku melamun sendiri. Hiruk pikuk suasana mal
sama sekali tak mengusikku. Pikiranku terus
melayang pada peristiwa seminggu lalu ketika dia
menginginkan untuk mengakhiri hubungan ini. Meski
tak pernah berakhir hingga hari ini, tapi semuanya
tak lagi semanis dulu. Dia mulai mengambil jarak
diantara kami berdua. Dia tak lagi datang ke
kontrakanku dan tak juga sering menghubungiku.
Perhatiannya jauh berkurang. Dan tentu saja, inisangat menyiksaku.
Sampai kapan akan bertahan dengan keadaan
seperti ini, batinku.
Cacha?
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
22/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
22
Seseorang membuyarkan lamunanku. Lelaki
muda dengan postur tubuh tinggi duduk di depanku.
Dia tersenyum padaku.
Sendirian?, ucapnya lagi sambil menyeruput
orange juiceyang dia bawa.
Aku hanya menjawab dengan anggukan dan
senyum tipis.
Dia lantas diam. Tangannya terus mengaduk-
aduk minuman di depannya. Sementara matanya,
terus menatapku. Dia sepertinya tahu persis apa yang
terjadi padaku. Dan memang begitulah dia, selalu
tahu apa yang ku rasakan.
Dosen itu lagi?, tandasnya to the point.
Aku masih tak menjawab dan terus memainkan
cangkir hot chocolateyang sudah dingin.
Sampai kapan kamu jadi begini, Cha? Hubungan
kalian tidak akan pernah berhasil., lanjut Dhani.
Aku seolah tertampar mendengar ucapannya.
Tutup mulutmu, Dhan. Kamu tidak berhak
mengatakan hubungan kami tidak akan pernah
berhasil., ucapku marah.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
23/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
23
Cha, sadarlah. Dia adalah lelaki beristri. Dia,
bahkan, sudah memiliki anak. Apa yang kamu
harapkan dari lelaki beristri dan memiliki satu anak?
Kamu mau menjadi istri keduanya?, Dhani semakin
menjadi.
Emosiku mulai tak terkendali mendengar ucapan
Dhani. Hatiku semakin sakit mendengarnya.
Dhani, cukup!! Aku tidak butuh omong
kosongmu!, aku beranjak dan berlari keluar.
Dhani masih juga tak putus asa. Dia mengejarku
dan mencengkeram tanganku.
Cha, buka matamu! Sadarlah, dia tidak pantas
buat kamu.
Dhani, sudah. Aku tidak sanggup lagi
mendengarnya., aku mulai menangis dan meronta
minta dilepaskan.
Melihatku yang mulai menangis, Dhani
melepaskan cengkeraman tangannya juga. Namun,kali ini, malah aku yang terduduk menangis. Mungkin,
rasa maluku sudah hilang saat ini. Aku tak peduli
ketika mata-mata lain tengah melihatku.
Dhani yang sadar dengan keadaan, akhirnya
memapahku menuju tempat duduk di sisi mal.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
24/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
24
Maafkan aku, Cha. Aku sama sekali tidak
bermaksud untuk membuatmu menangis. Aku hanya
ingin kamu sadar bahwa kamu terlalu baik untuk
dijadikan yang kedua., ucap Dhani sambil menepuk-
nepuk bahuku.
Aku tak memberikan jawaban apa-apa. Aku
masih menangis. Ku telungkupkan kedua telapak
tanganku untuk menutupi wajahku.
Cha...., Dhani berlutut di depanku. Tangannya
meraih tanganku dan menggenggamnya.
Kamu pantas untuk mendapatkan yang lebih
baik dari dia. Kamu berhak bahagia dengan cinta
yang lebih indah., ucapnya sambil menghapus
airmataku.
Aku tahu, kamu lelah, Cha. Aku tahu kamu tidak
ingin seperti ini terus. Aku juga tahu hatimu akan
sangat sakit melepasnya. Tapi percayalah, itu hanya
sesaat. Setelah ini, setelah kamu dapat menerima
semua ini dan mencintai orang lain, semua sakit itu
akan hilang., lanjut Dhani.
Tapi aku sangat mencintainya, Dhan..., ucapku
lirih.
Cha, cintamu akan sangat egois jika kamu
melanjutkan hubunganmu dengannya. Kamu akan
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
25/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
25
mengorbankan kebahagiaan keluarganya,
pernikahannya, dan juga anaknya. Kamu tega?
Aku menggeleng lemah. Mungkin apa yang Dhani
katakan benar. Selama ini aku begitu egois dengan
memikirkan diriku sendiri. Tapi, aku sangat
mencintainya. Aku juga ingin bersamanya. Aku juga
ingin menikah dan membangun sebuah keluarga
dengannya. Apa aku sama sekali tidak berhak untuk
itu?
Bukannya aku melarang cintamu dengannya.
Aku hanya tidak ingin kamu dipersalahkan jika
terjadi sesuatu dengan keluarga mereka. Aku yakin,
suatu saat akan ada orang yang lebih pantas dan jauh
lebih baik dari dia, yang disiapkan secara khusus olehTuhan buat kamu., Dhani mencoba menguatkan aku.
Aku tersenyum pada Dhani, meski sedikit aku
paksakan. Tapi, apa yang dikatakan Dhani memang
benar. Tidak sepantasnya aku menghancurkan rumah
tangga mereka. Tidak sepantasnya aku menjadi
jurang di tengah keharmonisan mereka.
Kita mau kemana, Dhan?, tanyaku.
Suatu tempat., jawab Dhani singkat sambil
terus konsentrasi menyetir mobilnya.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
26/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
26
Dua minggu berlalu sejak peristiwa di Mal itu.
Dan sudah tiga minggu pula, aku tak lagi bertemu
dengan lelaki itu. Lelaki yang aku cintai sampai saat
ini. Lelaki yang masih aku harapkan seperti dulu.
Namun, Dhani telah membuatku lebih bisa melihat
kenyataan yang terjadi. Aku lebih tegar karenanya.
Mobil yang Dhani kemudikan berhenti di depan
sebuah rumah yang cukup mewah. Meski tak terlalu
besar, namun taman yang luas menambah kesan
mewah rumah bercat hijau itu.
Rumah siapa, Dha?
Rumahku. Ayo masuk., ajak Dhani yang sudah
lebih dulu turun dari mobil.
Aku turun mengikuti Dhani menuju pintu depan
rumah. Dhani mengetuk pintu rumah.
Rumah sendiri, tapi mengetuk pintu sebelum
masuk? tanyaku dalam hati.
Tak lama kemudian, muncul seorang wanitacantik berjilbab. Ia tampak anggun sekali saat
tersenyum pada kami.
Mbak., sapa Dhani sambil memeluk perempuan
yang ternyata kakaknya.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
27/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
27
Tumben kesini, Dhan., ucap perempuan itu
sambil mempersilakan kami masuk.
Iya, mbak. Pengen main sekalian mengenalkan
teman Dhani, Cacha.
Hai. Dina., sapa perempuan itu sambil
menyalamiku.
Cacha., Aku membalas uluran tangannya.
Mas kemana mbak?, tanya Dhani.
Mas mu tadi ngajak Royan ke taman bermain.
Mungkin sebentar lagi pulang.
Baru saja perempuan itu menyelesaikan kata-
katanya, seorang lelaki masuk ke dalam sambil
menggendong anak yang berusia sekitar 2 tahunan.
Rasanya, aku ingin pingsan saat itu. Aku ingin
melewati fase ini saja. Aku ingin lari saat ini juga. Tapi
semuanya sudah terlanjur, dan aku harus tetap di sini
serta menghadapinya.
Lelaki itu juga seolah tak percaya melihatku
berada di dalam rumahnya. Ia masih berdiri tertegun
di depan pintu. Matanya masih tertuju padaku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
28/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
29/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
30/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
31/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
31
Kamu sanggup, Cha. Kamu bisa. Buktinya, kamu
telah memutuskan hubungan dengan Mas Fauzi. Itu
berarti kamu sudah menerima kenyataan. Kamu siap
membuka lembaran baru.
Daun-daun berguguran di sore yang mendung ini.
Angin semilir mengiringi kepedihan yang terpendam
di hatiku. Airmataku masih belum kering, mataku
juga masih sembab. Dan, Dhani masih setia
menemaniku.
Sebenarnya, aku sudah tahu hubungan kalian
sebelum kamu bercerita padaku. Tapi aku diam. Aku
tidak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya aku
menghancurkan hubungan kalian karena aku tidak
ingin kakakku disakiti. Aku tidak ingin kakakku
menjadi korban atas keegoisan cinta kalian. Tapi, aku
tak bisa melakukannya.
Aku hanya bisa menunduk mendengar cerita
Dhani.
Aku juga hanya bisa diam ketika Mbak Dina
bercerita tentang perubahan sikap Mas Fauzi dua
tahun ini. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan
cintamu pada Mas Fauzi.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
32/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
32
Maafkan aku, Dhan., hanya itu yang bisa aku
katakan pada Dhani.
Kamu tidak perlu minta maaf padaku, Cha.
Semua ini mungkin memang takdir. Takdir yang
membuat kita semua semakin kuat. Takdir yang
membuat Mbak Dina semakin kuat dalam membina
rumah tangga dengan Mas Fauzi. Takdir yang
menyadarkan Mas Fauzi bahwa keluarga adalah hal
terpenting dalam hidupnya saat ini. Takdir yang
menguatkanmu untuk menghadapi kenyataan di
depanmu. Dan Takdir yang yang membuatku semakin
kuat dalam mencintaimu., ucap Dhani sambil
menggenggam tanganku.
Aku terperangah tak percaya. Aku tatap mataDhani yang balas menatapku. Mata itu penuh dengan
ketulusan. Mata itu menunjukkan sebuah cinta yang
luar biasa.
Rasanya sulit dipercaya, lelaki yang dulu aku
buang begitu saja masih tetap mencintaiku, bahkan
semakin dalam mencintaiku. Lelaki yang akucampakkan karena kehadiran lelaki lain justru
berusaha membantuku keluar dari jeratan ini. Lelaki
yang aku khianati cintanya malah dengan rela
menerimaku kembali dalam pelukannya dengan
tulus.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
33/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
33
Dialah yang pada akhirnya lebih pantas menjadi
pelabuhan hatiku karena dialah yang dengan tulus
mencintaiku, menerimaku apa adanya, dan dialah
yang tak pernah menduakan cinta siapapun. Dan
lelaki itu adalah Dia, mantan kekasihku, Dhani.
***
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
34/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
34
Tak Sesederhana Teori
Seperti biasa aku diam tak bicara
Hanya mampu pandangi
bibir tipismu yang menari
Seperti biasa aku tak sanggup berjanji
Hanya mampu katakan
Aku cinta kau saat ini
Entah esok hari
Entah lusa nanti
Oh....Entah......
Bibirku mengalunkan lagu milik Iwan Fals
berjudul Entahsembari jemari tanganku memainkan
senar gitar yang sudah usang ini. Pikiranku melayangpada sesosok gadis anggun yang sudah aku cintai
selama bertahun-tahun.
Dia bernama Emillie. Wajahnya sungguh ayu
karena darah Prancis yang bercampur dalam dirinya.
Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
35/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
35
merah, dan kulitnya yang kuning langsat dan mulus
itu selalu ingin ku sentuh dan ku jaga penuh cinta.
Aku benar-benar telah bertekuk lutut pada gadis
itu. Dialah alasanku untuk tetap berada di sini, di kota
bengis bernama Jakarta.
Aku adalah mahasiswa semester dua belas di
salah satu universitas negeri ternama di Indonesia.
Entah kenapa, aku bisa lama sekali dalam menempuh
studi ini. Sebenarnya, aku juga tidak termasuk dalam
kategori mahasiswa bodoh. Buktinya, IPK-ku sampai
semester 7 kemarin bisa menembus angka 3,5.
Kebodohanku muncul saat aku mengerjakan
skripsiku. Di saat itu pula, aku mengenal gadis
rupawan bernama Emillie. Dengan proposal yang
sudah disetujui, aku tak kunjung mengadakan
penelitian. Kenapa? Karena aku memang tak ingin
lulus. Aku ingin terus di sisi Emillie, meskipun hanya
sebagai senior dan teman belajarnya.
Bro! seseorang menepuk bahuku yang
membuatku terlonjak kaget.
Sialan lo!
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
36/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
36
Sorry, bro! Gue punya sesuatu yang penting,
mendesak, dan lo harus tahu., lelaki bernama
Andreas itu duduk tepat di depanku yang masih saja
tak bergeming dari kertas gambar dan pensil di
tanganku.
Aku memang hobi melukis, meski aku bukan
mahasiswa jurusan seni rupa. Tapi, menurut
beberapa versi, lukisanku tak kalah dengan
mahasiswa seni rupa. Namun, selalu dan selalu, objek
lukisanku adalah Emillie.
Bro! Gue serius ni., Andreas seolah tak terima
aku abaikan begitu saja. Dia mengambil pensilku dan
membuangnya.
Heh! Brengsek lo ya!, aku menghardiknya.
Lo tu yang brengsek, ada orang ngomong
dicuekin., Andreas tak mau kalah.
Oke! Sekarang lo mau ngomong apa?, aku
menatap Andreas tajam.
Ya, begitulah kami. Selalu terlihat seperti
bertengkar. Padahal, tak pernah ada kata
pertengkaran dalam kamus kami.
Andreas menghela napas sebelum berbicara,
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
37/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
37
Sebenarnya gue nggak yakin buat ngomongin ini
ke elo, Jo. Tapi, lo musti tahu.
Kalo mau ngomong ya ngomong aja. Ribet amat
sih!
Hmmm...., Andreas masih tak ingin bicara.
Lo mau ngomong nggak? Kalo nggak, gue pergi
nie., aku mulai berdiri.
Weiitss...tunggu! duduk dulu, bro., Andreas
menarik tanganku untuk duduk, yang ku ikuti juga.
Lagi, Andreas menghela napas,
Cewek yang lo idamkan....Cewek yang lo cintai
sampe lo nggak mau lulus....., Andreas tak
melanjutkan kata-katanya. Ia menggaruk-garuk
kepalanya. Bingung bagaimana harus memulai.
Aku menatap Andreas penuh selidik dan
membuatnya semakin bingung.
Lo ngomong, ato...
Oke. Oke. Gue ngomong! Dia mau kawin., ujar
Andreas yang seolah seperti sambaran petir untukku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
38/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
39/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
40/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
40
Nggak ada., jawabnya singkat lalu berbalik
menuju pos.
Pak, pak! Aku ada penting sama dia., teriakku
dari balik pagar yang menjulang tinggi.
Mau penting ato enggak, Mbak Emillie nggak
ada. Dia married., jawabnya sambil berkacak
pinggang.
Rasanya seperti terhunus pedang sekali lagi
mendengar kata pernikahan.
Dimana pernikahannya?, aku masih tak
menyerah.
Satpam itu malah tersenyum.
Sudahlah, Nak. Kamu bukan saingan calon
suaminya. Dia itu anak pengusaha kaya raya. Kamu
aja mungkin bisa dibeli sama dia., jawab satpam itu.
Aku merasa sakit hati sekali lagi. Dia begitu
merendahkanku. Dia menganggapku hanya seonggok
daging hidup yang tidak berguna. Tak punya uang,
rumah, atau perusahaan. Tapi, aku punya cinta, cinta
yang besar untuk Emillie.
Tapi cinta tidak cukup untuk hidup, Jo, sisi hatiku
yang lain berbisik padaku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
41/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
41
Hatiku semakin kerdil. Aku ingin menyerah saja
sekarang. Tak ada harapan lagi untuk bersamanya.
Bunyi klakson mobil mengagetkanku. Aku
menoleh ke arah suara. Aku melihat sebuah mobil
yang sangat aku kenal karena hampir setiap hari aku
melihatnya.
Bro!, Andreas melongok dari jendela mobil.
Aku berjalan gontai ke arahnya.
Lo jangan patah semangat gitu donk!
Gimana kagak patah semangat, dia udah kawin
duluan., jawabku lemah sambil tertunduk.
Siapa bilang dia udah kawin? Dia masih single
sekarang.
Aku mendongak seketika. Benarkah pujaanku
belum menikah dengan yang lain?
Pemberkatan nanti sore. Sekarang dia ada di
hotel bareng keluarganya. Lo masih punya waktu duajam sebelum semuanya benar-benar TAMAT.
Serius lo??, aku seperti melihat seberkas sinar
di jalan yang gelap.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
42/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
42
Untuk hal-hal kayak gini, gue enggak mungkin
becanda. Ayo! Lets go!
Tapi motor gue?!, aku menunjuk ke arah
motorku yang ku parkir di samping pagar rumah
Emillie.
Udah, buang aja tu motor butut!
Demi Emillie, biar sajalah motorku jadi korban.Yang penting, Emillie enggak keburu nikah, batinku.
Aku langsung masuk ke mobil Andreas. Dan
Andreas pun seolah tak ingin membuang waktu. Ia
mengemudikan mobilnya lebih gila dari aku
mengendarai motor tadi. Kami berdua memang
sedang berlomba dengan waktu.
Kini aku berada di depan sebuah hotel
berbintang lima. Hotel megah bertaraf internasional
inilah yang nantinya akan menjadi saksi pernikahan
Emillie.
Aku berlari memasuki pintu hotel. Dan barubeberapa langkah saja, aku melihat sebuah pigura
besar bertuliskan sesuatu yang menarik perhatianku.
Aku tertegun melihatnya, dan mataku masih
menatapnya tak percaya. Aku berharap aku salah
lihat.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
43/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
43
Emillie Montanie
Andreas Suryadama
Benarkah ini? Atau bohongkah semuanya?
Seperti sebuah mimpi yang sulit ku percaya.Sahabatku sendiri adalah orang yang akan menikah
dengan orang yang sangat aku cintai.
Mataku kemudian menangkap sesuatu. Aku
melihat dia. Aku melihat perempuan yang ingin ku
miliki, namun tak akan pernah sampai. Dia sedang
tertawa bahagia bersama....orang tua Andreas.
Tiba-tiba, perempuan itu melambaikan tangan
padaku. Sepertinya, ia mengetahui kehadiranku.
Bahkan, ia berjalan mendekatiku. Ingin rasanya, aku
berlari saja, menjauh sejauh mungkin dan tak lagi
muncul di hadapan mereka berdua.
Hai, kak., sapanya lembut seperti biasa.
Aku tak membalas. Hanya sebuah senyum tipis
yang aku kirimkan sebagai jawaban.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
44/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
44
Tidak ingin memberikan ucapan selamat?,
tanyanya sambil melirik ke tulisan yang baru saja aku
lihat.
Aku mengulurkan tangan dan mengucapkan
selamat, meski hatiku sangat tidak rela.
Boleh aku bicara sama kamu, Mil?, akhirnya aku
beranikan diri.
Emillie mengangguk dan berjalan mengikutiku
menuju serambi hotel yang tampak cukup nyaman
untuk berbicara.
Mau bicara apa, kak?, Emillie memulai
pembicaraan.
Aku menghela napas panjang sebelum
memulainya,
Kenapa tidak bilang mau menikah?
Emillie tersenyum. Manis sekali.
Aku tahu seperti apa persahabatan kakakdengan Andreas. Dan sangat tidak mungkin kalau....
Aku terhenyak mendengar ucapan Emillie.
Apakah Emillie tahu kalau aku menyimpan perasaan
untuknya.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
45/202
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
46/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
46
berharap kamu yang akhirnya berdiri di altar
denganku., dia mulai menangis.
Emillie menangis. Dan inilah pertama kali aku
melihatnya menangis. Kesedihan itu terpancar jelas
dari wajahnya.
Kalau begitu, batalkan pernikahan ini.
Emillie menggeleng pelan.
Tidak mungkin.
Kenapa? Kamu tidak mencintainya, lalu kenapa
kamu masih ingin melanjutkan pernikahan ini?!
Aku tidak pernah bilang aku tidak mencintainya.
Aku hanya bilang aku mencintaimu, tapi bukan
berarti aku tidak mencintai Andreas dan tidak ingin
menikahinya., Emillie masih menangis.
Lalu... kenapa? Kenapa kamu masih ingin
menikahinya?
Dia jauh lebih gentle daripada kakak. Dia lebihberani berjuang demi cintanya daripada kakak yang
hanya diam dan tidak berbuat apa-apa. Dan dia, dia
lebih mencintaiku daripada kakak., Emillie berlari
meninggalkanku yang tak percaya dengan semua
kata-kata yang baru saja aku dengar.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
47/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
47
Tunggu, Mil. Bagaimana kamu bisa bilang kalau
cintanya lebih besar dari cintaku? Kamu tidak pernah
tahu....
Aku tahu. Aku tahu kakak mencintaiku. Tapi
cinta kakak tidak apa-apanya dibanding cinta
Andreas. Karena apa? Karena Andreas berani
berkorban dan berjuang demi cintanya. Bahkan,
sampai detik terakhir dia masih membiarkan kakak
datang kemari dan mengatakan cinta padaku
sementara pernikahan kami sudah di depan mata.
Tapi sayang, pengorbanan Andreas selama ini sia-sia
karena sahabatnya hanyalah seorang pecundang
yang cuma bisa bersembunyi.
Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Kubiarkan Emillie berlari pergi dariku. Dan mungkin itu
berarti aku melepaskannya selamanya. Hatiku sangat
sakit. Otakku terus berputar.
Pengorbanan dan perjuangan Andreas? Aku
pecundang? Andreas lebih mencintainya daripada
aku? Andreas? pertanyaan-pertanyaan itu terusberputar di otakku.
Maafin gue, bro., Andreas menepuk bahuku.
Aku masih diam. Tak bereaksi apapun. Hatiku
semakin sesak mengingat lelaki disampingku ini,
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
48/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
48
sahabatku ini, adalah calon suami Emillie. Wajahku
memerah. Emosi-ku meluap. Dan secara spontan,
sebuah kepalan melayang di bibirnya.
Brengsek lo!!, hardikku.
Pukul gue! Pukul gue sampe lo puas! Andreas
menantangku.
Hampir saja aku melayangkan tinju sekali lagi,namun seolah ada yang menghalangiku. Dan
akhirnya, aku memilih pergi.
Jo, gue bisa jelasin semuanya., Andreas
mengejarku.
Aku berbalik, Lo mau jelasin apa lagi,
brengsek?!
Emillie mencintai lo.
Gue tahu!, aku melanjutkan langkahku lagi.
Gue dan Emillie sudah pacaran sebelum gue
kenal lo!
Aku menghentikan langkahku. Apa aku tidak
salah dengar?
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
49/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
49
Semilir angin di serambi hotel sedikit
menyegarkan otak dan hatiku yang panas. Gemerisik
daun yang digerakkan angin mengisi keheningan
antara aku dan Andreas.
Dia pacar gue sejak SMA., Andreas memulai
pembicaraan.
Aku menoleh pada sahabatku yang duduk di
sebelahku.
Awalnya gue nggak tahu kalau cewek yang lo
ceritain itu, ternyata cewek gue sendiri. Setelah lo
kenalin dia ke gue, saat itulah gue tahu kalau kita
mencintai cewek yang sama.
Lalu kenapa lo nggak bilang?! Kenapa lo malahbilang cewek lo di luar negeri?!
Gue nggak pengen ngancurin elo. Tiap hari elo
cerita tentang dia, memuja dia, melukis dia, nyiptain
lagu buat dia, dan lo bilang lo cinta mati sama dia.
Mana mungkin gue bilang kalo cewek yang lo cintai
itu cewek gue sendiri.
Aku diam. Inikah yang disebut pengorbanan oleh
Emillie?
Lalu, gue ngrasa, Emillie juga ngrasain hal yang
sama kayak elo. Akhirnya gue putusin buat mundur.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
50/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
50
Gue putus sama dia. Gue biarin elo berjuang untuk
mendapatkan cinta dia. Tapi, elo sama sekali nggak
berjuang. Elo cuma menang teori doang!
Gue butuh waktu!
Waktu?! Lo butuh berapa tahun?! Sepuluh tahun,
he?? Dua tahun gue relain perasaan gue, dua tahun
gue biarin kalian berdua, dua tahun gue sakit hati
sendirian, Jo. Dan elo..... elo nggak melakukan
apapun!
Aku seperti tertampar oleh ucapan Andreas.
Akhirnya, gue tahu lo nggak pantes buat dia. Lo
cuma menggantungkan Emillie, dan gue nggak bisa
liat dia terus-terusan nangis gara-gara elo. Gue,akhirnya mutusin buat mengambil dia lagi. Gue
berjuang agar Emillie bisa melepas elo dan mencintai
gue lagi. Dan gue.....gue memutuskan untuk
menikahinya.
Inikah yang Emillie sebut sebagai berkorban dan
berjuang?
Trus kenapa lo ngasih tahu gue kalo Emillie
nikah?!
Gue pengen ngasih kesempatan terakhir buat
elo. Tapi ternyata, semuanya tetap nggak berubah.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
51/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
51
Aku diam lagi. Begitupula, Andreas yang juga
diam. Kami tak saling bicara. Hanya hembusan angin
yang menemani kita berdua larut dalam pikiran
masing-masing.
Hingga akhirnya, Andreas beranjak pergi. Ia
harus bersiap untuk pemberkatan pernikahan.
Tanggal 16 Januari 2011, pukul 16:00, sebuah
pernikahan digelar. Sepasang mempelai tampak
serasi. Mereka tersenyum bahagia ketika melewati
altar. Semua tamu tampak merestui kebahagiaan
pernikahan mereka. Sungguh bahagia.
Sementara aku, aku hanya bisa menatap dari
jauh. Menatap senyum bahagia mereka ketika
mengucapkan sumpah sehidup semati, ketika dua
cincin itu mengikatkan pernikahan mereka, dan
ketika sebuah ciuman itu menyatukan cinta mereka.
Dan aku, aku hanya bisa menyesali kebodohanku
ini. Betapa aku adalah seorang pecundang cinta. Aku
selalu berteori dengan lagu, lukisan, dan puisi-
puisiku. Tapi, aku tak pernah bisa menghadapi
kenyataan cinta. Aku tak benar-benar berjuang demi
cinta yang aku butuhkan. Dan sekarang, cintaku
hanyalah tong kosong yang nyaring bunyinya.
***
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
52/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
52
Cancer
Siang itu, tanah merah itu masih basah. Warna-
warni bunga yang terserak di atasnya juga masih
segar. Semilir angin dan mendungnya langit seolah
ikut berduka atas kepergianku. Kepergianku menuju
sebuah hunian baru, yang kekal dan tak akanberubah.Afterlife.
Hai, sayang., seorang perempuan berambut
panjang terurai berjalan masuk ke dalam kamarku.
Kamar sempit dan beraroma aneh. Freaking Room,aku menyebutnya.
Namun, di kamar inilah aku menghabiskan sisa-
sisa waktuku. Membaca, tidur, atau hanya sekedar
duduk sembari menatap birunya langit ciptaan
Tuhan. Aku tak merasa bosan atau jenuh sedikitpun
karena mungkin rasa itu sudah ikut hilang denganchemotherapyyang ku jalani saat ini.
Aku menoleh kepada perempuan itu. Perempuan
yang tidak pernah lelah untuk terus berada di
sampingku, mendampingiku dalam keadaan yang
sangat menyedihkan ini.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
53/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
53
Kamu bawa, kan?, tanyaku sambil beranjak
duduk yang dibantu olehnya.
Tentu saja., ia lalu meraih tas yang dibawanya
dan mengeluarkan sebuah handycam serta beberapa
kaset yang tertata rapi dalam tempatnya.
Aku tersenyum senang. Dia memang selalu
begitu. Tak pernah absen menjengukku ataupun
melupakan titipanku. Seorang perempuan super yang
akan hidup bersamaku hingga saatnya akan tiba
nanti.
Ini., dia menyodorkan segelas air putih dan
tentu saja, obat-obat sialan itu.
Sesungguhnya, aku tak ingin minum obat ini,apalagi menjalani chemo, yang hanya membuat
tubuhku semakin tak tersisa. Hanya dia, perempuan
super ini yang membuatku menjalaninya. Ketika ia
menangis di sampingku, memohon padaku untuk
melewati semua pengobatan ini, tak akan mungkin
aku sanggup membiarkannya.
Seandainya saja. Seandainya ia meninggalkanku
detik ini juga, aku akan lebih tenang. Aku tak akan
protes pada penyakit ini saat mereka menggerogoti
setiap detil badanku yang rapuh ini.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
54/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
54
Aku balik dulu ya. Mungkin malam ini aku tidak
bisa datang. Aku harus lembur., ucapnya sambil
mengelus rambutku.
Aku bisa sendiri kok., jawabku sambil
tersenyum meski tak lagi seperti dulu.
Dia mencium keningku sebelum melangkah
keluar kamar. Ku tatap punggungnya hingga perlahan
menghilang dari pandanganku.
Detik ini, hatiku sakit lagi. Aku merasa sangat
tidak berguna. Hanyalah seperti tulang-tulang yang
untuk berjalan saja aku harus menggunakan kursi
roda. Sebagai laki-laki, aku merasa sangat kerdil. Aku
tak bisa berbuat apa-apa untuk perempuan yang
sangat aku cintai.
Sakit sekali ketika melihatnya tersenyum.
Senyum itu tak lagi memancarkan keceriaan seperti
dulu. Yang tersisa hanyalah sebuah kepedihan
tersembunyi. Aku tahu persis, ia pasti ingin berpura-
pura baik-baik saja di depanku. Aku juga tahu, ia akan
menangis di kamar mandi setelah ini. Menumpahkan
semua pilu yang sengaja ia simpan untuk menjaga
perasaanku.
Lalu, untuk apa sebenarnya aku dipertahankan
hidup? Aku hanyalah sumber penderitaan untuk
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
55/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
55
semua orang-orang di sekitarku. Dan aku, bukan lagi
seorang pahlawan bagi keluarga dan gadis manisku.
Senja sore ini tak menarik lagi bagiku. Mataku
lebih tertarik pada layar handycam yang ku pegang.
Layar itu menampilkan sebuah rekaman tentang
kenangan indah yang tak terlupakan. Kenangan
bersama Andini, perempuan super yang sangat ingin
ku nikahi jika saja aku tidak seperti ini.
Aku tersenyum getir melihatnya. Senyum itu,
tawa itu, dan tangis itu, aku merindukan semuanya.
Semua waktu yang telah kami habiskan bersama
selama lima tahun ini. Ya, mungkin memang hanya
lima tahun saja karena tak akan ada perpanjangan
waktu yang akan Tuhan berikan padaku lagi. Aku
hanya menghitung hari, menunggu saat-saat
kebebasan itu menjemputku.
Namun, aku terkadang tak ingin mengingat hari
itu. Hari dimana aku akan berpisah dengan Andini.
Satu-satunya hal yang tak ingin aku tinggalkan di
dunia ini. Kalau saja bisa, aku ingin membawanya
bersamaku. Tapi, itu akan menjadi keegoisan yang
sadis untuknya, dan aku tak mau hal seperti itu
terjadi. Aku hanya ingin dia bahagia, meski pada
akhirnya nanti aku harus meninggalkannya.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
56/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
56
Pagi ini, matahari sepertinya malas bersinar.Mendung masih menggantung. Sisa-sisa hujan
semalam masih menempel di daun-daun dan rumput-
rumpu taman. Semilir angin juga membelai kepalaku
yang tak lagi memiliki mahkotanya.
Disini saja ya, sayang., ucap Andini ketika kami
sampai di gazebo taman rumah sakit.
Aku membalasnya dengan anggukan lemah.
Di sini, kami hanya saling diam. Aku larut dalam
pandanganku ke arah seorang anak yang berlari-lari
kecil sambil membawa balon. Dia tertawa sangat
riang seolah tak ada yang membebani hidupnya.Padahal, seandainya orang lain tahu bahwa tubuhnya
sangat rapuh. Dia tak jauh beda denganku. Ia hanya
dianugerahi kesempatan yang sangat singkat untuk
menikmati indahnya dunia. Ia juga sering merasa
kesakitan ketika penyakit itu mulai mengamuk.
Namun, kali ini, dia tertawa bahagia seakan penyakit
itu telah lari darinya. Lalu, kenapa aku tak bisa
tertawa lepas seperti dia. Aku tampak ketakutan
menghadapi malaikat-malaikat maut yang siap
membawaku ke sebuah tempat bernama keabadian.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
57/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
57
Tiba-tiba Andini merangkulku. Diletakkan
kepalanya di pundakku. Entah kenapa, aku merasa
dia sangat rapuh kali ini. Ku usap lembut airmata
yang mengalir dari matanya yang indah.
Aku ingin bisa menikah denganmu., ucapnya
lirih nyaris tak terdengar.
Aku tertegun. Rasanya tak percaya kalimat itu
muncul dari dalam hatinya. Dia masih ingin menikah
denganku di saat aku seperti ini. Aku semakin
bersyukur perempuan inilah yang dulu aku pilih
untuk ku cintai.
Din....
Hmm...
Pernikahan itu untuk mendapatkan
kebahagiaan.
Aku bahagia jika menikah denganmu.,
jawabnya, masih bersandar di pundakku.
Aku tidak akan pernah membuatmu bahagia
dengan kondisiku. Aku tidak bisa memberikan apa-
apa.
Cukup cintamu yang membuatku bahagia.,
jawabnya sambil menatapku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
58/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
58
Entah hal apa yang membuat Andini seolah tak
ingin lepas dariku. Inilah yang membuatku tak bisa
meninggalkan dunia ini.
Din...
Aku tidak ingin mengikatmu dengan keadaanku.
Bahkan...., aku tak melanjutkan kata-kataku. Berat
sekali jika aku harus mengatakan hal ini yang hanya
akan menyakitinya.
Bahkan apa?, ia mengerutkan kening.
Tidak apa-apa., aku menggeleng.
Aku mengajaknya kembali ke kamar. Mengakhiri
semua ini. Biarlah aku memendam kata-kata itu
hingga waktunya nanti.
Tubuhku mengejang. Otot-ototku kaku. Aliran
darahku kacau. Napasku sesak. Mungkin, sudah
saatnya.
Dokter membawaku ke ruang ICU. Mereka
berusaha membangkitkan detak jantungku yang
melemah. Mereka ingin membangunkanku lagi dari
tidur abadiku. Namun, mereka tetaplah manusia yang
tak memiliki kuasa untuk menentang Tuhan.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
59/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
59
Aku merasa bebas. Semua rasa sakit itu telah aku
tinggalkan. Dan sekarang, aku bisa melangkah
menuju kehidupan baruku, kehidupan yang akan aku
jalani dalam sisa waktu ku ini.
Namun, hatiku tak mengijinkan. Hatiku
memintaku kembali. Suara isak tangis itu
menyayatku. Aku masih tak rela meninggalkan dia.
Ini adalah bagian terberat yang sulit ku tempuh,
meninggalkan Andini seorang diri di dunia ini. Hanya
sebuah tulisan yang ku tinggal diantara tumpukan
kaset yang selesai ku lihat sebelum akhirnya waktu
ini datang.
Now turn away
Cause Im awful just to see.
Cause all my hairs abandoned all my body.
Oh my agony.
Know that I will never marry.
Baby Im just soggy from the chemo
But counting down the days to go.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
60/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
60
It just aint living.
And I just hope you know
That if you say goodbye today
Id ask you to be true
Cause the hardest part of this is
Leaving you......
~M y Chemical Romance~
***
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
61/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
61
Lampu Jalanan
Jalanan sangat ramai. Kendaraan berlalu lalang
mengejar waktu. Bunyi klakson menambah
keramaian jalanan kota ini. Teriakan kenek bus kota
meriuhkan suasana.
Anak-anak kecil berlari-lari menjajakan koran
atau sekedar membersihkan kaca mobil. Terik
matahari yang menyengat tak lagi dihiraukan. Kulit
mereka terbakar hitam. Bibir mereka kering karena
tak minum. Dan, mereka menahan lapar hanya
karena uang mereka tak cukup untuk makan.
Di sisi lain, bapak-bapak tua tengah menarik
gerobak sampah. Mereka memunguti sampah-
sampah di setiap jengkal jalanan kota. Bau
menyengat tak dihiraukan mereka karena dari
sampah itulah sesuap nasi mereka dapatkan. Kulit
hitam legam dan otot-otot yang menonjol keluar
menunjukkan betapa berat perjuangan mereka untuk
bertahan hidup di kota besar ini.
Beralih pada tempat lain, ibu-ibu dengan topi
seadanya, mengorek-ngorek gundukan sampah.
Mereka sedang mencari sisa-sisa yang masih bisa
digunakan, entah barang-barang bekas atau sisa-sisa
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
62/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
62
makanan dari pasar. Dari situlah mereka menghidupi
anak-anak mereka yang menunggu di rumah.
Melirik pada sisi yang lain, beberapa anak-anak
sedang menikmati kehidupan ceria mereka. Tawa
bahagia tergambar pada bibir mereka. Sebuah
kebahagiaan tanpa beban yang mungkin tak
dirasakan orang tua mereka. Mereka berlari-larian di
sekitar rumah mereka. Rumah-rumah sederhana
beratapkan seng-seng bekas dan bertembokkan
kardus-kardus sisa. Jauh dari segala kemewahan yang
ditawarkan sisi-sisi lain kota ini. Namun, mereka
bahagia, tinggal di rumah kecil ini bersama seluruh
keluarga mereka.
Kamera ku arahkan pada setiap jengkal sisikehidupan ini. Kehidupan yang sangat mengerikan
bagi sebagian orang yang terbiasa hidup dalam gua
kemewahan, namun membahagiakan bagi orang-
orang yang telah menjadikannya bagian hidup selama
bertahun-tahun.
Aku berdiri pada episentrum setiap sisi-sisi itu.Aku bisa melihat remaja-remaja yang mendatangi
setiap kaca mobil, bapak-bapak yang memunguti
setiap sampah berserakan, dan ibu-ibu yang mengais
rejeki dari gundukan sampah itu. Aku senang berada
di tempat ini. Tempat yang, mungkin, sangat
dihindari orang-orang berdasi itu. Namun, bagiku,
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
63/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
63
tempat ini adalah kenyataan yang tersembunyi dari
balik gedung-gedung pencakar langit. Tempat ini
adalah realita tak terungkap dari semua kemewahan
yang ditawarkan sebuah kota metropolitan.
Dir....!, seseorang memanggilku dan membuatku
menghentikan aktivitas memotret. Aku menoleh ke
arah suara itu.
Sebuah lambaian tangan dari jarak sepuluh
meter membuatku tersenyum. Aku berlari
menghampirinya.
Semua bantuan sudah datang., ujarnya ketika
aku sudah berdiri satu meter darinya.
Lets do it., balasku sambil berjalan menuju kesuatu tempat yang sudah aku dan organisasiku
siapkan untuk mereka yang berbahagia di sini.
Kardus-kardus berisi bahan makanan tertumpuk
di sebuah tenda yang sudah disiapkan panitia.Beberapa orang dengan kaos putih bertuliskan NO
FAMINE! NO POVERTY! tengah sibuk membagi-
bagikan kardus-kardus itu pada masyarakat di sini.
Aku tersenyum melihat mereka. Ku arahkan
kameraku pada senyum kebahagiaan yang tersirat di
bibir mereka saat menerima kardus itu. Kebahagiaan
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
64/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
64
tak terkira juga ku rasakan ketika apa yang telah ku
usahakan membuahkan kebahagiaan di hati mereka.
Usahakan semua orang dapat ya, sil., ucapku
pada Sesil, asistenku.
Semua sudah terhitung, bahkan bantuan yang
kita sediakan lebih dari jumlah orang yang tinggal di
sini., jawabnya sambil terus mengawasi setiap
penyaluran bantuan
Setelah semua tersalurkan dan truk pengangkut
bantuan sudah pergi, aku memutuskan untuk
meninggalkan mereka. Aku berjalan menyusuri
jalanan yang berdebu. Asap dan teriknya matahari
tak menyurutkanku untuk terus berjalan mnyusuri
jalanan yang panjang ini.
Langkahku terhenti. Mataku tertuju pada sebuah
pemandangan yang mungkin sudah biasa, tapi tidak
kali ini. Seorang anak laki-laki kecil menangis di
sudut jalan. Dia mengenakan kaos lusuh seadanya
dan bertelanjang kaki. Wajahnya menghitam
tersengat matahari. Di depannya, orang-orang silih
berganti hilir mudik, namun tak ada satupun yang
peduli pada tangisannya. Mereka seolah terlalu sibuk
pada dunia masing-masing dan tak lagi peduli pada
dunia orang lain.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
65/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
65
Ku langkahkan kakiku menghampirinya. Aku
berjongkok di depannnya. Tangisannya membuatnya
tak menyadari kehadiranku.
Ada yang bisa kakak bantu?, tanyaku pelan
seraya menepuk bahunya yang terguncang akibat
menangis.
Ia mendongak perlahan dan menatapku penuh
tanya. Tangisnya juga masih belum reda. Dan ia pun
tak menjawab apa-apa.
Adek, kenapa nangis?
Ba...pak..., ucapnya tersendat-sendat.
Bapaknya kemana?
Dia hanya menggeleng lemah. Matanya
menatapku nanar. Hatiku tersentuh dengan tatapan
polos itu.
Kita cari , yuk., ajakku sambil menggandengnya.
Ia mengangguk padaku dan mengikuti langkahku.Sesekali masih terdengar isakan tangis dari si kecil
ini.
Aku menghampiri penjaja rokok yang
mendirikan pangkalan tak jauh dari tempat anak
kecil ini menangis.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
66/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
66
Permisi, pak. Mau tanya?
Iya, neng.
Bapak tau kemana ayah anak ini?, mataku
mengarah pada anak kecil yang aku gandeng.
Lelaki penjaja rokok itu mengikuti pandanganku
menuju anak kecil yang balas menatapnya dengan
mata sembab.
Aduh, neng. Ayah anak ini, sih, sudah meninggal
tiga hari yang lalu, tertabrak mobil., ucap lelaki itu
setengah berbisik.
Ya, Tuhan. Aku tak percaya dengan apa yang baru
saja aku dengar. Seorang anak mencari bapaknya
yang sudah tiada. Hatiku ikut tersayat merasakan
kepedihan yang dirasakannya.
Dia memang sudah tiga hari ini duduk di situ,
neng. Nyari ayahnya., lanjut lelaki itu.
Lalu sekarang bapaknya dimakamkan dimana?
Wah, nggak tau, neng. Kemarin di bawa ke
rumah sakit sama polisi, abis itu dikubur dimana,
nggak tau., jawabnya sambil menata barang-barang
dagangannya.
Trima kasih, pak.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
67/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
67
Sama-sama, neng.
Aku berjongkok di depan lelaki kecil ini. Pilusekali melihat anak lelaki berusia 5 tahun ini masih
belum mengerti kalau ayahnya telah diambil sang
Pencipta. Ku usap airmata yang masih menetes dari
bola mata yang lelah itu.
Adek lapar?, tanyaku sambil mengelus
rambutnya yang memerah karena panas matahari.
Ia hanya mengangguk lemah sebagai jawaban.
Ayo, ikut kakak., ajakku sembari
menggandengnya.
Sebuah restoran fast food penuh sesak dengan
orang-orang borjuis. Ada yang bertemu dengan
rekan bisnis, ada yang saling memadu kasih, dan ada
pula yang sekedar nongkrong bersama teman-
temannya.
Sementara aku dan anak laki-laki tak berdosa ini,
hanya duduk berdua dan larut dalam keheningan.
Mataku tak berpaling dari sosok kecil di depanku
yang tengah aku suapi. Ia makan dengan lahapnya
seolah ia lupa dengan tangisnya dan.....ayahnya.
Begitulah kepolosan anak kecil. Mereka belum
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
68/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
68
mengerti apa itu hidup yang sebenarnya. Yang
terpenting bagi mereka adalah perut kenyang,
bermain, dan berkumpul bersama ayah dan ibunya.
Ibunya? Ya, ibunya. Ia pasti masih mempunyai ibu.
Dek...
Anak itu menatapku masih dengan mulut yang
penuh makanan.
Ibunya dimana?, tanyaku dengan senyum
tentunya.
Ia menggeleng. Sebuah gelengan yang
memupuskan harapanku untuk mengembalikannya
pada keluarganya.
Kakak?, tanyaku lagi.
Sekali lagi, ia menggeleng.
Rumah adek dimana?, aku masih tak menyerah.
Gelengan kepala sekali lagi ini membuatku tak
tahu lagi harus bertanya apa. Aku tak punya jalan lagikemana harus mengantarnya.
Aku masih terus menyuapinya. Ku tatap matanya
yang telah berubah ceria. Mata yang nanar dan pilu
itu tak lagi terlihat. Mungkin dia lupa dengan
ayahnya, mungkin juga dia sama sekali tak paham
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
69/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
69
jika ayahnya tidak akan pernah kembali. Dan dia... dia
akan hidup sendiri tanpa keluarga di dunia ini.
Pedih sekali membayangkannya, berada pada
situasi yang ia alami. Anak sekecil ini harus ditinggal
sendiri. Melewati hari-harinya tanpa keluarga yang
mendampingi. Berjuang seorang diri melewati
beratnya hidup di kota metropolitan ini. Seandainya
saja bisa, aku ingin membawanya pulang ke rumah,
mengurusnya dan menemaninya melewati hari-
harinya yang seharusnya tak seberat ini.
Tiba-tiba terbersit dalam pikiranku pada sebuah
tempat yang sangat mungkin untuk ia tinggali. Meski
bukan keluarganya, tapi aku yakin ia tidak akan
kekurangan kasih sayang di sana. Lagipula, aku bisasetiap hari datang menjenguknya.
Lampu-lampu kota menerangi jalanan kota yang
masih saja penuh sesak meski malam telah menyapa.
Tetes-tetes air hujan membasahi jendela kaca taksi
yang ku tumpangi. Air hujan inilah yang
mendinginkan hati setiap penghuni kota ini setelah
seharian dipenatkan oleh pekerjaan dan panasnya
kota. Dan air hujan ini semakin mendinginkan hatiku
yang senang karena aku sudah mendapatkan tempat
untuk sosok kecil tadi.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
70/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
70
Yayasan yang aku dirikan bekerjasama dengan
sebuah panti asuhan anak. Aku sangat mengenal
pemilik panti asuhan itu, dan aku bisa
mengandalkannya untuk menjaga lelaki kecil itu.
Aku senang karena aku telah membantunya. Aku
lega karena aku masih bisa berbuat sesuatu untuk
orang lain. Aku bahagia karena hidupku berarti untuk
orang lain. Meski hanya dengan bantuan kecil, tapi
uluran tangan itu bisa menjadi setetes air hujan bagi
mereka yang tak tahu lagi dimana mendapatkan air.
Ku tatap lagi lampu-lampu jalanan yang
berpendar menyinari jalanan, membantu setiap
pengendara melewati jalanan gelap ini. Aku harap
aku bisa seperti lampu jalanan itu yang meski hanyadengan seberkas sinar, ia bisa membantu setiap
orang yang melaluinya.
***
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
71/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
71
Bangku Taman
Matahari sudah meredup seolah lelah menyinari
bumi sepanjang hari. Langit tampak kemerahan
menandakan malam segera menyapa. Burung-burung
kembali ke sangkar setelah mencari makan.
Begitupula manusia yang pulang ke rumah setelahseharian membanting tulang untuk hidupnya dan
keluarga.
Namun, tak begitu denganku. Lelah yang
memuncak membuatku tak ingin pulang. Aku ingin
pergi ke suatu tempat. Tempat dimana aku mendapat
ketenangan batin. Tempat dimana aku bisamelepaskan semua penat yang menderaku.
Aku berjalan menyusuri rumput-rumput hijau
yang seolah menjadi permadani alam bagi taman ini.
Bunga-bunga bermekaran sangat indah. Daun-daun
jatuh berguguran karena rapuh. Serta, gemericik air
pancuran melengkapi kedamaian taman ini.
Aku duduk di sebuah bangku kosong dekat
pancuran. Tempat favoritku. Dari tempat ini, aku bisa
memandang langsung air yang tersembur keluar dan
menimbulkan suara gemericik. Dari tempat ini pula,
aku bisa melihat anggrek-anggrek ungu tergantung
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
72/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
72
indah di batang-batang pohon. Dan dari tempat ini,
aku bisa menjejakkan kakiku pada dinginnya rumput
hijau ini.
Ku sandarkan tubuhku yang lelah pada sandaran
bangku kayu. Aku ingin bersandar hingga aku lelah
untuk bersandar. Aku ingin berada di sini hingga aku
bosan di sini. Alunan musik Silk Roaddari Kitaro yang
terdengar dari earphone yang aku gunakan,
menemaniku di senja kali ini.
Aku memejamkan mataku, mencoba merasakan
kedamaian di tempat ini. Tempat yang menjadi
tujuanku sejak aku SMA. Tiba-tiba, ingatanku
melayang pada saat pertama kali aku datang kesini.
Saat itu aku masih kelas dua SMA, dan tentu sajaberbeda dengan aku yang sekarang.
Terik matahari tak begitu menyengat kulitku
yang putih. Aku berjalan di antara deretan pohon
yang berjajar rapi. Meski awan mendung mulai
menggantung namun suhu udara masih saja panas
siang ini. Untung saja, aku bisa merasakan kesejukan
ketika berada di taman ini. Ini kali pertama aku
datang ke taman ini karena memang baru selesai
dibangun minggu lalu.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
73/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
73
Beberapa orang tengah asyik bercengkerama di
setiap bangku yang ku lewati. Mungkin keadaan
taman yang masih baru, membuat orang-orang
tertarik untuk datang. Mataku mencari-mencari
bangku yang masih kosong. Dan akhirnya, aku
menemukannya.
Aku duduk bersandar melepas lelah setelah ujian
akhir semester. Rasanya otakku panas sekali, dan
penatnya kota ini membuatnya semakin terbakar.
Permisi., seseorang berdiri di depanku dengan
wajah yang sangat angkuh.
Aku hanya membalas ucapannya dengan
tatapanku.
Bisa move nggak?, ucapnya masih dengan
keangkuhannya.
Aku mengernyitkan dahi.
Kenapa aku mesti pindah?
Ini bangku gue., ucapnya sinis.
Aku semakin tidak mengerti ucapannya.
Oh, bangku elo.... tapi kenapa gue nggak liat ada
tulisan nama elo di sini?, aku mulai emosi.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
74/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
74
Setiap gue kemari, gue selalu duduk di sini.
Itu bukan berarti bangku ini milik elo!
Udah, elo pindah aja deh..! Tu masih banyak
bangku yang kosong.
Masa bodo!, aku tetap tak beranjak dari tempat
duduk, malah aku memasang earphone dan
mengabaikannya.
Dia tampak sangat kesal. Namun, dia tidak
menyerah. Dia tetap berkeras duduk di bangku ini.
Dengan cueknya, ia duduk di sampingku. Kedua
tangannya ia silangkan di belakang kepalanya sebagai
sandaran. Dan ia meluruskan kakinya yang panjang.
Selang beberapa menit, aku melirik ke arahnya.
Ia tetap pada posisi yang sama. Matanya terpejam.
Napasnya naik turun pelan.
Dia keren sekali, batinku.
Lelaki di sampingku ini, memang tidak tampan,
tapi ia menarik. Ia mengenakan kaos hitam, celana
jeans pendek dan sandal hitam. Dandanan yang cuek
tapi masih enak dipandang. Dia sangat menarik.
Kenapa? Lo suka sama gue?, ucapnya masih
dengan mata terpejam.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
75/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
75
Aku tersentak kaget mendengar perkataannya. Ia
menangkap basah diriku yang tengah mengaguminya.
Nggak. Siapa bilang?, ucapkujutek.
Barusan lo liatin gue terus, sambil senyum-
senyum pula., ia membuka matanya dan menatapku.
Mata elang itu sungguh mempesona.
Iih, nggak kali. Gue cuma heran aja, ada orangyang dengan pedenya duduk di bangku orang., aku
berusaha berkelit.
Bukannya itu elo ya?? Kan elo yang dudukin
bangku gue.
Gue kan yang duduk di sini dulu.
Tapi kan...., ia berhenti berbicara ketika melihat
aku melotot padanya. Aku menantangnya.
Kami bertatapan satu sama lain. Mata elang itu
menusuk-nusuk hatiku dan membuat aliran darahku
mengalir sangat deras. Jantungku berdegup cepat.
Tiba-tiba hujan turun deras. Aku bingung,
begitupula dia.
Aduh, gimana nie?! Kok hujan sih., aku beranjak
dan hendak berlari. Namun sebuah genggaman
tangan di pergelanganku, menghentikanku.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
76/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
76
Ikut gue., ucapnya lalu menarikku
mengikutinya.
Mataku masih tak lepas dari genggaman tangan
yang kuat di pergelangan tanganku. Aku tak percaya
ia akan melakukan ini. Desiran perasaan aneh
semakin menggelayutiku. Tuhan, apa aku telah jatuh
cinta?
Kami sampai di sebuah gazebo yang terletak di
balik sebuah pohon besar. Gazebo ini sepi. Sepertinya
tidak banyak yang tahu kalau sebuah gazebo khas
Jawa berdiri kokoh di sini.
Ia melepaskan genggaman tangannya dan
membersihkan rambutnya yang basah terkena air,
begitu pula aku. Seragam SMA ku basah terkena
hujan, dan aku mulai kedinginan karenanya. Aku
melipat tanganku di dada, berharap akan sedikit
menghangatkan.
Lo kedinginan ya? Gue nggak bawa jaket lagi., ia
sepertinya tahu kalau aku kedinginan.
Nggak apa-apa kok., jawabku sambil melempar
senyum padanya.
Ia membalas senyumku. Aku luluh lagi. Ia tak
hanya memiliki mata elang yang menusuk hati,
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
77/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
77
namun juga senyum yang meluluhkan hati seseorang
yang melihatnya.
Gue Bima., ucapnya sambil mengulurkan
tangan.
Neisha., jawabku, membalas uluran tangannya.
Tangan kami beradu, begitu pula kedua mata
kami. Seolah semua menyatu, termasuk hati kami.
Hujan turun membasahi bumi cukup lama.
Namun, aku menyukai hujan kali ini. Hujan yang
membawa kami pada sebuah perkenalan. Kami
menghabiskan waktu berdua untuk saling mengenal
satu sama lain.
Jadi bokap elo tu yang bikin taman ini?, tanyaku
yang dibalas anggukan olehnya.
Papa menang tender dari pemda buat bikin
taman ini. Gue juga punya andil dalam penataan
taman ini karena papa menganggap ini bisa jadi
praktek ilmu arsitektur gue. Salah satu andil gue ya,gazebo ini dan.... bangku tadi.
Aku mengernyitkan dahi, tanda aku tak mengerti.
Gue sengaja meletakkan sebuah bangku di situ,
karena gue rasa taman ini sangat indah jika dilihat
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
78/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
78
dari situ. Makanya, bangku di situ cuma satu karena
itu spesial.
Aku tersenyum malu. Aku malu atas kejadian
tadi. Bangku itu memang miliknya.
Maafin gue tadi, ya.
Dia tersenyum lagi. Dan lagi, aku luluh.
Lupain aja.
Kami benar-benar menghabiskan waktu
bersama. Mulai dari saling tanya, becanda, sampai
saling olok. Dia tak hanya enak dilihat, tapi juga enak
diajak bicara. Kami bicara apa saja, dari topik satu ke
topik yang lain.
Dia memang luar biasa. Dengan bentangan usia 5
tahun, ia mampu mengimbangi pembicaraanku. Ia tak
seperti orang-orang dewasa lainnya yang selalu
tampak menggurui, tapi ia tampak mengayomi lawan
bicaranya.
Udah berhenti ujannya., ucapku.
Iya. Pulang, yuk!, ajaknya sambil beranjak
berdiri.
Aku seolah enggan untuk berdiri dan
mengucapkan salam perpisahan. Aku terlalu takut
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
79/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
79
jika tidak ada lagi kesempatan untuk bertemu
dengannya.
Kami berjalan berdampingan, namun, tak ada
kata yang terucap dari mulut kami. Kami berdua larut
dalam imajinasi masing-masing. Sesekali aku
menoleh padanya yang tetap menatap lurus ke
depan. Ia melangkah dengan pasti seolah-olah ia tak
pernah takut dengan apa yang akan terjadi di
depannya.
Mau aku antar pulang?, tanyanya memecah
keheningan.
Nggak usah, makasih. Aku bisa naik bis kok.,
jawabku.
Aku serius, lo. Kan bisa menghemat ongkos kalo
aku antar., ia masih menawariku.
Hatiku sangat ingin mengatakan iya, bahkan aku
ingin melonjak-lonjak ketika ia menawari untuk
mengantarkan aku pulang.
Iya deh., aku mengangguk.
Aku mengikuti langkahnya menuju tempat
parkir. Dan kami berhenti pada sebuah sedan hitam
mewah yang terparkir di dekat pos satpam.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
80/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
80
Masih jaga, pak?, tanyanya setengah berteriak
pada satpam yang berjaga di pos.
Iya, mas Bima. Nanti jam 5 baru diganti., jawab
satpam itu.
Pulang dulu, ya pak., ucapnya ramah sambil
membuka pintu mobil.
Aku masih berdiri di depan mobil itu. Aku takpercaya ia bisa sekaya ini. Dandanannya sama sekali
tak menunjukkan ia bisa se-eksklusif ini.
Ayo, neish., ucapnya sambil melihatku yang
masih terperangah.
Hes just too perfect to be true, batinku.
Aku membuka mataku yang terpejam seolah
tersadar dari mimpi. Aku kembali pada dunia nyata,
dunia sekarang, dan bukan dunia di masa lalu. Semua
itu adalah sebagian kenangan dari masa laluku.
Sebuah kenangan indah dari bangku taman ini.
Sebuah kenangan indah yang pada akhirnya
membawaku pada kenyataan indah di masa sekarang.
Pandanganku tertuju pada sesosok lelaki yang
berdiri 3 meter di depanku dan bersandar pada
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
81/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
81
sebuah pilar. Ia tersenyum padaku, senyum yang
masih meluluhkanku sampai pada detik ini.
Sudah berapa lama?, tanyaku seraya membalas
senyumannya.
Ia melirik arloji di tangannya, Belum ada sejam
kok.
Ia berjalan mendekatiku dan duduk disampingku.
Selalu bisa menemukanku., ucapku sembari
bersandar di bahunya.
Kan kamu yang memanggilku., jawabnya seraya
mengelus rambut panjangku yang terurai.
Aku tertawa kecil. Dia selalu saja tahu dimana
aku bersembunyi. Sepertinya, dia memasang magnet
padaku sehingga dia tahu dimanapun aku pergi,
termasuk ke taman ini.
Kami berdua sangat menyukai taman ini karena
kami sama-sama memiliki kenangan indah di taman
ini, dan lebih tepatnya di bangku ini. Bangku ini,
seakan sudah menjadi bagian dari hidup kami,
kenangan kami, dan masa depan kami. Bangku yang
membawaku pada pertemuan dengan lelaki itu.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
82/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
82
Lelaki yang kini duduk disampingku. Lelaki itu adalah
suamiku.
***
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
83/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
83
Unsaid
Malam begitu dingin, sedingin hatiku saat ini.
Gerimis mengiringi angin malam yang menusuk
tulang. Namun, dingin hatiku justru menusuk hatiku.
Dinginnya atmosfer di sekitarku membuatku semakin
beku.
Mataku tertuju pada lelaki yang duduk tepat di
depanku. Ia hanya diam seakan menungguku untuk
berbicara. Aku memang mengundangnya datang
malam ini. Aku ingin mengatakan sesuatu yang
tertahan selama beberapa hari.
Kamu masih marah?, aku memberanikan diri
untuk bertanya pada lelaki itu yang tak lain adalah
kekasihku.
Ia diam dan memalingkan muka ke jendela. Gerak
tubuhnya mengisyaratkan ia masih sangat marah
padaku, bahkan mungkin ia tidak ingin berbicarapadaku.
Aku minta maaf., aku melanjutkan ucapanku.
Ia menoleh padaku dan tersenyum tipis. Tipis
sekali, nyaris tak terlihat.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
84/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
84
Tampak sekali, ia tak menerima maafku karena
sampai menit kesepuluh setelah aku meminta maaf,
ia tak kunjung membuka mulut, malah semakin
memalingkan muka dan tak ingin melihatku. Kejam
sekali dia.
Kamu masih nggak mau maafin aku?, aku
berbicara lagi.
Aku kecewa sama kamu., akhirnya ia membuka
mulut meski ia masih tak ingin melihatku.
Aku minta maaf. Aku salah. Tapi....., aku tak
melanjutkan kata-kataku.
Ia menoleh lagi, menatapku, seolah memaksaku
untuk meneruskan kata-kataku.
Tapi....kamu jangan menghukumku seperti ini.
Menghukum?! Aku tidak sedang
menghukummu. Inilah sikapku pada seseorang yang
sudah berselingkuh., ucapnya ketus.
Aku menarik napas panjang, berusaha meredam
emosiku. Aku tak ingin membuat keadaan semakin
buruk.
Aku tidak pernah berselingkuh, Nan. Dia itu
temanku. Kami berdua hanya ngobrol., aku mencoba
menjelaskan.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
85/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
85
Pertengkaran ini memang bermula pada
pertemuanku dengan teman lamaku. Aku rasa tidak
ada yang salah dengan pertemuan yang hanya untuk
sekedar berbincang dan berbagi cerita setelah lama
tak berjumpa. Tapi, tidak untuk Nanda. Dia pikir ini
lebih dari sebuah pertemuan biasa ketika ia melihat
kami sedang bercanda. Ia, bahkan, menuduhku telah
berselingkuh di belakangnya. Dan sebagai
balasannya, ia mendiamkanku selama beberapa hari.
Bohong!! Aku melihat sendiri, aku melihat
dengan kedua mataku kalau kalian sedang berdua
dan..... mesra., ia membantahku dengan keras.
Aku sama sekali tidak bohong, Nan. Aku sayang
sama kamu. Mana mungkin aku tega berbohong,apalagi selingkuh., aku tak tahu lagi bagaimana
caranya untuk meyakinkan dia.
Buktinya, kamu bohong kan?! Selingkuh
malahan! Kamu udah nggak sayang sama aku lagi.
Nan...., aku meraih tangan Nanda, namun ia
menghindar.
Rasanya sangat menyakitkan ketika orang yang
kamu sayangi memperlakukanmu seperti ini. Begitu
besar kah kesalahan yang telah aku lakukan padanya,
hingga kata maaf dariku sama sekali tak berharga.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
86/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
86
Nan, aku pacarmu..., ucapku pelan karena aku
ingin menyembunyikan suaraku yang mulai bergetar
menahan tangis.
Oh, ya?! Aku nggak sudi punya pacar tukang
SELINGKUH!
Sakit! Menyakitkan sekali ucapannya itu. Dia tak
seperti Nanda yang ku kenal selama ini.
Kita PUTUS!, ucapnya lalu beranjak pergi
meninggalkanku yang hanya bisa menatap
punggungnya hingga mengabur dan menghilang.
Putus. Ia memutuskan hubungan yang telah
terjalin selama dua tahun ini, hanya karena aku
bertemu teman lama. Betapa rapuhnya hubungankudengannya, hingga hembusan angin sekecil ini
mampu memporak-porandakannya.
Namun, aku tak bisa berkata apa-apa, apalagi
untuk protes. Ini semua kesalahanku. Aku bertemu
seseorang tanpa meminta ijin padanya, walaupun
hanya seorang teman lama.
Lalu, bagaimana dengan sikapnya padaku selama
dua tahun ini? Aku tak pernah sekalipun protes
ketika ia berkumpul dengan teman-teman
perempuannya. Aku tak melarangnya untuk bertemu
mantan kekasihnya. Bahkan, aku sama sekali tak
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
87/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
87
marah padanya ketika ia mengabaikanku saat
bersama teman-temannya. Meski aku cemburu, tapi
aku tak pernah sekalipun menunjukkannya. Meski
hatiku sakit saat itu, aku tak pernah sanggup untuk
marah. Itu semua aku lakukan karena aku ingin
mempertahankan hubungan kami. Namun, apa
balasannya sekarang? Pertemuan satu jam dengan
teman lamaku telah menghancurkan hubungan kami
yang telah dengan susah payah aku pertahankan.
Hujan semakin deras, seolah mengerti
perasaanku malam ini. Hujan ini, mungkin, ingin
mendinginkan hatiku yang panas. Dan hujan ini,
mungkin, ingin menyembunyikan airmata yang
mengalir deras dari kelopak mataku.
Ponselku berdering. Aku melangkah menuju meja
untuk mengambilnya.
Halo..., sapaku dengan malas.
Hai, Ren., balas suaradi seberang.
Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur,
karena aku sedang ingin bermalas-malasan di hari
minggu yang cerah ini.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
88/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
88
Ngapain?, tanya orang di seberang yang tak lain
adalah temanku sendiri, Indra. Ia adalah teman
baikku dan....Nanda.
Tiduran aja., jawabku sekenanya.
Aku masih malas untuk berbicara dengan orang.
Aku cuma ingin tidur dan melupakan semua yang
terjadi seminggu yang lalu.
Aku denger.....
Iya., jawabku sebelum Indra menyelesaikan
perkataannya. Aku tak ingin Indra mengucapkan
kata-kata, yang Haram bagiku untuk diucapkan.
Aku ikut sedih, Ren.
Hmm..., gumamku.
Ren...
Yah...
Sebagai sahabat kalian, sebenarnya aku sama
sekali nggak setuju dengan sikap Nanda.
Aku seperti mendapat dukungan dengan ucapan
Indra. Tapi, dukungan itu juga tak berarti hubungan
kami akan kembali.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
89/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
89
Nanda nggak seharusnya ninggalin kamu untuk
orang lain.
Aku tersentak dengan ucapan Indra. Nanda
meninggalkanku untuk orang lain? Apakah itu berarti
Nanda selingkuh?
Maksudmu??
Loh, Nanda sekarang kan pacaran sama Dewi.Kamu nggak tahu?
Pagi yang cerah ini seolah mendadak hujan petir
dan aku tersambar. Nanda memutuskanku karena dia
memilih Dewi, sahabat dekatku? Sulit bagiku untuk
mempercayainya.
Kamu serius??
Indra diam. Sepertinya ia menyadari kalau aku
sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Ia sadar kalau
dia telah membuka pertengkaran hebat.
Ndra....., aku membangunkan lamunan Indra.
Sorry ya Ren, aku sama sekali nggak bermaksud
untuk..... Aku pikir kamu sudah tahu. Aku pikir itu
alasan kalian berpisah., terdengar Indra sangat
merasa bersalah.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
90/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
90
Aku malah berterimakasih, Ndra, kamu sudah
membuka semuanya., ucapku berusaha menutupi
perasaanku.
Feeling guilty., ucapnya pelan.
By the way, mereka sudah berapa lama?, aku
menahan rasa sakitku.
Aku nggak tahu, Ren. Aku bertemu merekakemarin malam. Sepertinya baru seminggu, dua
mingguanlah.
Ya, Tuhan. Rasanya hatiku tercabik-cabik tak
karuan. Mereka berdua mengkhianatiku. Mereka
sedang bermain di belakangku, dan aku sama sekali
tak menyadarinya. Aku ini bodoh, tolol, atau apa.
Aku menutup telepon sepihak karena sudah tak
sanggup lagi menahan sakit ini. Hatiku hancur
dipermainkan dua orang yang aku cintai. Dosa apa
yang telah aku lakukan hingga mereka bisa setega itu.
Trully forever my love is just for you
But now you belong to someone new
Dreaming that someday
Id share my life with you
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
91/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
91
Im hoping, you feel the same way too....
Alunan lagu dari Christian Bautista menemanitangisku pagi ini. Tangis dan sakit yang entah sampai
kapan akan berakhir.
Enam tahun berlalu.......
Rasa kantuk menyerangku. Aku sangat lelah
setelah seharian aku harus bekerja ekstra keras
untuk sebuah reportase. Ku lihat jam tanganku
menunjukkan pukul 10 malam ketika aku membuka
pagar depan rumahku.
Aku berjalan dengan malas menuju pintu depan.
Aku mencari kunci pintu di dalam tas hitamku.
Setelah menemukannya, aku membuka pintu. Saat
pintu terbuka, mataku terhenti pada sesuatu yang
tergeletak di bawah pintu. Aku memungutnya dan
membawanya ke dalam. Lalu, ku letakkan begitu saja
bersama tasku di meja makan, sementara aku menuju
lemari es dan mengambil sebotol air putih dingin.Rasanya seperti mendapat kekuatan lagi, ketika air
yang ku minum mengalir di seluruh tubuhku. Aku
meraih tasku, dan beranjak menuju kamar tanpa
mempedulikan benda yang baru saja ku pungut dari
bawah pintu.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
92/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
92
Hari demi hari berlalu dengan kesibukan yangmenguras tenaga dan pikiranku. Berangkat pukul 6
pagi dan pulang ke rumah ketika jarum jam
menunjukkan pukul 10 malam. Hingga akhirnya, aku
bisa merasakan libur pada hari ini, hari Minggu.
Itulah kenapa aku sangat mencintai hari Minggu.
Matahari sudah berjalan seperempat
perjalanannya. Aku berjalan menuruni tangga dengan
enggan. Rasanya, aku masih ingin tidur hingga satu
hari penuh untuk menebus kesibukan selama
seminggu ini.
Aku membuat hot chocolate untuk mengisi
perutku pagi ini. Hidup sendiri di rumah membuatku
harus melakukan semuanya sendiri, termasuk
sarapan pagi. Aku duduk sendiri di meja makan
sambil menikmati coklat panas yang baru saja ku
buat dan roti tawar yang ku olesi selai coklat.
Tiba-tiba pandanganku terhenti pada sebuah
benda yang tergeletak di meja. Benda yang aku
sendiri lupa kapan aku telah mengambilnya. Aku raih
benda itu dan membuka amplopnya tanpa
menghiraukan tulisannya.
-
7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta
93/202
Aku, Kamu, Dia, dan CINTA
93
Karena Kasih dan Anugerah-Nya,
perkenankanlah kami menggelar resepsi pernikahan:
Okto Diananda
&Aretha Dewi
yang akan diselenggarakan pada:
18 Desember 2010
Pukul 11.oo
Jantungku seolah berhenti berdetak saat ini juga.
Semua perasaan berkecamuk di hatiku. Aku tak tahuharus sedih, senang, atau marah. Tapi, inilah
kenyataannya. Mereka hendak melangsungkan
pernikahan 3 jam dari sekarang.
Aku tak bisa memungkiri kalau hatiku sakit
mengetahui semua ini. Aku tak bisa berbohong kalau
aku tak rela dengan pernikahan mereka. Aku juga takbisa menutupi kalau rasa cinta itu masih