aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau … · penelitian ini menggunakan metode difusi...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU
(PIPER BETLE L.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN DARI
SUSU SEGAR
M ARDIYANSAH ALI SHAHAB
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen dari Susu
Segar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
M Ardiyansah Ali Shahab
NIM D14120073
ABSTRAK
M ARDIYANSAH ALI SHAHAB. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih
Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen dari Susu Segar. Dibimbing oleh
IYEP KOMALA dan MASNIARI POELOENGAN
Efek antibakteri pada tanaman sirih (Piper betle L) telah lama diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih
hijau (Piper betle L) terhadap bakteri patogen yang berasal dari susu segar. Bakteri
patogen yang diteliti terdiri dari 3 jenis bakteri yaitu Streptococcus dysgalactiae,
Staphylococcus epidermidis dan Coliform. Penelitian ini menggunakan metode
difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan
yaitu 50%, 25%, 12.5% dan 6.25% serta kontrol positif menggukan antibakteri.
Data dianalisis menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dan dilanjutkan
dengan uji banding menggunakan Tukey test. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat digunakan sebagai antibakteri pada
konsentrasi 50%, 25% dan 12.5% untuk bakteri Streptococcus dysgalactiae
sedangkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan Coliform dapat
digunakan pada semua konsentrasi yang diujikan.
Kata kunci: Coliform, ekstrak daun sirih hijau, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus dysgalactiae
ABSTRACT
M ARDIYANSAH ALI SHAHAB.Activity Antibacteria of Leaf Extract of Sirih
(Piper betle L.) to Bacteria Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus
epidermidis, and Coliform from Whole milk. Supervised by IYEP KOMALA and
MASNIARI POELOENGAN.
Bacterisidial effect had been known in sirih plant (Piper betle L.). This
research was to identify bacterisidial activity antibacteria of leaf extract of green
sirih (Piper betle L.) based on in-vitro test to bacteria of Streptococcus
dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, and Coliform which had collected from
whole milk. This research was used diffusion method that sensitivity knowledge
able inhibition zone test with five treatment were consisted of positif control with
antibacteri, leaf extract of green sirih was 50%, 25%, 12.5%, and 6.25%. The data
was anilyzed by multiple comparison with Tukey test use minitab 16. The result
showed that leaf extract of green sirih (Piper betle L.) can be used as
antimicrobial at concentration 50%, 25%, and 12.5% to Streptococcus
dysgalactiae. While to Staphylococcus epidermidis, and Coliform the leaf extract
of green sirih (Piper betle L.) can be used as antimicrobial in the all concentration
was used.
Key words: Coliform, leaf extract of green sirih, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus dysgalactiae
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU
(PIPER BETLE L.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN DARI
SUSU SEGAR
M ARDIYANSAH ALI SHAHAB
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Januari sampai Maret 2016 ini
adalah mikrobiologi dengan judul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau
(Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen dari Susu Segar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Iyep Komala, SPt MSi selaku
pembimbing utama dan Ibu Dra Masniari Poeloengan, MS selaku pembimbing
anggota, serta Bapak Sirajudin, SPt yang telah banyak memberikan bantuan dan
saran. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dr Ir Lucia Cyrilia ENSD,
MSi dan bapak Sigid Prabowo, SPt MSc selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Supartono beserta staf bakteriologi dari Balai Besar Penelitian Veteriner yang
telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada abah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga
TORERO (IPTP 49), Omda KKB MK, Imagora, KMNU IPB dan Kosan Hikari
yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir
ini serta Fima Diah Rovvy Anggraeni yang telah mendampingi penulis selama
penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
M Ardiyansah Ali Shahab
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat 2 Bahan 2 Prosedur 2
Model Statistik 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Bakteri Patogen pada Susu 4 Dampak Antibakteri 5 Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau 6 Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Bakteri Patogen Susu 6
Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Streptococcus dysgalactiae 8 Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Staphylococcus epidermidis 9 Antibakteri Ekstrak Daun Sirih pada Coliform 10
SIMPULAN DAN SARAN 11 DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi zona hambat antibakteri 4 2 Rataan zona hambat (mm) masing-masing bakteri pada konsentrasi estrak
daun sirih hijau yang berbeda 6
DAFTAR GAMBAR
1 Diameter zona hambat (mm) ekstrak daun sirih dan kontrol 7 2 Zona hambat Streptococcus dysgalactiae 9
3 Zona hambat Staphylococcus epidermidis 10 4 Zona hambat coliform 11
LAMPIRAN
1 Tabel sensitivitas bakteri Streptococcus sp 13 2 Tabel sensitivitas bakteri Staphylococcus sp 14 3 Tabel sensitivitas bakteri Enterobactericeae sp 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan gizi
lengkap. Kondisi ini menyebabkan susu sangat mudah mengalami pencemaran
oleh mikroorganisme. Selain itu, susu memiliki aktivitas air yang tinggi sehingga
sangat potensial untuk pertumbuhan berbagai macam mikroba (Virgihani 2011).
Pencemaran mikroba pada susu dapat berasal dari lingkungan ataupun dari dalam
tubuh hewan itu sendiri yang ditandai dengan radang ambing (mastitis). Kejadian
mastitis terutama mastitis sub klinis sangat tinggi di peternakan rakyat. Penelitian
Winata (2011) dari 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7
kandang peternakan rakyat Kunak, Bogor diidentifikasi 143 sampel (69.76%)
positif mastitis subklinis. Ternak yang mengalami mastitis akan mengalami
penurunan produksi susu dan susu yang dihasilkan mengandung cemaran mikroba
yang sangat tinggi. Menurut SNI (2011) menetapkan cemaran mikroba pada susu
segar maksimal 1x106 cfu mL
-1.
Bakteri penyebab mastitis diantaranya adalah Streptococcus dysgalactiae,
Staphylococcus epidermidis, dan Coliform. Selama ini pengobatan bakteri tersebut
dapat dilakukan dengan antibiotik (Wahyuni et al. 2005). Hal ini tentu dapat
menimbulkan kerugian bagi peternak dan konsumen diantaranya residu
antibakteri, biaya pengobatan yang mahal dan menyebabkan bakteri menjadi
resisten. Sehingga diperlukan suatu bahan alami yang berfungsi sebagai pengganti
antibakteri agar susu yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.
Bahan alami yang digunakan dapat berasal dari tanaman obat. Indonesia
mempunyai lebih dari 1000 jenis tanaman obat, salah satunya yaitu sirih hijau
(Sostroamidjojo 1997). Daun sirih hijau (Piper betle L.) merupakan salah satu
bahan alam yang dapat digunakan sebagai antibakteri alami. Penelitian
sebelumnya menunjukan bahwa daun sirih dapat digunakan sebagai antibiotik
terhadap bakteri mastitis Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae
(Komala 2003). Penelitian tentang penggunaan daun sirih sebagai antibakteri pada
bakteri lain yaitu Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis dan
Coliform perlu dilakukan supaya dapat memberikan pengobatan yang efektif
sehingga menghasilkan susu segar yang aman dan sehat.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas antibakteri ekstrak
daun sirih hijau terhadap bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus
epidermidis, dan Coliform dari susu segar.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan daun sirih hijau yang berasal dari labaoratorium
biofarmaka IPB. Daun sirih kemudian diekstraksi menggunakan metode maserasi
dengan pelarut alkohol absolut. Bakteri yang digunakan berasal dari koleksi
2
laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET) yang dikolesi dari
susu segar yang berasal dari Kunak Bogor. Pengujian daya antibakteri
menggunakan metode difusi kertas cakram dengan konsentrasi ekstraksi 50%,
25%, 12.5%, dan 6.25%.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Veteriner
(BBLITVET) dan ekstraksi daun sirih dilakukan di Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik (Balitro) tanggal 25 Januari 2016 sampai 15 Maret 2016.
Alat
Alat yang digunakan yaitu vakum Rotavapor merek Heidolph VV 2000,
timbangan analitik, blender, cawan petri, api Bunsen, sengkelit (ose), tabung
reaksi, alat homogenitas (vortex), alat penggiling, inkubator, autoklaf, mikropipet,
kertas cakram, rak tabung reaksi, gelas piala, erlenmeyer, kertas saring, kapas,
tissue, aluminium foil, mistar, dan kamera.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun sirih hijau,
bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis dan Coliform
(koleksi laboratorium BBLITVET Bogor) yang diambil dari susu segar, agar
Mueller-Hinton, Nutrient blood, aquades steril, larutan Saline Physiologis (SLP),
dan etanol absolut.
Prosedur
Penyiapan Bahan
Penyiapan Daun Sirih Hijau.
Daun sirih hijau dikumpulkan, dicuci dan ditimbang, kemudian dikeringkan
dalam udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari selama 6 hari, kemudian
dikeringkan di dalam oven pada suhu 45 oC selama 2 jam.
Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau.
Satu bagian simplisia dimaserasi dalam 10 bagian pelarut etanol absolut,
kemudian didiamkan selama 24 jam. Filtrat yang diperoleh disaring dan
dipekatkan dengan vakum rotavapor pada suhu 50 oC dengan kecepatan putaran
120 kali menit-1
sampai diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak etanol daun sirih
3
ditimbang dan dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12.5% dan 6.25%, kemudian
dengan spatula dimasukkan ke dalam tabung reaksi (Poeloengan 2009).
Pembuatan Media Mueller Hinton.
Agar Mueller Hinton sebanyak 5 g dilarutkan dalam 125 mL aquades,
kemudian dipanaskan dan diaduk sampai larut. Media agar disterilkan di autoklaf
selama 15 menit pada suhu 121 oC. Media agar didinginkan kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan
memadat pada suhu kamar.
Penyiapan Bakteri Uji
Peremajaan Bakteri.
Stok bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan
Coliform dalam agar miring nutrien diremajakan pada media agar (Streptococcus
dysgalactiae ditambahkan dengan nutrient blood) kemudian diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37 oC.
Pembuatan Suspensi Bakteri.
Bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diremajakan (umur 24
jam) diambil dengan sengkelit dan dimasukkan dalam tabung berisi 5 mL larutan
SLP.
Pengujian Bakteri
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih dengan Metode Difusi Agar
Menggunakan Kertas Cakram.
Sebanyak 1 mL suspensi bakteri dipindahkan di atas permukaan media
nutrien agar dengan menggunakan mikropipet secara aseptik. Suspensi bakteri
diratakan dengan media agar dengan cara digoyang-goyangkan secara perlahan
dan dibiarkan selama 15 menit.
Biakan tersebut diletakkan kertas cakram yang telah dijenuhkan dengan
ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 50%, 25%, 12.5% dan 6.25% dengan
menggunakan pinset dan kertas cakram antibakteri Lactaclox sebagai kontrol ke
dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Pengujian
dilakukan triplo.
Pengamatan. Setelah dilakukan inkubasi, dilakukan pengamtan peubah yaitu diameter
zona hambat yang merupakan zona bening disekitar cakram diukur dalam satuan
milimeter (mm). Diameter zona hambat yang didapat kemudian dibandingkan
dengan standar pada Tabel 1.
4
Tabel 1 Klasifikasi zona hambat antibakteri
Diameter zona hambat (mm) Aktivitas antibakteri
≤ 10 Tidak aktif
11-15 Lemah
16-19 Sedang
≥ 20 Kuat Sumber : Greenwood et al. 2007
Model Statistik
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan 4 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%, 12.5%, dan 6.25% pada masing-masing
bakteri. Kemudian dilanjutkan dengan uji banding Tukey dengan P<5%. Model
rancangan percobaan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ai+ єij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan daerah hambat pada perlakuan ke- i ( Ekstrak daun sirih) dan
perlakuan ke-j (Jenis Bakteri)
µ : Rataan umumdaerah hambat.
Ai : Pengaruh penambahan herbal ke-i (Ekstrak daun sirih) terhadap daerah hambat.
єij : Pengaruh galat percobaan penambahan ekstrak daun sirih taraf i.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bakteri Patogen pada Susu
Susu merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Total
mikroba pada susu segar yaitu (TPC) maksimal 1x106 cfu mL
-1 (SNI 2011).
Namun kondisi dilapang susu segar yang diperah dari peternakan rakyat
mengandung jumlah bakteri patogen lebih banyak daripada yang ditetapkan SNI
yang ditandai dengan gejala mastitis. Menurut Poeloengan (2009) kasus mastitis
pada sapi perah sangat tinggi terutama kasus mastitis subklinis (MSK). Kejadian
MSK perlu dilakukan pemeriksaan khusus terhadap susu karena banyak tidak
diketahui oleh para peternak. Bakteri patogen penyebab mastitis subklinis
diantaranya adalah Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan
Coliform.
Streptococcus dysgalactiae merupakan jenis bakteri Gram positif berbentuk
bulat. Bakteri ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan meningitis pada
manusia dan mortalitas yang tinggi pada ternak (Abdelsalam et al. 2013).
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif yang memiliki ciri
berbentuk bulat dan memiliki pigmen warna putih keperakan. Bakteri ini
merupakan bakteri patogen yang dapat menginfeksi aliran darah karena memiliki
kemampuan membentuk kumpulan mikroorganisme pada permukaan pembuluh
5
darah (França dan Cerca 2015). Dampak negatif lain akibat mengkonsumsi susu
yang mengandung Staphylococcus epidermidis adalah infeksi kulit, infeksi
saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011). Bakteri patogen lain penyebab
mastitis adalah Coliform. Bakteri Coliform termasuk family Enterobactericeae
golongan Gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri ini mampu menghasilkan
racun yang disebut endotoksin yang menyebabkan demam tinggi, penurunan nafsu
makan dan bobot badan, abnormalitas susu dan penurunan produksi (Ruegg
2005).
Dampak Antibakteri
Penanganan mastitis di peternakan rakyat sapi perah selama ini masih
menggunakan antibakteri. Antibakteri merupakan zat yang berperan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan cara kerjanya,
antibakteri dibedakan menjadi bakterisida dan bakteriostatik. Bakteriostatik
adalah zat yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida
adalah zat yang bekerja mematikan bakteri (Siregar et al. 2012). Namun
penggunaan antibiotik memiliki dampak negatif. Menurut Oliver dan Murinda
(2012) peningkatan penggunaan antibakteri umumnya diikuti dengan peningkatan
kejadian penyakit dan resistensi bakteri.
Bakteri dapat menjadi resisten terhadap suatu antibakteri melalui tiga
mekanisme, yaitu obat tidak dapat mencapai tempat kerja aktif dalam sel bakteri,
inaktivasi obat, dan mekanisme bakteri merubah ikatan (binding site) (Setyabudi
2007). Selain mikroba menjadi resisten penggunaan antibakteri juga dapat
menyebabkan residu dalam susu.
Residu antibakteri sangat berbahaya bagi manusia dan hewan yang
mengkonsumsinya. Menurut Nurhayati dan Martindah (2015) menyatakan
ancaman potensial residu antibakteri dalam susu terhadap kesehatan secara umum
dibagi menjadi 3 kategori yaitu aspek toksikologis, mikrobiologis, dan
imunopatologis. Ditinjau dari aspek toksikologi, residu antibakteri bersifat toksik
terhadap hati, ginjal, dan pusat hemopoitika (pembentukan darah), sedangkan dari
aspek mikrobiologis, residu antibakteri dapat mengganggu mikroflora dalam
saluran pencernaan dan menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan manusia dan hewan. Bahaya potensial residu
antibakteri dari aspek imunopatologis dapat menimbulkan reaksi alergi ringan dan
lokal, hingga menyebabkan shock yang berakibat fatal. Berdasarkan hal tersebut
maka diperlukan alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti antibakteri.
Bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti antibakteri adalah bahan herbal.
Bahan herbal yang dapat dipakai diantaranya adalah daun sirih hijau (Piper betle
L).
6
Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau
Tanaman sirih hijau telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai
tanaman obat. Bagian dari tanaman sirih yang digunakan sebagai obat adalah
daunnya. Daun sirih hijau (Piper betle L) memiliki kandungan antibakteri dan
dapat digunakan sebagai antibakteri alami. Menurut Mursito (2002) Kandungan
antibakteri dalam daun sirih hijau diantaranya adalah saponin yang bekerja
sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada luka. Selain
mengandung saponin, menurut Kartasapoetra (1992) daun sirih hijau juga
mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang
mempunyai daya antibakteri 5 kali lipat dari fenol biasa terhadap bakteri Gram
positif.
Harapini et al. (1996) menyatakan daya antibakteri minyak atsiri daun sirih
hijau disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat
mendenaturasi protein sel bakteri. Menurut Cowan (1999) Kehadiran fenol yang
merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu
dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka
kovalen. Inayatullah (2012) juga menyatakan daun sirih hijau mempunyai peran
sebagai antibakteri dengan efektifitas kuat karena mengandung minyak atsiri
dengan bethel phenol dan turunannya yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri.
Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Bakteri Patogen Susu
Penambahan ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri pada bakteri
Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan Coliform
mengahasilkan zona hambat yang berbeda-beda. Selain penambahan ekstrak daun
sirih, digunakan juga antibakteri sebagai kontrol. Hasil pengamatan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan zona hambat (mm) masing-masing bakteri pada konsentrasi estrak
daun sirih hijau yang berbeda
Konsentrasi EDSH Diameter Zona Hambatan EDS
S. dysgalactiae (mm) S. epidermidis (mm) Coliform (mm)
Kontrol 29.67±0.57a
30.67±1.15a
30.00±0.00a
50% 25.33±0.57b 18.33±0.57b 20.00±0.00b
25% 19.67±0.57c 15.00±0.00c 17.67±0.57c
12.50% 17.33±0.57d 13.33±0.57cd 15.00±0.00d
6.25% 09.67±0.57e 12.67±0.57d 12.67±0.57e
Rataan Perlakuan 18.00±5.89 14.83±2.32
16.33±2.90
aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berpengaruh nyata
pada taraf uji 5% (uji Tukey). EDS: Ekstrak Daun Sirih Hijau.
Hasil pengamatan setelah dilakukan pengolahan statistik menunjukan
perbedaan yang nyata diantara perlakuan (P<5%) terhadap ketiga bakteri. Setelah
7
dilakukan uji banding menggunakan Tukey test pada semua bakteri menunjukan
bahwa diameter zona hambat tertinggi terdapat pada kontrol.
Gambar 1 Diameter zona hambat (mm) ekstrak daun sirih hijau dan kontrol
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa penurunan konsentrasi ekstrak daun
sirih hijau menyebabkan penurunan diameter zona hambat. Hal ini karena terjadi
penurunan kandungan senyawa antibakteri pada ekstrak daun sirih hijau. Hasil
pengamatan zona hambat pada kontrol menggunakan antibakteri memiliki
diameter zona hambat 29.67±0.57 mm untuk bakteri Streptococcus dysgalactiae,
30.67±1.15 mm untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, dan 30.00±0.00 mm
untuk bakteri Coliform. Berdasarkan standar, hasil ini menunjukan bahwa kontrol
yang digunakan bersifat kuat sebagai antibakteri.
Berdasarkan Gambar 1 pada konsentrasi 50% zona hambat terbesar
terdapat pada bakteri Streptococcus dysgalactiae dengan diameter 25.33±0.57
mm. Zona hambat terbesar selanjutnya pada bakteri Coliform sebesar 20.00±0.00
mm dan diameter zona hambat terkecil terdapat pada Staphylococcus epidermidis
sebesar 18.33±0.57 mm. Hasil pengamatan konsentrasi 25% zona hambat terbesar
terdapat pada bakteri Streptococcus dysgalactiae dengan diameter 19.67±0.57 mm
kemudian zona hambat bakteri Coliform dengan diameter 17.67±0.57 mm dan
zona hambat bakteri Staphylococcus epidermidis dengan diameter 15.00±0.00
mm.
Selanjutnya pada konsentrasi 12.5% zona hambat terbesar terdapat pada
bakteri Streptococcus dysgalactiae yaitu 17.33±0.57 mm kemudian Coliform yang
memiliki diameter zona hambat 15.00±0.00 mm dan terakhir Staphylococcus
epidermidis 13.33±0.57 mm. Pengujian terakhir pada konsentrasi 6.25%
menunjukan bahwa zona hambat tertinggi terdapat pada bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Coliform yaitu 12.67±0.57 mm. Hasil ini lebih kecil
dibandingkan diameter zona hambat Streptococcus dysgalactiae sebesar
9.67±0.57 mm. Seluruh hasil pengujian kemudian dirata-rata untuk mengetahui
perbedaan diameter zona hambat pada masing-masing bakteri.
Nilai rataan dari ketiga bakteri tersebut adalah Streptococcus dysgalactiae
18.00±5.89 mm, Staphylococcus epidermidis 14.83±2.32 mm dan Coliform
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
50% 25% 12.50% 6.25% Kontrol
Dia
met
er (
mm
) Z
on
a
Ham
ab
at
Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Hijau
8
16.33±2.90 mm dan semua nilai rataan tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukan
bahwa ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri pada ketiga jenis
bakteri tersebut. Bakteri Streptococcus dysgalactiae memiliki rataan diameter
zona hambat terbesar, kemudian rataan diameter zona hambat Coliform dan
terakhir rataan diameter zona hambat Staphylococcus epidermidis. Perbedaan ini
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan
dinding sel dan tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik. Bakteri
Streptococcus dysgalactiae (Gram positif) mempunyai nilai rataan yang lebih
besar dari bakteri Coliform (Gram negatif). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan
struktur dinding sel berpengaruh terhadap perbedaan diameter zona hambat
(Hermawan et al. 2007).
Berdasarkan hasil, Staphylococcus epidermidis yang bersifat Gram positif
mempunyai nilai rataan zona hambat yang paling kecil diantara kedua bakteri
lainnya. Hal ini menunjukan bahwa selain perbedaan dinding sel, faktor lain yang
mempengaruhi diameter zona hambat adalah tingkat resistensi bakteri terhadap
jenis antibakteri tertentu. Staphylococcus epidermidis yang diujikan mempunyai
tingkat resistensi yang lebih tinggi terhadap antibakteri yang terdapat pada ekstrak
daun sirih hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati dan Martindah (2015)
yang menyatakan beberapa bakteri mempunyai tingkat resistensi yang berbeda
dengan beberapa antibakteri.
Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Streptococcus dysgalactiae
Hasil pengujian ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L) pada Streptococcus
dysgalactiae berbeda nyata pada tiap perlakuan. Zona hambat tertinggi terdapat
pada konsentrasi 50% yaitu sebesar 25.33±0.57 mm. Hasil ini masih lebih kecil
dari pada zona hambat kontrol sebesar 29.67±0.57 mm. Namun berdasarkan
standar diameter zona hambat pada Tabel 1 konsentrasi 50% bersifat kuat sebagai
antibakteri pada Streptococcus dysgalactiae. Hasil lainnya pada konsentrasi 25%
dan 12.5% yaitu sebesar 19.67±0.57 mm dan 17.33±0.57 mm bersifat sedang
sebagai antibakeri, sedangkan pada konsentrasi 10% hanya memiliki zona hambat
9.67±0.57 mm sehingga dikategorikan tidak aktif sebagai antibakteri.
Selanjutnya nilai rataan zona hambat dibandingkan dengan kemampuan
beberapa antibakteri terhadap bakteri Streptococcus dysgalactiae pada Lampiran
1. Berdasarkan lampiran 1 ekstrak daun sirih pada konsentrasi 50% memiliki
kemampuan sensitivitas bakteri yang sama dengan antibakteri Methilcillin,
golongan B-Lactam, golongan Cephalosporin, golongan Carbapenem, golongan
Aminoglycoside, Nalixid Acid, golongan Fluoroquinolones, golongan Folate
Pathway Inhibitions, fosfomycin, Erythromycin, Nitrofurantion, Linezolid,
Teicoplanin dan Chloramphenicol. Konsentrasi 25% memiliki sensitivitas yang
sama dengan antibakteri Methicillin, Ampicilim-Sulbactam, Piperazin-
Tazobactam, Cefepime, Cefaclor, Cefditoren, Imipenem, Meropenem, golongan
Aminoglycoside, Levofloxacin, Ofloxacin, golongan Folats Pathways Inhibitors,
Nitrofuranatoin, Teicoplanin Chloromphenicol. Hasil pada konsentrasi 12.5%
memiliki sensitivitas yang sama dengan antibakteri Methicilin, Ampicilim-
Sulbactam, Cefditoren, golongan Carbapenem, Amikacin, Netilmycin,
Tobramycin, Levofloxacin, Ofloxacin, golongan Folate Pathway Inhibitors,
Fosfomycin, Nitrofurantoin dan Teicoplanin.
9
Gambar 2 Zona hambat Streptococcus dysgalactiae
Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Staphylococcus epidermidis
Hasil pengujian pada bakteri Staphylococcus epidermidis berbeda nyata
pada tiap perlakuan. Zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 50% dengan
diameter zona hambat 18.3±0.57 mm. Hasil ini masih lebih kecil dibandingkan
kontrol yaitu sebesar 30.67±1.15 mm. Diameter zona hambat pada konsentrasi ini
berdasarkan Tabel 1 tergolong sedang sebagai antibakteri. Pada konsentrasi 25%,
12.5% dan 6.25% yang memiliki diameter zona hambat masing-masing sebesar
15.00±0.00 mm, 13.33±0.57 mm dan 12.57±0.57 mm tergolong lemah sebagai
antibakteri. Berdasarkan uji banding konsentrasi 12.5% tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi 25% dan 6.25% tetapi konsentrasi 6.25% berbeda nyata
dengan konsentrasi 25%. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak daun sirih hijau
bekerja aktif sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis
pada semua konsentrasi yang diujikan.
Selanjutnya nilai rataan zona hambat dibandingkan dengan kemampuan
beberapa antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis pada Lampiran
2. Berdasarkan Lampiran 2 kemampuan ekstrak daun sirih hijau sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis, pada konsentrasi 50% ekstrak
daun sirih hijau memiliki sensitivitas yang sama dengan antibakteri Ampicillin-
sulbactam Piperazin-Tazobactam, Meropenem, golongan Amiglycoside,
Fluoroquinolones dan Fosfomycin. Konsentrasi 25% memiliki sensitivitas sama
dengan antibakteri Ampicillin-sulbactam, Netilmycin dan Tobramycin. Hasil pada
konsentrasi 12.5% hanya bersifat sedang (intermediet) yang sama dengan
beberapa antibakteri diantaranya Ampicillin-sulbactam, Nethilmycin, Tobramycin
dan Ofloxacin, sedangkan pada konsentrasi 6.25% juga memiliki sifat intermediet
sama dengan antibakteri Ampicilim-Sulbactam.
10
Gambar 3 Zona hambat Staphylococcus epidermidis
Antibakteri Ekstrak Daun Sirih pada Coliform
Hasil pengujian pada bakteri Coliform berbeda nyata pada tiap perlakuan.
Zona hambat tertinggi terdapat konsentrasi 50% sebesar 20.00±0.00 mm. Hasil
ini juga masih lebih kecil daripada kontrol yaitu sebesar 30.00±0.00 mm.
Meskipun demikian pada konsentrasi ini ekstrak daun sirih hijau bersifat kuat
sebagai antibakteri berdasarkan Tabel 1. Hasil pada konsentrasi 25% memiliki
diameter zona hambat sebesar 17.67±0.57 mm. Sehingga pada konsentrasi ini
ekstrak daun sirih hijau bersifat sedang sebagai antibakteri. Hasil lain pada
konsentrasi 12.5% dan 6.25% menunjukan diameter zona hambat sebesar
15.00±0.00 mm dan 12.57±0.57 mm. Ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi ini
bersifat lemah sebagai antibakteri, meskipun demikian semua konsentrasi ekstrak
daun sirih hijau yang diujikan dapat digunakan sebagai antibakteri pada bakteri
Coliform. Selanjutnya nilai rataan zona hambat dibandingkan dengan kemampuan
beberapa antibakteri pada Lampiran 3 terhadap bakteri Enterobactericeae sp. Hal
itu karena bakteri Coliform merupakan family dari Enterobactericeae.
Berdasarkan kemampuan ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri
terhadap family Enterobactericeae pada Lampiran 3 sensitivitas antibakteri pada
konsentrasi 50% ekstrak daun sirih hijau mempunyai sensitivitas yang sama
dengan antibakteri golongan Penicilins, Amoxycilin-Clavunalic Acid, Ampicilim
Sulbactam, Cefepime, Cefaclor, Cefditoren, golongan Carbapenem, golongan
Aminoglycoside, Nalidixcid Acid, Levofloxacin, Ofloxacin, Golongan Pathways
Inhibitors, Fosfomycins, Nitrofurantoin, dan Chloramphenicol. Hasil lainnya pada
konsentrasi 25% memiliki sifat sensitivitas yang sama dengan antibakteri
golongan Penicilins, Ampicilim Sulbactam, golongan Carbapenem, Amikacin,
Netilmycin, Tobramycin, Levofloxacin, Ofloxacin, Golongan Pathways Inhibitors
dan Nitrofurantoin. Hasil pada konsentrasi 12.5% juga memiliki sensitivitas sama
dengan beberapa antibakteri yaitu Ampicilim Sulbactam, Netimycin dan
Tobramycin. Sementara hasil pada konsentrasi 6.25% memiliki sifat intermediet
yang sama dengan beberapa antibakteri diantaranya Ampicilim Sulbactam dan
golongan Pathways Inhibitors.
11
Gambar 4 Zona hambat Coliform
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat digunakan sebagai antibakteri
pada bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan
Coliform. Antibakteri ekstrak daun sirih hijau pada bakteri Streptococcus
dysgalactiae dapat digunakan pada semua konsentrasi yang diujikan sampai
dengan taraf 12.5%, sedangkan pada Staphylococcus epidermidis dan Coliform
aktivitas ekstrak daun sirih hijau dapat digunakan pada semua konsentrasi yang
diujikan.
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan daun sirih hijau sebagai
antibakteri pada bakteri patogen perlu dilakuakan secara invivo pada ternak sapi
perah yang terkena mastitis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelsalam M, Asheg A, Eissa AE. 2013 Streptococcus dysgalactiae: An
emerging pathogen of fishes and mammals J Vet Sci Medicine. 1(1):1-
6.10.1016/j.ijvsm.2013.04.002.
[SNI] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standarisasi Nasional Indonesia SNI
Susu Segar-bagian 1: Sapi. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
Cowan MM. 1999. Plant product as antimicrobial agents. J Microbiol Rev.
12(4):564-582.
França A, Cerca N. 2015. Plasma is the main regulator of Staphylococcus
epidermidis biofilms virulence genes transcription in human blood. FEMS
Pathogens Disease 74(2): 1-5.10.1093/femspd/ftv125.
Greenwood D, Finch R, Davey P, Wilcox M. 2007. Antimicrobial Chemoterapy
Ed ke-5. Great Clarendon street (UK): Oxford University Press.
12
Harapini M, Agusta A, Rahayu RD. 1995. Analisis komponen kimia minyak atsiri
dari dua macam sirih (daun kuning dan hijau). Simposium Nasional I
Tumbuhan Obat dan Aromatika.Okt 10-12; Bogor.
Hermawan A. 2007. Pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode
difusi disk [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Inayatullah S. 2012. Efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif
Hidayatullah.
Kartasapoetra G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
Komala I. 2003.Daya antibakteri ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap
bakteri penyebab mastitis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Nurhayati IS, Martindah E. 2015. Pengendalian mastitis subklinis melalui
pemberian antibiotik saat periode kering pada sapi perah. WARTAZOA. 2(25):
065-74.10.14334/wartazoa.v25i2.1143
Oliver SP, Murinda SE. 2012. Antimicrobial resistance of mastitis pathogens. Vet
Clin North Am-Food Anim Pract. 28:165-185
Poeloengan M. 2009. Aktivitas air perasan dan ekstrak etanol daun encok
(Plumbago zeylanica L) terhadap bakteri yang diisolasi dari sapi mastitis
subklinis. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009; 2009
ags 13-14; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): BBLITVET. hlm 300-305.
Radji M. 2011.Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta (ID): EGC
Ruegg PL. 2005. Milk money fact sheet 04 Coliformmastitis[internet].[diunduh
2016 Apr 28]. Tersedia pada :http://milkquality.wisc.edu/wp-
content/uploads/2011/09/coliform-mastitis.pdf.
Setyabudi R. 2007. Pengantar Antimikroba. Di dalam: Sulistia GG, Editor.
Farmakologi dan Terapi. Ed ke-5. Jakarta (ID): UI Pr. hlm 585-598.
Sastroamidjojo S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta (ID): Dian Rakyat Virgihani K. 2011. Tinjauan resistensi Streptococcus agalactiae penyebab
mastitis subklinis di peternakan sapi perah kunak Bogor terhadap beberapa
antibiotik (studi kasus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wahyuni AETH, Wibawan IWT, Wibowo MH. 2005. Karakterisasi hemaglutinin
Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus penyebab mastitis
subklinis pada sapi perah. J Sains Vet. 3(2):79-86.
Wikler MA, Cockerill FR, Craig WA, Dudley MN, Eliopoulos GM, Hecht DW,
Hindler JF, Low DE, Sheehan DJ, Tenover FC, et al. 2006. Performance
standards for antimicrobial susceptibility testing; sixteenth informational
supplement. CLSI. 26(3):1–183. Winata F. 2011. Hubungan antara penggunaan metode Breed dengan uji mastitis
IPB-1 untuk diagnosa mastitis subklinis [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Zona hambat bakteri Streptococcus sp
Sumber : Wikler et al. (2006)
14
Lampiran 2 Zona hambat bakteri Staphylococcus sp
Sumber : Wikler et al. (2006)
15
Lampiran 3 Zona hambat bakteri Enterobactericeae sp
Sumber : Wikler et al (2006)
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap M Ardiyansah Ali Shahab
dilahirkan di Jepara Jawa Tengah pada tanggal 15 Desember
1993, anak dari pasangan bapak Muchozin dan ibu Fuizah.
Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara laki-laki.
Tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
SD N Ujungpandan 01. Penulis melanjutkan studi di SMP N 1
Welahan dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan studi
ke SMA N 2 Kudus dan lulus pada tahun 2012. Tahun 2012
penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi di IPB melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Jalur Tulis. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa aktif di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Selama perkuliahan penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak
(HIMAPROTER) sebagai anggota divisi Ruminansia periode tahun 2013-2014,
Kepala divisi Non Ruminansia dan Satwa Harapan Periode 2014-2015. Selain itu,
penulis juga aktif di Organisasi Kepal-D sebagai eksternal tahun 2013-2015,
Keluarga Mahasiswa Nahdhatul ulama (KMNU IPB) tahun 2013-2015 sebagai
eksternal dan bisnis, UKM Merpati putih serta Organisasi Mahasiswa Daerah
KKB-MK dan Imagora.