aksi boikot jepang: nasionalisme komunitas …

200
i AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS TIONGHOA DI SURABAYA MENJELANG PERANG DUNIA II, 1930-AN 1940-AN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sejarah Oleh: Martinus Danang Pratama Wicaksana NIM 154314004 PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

i

AKSI BOIKOT JEPANG:

NASIONALISME KOMUNITAS TIONGHOA

DI SURABAYA MENJELANG PERANG DUNIA II,

1930-AN – 1940-AN

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sejarah

Oleh:

Martinus Danang Pratama Wicaksana

NIM 154314004

PROGRAM STUDI SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

ii

Skripsi

AKSI BOIKOT JEPANG:

NASIONALISME KOMUNITAS TIONGHOA

DI SURABAYA MENJELANG PERANG DUNIA II,

1930-AN – 1940-AN

Disusun Oleh

Martinus Danang Pratama Wicaksana

NIM 154314004

Telah disetujui oleh:

Dr. Yerry Wirawan 9 September 2019

Pembimbing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

iii

AKSI BOIKOT JEPANG:

NASIONALISME KOMUNITAS TIONGHOA

DI SURABAYA MENJELANG PERANG DUNIA II

1930-AN – 1940-AN

Oleh

Martinus Danang Pratama Wicaksana

NIM 154314004

Dipertahankan di depan panitia penguji Program Studi Ilmu Sejarah dan

dinyatakan diterima pada tanggal 3 Oktober 2019

Ketua : Dr. Yerry Wirawan ……….

Sekretaris : Drs. Silverio R.L. Aji Sampurno, M.Hum. ............

Anggota : Heri Priyatmoko, S.S., M.A. ……….

Yogyakarta, 21 Oktober 2019

Fakultas Sastra

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. Tatang Iskarna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan

karya sendiri dan belum pernah saya ajukan sebagai syarat untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di perguruan tinggi.

Skripsi ini tidak memuat karya orang lain atau suatu lembaga atau bagian

dari karya orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertetu yang

dijadikan sumber.

Yogyakarta, 9 September 2019

Penulis

Martinus Danang Pratama Wicaksana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Martinus Danang Pratama Wicaksana

Nomor Mahasiswa : 154314004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS TIONGHOA DI

SURABAYA MENJELANG PERANG DUNIA II, 1930-AN – 1940-AN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada 9 September 2019

Yang menyatakan

Martinus Danang Pratama Wicaksana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

vi

La Historia me Absolverá

-Fidel Castro-

Dengan melawan kita takkan sepenuhnya kalah

-Pramoedya Ananta Toer-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

vii

Skripsi ini saya persembahkan untuk mereka yang telah mengisi sejarah

Indonesia namun kalah pertaruhan dengan para pemenang sejarah sehingga

narasi mereka tidak pernah dituliskan oleh bangsa ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

viii

ABSTRAK

Martinus Danang Pratama Wicaksana, Aksi Boikot Jepang: Nasionalisme

Komunitas Tionghoa di Surabaya Menjelang Perang Dunia II, 1930-an – 1940-

an. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas

Sanata Dharma, 2019.

Skripsi berjudul Aksi Boikot Jepang: Nasionalisme Komunitas

Tionghoa di Surabaya Menjelang Perang Dunia II, 1930-an – 1940-an bertujuan untuk mengetahui pengaruh nasionalisme yang berkembang di

Tiongkok daratan akibat ekspansi Jepang sehingga bertumbuh kembang dalam

komunitas Tionghoa di Surabaya dengan melakukan aksi boikot. Penelitian ini

akan menjawab tiga pertanyaan. Pertama, apa yang melatarbelakangi

terbentuknya identitas ganda komunitas Tionghoa. Kedua, instrumen apa saja

yang digunakan untuk menyerukan aksi boikot. Ketigas, bagaimana dan mengapa

aksi boikot Jepang di Surabaya berjalan.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yakni pencarian topik,

pengumpulan sumber, kritik sumber, intepretasi atau analisis data, dan penulisan

atau historiografi. Sumber yang digunakan adalah dokumen atau arsip-arsip

pemerintah Hindia Belanda; surat kabar Pewarta Soerabaia, Soeara Oemoem, dan

Soerabaiasch Handelsblad dari tahun 1930-1941. Penelitian ini menggunakan

teori nasionalisme jarak jauh yang dikemukakan oleh Benedict Anderson dan teori

perdagangan Asia yang dikemukakan oleh Meilink Roelofsz.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh nasionalisme yang

berkembang di Tiongkok setelah ekspansi oleh Jepang juga bertumbuh kembang

pada komunitas Tionghoa perantauan di Hindia Belanda. Kebencian terhadap

Jepang oleh komunitas Tionghoa berujung pada aksi boikot barang-barang

Jepang. Organisasi Tionghoa perantauan yang memiliki hubungan dengan Kuo

Min Tang dan surat kabar Pewarta Soerabaia memiliki pengaruh dalam

melakukan aksi boikot di Surabaya.

Kata kunci: Pewarta Soerabaia, Tionghoa, Jepang, Perdagangan,

Nasionalisme, Surabaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

ix

ABSTRACT

Martinus Danang Pratama Wicaksana, Aksi Boikot Jepang: Nasionalisme

Komunitas Tionghoa di Surabaya Menjelang Perang Dunia II, 1930-an – 1940-

an. A Thesis. Yogyakarta: History Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma

University, 2019.

This thesis entitled Aksi Boikot Jepang: Nasionalisme Komunitas

Tionghoa di Surabaya Menjelang Perang Dunia II, 1930-an – 1940-an, aims

to determine the influence of nationalism that developed in China which underlie

the boycott action in Surabaya as the result of Japanese expansion. This research

will answer three questions. First, what influences the dual identity formation of

the Chinese community. Second, what instruments are used to propagate boycott

actions. How and why the Japanese boycott in Surabaya happened.

This research uses historical methods which are topic research, data

collection, source criticism, data interpretation or analysis, and writing or

historiography. Sources used were documents or archives of the Dutch East Indies

government; Pewarta Soerabaia newspaper , Soeara Oemoem newspaper, and

Soerabaiasch Handelsblad newspaper from 1930-1941. This study uses the theory

of long-distance nationalism put forward by Benedict Anderson and Asian trade

theory by Meilink Roelofsz.

The results of this study indicate that the influence of nationalism that

developed in China after Japanese expansion also grew and flourished in the

immigrant Chinese community in the Dutch East Indies. Hatred of Japan by the

Chinese community led to a boycott of Japanese goods. Immigrant Chinese

organizations that have links to Kuo Min Tang and the Pewarta Soerabaia

newspaper influence in carrying out boycotts in Surabaya.

Key words: Pewarta Soerabaia, Chinese, Japan, Trade, Nationalism, Surabaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

x

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada:

1. Seluruh jajaran dosen Ilmu Sejarah, Drs. Heribertus Hery Santosa

M.Hum., Dr. Lucia Juningsih M.Hum., Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno

M.Hum., Dr. Hieronymus Purwanta M.A., Dr. FX. Baskara Tulus

Wardaya, S.J., Heri Priyatmoko M.A., dan Heri Setyawan, S.J. S.S., M.A.

2. Pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik Dr. Yerry

Wirawan.

3. Kedua orangtua saya, adik saya, Budhe dan Pakdhe yang telah

memberikan saya tumpangan selama berkuliah di Yogyakarta, Whowik,

Asri, Angga, dan Dewi yang telah membantu saya selama di Jakarta, dan

seluruh keluarga saya yang selama ini terus membantu, mendukung, dan

memotivasi saya supaya tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Mas Doni sebagai sekretaris program studi sejarah yang selama ini

membantu saya mengurus administrasi kuliah.

5. Teman-teman sejarah angkatan 2015, Mas Irawan, Laili, Sukma, Nita,

Claudia, Pinto, Yohana, Herry, Eko, Lewi, Vagus, dan Aldy yang tidak

pernah lelah menemani dan mendukung saya selama ini.

6. Teman-tema jurusan sejarah lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu yang selama ini telah menemani dan menghibur saya.

7. Teman-teman UKPM Natas angkatan tahun 2015, 2016, dan 2017 yang

telah banyak membantu saya.

8. Teman-teman alumni SMA St. Albertus Malang (DEMPO) yang merantau

di Yogyakarta yang selalu mengajak saya menongkrong sambil

menyeruput kopi.

9. Semua staf mikrofilm Perpustakaan Nasional yang sudah saya repotkan

dengan pemesanan scan surat kabar, Dr. Andi Achdian yang memberikan

pencerahan dan sumber-sumber dalam skripsi selama saya di Jakarta, dan

Perpustakaan Medayu Agung khususnya Pak Oei Hiem Hwie yang telah

membantu saya dalam menemukan topik skripsi setelah diberi buku Lima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

xi

Jaman Siauw Giok Tjhan dan Mas Didin beserta staf Perpustakaan

Medayu Agung.

10. Saya juga berterimakasih kepada seorang perempuan spesial kekasih saya

Dyas Putri Winayu yang telah membantu dan mendampingi saya dengan

tanpa lelah selama penulisan skripsi ini.

11. Kepada teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang

telah membantu memberikan informasi dan mendukung saya selama

mengerjakan skripsi ini.

Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Saya

harap semoga skripsi ini dapat mendorong munculnya penelitian-penelitian lain

yang akan melengkapi, ataupun menyanggah hasil dari penelitian ini.

Yogyakarta, 21 Agustus 2019

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL. ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ v

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR. ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ .xii

DAFTAR TABEL. ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN. ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN. ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah. .............................................................. 6

C. Tujuan. .............................................................................................................. 7

D. Manfaat. ............................................................................................................ 7

E. Tinjauan Pustaka. .............................................................................................. 8

F. Landasan Teori ................................................................................................ 13

G. Metode Penelitian ........................................................................................... 18

H. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 20

BAB II KOTA SURABAYA & KOMUNITAS TIONGHOA PADA AWAL

ABAD KE-XX ......................................................................................... 23

A. Kota Kolonial Surabaya. ................................................................................. 23

B. Gelombang Imigran Tionghoa. ....................................................................... 32

C. Aktivitas Komunitas Tionghoa. ...................................................................... 40

1. Pedagangan ......................................................................................... 40

2. Pendidikan ........................................................................................... 45

3. Surat Kabar ......................................................................................... 51

D. Gerakan Pan-Asia. .......................................................................................... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

xiii

BAB III JEPANG PADA MASA KRISIS EKONOMI 1930-AN. ....................... 63

A. Krisis Ekonomi 1930-an. ................................................................................ 63

B. Penetrasi Jepang di Hindia Belanda. ............................................................... 75

C. Perang Tiongkok-Jepang. ............................................................................... 86

1. Negara Boneka Manchukuo ................................................................ 87

2. Pembantaian Nanking ......................................................................... 95

BAB IV AKSI BOIKOT JEPANG TAHUN 1931-1941. .................................... 101

A. Aksi Boikot Jepang di Surabaya. .................................................................. 101

1. Kelompok Organisasi Tionghoa........................................................ 103

2. Surat Kabar Pewarta Soerabaia ........................................................ 116

B. Aktivitas Propaganda Jepang Sebelum Pendudukan di Surabaya. ............... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. .............................................................. 147

A. Kesimpulan ................................................................................................... 147

B. Saran. ............................................................................................................ 152

DAFTAR PUSTAKA. ......................................................................................... 154

LAMPIRAN 1 ..................................................................................................... .162

LAMPIRAN 2 ...................................................................................................... 172

LAMPIRAN 3 ...................................................................................................... 175

LAMPIRAN 4 ...................................................................................................... 178

LAMPIRAN 5 ...................................................................................................... 180

LAMPIRAN 6 ...................................................................................................... 182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Penduduk Eropa, Tionghoa, dan Bumiputera Kota Surabaya

Tahun 1917-1940 ....................................................................................... 26

Tabel 2. Jumlah Penduduk Tionghoa Surabaya Berdasarkan Suku Bangsa Tahun

1930 ............................................................................................................ 36

Tabel 3. Jumlah Penduduk Tionghoa di Surabaya Menurut Tempat Kelahirannya

Berdasarkan Klasifikasi Umur Tahun 1930 ............................................... 38

Tabel 4. Jenis-Jenis Pekerjaan Komunitas Tionghoa di Surabaya Tahun 1930 .... 41

Tabel 5. Angka Indeks Impor dan Ekspor Hindia Belanda ................................... 64

Tabel 6. Harga-Harga Komoditi Ekspor Hindia Belanda ...................................... 67

Tabel 7. Persentase Asal Impor Hindia Belanda Tahun 1905-1934 ...................... 72

Tabel 8. Populasi Orang Jepang di Hindia Belanda Menurut Pekerjaan Tahun

1912-1935 ................................................................................................... 78

Tabel 9. Jumlah Impor dan Ekspor antara Hindia Belanda dengan Jepang ........... 81

Tabel 10. Daftar Surat Kabar yang Diberangus Tahun 1936-1940 ..................... 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Kota Surabaya Tahun 1900 .......................................................... 30

Gambar 2. Berita Mengenai Krisis Ekonomi yang Melanda Hindia Belanda ....... 66

Gambar 3. Isi dari Memorial Tanaka dalam Surat Kabar Pewarta Soerabaia ...... 90

Gambar 4. Perang Tiongkok-Jepang Menghiasi Halaman Depan Pemberitaan

Surat Kabar Pewarta Soerabaia ................................................................. 98

Gambar 5. Pemberitaan Aksi Boikot oleh Surat Kabar Soeara Oemoem ............ 117

Gambar 6. Ajakan Aksi Boikot oleh Surat Kabar Pewarta Soerabaia ................ 121

Gambar 7. Pembelaan Surat Kabar Pewarta Soerabaia terhadap Golongan Anti

Boikot Jepang ........................................................................................... 129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Surabaya ..................................... 162

Lampiran 2. Indonesia Boycot Japan? ................................................................. 172

Lampiran 3. Keoentoengan dan “Keroegiannja” Indonesia Boycot Japan .......... 175

Lampiran 4. Indonesische Handelsvereeniging dan Oeroesan Boycott Japan178

Lampiran 5. Sikepnja Handelsvereeniging Indonesia .......................................... 180

Lampiran 6. Indonesiers Wadjib Bantoe Gerakan Tionghoa terhadep Japan ...... 182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran komunitas Tionghoa sebagai pedagang di Hindia Belanda

memberikan pengaruh yang cukup besar dalam dunia perdagangan. Mereka

dikenal akan kerajinan dan keterampilannya dalam berdagang sehingga memiliki

posisi yang cukup penting dalam perdagangan dan menjadi sumber pemasukan

yang besar di Hindia Belanda.1 Keunggulan dalam perdagangan ini membuat

mereka banyak sekali melakukan imigrasi ke berbagai tempat di wilayah Asia

Tenggara. Bahkan memasuki akhir abad XIX sampai abad XX imigran Tionghoa

yang memasuki wilayah Hindia Belanda melonjak signifikan terutama di kota-

kota perdagangan.2

Kota yang memiliki simbol modernitas seperti industri, transportasi, dan

pemukiman modern menjadi daya tarik para imigran ini karena banyaknya

dukungan dalam kegiatan ekonomi.3 Ketertarikan inilah yang membuat komunitas

Tionghoa memilih Surabaya sebagai tempat perdagangan mereka, karena

1 G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Mely G. Tan (ed.).

1981. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan

Bangsa. Jakarta: PT Gramedia dan Yayasan Obor Indonesia, hlm. 2.

2 Ibid., hlm: 6-8.

3 Samidi. 2017. “Surabaya sebagai Kota Kolonial Modern pada Akhir Abad ke-

19: Industri, Transportasi, Pemukiman, dan Kemajemukan Masyarakat”, dalam Mozaik

Humaniora, Vol. 17 No. 1, hlm. 157.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

2

Surabaya pada awal abad XX sudah dikenal sebagai kota yang modern serta

memiliki pemerintahan yang otonom (gemeente).4

Hal ini kemudian membuat kedatangan komunitas Tionghoa ke Surabaya

melonjak cukup besar pada abad XX. Terdapat dua alasan yang membuat orang

Tionghoa harus meninggalkan tanah kelahirannya dan merantau hingga ke

Surabaya.5 Pertama, pada akhir abad XIX dan abad XX masih terjadi kekacauan

politik di Tiongkok. Kedua, tahun 1930 terjadi krisis ekonomi yang membuat

banyak orang Tionghoa yang kehilangan pekerjaan sehingga harus merantau ke

Surabaya.

Situasi di Surabaya dengan membludaknya imigran Tionghoa yang berasal

dari Tiongkok memberikan dampak bagi perkembangan Kota Surabaya dan

komunitas Tionghoa yang sudah tinggal sebelumnya. Kedatangan golongan

Tionghoa totok6 di Surabaya memberikan dampak pada perkembangan ekonomi

dan kekuatan sosial di kalangan komunitas Tionghoa peranakan7 sebelumnya.

8

4 Purnawan Basundoro. 2013. Merebut Ruang Kota: Aksi Rakyat Miskin Kota

Surabaya 1900-1960an. Tangerang Selatan: Marjin Kiri, hlm. 27.

5 Ibid., hlm. 43.

6 Tionghoa totok juga disebut sebagai Singkeh atau Sinkeh yang berasal dari

dialek percakapan di Amoy yakni hsin-k’o yang berarti pendatang baru. Mereka yang

baru datang dari Tiongkok ke Hindia Belanda disebut sebagai totok oleh penduduk

Hindia Belanda. Lea E. Williams. 1960. Overseas Chinese Nationalism: The Genesis of

The Pan-Chinese Movement in Indonesia 1900-1916. Massachusetts: The Massachusets

Institute of Technology, hlm. 10.

7 Orang Tionghoa yang lahir di Hindia Belanda disebut sebagai peranakan yang

berasal dari bahasa setempat yakni anak. Seorang peranakan merupakan campuran antara

orang Tionghoa dengan penduduk bumiputera yang kemudian menikah dan memiliki

seorang anak yang disebut sebagai peranakan. Ibid., hlm. 10-11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

3

Salah satu perkembangan yang dirasakan adalah terbentuknya perkumpulan

kamar dagang Tionghoa atau disebut sebagai Siang Hwee9. Keberadaan Siang

Hwee yang anggotanya didominasi oleh kelompok totok ini memberikan dampak

yang cukup besar bagi komunitas Tionghoa di Surabaya sehingga menimbulkan

kesenjangan dengan kelompok peranakan.10

Memasuki tahun 1930-an ketika masa depresi ekonomi melanda, para

pedagang Tionghoa di Hindia Belanda mengalami kerugian yang cukup besar

karena politik ekspansi Jepang. Bahkan memasuki tahun 1933 dan 1934 terjadi

kenaikan jumlah barang Jepang yang diimpor dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya.11

Akibatnya barang-barang tersebut dijual dengan harga yang murah,

sehingga konsumen yang hanya memiliki pendapatan rendah beralih dari barang-

barang Tionghoa ke barang-barang Jepang.12

Para pedagang Tionghoa menganggap aksi ekspansi barang-barang Jepang

memberikan ancaman yang cukup besar. Banyak dari pedagang Tionghoa

8 Andi Achdian. 2017. “Kaum Pergerakan dan Politik Kota: Perkembangan

Politik Kewargaan di Kota Kolonial Surabaya 1906-1942”. Disertasi. Depok: Program

Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, unpublished,

hlm. 77.

9 Pada tahun 1906 dibentuklah Siang Hwee oleh lima pedagang Tionghoa yakni

Ong Tjien Hong, Tio Tjee An, dan Lie Siong Hwie. Siang Hwee sendiri sebagai sebuah

organisasi perdagangan telah disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun

berikutnya. Claudine Salmon. 2009. “The Chinese Community of Surabaya, from its

Origins to the 1930s Crisis”, dalam Chinese Southern Diaspora Studies, Vol. 3, hlm. 53.

10 Ibid., hlm. 54.

11 Howard Dick. 1989. “Japan’s Economic Expansion in the Netherlands Indies

between the First and Second World War”, dalam Journal of Southeast Asian Studies,

Vol. 20 No. 2 September, hlm. 246.

12 Nawiyanto 2010. Mata Hari Terbit dan Tirai Bambu: Persaingan Dagang

Jepang-Cina. Yogyakarta: Ombak, hlm. 49.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

4

menanggapi aksi ekspansi barang-barang Jepang pada tahun 1930-an dengan

berbagai macam aksi salah satunya adalah dengan aksi boikot barang Jepang.

Salah satu aksi boikot barang-barang Jepang di Surabaya terjadi tahun 1931 yang

dilakukan oleh anggota Siang Hwee yakni dengan cara melaburi toko-toko

peranakan dengan kotoran manusia yang kedapatan menjual barang-barang

Jepang.13

Aksi boikot barang-barang Jepang terjadi tidak hanya disebabkan karena

menanggapi aksi ekspansi barang Jepang masuk Hindia Belanda, namun juga

disebabkan karena kondisi perpolitikan antara Tiongkok dan Jepang. Jepang

dengan semangat ultranasionalisme melancarkan politik Hakko-Ichiu yakni ingin

menyatukan seluruh semesta dalam satu atap sehingga tercetus ide ekspansi.14

Hasilnya satu persatu wilayah di Asia Timur bahkan menuju wilayah selatan yang

berdekatan langsung dengan Jepang dikuasai untuk diambil sumber dayanya.

Puncak peperangan Tiongkok-Jepang yang terjadi pada tahun 1937

direspon secara besar-besaran oleh komunitas Tionghoa di Hindia Belanda.

Mereka mengikuti langsung jalannya perang Tiongkok-Jepang melalui berita-

berita di surat kabar Tionghoa-Melayu. Respon komunitas Tionghoa adalah

dengan aksi boikot Jepang kembali pada tahun 1938.15

Bahkan mulai Januari 1938

13 Siauw Giok Tjhan. 1981. Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar. Jakarta-

Amsterdam: Yayasan Teratai, hlm. 18.

14 I Ketut Surajaya, dalam pengantar Ken’Ichi Goto. 1998. Jepang dan

Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. xvii.

15 Harry A. Poeze (ed.). 1994. Politiek-Politioneele Overzichten van

Nederlandsch-Indië: Deel IV 1935-1941. Leiden: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-

en Volkenkunde, hlm. 200-201.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

5

surat kabar Tionghoa-Melayu yang terdapat di Surabaya yakni Pewarta Soerabaia

mulai mengabarkan dan mengajak komunitas Tionghoa bersama bumiputera

untuk melakukan aksi boikot.16

Seruan-seruan ini bahkan terjadi sepanjang tahun

1938-1939 seiring terjadinya aksi boikot di Surabaya bahkan juga terjadi di kota-

kota lainnya seperti di Batavia, Yogyakarta dan Semarang.17

Aksi boikot yang dilakukan komunitas Tionghoa tidak hanya

mempermasalahkan kepentingan ekonomi pedagang-pedagang Tionghoa demi

melindungi kepentingan ekonomi dari ekspansi barang-barang Jepang. Aksi ini

juga memperlihatkan bahwa komunitas Tionghoa di Hindia Belanda memprotes

keras penyerbuan Jepang ke Tiongkok sehingga aksi boikot lebih menggambarkan

sikap dan perasaan anti Jepang.18

Perasaan anti Jepang sebagai salah satu bentuk

nasionalisme jarak jauh dan kepentingan ekonomi yang menjadi penggerak utama

dalam melancarkan aksi boikot.

Penelitian ini menarik untuk melihat perbedaan kepentingan berdasarkan

identitas yang dianut dalam menjalankan aksi boikot. Ada kelompok yang

melakukan boikot karena paham nasionalisme jarak jauh sebagai bentuk perasaan

solidaritas terhadap saudara-saudara mereka di Tiongkok. Sisi lain terdapat

kelompok yang menjalankan aksi boikot karena disebabkan oleh kepentingan

ekonomi yang ingin bertahan di masa depresi. Dalam penelitian menjadi menarik

16 “Gerakan Boycot”. Pewarta Soerabaia pada Jumat, 7 Januari 1938, hlm. 10.

17 Poeze. 1994. Loc. cit.

18 Mona Lohanda. 2002. Growing Pains: The Chinese and The Dutch in Colonial

Java 1890-1942. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, hlm. 158-159.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

6

untuk melihat bahwa nasionalisme yang berkembang di Tiongkok berujung pada

aksi boikot di Surabaya sebagai bentuk ikatan dengan tanah kelahirannya.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Penelitian ini perlu dibatasi oleh batasan spasial dan batasan temporal agar

penelitian ini tidak meluas. Batasan spasial yang digunakan dalam karya ilmiah

ini adalah Surabaya, karena wilayah ini memiliki tingkat pertumbuhan penduduk

Tionghoa yang meningkat tiap tahunnya mulai dari awal abad XX hingga terjadi

lonjakan pada tahun 1930-an. Surabaya juga dikenal sebagai kota yang modern

pada abad XX sehingga menarik minat imigran Tionghoa untuk datang. Aksi

boikot barang-barang Jepang juga terjadi di Surabaya karena begitu banyaknya

pedagang Tionghoa dan pedagang Jepang yang mendiami kota ini.

Sedangkan batasan temporal dalam karya ilmiah ini mengambil waktu

pada tahun 1930-an di mana terjadi depresi ekonomi dan politik ekspansi Jepang

mulai dijalankan. Pada tahun 1930-an juga menjadi awal babak baru perseteruan

Tiongkok-Jepang yang memuncak pada tahun 1937. Sepanjang tahun inilah

terjadi aksi boikot yang dilakukan oleh komunitas Tionghoa. Penelitian ini

diakhiri pada tahun 1940-an karena menjadi awal dari kedatangan Jepang ke

Hindia Belanda yang menjadi babak baru hubungan Hindia Belanda-Jepang yang

berujung pada tertekannya kelompok Tionghoa.

Serangkaian peristiwa aksi boikot Jepang yang terjadi pada masa sebelum

Perang Dunia II di Surabaya memunculkan beberapa permasalahan yang perlu

dikaji:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

7

1. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya identitas ganda komunitas

Tionghoa?

2. Instrumen apa saja yang digunakan untuk menyerukan aksi boikot?

3. Bagaimana dan mengapa aksi boikot Jepang di Surabaya berjalan?

C. Tujuan

Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

instrumen yang digunakan untuk menyerukan aksi boikot dan jalannya aksi

tersebut. Penelitian ini juga untuk mengetahui latar belakang terbentuknya

identitas ganda komunitas Tionghoa dalam menjalankan aksi boikot ini.

Lewat penelitian ini akan didapatkan gambaran yang utuh mengenai sikap

nasionalisme jarak jauh yang tidak lagi menekankan pada nasionalisme yang

tumbuh hanya pada pengalaman langsung dan dibatasi oleh wilayah.

Nasionalisme yang memiliki kedekatan emosional pada kampung halaman

memberikan dampak terjadinya gerakan aksi boikot.

D. Manfaat

Manfaat akademis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wacana baru mengenai sejarah Tionghoa sebagai salah satu penggerak

perkembangan sejarah di Indonesia sehingga dapat melengkapi kajian-kajian

sejarah Tionghoa sebelumnya.

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi

peneliti selanjutnya dalam perkembangan sejarah nasionalisme jarak jauh yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

8

tidak hanya sebatas nasionalisme fisik, namun juga nasionalisme yang tidak hanya

terbatas pada satu wilayah.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai sejarah nasionalisme Tionghoa di Hindia Belanda

tentu saja sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Bahkan

penelitian hubungan perdagangan antara komunitas Tionghoa dengan Jepang di

Hindia juga sudah pernah diteliti sebelumnya. Masing-masing penelitian tersebut

memiliki kekurangan dan kelebihan yang ingin dilengkapi melalui penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari penelitian

sebelumnya. Skripsi ini muncul sebagai usaha untuk melengkapi kajian akan

nasionalisme Tionghoa, dengan ditinjau dari sudut pandang aksi boikot Jepang

sebagai salah satu bentuk nasionalisme yang dimunculkan oleh komunitas

Tionghoa.

Penelitian yang membahas mengenai hubungan dagang antara komunitas

Tionghoa dengan komunitas di Jepang di Hindia Belanda telah dilakukan oleh

Nawiyanto dalam bukunya yang berjudul Mata Hari Terbit dan Tirai Bambu:

Persaingan Dagang Jepang-Cina19

. Buku ini merupakan kumpulan tulisan

Nawiyanto yang menjabarkan mengenai hubungan dagang antara Tionghoa dan

Jepang disebabkan oleh dua masa krisis yakni tahun 1930-an dan 1990-an.

Dalam buku ini dibahas mengenai persaingan dagang antara pedagang

Tionghoa dengan pedagang Jepang yang disebabkan oleh masa krisis ekonomi.

19 Yogyakarta: Ombak, 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

9

Masa krisis ekonomi 1930-an yang membuat Jepang mengekspansi Hindia

Belanda lewat barang-barang Jepang yang dijual murah. Akibatnya timbul

kebencian komunitas Tionghoa terhadap pedagang Jepang karena mengganggu

kepentingan dagang Tionghoa di Hindia Belanda karena pada masa krisis

kelompok bumiputera lebih memilih barang-barang Jepang yang dijual murah.

Meskipun membahas mengenai timbulnya persaingan dagang komunitas

Tionghoa dengan pedagang Jepang, karya ini lebih memfokuskan pada faktor

ekonomi yang menjadi latar belakang terjadinya aksi boikot. Proses terjadinya

aksi boikot lebih disebabkan karena tingginya impor barang-barang Jepang yang

masuk ke Hindia sehingga membuat pedagang Tionghoa tidak terima sehingga

merasa dirugikan oleh pedagang Jepang. Terjadinya aksi boikot yang disebabkan

oleh keadaan di Tiongkok sehingga menimbulkan rasa solidaritas komunitas

Tionghoa dalam buku ini tidak dibahas. Padahal aksi boikot terhadap Jepang tidak

dapat dilepaskan dari situasi perang Tiongkok-Jepang dan rencana ekspansi

Jepang ke selatan.

Penelitian lainnya yang membahas mengenai hubungan dagang antara

pedagang Tionghoa dengan pedagang Jepang adalah buku yang berjudul Dutch

Commerce and Chinese Merchants in Java20

karya Alexander Claver. Buku ini

membahas mengenai hubungan dagang antara pemerintah kolonial dengan

pedagang Tionghoa pada tahun 1800-1942. Hubungan perdagangan antara orang

Tionghoa dengan pemerintah kolonial merupakan sesuatu hal yang penting

20 Leiden: KITLV, 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

10

bahkan pedagang Tionghoa memiliki peranan sebagai pedagang perantara antara

kolonial Belanda sebagai penjual dengan bumiputera sebagai pembeli.

Dalam buku ini juga dibahas mengenai pedagang Tionghoa dalam

menghadapi krisis ekonomi tahun 1930 dan impor barang Jepang secara besar-

besaran. Konflik pedagang Tionghoa dengan kehadiran barang-barang Jepang

yang murah juga memberikan efek pada kebijakan pemerintah kolonial dalam hal

perdagangan di Hindia Belanda. Sayangnya penelitian ini tidak membahas

mengenai gerakan boikot barang-barang Jepang akibat derasnya arus impor dari

Jepang yang membuat barang dijual murah di Hindia Belanda.

Karya penelitian lainnya yang membahas mengenai kehidupan sosial

komunitas Tionghoa masa Hindia Belanda adalah buku yang berjudul Growing

Pains: The Chinese and The Dutch in Colonial Java, 1890-194221

karya Mona

Lohanda. Buku ini membahas mengenai kehidupan komunitas Tionghoa di Pulau

Jawa sejak di mulai kedatangannya sebagai imigran, dibangunnya sekolah Tiong

Hoa Hwee Koan sebagai landasan pendidikan anak-anak Tionghoa, perjuangan

politik komunitas Tionghoa dalam meraih kesetaraan dengan orang barat,

perbedaan politik antara totok dengan peranakan, dan gerakan Tionghoa

peranakan dalam gerakan kemerdekaan Indonesia.

Buku ini membahas mengenai hubungan Tionghoa totok dengan peranakan

dalam menyikapi gejolak politik di Tiongkok mulai dari Revolusi 1911,

organisasi Kuo Min Tang yang di bawa dari Tiongkok dan disebarkan di Jawa,

dan perkembangan perang Tiongkok-Jepang. Meskipun dalam buku ini dibahas

21 Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

11

mengenai aksi boikot Jepang yang dilakukan oleh komunitas Tionghoa, namun

penjelasannya hanyalah garis besar mengenai aksi boikot. Buku ini tidak

membahas mengenai aksi-aksi boikot yang terjadi di daerah-daerah salah satunya

di Surabaya secara mendetail. Sayangnya buku ini juga tidak menjelaskan

mengenai posisi Tionghoa totok dan peranakan dalam menyikapi aksi boikot.

Penelitian selanjutnya yang membahas mengenai Tionghoa di Surabaya

adalah jurnal yang berjudul The Chinese Community of Surabaya, from its Origin

to the 1930s Crisis22

karya Claudine Salmon. Penelitian ini membahas mengenai

komunitas Tionghoa yang berada di Surabaya mulai dari alasan mereka memilih

Surabaya sebagai tempat imigrasi, hubungan mereka dengan pemerintah kolonial,

pekerjaannya yang dimulai dari keluarga-keluarga besar totok yang datang dari

Tiongkok yang kemudian membangun industri-industri besar, dan aktivitas politik

mereka sampai mendirikan surat kabar Tionghoa-Melayu. Penelitian ini hanya

dibatasi sampai tahun 1930 di mana terjadi krisis ekonomi.

Dalam penelitian ini dibahas mengenai awal perseteruan antara Tionghoa

totok dengan peranakan di Surabaya akibat membludaknya imigran dari Tiongkok

pada tahun 1930-an. Perseteruan ini kemudian memasuki babak yang baru setelah

pembentukan Siang Hwee yakni salah satu organisasi yang melakukan aksi

boikot. Meskipun begitu dalam penelitian ini belum menunjukkan Siang Hwee

sebagai salah satu pelopor aksi boikot apalagi dengan posisi anggotanya yang

mayoritas totok. Perseteruan antara totok dengan peranakan memang dibahas

22 Chinese Southern Diaspora Studies, Vol. 3, 2003.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

12

dalam penelitian ini, namun tidak begitu mendalam dan tidak menyinggung aksi

boikot.

Penelitian selanjutnya yang membahas mengenai aksi boikot Jepang adalah

buku yang berjudul Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar23

yang ditulis oleh

Siauw Giok Thjan. Buku ini merupakan memoar yang ditulis oleh Siauw Giok

Tjhan yang memotret kehidupannya mulai dari masa pendudukan Hindia Belanda,

pendudukan Jepang, masa revolusi fisik, masa kemerdekaan Indonesia, sampai

pada masa Orde Baru. Dalam bukunya kehidupan komunitas Tionghoa yang

merentang zaman ini ditulis dan dinarasikan oleh seorang Tionghoa yang benar-

benar mengalami sendiri setiap peristiwa yang ada.

Buku ini juga menarasikan kakek Siauw Giok Tjhan yang merupakan

anggota Siang Hwee melalukan aksi boikot Jepang dalam merespon pendudukan

Manchuria oleh Jepang tahun 1930-an. Jalannya aksi boikot Jepang yang

dilakukan oleh kelompok Siang Hwee dinarasikan oleh Siauw Giok Tjhan dalam

bukunya ini dengan cukup jelas karena kakeknya sebagai seorang penggerak aksi.

Namun sayangnya buku ini hanya sedikit saja menggambarkan aksi boikot yang

terjadi sehingga hanya menjadi gambaran sederhana mengenai perseteruan antara

totok dengan peranakan. Bahkan buku ini hanya menjelaskan mengenai aksi

boikot yang terjadi pada tahun 1931 padahal aksi boikot masih terjadi kembali

pada tahun 1937.

Penelitian selanjutnya yang membahas mengenai nasionalisme Tionghoa

dalam perseteruannya dengan Jepang adalah jurnal yang berjudul Reaksi Media

23 Jakarta-Amsterdam: Yayasan Teratai, 1981.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

13

Peranakan terhadap Perang Tiongkok-Jepang 1937-193924

karya Ravando Lie.

Penelitian ini membahas mengenai aksi-aksi surat kabar milik Tionghoa-Melayu

dalam mengabarkan perang Tiongkok-Jepang. Surat kabar Tionghoa-Melayu

merupakan media yang paling efektif saat itu dalam mengabarkan jalannya perang

di Tiongkok sehingga imigran Tionghoa tetap mengikuti jalannya perang tersebut.

Meskipun penelitian ini menekankan pada aksi nasionalisme komunitas

Tionghoa lewat media massa, namun yang menjadi bahasan utama dalam

penelitian ini hanya surat kabar Sin Tit Po yang merupakan corong tidak resmi

Partai Tionghoa Indonesia. Padahal secara keberpihakan politik surat kabar Sin Tit

Po tidak terlalu dekat dengan orang-orang totok sehingga penelitian ini tidak

membahas secara lengkap surat kabar Tionghoa-Melayu yang memiliki

pandangan politik ke Tiongkok. Kemudian penelitian ini mencakup tahun 1937-

1939 yang merupakan titik puncak dari perang Tiongkok-Jepang. Padahal mulai

tahun 1930 perang Tiongkok-Jepang sudah memasuki babak yang baru dengan

didudukinya Manchuria. Akibatnya banyak surat kabar Tionghoa-Melayu sudah

mulai melakukan aksi propaganda sejak tahun tersebut sehingga penelitian ini

tidak membahas secara lebih luas mulai dari ekspansi Jepang tahun 1930-an

hingga puncak perang Tiongkok-Jepang.

F. Landasan Teori

Pembahasan konsep nasionalisme tidak dapat dilepaskan dari kata nasional

atau nation yang berasal dari bahasa Latin natio (lahir) yang secara garis besar

24 Lembaran Sejarah, Vol. 9 No. 1, 2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

14

adalah sekumpulan orang yang memiliki ikatan darah. National atau nation

sebagai sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dari kata state yakni negara.

Nasional atau nation yang berarti adalah sekumpulan penduduk dalam sebuah

negara di bawah satu pemerintahan.25

State atau negara diartikan sebagai sebuah

tubuh politik di mana setiap orang menempati suatu wilayah yang pasti dengan

dipimpin oleh satu pemerintahan yang berdaulat dan tidak dipengaruhi oleh segala

sesuatu yang berada di luar.26

Nasionalisme sendiri memiliki banyak pengertian tergantung para ahli

yang mengungkapkannya. Namun, dari sekian banyak pengertian secara garis

besar nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham di mana kesetiaan

tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.27

Paham

nasionalisme ini berakar pada ikatan-ikatan seorang individu terhadap kampung

halaman atau tanah tempat kelahirannya sehingga paham ini pada kemudian hari

melahirkan sebuah negara bangsa yang berdaulat.

Perkembangan nasionalisme pada abad XX berkembang secara luas tidak

lagi terikat dan dibatasi oleh suatu wilayah. Bangsa bagi Anderson adalah sesuatu

yang terbayang karena sesama anggotanya tidak bakal tahu dan tidak bakal

mengenal sebagian besar anggota bangsa lainnya. Hal ini disebabkan karena

mereka tidak pernah bertatap muka bahkan tidak pernah mendengar tentang

25 Louis L. Snyder. 1954. The Meaning of Nationalism. New Jersey: Rutgers

University Press, hlm. 17.

26 Ibid.

27 Hans Kohn. 1984. Nasionalisme: Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Penerbit

Erlangga, hlm. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

15

mereka.28

Bahwa perasaan sebagai suatu bangsa tidak harus lahir atau bertemu

dengan orang-orang yang tinggal di dalam sebuah wilayah yang sama.

Perkembangan migrasi yang begitu besar sehingga menghasilkan

keturunan yang tidak memiliki ikatan darah yang sama membuat paham

nasionalisme berkembang secara luas. Frederick Hertz mengatakan bahwa konsep

nasionalisme adalah perasaan solidaritas akan persatuan di antara anggota

keluarga dalam sebuah bangsa.29

Bahwa nasionalisme yang berkembang adalah

ikatan darah bukan lagi tempat tinggal di suatu wilayah.30

Kondisi ini kemudian dikemukakan oleh Anderson bahwa bangsa kini

dipahami sebagai sebuah komunitas yang memiliki hubungan kesetiakawanan

tanpa memedulikan suatu wilayah.31

Keterikatan seseorang terhadap kampung

halaman, kota kelahiran, dan negara tanah tumpah darah akan menjadi pemicu

seseorang masih memikirkan tentang apa yang terjadi dengan kampung

halamannya.32

Nasionalisme yang berkembang pada para imigran inilah yang

membuat ikatan darah menjadi hal yang membuat mereka setia pada bangsa dan

negaranya.

28 Benedict Anderson. 2008. Imagined Communities. Yogyakarta: Insist dan

Pustaka Pelajar, hlm. 8.

29 Snyder. Op. cit., hlm. 14.

30 Ibid.

31 Anderson, Op. cit., hlm. 11.

32 Benedict Anderson. 2002. The Spectre of Comparisons: Nationalism, Southeast

Asia and the World. London: Verso, hlm. 59-60.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

16

Lahirnya identitas nasionalisme jarak jauh di daerah imigrasi merupakan

dampak dari berkembangnya permasalahan di negara asalnya. Lewat paham inilah

muncul gerakan-gerakan boikot Jepang oleh komunitas Tionghoa di Hindia

Belanda. Aksi boikot merupakan salah satu bentuk aksi nasionalisme yang

ditunjukkan komunitas Tionghoa menanggapi aksi Jepang. Hal ini

memperlihatkan bahwa nasionalisme tidak hanya berkembang secara fisik, namun

juga berkembang dalam perang dagang.

Aksi boikot Jepang juga menunjukkan suatu teori bahwa perkembangan

perdagangan di Hindia Belanda tidak hanya digerakkan oleh orang-orang barat

saja. Perkembangan bangsa-bangsa Asia yang mulai menunjukkan kekuatan

ekonominya mulai turut ambil bagian dalam sejarah perekonomian di Hindia

Belanda. Hal ini yang ingin ditunjukkan Meilink Roelofsz bahwa sebelum bangsa

barat hadir di Hindia Belanda telah hadir bangsa-bangsa Asia yang memiliki

posisi yang cukup penting dalam perdagangan Asia.33

Sejarah perekonomian di Hindia Belanda selalu menempatkan bangsa-

bangsa barat sebagai aktor utama, namun lewat Meilink bangsa-bangsa Asia

memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perdagangan sebelum kedatangan

bangsa barat.34

Meilink ingin memperlihatkan bahwa perdagangan di Hindia

Belanda juga dipengaruhi oleh bangsa-bangsa Asia dengan kehadiran mereka di

Hindia Belanda. Dua kekuatan Asia yakni Tiongkok dan Jepang yang sedang

berperang berdampak pada aktivitas perdagangan mereka di Hindia Belanda. Ini

33 M. A. P. Meilink-Roelofsz. 2016. Perdagangan Asia & Pengaruh Eropa di

Nusantara Antara 1500 dan Sekitar 1630. Yogyakarta: Ombak, hlm. xi.

34 Ibid., hlm. xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

17

menunjukkan bahwa aksi boikot Jepang merupakan tanda kehadiran bangsa Asia

turut dalam dinamika perdagangan di Hindia Belanda.

Aksi boikot Jepang merupakan bentuk dari solidaritas komunitas Tionghoa

kepada warga negara Tiongkok yang menderita akibat perang Tiongkok-Jepang.

Ikatan darah sebagai warga negara Tiongkok membentuk identitas nasionalisme

mereka meskipun mereka jauh dari Tiongkok daratan bahkan tidak mengalami

langsung perang Tiongkok-Jepang.

Kelahiran nasionalisme jarak jauh juga tidak dapat dilepaskan dari peranan

surat kabar dalam menyampaikan propaganda atau paham nasionalisme secara

luas. Tumbuhnya kapitalisme cetak pada abad XX membuat orang Tionghoa

memiliki surat kabarnya sendiri menjadi faktor utama identitas nasionalisme

berkembang. Keberadaan kapitalisme cetak dapat menyebarkan gagasan

mengenai nasionalisme melalui bahasa yang dapat dimengerti.35

Imigran Tionghoa menggunakan surat kabar untuk mengetahui jalannya

perang Tiongkok-Jepang sehingga mereka mengetahui keadaan keluarga mereka

di Tiongkok daratan. Perasaan yang dibangun lewat tulisan-tulisan di surat kabar

yang mengabarkan jalannya perang setiap harinya membuat imigran Tionghoa

menaruh sikap benci pada Jepang. Secara imajinasi hal ini memperlihatkan

adanya kedekatan antara keluarga di Tiongkok dengan imigran Tionghoa. Hal

inilah yang kemudian membentuk identitas nasionalisme jarak jauh imigran

Tionghoa yang kemudian berkembang pada aksi boikot.

35 Anderson. 2008. Op.cit., hlm. 66.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

18

Penelitian ini menggunakan perpektif sejarah pergerakan Tionghoa di

Hindia Belanda. Paham nasionalisme yang lahir karena sikap solidaritas mereka

kepada saudara dan keluarga di kampung halaman melahirkan sebuah pergerakan

dan sikap anti terhadap Jepang. Aksi boikot inilah yang kemudian menjadi bentuk

pergerakan komunitas Tionghoa di Surabaya sebagai bentuk penekanan terhadap

Jepang yang menduduki Tiongkok.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan kaidah-kaidah keilmuan dalam metode

penelitian sejarah. Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah memilih topik

yang diangkat dalam penelitian ini. Tahapan selanjutnya adalah pencarian

sumber-sumber utama dalam penelitian ini yakni berasal dari Politiek-Politioneele

Overzichten van Nederlandsch-Indië: Deel III 1931-1934 penerbit Foris

Publications dan Politiek-Politioneele Overzichten van Nederlandsch-Indië: Deel

VI 1935-1941 penerbit Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.

Kedua buku yang dieditori oleh Harry A. Poeze ini merupakan catatan kepolisian

Hindia Belanda tentang gerakan-gerakan politik. Selain itu juga digunakan surat

kabar Tionghoa-Melayu yang terbit di Surabaya yakni Pewarta Soerabaia yang

tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Penelitian ini lebih

banyak menggunakan surat kabar Pewarta Soerabaia karena merupakan surat

kabar perdagangan yang banyak diminati oleh Tionghoa Surabaya. Meskipun

begitu surat kabar Pewarta Soerabaia yang terdapat di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia tidak begitu lengkap. Surat kabar Pewarta Soerabaia tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

19

1933-1936 tidak diketahui keberadaannya. Selain surat kabar Tionghoa-Melayu

juga digunakan surat kabar milik nasionalis Soeara Oemoem dan surat kabar milik

Belanda yakni Soerabaiasch Handelsblad untuk melihat respon terhadap aksi

boikot.

Selain sumber-sumber tersebut, penelitian ini juga menggunakan data

statistik dan laporan-laporan yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Sumber-sumber tersebut adalah Volkstelling 1930: Deel VII Chineezen en Andere

Vreemde Oosterlingen in Nederlandsch Indie dan Verslag van de Toestand der

Staadsgemeente Soerabaja yang terdapat di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Selain itu juga digunakan sumber dari Statistische berichten der Gemeente

Soerabaja Jaarnummer 1931, Indisch Verslag 1932 Vol. 1, dan Indisch Verslag

1935 yang terdapat di Arsip Daerah Provinsi Jawa Timur. Hal ini digunakan

untuk memperoleh data penduduk, aktivitas komunitas Tionghoa, dan aktivitas

perdagangan di Surabaya.

Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan sumber dari Ten Years of

Japanese Burrowing in The Netherlands East Indies: Official Report of The

Netherlands East Indies Governement on Japanese Subversive Activities in The

Archipelago During The Last Decade. Sumber ini diterbitkan oleh Biro Informasi

Belanda pada tahun 1942 yang mencatat pola-pola propaganda yang dilakukan

oleh Jepang dalam melakukan ekspansinya ke Hindia Belanda. Sumber ini dapat

diakses secara bebas.

Sumber-sumber sejarah seperti buku-buku, surat kabar, hingga terbitan

resmi pemerintah Hindia Belanda didapatkan dari penelusuran di perpustakaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

20

dan arsip yang berada di Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta, seperti Arsip

Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,

Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Perpustakaan Medayu Agung,

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, dan Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma.

Tahapan selanjutnya adalah verifikasi sumber dan kritik sumber dengan

mengecek keabsahan sumber yang digunakan. Selanjutnya adalah intepretasi data,

yakni menggabungkan fakta-fakta sejarah dan sebab akibatnya. Hal ini akan

memunculkan intepretasi yang baru berdasarkan penelitian. Tahapan terakhir

adalah penulisan atau historiografi berdasarkan intepretasi yang penulis bangun.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan yang

membahas mengenai gambaran umum penelitian ini. Pada bab ini terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan untuk

mengetahui proses pembahasan tiap babnya.

Bab II membahas tentang Kota Surabaya dan komunitas Tionghoa pada

awal abad XX. Kota kolonial Surabaya berkembang menjadi kota otonom atau

gemeente pada awal abad XX memberikan dampak pada perkembangan ekonomi

industri. Hal ini berakibat pada terjadinya gelombang kedatangan imigran

Tionghoa yang cukup besar pada 1930-an di Surabaya membawa perubahan sosial

dalam komunitas Tionghoa. Dalam bab ini dibahas bagaimana aktivitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

21

masyarakat Tionghoa baik totok maupun peranakan baik dari segi ekonomi,

politik, pendidikan, dan surat kabar. Pada bab ini juga dibahas mengenai

kebangkitan Jepang dan Pan Asianisme yang berkembang pada awal abad XX

yang memicu nasionalisme.

Bab III membahas tentang Jepang pada masa krisis ekonomi tahun 1930-

an. Pada masa inilah terjadi krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh wilayah

di dunia bahkan hingga sampai ke Hindia Belanda. Pada masa krisis inilah

kemudian Jepang melakukan banyak ekspansi ke wilayah di Asia Timur bahkan

melakukan ekspansi barang-barang murah ke Hindia Belanda. Inilah fase awal di

mana Jepang melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah di Asia. Pada bab ini juga

dijelaskan mengenai konflik Jepang-Tiongkok berdasarkan pada surat kabar

Tionghoa-Melayu di Hindia Belanda. Konflik inilah yang akan memicu rasa

nasionalisme Tiongkok pada kelompok Tionghoa di Hindia Belanda yang

kemudian memicu terjadinya aksi boikot.

Bab IV membahas tentang aksi boikot barang-barang Jepang oleh

komunitas Tionghoa. Mulai aksi propaganda yang dilancarkan oleh kelompok

organisasi Tionghoa dan dalam bentuk surat kabar Pewarta Soerabaia untuk

mendorong terjadinya aksi boikot hingga bagaimana aksi tersebut berjalan. Aksi

propaganda ini melahirkan sikap solidaritas Tionghoa perantauan terhadap perang

Tiongkok-Jepang untuk menyerukan aksi anti Jepang. Bab ini juga membahas

mengenai respon bumiputera dan pemerintah Hindia Belanda dalam hubungan

dagang dengan Jepang. Pada bab ini membahas juga mengenai aktivitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

22

propaganda melalui aksi-aksi spionase sebelum pendudukan Jepang pada tahun

1942.

Bab V membahas tentang kesimpulan yang didapat dari pembahasan di

Bab II hingga Bab IV. Dalam bab ini akan disampaikan jawaban atas rumusan

masalah yang menjadi dasar dari penulisan penelitian ini dan temuan-temuan yang

didapat dari hasil penelitian yang berguna bagi perkembangan penelitian sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

23

BAB II

KOTA SURABAYA DAN KOMUNITAS TIONGHOA

DI AWAL ABAD XX

A. Kota Kolonial Surabaya

Abad XX menjadi awal babak yang baru dalam perkembangan

kolonialisme Hindia Belanda. Pada abad inilah diberlakukanlah Politik Etis atau

politik balas budi atas desakan kaum liberal di Belanda. Hal ini berujung pada

melonjaknya kedatangan orang Eropa ke kota-kota besar untuk membuka

perusahaan-perusahaan swasta yang tidak terikat dengan pemerintah pusat.

Akibatnya banyak penduduk Eropa memilih kota-kota besar dan penting untuk

menjalankan perekonomiannya dan menuntut dibentuknya sistem pemerintahan

yang otonom (gemeente).1

Tujuan dari sistem pemerintahan yang otonom ini adalah agar penduduk

Eropa yang tinggal di kota-kota besar dapat menjalankan perusahaannya secara

bebas tanpa ada suatu ikatan dengan pemerintah pusat. Hal ini sejalan dengan

pemikiran dari kaum liberal yang kemudian menguasai lahan-lahan pertanian dan

perkebunan di pedalaman Jawa. Dari pedalaman Jawa mereka tinggal langsung

1 Purnawan Basundoro. 2013. Merebut Ruang Kota: Aksi Rakyat Miskin Kota

Surabaya 1900-1960an. Tangerang Selatan: Marjin Kiri., hlm. 8. Menurut William F.

Frederick. 1989. Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi

Indonesia(Surabaya 1926-1946). Jakarta: PT Gramedia, hlm. 3. Gemeente secara harafiah

berarti “kota komunitas”, namun dalam bahasa awam berarti “kota praja”. Meskipun

gemeente merupakan sistem dari pemerintahan yang desentralisasi, namun dalam

pembentukannya hanya ditujukan kepada orang Eropa sedangkan bumiputera hanya

sebagai bawahanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

24

mengangkutnya menuju pusat-pusat industri sehingga mendapatkan keuntungan

yang lebih besar. Melalui sistem pemerintahan kota yang otonom inilah para

pelaku bisnis Eropa dapat dengan bebas menjalankan sistem pemerintahan dan

sistem perekonomian tanpa harus terhubung dengan Batavia.

Dalam pemerintahan yang otonom atau gemeente dibentuklah sebuah

komposisi perangkat pemerintahan yang terdiri dari wali kota yang diangkat oleh

gubernur jenderal dan dewan kota atau gemeenteraad2 yang mewakili tiap

kelompok etnis.3 Meskipun begitu komposisi dewan kota lebih banyak kaum

Eropa sehingga tidak seimbang antara bumiputera dan timur asing. Dalam

menjalankan pemerintahannya wali kota membentuk beberapa departemen yang

akan membantu wali kota dalam menjalankan pemerintahannya.

Surabaya yang sudah dikenal sebagai kota perdagangan yang penting bagi

pemerintah kolonial kemudian ditetapkan sebagai gemeente pada tahun 1906

mengacu pada Staadblad Nomor 149 Tahun 1906. Penetapan ini sesuai dengan

kesepakatan pemerintah Hindia Belanda pada De wet houdende decentralitatie

van het bestuur in Nederlands-Indie yang disahkan pada 23 Juli 1903.4 Status

2 Gemeenteraad terdiri dari 27 orang yang terbagi menurut garis etnik, namun

kaum Eropa memiliki mayoritas anggota. Kekuasaan dalam gemeenteraad sangatlah

terbatas , dalam sidang-sidanganya masukan gemeenteraad dalam pembentukan

kebijakan hanya sedikit pengaruhnya. William H. Frederick. Op. cit., hlm. 4-5.

3 Ibid., hlm. 4.

4 Soetandyo Wignjosoebroto. 2005. Desentralisasi dalam Tata Pemerintahan

Kolonial Hindia Belanda: Kebijakan dan Upaya Sepanjang Babak Akhir Kekuasaan

Kolonial di Indonesia. Malang: Bayumedia, hlm. 13; Bernard H.M. Vlekke. 2016.

Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG, hlm. 337.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

25

Surabaya yang menjadi gemeente inilah yang kemudian merubah sistem

pemerintahannya menjadi desentralisasi dan tidak tergantung pada pusat.5

Status Kota Surabaya yang menjadi gemeente ini membuat perkembangan

kota menjadi semakin modern dan berdampak pada perkembangan penduduk. Hal

ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan industri transportasi dan pemukiman

yang modern memberikan geliat ekonomi di Surabaya.6 Pertumbuhan ekonomi

yang meningkat inilah membuat penduduk tidak hanya Eropa tetapi juga

bumiputera dan timur asing bermigrasi ke Surabaya. Hal ini menumbuhkan kelas-

kelas pekerja dan kelas-kelas pedagang di Surabaya.

Ketertarikan pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini juga

memberikan efek pada imigran Tionghoa untuk datang ke Surabaya. Bahkan

tercatat memasuki awal abad XX tidak hanya terjadi lonjakan penduduk

bumiputera saja melainkan penduduk Tionghoa merangkak naik.7 Terdapat dua

faktor yang membuat orang Tionghoa bermigrasi dari Tiongkok menuju ke

Surabaya pada awal abad XX. Pertama, pada awal abad XX daratan Tiongkok

masih dilanda peperangan dan kekacauan politik sehingga banyak dari mereka

yang mengalami krisis ekonomi. Kedua, terjadinya krisis ekonomi global

membuat mereka mencari peruntungan di tempat-tempat yang sedang

berkembang ekonominya.

5 Verslag van den toestand der Gemeente Soerabaja over 1930, hlm. 4.

6 Samidi. 2017. “Surabaya sebagai Kota Kolonial Modern pada Akhir Abad ke-

19: Industri, Transportasi, Pemukiman, dan Kemajemukan Masyarakat”, dalam Mozaik

Humaniora, Vol. 17 No. 1, hlm. 157.

7 Purnawan. Op. cit., hlm. 43.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

26

Perkembangan ekonomi dengan menggeliatnya pada sektor perindustrian

menjadi daya tarik masyarakat untuk pindah ke Surabaya karena terbukanya

lapangan pekerjaan.8 Hal inilah yang membuat penduduk Tionghoa berbondong-

bondong untuk bermigrasi ke Surabaya dengan dibukanya lapangan pekerjaan

secara luas. Apalagi dengan keberadaan etnis Tionghoa yang dikenal akan

keuletan dalam perdagangan sehingga dimanfaatkan sebagai pedagang perantara

antara produsen dari Eropa dengan konsumen dari bumiputera.9 Peranan Tionghoa

sebagai pedagang inilah yang membuat mereka merantau mencari peruntungan di

tempat-tempat yang perekonomiannya sedang berkembang.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Eropa, Tionghoa, dan Bumiputera Kota Surabaya

Tahun 1915-1940

Tahun Eropa Tionghoa Bumiputera Arab Timur

Asing

Jumlah

1915 9.108 18.957 117.585 2.734 326 148.710

1916 15.000 19.053 119.733 2.660 306 156.752

1917 15.000 20.847 121.559 2.553 396 160.355

1918 17.000 23.000 122.000 2.640 426 165.106

1919 15.987 17.228 149.229 2.640 2.521 184.965

1920 18.714 18.020 148.411 2.593 165 187.903

1921 19.524 23.206 146.810 3.155 363 193.058

1922 20.105 27.595 148.000 3.410 504 199.614

1923 20.855 30.653 149.000 3.639 644 204.791

1924 22.153 32.005 150.000 3.818 847 208.823

1925 23.314 32.868 196.825 3.922 870 257.799

1926 24.372 33.370 188.977 4.040 981 251.740

1927 23.782 35.077 188.977 4.078 1.008 252.922

1928 24.625 36.850 188.977 4.208 1.039 255.699

1929 25.346 38.389 188.977 4.610 1.167 258.489

1930 26.502 42.768 265.872 4.994 1.303 341.493

1931 27.628 43.288 265.872 5.298 1.384 343.470

8 Samidi. Op. cit., hlm. 161.

9 G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Mely G. Tan (ed.).

1981. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan

Bangsa. Jakarta: PT Gramedia dan Yayasan Obor Indonesia, hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

27

Tahun Eropa Tionghoa Bumiputera Arab Timur

Asing

Jumlah

1932 26.411 40.781 274.000 5.634 1.444 352.129

1933 26.882 39.792 280.000 5.227 1.521 357.362

1934 27.297 40.533 286.000 5.175 1.519 365.524

1935 27.599 41.749 290.000 5.209 1.152 370.709

1936 28.548 43.650 294.000 4.998 900 377.096

1937 29.783 46.219 294.000 4.961 890 380.853

1938 30.687 43.779 294.000 4.921 929 390.989

1939 32.601 45.767 300.000 5.148 968 390.394

1940 34.576 47.884 308.000 5.242 1.027 396.720

Sumber: G.H. Von Faber. 1934. Niuew Soerabaia: De Geschiedenis van Indies

voornamste Koopstad in de Eerste Kwaarteeuw Sederthare Instelling, 1906-1930.

Surabaya: Boekhandel Drukkerij van Ingen Bussum; Verslag van den toestand

der Gemeente Soerabaja. 1917-1940; Bureau van Statistiek Soerabaja. 1932.

Statistische berichten der Gemeente Soerabaja Jaarnummer 1931. „s-Gravenhage:

Martinus Nijhof.

Sejak memasuki awal abad XX jumlah penduduk di Surabaya mengalami

kenaikan setiap tahunnya, walaupun ada beberapa tahun yang mengalami

penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa semenjak Surabaya ditetapkan sebagai

gemeente kota ini lambat laun menjadi jujukan migrasi penduduk untuk

mengembangkan perekonomiannya. Bahkan dapat dilihat pada tabel 1 bahwa

komposisi penduduk di Surabaya sudah beragam etnis menandakan bahwa

Surabaya sebagai kota yang dinamis. Dalam tabel 1 diperlihatkan bahwa golongan

bumiputera merupakan golongan dengan penduduk paling banyak dikuti oleh

golongan Tionghoa, Eropa, Arab, dan Timur Asing.

Apabila dilihat pada tabel 1 memasuki awal abad XX migrasi orang

Tionghoa yang masuk ke Surabaya bertambah setiap tahunnya, meskipun ada

beberapa tahun yang menurun. Namun, penurunan jumlah penduduk Tionghoa di

Surabaya tidaklah signifikan melainkan kenaikan yang terjadi cukup besar.

Terdapat beberapa faktor kenaikan jumlah penduduk Tionghoa di Surabaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

28

Pertama, penduduk Tionghoa yang sudah lama tinggal di Surabaya telah

melakukan perkawinan dengan penduduk setempat sehingga melahirkan Tionghoa

peranakan hal ini terlihat pada jumlah kelahiran penduduk Tionghoa yang cukup

besar dibandingkan kematian.10

Kedua, jumlah kedatangan orang Tionghoa yang

berasal dari Tiongkok cukup besar dibandingkan penduduk Tionghoa yang

meninggalkan Kota Surabaya.11

Ketiga, pencatatan yang tidak cermat karena

dalam Verslag van der Toestand de Gemeente Soerabaja pada tahun-tahun awal

abad XX tidak dicantumkan jumlah kelahiran, kematian, kepergian, dan

kedatangan penduduk.

Komposisi penduduk yang cukup beragam menjadikan Kota Surabaya

sebagai kota yang dinamis dibandingkan dengan kota-kota kolonial lainnya.

Bahkan keberagaman penduduk di Surabaya juga menciptakan penduduk yang

heterogen.12

Penduduk yang heterogen ini kemudian membuat pemerintah Kota

Surabaya membagi-bagi wilayah pemukiman berdasarkan etnisnya. Pembagian

wilayah berdasarkan golongan etnis merupakan sistem apartheid yang diciptakan

oleh pemerintah kolonial.13

Pemerintah kolonial membagi dalam tiga golongan

yakni (1) golongan Eropa atau Belanda, (2) golongan Timur Asing seperti Arab,

Tionghoa, India, dan lain-lainnya, (3) golongan bumiputera.

10 Verslag van der Toestand de Gemeente Soerabaja over 1920, hlm. 8-9.

11 Ibid.

12 Purnawan Basundoro. 2009. Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang

Sejak Kolonial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak, hlm. 14.

13 Onghokham. “Etnis Cina di Indonesia: Sebuah Catatan Sejarah”, dalam

Onghokham. 2017. Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina. Depok: Komunitas

Bambu, hlm. 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

29

Sistem penggolongan berdasarkan etnis yang diciptakan pemerintah

kolonial ini bertujuan untuk mengisolasi penduduk agar tidak saling bertemu

dengan penduduk yang lain sehingga satu golongan hanya tinggal dalam satu

wilayah saja.14

Seperti contohnya penduduk Tionghoa yang hanya boleh tinggal di

Kampung Tionghoa (Pecinan) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah kolonial.

Dampak dari pengelompokkan pemukiman berdasarkan golongan ini di Surabaya

tiap-tiap golongan ditempatkan sesuai dengan spesialisasi atau pekerjaannya.

Pembagian pemukiman berdasarkan golongan etnis ini kemudian

menciptakan pemukiman-pemukiman orang Tionghoa (Chinese Kamp),

pemukiman orang Melayu (Malaische Kamp), dan pemukiman orang Arab

(Arabische Kamp).15

Pembangunan pemukiman ini berdasarkan pada peraturan

wijkenstelsel dalam Peraturan Negara tanggal 6 Juni 1866 yakni memusatkan

pemukiman orang Tionghoa dan etnis lainnya pada satu wilayah.16

Mereka

penduduk Tionghoa yang ingin keluar dari wilayahnya untuk keperluan harus

membawa surat jalan agar tidak mendapatkan hukuman.

Pemukiman penduduk Tionghoa selalu berada di wilayah perdagangan

sesuai dengan profesi mereka sebagai pedagang. Mereka lebih memilih tinggal di

wilayah yang berdekatan langsung dengan pantai utara karena dekat dengan

14 Onghokham. Op. cit., hlm. 4.

15 Purnawan Basundoro. 2012. “Penduduk dan Hubungan Antaretnis di Kota

Surabaya Pada Masa Kolonial”, dalam Paramita, Vol. 22 No. 1, hlm. 4.

16 Andjarwati Noordjanah. 2010. Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946).

Yogyakarta: Ombak, hlm. 83.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

30

pelabuhan sebagai pusat aktivitas perdagangan dan sepanjang aliran sungai.17

Perkampungan Tionghoa terletak di tepi Kali Mas di Kampung Songoyudan,

Panggung, Pabean, Slompretan, dan Bibis.18

Perkampungan Tionghoa dibelah

Gambar 1. Peta Kota Surabaya Tahun 1900

Sumber: Handinoto. 2015. Komunitas Cina dan Perkembangan Kota Surabaya

(Abad XVII Sampai Pertengahan Abad XX). Yogyakarta: Ombak, hlm. 103.

17 R.N. Bayu Aji. 2010. Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola 1915-1942.

Yogyakarta: Ombak, hlm. 32.

18 Purnawan. 2013, Op. cit., hlm. 99.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

31

oleh satu jalan dari selatan ke utara dengan nama jalan Handelstraat atau biasa

dikenal dengan Kembang Jepun19

, kemudian di timur terdapat pasar yang biasa

disebut Chineesche Breestraat dan di barat terdapat Kali Mas.20

Berbeda dengan

arsitektuk bangunan pada pemukiman biasanya, rumah-rumah penduduk

Tionghoa biasanya digabung antara toko sebagai aktivitas dagang di lantai satu

dan lantai dua sebagai tempat tinggal mereka.21

Pemukiman Tionghoa di Surabaya ini kemudian disebut sebagai Kapasan

sebagai wilayah pemukiman yang ditinggali baik oleh totok maupun peranakan.

Kampung Kapasan sendiri tidak hanya menjadi kampung dengan aktivitas

perdagangan bagi kaum Tionghoa saja melainkan juga menjadi tempat aktivitas

politik dan kebudayaan penduduk Tionghoa Surabaya.22

Perkembangan

perdagangan Tionghoa sampai pebentukan Siang Hwee dan adu politik Tionghoa

semua berawal dari Kapasan. Maka tidak mengherankan bahwa banyak aktivitas

ekonomi, politik, sosial, dan budaya Tionghoa muncul di Kapasan bahkan tokoh-

tokoh penting Tionghoa bermunculan di kampung ini.23

19 Kembang Jepun merupakan pemukiman bagi etnis Tionghoa di Surabaya.

Kembang Jepun merupakan pusat perekonomian Tionghoa dengan banyaknya pedagang

mulai dari yang kecil hingga yang menengah. Wilayah ini juga menjadi bentuk sistem

wijkenstelsel yang memisahkan pemukiman berdasarkan etnisnya. Miqdad Nidzam

Fahmi. 2017. “Kembang Jepun (Handelstraat) Sebagai Pusat Ekonomi Etnis China di

Surabaya Tahun 1906-1930”, dalam Avatara, Vol. 5 No. 1, hlm. 119.

20 Verslag van der Toestand de Gemeente Soerabaja over 1917, hlm. 222.

21 Miqdad. Op. cit., hlm. 100.

22 Siauw Giok Tjhan. 1981. Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar. Jakarta-

Amsterdam: Yayasan Teratai, hlm. 13

23 Lihat lampiran 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

32

Bagi penduduk Eropa mereka lebih cenderung untuk menempati wilayah di

pusat kota karena aktivitas mereka sebagai pegawai pemerintah dan kawasan

tengah kota merupakan kawasan elit Eropa. Kemudian pemukiman bumiputera

lebih menyebar tidak ada kawasan atau pemukiman yang menjadi

pengelompokkan kaum bumiputera. Namun, secara garis besar pemukiman-

pemukiman di Surabaya dibangun memanjang mengikuti aliran sungai, meskipun

begitu jalan darat menjadi prioritas utama bagi penduduk Surabaya.

B. Gelombang Imigran Tionghoa

Keberadaan komunitas Tionghoa di Surabaya yang begitu besar tidak dapat

dipisahkan dari gelombang migrasi yang melanda Surabaya pada akhir abad XIX

hingga awal abad XX. Gelombang migrasi Tionghoa yang begitu besar ini tidak

dapat dilepaskan dari dua faktor yang mempengaruhi mereka untuk berpindah

tempat. Faktor pertama adalah masalah politik di Tiongkok akibat kekalahan

perang dengan Jepang dan Eropa sehingga terjadi gejolak modernisasi pada sistem

pemerintahan.24

Kekacauan politik ini membuat kedua kekuatan antara kaum

modernisasi dengan kaum dinasti dari Kerajaan Manchu saling berebut kekuasaan

hingga terjadi krisis ekonomi. Faktor kedua adalah krisis ekonomi yang melanda

Hindia Belanda membuat komunitas Tionghoa yang berada di luar Jawa menjadi

24 Kwee Tek Hoay. 1969. The Origins of The Modern Chinese Movement in

Indonesia, New York: Ithaca, hlm. 1-2. Gelombang migrasi komunitas Tionghoa akibat

gejolak politik di Tiongkok tidak hanya membawa orang-orang Tionghoa ke Hindia

Belanda, namun mereka juga bermigrasi ke wilayah-wilayah di Asia Tenggara. Motivasi

mereka tetap sama yakni untuk melakukan perdagangan akibat krisis ekonomi di

Tiongkok. Lihat G. William Skinner. 1959. “Overseas Chinese in Southeast Asia”, dalam

The Annals of the American Academy Political and Social Science, Vol. 321, hlm. 138.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

33

korban pemutusan kerja.25

Hal ini berujung pada berpindahnya mereka ke tempat-

tempat yang memiliki kesempatan kerja yang besar salah satunya adalah

Surabaya.

Meskipun begitu keberadaan komunitas Tionghoa di Surabaya tidak hanya

berasal dari Tiongkok, namun terdapat komunitas Tionghoa yang telah lama

tinggal dan telah melakukan asimilasi dari perkawinan campur dengan penduduk

bumiputera.26

Hal ini disebabkan karena pada abad XV dan XVI sudah banyak

komunitas Tionghoa yang berinteraksi langsung dengan penduduk bumiputera

yang menetap di wilayah pesisir pantai sebagai pusat-pusat perdagangan.27

Mereka kemudian menetap dan menikahi perempuan-perempuan bumiputera

sehingga mereka kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat.28

Kelompok Tionghoa yang melakukan migrasi ini tidak datang dalam

gelombang yang besar melainkan secara kelompok-kelompok kecil karena

motivasi mereka adalah sebagai pedagang. Kebanyakan komunitas Tionghoa yang

melakukan migrasi adalah golongan laki-laki dan hanya sedikit jumlahnya

25 Purnawan. 2013. Op. cit., h. 43; Puspa Vasanty. “Kebudayaan Orang Tionghoa

di Indonesia”, dalam Koentjaraningrat (ed.). 2007. Manusia dan Kebudayaan di

Indonesia, Jakarta: Djambatan, hlm. 357.

26 Skinner. 1981. Op. cit., hlm. 1.

27 Denys Lombard. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah Terpadu

(Bagian II: Jaringan Asia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 69. Pembahasan lebih

lanjut mengenai Komunitas Tionghoa Surabaya serta kehidupan masyarakat Tionghoa

pada awal kedatangannya pada abad ke-XV dan ke-XVI dapat dibaca di Claudine

Salmon. 2009. “The Chinese Community of Surabaya from its Origin to the 1930s

Crisis”, dalam Chinese Southern Diaspora Studies, Vol. 3, hlm. 22-46.

28 Claudine Salmon. 1991. “The Han Family of East Java. Entrepreneurship and

Politics (18th-19

th Centuries)”, dalam Archipel, Vol. 41, hlm. 61.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

34

perempuan yang dibawa pada saat perantauan.29

Akhirnya perantau ini menikahi

perempuan-perempuan bumiputera dan telah berasimilasi dengan penduduk

setempat. Mereka sudah tidak lagi menggunakan bahasa Tiongkok dan tidak lagi

menggunakan kebudayaan Tiongkok. Kelompok inilah yang kemudian disebut

sebagai golongan peranakan yang berasal dari kata anak atau beranak yakni

perkawinan campur antara orang Tionghoa dari garis keturunan laki-laki dengan

orang bumiputera dari garis keturunan perempuan, maka anak yang dilahirkan

disebut sebagai peranakan.30

Berbeda dengan gelombang migrasi komunitas Tionghoa pada akhir abad

XIX hingga abad XX yang dalam kelompok yang besar dan disertai perempuan

Tionghoa sehingga tidak berasimilasi dengan masyarakat bumiputera.31

Kelompok ini cenderung kurang cepat membaur dan tetap mempertahankan adat

kebiasaan mereka dari Tiongkok sehingga mereka tidak melakukan asimilasi

terutama karena tidak terjadi perkawinan campur.32

Mereka melakukan

perkawinan dengan sesama kelompok Tionghoa karena mereka juga ikut dalam

29 Puspa. Op. cit., hlm. 355; Leo Suryadinata. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa.

Jakarta: Grafiti Pres, hlm. 86.

30 Lea E. Williams. 1960. Overseas Chinese Nationalism: The Genesis of The

Pan-Chinese Movement in Indonesia 1900-1916. Massachusetts: The Massachusets

Institute of Technology, hlm. 11.

31 Leo. Op. cit., hlm. 90.

32 Lombard. Op. cit., hlm. 70.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

35

imigrasi. Kelompok ini kemudian disebut sebagai totok atau juga disebut sebagai

singkehs atau sinkehs yang artinya adalah tamu baru.33

Gelombang imigran Tionghoa pada abad XX merupakan gelombang

imigran yang cukup besar dibandingkan pada abad sebelumnya.34

Pada abad XIX

jumlah penduduk Tionghoa kurang lebih 150.000 orang, kemudian pada tahun

1900 jumlahnya meningkat 280.000 orang, dan terjadi kenaikan pula pada tahun

1930 ketika terjadi sensus penduduk di Hindia Belanda.35

Kenaikan jumlah

penduduk Tionghoa rata-rata 4,3% setiap tahunnya selama tahun 1920-1930 di

Jawa dan Madura. Maka dapat dilihat pada tabel 1 bahwa jumlah penduduk

Tionghoa di Surabaya saja setiap tahunnya naik 1-2% setiap tahunnya. Jumlah

kenaikan penduduk Tionghoa juga disebabkan karena faktor kelahiran yang begitu

33 Williams. Op. cit., hlm. 10.

34 Pertumbuhan penduduk Tionghoa di Hindia Belanda pada akhir abad ke-XIX

hingga awal abad ke-XX tidak dapat dilepaskan dari kebijakan perusahaan-perusahaan

swasta dengan dibantu oleh pemrintah mendatangkan kuli-kuli Tionghoa dari luar negeri.

Mereka didatangkan dari Singapura, Hongkong, Kanton, dan wilayah-wilayah lain di

daratan Tiongkok. Mereka diambil dengan cara dipaksa, ditipu, bahkan dieksploitasi

mengingat ketika itu banyak dari orang Tionghoa pekerjaan dengan pendapatan yang

cukup besar karena kemelaratan negeri itu. Kuli-kuli Tionghoa ini didatangkan dalam

jumlah yang besar karena bagi orang Eropa kuli-kuli Tionghoa merupakan pekerja yang

murah. Mereka dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik perusahaan swasta.

Pramoedya Ananta Toer. 1998. Hoakiau di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya, hlm. 232-

233.

35 Volkstelling 1930 Deel VII: Chineezen en Andere Vreemde Oosterlingen in

Nederlandsche-Indië. 1935. Batavia: Departement van Ecomonische Zaken, hlm. 3.

Sensus penduduk Hindia Belanda yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda,

namun secara perhitungan masih kurang cermat karena terjadi perbedaan dengan laporan

jumlah penduduk di tiap kota atau karesidenan yang dikeluarkan oleh pemerintah

setempat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

36

besar dari keluarga Tionghoa sehingga membuat jumlah penduduk Tionghoa yang

masih muda lebih besar dibandingkan generasi yang sudah tua.36

Kedatangan komunitas Tionghoa di Surabaya tidak hanya berasal dari satu

tempat di Tiongkok, namun mereka berasal dari wilayah yang berbeda-beda

dengan budaya yang berbeda-beda. Komunitas Tionghoa ini berasal dari

Tiongkok Selatan di dua provinsi yakni Fukien dan Kwantung.37

Dari Provinsi

Fukien terdapat suku Hokkian sedangkan dari Provinsi Kwantung terdapat suku

Hakka, Teociu, dan Kwangfu. Suku-suku ini memiliki kebudayaan dan

spesialisasi yang berbeda-beda sesuai dengan kelebihan masing-masing golongan.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Tionghoa Surabaya Berdasarkan Suku Bangsa

Tahun 1930

Suku Bangsa Jumlah Prosentase

Hokkian 19.747 61,97

Hakka 1.391 4,37

Teociu 2.399 7,53

Kwangfu/Canton 5.622 17,64

Lain-lain 2.707 8,49

Jumlah 31.866 100,0

Sumber: Volkstelling 1930 Deel VII: Chineezen en Andere Vreemde Oosterlingen

in Nederlandsche-Indië. 1935. Batavia: Departement van Ecomonische Zaken,

hlm. 91-93.

Melalui data pada tabel 2 dapat dilihat bahwa suku Hokkian merupakan

suku yang paling banyak penduduknya di Surabaya dibandingkan dengan suku-

suku lainnya. Hampir setengah dari jumlah penduduk Tionghoa di Surabaya

berasal dari Hokkian karena juga pengaruh kedatangan mereka yang cukup besar

36 Ibid., hlm. 4.

37 Ibid., hlm. 86-87.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

37

pada abad XIX.38

Suku Hokkian memiliki sifat dagang yang kuat sesuai dengan

kebudayaan yang dimiliki oleh orang-orang Hokkian sehingga tidak

mengherankan bahwa orang-orang Hokkian dikenal sebagai pedagang yang ulet.39

Hal ini membuat mereka lebih cenderung memilih kota-kota besar yang maju

dalam perdagangannya seperti Surabaya untuk ditinggali.

Provinsi Kwangtung yang bersebelahan dengan Fukien didiami oleh dua

suku bangsa yakni orang Hakka dan orang Teociu.40

Sifat geografis yang didiami

oleh orang Hakka merupakan wilayah pegunungan kapur yang tandus sehingga

membuat mereka pergi meninggalkan wilayahnya untuk mencari peruntungan

ekonomi.41

Sedangkan orang Teociu memiliki keahlian di bidang pertanian dan

perkebunan.42

Orang Hakka dan Teociu lebih banyak mendiami wilayah di luar

Pulau Jawa untuk mencari peruntungan ekonominya seperti orang Hakka di

Kalimantan dan orang Teociu di Sumatera.43

Sama seperti orang Hakka dan

Teociu orang Kwangfu atau biasa disebut sebagai orang Canton juga biasa

mendiami wilayah di luar Jawa seperti di Bangka sebagai penambang.44

38 Anjarwati, Op. cit., hlm. 41.

39 Skinner. 1981, Op. cit., hlm. 7.

40 Volkstelling 1930 Deel VII: Chineezen en Andere Vreemde Oosterlingen in

Nederlandsche-Indië, hlm. 87.

41 Anjarwati, Op. cit., hlm. 42.

42 Skinner. 1981, Loc. cit.

43 Ibid.

44 Volkstelling 1930 Deel VII: Chineezen en Andere Vreemde Oosterlingen in

Nederlandsche-Indië, hlm. 88.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

38

Meskipun pada awalnya orang-orang dari Hakka, Teociu, dan Kwangfu

mendiami wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa karena kota-kota perdagangan telah

didiami oleh orang Hokkian, namun pada tahun 1930-an mereka menyerbu

Surabaya seperti yang terlihat pada tabel 2. Hal ini disebabkan karena faktor krisis

ekonomi yang melanda wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa membuat mereka

diputus kontrak kerjanya. Akibatnya mereka bermigrasi ke Surabaya yang saat itu

berkembang perekomian industrinya sehingga membuka lapangan pekerjaan yang

baru membuat mereka beralih profesi menjadi pedagang atau menjadi buruh-

buruh industri.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Tionghoa di Surabaya Menurut Tempat Kelahirannya

Berdasarkan Klasifikasi Umur Tahun 1930

Kelompok Umur Lahir di Hindia

Belanda

Lahir di Luar

Hindia Belanda

Total

0-14 tahun 4.660 3.928 8.588

15-19 tahun 1.602 1.455 3.057

20-49 tahun 5.757 9.236 14.993

50 tahun ke atas 1.200 796 1.996

Usia tidak

diketahui

3.747 3.820 7.567

Total 16.966 19.235 36.201

Sumber: Volkstelling 1930 Deel VII: Chineezen en Andere Vreemde Oosterlingen

in Nederlandsche-Indië. 1935. Batavia: Departement van Ecomonische Zaken,

hlm. 202-203.

Masuknya golongan Tionghoa totok ke Surabaya pada awal abad XX

menimbulkan beberapa permasalahan terutama dengan golongan Tionghoa

peranakan. Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa golongan yang lahir di luar Hindia

Belanda pada kelompok umur 20-49 tahun lebih banyak dari pada yang lahir di

Hindia Belanda. Sebagian dari imigran Tionghoa ini berasal dari golongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

39

terpelajar dan pernah menjadi anggota perkumpulan politik di Tiongkok.45

Hal ini

menjadi bukti bahwa golongan totok memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap

golongan peranakan pada komunitas Tionghoa. Golongan totok yang sejak awal

tidak ingin berintegrasi dengan kebudayaan bumiputera dan membawa pengaruh

revolusioner nasionalisme Tiongkok membawa perubahan sosial dan ekonomi

bagi komunitas Tionghoa.46

Hal ini menimbulkan kompleksitas dengan golongan

peranakan yang sebelumnya mereka sudah berintegrasi dengan bumiputera dan

sudah tidak memiliki pengaruh lagi dengan tempat asal mereka yakni Tiongkok.

Golongan Tionghoa peranakan pada umunya berorientasi dengan

kebudayaan bumiputera atau tempat di mana mereka lahir karena bagi mereka

orientasi kepada negeri leluhurnya sudah tidak relevan lagi.47

Kedua paham yang

berbeda antara totok dengan peranakan ini pun sulit untuk dipersatukan karena

perbedaan kebudayaan dan identitas yang sudah mengakar kuat pada diri masing-

masing golongan. Pengaruh orang totok yang menganggap memiliki kebudayaan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan peranakan cukup menyita perhatian seperti

yang tertulis dalam surat kabar Pewarta Soerabaia, “Pranakan Tionghoa haroes

bersoekoer, iapoenja perhoeboengan dengen bangsanja dari Tiongkok tiada ada

sebraba djelek, kaloe tiada bisa dibilang masi baek dan bisa diharep aken bisa

45 Shinta Devi Ika Santhi Rahayu. 2010. “Pendidikan Etnis Tionghoa di Surabaya

Pada Pertengahan Abad ke-19 hingga Abad ke-20”. Tesis. Yogyakarta: Program Studi

Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, unpublished, hlm. 59.

46 Andi Achdian. 2017. “Kaum Pergerakan dan Politik Kota: Perkembangan

Politik Kewargaan di Kota Kolonial Surabaya 1906-1942”. Disertasi. Depok: Program

Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, unpublished,

hlm. 77.

47 Leo. Op. cit., hlm. 93-94.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

40

bertamba kekal.”48

Pengaruh kebudayaan diantara kedua golongan ini

memberikan perbedaan dalam hal pemahaman mereka terhadap orientasi

identitasnya sebagai orang Tionghoa. Orang totok bersikukuh mempertahankan

kebudayaan Tiongkok yang masih asli, sedangkan orang peranakan yang sudah

lama tinggal di Hindia Belanda lebih lama dari orang totok sudah bercampur

dengan budaya bumiputera. Akibatnya segala aktivitas sosial, politik, dan

ekonomi diantara kedua golongan ini akan dipengaruhi dari masing-masing

orientasi.

C. Aktivitas Komunitas Tionghoa

Perbedaan golongan antara totok dan peranakan memiliki pengaruh yang

cukup besar dalam komunitas Tionghoa di Surabaya. Apalagi memasuki abad XX

dengan berkembangnya nasionalisme Tionghoa dan pengaruh Politik Etis di

Hindia Belanda memberikan dampak pada perdagangan, pendidikan, dan surat

kabar. Ketiga elemen inilah yang juga memberikan pengaruh pada semangat

nasionalisme Tionghoa yang berkembang di Hindia Belanda. Pengaruh

nasionalisme Tionghoa ini kemudian berbenturan dengan kelompok yang sudah

meninggalkan budaya Tionghoanya dan lebih berasimilasi dengan budaya

setempat.

1. Perdagangan

Sejak awal mula profesi komunitas Tionghoa dikenal sebagai pedagang

baik itu pedagang kecil maupun menengah. Bahkan keahlian komunitas Tionghoa

48 “Totok dan Pranakan”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 27 Mei 1931, hlm. 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

41

dalam berdagang telah dimanfaatkan oleh orang-orang Eropa sebagai pedagang

perantara antara orang Eropa dengan bumiputera. Meskipun komunitas Tionghoa

dikenal sebagai pedagang, namun komunitas Tionghoa di Surabaya memiliki

profesi yang cukup beragam tidak hanya sebagai pedagang saja. Hal ini

disebabkan karena faktor terbukanya lapangan pekerjaan yang luas dan

beragamnya suku bangsa Tionghoa yang menetap di Surabaya.

Sebelumnya pada abad XVIII dan abad XIX sudah ada orang-orang

Tionghoa di Surabaya yang telah menjalankan bisnis perdagangan mereka.

Menurut studi dari Claudine Salmon terdapat tiga keluarga Tionghoa yakni

keluarga Han, Tjoa, dan The yang merupakan keluarga yang memiliki kekuatan

ekonomi yang cukup berpengaruh di Surabaya pada masa itu.49

Mereka

menjalankan bisnis perdagangan ekspor-impor gula, kopi, dan beras dan bahkan

mereka memiliki pabrik-pabrik industri yang mereka jalankan sendiri.50

Hal ini

menjadi salah satu contoh bahwa keberadaan orang Tionghoa di Surabaya dalam

bidang perdangangan sudah memiliki peranan yang cukup besar dan berpengaruh

pada ekonomi Hindia Belanda.

Tabel 4. Jenis-Jenis Pekerjaan Komunitas Tionghoa di Surabaya

Tahun 1930 (Sic!)

No. Jenis Pekerjaan Lahir di Hindia

Belanda

Lahir di Luar

Hindia Belanda

Total

A. Produksi barang mentah 134 15 150

B. Industri dan kerajinan: 883 3.350 4.279

1. Industri makanan 327 618 956

49 Salmon. 2009. Op. cit., hlm. 26. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

pengaruh ekonomi keluarga Han di Surabaya dapat membaca Claudine Salmon. 1991.

“The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th-19

th Centuries)”,

dalam Archipel, Vol. 41.

50 Ibid., hlm. 43.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

42

No. Jenis Pekerjaan Lahir di Hindia

Belanda

Lahir di Luar

Hindia Belanda

Total

2. Pengolahan kayu 71 210 282

3. Pengrajin kayu dan

bambu

117 1.637 1.771

4. Penjahit 89 610 708

C. Transportasi: 313 119 439

Transportasi umum 199 79 282

D. Perdagangan: 2.540 5.561 8.190

1. Makanan 321 1.589 1.930

2. Tekstil 244 1.085 1.380

3. Pengangkutan 178 99 279

4. Pedagang aneka macam 895 241 3.141

5. Pedagang perantara besar 460 136 598

6. Perkreditan 147 24 174

D. Usaha bebas: 214 240 459

Seniman dan penulis 73 85 161

E. Pelayanan umum 88 23 115

F. Lain-lain 334 494 834

Total 7.627 16.215 26.128

Sumber: Volkstelling 1930 Deel VII: Chineezen en Andere Vreemde Oosterlingen

in Nederlandsche-Indië. 1935. Batavia: Departement van Ecomonische Zaken,

hlm. 362.

Lewat tabel 4 dapat dilihat bahwa profesi sebagai pedagang merupakan

profesi yang paling banyak diminati oleh komunitas Tionghoa sebanyak 8.190

orang. Hal ini menjadi bukti adanya keterkaitan antara Kota Surabaya sebagai

kota perdagangan menjadi tujuan utama migrasi orang Tionghoa. Pedagang

Tionghoa kebanyakan didominasi oleh orang Tionghoa yang lahir di Hindia

Belanda ketimbang mereka yang lahir di Tiongkok. Hal ini dapat dibuktikan

melalui tabel 3 yang merujuk pada keberadaan orang Tionghoa yang lahir di

Hindia Belanda lebih besar dibandingkan dengan orang Tionghoa yang lahir di

luar Hindia Belanda. Orang Tionghoa yang lahir di luar Hindia Belanda ini

didominasi oleh kelompok Hokkian yang memiliki kepandaian pada perdagangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

43

Pengaruh perdagangan pada komunitas Tionghoa akibat perbedaan

kelompok antara totok dan peranakan baru muncul pada akhir abad XIX

memasuki awal abad XX. Menurut studi dari Claudine Salmon terdapat pendatang

baru yang sebagian besar orang totok yang mendirikan perusahaan komersial di

daerah Pecinan Surabaya seperti Go Hwoo Swie, Tjan Tiauw Tjwan, Tan Tjoen

Goan, dan Djie Hong Swie.51

Hampir semua perusahaan-perusahaan komersil

baru yang didirikan oleh orang totok ini bergerak pada kegiatan bisnis ekspor-

impor dalam skala yang cukup besar. Hal ini kemudian membuat kegiatan para

totok ini mengambil alih kegiatan orang-orang peranakan di Surabaya

sebelumnya. Bahkan kelompok Tionghoa totok mendirikan Tiong Hwa Siang

Hwee52

pada tahun 1906 yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

perdagangan seperti aksi boikot pada Handelsvereeniging Amsterdam53

pada

1902-1904 dan 1908 dan aksi boikot Jepang pada tahun 1930-an.

Para pedagang Tionghoa yang lahir di luar Hindia Belanda atau orang-

orang totok ini cukup berbeda dengan orang-orang Tionghoa peranakan

sebelumnya yang tinggal di Surabaya. Mereka tidak serta merta datang untuk

berdagang saja, namun mereka juga membawa semangat revolusioner Tiongkok

dan ingin mempertahankan identitas Tionghoa mereka. Keberadaan Tiong Hwa

51 Ibid., hlm. 49-50.

52 Tiong Hwa Siang Hwee= Kamar Dagang Tionghoa.

53 Aksi boikot terhadap perusahaan Belanda Handelsvereeniging Amsterdam yang

dilakukan oleh Tiong Hwa Siang Hwee sebanyak dua kali pada tahun 1902-1904 dan

1908 dapat dibaca pada Alexander Claver. 2014. Dutch Commerce and Chinese

Merchants in Java: Colonial Relationships in Trade and Finance, 1800-1942. Leiden:

KITLV, hlm. 189-239.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

44

Siang Hwee tidak dapat dilepaskan pada peraturan resmi yang dikeluarkan pada

Januari 1904 di Tiongkok untuk dibentuk sebuah Kamar Dagang di seluruh

wilayah Kekaisaran.54

Tidak lama kemudian di beberapa kota-kota perdagangan

yang terdapat komunitas Tionghoa didirikan kamar dagang Tionghoa.

Siang Hwee Surabaya didirikan pada tahun 1906 oleh sekelompok

pedagang yakni Ong Tjien Hong, Tio Tjee An, dan Lie Siong Hwie.55

Tujuan dari

pendirian Siang Hwee Surabaya sama seperti pendirian Siang Hwee pada

umumnya di kota-kota lainnya yakni memudahkan pedagang Tionghoa dalam

berurusan dengan perdagangan baik ekspor maupun impor. Para pendiri Siang

Hwee Surabaya merupakan orang-orang totok yang juga membawa semangat

revolusioner Tiongkok. Akibatnya lambat laun Siang Hwee menjadi hampir

eksklusif karena begitu dominannya kelompok totok dan berujung pada

kesenjangan dengan kelompok peranakan.

Keberadaan Siang Hwee ini tidak serta merta berurusan dengan

permasalahan perdagangan saja, namun juga memiliki kepentingan-kepentingan

lainnya yang bersifat politik.56

Para pedagang totok yang bergabung dalam Siang

Hwee ingin memiliki tujuan untuk memurnikan kembali kebudayaan Tionghoa

yang sebelumnya pudar oleh kelompok peranakan. Salah satu cara untuk

54 Yerry Wirawan. 2013. Sejarah Masyarakat Tionghoa Makassar Dari Abad ke-

17 Hingga ke-20. Jakarta: KPG, hlm. 146.

55 Salmon. 2009. Op. cit., hlm. 53.

56 Claver. Op. cit., hlm. 197.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

45

menumbuhkan semangat kebudayaan Tionghoa adalah dengan menyokong

finansial kelompok Tiong Hwa Hwe Koan.57

2. Pendidikan

Gelombang migrasi orang Tionghoa totok ke Surabaya juga memberikan

pengaruh pada sikap nasionalisme terhadap negeri Tiongkok. Pada awal abad XX

negeri Tiongkok sedang bergejolak nasionalisme dan gerakan Pan-Asianisme.

Apalagi dengan keberadaan peranakan yang sudah tidak lagi menggunakan

kebudayaan Tionghoa, malahan mereka lebih menggunakan kebudayaan

bumiputera membuat beberapa orang totok menyerukan untuk menanamkan

kembali kebudayaan asli Tionghoa. Hal ini memicu Phoa Keng Hek58

mendirikan

sebuah organisasi untuk mengajarkan kembali kebudayaan Tionghoa:

Dari sebab keringat, yang di antara kita, orang-orang Cina di sini, ada banyak

sekali yang belum mengenal pada Khong Hoe Tjoe (Konghucu) punya pengajaran

atau petuah yang amat baik dan berfaedah besar, maka kita, dua puluh orang, sudah

mufakat sama-sama dan mendirikan di sini satu perkumpulan yang bernama

“Tiong Hoa Hwee Koan”.59

Ide pendirian Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) ini berawal dari ajaran

Konfusianisme atau Konghucu yang merupakan dasar ajaran utama dari

kebudayaan Tionghoa yang ingin ditanamkan pada orang-orang peranakan.60

57 Williams. Op. cit., hlm. 101.

58 Phoa Keng Hek merupakan presiden pertama THHK pada tahun 1900 hingga

1923.

59 Phoa Keng Hek. “Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa Cina (1900)”, dalam

Leo Suryadinata (ed.). 2005. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002.

Jakarta: LP3ES, hlm. 23.

60 Williams. Op. cit., hlm. 69.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

46

Faktor orang peranakan yang sudah meninggalkan kebudayaan Tionghoa dan

beralih ke kebudayaan lokal di mana mereka tinggal membuat orang Tionghoa

makin sirna dari tempat migrasi mereka. Faktor Pan-Asianisme yang berkembang

pada akhir abad XIX dan awal abad XX juga turut menyumbang apalagi

keberadaan Jepang yang saat itu berhasil dengan Restorasi Meijinya.

Pendirian THHK ini sendiri memiliki tujuan untuk mempromosikan

Konfusianisme dan budaya Tionghoa dengan mendirikan sekolah-sekolah yang

berbahasa pengantar Tionghoa dan sebagai sebuah kekuatan untuk memupuk

nasionalisme Tionghoa.61

Maka tidak mengherankan bahwa THHK yang

didukung Kuo Min Tang juga mengajarkan tentang perpolitikan Tionghoa.62

Perkumpulan THHK di Surabaya berdiri pada tahun 1902 dan diresmikan pada 12

Mei 1904 dengan nama Ho Tjiong Hak Kwan atau Ho Tjiong Hak Tong.63

Anggaran dasarnya adalah mengumpulkan dana guna mendirikan sekolah-sekolah

yang mendidik orang Tionghoa di Hindia Belanda.

Sekolah THHK pertama dibangun di Batavia pada 17 Maret 1901

kemudian berkembang ke beberapa tempat di seluruh Hindia Belanda baik di

Jawa maupun di luar Jawa.64

Sekolah THHK di Surabaya sendiri berdiri pada 5

November 1903 di Keputran yang diprakarsai oleh Liem Sioe Tien, Phoa Lian

61 Leo Suryadinata. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta:

PT Gramedia, hlm. 7; Lihat Juga Lim Boen King. “Apa Tanda Kita Bangsa Tionghoa”,

Pewarta Soerabaia pada Senin, 28 Desember 1931, hlm. 1.

62 Harry A. Poeze (ed.). 1988. Politiek-Politioneele Overzichten van

Nederlandsch-Indië Deel III 1931-1934. Dordrecht: Foris Publications, hlm. 14.

63 Shinta. Op. cit., hlm. 223.

64 Williams. Op. cit., 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

47

Tjing, Kwee Lian Phik, dan Go Khing Liang, Pek Kie Goe, Njoo Bian Tjhiang,

Han Siek Khwan, Kwee Lian Tik, Kwee Lian Sie, Oei Swan Tie, Tan Kiem Liem,

Tan Tjhwan Sioe, Tio Sik Giok, Tio Tjee An, Yap Liang Seng, dan Tan Ping An

di daerah Keputran dengan nama Ho Tjiong Hak Kwan.65

Kemudian 3 Februari

1904 dibuka satu cabang di Tepekong Straat bernama Tiong Hoa Hak Tong

(THHT).66

Perkembangan sekolah THHT di Surabaya kebanyakan berasal dari

Hokkian dan orang-orang totok karena kebanyakan suku inilah yang tinggal di

Surabaya.

Model pendidikan THHT meniru model pendidikan di Jepang yang

dianggap berhasil dalam Restorasi Meiji pada akhir abad XIX dan awal abad XX.

Hal ini disebabkan karena Tiongkok saat itu ingin gencar-gencarnya ingin meniru

Jepang yang lebih membuka diri pada ilmu pengetahuan barat. Maka THHT

dalam pengajarannya lebih menekankan pada kebudayaan Tionghoa sebagai

identitas mereka karena semua berakar pada ajaran Konfusianisme dan diajarkan

secara modern.67

Bagi mereka dalam menanamkan kebudayaan Tionghoa cukup

penting karena perhatian ini sudah lama hilang dan digantikan oleh kebudayaan

barat sehingga sangat jarang sekali orang Tionghoa berbicara menggunakan

65 Ong Hing Aan. 1953. Buku Peringatan Hari Ulang Tahun ke-50 THHK

Surabaya 1903-1953. Surabaya: THHK, hlm. 12; Bagus Johansyah. 2013. “Tiong Hoa

Hwe Koan (THHK) Surabaya 1903-1942”, dalan Avatara, Vol. 1 No. 1, hlm. 119;

Handinoto. 2015. Komunitas Cina dan Perkembangan Surabaya (Abad XVII Sampai

Pertengahan Abad XX). Yogyakarta: Ombak, hlm. 122-123; Claudine Salmon. 2009. Op.

cit. hlm. 50-51.

66 Shinta. Op. cit., hlm. 227-228.

67 Mona Lohanda. 2002. Growing Pains: The Chinese and The Dutch in Colonial

Java 1890-1942. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka., hlm. 52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

48

bahasa Mandarin.68

Ketika K‟ang Yu Wei salah satu pemimpin reformis Tiongkok

datang ke Surabaya memicu orang Tionghoa untuk memasukkan anak-anaknya ke

THHT.69

Orang Tionghoa terutama dari kelompok peranakan yang lebih dulu tinggal

di Hindia Belanda sudah jarang bahkan sudah tidak lagi menggunakan bahasa

Tionghoa atau Mandarin, mereka lebih menggunakan bahasa bumiputera untuk

berkomunikasi.70

Hal ini membuat sekolah-sekolah THHT lebih menekankan

pada bahasa pengantar Mandarin karena ini menjadi identitas atau bahasa nasional

Tiongkok.71

Bahkan apabila sekolah-sekolah Hindia Belanda yang dimasuki oleh

anak-anak opsir Tionghoa pun mereka tidak diajarkan bahasa Mandarin

melainkan bahasa Belanda. Sedangkan THHT menolak bahasa Belanda diajarkan

di sekolah-sekolah mereka sebagai bentuk penolakan terhadap pemerintah

Belanda.

Hal ini cukup menarik bahwa sekolah-sekolah THHT meskipun tidak

mengajarkan bahasa Belanda pada kurikulumnya, namun mereka mengajarkan

anak-anak Tionghoa menggunakan bahasa Inggris sebagai salah satu kebudayaan

barat. Bagi orang Tionghoa mempelajari bahasa Inggris merupakan hal yang

utama karena bahasa tersebut digunakan secara internasional sehingga dapat

68 “Chinese Studies”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 12 Mei 1931, hlm. 1.

69 Shinta. Op. cit., hlm. 229.

70 Nio Joe Lan. 1960. Peradaban Tionghoa Selajang Pandang. Jakarta: Keng Po,

hlm. 15.

71 Williams. Op. cit., hlm. 69.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

49

membantu orang Tionghoa dalam perdagangan internasional.72

Seorang yang

bernama Lim Boen King presiden dari Universitas Amoy menulis dalam surat

kabar Pewarta Soerabai:

Sebagi orang Tionghoa djika kita beladjar Inggris di hadepan orang Inggris, tida

membikin orang Inggris djadi indahken kita, hanja sebaliknja jalah khwa-emkhi

(pandeng seblah mata)! Sebagi seorang Tionghoa djika kita bitjara Blanda di

hadepan orang Blanda, djoega tida membikin itoe orang Blanda djadi indahken

kita, hanja sebaliknja jalah tertawa dalem hatinja sambil kitjerken matanja seblah!

Biar bagaimana bertreak setinggi langit aken angkat deradjat kebangsaan kita,

apabila lebih doeloe soeda boeang bahasanja sendiri, tida hargaken bahasanja

sendiri achirnja poen tida bedah dengen maoe tangkep ikan di atas poehoen!73

Bahkan alasan THHT tidak mempelajari bahasa Belanda juga disebabkan karena

mereka kecewa dengan posisi politik orang Tionghoa di Hindia Belanda yang

selalu direndahkan.74

Keberadaan THHT ini makin lama makin membuat pemerintah Hindia

Belanda khawatir dengan semangat nasionalismenya dapat membakar semangat

bumiputera. Maka pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah pula khusus

bagi orang-orang Tionghoa yang bernama Hollandsche Chineesche School (HCS)

pada 1908.75

Pendirian HCS ini menjadi saingan dari sekolah THHT karena

sekolah ini mengajarkan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya dan tidak

mengajarkan bahasa Mandarin. Maka pemerintah Hindia Belanda kemudian

mendirikan HCS di berbagai tempat di Hindia Belanda untuk mencegah

berkembangnya paham nasionalisme Tionghoa.

72 Mona. Op. cit., hlm. 53.

73 Lim Boen King. “Apa Tanda Kita Bangsa Tionghoa”, Pewarta Soerabaia pada

Senin, 28 Desember 1931, hlm. 1.

74 Williams. Op. cit., hlm. 71.

75 Mona. Op. cit., hlm. 54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

50

HCS di Surabaya didirikan pada 1 Juli 1908 didirikan di Jalan Genteng

cukup jauh dari perkampungan Tionghoa. Pendirian HCS ini cukup

mempengaruhi keberadaan THHT karena faktor kurikulum yang diajarkannya

berbeda. Orang-orang peranakan menganggap sekolah-sekolah THHT tidak

relevan bagi anak-anak Tionghoa karena mereka menganggap bahwa pelajaran

bahasa Mandarin dan bahasa Inggris tidak akan pernah dipakai di Hindia Belanda.

Permasalahan kurikulum antara THHT dengan HCS ini menimbulkan perdebatan

antara totok dan peranakan seperti yang tercantum dalam surat kabar Pewarta

Soerabaia ini:

Sabenernja kaloe diliat dengen seklebatan, bahasa Blanda boeat ini waktoe

memang ada lebih berfaedah dari bahasa Inggris dalem bebrapa soeal jang

mengenaken pengidoepan di sini, tapi kita poen tida bisa poengkir, bahasa Inggris

soeda djadi satoe bahasa doenia, ia ada mempoenjai kapentingan besar.

Begitoepoen, boeat tjari pengataoean-pengataoean jang lebih loeas, perloe orang

mempoenjai pengetaoean bahasa Inggris, biarpoen berhoeboeng dengen oeroesan

economie atawa apa sadja.76

Perdebatan inilah yang kemudian memicu persaingan pendidikan antara

THHT dengan HCS diantara komunitas Tionghoa. Satu sisi THHT menginginkan

kembalinya kebudayaan Tionghoa dengan ajaran Konfusianisme ditanamkan

kembali pada kelompok peranakan, namun pada sisi yang lain kelompok

peranakan lebih menginginkan pendidikan seperti di HCS dengan bahasa Belanda

supaya disejajarkan golongannya. Maka dalam studi Leo Suryadinata yang

menggunakan survei Tiansheng Ribao menunjukkan bahwa kelompok totok lebih

memilih menyekolahkan anak-anaknya di THHT yang menggunakan bahasa

76 “Keada‟an T.H.H.K.”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 14 Mei 1930, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

51

pengantar Tionghoa, sedangkan kelompok peranakan lebih memilih HCS yang

menggunakan bahasa pengantar Belanda.77

3. Surat Kabar

Salah satu media untuk membangkitkan semangat nasionalisme Tiongkok

kepada kelompok Tionghoa secara meluas adalah dengan menggunakan surat

kabar. Hal ini disebabkan karena surat kabar merupakan media yang paling efektif

dalam sistem komunikasi yang terbuka untuk menyampaikan gagasan-gagasan

mengenai pentingnya nasionalisme bagi komunitas Tionghoa. Seperti yang

dikatakan Anderson bahwa munculnya kapitalisme cetak dapat memberikan

dampak yang begitu besar dalam memberikan kabar secara luas tanpa bertemu

langsung. Hal inilah yang ingin dicapai oleh perkembangan surat kabar Tionghoa

yang mulai berkembang pada awal abad XX.

Pada awal abad XX perkembangan surat kabar Tionghoa-Melayu

dimanfaatkan sebagai bisnis bagi para pedagang Tionghoa. Pada awalnya surat

kabar Tionghoa digunakan sebagai media iklan-iklan perdagangan milik Tionghoa

sehingga yang membacanya dapat menarik pembeli. Namun, perkembangan

nasionalisme Tiongkok membuat surat kabar Tionghoa tidak hanya berhenti pada

iklan-iklan perdagangan tetapi justru dapat membentuk opini publik.

Ketidakpuasan orang Tionghoa terhadap pemerintah Hindia Belanda yang

77 Leo. 1988. Op. cit., hlm. 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

52

merugikan perekonomian pedagang Tionghoa dikabarkan melalui surat kabar.78

Dari sinilah muncul kesadaran nasionalisme Tionghoa yang diperjuangkan lewat

surat kabar.

Perkembangan surat kabar Tionghoa tidak dapat dilepaskan dari kaum

nasionalis Tionghoa dari kalangan THHK. Hal ini disebabkan karena melalui

perkumpulan inilah satu-satunya cara mengembangkan ideologi nasionalisme

Tiongkok. Maka pada abad XX surat kabar Tionghoa mencerminkan suatu

perwujudan kesadaran kelompok nasionalis yang ingin sama-sama dirintis oleh

THHK yakni menanamkan kebudayaan Tionghoa. Hal ini bertepatan dengan

perkembangan di Tiongkok pada akhir abad XIX dan awal abad XX

memunculkan usaha percetakan yang dimiliki sendiri oleh orang Tionghoa.79

Pada waktu itu berkembang gerakan pan-Tionghoa di mana komunitas

Tionghoa mulai menyadari pentingnya posisi mereka di Hindia Belanda karena

sistem diskriminatif pemerintah.80

Gerakan inilah yang pada awalnya dirintis oleh

kelompok totok yang menginginkan modernisasi sesuai dengan semangat

revolusioner Tiongkok.81

Maka secara perlahan-lahan surat kabar Tionghoa tidak

hanya menjadi wadah iklan dagang Tionghoa saja melainkan mengabarkan

peristiwa-peristiwa di Tiongkok, kebudayaan-kebudayaan Tiongkok, sastra

Tiongkok, bahkan orang Tionghoa sudah mulai bekerja sebagai wartawan.

78 Ahmat Adam. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran

Keindonesiaan, Jakarta: Hasta Mitra, hlm. 301-304.

79 Leo. 1988. Op. cit., hlm. 76.

80 Ibid., hlm. 77.

81 Skinner. 1981, Op. cit., hlm. 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

53

Pada awal perkembangannya surat kabar Tionghoa dipimpin oleh redaktur

yang berasal dari Indo-Belanda karena untuk melegalkan perkembangan pendirian

surat kabar ini, namun apabila sudah dapat berdiri secara mandiri maka akan

diambil alih secara penuh oleh orang Tionghoa.82

Terkait dengan masalah bahasa

surat kabar Tionghoa lebih menggunakan bahasa Melayu karena saat itu belum

banyak yang bisa menggunakan bahasa Mandarin dan bahasa Belanda hanya

dikuasai oleh kaum terpelajar. Hal ini dimaksudkan agar tulisan-tulisan dalam

surat kabar dapat tersampaikan kepada masyarakat luas terutama kelompok

peranakan maka disebut surat kabar Tionghoa-Melayu. Meskipun demikian pada

perkembangan selanjutnya juga terdapat surat kabar berbahasa Mandarin.

Pada awal abad XX muncul surat kabar Li Po (1901) di Sukabumi sebagai

pelopor berkembangnya surat kabar Tionghoa-Melayu, kemudian muncul

Pewarta Soerabaia (Surabaya, 1902), Warna Warta (Semarang, 1902), Chabar

Perniagaan (Batavia, 1903), Ik Po (Surakarta, 1904), Djawa Tengah (Semarang,

1909), Sin Po (Batavia, 1910), Tjahaja Timoer (Malang, 1914), dan Tjhoen Tjhioe

(Surabaya, 1914).83

Kemudian muncul dan berkembanglah surat-surat kabar

Tionghoa-Melayu lainnya di berbagai wilayah di Jawa dan luar Jawa seperti Keng

Po, Sin Jit Po, Sin Tit Po, Soara Poebliek, Bintang Tionghoa, dan lain sebagainya.

Bahkan menurut studi dari Leo Suryadinata surat kabar Tionghoa-Melayu

kemudian terpecah menjadi tiga golongan politik seperti Sin Po yang mewakili

82 Leo Suryadinata. 2010. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia Sebuah

Bunga Rampai 1965-2008. Jakarta: Kompas, hlm. 17.

83 Leo Suryadinata. 1971. “The Pre-World War II Peranakan Chinese Press of

Java”, dalam Papers in International Studies Southeast Asia Series No. 18, Ohio: Ohio

University Center for International Studies Southeast Asia Program, hlm. 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

54

kelompok nasionalis Tionghoa, Siang Po sebagai organ tidak resmi Chung Hwa

Hui kelompok pro Hindia Belanda, dan Sin Tit Po sebagai corong tidak resmi

Partai Tionghoa Indonesia.84

Surat kabar Sin Po merupakan surat kabar yang paling dikenal dengan

sikapnya yang teguh dalam memperjuangkan nasionalisme Tionghoa. Harian Sin

Po memiliki pendirian yang teguh “sekali Tionghoa tetap Tionghoa” dengan

mempertegas statusnya sebagai orang Tionghoa yang tidak boleh bergantung pada

penguasa Hindia Belanda dan berusaha sendiri dalam memperbaiki sosial-

ekonominya berdasarkan kebudayaan Tionghoa.85

Saking radikalnya kelompok

Sin Po dianggap sebagai pahlawan Tionghoa di Hindia Belanda yang dengan

berani dan lantang menyerukan gagasan nasionalisme Sun Yat Sen di surat

kabarnya.

Surat kabar Tionghoa-Melayu di Surabaya cukup beragam dan bahkan

memiliki ideologi yang bervariasi seperti Pewarta Soerabaia, Sia Hoe Po, Sin Jit

Po, Sin Tit Po, dan Tjhoen Tjhioe.86

Meskipun begitu surat kabar Pewarta

Soerabaia dan Sin Jit Po yang kemudian berganti nama menjadi Sin Tit Po yang

memiliki banyak pembaca. Namun, Pewarta Soerabaia merupakan surat kabar

yang cukup besar dan memiliki pembaca yang cukup banyak dikalangan

komunitas Tionghoa di Surabaya. Bahkan ketika surat kabar Sin Po Oost Java

84 Leo. 1988. Op. cit., hlm. 81.

85 Siauw. Op. cit., hlm. 35.

86 Handinoto. Op. cit., hlm. 185.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

55

Editie diterbitkan tidak berlangsung lama dan gulung tikar karena kalah dengan

Pewarta Soerabaia.87

Surat kabar Pewarta Soerabaia merupakan surat kabar tertua yang memuat

iklan-iklan perdagangan Tionghoa yang cukup lengkap sehingga tidak

mengherankan bahwa surat kabar ini disebut koran perdagangan.88

Maka

ketertarikan orang Tionghoa Surabaya yang didominasi oleh kelompok Hokkian

membuat Pewarta Soerabaia menjadi surat kabar nomor satu di Surabaya.

Meskipun begitu harian Pewarta Soerabaia memiliki prinsip dan ideologi yang

sama dengan kelompok Sin Po yakni berhaluan nasionalisme Tionghoa. Meskipun

Pewarta Soerabaia tidak seradikal Sin Po melainkan surat kabar ini menjadi

cerminan orang-orang Tionghoa Surabaya yang berhaluan nasionalisme Tiongkok

seperti yang tertulis dalam harian Pewarta Soerabaia ini “Satoe soerat kabar jang

bisa membela kapentingannja kebangsa‟an, adalah itoe soerat kabar jang berdiri

tegoeh dan soedah dapet banjak kapertjaia‟an dari pembatjanja.”89

Tidak

mengherankan setiap harinya tulisan-tulisan yang mampu membangkitkan

semangat nasionalisme lewat kebudayaan Tionghoa dan kabar dari Tiongkok

dimuat.

Surat kabar Pewarta Soerabaia menjadi kelompok nasionalis Tionghoa

yang menyerupai kelompok Sin Po di Batavia. Keberadaan mereka sebagai surat

kabar tertua dan surat kabar perdagangan memudahkan mereka dalam

87 Leo. 1971. Op. cit., hlm. 20; Leo. 2010. Op. cit., hlm. 21.

88 Leo. 1971. Ibid., hlm. 11.

89 “Soerat Kabar jang Bisa Membela Bangsa dan jang Tida Mampoe Membela

Bangsa”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 1 November 1930, hlm. 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

56

menyebarkan semangat nasionalisme. Bahkan memasuki tahun 1930-an ketika

berkecamuk perang Tiongkok-Jepang surat kabar Pewarta Soerabaia setiap hari

mengabarkan situasi di Tiongkok sekaligus mengajak orang Tionghoa Surabaya

untuk bersolidaritas kepada keluarga mereka. Bahkan tidak segan-segan pada

tahun tersebut Pewarta Soerabaia membangkitkan semangat anti Jepang dan

menyerukan boikot Jepang.

D. Gerakan Pan-Asia

Nasionalisme Tionghoa yang berkembang pada akhir abad XIX dan abad

XX tidak dapat dilepaskan dari perkembangan nasionalisme di wilayah Asia

khususnya Asia Timur. Kebangkitan Jepang pada Restorasi Meiji pada 1868 yang

membuka mata bangsa Asia juga dapat maju seperti bangsa-bangsa Eropa.

Kebangkitan Jepang inilah yang menimbulkan gerakan Pan Asia pada akhir abad

XIX dan abad XX yang menimbulkan sebuah gerakan nasionalisme di seluruh

wilayah Asia. Ide nasionalisme inilah yang memicu pergerakan-pergerakan di

Asia untuk membebaskan negeri mereka sehingga abad XX muncul negara-negara

baru di Asia.

Sebelum kebangkitan Jepang pada era Meiji, Jepang merupakan negara

yang tertutup dengan sistem dinasti yang cukup ketat dengan keberadaan bangsa

barat. Meskipun begitu pada awal abad XIX sudah banyak bangsa barat yang

datang ke Jepang untuk menjalin kerja sama perdagangan, namun wilayah Jepang

ini diperebutkan oleh banyak bangsa barat sehingga menimbulkan keonaran.90

90 “Japan”, Pewarta Soerabaia pada Senin, 23 Februari 1931, hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

57

Akibatnya Jepang mulai membatasi masuknya pedagang-pedagang dari barat

dengan larangan yang cukup ketat sehingga membuat Jepang menjadi negara yang

tertutup pada era Shogun Tokugawa.91

Larangan terhadap masuknya dunia luar ke Jepang pada era Tokugawa ini

membuat Jepang makin terisolasi dan tertinggal dari barat. Ketika bangsa barat

mulai mendesak Jepang lewat industri dan mesin-mesin uap buatan barat

membuat Jepang makin lama makin terdesak.92

Bahkan ketika itu bangsa barat

sudah banyak mengepung sekitar wilayah Asia dengan menguasai beberapa

wilayah membuat Jepang makin terdesak terutama karena kekuatan mereka tidak

sebanding dengan barat.

Pencegahan supaya bangsa barat tidak semakin mendesak dan menguasai

Jepang maka pemerintahan dinasti Jepang mengubah sistemnya yang sebelumnya

lebih terisolasi. Pemerintahan pun yang semula lebih feodal dan dominan pada

sosok kaisar diganti dengan sistem yang lebih demokratis sehingga inilah awal

dari perubahan rezim dan awal dari Restorasi Meiji pada tahun 1868.93

Restorasi

Meiji mengubah sistem isolasi di Jepang dengan sistem yang lebih terbuka dengan

dunia luar sehingga lambat laun Jepang mulai berinteraksi kembali dengan dunia

luar. Bahkan Jepang ingin meniru kebudayaan barat sehingga dapat memajuman

perekonomian dan perindustrian yang sebelumnya kalah dan terkepung oleh barat.

91 Ibid.

92 Edwin O. Reischauer. 1980. The Japanese. Cambridge: Harvard University

Press, hlm. 78.

93 Reischauer. Op. cit., hlm. 81.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

58

Perkembangan awal pada era Meiji ini terletak pada sistem pendidikan

yang diajarkan kepada anak-anak Jepang. Mereka mulai mempelajari sistem

pendidikan barat dan menggantikan sistem pendidikan tradisional pada era

sebelumnya. Kemudian Jepang juga membuka sistem ekonomi yang modern

dengan mendirikan bank-bank agar mata uang Jepang tidak jatuh banyak dari

dolar Amerika akibar sistem moneter. Jepang juga mulai mengembangkan

ekonomi industri sehingga dapat menghasilkan teknologi militer yang cukup maju

sebanding dengan barat.

Restorasi Meiji yang dikembangkan Jepang membuahkan hasil yang besar

pada awal abad XX. Ketika banyak wilayah-wilayah Asia harus tunduk dengan

bangsa barat, namun ketika tahun 1904-1905 Jepang mampu memukul mundur

Rusia pada perang Jepang-Rusia.94

Inilah yang menjadi salah satu yang dipetik

pada Restorasi Meiji dan membangkitkan gerakan Pan Asia bahwa pada abad ini

telah dibuktikan oleh Jepang bahwa bangsa Asia mampu sejajar dengan bangsa

barat. Gerakan Pan Asia dengan dicontohkan oleh Jepang yang mengadopsi

kebudayaan barat mampu memberikan motivasi bangsa-bangsa Asia untuk meniru

Jepang.

Salah satu pengaruh gerakan Pan Asia akibat bangkitnya Jepang adalah

Tiongkok. Tiongkok saat itu sama seperti Jepang sebelum era Meiji yakni

dipimpin oleh kerajaan yang terpecah-pecah sehingga Tiongkok berulang kali

kalah perang dengan barat dan harus kehilangan wilayahnya. Kemunculan Sun

94 Ibid., hlm. 85.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

59

Yat Sen seorang reformis Tiongkok menggugah semangat orang Tionghoa untuk

meniru Jepang seperti yang dikatakannya dalam San Min Chu I:

Pada mulanya bangsa kulit putih menganggap bahwa hanja merekalah jang

mempunjai ketjerdasan dan kesanggupan serta berhak menentukan segala-galanja.

Karena tak mendapat kesempatan mempeladjari kekuatan negeri barat dan tjara

mendirikan negara jang kuat, kita, bangsa Asia, sangat merasa putus asa keadaan

ini tidak hanja terdapat pada bangsa Tionghoa, tetapi pada setiap bangsa di Asia.

Tetapi dengan tidak disangka-sangka muntjullah keradjaan Djepang, jang

tergolong negara kelas satu, dan kemadjuan bangsa Djepang itu, menimbulkan

kembali pengharapan besar bangsa-bangsa Asia lainnja. …. Karena Djepang

termasuk Asia, bangsa kulit putih tak berani lagi menghina Djepang atau bangsa

Asia lainnja. Demikianlah timbulnja Djepang, tidak sadja memberi nama baik

kepadanja, tetapi bangsa Asia seluruhnja merasakan keuntungan pula. Mula-mula

kita merasa bahwa kita tak dapat menjamai bangsa barat, tetapi Djepang sekarang

telah membuktikan, bahwa kalau ada kemauan jang teguh sadja, tentu kita dapat

pula berdiri sedjajar dengan bangsa barat.95

Kekaguman Sun Yat Sen terhadap Jepang membuatnya untuk

mempraktikkannya di Tiongkok sehingga negeri Tiongkok dapat setara dengan

Jepang. Maka sikap nasionalisme dalam gerakan Pan Asia yang tertuang dalam

San Min Chu I yang ditulis oleh Sun Yat Sen ini menjadi alat propaganda kepada

orang Tionghoa. Bahkan gerakan yang dipelopori oleh Sun Yat Sen ini menjadi

awal perkembangan Revolusi 1911 di Tiongkok yang menjadi awal berdirinya

Republik Tiongkok.

Keadaan di Tiongkok saat itu hampir sama dengan di Jepang pada era

sebelum Restorasi Meiji yakni sistem yang masih tradisional dan menolak

kebudayaan barat.96

Sistem kerajaan di Tiongkok memisah-misahkan masyarakat

95 Sun Yat Sen. 1951. San Min Chui I Tiga Asas Pokok Rakjat. Jakarta: Balai

Pustaka, hlm. 21-22.

96 Noriko Kamachi. “The Chinese in Meiji Japan: Their Interaction with The

Japanese Before The Sino-Japanese War”, dalam Akira Iriye (ed.). 1980. The Chinese

and The Japanese: Essays in Political and Cultural Interaction. New Yersey: Princeton

Univeristy Press, hlm. 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

60

Tionghoa berdasarkan golongan ras sehingga mereka belum bersatu dan masih

memikirkan kebutuhan golongannya sendiri.97

Bahkan keadaan kerajaan yang

waktu itu diperparah dengan korupsi sehingga membuat mereka kalah perang

dengan bangsa-bangsa barat seperti kekalahan dengan Inggris yang berakhir pada

kepemilikan Pulau Formosa oleh Inggris.98

Pada saat itu juga Tiongkok kalah

perang dengan Jepang yang saat itu sudah menjadi negara yang modern. Faktor

inilah yang menumbuhkan kelompok para reformis yang ingin menggantikan

sistem kerajaan ke sistem yang lebih modern.

Kemunculan kelompok modernis Tiongkok pada awalnya adalah mengakui

keberadaan seluruh masyarakat Tionghoa baik yang tinggal di Tiongkok maupun

di tempat migrasi sebagai warga negara Tiongkok pada tahun 1909. Hal ini cukup

berbeda dengan kebijakan kerajaan yang sebelumnya menganggap bahwa orang

Tionghoa yang meninggalkan kampung halamannya tidak dianggap sebagai orang

Tionghoa. Kebijakan ini kemudian membuat gerakan Tionghoa makin masif,

bahkan di Hindia Belanda pada tahun 1910 ditetapkan Undang-undang tentang

Kaula Negara Belanda (Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap). Undang-

undang ini kemudian mengakui orang Tionghoa Hindia Belanda sebagai kaula

Belanda untuk meredam gerakan Tionghoa.99

Hal ini membuat orang Tionghoa di

Hindia Belanda memiliki dua kewarganegaraan.

97 Ibid., hlm. 17.

98 Wu Yu Chang. 1964. The Revolution 1911. Peking: Foreign Languages Press,

hlm. 33.

99 Leo. 1986. Op. cit., hlm. 26.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

61

Munculnya Revolusi 1911 yang meruntuhkan Kerajaan Manchuria dan

menyatukan seluruh wilayah Tiongkok merupakan kerja keras dari para reformis

Sun Yat Sen dan kawan-kawannya. Kemudian sama dengan cara Jepang yang

meniru kebudayaan barat demi berkembangnya Tiongkok, maka mereka

mengembangkan sistem-sistem modern baik pendidikan, ekonomi, industri, dan

lain sebagainya. Namun tidak disangka bahwa berdirinya Republik Tiongkok

mendapat tekanan dari Jepang yang ingin menguasai wilayah tersebut.

Setelah Jepang menjadi satu-satunya bangsa Asia yang mampu

mengalahkan bangsa barat, maka mereka melebarkan kekuatannya pada

imperialisme di wilayah Asia seperti menguasai Tiongkok dan Korea.100

Inilah

yang menjadi konfrontasi awal dalam perang Tiongkok-Jepang seperti yang

ditulis oleh Pewarta Soerabaia dalam judul “Memorialnja Tanaka” yang ingin

menjelaskan penyebab awal perang:

Boeat rampas dan taloeken Tiongkok. Kita moesti taloeken Manchuria dan

Mongolia. Boeat bisa taloeken seantero doenia kita haroes lebih doeloe taloeken

Tiongkok. Bila kita berhasil taloeken Tiongkok, sisanja negri-negri di Asia dan di

Lamyang aken takoet kita dan menaloek pada kita. Lantas doenia aken

mengetahoei, Asia Timoer ada kitapoenja dan tida aken brani boeat langgar

kitapoenja hak-hak.101

Ambisi Jepang yang ingin menguasai wilayah Asia Timur dan ingin menaklukkan

dunia hampir memiliki kesamaan dengan kolonialisme barat. Inilah yang memicu

nasionalisme Tiongkok berkembang tidak hanya di Tiongkok namun di seluruh

100 Miwa Kimitada. “Pan-Asianism in Modern Japan: Nationalism, Regionalism,

and Universalism”, dalam Sven Saalaer dan J. Victor Koschmann (ed.) 2007. Pan-

Asianism in Modern Japanese History: Colonialism, Regionalism, and Borders. New

York: Routlegde, hlm. 25.

101 “Memorialnja Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18 November 1931,

hlm. 17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

62

wilayah yang menjadi tempat migrasi orang Tionghoa karena terinspirasi pada

Sun Yat Sen yang menekankan pada persatuan Tiongkok. Ambisi Jepang inilah

yang kemudian tidak hanya ingin menguasai Asia Timur setelah invasi ke

Tiongkok dan Korea, namun juga ingin menguasai seluruh wilayah Asia.102

102 “Memorialnja Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18 November 1931,

hlm. 17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

63

BAB III

JEPANG PADA MASA KRISIS EKONOMI 1930-AN

A. Krisis Ekonomi 1930-an

Selesainya Perang Dunia I dengan ditandatanganinya perjanjian Versailles

pada 28 Juni 1919 memberikan dampak pada krisis ekonomi yang memuncak

pada tahun 1930-an. Krisis yang bermula dari Amerika Serikat dengan turunnya

saham mereka pada tahun 1929 mengakibatkan hancurnya perekonomian

Amerika Serikat dan menyebar sampai ke Eropa.1 Hal ini disebabkan karena

penawaran yang begitu tinggi sehingga membuat jumlah produksi semakin

meningkat sedangkan permintaan akan barang produksi tersebut menurun.2 Hal

ini tidak dapat dilepaskan dari selesainya Perang Dunia I yang sebelumnya

barang-barang produksi dimanfaatkan untuk perang, namun setelah perang biaya

untuk membeli barang tersebut telah habis akibat biaya perang. Negara-negara

yang hancur akibat perang ini juga menggunakan sisa dana mereka untuk

membangun negaranya yang hancur akibat perang berkepanjangan.3 Akibatnya

krisis ekonomi yang terjadi di Eropa ini berefek domino ke berbagai wilayah-

wilayah di luar Eropa sehingga memasuki tahun 1930-an dunia menghadapi krisis

ekonomi.

1 Alan Palmer. 1982. The Penguin Dictionary of Twentieth Century History 1900-

1978. Middlese: Penguin Books, hlm. 85.

2 “Tentang Malaise”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18 September 1930, hlm. 7.

3 “Indonesia dan Crisis Doenia”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 13 Mei 1931,

hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

64

Krisis ekonomi dunia tahun 1930-an juga melanda Hindia Belanda sebagai

akibat dari bencana ekonomi yang melanda negara induk yakni Belanda seperti

yang dicatat dalam surat kabar Pewarta Soerabaia:

Kasoekeran economie di Europa merentek djoega ke laen-laen tempat dari laen

bagian benoea, poen Indonesia. Handel dan economie tergentjet oleh kesoekeran

oewang. Penganggoeran djadi besar. Di segala tempat orang membikin

perhimatan.4

Sama seperti di Eropa krisis ekonomi juga mengacaukan sistem perekonomian di

beberapa kota-kota besar di Jawa. Akibat dari krisis ekonomi ini membuat

turunnya penghasilan ekspor akibat lesunya perekonomian dunia yang tidak dapat

membeli barang-barang yang berasal dari Hindia Belanda.5 Bahkan Furnival

mencatat bahwa pada masa krisis ini di Hindia Belanda indeks ekspor lebih

rendah dibandingkan dengan indeks impor.

Tabel 5. Angka Indeks Impor dan Ekspor Hindia Belanda

Tahun Ekspor Impor

1925 100 100

1929 460 88

1930 30 80

1931 21 61

1932 18 51

1933 18,5 44

1934 20 43

Sumber: J.S. Furnivall. 2009. Hindia Belanda Studi tentang Ekonomi Majemuk.

Jakarta: Freedom Institute, hlm. 452.

Apabila melihat dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dampak krisis ekonomi di

Hindia Belanda membuat impor lebih besar dibandingkan dengan ekspor sehingga

membuat banyak komoditi-komoditi seperti gula, teh, kopi, kina, dan lain

4 “1930-1931”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 31 Desember 1930, hlm. 5.

5 John Ingleson. 2013. Perkotaan, Masalah Sosial & Perburuhan di Jawa Masa

Kolonial. Depok: Komunitas Bambu, hlm. 137.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

65

sebagainya membusuk di gudang-gudang karena tidak ada yang membeli. Kondisi

ini semakin memburuk tatkala volume ekspor semakin turun setiap tahunnya dan

volume impor malah semakin tinggi tiap tahunnya. Bahkan jumlah uang yang

beredar di Hindia Belanda semakin lama semakin menurun akibat lesunya daya

beli akibat pemotongan upah kerja.6 Hal ini berujung pada malapetaka di

masyarakat yakni pemotongan gaji, pengangguran, kenaikan pangkat yang

cenderung lambat, dan penurunan biaya hidup.7 Banyak saat itu tenaga kerja baik

itu terdidik oleh pendidikan Belanda maupun tenaga kerja yang tidak terdidik

kesusahan dalam mencari pekerjaan.

Keadaan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor akibat krisis

ekonomi dunia dicatat oleh surat kabar Pewarta Soerabaia:

Begitoelah, lantaran export tida bersifat seperti karet perminta‟annja ada tetep dan

import bersifat seperti karet perminta‟an tida tetep ada menjebabken Indonesia

mendjadi dalem keadaan pintjang dalem oeroesan toekar menoekar barang.

Lantaran keada‟an roemah tangga doenia mendjadi gontjang, teroetama kerna

keadaannja jang belon begitoe madjoe.8

Hal ini menjadi gambaran pada saat itu permintaan ekspor dari luar Indonesia

cenderung lesu sehingga membuat banyak sekali kerugian yang dihasilkan dari

barang-barang hasil ekspor. Namun, permintaan impor yang begitu tinggi ini juga

membuat penurunan pendatapan per capita yang membuat perusahaan-perusahaan

di Hindia Belanda makin merugi.

6 Alexander Claver. 2014. Dutch Commerce and Chinese Merchants in Java:

Colonial Relationships in Trade and Finance, 1800-1942. Leiden: KITLV, hlm. 351.

7 Ibid.; “Tentang Malaise”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18 September 1930,

hlm. 7.

8 “Indonesia dan Crisis Doenia”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 12 Mei 1931,

hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

66

Gambar 2. Berita Mengenai Krisis Ekonomi yang Melanda Hindia Belanda

Sumber: Pewarta Soerabaia 12 Mei 1931

Lesunya ekspor barang-barang Hindia Belanda membuat harga-harga

barang kemudian semakin jatuh harganya karena konsumen yang cenderung

rendah mengakibatkan barang tidak terbeli. Hal ini dilakukan supaya barang-

barang tidak lama tersimpan di gudang-gudang penyimpanan sehingga tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

67

semakin merugi akibat barang-barang yang semakin membusuk.9 Harga yang

semakin jatuh ini membuat barang-barang dapat terjual, namun pendapatan yang

didapatkan pun semakin lama semakin turun sehingga membuat banyak

perusahaan makin merugi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 6 yang menunjukkan

harga-harga barang dari sebelum masa krisis hingga masa krisis.

Tabel 6. Harga-Harga Komoditi Ekspor Hindia Belanda

Tahun Karet

per ½

kg

Gula

per 100

kg

Kopi

Robust

a per

100 kg

Teh

per ⅓

kg

Timah

per 100

kg

Kapuk

per 100

kg

Lada per

100 kg

1926 f 1,23 f 19,- f 97,38 f 0,80 f 334,97 f 142,68 f 157,85

1927 f 0,99 f 17,40 f 83,55 f 0,72 f 336,91 f 123,02 f 206,54

1928 f 0,58 f 14,61 f 88,93 f 0,63 f 267,27 f 101,46 f 224,97

1929 f 0,54 f 13,66 f 89,57 f 0,57 f 243,40 f 93,35 f 229,54

1930 f 0,30 f 9,60 f 32,90 f 0,46 f 168,61 f 66,06 f 105,35

1931 f 0,15 f 8,06 f 36,30 f 0,30 f 130,66 f 55,56 f 71,22

Des

1931

f 0,11 f 6,87 f 34,81 f 0,23 f 114,50 f 49,38 f 51,81

Sumber: Indisch Verslag 1932. 1932/1933. „s-Gravenhage: Gedrukt ter

Algemeene Landsdrukkerij, hlm. 50.

Pada masa krisis ini membuat masyarakat Hindia Belanda terutama mereka

yang bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang menjadi

komoditi ekspor sebelumnya merasakan dampak yang besar. Sebelumnya mereka

merasakan keuntungan dari ekspor-ekspor barang komiditi yang dibeli oleh pasar

luar negeri, namun pada dekade ketiga pada abad XX mengalami pembalikan.10

Akibatnya anggaran belanja pemerintah Hindia Belanda mengalami defisit karena

9 “Crisis-oorzaken Economische en Sociale beschouwingen door Smissaert”,

Soerabaijasche Handelsblad pada Selasa, 21 April 1931, hlm. 1.

10 Bernard H.M. Vlekke. 2016. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG, hlm.

361.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

68

kerugian akibat turunnya harga-harga barang komoditi dan impor besar-besaran.11

Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan di Hindia Belanda bahkan

pada masa krisis ini terjadilah suatu gerakan-gerakan rakyat untuk memprotes

pemerintah Hindia Belanda karena kesengsaraan masyarakat.12

Krisis ekonomi juga melanda kota-kota besar di Hindia Belanda yang saat

itu sedang berkembang perdagangannya, seperti halnya di Surabaya. Sama seperti

kota-kota lainnya kehidupan masyarakat Surabaya tidak jauh berbeda meskipun

harga-harga barang di Surabaya turun bahkan sampai pada batas rendahnya,

namun masyarakat tidak mampu membelinya. Hal ini disebabkan karena jumlah

pengangguran yang terus meningkat di Surabaya dan upah yang diberikan kepada

para buruh cenderung kecil sehingga banyak perusahaan-perusahaan di Surabaya

gulung tikar.13

Banyaknya pengangguran di Surabaya akibat dari bencana malaise ini

membuat pemerintah khawatir dan waswas karena ada begitu banyak gerakan-

gerakan buruh yang memprotes akibat dampak dari krisis. Apalagi di Surabaya

11 Abdul Wahid. 2009. Bertahan di Tengah Krisis: Komunitas Tionghoa dan

Ekonomi Kota Cirebon Pada Masa Depresi Ekonomi, 1930-1940. Yogyakarta: Ombak,

hlm. 4.

12 Salah satu pemberontakan yang terjadi karena merespon masa depresi 1930-an

adalah pemberontakan di atas kapal De Zeven Provinciën tahun 1933. Untuk mengetahui

peristiwa pemberontakan di atas kapal De Zeven Provinciën dapat dibaca pada buku J.C.

Blom & E. Touwen-Bouwsma. 2015. De Zeven Provinciën Ketika Kelasi Indonesia

Berontak (1933). Jakarta: LIPI Press.

13 “Tentang Malaise”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18 September 1930, hlm.

7; Howard Dick. 2003. Surabaya City of Work: A Socioeconomy History, 1900-2000.

Singapore: Singapore University Press, hlm. 67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

69

dengan adanya Indonesische Studie Club14

yang merupakan salah satu sarana

tokoh-tokoh pergerakan berkumpul di Surabaya ikut memobilisasi buruh-buruh

Surabaya dalam aktivitas yang militan untuk melakukan aksi gerakan protes.15

Ketidakpuasan buruh terhadap upah yang semakin minim dan pemecatan secara

sepihak membangkitkan semangat buruh-buruh Surabaya untuk menjalankan aksi

protes ditambah lagi dengan keberadaan kelompok radikal di Surabaya membuat

keadaan kota ini pada masa depresi semakin keruh.

Surabaya yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan industri juga

dikenal sebagai pusat kegiatan politik nasionalis yang tidak dapat dilepaskan dari

gerakan buruh pada masa krisis. Tercatat pada masa krisis Surabaya merupakan

tempat terjadinya pergolakan buruh yang hebat dengan dimobilisasi oleh

kelompok-kelompok politik nasionalis ini.16

Bahkan setelah gerakan ini muncul

kemudian serikat-serikat buruh di Surabaya menghimpun gerakan-gerakan buruh

yang lebih besar. Gerakan ini memiliki tujuan yang sama seperti gerakan yang

lainnya pada masa krisis ini yakni kesejahteraan buruh.

Keadaan krisis ekonomi tidak hanya melanda bumiputera saja melainkan

juga kepada komunitas Tionghoa di Surabaya. Banyak dari komunitas Tionghoa

14 Indonesisch Studie Club atau Studi Klub Indonesia merupakan kelompok yang

didirikan oleh Sutomo seorang dokter dan guru yang bertugas di sekolah kedokteran

Surabaya. Perhimpunan ini didirikan pada 11 Juli 1924 yang anggotanya sebagian besar

memiliki pendidikan barat. Hal ini dimaksudkan sebagai sebuah perhimpunan mereka

mampu memperbaiki masyarakat dan membawa kemajuan serta kemakmuran bagi

rakyat. Ingleson. 2013. Op. cit., hlm. 343.

15 John Ingleson. 2015. Buruh, Serikat, dan Politik Indonesia pada 1920an-

1930an. Tangerang Selatan: Marjin Kiri, hlm. 261.

16 Ingleson. 2013. Op. cit., hlm. 342-343.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

70

juga dipecat dan dipotong upah kerjanya, mereka bekerja dalam tekanan karena

sebelumnya biaya upah orang Tionghoa lebih mahal dibandingkan dengan

bumiputera.17

Gambaran ini menunjukkan bahwa pada masa depresi ini

dampaknya hampir melanda diseluruh etnis baik orang Eropa, orang Tionghoa,

maupun bumiputera juga merasakan dampak dari krisis ekonomi ini.

Keadaan komunitas Tionghoa di Surabaya pada masa krisis memiliki

perbedaan diantara Tionghoa totok maupun Tionghoa peranakan.18

Orang-orang

Tionghoa totok apabila mengalami pemecatan atau kemiskinan akibat dampak

masa krisis ini mereka masih bisa diselamatkan dengan cara meninggalkan Hindia

Belanda dan kembali ke Tiongkok. Mereka masih memiliki kerabat dekat atau

keluarga yang mau menampung dan membantunya meskipun telah kehilangan

pekerjaan ditanah rantau. Hal ini berbeda dengan orang Tionghoa peranakan

apabila mengalami pemecatan atau jatuh dalam kemiskinan, mereka tidak dapat

kembali ke Tiongkok untuk mencari bantuan. Mereka sudah tidak memiliki ikatan

keluarga dengan orang Tionghoa yang tinggal di daratan Tiongkok. Akibatnya

mereka sama seperti kelompok bumiputera lainnya yang menjadi pengangguran.

Bahkan tidak jarang ditemukan orang-orang peranakan yang menjadi

pengangguran bekerja kepada tuan-tuan tanah yang merupakan orang-orang totok.

Hal ini dilakukan oleh mereka untuk tetap mendapatkan pekerjaan dan menerima

upah meskipun tidak banyak untuk membeli kebutuhan. Orang-orang peranakan

ini keadaannya tidak jauh berbeda dengan golongan bumiputera yang harus

17 Ibid., hlm. 144.

18 Siauw Giok Tjhan. 1981. Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar. Jakarta-

Amsterdam: Yayasan Teratai, hlm. 37.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

71

bekerja dengan susah payah meskipun upah yang diterima tidaklah sedikit. Hal ini

menjadi gambaran bahwa keadaan masa krisis ini membuat masyarakat Tionghoa

juga tertimpa melarat yang kebanyakan dari golongan peranakan.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat suatu kebijakan untuk

mengurangi impor barang-barang dari Eropa dan mengantinya dengan barang-

barang dari Asia. Hal ini disebabkan karena devaluasi terhadap mata uang Jepang

sehingga jatuh 40% terhadap mata uang Inggris dan 60% terhadap dolar Amerika

Serikat sehingga impor dari Jepang lebih murah ketimbang dari Eropa.19

Keadaan

ini kemudian dimanfaatkan oleh Jepang yang saat itu begitu gencarnya melakukan

ekspansi barang-barangnya karena berkembangnya industri Jepang setelah

restorasi Meiji. Pada tahun 1914-1932 Jepang melancarkan ekonomi politik yang

dikuasai langsung oleh pemerintahan sehingga membuat mereka melancarkan

politik ekspansi melalui sektor industri secara masif.20

Pada masa depresi di Hindia Belanda ini dimanfaatkan oleh Jepang dengan

melakukan penetrasi barang-barang Jepang. Hal ini cukup mengejutkan karena

pada tahun-tahun sebelumnya barang-barang impor Jepang yang masuk ke Hindia

Belanda cukup kecil jumlahnya, namun memasuki dekade ketiga abad XX ini

terjadi lonjakan yang cukup besar. Jepang hampir menguasai perdagangan kapas

yang menyerbu pasar Hindia Belanda dengan kualitas yang baik namun dijual

19 Howard Dick. “Formation of the nation-state, 1930s-1966”, dalam Howard

Dick, dkk. 2002, The Emergence of a National Economy: an Economy History of

Indonesia, 1800-2000. Honolulu: Allen & Unwin and University of Hawai‟I Press, hlm.

158; Dick. 1989. Op. cit., hlm. 250-251.

20 G.C. Allen. 1966. A Short Economic History of Modern Japan 1867-1937.

London: George Allen & Unwin Ltd, hlm. 129.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

72

dengan harga yang cukup murah dari pada pemasok dari manufaktur Eropa.21

Hal

ini juga menunjukkan bahwa Jepang ingin memperlihatkan sebagai negara yang

tidak kalah dengan Eropa dalam hal perdagangan di Asia.

Tabel 7. Persentase Asal Impor Hindia Belanda Tahun 1905-1934

Negara 1905 1913 1923 1929 1934

Belanda 31,0 33,3 21,0 17,8 12,9

Inggris 16,3 17,5 15,1 11,0 9,8

Jerman 2,7 6,6 8,0 10,9 7,3

Jepang 1,2 1,6 8,1 10,9 31,8

Tiongkok 1,1 2,1 1,5 2,6 2,3

India 3,6 5,2 4,8 5,4 2,7

Sumber: J.S. Furnivall. 2009. Hindia Belanda Studi tentang Ekonomi Majemuk.

Jakarta: Freedom Institute, hlm. 455.

Apabila melihat tabel 7 Jepang dalam mengirim barang-barangnya ke

Hindia Belanda tidaklah dalam jumlah yang kecil, setiap tahunnya mereka

menaikkan jumlah barang yang mereka impor. Hal ini berbanding terbalik dengan

ekspor ke Jepang yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan impor

mereka.22

Apabila mengutip studi dari Vlekke yang mengatakan bahwa pada

tahun 1934 impor Hindia Belanda lebih besar dibandingkan dengan ekspor

mereka ke Jepang dengan persentase 31 persen impor Jepang masuk ke Hindia

Belanda sedangkan lima persen ekspor Hindia Belanda ke Jepang.23

Mereka

secara perlahan-lahan membangun bisnis perdagangan di Hindia Belanda

sehingga pedagang-pedagang Jepang sudah menguasai beberapa sektor industri di

Hindia Belanda.

21 J.S. Furnivall. 2009. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk.

Jakarta: Freedom Institute, hlm. 454; Claver. Op. cit., hlm. 378, 386.

22 Vlekke. Op. cit., hlm. 361.

23 Ibid., hlm. 362.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

73

Harga barang-barang Jepang yang murah ini juga dimanfaatkan oleh

segelintir orang Tionghoa peranakan untuk perjualbelikan. Kesulitan pedagang

Tionghoa peranakan selama masa depresi ini membuat mereka harus merugi

akibat barang-barang yang dijual tidak laku karena terlalu mahal. Barang-barang

yang mahal ini tidak terjual atau terjual namun keuntungannya kecil karena

masyarakat yang upahnya sedikit tidak mampu membeli barang-barang pada

pedagang Tionghoa.24

Mau tidak mau mereka harus menjual barang-barang

tersebut meskipun keuntungannya kecil karena permintaan yang sedikit dan

barang-barang tersebut tidak segera dikirim ke Eropa.

Meskipun begitu orang Tionghoa peranakan yang jatuh dalam kemiskinan

akibat dampak depresi ini juga memanfaatkan harga barang-barang Jepang yang

murah. Ketika barang-barang Jepang menyerbu Surabaya banyak dari golongan

Tionghoa peranakan menjual barang-barang tersebut dengan harga yang murah.25

Hal ini memberikan keuntungan bagi kelompok Tionghoa peranakan karena

mendatangkan keuntungan dari menjual barang-barang Jepang. Keadaan ini

dilakukan secara terpaksa untuk menyelamatkan orang Tionghoa peranakan yang

tidak memiliki keluarga di Tiongkok mengingat pada masa itu juga sudah muncul

gerakan anti Jepang.

Persentase impor barang-barang Jepang yang masuk ke Hindia Belanda

yang naik setiap tahunnya tidak dapat diprediksi sebelumnya. Bahkan penetrasi

24 Liem Twan Djie. 1995. Perdagangan Perantara Distribusi Orang-Orang Cina

di Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 70-71.

25 Andjarwati Noordjanah. 2010. Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946).

Yogyakarta: Ombak, hlm. 96.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

74

yang cukup besar ini menimbulkan kegelisahan dan kecurigaan terhadap politik

ekspansi ekonomi Jepang seperti yang tertulis pada surat kabar Pewarta

Soerabaia ini:

… boekan sadja banjak orang ada koeatir dari oeroesan politiek atawa

militair, tapi djoega mendesaknja Japan dalem economie Indonesia.

… itoe orang-orang Japan ada mengandoeng maksoed politiek atawa

militair, kerna ia orang, seperti djoega laen-laen bangsa perloe berdaja aken bisa

belaken diri, bila perloe, apalagi di onderneming di oetanan jang terpisa djaoeh dari

kota jang rame.26

Bagi pemerintah Hindia Belanda hal ini cukup memberikan perhatian lebih

terutama pada masa depresi ini mereka cukup berhati-hati dalam menjalankan

kebijakan ekonomi. Terutama terhadap Jepang yang memasuki tahun 1930-an

dengan politik ekonomi yang dibantu oleh pemerintahnya sedikit demi sedikit

mulai menguasai beberapa wilayah di Asia, rencana ini tertulis pada surat kabar

Pewarta Soerabaia edisi 23 Juli 1930:

Dalem taon-taon jang blakangan soedagar-soedagar Japan, dibantoe oleh

pamerentahnja, mendesak keras di negri-negri, antara mana Indonesia, di mana

diliat barang-barang Japan masi bisa mendesak.

Hongkong Nippo (menoeroet apa jang disiarken oleh “Aneta Nipa”) trima

kabar daro Osaka, terdesak dengen malaise di dalem negri, department dari

Pertanian dan Keradjinan di Japan telah ambil poetoesan, lagi sedikit waktoe ia

nanti kirim 4 orang aken selidik perniagaan di berbagi-bagi negri boeat bikin lebi

loeas lagi perniaga‟an Japan di itoe negri-negri laen.27

Meskipun Jepang melancarkan politik ekspansinya namun pemerintah Hindia

Belanda yang melihat gelagat politik ekonomi Jepang kemudian membuat

26 “Mendesaknja Japan”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 13 Juni 1930, hlm. 3.

27 “Japan Mendesak”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 23 Juli 1930, hlm. 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

75

kebijakan sistem kuota impor dan membatasi impor Jepang pada September

1933.28

B. Penetrasi Jepang di Hindia Belanda

Masa krisis ekonomi yang melanda Hindia Belanda tahun 1930-an

memberikan dampak persaingan dagang antara komunitas Tionghoa dengan

orang-orang Jepang. Kegiatan perdagangan Jepang dengan melakukan penetrasi

barang-barang Jepang yang masuk ke Hindia Belanda memberikan dampak bagi

perkembangan perekonomian. Barang-barang Jepang yang dijual dengan harga

murah membuat pedagang-pedagang Tionghoa kehilangan pasar, apalagi

ditambah dengan meletusnya perang Tiongkok-Jepang yang menumbuhkan

sentimen anti Jepang. Pada masa itu kegiatan impor Hindia Belanda dengan

Jepang melebihi kegiatan ekspor bahkan melebihi kegiatan impor dengan negara-

negara Eropa. Hal ini menimbulkan kecurigaan pemerintah Hindia Belanda

dengan komunitas dagang Jepang pada masa krisis.

Kegiatan dagang Jepang di Hindia Belanda tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan politik dunia yang sedang berguncang pada masa krisis 1930-an.

Pada tahun 1930-an di Jepang sedang berkembang teori ekspansi ke selatan

setelah Jepang menguasai bagian utara (Rusia/Uni Soviet) dan barat (Tiongkok

dan Korea). Ekspansi ke Selatan ini berkembang setelah berakhirnya perang

Tiongkok-Jepang yang kemudian Jepang mendapatkan Taiwan di mana

pengembangan Jepang tidak hanya berhenti pada Tiongkok saja melainkan sampai

28 Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1933. 1933. Batavia, hlm. 349.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

76

ke selatan.29

Alasan Jepang melakukan ekspansi ke selatan adalah meniru

eksploitasi ekonomi ala barat yakni mengambil potensi sumber daya alam dan

manusia yang bisa memberikan pangsa pasar besar bagi Jepang.30

Seperti yang sudah diketahui bahwa dimulainya restorasi Meiji tahun 1868

memberikan dampak yang cukup besar dalam perkembangan Jepang. Jepang yang

membuka diri setelah dibuka secara paksa oleh Matthew Calbraith Perry pada 8

Juli 1853 membuka kontak pertama Jepang dengan negara-negara barat setelah

tertutup sekian lama.31

Jepang kemudian meniru cara-cara barat dalam

mengembangkan perekonomiannya dengan cara mengembangkan teknologi-

teknologi modern dan menggantikan industri tradisional yang masih

menggunakan tenaga manusia.

Kemudian Jepang mengembangkan industri ringan khususnya tekstil

diikuti dengan industri skala berat seperti pertambangan, metalurgi, kereta api,

mesin uap, dan lain sebagainya.32

Banyak industri-industri modern berkembang di

Jepang pada masa ini bahkan tidak jarang bahwa industri modern ini kemudian

dibantu oleh pemerintah setempat guna mengembangkan daerahnya. Akhirnya

pada abad XX Jepang kemudian berkembang menjadi negara yang disegani oleh

29 Ken‟Ichi Goto. 1998. Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, hlm. 4.

30 Meta Sekar Puji Astuti. 2008. Apakah Mereka Mata-Mata? Orang-Orang

Jepang di Indonesia (1868-1942). Yogyakarta: Ombak, hlm. 52; “Japan's Industrieele

Expansie”, Soerabaijasche Handelsblad pada Selasa, 2 Januari 1934, hlm. 1.

31 Meta. Ibid., hlm. 23.

32 Ibid., hlm. 26-27.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

77

banyak negara khususnya negara-negara barat sehingga dapat menguasai pasar

ekspor-impor di dunia.

Keberadaan Jepang sebagai negara yang disegani oleh barat memberikan

keuntungan yang cukup besar bagi komunitas Jepang di Hindia Belanda. Sejak

tahun 1898 secara yuridis orang-orang Jepang yang tinggal di Hindia Belanda

memiliki kedudukan yang setara dengan orang-orang Eropa.33

Padahal

sebelumnya kedudukan orang Jepang sama dengan orang Tionghoa karena

mereka dianggap sebagai golongan Timur Asing yakni masuk dalam golongan

kedua di atas golongan bumiputera. Hal ini sebagai efek dari restorasi Meiji yang

memberikan dampak pada kemajuan ekonomi Jepang di mata bangsa-bangsa barat

sehingga mereka dianggap maju sama seperti orang Eropa. Kedudukan komunitas

Jepang yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunitas Tionghoa inilah yang

juga membangkitkan sentimen kebencian diantara orang Tionghoa.

Pada abad XX telah berkembang komunitas Jepang di Hindia Belanda

meskipun masih belum diketahui kapan pastinya orang-orang Jepang datang ke

Hindia Belanda.34

Kedatangan mereka ada yang secara kelompok namun juga ada

yang datang secara perorangan sehingga sulit untuk dicatat keberadaan mereka.

Orang-orang Jepang yang hidup di Hindia Belanda berbeda dengan komunitas

Tionghoa di mana orang Jepang lebih memilih untuk tidak membaur dengan

33 Goto. Op. cit., hlm. 190.

34 Masih belum dapat diketahui dengan pasti kapan kedatangan pertama orang

Jepang di Hindia Belanda. Banyak sumber mengatakan bahwa kedatangan orang Jepang

antara abad ke-XIX sampai abad ke-XX. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dibaca

pada Takeda Shigesaburo (ed.). 1968. Jagarata Kanwa. Nagasaki: diterbitkan secara

pribadi oleh penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

78

masyarakat setempat. Mereka masih memiliki akar yang cukup kuat dengan tanah

kelahirannya sehingga diperantauan pun mereka masih memiliki sikap sebagai

bangsa kelas satu.

Keberadaan komunitas Jepang di Hindia Belanda tidak jauh berbeda

dengan kelompok-kelompok perantauan lainnya dalam hal profesi. Hampir

separuh dari jumlah populasi orang Jepang di Hindia Belanda berprofesi sebagai

pedagang. Meskipun juga terdapat orang-orang Jepang yang memiliki pekerjaan

di luar dari perdagangan, namun keadaan Hindia Belanda sebagai pangsa pasar

yang besar memberikan ketertarikan bagi pedagang-pedagang Jepang. Macam-

macam profesi orang-orang Jepang di Hindia Belanda dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 8. Populasi Orang Jepang di Hindia Belanda Menurut Pekerjaan Tahun

1912-1935 (Sic!)

Satuan: %

Pekerjaan 1912 1915 1920 1925 1930 1935

Pertanian 1,2 2,3 3,7 6,4 3,1 5,5

Perikanan 4,1 0,1 1,0 6,0 11,3 13,7

Pertambangan 0,0 0,0 0,0 0,0 1,1 0,50

Manufakturing 4,9 3,9 5,6 7,3 8,5 6,2

Perdagangan 26,8 29,3 71,6 66,1 57,1 62,9

Transportasi 0,0 3,9 1,0 1,8 1,5 0,8

Jasa &

berkerja

sendiri

2,4 2,0 3,9 6,1 5,8 5,7

Pekerjaan lain 57,2 10,3 2,4 1,2 1,5 1,3

Pekerja rumah 2,9 4,7 4,3 3,4 6,6 2,5

Tidak bekerja 0,2 43,5 6,0 1,4 1,4 1,8

Sumber: “Kaigai zairyu hompojin shokugyobetsu jinko chosa ikken” [Survei

populasi pihak konsuler pada warga Jepang di Luar Negeri menurut pekerjaan,

Arsip Sejarah Diplomatik, Kementerian Luar Negeri].

Pertumbuhan kegiatan perdagangan komunitas Jepang ini tumbuh

menjamur di kota-kota pelabuhan seperti di Batavia, Semarang, dan Surabaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

79

Bahkan pada tahun 1924 di Surabaya didirikan Asosiasi Perdagangan Jepang yang

pertama dan kemudian berkembang di kota-kota lainnya.35

Mereka juga

menerbitkan surat kabar milik Jepang sendiri yang berguna untuk menjalankan

bisnis mereka. Tercatat seperti surat kabar Shimbun yang dicetak di Batavia tahun

1910 dan Java Nippo yang juga dicetak di Batavia tahun 1920.36

Komunitas pedagang Jepang memilih Surabaya sebagai tempat kegiatan

ekspor impor sehingga mereka membentuk Asosiasi Pedagang Jepang yang tidak

dapat dilepaskan dari keberadaan pedagang-pedagang besar Jepang yang tinggal

di Surabaya.37

Bahkan kemudian pada 18 Desember 1938 dibentuklah Surabaya

Nihon-jin Seinen-kai yang juga memiliki tujuan untuk melindungi hak dagang

komunitas Jepang dan sebagai langkah untuk melakukan ekspansi ke selatan

(Hindia Belanda).38

Pembentukan Surabaya Nihon-jin Seinen-Kai tidak dapat

dilepaskan dari propaganda yang dilakukan Tomegoro Yosizumi dalam surat

kabar Tohindo Nippo. Isi dari propaganda Yoshizumi adalah bahwa keberadaan

orang-orang Jepang di Hindia Belanda merupakan suatu bentuk bantuan mereka

kepada Jepang untuk menguasai dan membebaskan Asia dari negara-negara

35 P. Post. “Karakteristik Kewirausahaan Jepang dalam Ekonomi Indonesia

Sebelum Perang”, dalam J. Thomas Lindblad (ed.). 2002. Fondasi Historis Ekonomi

Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 357.

36 Ibid.

37 Yoshitada Murayama. “Pola Penetrasi Ekonomi Jepang ke Hindia Timur

Belanda Sebelum Perang”, dalam Saya Shiraishi & Takashi Shiraishi (ed.). 1998. Orang

Jepang di Koloni Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 162.

38 Goto. Op. cit., hlm. 203.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

80

barat.39

Keberadaan organisasi-organisasi pedagang Jepang di Surabaya

memperlihatkan betapa Surabaya menjadi kota terpenting untuk kegiatan

berdagang dan sebagai langkah untuk menguasai perdagangan di Hindia Belanda.

Isi dari tulisan Tomegoro Yoshizumi dalam surat kabar Tohindo Nippo

yang berhasil memicu terbentuknya Surabaya Nihon-jin Seinen-Kai adalah

sebagai berikut:

Apa yang sedang dilakukan Ibu Pertiwi kita Jepang dan apa yang

sesungguhnya ingin ia lakukan? Ia kini tengah berupaya membangun di atas tanah

Timur yang padat, sebuah ide besar yang tak pernah disadari oleh sejarah dunia…

Lebih dari satu tahun sejak Ibu Pertiwi kita dipisahkan ke daratan di

bawah api suci, sejak negarawan kita, yang dengannya kita berbagi daging dan

darah yang sama, telah secara patriotis menyadari adanya sebuah cita-cita besar

dan banyak lagi nilai-nilai lainnya yang dapat kita ikuti darinya mulai dari

sekarang…

Lebih dari 6000 mil jauhnya dari Ibu Pertiwi, kita telah bekerja dengan

tekun untuk melayani negeri kita sebagai prajurit atas pembangunan di luar tanah

Jepang, di bawah bakaran matahari di Tenggara. Inilah waktu kita untuk maju

satu langkah lebih jauh menjanjikan sebuah kerja bersama Ibu Pertiwi.40

Ketika masa krisis ekonomi 1929 banyak barang-barang impor dari Eropa

tersendat masuk ke Hindia Belanda, keadaan ini dimanfaatkan oleh pedagang-

pedagang Jepang untuk memasuki pasar Hindia Belanda. Hal ini memberikan

keuntungan bagi pihak Jepang karena sudah adanya hubungan antara pedagang di

Jepang dengan yang di Hindia Belanda. Tahun 1931 dengan adanya devaluasi yen

membuat impor Jepang ke Hindia Belanda makin lama makin meningkat

39 Wenri Wanhar. 2014. Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro

Yoshizumi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. 78-79.

40 Tohindo Nippo, Kamis, 15 Desember 1938 dalam Wenri Wanhar, Op. cit., hlm.

78-79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

81

dibandingkan dengan ekspor ke Jepang.41

Keadaan inilah yang menjadi awal dari

penetrasi barang-barang Jepang ke Hindia Belanda pada tahun 1930-an.

Tabel 9. Jumlah Impor dan Ekspor antara Hindia Belanda dengan Jepang (Sic!)

Tahun Impor (%) Ekspor (%)

1913 7 (1,6%) 36 (3,9%)

1920 134 (12%) 140 (6,3%)

1925 90 (11%) 95 (5,3%)

1928 94 (9,4%) 57 (3,6%)

1929 115 (11%) 48 (3,3%)

1930 100 (11%) 46 (4,0%)

1931 93 (16%) 33 (4,4%)

1932 78 (20%) 24 (4,4%)

1933 99 (30%) 23 (4,9%)

1934 93 (32%) 19 (3,9%)

1935 82 (26%) 24 (5,4%)

1936 75 (25%) 31 (5,8%)

1937 125 (15%) 43 (4,5%)

1938 72 (18%) 21 (3,2%)

1939 85 (18%) 25 (3,3%)

Sumber: Howard Dick. 1989. “Japan‟s Economic Expansion in the Netherlands

Indies between the First and Second World Wars,” dalam Journal of Southeast

Asian Studies, Vol. 20, No. 2., hlm. 246.

Barang-barang Jepang yang diimpor ke Hindia Belanda didominasi oleh

industri tekstil yang saat itu juga sedang meningkat pula di Jepang.42

Bahkan

impor tekstil berupa kapas dari Jepang menggeser Inggris yang sejak tahun-tahun

sebelumnya mendominasi pasar Hindia Belanda.43

Hal ini membuat khawatir

banyak pihak di Hindia Belanda dengan membanjirnya tekstil dari Jepang yang

dijual dengan murah. Bahkan surat kabar Soerabaijasche Handelsblad mencatat

bahwa pabrik-pabrik tekstil milik Jepang telah dibangun di Hindia Belanda

41 Post. Op. cit., hlm. 359; Claver. Op. cit., hlm. 351.

42 Meta. Op. cit., hlm. 27.

43 Dick. 1989. Op. cit., hlm. 249.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

82

menggantikan pabrik-pabrik tekstil milik Eropa.44

Keberadaan barang-barang

Jepang yang membanjiri Hindia Belanda semakin membuat resah pemerintah

karena barang-barang dalam negeri bahkan pengusaha dari Eropa pun makin

kehilangan pasarnya.

Penetrasi barang-barang Jepang ke Hindia Belanda tidak dapat dilepaskan

dari bencana ekonomi yang membuat masyarakat memilih barang-barang Jepang

karena lebih murah.45

Setidaknya terdapat tiga alasan utama produk-produk

Jepang dijual begitu murah yakni ongkos produksi yang semakin menurun

sehingga meningkatkan produktivitas, devaluasi yen terhadap mata uang Eropa,

dan menurunnya ongkos pelayaran karena persaingan harga dengan orang barat.46

Keadaan ini juga diikuti dengan kondisi perekonomian dunia di mana permintaan

lebih kecil dibandingkan dengan penawaran sehingga banyak barang-barang

makin tidak laku terjual.

Penetrasi yang dilakukan Jepang dengan membanjiri Hindia Belanda

dengan barang-barang yang murah dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini dapat

dilihat persentase impor setiap tahunnya yang dilakukan Jepang selalu mengalami

kenaikan. Penetrasi Jepang yang terbilang cukup sukses ini tidak dapat dilepaskan

dari strategi yang dilakukan oleh Jepang di Hindia Belanda seperti yang dicatat

44 “Indische Nijverheid”, Soerabaijasche Handelsblad pada Jumat, 17 Juli 1931,

hlm. 1.

45 Indisch Verslag 1932 Vol. 1. 1932/1933. „s-Gravenhage: Algemeene

Landsdrukerij, hlm. 156.

46 Nawiyanto 2010. Mata Hari Terbit dan Tirai Bambu: Persaingan Dagang

Jepang-Cina. Yogyakarta: Ombak, hlm. 51; Hiroshi Shimizu. 1988. “Dutch-Japanese

Competion in the Shipping Trade on the Java-Japan Route on the Inter-War Period”,

dalam Southeast Asian Studies, Vol. 26, No. 1., hlm. 13-14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

83

oleh Nawiyanto. Pertama, Jepang memiliki strategi tidak hanya mengirim barang-

barangnya ke Hindia Belanda tetapi juga membangun pabrik-pabrik yang

dikelolanya sendiri sehingga dapat menangani sistem distribusi barang dari Jepang

ke Hindia Belanda.47

Kedua, toko-toko Jepang juga memperkerjakan orang-orang

bumiputera terutama mereka yang kehilangan pekerjaan sebagai akibat dari masa

depresi yang berkepanjangan.48

Ketiga, harga barang-barang Jepang dijual dengan

harga yang cukup murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah yang saat itu begitu banyak.49

Impor Jepang ke Hindia Belanda setelah masa depresi ekonomi 1930-an

setiap tahunnya memang terjadi kenaikan seperti yang terlihat pada tabel 7. Hasil

impor yang besar dibandingkan ekspor ini juga disebabkan karena jaringan

pedagang-pedagang Jepang yang tumbuh subur di Hindia Belanda. Tercatat pada

tahun 1933 terdapat 424 perusahaan dagang yang diantaranya 58 perusahaan ada

di Surabaya, 32 di Batavia, 27 di Semarang, 15 di Bandung, 12 di Cirebon, dan

kota-kota besar lainnya.50

Bahkan laporan pemerintah Hindia Belanda pada tahun

1935 kegiatan perdagangan Jepang melalui perusahaan telah menjamur ke

berbagai tempat.51

47 Nawiyanto. Op. cit., hlm. 55.

48 Ibid., hlm. 57.

49 Ibid.

50 Liem. Op. cit., hlm. 77-78.

51 Indisch Verslag 1935. 1935/1936. „s-Gravenhage: Algemeene Landsdrukerij,

hlm. 174-175.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

84

Perusahaan Jepang yang menjamur di Surabaya dan kota-kota perdagangan

lainnya merupakan salah satu cara yang dilakukan pedagang Jepang untuk

menyingkirkan pedagang-pedagang dari Tionghoa.52

Bahkan barang-barang impor

Jepang yang dijual di Surabaya merupakan barang-barang komoditi yang sama

dengan pedagang Tionghoa seperti katun, sutera, perabotan rumah tangga, barang

pecah belah, logam, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi salah satu cara yang

dilakukan pedagang Jepang untuk menekan pedagang Tionghoa di Hindia

Belanda apalagi dengan barang-barang Jepang yang dijual dengan murah.

Pengusaha-pengusaha Tionghoa juga begitu lambat dalam merespon kegiatan

perdagangan Jepang, pengusaha Tionghoa juga tidak dibantu oleh pemerintah

Tiongkok berbeda dengan Jepang.53

Maka tidak mengherankan pada tahun 1930-

an toko-toko Jepang di Surabaya makin lama makin menjamur dan berdampingan

langsung dengan toko-toko pedagang Tionghoa.

Jepang membangun jaringan bisnisnya di Surabaya sebagai pusat

perekonomian di Hindia Belanda. Tercatat terdapat tiga bank milik Jepang

(Mitsui, Bank Taiwan, dan Bank Yokohama), tujuh rumah produksi ekpor-impor,

21 toko grosir barang-barang Jepang, dua hotel, dan toko-toko bisnis kecil lainnya

yang dimiliki langsung oleh orang Jepang.54

Begitu banyaknya toko-toko dan

jaringan bisnis yang dibangun oleh Jepang di Surabaya membuat persaingan

52 Liem. Op. cit., hlm. 77; Claver. Op. cit., hlm. 386.

53 Claver. Ibid., hlm. 387.

54 Dick. 1989. Op. cit., hlm 251.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

85

dagang antara komunitas Tionghoa yang sebelumnya juga memiliki pengaruh kuat

di Surabaya dengan pendatang baru dari komunitas Jepang.

Pedagang Tionghoa juga semakin lama semakin terjepit dengan keadaan

begitu banyaknya toko-toko Jepang yang menjual barang-barang yang murah.

Orang Tionghoa yang sejak dahulu dikenal sebagai pedagang perantara antara

produsen dari Eropa dengan konsumen dari bumiputera mengalami nasib yang

buruk sejak penetrasi barang Jepang. Makin sedikitnya pasokan barang dari Eropa

yang digantikan dengan barang-barang impor dari Jepang membuat pedagang

perantara Tionghoa kehilangan pekerjaannya bahkan mendapatkan upah yang

minim. Pedagang dari Jepang tidak menggunakan jasa pedagang perantara

Tionghoa dalam sistem perekonomiannya karena mereka juga saling bersaing.

Apalagi dengan daya konsumsi masyarakat bumiputera yang lebih memilih

barang-barang Jepang yang dianggap lebih murah dan dapat dijangkau

dibandingkan barang-barang dari Eropa.

Perusahaan-perusahaan skala menengah sampai besar yang dikelola oleh

orang Tionghoa di Surabaya juga terdampak dari penetrasi Jepang. Industri gula,

kopi, indigo, dan komoditi lainnya dari sektor perkebunan yang dimiliki oleh

orang Tionghoa Surabaya juga terdampak seiring makin turunnya komoditi

ekspor Hindia Belanda.55

Akibatnya mereka harus mengurangi jumlah produksi

dan tenaga kerja untuk menyelamatkan perusahaan di masa krisis 1930 ini.

Keadaan komunitas Tionghoa di Surabaya pada masa krisis tidaklah jauh berbeda

55 Abdul. Op. cit., hlm. 129.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

86

dengan keadaan bumiputera yang kehilangan pekerjaan karena persaingan dagang

dengan Jepang.

Keadaan ini memicu pemerintah Hindia Belanda untuk bertindak cepat atas

apa yang terjadi dengan penetrasi Jepang dengan impor barang-barangnya yang

murah. Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat regulasi seperti Ordonansi

Darurat tentang Pembatasan Impor dan Ordonansi Darurat tentang Pembatasan

Masuknya Orang Asing dengan tujuan untuk mengurangi penetrasi Jepang.56

Dikeluarkannya regulasi untuk pembatasan impor ini juga bertujuan agar pasar

ekonomi Hindia Belanda tidak dipenuhi oleh barang-barang impor yang murah.57

Bahkan juga berkembang suatu gerakan untuk memboikot barang-barang Jepang

yang pada awalnya berkembang dari media cetak dan menjadi sebuah gerakan

yang masif terutama oleh golongan Tionghoa.58

C. Perang Tiongkok-Jepang

Konfrontasi antara Tiongkok dengan Jepang sudah terjadi sejak abad XX

apalagi dengan ikut sertanya Jepang dalam Perang Dunia I dan teori ekspansinya

yang berkembang menyebabkan gejolak di Asia Timur. Setelah Jepang

mendapatkan Korea dan Taiwan dan setelah kemenangannya terhadap Tiongkok

membuat Jepang berkeingingan untuk memperluas wilayahnya. Motivasi yang

56 Murayama. Op. cit., hlm. 144.

57 W.H.A. Wesselink & K.YFF. 1956. Sedjarah Ekonomi Saduran Beknopt

Leerboek Der Economische Geschiedenis. Jakarta: Noordhoff-Kolff N.V., hlm. 204;

Claver. Op. cit., hlm. 356.

58 Goto. Op. cit., hlm. 219.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

87

sama seperti negara-negara barat yang melakukan ekspansi, maka Jepang pun juga

ingin menguasai wilayah-wilayah yang lain terutama untuk mengambil sumber

daya alam dan manusianya. Perang Tiongkok-Jepang yang pecah pada tahun

1930-an merupakan awal dari dimulainya Perang Dunia II di Asia. Setidaknya

tercatat dua peristiwa dalam perang Tiongkok-Jepang yang memiliki dampak

besar yakni pembentukan negara boneka Manchukuo, dan pembantaian di

Nanking.

1. Negara Boneka Manchukuo

Pada tahun 1930-an di Jepang sedang berkembang teori ekspansi baik ke

wilayah utara maupun ke selatan. Jepang melakukan ekspansi pada tahun 1930-an

tidak dapat dilepaskan dari kondisi perekonomian Jepang yang sedang carut marut

akibat krisis ekonomi. Tanah Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam yang

melimpah dan jumlah penduduk Jepang yang sedikit membuat mereka

menginginkan wilayah-wilayah di luar Jepang seperti yang dilakukan oleh negara-

negara barat. Jepang menginginkan sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya

alam yang melimpah untuk digunakan sebagai perindustrian mereka yang sedang

maju-majunya.59

Maka Jepang melirik Tiongkok sebagai wilayah yang strategis

terutama karena melimpahnya sumber daya alam dan manusianya sehingga

Jepang menaruh perhatian lebih pada negara tetangganya itu. Tiongkok yang saat

59 Michael Wicaksono. 2015. Republik Tiongkok (1912-1949) Dari Runtuhnya

Kekaisaran Qing hingga Lahirnya Salah Satu Republik Terkuat di Dunia. Jakarta: Elex

Media Komputindo, hlm. 381.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

88

itu masih dilanda perang saudara pun dimanfaatkan betul oleh Jepang untuk

disusupi dan dikuasai sumber-sumbernya.

Kemajuan perindustrian modern mendorong Jepang untuk menguasai

wilayah yang memiliki sumber daya alam mengingat Jepang merupakan negara

yang sangat miskin akan sumber daya alam. Dengan majunya perindustrian

Jepang dapat membuat mereka hampir menyamai negara-negara barat terutama

untuk menopang kekuatan saat perang. Maka berkembanglah politik

ekspansionisme yang dilakukan Jepang untuk menguasai wilayah Asia Timur

dengan Jepang sebagai pemimpinnya untuk membebaskan pengaruh dari

imperialisme barat.60

Setelah menguasai wilayah Korea maka tujuan ekspansi Jepang

selanjutnya adalah Tiongkok. Ketika Jepang melakukan ekspansi ke Tiongkok

seorang jenderal Jepang bernama Jenderal Tanaka mengeluarkan sebuah

Memorial Tanaka yang isinya merupakan alasan dan cara-cara yang dilakukan

oleh Jepang untuk merebut Tiongkok. Memorial Tanaka ini terbit sesaat sebelum

perang Tiongkok-Jepang berlangsung pada 1930-an, namun Memorial Tanaka

dimuat di harian surat kabar Pewarta Soerabaia pada 18 November 1931

meskipun sebelumnya telah diterbitkan lebih dulu pada 13-23 Oktober 1931.

Namun, atas desakan dari pembaca Pewarta Soerabaia yang mayoritas

merupakan Tionghoa perantauan maka Memorial Tanaka diterbitkan kembali.

Bagi orang Tionghoa perantauan Memorial Tanaka yang diterbitkan oleh surat

60 Michael. Op. cit., hlm. 382.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

89

kabar Tionghoa-Melayu merupakan salah satu cara mengetahui politik Jepang di

Tiongkok dan membangkitkan semangat anti Jepang.

Memorial Tanaka yang berisikan alasan Jepang menyerang Manchuria

sebagai salah satu cara mereka untuk menginvasi Tiongkok. Manchuria memiliki

luas wilayah hampir 74.000 meter persegi dengan jumlah rakyat sebesar

28.000.000 jiwa merupakan wilayah yang cukup strategis untuk dikuasai

Jepang.61

Letaknya di Tiongkok Utara membuat keuntungan bagi Jepang karena

sebelumnya mereka telah menguasai wilayah-wilayah Uni Soviet dalam perang

Rusia-Jepang. Manchuria juga memiliki sumber daya alam yang cukup besar

terutama logam yang diincar oleh Jepang guna memajukan persenjataan Jepang

dalam peperangan.62

Jepang mengincar Manchuria untuk diduduki tidak hanya sebatas untuk

mengambil sumber daya alamnya saja melainkan mereka memiliki strategi untuk

menguasai Tiongkok secara penuh seperti yang tertulis dalam surat kabar Pewarta

Soerabaia berikut ini:

Kita moesti taloeken Manchuria dan Mongolia. Boeat bisa taloeken seantero

doenia kita haroes lebi doeloe taloeken Tiongkok. Bila kita bisa berhasil taloeken

Tiongkok, sisanja negri-negri di Asia dan di Lamyang aken takoet kita dan

manloek pada kita. Lantas doenia aken mengetahoei, Asia Timoer ada kitapoenja

dan tida aken brani boeat langgar kitapoenja hak-hak.63

Pernyataan dalam Memorial Tanaka menjadi sebuah ancaman nyata Jepang

menginvasi Manchuria sebagai langkah awal mereka menguasai Tiongkok dan

61 “Memorial Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 18 November 1931, hlm.

17.

62 Ibid.

63 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

90

Asia Timur. Hal ini sesuai ide ekspansi Jepang yang ingin menguasai dunia di

bawah satu atap atau dikenal sebagai Hakko-Ichiu.64

Gambar 3. Isi dari Memorial Tanaka dalam Surat Kabar Pewarta Soerabaia

Sumber: Pewarta Soerabaia 18 November 1931.

Invasi Jepang ke Manchuria ini cukup menimbulkan kekhawatiran

terutama dari pemerintah Tiongkok. Jepang mengganggap bahwa wilayah

Manchuria tidak memiliki hubungan dengan negeri Tiongkok, hal ini disebabkan

karena sebelumnya Manchuria merupakan wilayah Dinasti Qing yang sudah

64 Micahel. Op. cit., hlm. 383.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

91

digantikan oleh pemerintah modern Tiongkok.65

Jepang kemudian menginginkan

dikuasainya Manchuria dapat memberikan keuntungan bagi industri Jepang

terutama dengan rencananya untuk membangun jalur kereta api di Manchuria

Selatan.66

Jalur kereta api ini cukup penting untuk mengangkut bahan-bahan

mentah untuk industri Jepang dan sebagai penghubung untuk ekspedisi militer

Jepang.67

Untuk menguasai Manchuria Jepang melakukan penyerangan sehingga

kemudian Jepang mendirikan negara boneka Manchuria guna menekan

pemerintah Tiongkok. Pada 18 September 1931 terjadilah insiden pemboman jalur

kereta api di Manchuria Selatan, orang Jepang menganggap insiden tersebut

merupakan ulah dari orang Tionghoa yang tidak suka dengan kehadiran Jepang

namun pihak Tiongkok menyangkalnya.68

Insiden ini kemudian berujung pada

penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh tentara Jepang kepada Tiongkok.

Cara yang dilakukan Jepang terhadap Tiongkok dianggap licik karena dengan

memfitnah Tiongkok telah menyerang jalur kereta api Jepang sehingga dunia

65 “Memorial Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 18 November 1931, hlm.

17.

66 “Politie Japan di Manchuria”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 22 Januari 1931,

hlm. 1.

67 Michael. Op. cit., hlm. 385.

68 Nio Joe Lan. 1962. Djepang Sepanjang Masa. Jakarta: PT Kinta Djakarta, hlm.

257-258; “Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia pada

Sabtu, 31 Oktober 1931, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

92

menganggap bahwa penyerangan Jepang pada Tiongkok adalah suatu bentuk

perlindungan diri.69

Insiden penyerangan Jepang di Manchuria ini membuat banyak pemimpin-

pemimpin militer Tiongkok ditangkap oleh Jepang dan barisan tentara Tiongkok

makin lama makin mundur. Melihat Jepang makin lama makin mendesak

Manchuria maka rayat Tiongkok pun juga ikut berjuang dengan memboikot

barang-barang Jepang di Tiongkok.70

Hal ini kemudian membuat militer Jepang

makin banyak mengirim pasukannya ke Manchuria guna memberikan

perlindungan dari tentara Tiongkok.71

Invasi Jepang ke Manchuria pun kemudian

mendapatkan sorotan dari dunia internasional setelah Tiongkok melaporkannya ke

Liga Bangsa-Bangsa mengingat Jepang tergabung di dalamnya.72

Namun, Jepang

tidak menggubris reaksi dunia internasional malahan semakin menekan Tiongkok

dengan menyerang beberapa wilayah yang lain. Hingga kemudian tidak berselang

lama Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa pada 27 Maret 1933 sehingga dapat

melakukan penyerangan dan invasi pada Tiongkok.73

Setelah Jepang dapat menguasai Manchuria maka kemudian Jepang

mendirikan negara boneka sehingga negara tersebut berdiri di bawah bayang-

69 “Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia pada

Sabtu, 31 Oktober 1931, hlm. 1.

70 Nio. Op. cit., hlm. 258.

71 “Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia pada

Senin, 2 November 1931, hlm. 1.

72 “Sampe Brapa Jaoeh Japan Soeda Langgar Perdjanjian Internationaal”, Pewarta

Soerabaia pada Jumat, 6 November 1931, hlm. 1.

73 Michael. Op. cit., hlm. 418.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

93

bayang pemerintah Jepang. Jepang mendirikan negara boneka ini sebagai salah

satu cara untuk menekan pemerintahan Tiongkok sehingga nantinya Jepang dapat

menguasai Tiongkok secara penuh. Negara boneka Manchuria ini kemudian

diganti namanya menjadi Manchukuo dan mengangkat seorang kaisar Tiongkok

yang dahulu diturunkan takhtanya oleh pemerintahan modern Tiongkok yakni

Aisin-Gioro Pu Yi/Henry Pu Yi74

dari Kerajaan Manchu Dinasi Qing.

Jepang dalam mendirikan negara Manchukuo cukup jeli dalam melihat

situasi terutama karena Jepang ingin menekan pemerintahan Tiongkok. Jepang

mengangkat Pu Yi sebagai kepala negara Manchukuo bukan tanpa alasan

terutama untuk mengadu domba kedua kekuatan negara ini. Pu Yi yang

diturunkan dari takhtanya karena digantikan oleh pemerintahn modern Tiongkok

setelah Revolusi 1911. Pemerintahan modern Tiongkok tidak menginginkan

adanya kerajaan atau kekaisaran, mereka menginginkan negara yang dipimpin

oleh seorang presiden secara demokratis sehingga membuat Pu Yi yang saat itu

masih sangat muda diturunkan. Pengangkatan Pu Yi sebagai kepala negara

Manchukuo adalah sebagai bentuk adu domba atas pembalasan dendam Pu Yi

yang diturunkan dari takhtanya sehingga nantinya terjadi perang saudara antara

Manchukuo dengan Tiongkok. Hal ini kemudian dapat dimanfaatkan Jepang

untuk merebut Tiongkok.

Keadaan Pu Yi ini dimanfaatkan oleh Jepang terutama karena Pu Yi juga

memiliki hubungan baik dengan Jepang. Setelah Dinasti Qing berakhir dan Pu Yi

74 Untuk mengetahui lebih dalam mengenai biografi Aisin-Gioro Pu Yi dapat

membaca P.K. Ojong. 2019. Dari Kaisar Menjadi Penduduk Biasa: Pu Yi. Jakarta: KPG.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

94

diturunkan dari takhtanya Pu Yi pun mengungsi sementara dan meminta

perlindungan dari Jepang karena di Tiongkok sudah dikuasai oleh tentara

republik.75

Pu Yi juga menaruh dendam kepada Chiang Kai Shek karena telah

menghancurkan makam keluarga Pu Yi yang bagi setiap orang Tionghoa menjaga

makam keluarga merupakan kewajiban, sehingga perusakan barang-barang

leluhur Pu Yi merupakan kejadian yang tidak pernah dilupakan oleh Pu Yi dan

menyimpan dendam kepada Chiang Khai Shek.76

Pada 1 Maret 1934 Pu Yi kemudian dinobatkan sebagai kaisar kembali di

Manchukuo, namun pemerintahannya tetap di bawah Jepang sehingga Manchukuo

merupakan negara boneka yang dengan seenaknya digerakkan oleh Jepang.77

Meskipun begitu Tiongkok tidaklah tinggal diam dengan didirikannya

Manchukuo, mereka berusaha untuk mengambil kembali Manchuria karena

dianggap penting bagi Tiongkok.78

Selagi mereka berusaha untuk mengambil

Manchuria kembali, pemerintah Tiongkok juga berusaha untuk mempertahankan

wilayah-wilayah yang mulai disusupi oleh Jepang. Jepang dalam melancarkan

aksinya tidaklah main-main, mereka dengan mengirimkan bala tentaranya untuk

menduduki tempat-tempat penting di Tiongkok sehingga dapat menguasai

Tiongkok secara penuh.

75 Michael. Op. Cit., hlm. 409; Ojong. Op. cit., hlm. 128.

76 Ojong. Ibid., hlm. 159.

77 Michael. Ibid., h. 419; Ojong. Ibid., hlm. 198.

78 “Japan dan Manchuria”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu, 27 Februari 1932, hlm.

1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

95

2. Pembantaian Nanking

Perang Tiongkok-Jepang pada tahun 1937 telah mencapai puncaknya

terutama setelah Jepang menguasai Manchuria dan beberapa tempat-tempat

penting di Tiongkok. Jepang berambisi untuk menguasai wilayah-wilayah di

Tiongkok sehingga pemerintahan Tiongkok makin lama makin terdesak sehingga

Tiongkok dapat jatuh ke tangan Jepang. Jepang kemudian berambisi untuk

menguasai wilayah pusat pemerintahan Tiongkok yakni Nanking sehingga dapat

melumpuhkan kekuasaan dari Chiang Kai Shek. Invasi Jepang ke Nanking inilah

yang menjadi puncak peperangan yang hebat bahkan sampai terjadi pembantaian

pada tahun 1937.

Pasukan Jepang di Tiongkok telah tersebar ke berbagai wilayah di utara,

tengah, dan selatan sehingga hampir seluruh Tiongkok telah dikepung oleh tentara

Jepang.79

Tentara Jepang dengan persenjataan yang lengkap telah tersebar hampir

di seluruh Tiongkok guna mengepung ibu kota republik di Nanking. Sebuah

insiden yang dekat dengan Nanking di mana tentara Jepang telah menembakkan

meriamnya ke Jembatan Marco Polo yang menjadi rute alternatif menuju ibu kota

republik pada 7 Juli 1937.80

Insiden di Jembatan Marco Polo ini menyulut emosi

tentara Tiongkok sehingga mereka tidak tinggal diam. Para tentara Tiongkok

kemudian naik pitam melindungi kota-kota yang kemudian ditembaki oleh tentara

Jepang bahkan mereka berkata “Soeka boeat idoep atawa mati sama-sama dengen

79 Michael. Op. cit., hlm. 457-458.

80 “Japan Menembak-Tiongkok Melawan”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 10

Agustus 1937, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

96

itoe kota,”81

yang dilontarkan sebagai tanda untuk melindungi kota-kota dari

serangan Jepang.

Peristiwa di Jembatan Marco Polo dapat memberikan keuntungan bagi

tentara Jepang untuk semakin menguasai wilayah-wilayah di Tiongkok. Mereka

dengan mudah menguasai Beiping dan Tianjin di Tiongkok utara yang merupakan

wilayah penting bagi Tiongkok. Kini Jepang tertuju pada Shanghai yang

merupakan kota pelabuhan penting bagi Tiongkok. Perang di Shanghai

merupakan perang yang cukup hebat antara tentara Tiongkok dengan Jepang

karena apabila kota Shanghai sampai jatuh ke tangan Jepang maka semakin dekat

pada kehancuran Tiongkok.82

Jepang memiliki strategi untuk melumpuhkan

Tiongkok sehingga mereka dapat menguasai wilayah tersebut seperti yang tertulis

dalam surat kabar Pewarta Soerabaia ini:

Djepang bikin hoeroe-hara di dalem daerah Tiongkok dan tjoba gertak dan antjem

pembesar Tiongkok soepaja soeka menaloek dan teeken perdjandjian toeroet

kemaoean Djepang seperti jang soeda-soeda; demikianpoen adanja impian dari

kaoem military Djepang.83

Hal ini dimaksoedkan ketika Jepang mulai menyerang kota-kota penting di

Tiongkok dapat memberikan tekanan pada pihak pemerintah Tiongkok untuk

81 “Japan Menembak-Tiongkok Melawan”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 11

Agustus 1937, hlm. 1.

82 “Pemandengan Perang Tiongkok-Japan”, Pewarta Soerabaia pada Minggu, 29

Agustus 1937, hlm. 1.

83 “Pemandengan Perang Tiongkok-Japan”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 24

September 1937, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

97

segera menyerah kepada Jepang.84

Namun tidak disangka bahwa pemerintahan

Chiang Kai-shek tidak akan mundur meskipun dibombadir oleh Jepang.

Namun, peperangan ini di luar dugaan pemerintahan Tiongkok meskipun

pada perang di Shanghai tentara Tiongkok dapat menekan tentara Jepang tetapi

lama-kelamaan pasukan Tiongkok mundur sehingga pada 9 November 1937

Shanghai jatuh ke tangan Jepang. Tentara Tiongkok kemudian mundur ke

Nanking ibu kota republik untuk melindungi kota tersebut agar tidak sampai jatuh

ke tangan Jepang. Apabila Nanking sampai jatuh ke tangan Jepang maka

pemerintahan Tiongkok juga jatuh ke tangan Jepang sehingga wilayah Tiongkok

benar-benar dikuasai oleh Jepang sepenuhnya.

Strategi Tiongkok untuk mempertahankan Nanking dari tentara Jepang

tidak berjalan dengan maksimal. Mereka hanya mampu menghambat tentara

Jepang, namun tidak mampu menghentikan laju tentara Jepang untuk masuk ke

wilayah Nanking.85

Tentara Tiongkok semakin kewalahan mengahadapi

gempuran dari tentara Jepang sehingga makin lama Nanking makin terdesak,

Chiang Kai-shek pun kemudian semakin memundurkan pusat pemerintahannya.

Bahkan di luar dugaan setelah Jepang mampu merebut Shanghai mereka dengan

begitu cepat mampu menguasai Nanking pada 12 Desember 1937 sebuah waktu

yang cukup singkat bagi Jepang setelah menaklukkan Shanghai. Diketahui bahwa

84 “Japan Menembak-Tiongkok Melawan”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 11

Agustus 1937, hlm. 1.

85 Oey Hong Lee. 1959. Naga dan Tikus: Kisah Perang Tiongkok-Djepang (7

Djuli 1937-2 September 1945). Jakarta: PT Lucky, hlm. 71.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

98

tentara Tiongkok saat itu telah melakukan banyak kesalahan dalam strategi perang

melawan Jepang sehingga mereka dengan mudah dilumpuhkan.86

Gambar 4 Perang Tiongkok-Jepang Menghiasi Halaman Depan Pemberitaan di

Pewarta Soerabaia

Sumber: Pewarta Soerabaia 10 Agustus 1937

Sumber: Pewarta Soerabaia 10 Agustus 1937

Jepang memiliki keuntungan yang cukup besar terutama setelah Jepang

menguasai wilayah-wilayah di sekitar Nanking. Hal inilah yang membuat Jepang

terlebih dahulu menginvasi dan menguasai wilayah-wilayah di sekitar Nanking

sehingga pada akhirnya mereka dapat mengepung Nanking. Strategi ini cukup jitu

86 Irish Chang. 2009. The Rape of Nanking. Yogyakarta: Narasi, hlm. 85-86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

99

melihat tentara Jepang menguasai wilayah udara, wilayah perairan yang dekat

dengan Sungai Yangtse, dan menguasai daratan pula sehingga Jepang dengan

cepat menguasai medan perang.87

Setelah Nanking jatuh ke tangan Jepang dan pasukan tentara Tiongkok

mundur beserta pemerintahan Chiang Kai-shek yang juga mundur dari ibu kota

Nanking maka terjadilah tragedi horor yang dilakukan oleh tentara Jepang.

Tentara Jepang yang memasuki kota mulai beringas menangkapi seluruh

penduduk di Nanking. Mereka menangkap penduduk sipil Tionghoa mengikat

tangannya kemudian menggiring mereka untuk satu persatu dibunuh dengan

senapan mesin maupun ditusuk dengan bayonet, kemudian mayat-mayat mereka

ditumpuk dalam suatu kuburan massal.88

Bahkan mereka juga memperkosa

perempuan baik muda maupun tua dan kemudian dibunuhnya. Tentara Jepang

melakukan pemerkosaan dan pembunuhan adalah sebagai cara untuk melemahkan

kekuatan dan semangat individu penduduk Tionghoa.

Irish Chang dalam studinya mengenai pembantaian di Nanking mencatat

penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Jepang kepada penduduk sipil di

Nanking.89

Tentara Jepang dalam melakukan penyiksaan kerap kali mereka

mengubur hidup-hidup orang Tionghoa dalam kuburan massal. Mereka juga kerap

kali melakukan mutilasi, membunuh dengan menyirami korban dengan minyak

sehingga kemudian di bakar hidup-hidup, dimasukkan ke dalam es, mati dicabik-

87 Oey. Op. cit., hlm. 72.

88 Ibid., hlm. 80-81; Chang. Op. cit., hlm. 98-99.

89 Chang, Ibid., hlm. 104-107.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

100

cabik oleh gigitan anjing milik tentara Jepang, dan tindakan-tindakan lain yang

tidak berperikemanusiaan.

Tindakan pemerkosaan pun juga dilakukan oleh tentara Jepang kepada

perempuan-perempuan Nanking. Banyak dari korban yang tewas setelah

diperkosa akibat bunuh diri, namun ada juga perempuan-perempuan yang hamil

akibat pemerkosaan tersebut. Perempuan yang hamil anak-anak dari tentara

Jepang banyak yang dibunuh atau tidak diakui sebagai anaknya akibat trauma

yang begitu mendalam atas perlakuan tentara Jepang. Banyak sekali tindakan-

tindakan yang di luar nalar manusia yang dilakukan oleh tentara Jepang kepada

penduduk Nanking.

Peristiwa di Nanking semakin menyulut emosi yang begitu besar penduduk

Tionghoa kepada Jepang. Bahkan korban tewas akibat peristiwa di Nanking

begitu besar jumlahnya hingga mencapai puluhan ribu jiwa.90

Pembantaian yang

dilakukan oleh Jepang menyulut sikap kebencian terhadap Jepang bahkan gaung

anti Jepang yang dikeluarkan oleh penduduk Tionghoa makin besar. Bahkan

sebagai bentuk solidaritas banyak dari penduduk Tionghoa baik di daratan

Tiongkok maupun perantauan dengan bantuan dunia internasional menyerukan

untuk anti Jepang.

90 Chang. Op. cit., hlm. 121.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

101

BAB IV

AKSI BOIKOT JEPANG TAHUN 1931-1941

A. Aksi Boikot Jepang di Surabaya

Peristiwa penyerangan Jepang ke Tiongkok dan ekspansi barang-barang

Jepang masuk ke Hindia Belanda pada tahun 1930-an memberikan dampak yang

begitu besar bagi kelompok Tionghoa Melayu. Penyerangan Jepang ke Tiongkok

merupakan suatu bentuk ekspansi secara fisik terhadap negara Tiongkok yang

ingin dikuasai penuh oleh Jepang. Tidak berhenti pada penyerangan Jepang atas

Tiongkok, namun Jepang juga melakukan ekspansi barang-barangnya ke berbagai

wilayah di Asia salah satunya Hindia Belanda. Keinginan Jepang untuk

menguasai wilayah-wilayah di Asia menumbuhkan rasa kebencian dikalangan

kelompok Tionghoa.

Dua peristiwa di atas ditanggapi secara langsung oleh kelompok Tionghoa

dengan melakukan aksi boikot terhadap Jepang. Aksi pemboikotan yang

dilakukan oleh kelompok Tionghoa bukanlah pertama kali ini saja terjadi

melainkan sudah pernah terjadi pada tahun 1902-1904 terhadap

Handelsvereeniging Amsterdam.1 Hal ini membuktikan bahwa kelompok

Tionghoa di Hindia Belanda akan melancarkan aksi boikot sebagai salah satu

bentuk kekuatan mereka dalam melakukan perlawanan. Aksi boikot memberikan

1 Alexander Claver. 2014. Dutch Commerce and Chinese Merchants in Java:

Colonial Relationships in Trade and Finance, 1800-1942. Leiden: KITLV, hlm. 189-239.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

102

bukti bahwa sisi perekonomian Tionghoa masih menjadi prioritas utama di Hindia

Belanda.

Aksi boikot yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Tionghoa

perantauan merupakan senjata perekonomian yang paling ampuh yang dapat

mereka lakukan dalam mendukung kedaulatan kekuatan politik Tiongkok. Seperti

yang sudah diketahui bahwa kelompok Tionghoa memiliki kepentingan dalam hal

perdagangan dengan beberapa kelompok-kelompok negara lainnya. Bahkan bagi

mereka melakukan hubungan perdagangan dengan orang Tionghoa merupakan

sesuatu yang paling menguntungkan. Oleh karena itu apabila terjadi hubungan

yang tidak baik antara negara yang bekerjasama dengan kelompok Tionghoa

maka mereka tidak segan-segan melakukan aksi boikot.2 Dengan melakukan aksi

boikot dapat memberikan dampak terhentinya perdagangan dan terjadi kelesuan

terhadap produk manufaktur sehingga akan memberikan dampak negatif terhadap

perekonomian negara yang diboikot orang Tionghoa.

Aksi boikot Jepang yang terjadi pada 1930-an tidak hanya untuk

kepentingan ekonomi kelompok Tionghoa Surabaya karena ekspansi barang-

barang Jepang yang murah. Namun, aksi boikot merupakan bentuk perasaan anti

Jepang yang ditanamkan oleh kelompok Tionghoa yang tinggal di Surabaya. Aksi

boikot merupakan bentuk solidaritas kelompok Tionghoa Surabaya terhadap

saudara-saudara mereka di Tiongkok. Di bawah ini akan dijelaskan dua instrumen

2 Dorothy J. Orchad. “China‟s Use of the Boycott as a Political Weapon” dalam

The Annals of the American Academy of Political and Social Science, Vol 152., hlm.

252.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

103

yang mendukung terjadinya aksi boikot di Surabaya, meskipun kedua instrumen

ini akan saling berkaitan.

1. Kelompok Organisasi Tionghoa

Perkembangan nasionalisme Tionghoa di Hindia Belanda tidak dapat

dipisahkan dari berkembangnya pengaruh nasionalisme dari Tiongkok. Setelah

suksesnya revolusi pada tahun 1911 oleh Sun Yat Sen berdirilah kelompok partai

nasionalis Kuo Min Tang (KMT).3 KMT kemudian berkembang di Hindia

Belanda dengan berdirinya kelompok Soe Po Sia atau Klub Membaca Tionghoa.4

Menurut Claudine Salmon bahwa di Surabaya kelompok Siang Hwee, Tiong Hoa

Hwee Koan, Soe Po Sia, dan Klub Membaca Tionghoa memiliki satu koordinasi

dengan KMT.5 Kelompok-kelompok inilah yang kemudian berkembang dan

saling berdiskusi permasalahan yang terkait dengan nasionalisme Tiongkok di

Surabaya.

3 Kuo Min Tang (KMT) berdiri pada tahun 1892 oleh Sun Yat Sen yang

kemudian berkembang menjadi partai yang mempersiapkan pemerintahan konstitusional

setelah Revolusi 1911. Kuo Min Tang yang diisi oleh kaum nasionalis Tiongkok berusaha

untuk memberikan pengaruh yang cukup besar kepada penduduk Tionghoa terkait dengan

sistem pemerintahan yang modern menggeser pemerintahan yang sifatnya kerajaan

sebelumnya. Pengaruh nasionalisme ini tidak hanya dikembangkan di Tiongkok daratan

saja melainkan berkembang ke penduduk Tionghoa perantauan. Untuk penjelasan lebih

lanjut mengenai Kuo Min Tang dapat dibaca pada Hollington K. Tong (ed.). 1947. China

Handbook 1937-1945: A Comprehensive Survey of Major Developments in China in

Eight Years of War. New York: The Macmillan Company, hlm. 35-94.

4 Mona Lohanda. 2002. Growing Pains: The Chinese and The Dutch in Colonial

Java 1890-1942. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, hlm. 139.

5 Claudine Salmon. 2009. “The Chinese Community of Surabaya from its Origin

to the 1930s Crisis”, dalam Chinese Southern Diaspora Studies, Vol. 3, hlm. 55.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

104

Diketahui sebelumnya bahwa kelompok Siang Hwee dan Tiong Hoa Hwee

Koan merupakan kelompok yang cukup besar di Surabaya. Siang Hwee mampu

menghimpun pedagang-pedagang Tionghoa yang juga memiliki koneksi dengan

Tiongkok daratan. Begitu pun juga dengan Tiong Hwa Hwee Koan yang

kemudian mengembangkan sekolah-sekolah yang menekankan pada pendidikan

Tionghoa modern menghimpun hampir semua anak-anak Tionghoa Surabaya.

Kedua kelompok tersebut tidak mengherankan memiliki hubungan dengan KMT

sehingga anggota-anggotanya memiliki perasaan nasionalisme yang begitu besar.

Bahkan hampir seluruh masyarakat Tionghoa di Surabaya memiliki hubungan

dengan KMT baik secara resmi maupun tidak resmi.

Aksi boikot Jepang terjadi pertama kali pada September 1931 sebagai

akibat dari penyerangan Jepang atas Manchuria yang kemudian diubahnya

menjadi negara boneka Manchukuo. Aksi boikot ini juga merespon krisis

ekonomi yang melanda Hindia Belanda pada tahun 1930 sehingga membuat

Jepang begitu mudah mengekspansi dengan barang-barangnya yang murah.

Melihat kembali pada tabel 9 yang menunjukkan bahwa impor Jepang lebih besar

dibandingkan dengan ekspornya sehingga membuat banjir barang-barang murah

dari Jepang di Hindia Belanda. Keadaan krisis ekonomi membuat Jepang

mengeruk keuntungan yang besar dibandingkan dengan kelompok Tionghoa.

Kedua peristiwa tersebut menyulut emosi kelompok Tionghoa karena

pertama negeri leluhur mereka telah diduduki oleh Jepang yang ingin menguasai

seluruh wilayah Tiongkok dan kedua kelompok pedagang Tionghoa merasa

dirugikan dengan membanjirnya barang murah dari Jepang. Segera setelah itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

105

kelompok Tionghoa di Surabaya kemudian menyebarkan berita-berita mengenai

kekejaman dan kekerasan yang dilakukan oleh Jepang selama menyerang

Tiongkok.6 Mereka menggunakan pamflet dan surat kabar yang berafiliasi dengan

kelompok Tionghoa untuk mempropagandakan kejahatan yang dilakukan oleh

Jepang.

Disebutkan bahwa pada saat itu dinding-dinding telah ditempeli oleh

pamflet-pamflet propaganda kebencian terhadap Jepang, bahwa Jepang telah

melakukan pendudukan ke wilayah Tiongkok dan bermaksud untuk

menguasainya. Banyak juga dari perwakilan kelompok Tionghoa melakukan

pidato-pidato yang menyerukan sikap anti Jepang dengan menceritakan keadaan

keluarga mereka di Tiongkok daratan yang disiksa oleh Jepang.7 Hal-hal ini

dilakukan untuk menarik simpati masyarakat Tionghoa lainnya dan juga

masyarakat bumiputera untuk menanamkan sikap anti Jepang sebagai salah satu

cara untuk memboikot Jepang.

Bahkan toko-toko yang ketahuan menjual barang-barang Jepang dipaksa

untuk ditutup oleh kelompok-kelompok Tionghoa.8 Hal ini sebagai salah satu cara

agar barang-barang murah dari Jepang tidak dapat dijual sehingga banyak orang

beralih kepada barang-barang dari Tiongkok. Mereka juga memberitakan

propaganda akan barang-barang buatan dari Jepang dengan nada-nada yang

6 Harry A. Poeze (ed.). 1988. Politiek-Politioneele Overzichten van

Nederlandsch-Indië Deel III 1931-1934. Dordrecht: Foris Publications, hlm. 108.

7 Ibid.

8 Ibid., hlm. 109.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

106

negatif sehingga banyak orang mau meninggalkan barang-barang dari Jepang

tersebut.

Pada Oktober 1931 aksi boikot Jepang yang terjadi di Surabaya kemudian

berkembang dengan dikirimkannya telegram-telegram berupa berita-berita

mengenai kekejaman Jepang di Tiongkok kepada kelompok-kelompok Tionghoa

di beberapa wilayah yang lain.9 Terlebih setelah diterbitkannya Memorial Tanaka

pada 13-23 Oktober 1931 oleh Pewarta Soerabaia memberikan dampak karena

isinya yang ingin menguasai wilayah Tiongkok. Isi dari telegram sama seperti

pemberitaan sebelumnya di mana isi utama dalam pemberitaan tersebut

merupakan perasaan kebencian mereka terhadap Jepang. Hal ini dilakukan untuk

menggalang kekuatan kelompok Tionghoa yang tidak hanya terbatas pada

Surabaya saja melainkan juga berbagai wilayah di Hindia Belanda. Tercatat aksi

boikot Jepang kemudian menyebar ke wilayah Batavia, Medan, Bagansiapi-api,

dan Singkawang.

Pemboikotan barang-barang Jepang di Surabaya memiliki kekuatan yang

cukup besar melihat Kota Surabaya pada tahun 1933 memiliki jumlah toko Jepang

yang paling banyak dibandingkan dengan kota-kota lainnya.10

Bahkan Kota

Surabaya dijadikan sebagai pusat perdagangan oleh Jepang sesaat setelah ekspansi

yang cukup berhasil pada periode 1931-1933 dengan impor dari Jepang yang

cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Surabaya Nihon-jin Seinen-

kai sebagai sebuah kelompok pedagang-pedagang Jepang di Surabaya. Tidak

9 Ibid., hlm. 116.

10 Nawiyanto 2010. Mata Hari Terbit dan Tirai Bambu: Persaingan Dagang

Jepang-Cina. Yogyakarta: Ombak, hlm. 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

107

mengherankan bahwa pada tahun tersebut barang-barang Jepang yang berada di

Surabaya cukup banyak belum lagi dengan barang-barang Jepang yang dijual di

toko-toko Tionghoa dan bumiputera.

Pada bulan-bulan berikutnya aksi boikot lebih diwarnai dengan aksi-aksi

propaganda dengan menggunakan surat-surat kabar seperti yang dituliskan oleh

Poeze “Mereka meminta surat kabar lokal untuk memuat propaganda berupa

tulisan-tulisan kebencian dan perasaan permusuhan terhadap penduduk Jepang.”11

Cara-cara ini terbilang cukup efektif dalam menggalang dukungan untuk aksi-aksi

boikot, bahkan mereka pun mengiklankan untuk meminta sumbangan guna

membantu saudara mereka yang dalam peperangan dengan Jepang.

Dalam aksi boikot yang terjadi pada periode 1931 kelompok Tionghoa

memang menekankan pada aksi boikot terhadap barang-barang murah Jepang dan

toko-toko Jepang. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Mona Lohanda

bahwa

Aksi boikot terhadap Jepang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung

seperti: (a) tidak melakukan perdagangan, pembelian atau penjualan terhadap

barang-barang Jepang; (b) tidak melakukan transaksi apapun terhadap bank-bank

yang dimiliki langsung oleh Jepang; (c) tidak melakukan transaksi apapun dengan

transportasi yang dimiliki Jepang guna mengangkut barang-barang penjualan.12

Hal ini dilakukan agar banyak pedagang-pedagang Tionghoa diuntungkan

dalam aksi boikot ini sehingga hasil keuntungan dari penjualan barang-barang

mereka dapat diberikan kepada saudara-saudara mereka di Tiongkok.

11 Ibid., hlm. 124.

12 Mona. Op. cit., hlm. 159.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

108

Aksi boikot terhadap barang-barang Jepang tidak hanya berdampak pada

pedagang-pedagang Jepang melainkan juga pedagang-pedagang Tionghoa

Surabaya. Aksi boikot dilakukan oleh kelompok-kelompok rahasia yang masih

memiliki ikatan dengan organisasi Tionghoa seperti di Siang Hwee. Tercatat

bahwa intimidasi dan teror dilakukan oleh kelompok yang dinamakan „Darah dan

Besi‟, „Kelompok Sepuluh Laki-Laki‟, dan „Pembebasan Nasional untuk

Membersihkan Pengkhianat‟.13

Bahkan dalam Siauw Giok Tjhan juga dikatakan

bahwa “Tindakan semacam ini dilakukan dengan tenaga-tenaga tukang pukul,

yang ketika itu diorganisasi dalam perkumpulan seperti Gie Hoo, Hoo Hap, Sing

Khie dan lain-lain.”14

Kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok rahasia yang memiliki

hubungan dengan kelompok-kelompok besar sebelumnya yakni Siang Hwee.

Mereka dibentuk secara resminya untuk menjalankan tugas sebagai penarik iuran

kematian bagi anggotanya sehingga nantinya iuran tersebut diberikan kepada

keluarga yang tertimpa sial.15

Namun, tugas tersebut hanya dilakukan sebagai

kedok sebagai organisasi resmi selebihnya mereka adalah tukang-tukang pukul.

Seperti yang dikatakan oleh Siauw bahwa di daerah Kapasan Surabaya ada

beberapa orang-orang Tionghoa yang dipekerjakan sebagai tukang pukul. Mereka

dipekerjakan oleh anggota-anggota Siang Hwee untuk melindungi pedagang-

13 Ibid., hlm. 160. Dalam isi buku Mona Lohanda tertulis „Blood and Iron Band‟,

„Ten Men Band‟, dan „National Liberation for Wiping Out the Traitors‟.

14 Siauw Giok Tjhan. 1981. Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar. Jakarta-

Amsterdam: Yayasan Teratai, hlm. 18.

15 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

109

pedagang Tionghoa dari kesialan. Kelompok-kelompok rahasia inilah yang

kemudian melakukan penyisiran ke toko-toko yang menjual barang-barang

Jepang. Seperti yang sudah diketahui bahwa pada periode 1930-an ketika terjadi

krisis ekonomi terjadi banjir barang-barang murah dari Jepang. Banyak toko-toko

Tionghoa baik totok maupun peranakan menjual barang-barang Jepang karena

banyak sekali keuntungan yang didapatkannya. Terlebih karena kondisi

perekonomian yang sedang lesu dengan upah yang minim konsumen hanya

mampu membeli barang-barang Jepang sehingga membuat barang-barang dari

Tiongkok tidak laku dijual.

Kondisi ini membuat banyak toko-toko Tionghoa lebih baik menjual

barang-barang dari Jepang karena mendapatkan keuntungan yang besar. Namun,

toko-toko tersebut pada akhirnya menjadi target dari tukang pukul tanpa

membedakan antara totok maupun peranakan menjadi target kelompok-kelompok

militan dari aksi boikot.16

Tukang pukul kemudian mengambil barang-barang

Jepang kemudian dirusaknya sehingga tidak dapat dijual kembali. Tukang pukul

juga melakukan kekerasan fisik terhadap pemilik toko yang tidak ingin melakukan

aksi boikot.

Aksi boikot yang dilakukan oleh tukang pukul tersebut tidak hanya

berhenti pada penjarahan barang-barang Jepang saja. Tercatat bahwa mereka juga

melaburi toko-toko yang ketahuan menjual barang-barang Jepang dengan kotoran

manusia, menempelkan surat ancaman dan dinding-dinding toko dicoret-coret

16 Mona. Op. cit., hlm. 160.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

110

supaya pemilik toko tersebut tidak menjual barang-barang Jepang lagi.17

Peristiwa

ini terjadi pada periode Januari hingga Maret 1938 sebagai respon terhadap

penyerbuan Jepang ke Nanking dan melakukan pembantian massal pada

Desember 1937.

Pelaburan toko-toko Tionghoa dengan kotoran manusia juga tercatat pada

memoar Siauw Giok Tjhan di mana banyak sekali toko-toko Tionghoa peranakan

di Kapasan dilaburi dengan kotoran manusia.18

Bagi kakek Siauw Giok Tjhan

yang melakukan aksi tersebut terbilang cukup berani terutama dengan sesama

orang Tionghoa. “Jadi menggunakan nama Tionghoa tidak otomatis

membenarkan segala apa dari Tiongkok, apalagi ketika itu dagang barang Jepang

mendatangkan banyak keuntungan.”19

Beberapa toko-toko Tionghoa yang dilaburi

oleh kotoran manusia juga diberitakan oleh beberapa surat kabar seperti di bawah

ini:

Selang seminggoe doea, disini dalam kalangan Tionghoa ramai dibitjarakan

pelaboeran nadjis pada satoe toko Tionghoa dan diterimanja soerat soerat antjaman

oleh beberapa toko lainnja, dalam mana diantjam, kalau toko jang tersangkoet

masih memasoekkan barang-barang Japan, nanti akan diberi adjaran jang pedas.20

Bagi kelompok Tionghoa dari kalangan fanatik dalam melakukan aksi

boikot tidak lagi mempedulikan untung maupun rugi dalam melakukan

perdagangan dengan barang-barang Jepang. Bagi mereka hal yang paling utama

17 Harry A. Poeze (ed.). 1994. Politiek-Politioneele Overzichten van

Nederlandsch-Indië: Deel IV 1935-1941. Leiden: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-

en Volkenkunde, hlm. 200; Nawiyanto. Op. cit., hlm. 64.

18 Siauw. Op. cit., hlm. 18.

19 Ibid.

20 “Aksi Boikot Barang Japan?”, Soeara Oemoem pada Selasa, 11 Januari 1938,

hlm. 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

111

adalah menunjukkan harga diri yang begitu tinggi sebagai orang Tionghoa

terhadap orang-orang Jepang yang telah menduduki Tiongkok. Ideologi

nasionalisme yang sudah disebarkan oleh KMT melalui organisasi-organisasi

resmi di Hindia Belandalah yang membentuk sikap mereka dalam melakukan aksi

boikot.

Selain itu kelompok-kelompok tersembunyi yang masih memiliki

hubungan dengan organisasi Tionghoa di Surabaya juga memiliki beberapa cara

untuk membantu saudara-saudara mereka di Tiongkok. Mereka menerbitkan

iklan-iklan di surat kabar Tionghoa-Melayu maupun milik bumiputera yang isinya

adalah ajakan untuk menyumbang sejumlah uang bantuan yang digunakan untuk

membantu perang Tiongkok-Jepang. Dalam menerbitkan iklan sumbangan untuk

perang Tiongkok-Jepang tidak sedikit mereka menggunakan bahasa yang jauh

dari kesan propaganda, namun ada juga beberapa surat kabar yang mengiklankan

dengan nada propaganda.21

Hal ini ditujukan agar masyarakat baik itu Tionghoa

totok atau peranakan dan masyarakat bumiputera mau menyumbang demi

kemenangan Tiongkok melawan Jepang.

Sumbangan untuk korban perang Tiongkok-Jepang juga diakomodasi oleh

kelompok Siang Hwee dengan mengumpulkan orang-orang Tionghoa kemudian

dibentuk sebuah panitia pengumpulan dana. Kelompok ini kemudian dikenal

dengan nama Tjin Tjay Hwee. Banyak dari kelompok-kelompok Tionghoa

kemudian saling bantu-membantu mengumpulkan dana tersebut guna membantu

Tiongkok dalam perang. Pemerintah Hindia Belanda yang bersikukuh untuk

21 Poeze. 1994. Op. cit., hlm. 200.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

112

mempertahankan sikap netral terhadap perang Tiongkok-Jepang hanya

memperbolehkan dana yang dikumpulkan untuk saudara-saudara mereka di

Tiongkok hanya melalui Palang Merah Tiongkok.22

Dana bantuan terhadap orang-

orang Tionghoa korban perang Tiongkok-Jepang kemudian diberinama Dana

Amal Tiongkok. Begitu banyak orang-orang Tionghoa terutama dari kalangan

totok yang kemudian ikut ambil bagian dalam Dana Amal Tiongkok karena

mereka ingin membantu saudara-saudara mereka di tanah kelahirannya.

Kelompok Tjin Tjay Hwee di Surabaya tidak hanya berhenti pada

mengumpulkan dana untuk korban perang Tiongkok-Jepang. Mereka justru

memperjuangkan sebuah gerakan untuk mengirimkan ambulans dengan alat-alat

yang lengkap disertai dengan dokter dan perawatnya.23

Gerakan ini cukup berhasil

diakomodasi oleh kelompok Tjin Tjay Hwee di Surabaya sehingga bantuan

berupa ambulans dan dokter dapat dikirimkan ke Tiongkok. Bahkan gerakan

kelompok Tjin Tjay Hwee di Surabaya setidaknya dapat memperbaiki hubungan

antara kelompok totok dan peranakan akibat perbedaan pandangan sosial-

ekonomis dalam menjalankan aksi boikot di Surabaya. Meskipun begitu Siauw

Giok Tjhan mencatat kedua golongan dalam kelompok Tjin Tjay Hwee di

Surabaya memiliki perbedaan tujuan dalam aksi boikot. Kelompok totok hendak

menunjukkan patriotismenya kepada tanah kelahirannya, sedangkan kelompok

22 Ang Yan Goan. 2009. Memoar Ang Yan Goan. Jakarta: Yayasan Nabil-Hasta

Mitra, hlm. 120.

23 Siauw. Op. cit., hlm. 58-59.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

113

peranakan ingin menghentikan aggressor Jepang agar tidak sampai ke Hindia

Belanda.24

Dalam mengumpulkan dana Tjin Tjay Hwee juga menggunakan surat

kabar Pewarta Soerabaia untuk mengajak seluruh kelompok Tionghoa untuk

menyumbang saudara-saudara mereka di Tiongkok. Tercatat pada tanggal 7

September 1938 Tjin Tjay Hwee melalui Pewarta Soerabaia menuliskan

“Maskipoen kita tida bisa goenaken darah dan daging boeat didjadiken benteng

oentoek melindoengken negri leloehoer tapi kita lajik sabisa-bisanja goenaken

kitapoenja kakoeatan financien boeat toeloeng pada rajat jang bersengsara.”25

Hal

ini dilakukan untuk menggalang dana dengan jumlah yang cukup besar agak dapat

dikirimkan ke Tiongkok.

Tiongkok yang sedang dilanda perang melawan Jepang sangat

membutuhkan dana yang cukup besar mengingat ekonomi mereka yang

berantakan akibat peperangan ini.26

Motivasi inilah yang membuat kelompok Tjin

Tjay Hwee untuk membantu mereka dalam hal dana mengingat keberadaan

kelompok Tionghoa di Hindia Belanda memiliki ekonomi yang cukup. Bagi

mereka sebagai kelompok Tionghoa perantauan wajib untuk membantu keluarga

mereka yang sedang berperang untuk kemenangan Tiongkok dan menjadikannya

negara yang merdeka kembali. Maka dengan menggunakan surat kabar Pewarta

24 Ibid., hlm. 62.

25 “Seroehan pada Kiauwpao Boeat Meloeasken Pergerakan Contributie Tjin Tjay

Hwee”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 7 September 1938, hlm. 10.

26 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

114

Soerabaia harapannya kelompok Tionghoa dapat menyalurkan bantuan baik kecil

maupun besar kepada saudara mereka di Tiongkok.

Tida perdoeli orang-orang kaja atawa miskin, toea atawa moedah, lelaki atawa

prampoean, asal sadja marika ada bangsa Tionghoa semoea haroes toendjang ini

contributie boelanan jang bersifat amal. Kita haroes oekoer tenaga kita boeat pikoel

itoe kewadjiban dan anggep kewadjiban itoe sebagi soeatoe kebanggahan dan

hiboeran jang tida terhingga. Kita koedoe anggep pikoelan contributie boelanan

jang tida selaras dengen tenaga atawa tampik boeat pikoel kewadjiban demikian

sebagi soeatoe perboeatan jang haroes dimaloei dan aken dapetken tegoran dari

Hangsiem sendiri.27

Namun, aksi boikot yang dilakukan tersebut tidak selamanya disetujui oleh

sesama kelompok Tionghoa Surabaya. Hal ini disebabkan karena pengaruh boikot

memberikan dampak yang cukup besar dalam perekonomian komunitas Tionghoa

terutama ketika masa-masa krisis ekonomi. Bagi mereka aksi boikot merupakan

sebuah aksi yang menganggu jalannya perdagangan sehingga aksi tersebut

dianggap tidak efektif.28

Suara-suara tersebut berasal dari kelompok Tionghoa

peranakan yang dirugikan dengan diboikotnya barang-barang Jepang sehingga

menurunkan pendapatan mereka. Mereka juga tidak sepaham dengan golongan

totok karena bagi peranakan mereka sudah tidak memiliki ikatan dengan keluarga

mereka di Tiongkok.

Pemerintah Hindia Belanda pun tidak tinggal diam dengan banyaknya pers

Tionghoa Melayu yang memberitakan kekejaman Jepang dan menyerukan anti

Jepang serta tukang-tukang pukul yang melaburi toko-toko yang kedapatan

menjual barang Jepang. Jaksa Agung telah memberikan peringatan keras kepada

pers Tionghoa Melayu yang menyerukan propaganda anti Jepang dan menugaskan

27 Ibid.

28 Mona. Op. cit., hlm. 161.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

115

intel-intel Belanda untuk melakukan penyelidikan terhadap tukang pukul

tersebut.29

Hal ini dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk menjaga sikap

netral terhadap perang Tiongkok-Jepang dan menjaga hubungan baik dengan

Jepang.

Cara kerja tukang pukul yang cepat dan tidak terlihat karena dikerjakan

ketika orang sedang terlelap dalam tidur membuat mereka tidak pernah ditangkap.

Meskipun begitu pihak dari kepolisian telah melakukan penyisiran terhadap aksi

boikot tersebut karena dianggap telah meresahkan warga masyarakat.30

Beberapa

dari pihak kepolisian juga mampu menangkap pelaku-pelaku yang melakukan aksi

boikot tersebut bahkan mereka juga menuduh beberapa pemimpin organisasi

Tionghoa sebagai aktor utama.31

Namun, menurut Siauw Giok Tjhan pelaku-

pelaku aksi boikot dan pemimpin organisasi yang dianggap memiliki keterlibatan

dalam aksi boikot di Surabaya sangat sulit diungkap bahkan jejak-jejak mereka

tidak pernah tercium oleh Politieke Inlichtingen Dienst (PID).32

29 Harry A. Poeze. 1994. Op. cit., hlm. 200; Didi Kwartanada. 2000. Kolaborasi

dan Resinifikasi: Komunitas Cina di Kota Yogyakarta Pada Zaman Jepang 1942-1945.

Yogyakarta: Tarawang, hlm. 87.

30 Didi Kwartanada. Ibid.

31 “Akibat Boikot Barang Jepang”, Soeara Oemoem pada Kamis, 6 Januari 1938,

hlm. 1.

32 Siauw. Op. cit., hlm. 18; PID merupakan satuan intelijen politik yang bertugas

untuk melakukan penyelidikkan terhadap pelaku-pelaku kejahatan yang mengganggu

keresahan masyarakat Hindia Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

116

2. Surat Kabar Pewarta Soerabaia

Aksi-aksi boikot tidak hanya berhenti pada aksi-aksi yang dilakukan oleh

sekelompok organisasi Tionghoa, melainkan mereka menggunakan saluran surat

kabar sebagai media propaganda. Dalam penelitian ini aksi boikot di Surabaya

menggunakan surat kabar Pewarta Soerabaia karena surat kabar ini merupakan

surat kabar perdagangan yang cukup besar di Surabaya dan dimiliki oleh

komunitas Tionghoa Melayu. Pewarta Soerabaia juga dikenal dengan

ideologinya tentang nasionalisme Tiongkok sehingga surat kabar ini lebih banyak

dimiliki oleh kaum totok. Berbeda dengan surat kabar Tionghoa Melayu lainnya

di Surabaya seperti Sin Tit Po yang lebih dikenal sebagai corong tidak resmi

Partai Tionghoa Indonesia.

Pewarta Soerabaia yang merupakan surat kabar perdagangan di Surabaya

memiliki peranan yang cukup penting dalam aksi-aksi boikot barang-barang

Jepang. Pembaca dan anggota redaksi Pewarta Soerabaia yang juga berasal dari

kaum totok memberikan dampak pada berkembangnya pemikiran nasionalisme

Tiongkok. Kedua unsur tersebutlah yang kemudian membuat Pewarta Soerabaia

mengabarkan propaganda-propaganda untuk melakukan boikot barang-barang

Jepang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk nasionalisme yang ditunjukkan

komunitas Tionghoa di Surabaya kepada Tiongkok tanah kelahirannya.

Propaganda aksi boikot Jepang di Surabaya menggunakan surat kabar baru

terjadi pada periode akhir 1937 hingga awal 1938.33

Hal ini disebabkan karena

pada tahun 1937 merupakan puncak dari perang Tiongkok-Jepang yang kemudian

33 Poeze. 1994. Op. cit., hlm. 200.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

117

terjadi pembantaian di Nanking oleh Jepang. Meskipun begitu pada tahun 1930-an

awal sebenarnya surat kabar Tionghoa Melayu sudah mengabarkan peristiwa

penyerangan Jepang ke Tiongkok. Tercatat bahwa Pewarta Soerabaia sejak

Januari 1931 telah mengabarkan kekerasan yang dilakukan Jepang kepada

Tiongkok. Hal ini dilakukan untuk menggabarkan bentuk-bentuk kekerasan yang

dilakukan Jepang dan meningkatkan kebencian orang Tionghoa kepada Jepang.

Pemberitaan mengenai perang Tiongkok-Jepang juga menjadi salah satu cara yang

dilakukan orang Tionghoa perantauan untuk mengetahui kondisi keluarga mereka

di Tiongkok.

Gambar 5. Pemberitaan Tentang Aksi Boikot oleh

Surat Kabar Soeara Oemoem

Sumber: Soeara Oemoem 6 Januari 1938

Pewarta Soerabaia pun dengan begitu intens mengabarkan peristiwa-

peristiwa di Tiongkok bahkan berita-berita yang dimuat selalu berada di halaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

118

depan surat kabar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk bahwa Jepang telah

melakukan kejahatan dengan melakukan tindak kekerasan kepada Tiongkok.

Pemberitaan mengenai perang Tiongkok-Jepang di Pewarta Soerabaia

diberitakan setiap hari sepanjang tahun 1930-an sebagai bentuk propaganda untuk

menyebarkan benih-benih kebencian terhadap Jepang kepada seluruh orang

Tionghoa baik itu totok maupun peranakan.

Memasuki tahun 1937 perang Tiongkok-Jepang memasuki puncaknya

dengan Jepang sudah menguasai kota-kota penting seperti Manchuria dan

persiapan untuk menguasai Nanking. Pemberitaan di surat kabar Pewarta

Soerabaia kemudian ditambahi dengan ajakan-ajakan untuk melakukan

pemboikotan barang-barang Jepang. Namun, ajakan untuk melakukan aksi boikot

ini tidak hanya ditujukan kepada lapisan masyarakat Tionghoa saja melainkan

juga kepada seluruh masyarakat Hindia Belanda seperti yang di bawah ini:

Tjara-kata: Dengen oemoem pemimpin dan pers kita andjoerin rajat Indonesia

oentoek memboycot barang-barang Japan dengen berdasar kemanoesia‟an sebab

dalem hal paperangan Tiongkok-Japan jang sekarang terang sekali Japan telah

melanggar dengen heibat kamanoesia‟an. Kaloe soeda dibitjaraken tentang

kemanoesia‟an dalem ini doenia tidalah ada bangsa-bangsa, hanja segala bangsa

dalem ini doenia ada manoesia.34

Ajakan ini dilakukan oleh Pewarta Soerabaia kepada seluruh masyarakat

Hindia Belanda tidak hanya orang Tionghoa untuk melakukan aksi boikot.

Redaksi Pewarta Soerabaia telah memiliki sikap untuk melakukan aksi boikot

barang-barang Jepang seperti yang tertulis “Dengen oemoem pemimpin dan pers

34 A. A. Achsien. “Indonesia Boycott Japan?”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 30

Oktober 1937, hlm. 18. Untuk mengetahui isi secara lengkap dapat dibaca pada lampiran

2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

119

kita andjoerin rajat Indonesia oentoek memboycot barang-barang Japan…”35

Sikap yang dibentuk oleh redaksi Pewarta Soerabaia tidak dapat dilepaskan dari

ideologi nasionalisme Tionghoa yang dibentuk oleh anggota-anggotanya.

Ajakan melakukan aksi boikot ini oleh Pewarta Soerabaia ditulis sebagai

bentuk perlawanan atas dasar kemanusiaan bahwa Jepang telah melakukan

kekerasan terhadap Tiongkok sebagai negeri yang merdeka. Hal ini dilakukan

untuk mengambil hati masyarakat tidak hanya dari kelompok Tionghoa untuk

melakukan aksi boikot. Bagi kelompok Tionghoa aksi boikot ini harus

disukseskan dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat Hindia Belanda karena

apabila hanya dilakukan oleh kelompok Tionghoa saja aksi boikot ini akan gagal.

Ajakan dari Pewarta Soerabaia untuk melakukan aksi boikot tidak

berjalan dengan mulus. Hal inilah yang kemudian dipertanyakan oleh Pewarta

Soerabaia dalam artikelnya apakah masyarakat perlu melakukan aksi boikot atau

tidak. Artikel ini mengacu pada kondisi perekonomian masyarakat yang saat itu

masih didera oleh krisis ekonomi yang membuat mereka banyak yang membeli

barang-barang Jepang karena harganya yang murah dan dapat dijangkau oleh

masyarakat.

Dasar jang paling terpenting sendiri dalem ini soeal jalah soeal economie dari rajat

Indonesia, seperti di atas kita soeda toelis dengan terang. Bahoea rajat Indonesia

sekarang boetoeh sekali pada barang moerah oentoek kaperloeannja sendiri, itoelah

tida bisa disangkal. Kaloe moesti djalanken pemboycottan rajat nanti poenja

kaperloean bagaimana? Apa moesti pake barang keloearan Europa jang djaoeh

lebih tinggi harganja? Industrie dalem negri sendiri sekarang belon ada boleh

dibilang.36

35 Ibid.

36 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

120

Kondisi ini kemudian memunculkan pernyataan bahwa masyarakat memiliki

kebebasan untuk membeli barang apapun baik itu produk dari Jepang atau lainnya

dan masyarakat juga bebas untuk tidak membeli produk tersebut.

Kondisi ini memunculkan perdebatan antara mereka yang pro boikot

dengan yang kontra dengan boikot. Kondisi ini pula tidak hanya terjadi pada

masyarakat secara luas namun juga terjadi pada sesama kelompok Tionghoa.

Permasalahan utama dalam melakukan aksi boikot ini tentu saja karena masalah

ekonomi yang mendera masyarakat. Banyak dari kalangan Tionghoa

mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk mengumumkan kepada khalayak

umum untuk melakukan aksi boikot Jepang, namun hal ini cukup sulit karena

pemerintah sangat berhati-hati terhadap hubungannya dengan Jepang dan

mempertahankan sikap netral.37

Kondisi ini kemudian membuat Pewarta Soerabaia terus berjuang agar

aksi-aksi boikot tetap dijalankan oleh masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan

karena apabila masyarakat non Tionghoa tidak melakukan aksi boikot cukup

membuat kerugian kepada kelompok Tionghoa. Mereka tidak hanya rugi karena

barang-barangnya yang tidak laku karena banyak yang memilih ke barang-barang

Jepang, namun juga rasa sakit hati karena keinginan mereka untuk membinasakan

Jepang tidak mampu terganjal oleh kondisi di Hindia Belanda.

37 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

121

Gambar 6. Ajakan Aksi Boikot oleh Surat Kabar Pewarta Soerabaia

Sumber: Pewarta Soerabaia 30 Oktober 1937

Namun, kondisi ini coba dimanfaatkan oleh Pewarta Soerabaia untuk

memberikan solusi terhadap perekonomian Hindia Belanda. Pewarta Soerabaia

mengajak masyarakat Hindia Belanda secara luas untuk melakukan aksi boikot

dengan tujuan untuk membangkitkan gairah perindustrian dalam negeri.

Kita poenja maksoed dalem ini hal, jalah sekarang ini rajat Indonesia haroes

djangan tinggal peloek tangan dan boeang ini kans jang bagoes sekali oentoek

memadjoeken lapangannja economie rajat Indonesia sekarang ini, haroes bisa tarik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

122

faedah goena keslametan rajat dan negeri dari effectnja paperangan Tiongkok-

Japan sekarang ini.38

Bagi Pewarta Soerabaia dalam mengajak masyarakat untuk melakukan aksi

boikot adalah agar masyarakat tidak lagi tergantung pada produk-produk dari

Jepang. Justru masyarakat dengan adanya krisis ekonomi ini perlu mengambil

kesempatan untuk mengembangkan produk dalam negeri yang harganya jauh

lebih murah.

Bahkan kesempatan untuk membangun perekonomian dalam negeri sendiri

perlu kerja sama dengan komunitas Tionghoa yang sebelumnya telah dikenal

sebagai pedagang perantara di Hindia Belanda. Kesempatan kelompok Tionghoa

yang sakit hati terhadap Jepang perlu dimanfaatkan untuk bekerjasama dengan

kaum bumiputera untuk mengembangkan perekonomian dalam negeri. Hal ini

menjadi kesempatan yang cukup bagus agar kelompok Tionghoa dengan

kelompok bumiputera dapat bahu membahu dalam mengembangkan bidang

politik, sosial, dan ekonomi.

Bangsa Indonesiers haroes angsoerken tangan adjak bangsa Tionghoa oentoek

bekerdja sama-sama. Tjara bagimana itoelah sekarang ini bangsa Indonesiers

haroes dengen tjepet bangoenken industrie dan minta bangsa Tionghoa jang di

Indonesia ini ampir semoea boleh dibilang kaoem pedagang perantara‟an.39

Cara-cara yang dilakukan Pewarta Soerabaia ini untuk membuat

masyarakat ikut dalam aksi boikot barang-barang Jepang. Masyarakat yang

terbelah antara pro boikot dan kontra boikot karena masalah krisis ekonomi diajak

agar masyarakat tidak hanya bergantungan dengan produk-produk Jepang

38 A. A. Achsien. “Keoentoengan dan Keroegiannja Indonesia Boycott Japan”,

Pewarta Soerabaia pada Sabtu, 6 November 1937, hlm. 18. Untuk mengetahui isi secara

lengkap dapat dibaca pada lampiran 3.

39 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

123

melainkan mengembangkan produk-produk dalam negeri. Hal ini dirasa perlu

karena hingga tahun 1937 impor dari Jepang masih mendominasi dibandingkan

dengan ekspor yang justru membuat rugi dunia perdagangan Hindia Belanda.40

Beberapa pernyataan dari Pewarta Soerabaia mengenai ajakan untuk

melakukan aksi boikot Jepang banyak ditentang terutama dari Indonesische

Handelsvereeniging sebuah kelompok pedagang-pedagang Indonesia.41

Indonesische Handelsvereeniging menuduh ajakan Pewarta Soerabaia semata-

mata sebagai bentuk kolaborasi dan mendukung kelompok Tionghoa. Seperti

yang sudah diketahui bahwa kelompok pedagang Tionghoa tidak begitu disukai

oleh kelompok pedagang bumiputera.42

Hal inilah yang kemudian mencuatkan

polemik diantara Pewarta Soerabaia dengan Indonesische Handelsvereeniging

yakni dianggap ingin melemahkan pedagang-pedagang bumiputera dan ingin

menguatkan pedagang Tionghoa.

Namun pernyataan dari Indonesische Handelsvereeniging dibantah oleh

Pewarta Soerabaia bahwa ajakan untuk melakukan aksi boikot barang-barang

Jepang adalah semata-mata untuk mengembangkan perekonomian masyarakat

bumiputera. Keadaan krisis ekonomi yang membuat masyarakat hanya mampu

membeli barang-barang murah harus diantisipasi dengan mengembangkan

produk-produk dalam negeri. Hal ini agar masyarakat tetap mampu membeli

40 “Doenia Dagang Taon 1937”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 31 Desember

1937, hlm. 26.

41 A.A. Achsien. “Indonesische Handelsvereeniging dan Oeroesan Boycott

Japang”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 30 Desember 1937, hlm. 10. Untuk mengetahui

isi secara lengkap dapat dibaca pada lampiran 4.

42 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

124

barang-barang murah dan masyarakat tidak hanya tergantung dari barang-barang

Jepang saja. Pernyataan ini ingin menunjukkan bahwa ajakan boikot barang-

barang Jepang oleh Pewarta Soerabaia tidak bersangkutan dengan perasaan dan

simpati antara kedua belah pihak dalam perang Tiongkok-Jepang.

Sabenernja gerakan boycott dari bangsa Tionghoa terhadep barang-barang Japan

ada memboeka kasempetan bagi pendoedoek di sini boeat tida gantiken tempatnja

itoe soedagar-soedagar perantara‟an, tapi boeat gantiken itoe barang-barang Japan

dengen barang-barang kaloearan Indonesia sendiri, jang sabegitoe lama terdesek!

Ini koetika bisa digoenaken oleh Handelsvereeniging terseboet boeat andjoerin

industriee en Indonesiers bikin barang-barang jang sabegitoe lama ada dari Japan

dan memadjoeken industrie di negri sini sendiri.43

Ajakan dari Pewarta Soerabaia untuk melakukan aksi boikot barang-

barang Jepang cukup menimbulkan polemik di dalam masyarakat khususnya.

Bahkan Pewarta Soerabaia dianggap bekerjasama dengan kelompok pedagang

Tionghoa yang ingin melemahkan kedudukan pedagang bumiputera. Hal ini juga

disebabkan karena masyarakat sudah tergantung dengan barang-barang Jepang

yang harganya murah sehingga dapat dijangkau masyarakat dikala krisis ekonomi.

Kondisi ini kemudian membuat banyak kalangan melakukan pemfitnahan

terhadap kelompok Tionghoa bahwa aksi boikot semata-mata untuk

mengembangkan bisnis Tionghoa agar masyarakat mau membeli produk-produk

Tionghoa.44

43 “Sikepnja Handelsvereeniging Indonesia”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 4

Januari 1938, hlm. 10. Untuk mengetahui isi secara lengkap dapat dibaca pada lampiran

5.

44 “Gerakan Boycot”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 7 Januari 1938, hlm. 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

125

Beberapa tuduhan-tuduhan terhadap Pewarta Soerabaia sebagai

kolaborator kelompok Tionghoa termuat dalam harian Pewarta Soerabaia pada 8

Januari 1938.

Kita maoe ladenin ini orang dan sasoedanja pembatja mengarti doedoeknja

perkara, pembatja nanti aken bisa djatoken poetoesan, siapa dalem ini soeal jang

trima “smeer” dan “tjari moeka”.

Kita bagi toedoehannja toean Parada Harahap sebagai berikoet:

Pertama: Kita didakwa trima soeapan dari bangsa Tionghoa.

Kadoea: Kita didakwa tjari moeka di kalangan orang Tionghoa.

Katiga: Kita didakwa dalem toelisan sadja, kita poera-poera “tjinta”

Tionghoa dan dalem hati anti-Tjina.45

Hal inilah yang kemudian timbul polemik-polemik baru diantara Pewarta

Soerabaia tidak hanya dengan Indonesische Handelsvereening namun kemudian

ditambah dengan golongan dari Parindra (Partai Indonesia Raya)46

. Kedua

golongan tersebutlah yang paling kuat dalam melakukan aksi-aksi anti boikot

hingga menuduh Pewarta Soerabaia sebagai kolaborator Tionghoa.

Kelompok Parindra merupakan kelompok yang kerap kali melakukan

kritik terhadap ajakan membikot barang-barang Jepang oleh Pewarta Soerabaia.

Hal ini disebabkan karena Parindra memiliki kedekatan dengan kelompok-

kelompok Jepang dan memuji kekaguman mereka terhadap sistem modern yang

berkembang di Jepang. Hal ini kemudian menarik minat dr. Soetomo untuk

45 A.A. Achsien. “Indonesiers Wadjib Bantoe Gerakan Tionghoa terhadep Japan”,

Pewarta Soerabaia pada Senin, 10 Januari 1938, hlm. 22. Untuk mengetahui isi secara

lengkap dapat dibaca pada lampiran 6.

46 Partai Indonesia Raya (Parindra) merupakan gabungan dari dua kelompok

politik yakni Budi Utomo yang didirikan tahun 1908 dan Partai Bangsa Indonesia yang

didirikan pada tahun 1930. Kedua kelompok politik ini memiliki kesamaan tujuan politik

yakni melancarkan gerakan untuk membangkitkan kesadaran pada bidang sosial dan

ekonomi yang terpusat di Surabaya Jawa Timur. Pada tahun 1930-an yang menjadi ketua

Parindra adalah Dr. Soetomo. Ken‟Ichi Goto. 1998. Jepang dan Pergerakan Kebangsaan

Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 365.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

126

melakukan perjalanan ke Jepang untuk belajar mengenai modernisasi Jepang.

Kedekatan Parindra dengan Jepang juga nampak dari sebagian besar

pendukungnya yang berasal dari golongan pengusaha kaya di bidang industri dan

perdagangan di kota-kota besar di Jawa.47

Keadaan ini tidak mengherankan bahwa

kelompok pedagang dari Indonesische Handelsvereeniging dan kelompok

pedagang dari pendukung Parindra menolak ajakan Pewarta Soerabaia karena

kelompok Tionghoa dianggap sebagai pesaing mereka dalam perdagangan.

Parindra juga memuji-muji keberhasilan Jepang dalam melakukan

modernisasi sehingga mampu berkembang sebagai negara yang maju di kawasan

Asia. Mereka beranggapan bahwa Jepang merupakan negara yang akan

membebaskan Asia dari cengkeraman negara-negara barat. Bahkan perang

Tiongkok-Jepang bagi Parindra merupakan cara Jepang dalam melenyapkan

pengaruh barat di Tiongkok. Tidak kalah dengan Pewarta Soerabaia surat kabar

Soeara Parindra48

menyinggung perang Tiongkok-Jepang yang isinya

menyudutkan Tiongkok dan memuji-muji Jepang.

47 Goto. Ibid., hlm. 370.

48 Soeara Parindra merupakan corong resmi dari Partai Indonesia Raya (Parindra)

yang merupakan fusi dari Boedi Oetomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada 24-

26 Desember 1935. Soeara Parindra menuliskan tulisan-tulisannya yang sesuai dengan

visi dan misi partainya menurut jalan-jalan yang cocok dengan kepribadian dan dasar

masyarakat Indonesia. Pada awal pendiriannya Soeara Parindra keredaksiannya dipimpin

oleh Roeslan Wongsokoesoemo dan anggota-anggotanya terdiri dari Soetomo, Soetedjo,

Soedirman, Nadjamoedin, Pamoedji, Biles Marde, Mohammad Sofwandi, Imam

Soepardi, Kotjo Soengkono, Soenarko, dan Soekardjo Wirjopranoto. Kemudian di tahun

1937 redaksi Soeara Parindra diambil alih oleh ketua umum Parindra yakni Dr. Soetomo

dan anggotanya terdiri dari Soetomo, Roeslan Wongsokoesoemo, Mohammad Sofwandi,

dan Imam Soepardi. Iswara N. Raditya. 2007. “Soeara Parindra Gaung Bergabung

Menuju Persatuan”, dalam Taufik Rahzen, dkk. Seabad Pers Kebangsaan: Bahasa

Bangsa, Tanah Air Bahasa. Yogyakarta: I: Boekoe, hlm. 481-483.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

127

…Saat ini Tiongkok berada dalam keadaan semikolonial oleh negara-negara

adikuasa Barat. Dalam situasi demikian, Jepang (yang menyerukan Asia untuk

bangsa Asia) menyatakan bahwa Jepanglah yang akan membebaskan Tiongkok

dari kekuasaan negara Barat. Karena itu, di dalam negeri Tiongkok terdapat dua

kelompok, yaitu kelompok yang ingin bekerja sama dengan Jepang dan kelompok

yang menentang Jepang. Apa yang kami khawatirkan ialah semakin menghebatnya

perang di Timur Jauh dengan adanya intervensi negara-negara adikuasa Barat

dalam perang di antara Jepang dengan Tiongkok tersebut.49

Dukungan Parindra terhadap Jepang juga ditunjukkan dengan

dituliskannya kebijakan-kebijakan Jepang dalam melakukan ekspansi ke selatan

dalam Soeara Parindra. Dituliskan bahwa ekspansi Jepang ke selatan merupakan

kunci dari Jepang untuk mengalahkan negara-negara barat karena wilayah tersebut

Jepang merupakan sumber pemasok bahan-bahan mentah yang berguna bagi

perindustrian Jepang.50

Bagi Parindra ekspansi barang-barang murah Jepang yang

masuk ke Hindia Belanda dianggap wajar karena sebagai bentuk bantuan Jepang

dikala krisis ekonomi agar masyarakat juga menaruh simpati terhadap Jepang.

Meskipun begitu ajakan boikot barang-barang Jepang yang dilakukan oleh

Pewarta Soerabaia tidak ada hubungannya untuk memberikan simpati kepada

salah satu pihak dalam perang Tiongkok-Jepang. Pewarta Soerabaia melalui

tulisannya hanya ingin mengembangkan perekonomian bumiputera di Hindia

Belanda melalui pembangunan industri dalam negeri.

Terangnja: Kita memang maoe pikat hatinja bangsa Tionghoa, oentoek diadjak

samenwerking dengen Indonesiers. Toedjoean kita adalah bangoenken industrie di

49Goto. Op. cit., hlm. 369-370.

50 Ibid., hlm. 371.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

128

dalem negri kamoedian pikat hatinja handelaren Tionghoa oentoek bantoe

djoealken dan bikin propaganda. Betoel kita tjari moeka, tetapi oentoek rajat.51

Pengakuan dari Pewarta Soerabaia inilah yang menjadi kunci utama dari polemik

tentang ajakan aksi boikot agar kelompok Tionghoa dengan kelompok bumiputera

dapat berkolaborasi bersama untuk mengembangkan industri dalam negeri.

Surat kabar milik bumiputera di Surabaya yakni Soeara Oemoem52

juga

memberikan suaranya kepada aksi boikot, meskipun Soeara Oemoem tidak

menyinggung mengenai ajakan untuk melakukan aksi boikot. Soeara Oemoem

hanya menyatakan bahwa Jepang hidup dari ekspor barang-barangnya ke negara-

negara yang lain sehingga apabila ekspor Jepang ini terganggu maka Jepang akan

menghadapi situasi yang sulit. Keadaan inilah yang ingin dikuasai oleh pedagang-

pedagang Tionghoa perantauan.

Tiongkok dan bangsa Tionghoa faham sekali dalam mempergoenaken sendjata ini. sendjata

itoe jalah sendjata jang tidak asing lagi bagi mereka. Pertentangan antara bangsa Tionghoa

dan bangsa Djepang atau tekanan politiek dari Djepang pada Tiongkok itoe dapat dioekoer

dari pada kerasnja semangat dilakoekannja pemboycotan barang Djepang itoe.

Pemboycotan itoe adalah satoe barometer jang boleh dipertjaja. Makin keras druk atau

animositeit antara kedoea bangsa itoe, makin bersemangat orang mempergoenakan sendjata

boycott itoe.53

51 A.A. Achsien. “Indonesiers Wadjib Bantoe Gerakan Tionghoa terhadep Japan”,

Pewarta Soerabaia pada Senin, 10 Januari 1938, hlm. 22. Untuk mengetahui isi secara

lengkap dapat dibaca pada lampiran 6.

52 Soeara Oemoem merupakan surat kabar yang dimiliki oleh Persatuan Bangsa

Indonesia (PBI). Surat kabar ini dikelola oleh Marhoem R.P. Sosrokardono, Ir. Anwari,

dan Dr. Soetomo. Pada awal perkembangannya Soeara Oemoem menginduk pada

Indonesische Studie Club di Surabaya kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya PBI

oleh Dr. Soetomo. Dalam perkembangan selanjutnya Soeara Oemoem diminati oleh

banyak kalangan karena surat kabar tersebut dimiliki oleh kalangan nasionalis saat itu.

Tunggul Tauladan. 2007. “Soeara Oemoem Dari „Studie Club‟ ke „Parindra‟, dalam

Taufik. Op. cit., hlm. 416-418.

53 “Tentang Boycot Actie”, Soeara Oemoem pada Selasa, 18 Januari 1938, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

129

Meskipun begitu bagi Soeara Oemoem aksi boikot barang-barang Jepang tidak

akan terjadi dalam waktu yang lama karena aksi tersebut dianggap sebagai aksi

yang spontan atas perang Tiongkok-Jepang. Selain itu tidak banyak pula tulisan-

tulisan dari Soeara Oemoem mengenai aksi boikot Jepang karena tidak ingin

berurusan dengan pemerintah Hindia Belanda apabila menurunkan tulisan tentang

anti Jepang.

Gambar 7. Pembelaan Surat Kabar Pewarta Soerabaia

terhadap Golongan Anti Boikot Jepang

Sumber: Pewarta Soerabaia 10 Januari 1938

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

130

Lain hal dengan beberapa surat kabar milik Belanda di Surabaya mengenai

aksi boikot yang sedang berlangsung. Soerabaiasche Handelsblad54

memiliki ciri

yang sama dengan pemerintah Hindia Belanda di mana mereka sangat berhati-hati

sekali dalam meneribtkan tulisan mengenai aksi boikot di Surabaya. Hal ini

disebabkan karena mereka mempertahankan sikap netral terhadap perang

Tiongkok-Jepang sama seperti sikap pemerintah Hindia Belanda. Tidak banyak

yang diberitakan mengenai aksi boikot tercatat pada 7 September 1937

Soerabaiasche Handelsblad menuliskan tentang aksi boikot yang dianggapnya

sebagai aksi yang tidak memiliki kekuatan untuk melumpuhkan Jepang sehingga

aksi tersebut akan gagal.55

Hal ini disebabkan karena meskipun terjadi aksi boikot

Jepang tetap melakukan impor barang-barangnya yang tetap laku di masyarakat.

Selain tulisan tersebut tidak banyak yang ditulis Soerabaiasche Handelsblad

tentang boikot hanya mengabarkan kejadian seputar perang Tiongkok-Jepang.

Tindakan pemerintah Hindia Belanda terhadap surat kabar yang melakukan

pemberitaan kekejaman Jepang dalam perang Tiongkok-Jepang adalah melakukan

pengawasan dengan ketat. Pemerintah sudah melakukan pengamatan terhadap

surat kabar baik Eropa, Tionghoa, dan bumiputera dalam melakukan pemberitaan

seputar Jepang. Sejak penyerbuan Jepang di Manchuria pada tahun 1931

54 Soerabaiasche Handelsblad merupakan surat kabar milik Belanda yang isinya

lebih mengutamakan perdagangan dan perekonomian di Hindia Belanda. Surat kabar

berbahasa Belanda ini diterbitkan oleh Kolff Company pada tahun 1865. Surat kabar ini

bertahan hingga masa pendudukan Jepang pada tahun 1942. Ulbe Bosma dan Remco

Raben. 2008. Being Dutch in the Indies: A History of Creolisation and Empire, 1500-

1920. Singapore: NUS Press, hlm. 205; lihat juga Dukut Imam Widodo. 2002. Soerabaia

Tempo Doeloe Volume 1. Surabaya: Dinas Pariwisata Surabaya.

55 “De Chineesche Handel in Ned. Indie”, Soerabaiasche Handelsbad pada

Selasa, 7 September 1937, hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

131

pemerintah telah memberikan peringatan kepada surat kabar untuk tidak

mengeluarkan artikel-artikel yang menghebohkan sehingga menciptakan

konflik.56

Hal ini dilakukan agar pemerintah tetap mempertahankan sikap

netralitasnya dalam perang Tiongkok-Jepang agar tidak memunculkan lawan baru

dalam pemerintahan. Bahkan pemerintah melalui Jaksa Agung mengirimkan

telegram kepada pemerintahan daerah untuk semakin gencar dalam melakukan

pengawasan terhadap surat-surat kabar yang menyerukan anti Jepang dan

mengajak untuk melakukan aksi boikot.57

Pengawasan terhadap surat-surat kabar yang dilakukan oleh pemerintah

membuat banyak surat kabar cukup berhati-hati dalam melakukan pemberitaan.

Bahkan surat kabar milik orang Eropa tidak berani untuk mengabarkan kekejaman

Jepang dan menyerukan pemboikotan. Surat kabar milik bumiputera pun juga

memiliki ketakutan untuk menyerukan aksi boikot barang-barang Jepang. Bahkan

tidak sedikit surat kabar bumiputera yang justru malah bersimpati dengan pihak

Jepang karena dianggap sebagai negara Asia yang akan menyingkirkan negara-

negara barat. Seperti Soeara Parindra dan Soeara Oemoem di Surabaya yang

dimiliki oleh para nasionalis bumiputera justru melakukan pemberitaan yang pro

terhadap Jepang berbeda dengan surat kabar Tionghoa Melayu.58

56 Mirjam Maters. 2003. Dari Perintah Halus ke Tindakan Keras: Pers Zaman

Kolonial Antara Kebebasan dan Pemberangusan 1906-1942. Jakarta: Hasta Mitra-

Pustaka Utan Kayu, hlm. 353.

57 Ibid.

58 Ibid., hlm. 368, 389.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

132

Tabel 10. Daftar Surat Kabar yang Diberangus Tahun 1936-1940

Tahun Surat Kabar

Bumiputera

Surat Kabar

Tionghoa Melayu

Surat Kabar Eropa

1936 5 6 -

1937 - 6 -

1938 - 13 2

1939 - 11 3

1940 - 8 3

Sumber: Mirjam Maters. 2003. Dari Perintah Halus ke Tindakan Keras: Pers

Zaman Kolonial Antara Kebebasan dan Pemberangusan 1906-1942. Jakarta:

Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu, hlm. 377.

Memasuki paruh kedua tahun 1930-an seiring dengan semakin gencarnya

ajakan dari surat kabar Tionghoa Melayu untuk mengajak melakukan aksi boikot

memberikan dampak pada penerapan pemberangusan pers. Tercatat pada tabel 10

pada tahun 1936 sampai 1940 surat kabar Tionghoa Melayu menempati urutan

pertama pemberangusan surat kabar oleh pemerintah akibat pemberitaan anti

Jepang dan ajakan aksi boikot. Hal ini membuktikan bahwa sepanjang tahun

1930-an tidak banyak surat kabar Eropa dan surat kabar bumiputera yang

memberitakan mengenai aksi boikot terhadap Jepang.

B. Aktivitas Propaganda Jepang Sebelum Pendudukan di

Surabaya

Ekspansi barang-barang murah oleh Jepang ke Hindia Belanda bukanlah

tanpa maksud untuk mendapatkan keuntungan yang besar pada masa krisis.

Namun, situasi ini menjadi krusial mendekati akhir tahun 1930-an ketika Jepang

mulai menguasai Tiongkok dan bergerak menuju ke selatan. Keadaan ini juga

diperparah dengan keadaan di Eropa yang semakin keruh dengan kekuatan Jerman

yang menguasai wilayah-wilayah di Eropa. Peperangan di Eropa kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

133

berimbas hingga ke wilayah-wilayah jajahan di mana mereka mulai terjadi

pergerakan baik itu gerakan untuk merdeka maupun gerakan untuk menguasai

wilayah-wilayah yang negara induknya sudah mengalami kekalahan.

Situasai di Hindia Belanda pun juga ikut dalam kekacauan di mana Negeri

Belanda diserang oleh pasukan Hitler Jerman pada tanggal 10 Mei 1940 sehingga

membuat seluruh jajaran pejabat Hindia Belanda terarah ke negeri induknya.59

Bahkan situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh Jepang yang saat itu juga sudah

mulai bergerak ke selatan. Setelah Jepang mampu menguasai wilayah Tiongkok

bagian selatan kemudian mereka bergerak sedikit demi sedikit menuju wilayah

Hindia Belanda. Inilah masa-masa persiapan pendudukan Jepang di Hindia

Belanda di mana masa ini dipenuhi dengan propaganda Jepang yang ingin

membebaskan Hindia Belanda.

Pergerakan Jepang ke Hindia Belanda memiliki motivasi yang sama seperti

ketika mereka ingin menguasai wilayah Manchuria. Jepang tidak dianugerahi

sebuah wilayah yang tidak memiliki sumber daya alam yang cukup sebagai bahan

untuk berperang.60

Alasan inilah yang membuat mereka kemudian menguasai

wilayah-wilayah di dekatnya seperti di Manchuria hingga ke Hindia Belanda

untuk dikuasai sumber daya alamnya sehingga mereka memiliki kekuatan untuk

mengembangkan produk-produk perang mereka.

59 Onghokham. 1987. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: PT Gramedia, hlm. 1.

60 The Netherlands Information Bureau. 1942. Ten Years of Japanese Burrowing

in The Netherlands East Indies: Official Report of The Netherlands East Indies

Government on Japanese Subversive Activities in The Archipelago During The Last

Decade. New York: The Netherlands Information Bureau, hlm. 13-14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

134

Ketertarikan Jepang pada Hindia Belanda adalah terletak pada sumber daya

alamnya berupa minyak tanah. Hal ini lebih disebabkan karena Jepang pada saat

itu sedang dalam peperangan yang sangat memerlukan minyak tanah sebagai

sumbernya. Ketika perang dunia Jepang memiliki hubungan yang tidak baik

dengan Amerika Serikat sehingga Jepang kuatir pasokan minyaknya dihentikan.

Keadaan ini membuat Jepang ingin menguasai Hindia Belanda untuk diambil

minyaknya sehingga apabila hubungan dagang Jepang-Amerika Serikat terputus

Jepang masih memiliki hubungan dagang dengan Hindia Belanda.61

Ekspansi Jepang ke selatan telah dilakukan sejak awal pada awal tahun

1930-an ketika terjadi krisis ekonomi dunia. Pada saat krisis tersebut Jepang telah

mengirimkan barang-barang buatannya ke berbagai daerah untuk dijual dengan

harga yang murah. Tercatat pada buku Ten Years of Japanese Burrowing in The

Netherlands East Indies: Official Report of The Netherlands East Indies

Governement on Japanese Subversive Activities in The Archipelago During The

Last Decade bahwa ekspansi barang-barang murah ke Jepang merupakan salah

satu cara Jepang sudah mulai ingin menguasai Hindia Belanda. Penjualan barang-

barang yang eksklusif dengan harga-harga yang murah di kala krisis mampu

menarik perhatian masyarakat bumiputera. Bahkan Jepang telah melakukan

monopoli terhadap barang-barang buatannya tersebut mulai dari pengiriman

menggunakan kapal-kapal dari Jepang, kemudian didistibusikan kepada toko-toko

Jepang yang sudah ada di beberapa kota di Hindia Belanda, dan secara finansial

61 “Indonesia dan Japan”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 2 April 1940, hlm. 2;

The Netherlands Information Bureau. Op. cit., hlm. 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

135

mereka diatur oleh bank-bank Jepang di Hindia Belanda.62

Hal ini menunjukkan

betapa eksklusifnya para pedagang dari Jepang ini dan bahkan mampu menggeser

industri dalam negeri.

Keadaan inilah yang membuat Hindia Belanda dibanjiri oleh barang-

barang murah dari Jepang. Bahkan tercatat memasuki tahun 1930-an impor dari

Jepang lebih besar dibandingkan dengan ekspornya sehingga tercatat Jepang

menjadi satu-satunya negara dengan impor paling besar di Hindia Belanda

mengalahkan negara-negara Eropa. Kegiatan ini juga dicurigai karena semakin

membanjirnya barang-barang dari Jepang juga diikuti oleh membanjirnya

imigran-imigran baik resmi maupun tidak resmi di Hindia Belanda. Pedagang-

pedagang asing ini kemudian ada yang membentuk suatu komunitas sebagai

pedagang-pedagang Jepang, namun ada juga mereka yang kemudian melebur

menjadi satu dengan penduduk setempat.63

Kedatangan para imigran baik resmi maupun yang tidak resmi memiliki

catatan sendiri bagi Jepang untuk ekspansi ke selatan. Berkembangnya paham

tentang Nanshin-ron yakni doktrin untuk bergerak ke selatan membuat banyak

orang-orang Jepang berlomba-lomba untuk ke wilayah selatan.64

Bahkan di

Jepang sendiri juga berkembang paham bahwa Jepang merupakan bangsa

62 The Netherlands Information Bureau. Ibid., hlm. 21-22.

63 Onghokham. 1987. Op. cit., hlm. 23.

64 The Netherlands Information Bureau. Op. cit., hlm. 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

136

pemimpin dan bangsa penyelamat bagi bangsa-bangsa di Asia.65

Mereka

menganggap bahwa Jepang adalah negara yang akan melepaskan cengkeraman

bangsa barat di Asia. Atas dasar paham tersebut banyak dari mereka terpanggil

datang ke Hindia Belanda lewat jalur secara resmi yang tercatat oleh pemerintah,

namun ada juga mereka yang lewat melalui jalur tidak resmi yang dianggap

sebagai imigran gelap untuk membantu Hindia Belanda lepas dari Belanda.

Imigran ini tidak hanya bekerja sebagai pedagang atau aktivitas lainnya di

Hindia Belanda, namun mereka juga melakukan kontak dengan pemerintah

Jepang terkait kondisi di Hindia Belanda. Mereka inilah yang dikenal sebagai

spionase-spionase Jepang. Spion-spion Jepang banyak yang melakukan

penyamaran seperti menjadi wartawan, nelayan, tukang potret, kuli, penunggu

toko kelontong, mengoperasikan rumah pelacuran, hingga menjadi bintang film.66

Bahkan spion-spion Jepang ini juga tercatat dalam harian Pewarta Soerabaia:

Penoelis dari ini artikel pernah koelilingin Indones‟a. Satoe hal jang

menjolok mata, adalah bahoa di tempat-tempat jang strategisch oemoemnja ada

toekang potret Djepang, seperti di teloek dari Sumatra, Celebes dan Molukken.

Saja merasa heran dari itoe toekang-toekang potret jang pande mendapetken

langganan.

Orang Djepang dojan menggrijeng boeat mendapetken concessie di pasisir-

pasisir jang strategisch ada penting. Di waktoe perang doenia orang Djepang dapet

concessie di Tarakan, di mana ada kedapetan minjak. Tapi koetika marikapoenja

kapal-kapal marine ada kasi liat terlaloe banjak perhatian, pembesar-pembesar

Blanda laloe minta soepaja marika pindah ka laen tempat. Itoe orang-orang

Djepang mengarti. Marika senjoem, bongkokin badannja berangkat.67

65 Wenri Wanhar. 2014. Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro

Yoshizumi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. 70.

66 Ibid., hlm. 67.

67 “Spion-Spion Djepang di Indonesia”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 4

Oktober 1940, hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

137

Spion-spion Jepang ini tidak hanya melakukan kontak dengan pemerintah

Jepang terkait kondisi di Hindia Belanda mereka juga melakukan aksi-aksi

indoktrinasi terhadap penduduk. Sesuai dengan paham Nanshin-ron mereka

mendoktrin bahwa Jepang datang untuk membebaskan Asia dari pengaruh barat

dengan slogan propagandanya “Asia untuk Asia”.68

Mereka juga melakukan

propaganda tentang anti barat dan menyerukan untuk anti imperialisme barat

kepada penduduk bumiputera. Tercatat mereka melakukan propaganda dengan

menggunakan surat kabar Tohindo Nippo69

yakni surat kabar milik Jepang yang

diterbitkan di Hindia Belanda.70

Keberadaan surat kabar Tohindo Nippo yang terbit di Hindia Belanda

dimanfaatkan untuk melakukan propaganda kepada penduduk Hindia Belanda.

Aktivitas ini kemudian didukung oleh pemerintah Jepang melalui perdana

menterinya memberikan dukungan kepada Tohindo Nippo untuk menyebarkan

propaganda di Hindia Belanda sehingga yang tadinya surat kabar ini hanya

68 The Netherlands Information Bureau. Op. cit., hlm. 23.

69 Tohindo Nippo merupakan surat kabar milik Jepang yang terbit di Hindia

Belanda. Sebelumnya surat kabar ini bernama Nichi-Ran Shogyo Shinbun yang terbit di

Batavia tahun 1932. Namun, tidak berselang lama Nichi-Ran Shogyo Shinbun berganti

nama menjadi Tohindo Nippo. Surat kabar ini lebih banyak dibaca oleh kalangan

kelompok Jepang di Hindia Belanda sehingga dalam edisinya lebih banyak menggunakan

bahasa Jepang. Tohindo Nippo juga mewakili pendapat orang-orang Jepang di Hindia

Belanda terutama ketika pemberitaan mengenai perang Tiongkok-Jepang banyak sekali

pemberitaan yang menyudutkan Jepang. Tohindo Nippo justru memberitakan yang

berkebalikan dengan surat kabar Tionghoa Melayu, bahkan muncul propaganda Jepang

“Asia untuk Asia”. Salah satu jurnalis yang dikenal dalam Tohindo Nippo adalah

Tomegoro Yoshizumi. Ken‟Ichi Goto. Op. cit., hlm 200-201. Untuk mengetahui lebih

lanjut mengenai Tomegoro Yoshizumi dapat dibaca pada buku karya Wenri Wanhar yang

berjudul Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro Yoshizumi. Jakarta: Penerbit

Buku Kompas.

70 Wenri. Op. cit., hlm. 77.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

138

berbahasa Jepang diganti dengan menggunakan bahasa Belanda dan Melayu.71

Kemudian Tohindo Nippo memberitakan tentang berita-berita yang anti terhadap

Belanda karena untuk menarik hati masyarakat bumiputera untuk mendukung

Jepang.72

Mereka juga menganjurkan masyarakat bumiputera untuk membeli

barang-barang buatan Jepang sebagai bentuk penolakan terhadap barang-barang

keluaran Eropa.

Aksi spionase juga dilakukan dalam perusahaan-perusahaan Jepang yang

berdiri di kota-kota di Hindia Belanda. Tercatat pada buku Ten Years of Japanese

Burrowing in The Netherlands East Indies: Official Report of The Netherlands

East Indies Governement on Japanese Subversive Activities in The Archipelago

During The Last Decade seorang yang bernama Kyujiro Hayashi pemimpin dari

perusahaan Nanyo Kyokai tidak hanya menjalankan perusahaannya saja

melainkan melakukan penyelidikan di kota-kota di Hindia Belanda.73

Tercatat

juga di Surabaya perusahaan dagang Takenoshi melalui pegawainya yakni Daido

Boeki dan Mitsui Bussan Kaisha juga melakukan penyelidikan terhadap situasi di

Hindia Belanda.74

Aktivitas pengintaian oleh agen-agen spion Jepang di Hindia Belanda

banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Bahkan pemimpin-

pemimpin perusahaan yang melakukan aksi spionase biasanya dari golongan

71 The Netherlands Information Bureau. Op. cit., hlm. 27.

72 Ibid.

73 Ibid., hlm. 48.

74 Ibid., hlm. 49.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

139

ekstrem nasionalis Jepang dan memiliki hubungan yang cukup dekat dengan

angkatan perang Jepang.75

Hal ini coba dimanfaatkan oleh pasukan militer Jepang

untuk masuk melalui perusahaan-perusahaan yang tumbuh menjamur di kota-kota

di Hindia Belanda. Seperti halnya di Surabaya yang memiliki perusahaan Jepang

yang cukup banyak sehingga dapat dikatakan bahwa Surabaya menjadi pusat dari

aktivitas spionase Jepang.

Aktivitas perdagangan Jepang di Hindia Belanda tersebar hampir di

seluruh kota-kota besar di Hindia Belanda salah satunya di Surabaya. Bahkan

tercatat pada tahun 1933 terdapat 424 perusahaan Jepang yang terdiri dari 61

perusahaan besar dan lainnya merupakan pengecer, sedangkan di Surabaya

terdapat 58 perusahaan.76

Pada tahun selanjutnya jumlah penduduk Jepang di

Surabaya makin lama makin bertambah dengan berbagai macam faktor seperti

meluasnya jaringan bisnis Jepang dan motivasi akan gerakan ke selatan.

Akibatnya muncul imigran-imigran Jepang di Surabaya hingga tahun 1940

terdapat 1.400 orang Jepang yang bergerak di bidang perekonomian.77

Keadaan ini kemudian membuat pemerintah Hindia Belanda terutama di

kota-kota besar seperti di Surabaya menaruh perhatian khusus kepada orang-orang

Jepang. PID ditugaskan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya

mengenai orang Jepang dan melakukan sensor yang cukup ketat terhadap bentuk

75 Onghokham. 1987. Op. cit., hlm. 39.

76 Nawiyanto. 2010. Op. cit., hlm. 58.

77 William F. Frederick. 1989. Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan

Lahirnya Revolusi Indonesia(Surabaya 1926-1946). Jakarta: PT Gramedia, hlm. 108.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

140

apapun yang bertuliskan Jepang.78

Hal ini dilakukan oleh pemerintah setempat

karena muncul kecurigaan mengenai jaringan bisnis Jepang yang terdapat di

Surabaya dimanfaatkan untuk aktivitas spionase. PID menduga bahwa aktivitas

perdagangan yang dilakukan orang Jepang hanyalah kedok untuk menutupi

kegiatan mata-mata militer Jepang.

Dalam melakukan aktivitas spionase agen-agen Jepang juga melakukan

propaganda kepada masyarakat di Hindia Belanda. Pemerintah militer Jepang

melakukan propaganda-propaganda di tingkat lokal dengan mengirimkan agen-

agennya ke beberapa kota-kota besar seperti Batavia, Bandung, Yogyakarta,

Semarang, dan Surabaya.79

Bahkan agen-agen tersebut kemudian membentuk

badan-badan pada tingkat lokal yang disebut Unit Operasi Distrik (Chihô

Kôsakutai) yang ditempatkan juga di beberapa karesidenan.80

Tugas mereka sama

yakni melakukan propaganda yang ingin menyatakan bahwa Jepang ingin

membebaskan Hindia Belanda dari pengaruh Belanda.

Propaganda yang dilakukan pemerintah Jepang untuk menarik hati

terutama kelompok masyarakat bumiputera adalah bekerjasama dengan pemimpin

politik setempat. Pemerintah Jepang melakukan kontak dengan pemimpin politik

setempat kemudian mereka mengundangnya untuk pergi ke Jepang baik itu untuk

urusan bisnis demi melancarkan perdagangan dengan Hindia Belanda atau sekedar

78 Ibid.

79 Aiko Kurasawa. 2015. Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan

1942-1945. Depok: Komunitas Bambu, hlm. 249.

80 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

141

untuk melakukan kunjungan biasa.81

Kemudian setelah kembali ke Hindia

Belanda maka pemimpin politik tersebut menceritakan dan memuji-muji Jepang

ketika mereka melakukan kunjungan ke sana.

Propaganda dengan membujuk tokoh pemimpin politik untuk melakukan

kunjungan ke Jepang adalah Soetomo seorang pemimpin nasionalis pemimpin

Parindra yang begitu dikenal di Surabaya. Sejak semula Soetomo memuji-muji

Jepang karena keberhasilannya dalam melakukan modernisasi setelah terpuruk

dalam zaman kekaisaran, sehingga membuat Soetomo berkeinginan untuk meniru

cara-cara Jepang untuk diterapkan di Hindia Belanda.82

Pemikiran Soetomo inilah

yang kemudian membuatnya berkunjung ke Jepang atas dukungan dari

pemerintah Jepang. Kemudian selama di Jepang Soetomo menulis tentang

kekagumannya atas negeri Jepang dan berniat untuk menerapkan apa yang

dilakukan Jepang kepada Hindia Belanda.83

Maka tidak mengherankan Soetomo

seorang pemimpin Parindra yang terkagum-kagum dengan Jepang kemudian

malahan mengkritik gerakan boikot yang dilakukan oleh kelompok Tionghoa.

Pemikiran dari Soetomo inilah yang kemudian tidak disukai oleh kelompok

nasionalis Tionghoa yang menolak kehadiran Jepang sehingga kemudian ajakan

Pewarta Soerabaia untuk melakukan aksi boikot dikritik oleh Soeara Parindra

yang juga dimiliki oleh Soetomo.

81 The Netherlands Information Bureau. Op. cit., hlm. 31.

82 Goto. Op. cit., hlm. 430.

83 Ibid., hlm. 433.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

142

Ekspansi barang-barang murah yang dilakukan oleh pemerintah Jepang

mempunyai dampak yang cukup besar bagi masyarakat bumiputera. Pada saat

krisis ekonomi masyarakat hanya mampu membeli barang-barang buatan dari

Jepang yang harganya terjangkau dan kualitas yang baik. Jepang merasa

diuntungkan dengan keadaan ini karena dari pihak pemerintah Hindia Belanda

juga tidak mengembangkan industri dalam negeri.84

Kesempatan inilah yang

dimanfaatkan Jepang untuk mengambil hari masyarakat secara ekonomis.

Aktivitas ekspansi barang-barang murah dan aktivitas spionase yang

dilakukan oleh Jepang dicurigai oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini terlihat

dari banyaknya impor Jepang ke Hindia Belanda dibandingkan dengan ekspornya

dan banyaknya imigran Jepang yang masuk. Maka pemerintah Hindia Belanda

menerbitkan peraturan untuk membatasi kuota barang-barang Jepang yang masuk

agar tidak membanjir dan membatasi imigran-imigran Jepang yang masuk ke

Hindia Belanda Belanda.85

Hal ini dilakukan untuk pencegahan agar Jepang tidak

dapat mengambil alih Hindia Belanda dari tangan Belanda.

Peraturan yang membatasi pedagang-pedagang Jepang dan imigran yang

ada di Hindia Belanda memiliki dampak buruk bagi penduduk Jepang yang sudah

tinggal menetap di beberapa kota di Hindia Belanda. Hal ini berpengaruh bagi

penduduk Jepang karena pada masa itu juga diadakan aksi boikot barang-barang

Jepang, banyak pedagang-pedagang Jepang dipukuli karena dianggap

bekerjasama dengan Jermannya Hitler, dan banyak surat kabar Tionghoa yang

84 Onghokham. 1987. Op. cit., hlm. 24.

85 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

143

mereka anggap memelintirkan berita-berita perang Tiongkok-Jepang.86

Keadaan

ini menimbulkan keresahan tersendiri terutama penduduk Jepang yang tidak tahu

mengenai kondisi hubungan antara Jepang dengan Hindia Belanda.

Maka untuk mengatasi keresahan penduduk Jepang akibat desakan dari

berbagai pihak baik dari pemerintah Hindia Belanda dan masyarakat setempat, di

Surabaya terdapat organisasi yang justru memberikan respon terkait kondisi saat

itu yakni Surabaya Nihon-jin Seinan-Kai yang dibentuk 18 Desember 1938.

Organisasi ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para pedagang Jepang sebagai

akibat dari aksi boikot. Bahkan mereka tidak jarang melancarkan aksi melalui

propaganda “Bela tanah air! Di sinilah garis depan hak dagang kita”, “Jangan

mengeluh! Penting kerja terus”, “Mengabdilah pemuda! Demi budaya

internasional”.87

Semangat propaganda ini dilakukan agar penduduk Jepang tetap

bertahan di Hindia Belanda dan tidak patah semangat meskipun terdapat

pembatasan-pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah.

Melihat keadaan ini membuat Jepang khawatir akan kehilangan Hindia

Belanda dengan peraturan yang membatasi Jepang. Mereka tidak ingin kehilangan

Hindia Belanda ketika Jepang sedang dalam keadaan perang melawan negara-

negara barat. Maka Jepang melakukan perundingan dengan Belanda terkait

dengan perdagangan di Hindia Belanda. Diutuslah Menteri Dagang dan Industri

dari Jepang Kobayashi untuk merundingkan beberapa peraturan perdagangan

dengan Belanda. Meskipun kedatangan Kobayashi ke Hindia Belanda dianggap

86 Goto. Op. cit., hlm. 202.

87Ibid., hlm. 203.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

144

sebagai bentuk persahabatan terhadap Belanda dengan Jepang, namun

kedatangannya mempunyai maksud yang lain. Begitu jelas kedatangan Kobayashi

yang disponsori oleh pemerintah Jepang adalah untuk merundingkan perjanjian

dagang dengan Hindia Belanda agar Jepang dapat leluasa mengambil sumber daya

alam Hindia Belanda dan berkeinginan untuk mengambil alih dari Belanda.88

Keinginan Jepang untuk bergerak ke selatan tidak lagi hanya

mengandalkan bidang ekonomi untuk mengambil hati penduduk bumiputera

melainkan juga berkembang ke bidang politik. Meskipun aktivitas di bidang

ekonomi dapat merebut hati penduduk bumiputera dengan menjual barang-barang

murah, namun kondisi ini tidak berjalan dengan mulus. Dengan diberlakukannya

pembatasan terhadap Jepang di Hindia Belanda membuat Menteri Kobayashi

melakukan perundingan dengan pejabat Hindia Belanda. Kobayashi ingin

memajukan hubungan dagang antara Hindia Belanda dengan Jepang dan ingin

menghapuskan aturan-aturan yang menjerat imigran Jepang agar kepentingan

Jepang di Hindia Belanda dapat semakin leluasa.89

Namun, pemerintah Hindia Belanda melihat gelagat Jepang yang ingin

menguasai wilayah Hindia Belanda sehingga perundingan antara Jepang dan

Belanda berjalan cukup alot. Pemerintah Hindia Belanda tidak ingin memberikan

kekuasaan perdagangan yang cukup besar kepada Jepang. Hal ini disebabkan

karena siatuasi dunia yang sedang dilanda perang yang juga berdampak pada

88 “Minister Dagang dan Industrie dari Japan Kobayashi Dateng”, Pewarta

Soerabaia pada Jumat, 13 September 1940, hlm. 10.

89 “Kenapa Japan Moesti Lari ka Hindia Blanda”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu,

7 Desember 1940, hlm. 18.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

145

diserangnya Belanda oleh Jerman. Bahkan di Jepang sendiri pada masa itu sudah

berkembang teori ekspansi ke selatan yang dicanangkan oleh pihak militer dengan

slogannya “Majulah Jepang ke Selatan” sehingga membuat pemerintah mulai

was-was.90

Belanda tidak ingin Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang sehingga

keadaan tersebut makin menyudutkan pemerintah Belanda.

Keadaan ini menutup pintu kerja sama Jepang dan Hindia Belanda karena

tuntutan nilai perdagangan Jepang yang terlampau tinggi yang nantinya berujung

pada eksploitasi secara berlebih. Bahkan tercatat mulai tanggal 28 Juli 1941

Hindia Belanda menghentikan kerja sama perdagangan dengan Jepang seiring

dengan diterbitkannya aturan perdagangan antara Jepang-Hindia Belanda.91

Kondisi ini juga mengembangkan keinginan Jepang untuk menjadikan Hindia

Belanda sebagai negara perlindungan Jepang yang nantinya diberikan status

setengah merdeka. Pada akhirnya Hindia Belanda menjadi negara boneka milik

Jepang dengan nama “Negara Kebangsaan Hindia Belanda Timur”.92

Kondisi ini

kemudian memunculkan sikap nyata dari pihak pemerintah Hindia Belanda terkait

sikap anti Jepang. Maka keadaan ini membuat Gubernur Jenderal Jhr.A.W.L.

90 Goto. Op. cit., hlm. 217.

91 “Oeroesan Dagang sama Japan Dibrentikan”, Pewarta Soerabaiai pada Rabu,

31 Juli 1941, hlm. 10.

92 Himawan Soetanto, dkk. 2010. Serangan Jepang ke Hindia Belanda Pada

Masa Perang Dunia II 1942. Jakarta: Prenada Media Group, hlm. 91. Untuk mengetahui

lebih dalam mengenai jalannya perebutan Surabaya antara Belanda dengan Jepang dapat

dibaca pada William H. Freederick yang berjudul Pandangan dan Gejolak: Masyarakat

Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya 1926-1946) pada bab tiga Peralihan

Jajahan dan Tanggapan Masyarakat Kota halaman 104-170.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

146

Tjarda van Stakenborgh-Stachouwer mengumumkan untuk berperang melawan

Jepang.

Sesama warga, … serangan-serangan mendadak atas daerah-daerah

Amerika dan inggris … kekaisaran Jepang telah dengan sadar memilih jalan

kekerasan.

Serangan-serangan ini, yang mengingatkan orang pada kegilaan dan

sekarang melibatkan, di samping Tiongkok yang telah berperang ─ Amerika

Serikat dan Imperium Britania secara aktif ke dalam peperangan melawan Jepang,

bermaksud untuk mendirikan kekuasaan Jepang atas seluruh Asia Timur dan Asia

Tenggara. Nafsu perebutan ini jelas ditujukan terutama pada Hindia Belanda.

Pemerintah Belanda menerima tantangan ini dan mengangkat senjatanya

terhadap Kekaisaran Jepang. Hindia Belanda bagian yang teraman dari kerajaan, …

kami akan pertahankan diri terhadap kekuatan agresor, yang bertujuan merebutnya

dan menjerumuskan nasib kita ke dalam kegelapan. Ini adalah persoalan harta yang

tertinggi nilainya, yang kita hargai bersama-sama dan yang dihargai secara pribadi.

Percayalah pada angkatan perangmu. Di darat, di laut, dan di udara, ia siap

sedia menunjukkan seluruh kekuatannya ….93

93 Onghokham. 1987. Op. cit., hlm. 165.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

147

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada tahun 1930-an ketika terjadi krisis ekonomi dunia terjadi begitu

banyak dinamika di wilayah Asia. Hal ini setelah Jepang melakukan ekspansi

secara besar-besaran yang memasuki puncaknya pada tahun 1930-an.

Perkembangan Jepang di Asia menjadi awal dari munculnya gejala-gejala awal

terjadinya Perang Dunia II di wilayah Asia. Hal ini disebabkan karena ekspansi

yang dilakukan oleh Jepang tidak hanya berada di dekatnya saja melainkan

sampai ke seluruh wilayah Asia.

Keinginan Jepang untuk menyatukan Asia di bawah bendera Jepang

menjadi motivasi yang besar bagi Jepang untuk menguasai wilayah-wilayah Asia.

Slogan “Asia untuk Asia” mulai berkembang ke arah membebaskan Asia dari

pengaruh kolonial barat. Cara-cara ini dilakukan sebagai bentuk Jepang ingin

dianggap sebagai negara yang besar dan kuat sama seperti negara-negara barat

lainnya. Namun, keinginan Jepang untuk menyatukan Asia ini menjadi awal

pergerakan beberapa wilayah Asia yang tidak suka dengan cara-cara Jepang.

Dalam mewujudkan impian Jepang untuk memenangi peperangan dengan

negara-negara barat maka Jepang melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah-

wilayah di Asia. Hal ini didasarkan bahwa Jepang memiliki kekurangan dalam hal

sumber daya alam karena wilayah Jepang yang kurang subur. Maka Jepang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

148

pertama-tama melakukan ekspansi ke wilayah Tiongkok dengan merebut

Manchuria. Perebutan wilayah Manchuria oleh Jepang menyulut emosi orang-

orang Tionghoa karena Jepang telah dianggap melakukan kolonialisme di

Tiongkok. Bahkan kemudian wilayah Manchuria ditetapkan Jepang sebagai

negara boneka dengan nama Manchukuo.

Tidak lama berselang tahun 1937 Jepang juga menyerang ibukota

Tiongkok Nanking untuk menegaskan Jepang ingin menguasai wilayah Tiongkok

secara penuh. Pembantaian di Nanking menjadi tragedi berdarah yang dilakukan

oleh tentara-tentara Jepang kepada penduduk setempat. Maka peristiwa

pembantaian di Nanking menjadi puncak dari perang Jepang-Tiongkok yang

sudah dimulai pada tahun 1930-an ketika Jepang ingin menguasai Manchuria.

Dalam menguasai wilayah Asia Jepang juga melakukan politik penetrasi

barang-barangnya yang murah ke beberapa wilayah di Asia termasuk Hindia

Belanda. Dikirimnya barang-barang murah Jepang ke wilayah Hindia Belanda

juga memiliki maksud tertentu terutama hal ini terjadi ketika krisis ekonomi

sedang melanda dunia. Strategi Jepang cukup berhasil karena masyarakat hanya

mampu membeli barang-barang dari Jepang yang dijual dengan harga murah dan

kualitas baik. Penduduk bumiputera tidak mampu membeli barang-barang dari

barat dan dari Tiongkok.

Keberhasilan Jepang dalam melakukan penetrasi barang-barangnya ke

Hindia Belanda diikuti dengan dibangunnya jaringan bisnis Jepang yang berpusat

di Surabaya. Ketika itu juga banyak sekali toko-toko, pabrik, dan bank yang

dijalankan langsung oleh Jepang. Bahkan Jepang melakukan monopolistik dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

149

cara membangun jaringan bisnisnya dari hulu sampai ke hilir hanya oleh orang-

orang Jepang.

Penetrasi barang-barang murah Jepang ke Hindia Belanda ini ditanggapi

serius oleh pihak pemerintah karena tahun 1930-an impor dari Jepang ke Hindia

justru yang paling banyak dibandingkan dengan ekspornya. Bahkan impor Jepang

melebihi dari impor-impor barang dari negara-negara Eropa. Akibatnya terjadilah

banjir barang-barang murah Jepang di Hindia Belanda dan jaringan bisnis Jepang

semakin lama makin kuat. Pemerintah menaruh perhatian cukup besar atas

penetrasi barang-barang Jepang ini karena banyaknya kecurigaan terhadap

imigran-imigran Jepang yang justru malah dianggap sebagai spion-spion Jepang.

Namun, apa yang dilakukan Jepang di Hindia Belanda tidak selamanya

disenangi oleh penduduknya. Kelompok Tionghoa yang ada di Hindia Belanda

justru malah tidak suka dengan keberadaan Jepang di Hindia. Pertama, penetrasi

barang-barang Jepang ke Hindia Belanda menggeser keberadaan pedagang

Tionghoa sehingga mengalami kerugian ekonomi selama masa krisis. Kedua,

karena perasaan sakit hati yang dilakukan oleh Jepang dengan menyerang

Tiongkok dengan dikuasainya beberapa wilayah penting sehingga menimbulkan

perang Tiongkok-Jepang. Maka timbullah perasaan nasionalisme Tionghoa

sebagai bentuk sikap mereka yang anti terhadap Jepang. Tidak mengherankan

sikap yang dibangun oleh kelompok Tionghoa ini cukup besar dan

membangkitkan gerakan-gerakan anti Jepang karena sejak awal abad ke-XX

kelompok Tionghoa telah mengupayakan nasionalisme Tionghoa lewat Tiong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

150

Hwa Hwee Koan, Siang Hwee, surat kabar Tionghoa-Melayu, dan organisasi

politik lainnya.

Maka sebagai bentuk sikap anti Jepang ini kelompok Tionghoa melakukan

aksi boikot barang-barang Jepang. Aksi ini bukanlah semata-mata sebagai bentuk

untuk mengambil kembali keuntungan pedagang Tionghoa yang direbut dari

pedagang Jepang, melainkan murni sebagai bentuk perasaan nasionalisme

Tionghoa. Aksi pemboikotan barang-barang Jepang dilakukan oleh kelompok

organisasi Tionghoa baik secara legal maupun ilegal. Mereka juga melakukan aksi

boikot dengan menggunakan surat kabar milik Tionghoa Melayu.

Organisasi Tionghoa Surabaya yang berafiliasi baik langsung maupun

tidak langsung dengan Kuo Min Tang (KMT) berperang cukup besar dalam aksi

boikot. Kelompok Siang Hwee, Tiong Hoa Hwee Koan, Soe Po Sia, dan Klub

Membaca Tionghoa merupakan kelompok-kelompok Tionghoa Surabaya yang

melakukan aksi boikot. Bahkan kelompok-kelompok tersebut memiliki kelompok

rahasia yang bertugas untuk melakukan intimidasi dan terror aksi boikot. Dalam

menjalankan aksi boikot mereka tak pandang bulu ketika Tionghoa peranakan

ketahuan menjual barang Jepang maka mereka melaburi toko-toko peranakan

dengan kotoran manusia dan memasang pamflet peringatan untuk tidak menjual

barang Jepang. Peristiwa ini kemudian membuat kelompok peranakan dan totok

berseberangan dalam melakukan aksi boikot. Kelompok totok cukup fanatik

dalam melakukan aksi boikot Jepang karena perasaan sakit hati yang menimpa

keluarganya. Sedangkan, sebagian kelompok peranakan tidak peduli karena

mereka sudah tidak memiliki hubungan keluarga lagi dengan Tiongkok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

151

Kelompok lain yakni Tjin Tjay Hwee di Surabaya juga melakukan aksi

boikot dengan cara yang lain. Mereka mengumpulkan dana yang akan dikirimkan

ke Tiongkok guna mendukung tentara Tiongkok memenangkan perang dengan

Jepang. Mereka mengandeng kelompok Siang Hwee dan surat kabar Tionghoa

Melayu untuk mengiklankan program bantuan dana untuk membantu korban

perang Tiongkok-Jepang. Bahkan mereka juga mengirimkan alat-alat medis yang

berguna untuk merawat para korban perang. Aksi Tjin Tjay Hwee ini tidak

dilakukan dengan kekerasan berbeda dengan kelompok sebelumnya bahkan aksi

tersebut didukung baik dari kelompok totok dan peranakan.

Seruan aksi boikot juga dilakukan dengan menggunakan surat kabar

terutama surat kabar Tionghoa Melayu. Surat kabar Pewarta Soerabaia yang

dimiliki oleh kelompok Tionghoa totok menjadi salah satu surat kabar yang

mengajak untuk melakukan aksi boikot. Pewarta Soerabaia dikenal sebagai surat

kabar perdagangan milik Tionghoa Surabaya yang juga memiliki banyak

pembacanya di kalangan orang totok. Namun, ajakan boikot yang dilakukan

Pewarta Soerabaia tidak selamanya didukung secara penuh. Surat kabar seperti

Soeara Parindra justru malah mengkritik bahwa aksi tersebut hanya demi

keuntungan pedagang Tionghoa saja. Seruan ajakan melakukan aksi boikot juga

dikritik oleh kelompok Indonesische Handelsvereeniging karena dianggap

memberikan keuntungan bagi pedagang Tionghoa sehingga merugikan pedagang

bumiputera yang mendapatkan keuntungan besar dari penjualan barang-barang

Jepang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

152

Aksi ajakan boikot dan berita-berita yang mempropagandakan anti Jepang

yang dilakukan surat kabar Tionghoa Melayu direspon oleh pemerintah Hindia

Belanda. Pemerintah Hindia Belanda tidak suka dengan pemberitaan yang

menyudutkan Jepang dalam perang Jepang-Tiongkok. Hal ini disebabkan karena

pemerintah berkeinginan untuk mempertahankan sikap netralitasnya dan menjaga

hubungan dengan Jepang. Akibatnya pemerintah Hindia Belanda melakukan aksi

pembungkaman dan melakukan pemberangusan kepada surat kabar Tionghoa

Melayu yang mengajak untuk melakukan aksi boikot dan pemberitaan anti

Jepang.

Meskipun aksi boikot ini dianggap sebagai aksi yang spontan sehingga

tidak berlangsung lama, namun aksi ini menjadi peringatan terhadap pergerakan

Jepang ke selatan. Dibentuknya jaringan bisnis Jepang di Hindia Belanda justru

memunculkan aksi-aksi spionase yang di mana mereka bekerjasama dengan

angkatan perang Jepang. Pola-pola yang sudah diketahui oleh pemerintah

membuat diselenggarakannya perundingan perdagangan antara Jepang dengan

Hindia Belanda. Pemerintah ingin menghentikan urusan dagang dengan Jepang

karena dianggap terlalu berbahaya Jepang di Hindia, namun sisi yang lain Jepang

tidak ingin kehilangan Hindia Belanda untuk mendukung Jepang dalam

peperangan.

B. Saran

Aksi boikot Jepang yang dilakukan oleh komunitas Tionghoa di Surabaya

tahun 1930-an menjadi suatu tanda berkembangnya sikap nasionalisme. Aksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

153

boikot sebagai bukti bahwa nasionalisme tidak lagi dibatasi oleh wilayah yang

sempit, namun nasionalisme dapat tumbuh di wilayah-wilayah yang jauh dari

tanah airnya. Bahkan aksi boikot ini juga menjadi tanda bahwa jaringan ekonomi

Asia tidak kalah dengan negara-negara barat pada masa kolonialisme. Hubungan

dagang dengan negara-negara Asia dianggap penting, bahkan mampu membuat

pemerintah Hindia Belanda harus menaruh perhatian lebih pada aksi boikot ini.

Sayangnya penelitian mengenai aksi boikot di beberapa kota-kota

perdagangan di Hindia Belanda masih sedikit. Banyak penelitian hanya berbicara

mengenai aksi boikot secara umum. Padahal aksi boikot ini dilakukan hampir di

beberapa kota-kota perdagangan terutama yang terdapat kelompok Tionghoa di

wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyumbang penelitian dengan

tema nasionalisme Tionghoa sebagai diaspora di Indonesia. Hal ini juga relevan

dengan peristiwa akhir-akhir ini mengenai masalah multikulturalisme di Indonesia

yang sedang hangat-hangatnya membicarakan tentang peranan kelompok

Tionghoa Indonesia. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat memicu

penelitian-penelitian lain tentang aksi boikot Jepang oleh kelompok Tionghoa di

beberapa wilayah-wilayah lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

154

DAFTAR PUSTAKA

ARSIP DAN DOKUMEN PEMERINTAH

_________. 1918. Verslag van de Toestand der Gemeente Soerabaja over 1917.

Surabaya: Gemeente Soerabaja.

_________. 1921. Verslag van de Toestand der Gemeente Soerabaja over 1920.

Surabaya: Gemeente Soerabaja.

_________. 1931. Verslag van de Toestand der Gemeente Soerabaja over 1930.

Surabaya: Gemeente Soerabaja.

_________. 1935. Volkstelling 1930: Deel VII Chineezen en Andere Vreemde

Oosterlingen in Nederlandsch Indie. Batavia: Departement van

Economische Zaken.

Bureau van Statistiek Soerabaja. 1932. Statistische berichten der Gemeente

Soerabaja Jaarnummer 1931. „s-Gravenhage: Martinus Nijhof.

Indisch Verslag 1932 Vol. 1. 1932/1933. „s-Gravenhage: Algemeene

Landsdrukerij.

Indisch Verslag 1935. 1935/1936. „s-Gravenhage: Algemeene Landsdrukerij.

Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1933. 1933. Batavia.

ARTIKEL SURAT KABAR

_________. “Keada‟an T.H.H.K.”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 14 Mei 1930.

_________. “Mendesaknja Japan”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 13 Juni 1930.

_________. “Japan Mendesak”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 23 Juli 1930.

_________. “Tentang Malaise”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18 September

1930.

_________. “Soerat Kabar jang Bisa Membela Bangsa dan jang Tida Mampoe

Membela Bangsa”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 1 November 1930.

_________. “1930-1931”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 31 Desember 1930.

_________. “Poltie Japan di Manchuria”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 22

Januari 1931.

_________. “Japan”, Pewarta Soerabaia pada Senin, 23 Februari 1931.

_________. “Chinese Studies”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 12 Mei 1931.

_________. “Indonesia dan Crisis Doenia”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 12

Mei 1931.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

155

_________. “Indonesia dan Crisis Doenia”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 13

Mei 1931.

_________. “Totok dan Pranakan”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 27 Mei 1931.

_________. “Didoedoekennja Manchuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia

pada Sabtu, 31 Oktober 1931.

_________. “Didoedoekennja Machuria oleh Tentara Japan”, Pewarta Soerabaia

pada Senin, 2 November 1931.

_________. “Sampe Brapa Jaoeh Japan Soeda Langgar Perdjanjian International”,

Pewarta Soerabaia pada Jumat, 6 November 1931.

_________. “Memorialnja Tanaka”, Pewarta Soerabaia pada Kamis, 18

November 1931.

King, Lim Boen. “Apa Tanda Kita Bangsa Tionghoa”, Pewarta Soerabaia pada

Senin, 28 Desember 1931.

_________. “Japan dan Manchurian”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu 27 Februari

1932.

_________. “Japan Menembak-Tiongkok Melawan”, Pewarta Soerabaia pada

Selasa, 10 Agustus 1937.

_________. “Japan Menembak-Tiongkok Melawan”, Pewarta Soerabaia pada

Rabu, 11 Agustus 1937.

_________. “Pemandengan Perang Tiongkok-Japan”, Pewarta Soerabaia pada

Minggu, 29 Agustus 1937.

_________. “Pemandengan Perang Tiongkok-Japan”, Pewarta Soerabaia pada

Jumat, 24 Septeber 1937.

Achsien, A.A. “Indonesia Boycott Japan?”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 30

Oktober 1937.

---------. “Keoentoengan dan Keroegiannja Indonesia Boycott Japang”, Pewarta

Soerabaia pada Sabtu, 6 November 1937.

---------. “Indonesische Handelsvereeniging dan Oeroesan Boycott Japan”,

Pewarta Soerabaia pada Kamis, 30 Desember 1937.

_________. “Doenia Dagang Taon 1937”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 31

Desember 1937.

_________. “Sikepnja Handelsvereeniging Indonesia”, Pewarta Soerabaia pada

Selasa, 4 Januari 1938.

_________. “Gerakan Boycot”, Pewarta Soerabaia pada Jumat, 7 Januari 1938.

_________. “Gerakan Boycot”, Pewarta Soerabaia pada Sabtu, 8 Januari 1938.

Achsien, A.A. “Indonesiers Wadjib Bantoe Gerakan Tionghoa terhadep Japan”,

Pewarta Soerabaia pada Senin, 10 Januari 1938.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

156

---------. “Indonesiers Wadjib Bantoe Gerakan Tionghoa terhadep Japan”,

Pewarta Soerabaia pada Selasa, 11 Januari 1938.

_________. “Seroehan pada Kiauwpao Boeat Meloeasken Pergerakan Contributie

Tjin Tjay Hwee”, Pewarta Soerabaia pada Rabu, 7 September 1938.

_________. “Indonesia dan Japan”, Pewarta Soerabaia pada Selasa, 2 April 1940.

_________. “Minister Dagang dan Industrie dari Japan Kobayashi Dateng”,

Pewarta Soerabaia pada Jumat, 13 September 1940.

_________. “Spion-Spion Djepang di Indonesia”, Pewarta Soerabaia pada Jumat,

4 Oktober 1940.

_________. “Kenapa Japan Moesti Lari ka Hindia Blanda”, Pewarta Soerabaia

pada Sabtu 7 Desember 1940.

_________. “Oeroesan Dagang sama Japan Dibrentikan”, Pewarta Soerabaia

pada Rabu, 31 Juli 1941.

_________. “Aksi Boicot Barang Japan?”, Soeara Oemoem pada Selasa, 11

Januari 1938.

_________. “Tentang Boycot-Actie”, Soeara Oemoem pada Selasa, 18 Januari

1938.

_________. “Crisis-oorzaken Economische en Sociale Beschouwingen door

Smissaert”, Soerabaijasche Handelsblad pada Selasa, 21 April 1931.

_________. “Indische Bijverheid”, Soerabaijasche Handelsblad pada Jumat, 17

Juli 1931.

_________. “Japan‟s Industrieele Expansie”, Soerabaijasche Handelsblad pada

Selasa, 2 Januari 1934.

_________. “De Chineesche Handel in Ned. Indie”, Soerabaijasche Handelsblad

pada Selasa, 7 September 1937.

BUKU

Ang Yan Goan. 2009. Memoar Ang Yan Goan. Jakarta: Yayasan Nabil-Hasta

Mitra.

Abdul Wahid. 2009. Bertahan di Tengah Krisis: Komunitas Tionghoa dan

Ekonomi Kota Cirebon Pada Masa Depresi Ekonomi, 1930-1940.

Yogyakarta: Ombak.

Ahmat Adam. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran

Keindonesiaan. Jakarta: Hasta Mitra.

Allen, G.C. 1966. A Short Economy History of Modern Japan 1867-1937.

London: George Allen & Unwin Ltd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

157

Anderson, Benedict. 2008. Imagined Communities. Yogyakarta: Insist dan

Pustaka Pelajar.

---------. 2002. The Spectre of Comparisons: Nationalism, Southeast Asia and the

World. London: Verso.

Andjarwati Noordjanah. 2010. Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946).

Yogyakarta: Ombak.

Beasley, W. G. 1990. The Rise of Modern Japan. New York: St. Martin‟s Press.

Blom, J.C. & Bouwsma, E. Touwen. 2015. De Zeven Provinciën Ketika Kelasi

Indonesia Berontak (1933). Jakarta: LIPI Press.

Bosma, Ulbe & Raben, Remco. 2008. Being Dutch in the Indies: A History of

Creolisation and Empire, 1500-1920. Singapore: NUS Press.

Chang, Irish. 2009. The Rape of Nanking. Yogyakarta: Narasi.

Claver, Alexander. 2014. Dutch Commerce and Chinese Merchants in Java:

Colonial Relationships in Trade and Finance, 1800-1942. Leiden:

KITLV.

Dick, Howard. 2003. Surabaya City of Work: A Socioeconomy History, 1900-

2000. Singapore: Sinagpore University Press.

---------, dkk. 2002. The Emergence of a National Economy: an Economy History

of Indonesia, 1800-2000. Honolulu: Allen & Unwin and University of

Hawai‟I Press.

Didi Kwartanada. 2000. Kolaborasi dan Resinifikasi: Komunitas Cina di Kota

Yogyakarta Pada Zaman Jepang 1942-1945. Yogyakarta: Tarawang.

Dukut Imam Widodo. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe Volume 1. Surabaya: Dinas

Pariwisata Surabaya.

Faber, G.H. Von. 1934. Niuew Soerabaia: De Geschiedenis van Indies

voornamste Koopstad in de Eerste Kwaarteeuw Sederthare Instelling,

1906-1930. Surabaya: Boekhandel Drukkerij van Ingen Bussum.

Frederick, William F. 1989. Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan

Lahirnya Revolusi (Surabaya 1926-1946). Jakarta: PT Gramedia.

Furnivall, J. S. 2009. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. Jakarta:

Freedom Institute.

Goto, Ken‟Ichi. 1998. Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Handinoto. 2015. Komunitas Cina dan Perkembangan Surabaya (Abad XVII

Sampai Pertengahan Abad XX). Yogyakarta: Ombak.

Himawan Soetanto, dkk. 2010. Serangan Jepang ke Hindia Belanda Pada Masa

Perang Dunia II 1942. Jakarta: Prenada Media Group.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

158

Ingleson, John. 2013. Perkotaan, Masalah Sosial & Perburuhan di Jawa Masa

Kolonial. Depok: Komunitas Bambu.

---------. 2015. Buruh, Serikat, dan Politik Indonesia pada 1920an-1930an.

Tangerang Selatan: Marjin Kiri.

Iriye, Akira (ed.). 1980. The Chinese and The Japanese: Essays in Political and

Cultural Interaction. New Yersey: Princeton University Press.

Kurasawa, Aiko. 2015. Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan

1942-1945. Depok: Komunitas Bambu.

Koentjaraningrat (ed.). 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme: Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Kwee Tek Hoay. 1969. The Origins of The Modern Chinese Movement in

Indonesia. New York: Ithaca.

Liem Twan Djie. 1995. Perdagangan Perantara Distribusi Orang-Orang Cina di

Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leo Suryadinata. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: Grafiti Press.

---------. 2010. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia Sebuah Bunga

Rampai 1965-2008. Jakarta: Kompas.

---------. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

--------- (ed.). 2005. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002.

Jakarta: LP3ES.

Lindblad, J. Thomas (ed.). 2002. Fondasi Historis Ekonomi Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lombard, Denys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah Terpadu

(Bagian II Jaringan Asia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maters, Mirjam. 2003. Dari Perintah Halus ke Tindakan Keras: Pers Zaman

Kolonial Antara Kebebasan dan Pemberangusan 1906-1942. Jakarta:

Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu.

Meta Sekar Puji Astuti. 2008. Apakah Mereka Mata-Mata? Orang-Orang Jepang

di Indonesia (1868-1942). Yogyakarta: Ombak.

Michael Wicaksono. 2015. Republik Tiongkok 1912-1949: Dari Runtuhnya

Kekaisaran Qing hingga Lahirnya Salah Satu Republik Terkuat di

Dunia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Mona Lohanda. 2002. Growing Pains: The Chinese and The Dutch in Colonial

Java 1890-1942. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

159

Nawiyanto. 2010. Mata Hari Terbit dan Tirai Bambu: Persaingan Dagang

Jepang-Cina. Yogyakarta: Ombak.

Nio Joe Lan. 1962. Djepang Sepandjang Masa. Jakarta: PT Kinta Djakarta.

---------. 1960. Peradaban Tionghoa Selajang Pandang. Jakarta: Keng Po.

Oey Hong Lee. 1959. Naga dan Tikus: Kisah Perang Tiongkok-Djepang (7 Djuli

1937-2 September 1945). Jakarta: PT Lucky.

Ojong, P.K. 2019. Dari Kaisar Menjadi Penduduk Biasa: Pu Yi. Jakarta: KPG.

Onghokham, 2017. Migrasi Cina, Kapitalisme Cina, dan Anti Cina. Depok:

Komunitas Bambu.

---------. 1987. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: PT Gramedia.

Ong Hing Aan. 1953. Buku Peringatan Hari Ulang Tahun ke-50 THHK Surabaya

1903-1953. Surabaya: THHK.

Palmer, Alan. 1982. The Penguin Dictionary of Twentieth Century History 1900-

1978. Middlese: Penguin Books.

Purnawan Basundoro. 2009. Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang Sejak

Kolonial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.

---------. 2013. Merebut Ruang Kota: Aksi Rakyat Miskin Kota Surabaya 1900-

1960an. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.

Poeze, Harry A. (ed.). 1988. Politiek-Politioneele Overzichten van Nederlandsch-

Indië: Deel III 1931-1934. Dordrecht: Foris Publications.

---------. 1994. Politiek-Politioneele Overzichten van Nederlandsch-Indië: Deel

IV 1935-1941. Leiden: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en

Volkenkunde.

Pramoedya Ananta Toer. 1998. Hoakiau di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya.

R.N. Bayu Aji. 2010. Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola 1915-1942.

Yogyakarta: Ombak.

Reischauer, Edwin O. 1980. The Japanese. Cambridge: Harvard University Press.

Roelofsz, M.A.P. Meilink. 2016. Perdagangan Asia & Pengaruh Eropa di

Nusantara Antara 1500 dan Sekitar 1630. Yogyakarta: Ombak.

Saaler, Sven dan Koschmann, J. Victor (ed.). 2007. Pan-Asianism in Modern

Japanese History: Colonialism, Regionalism, and Borders. New York:

Routlegde.

Sam Setyautama. 2008. Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: KPG.

Siauw Giok Tjhan. 1981. Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar. Jakarta-

Amsterdam: Yayasan Teratai.

Shigesaburo, Takeda (ed.). 1968. Jagarata Kanwa. Nagasaki: diterbitkan secara

pribadi oleh penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

160

Shiraoshi, Saya & Shiraisi, Takashi (ed.). 1998. Orang Jepang di Koloni Asia

Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Snyder, Louis L. 1954. The Meaning of Nationalism. New Jersey: Rutgers

University Press.

Soetandyo Wignjosoebroto. 2005. Desentralisasi dalam Tata Pemerintahan

Kolonial Hindia Belanda: Kebijakan dan Upaya Sepanjang Babak Akhir

Kekuasaan Kolonial di Indonesia. Malang: Bayumedia.

Sun Yat Sen. 1951. San Min Chu I Tiga Asas Pokok Rakjat. Jakarta: Balai

Pustaka.

Tan, Mely G. (ed.). 1981. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah

Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: PT Gramedia dan Yayasan Obor

Indonesia.

Taufik Rahzen, dkk. 2007. Seabad Pers Kebangsaan: Bahasa Bangsa, Tanah Air

Bahasa. Yogyakarta: I:Boekoe.

The Netherlands Information Bureau. 1942. Ten Years of Japanese Burrowing in

The Netherlands East Indies: Official Report of The Netherlands East

Indies Governement on Japanese Subversive Activities in The

Archipelago During The Last Decade. New York: The Netherlands

Information Bureau.

Tong, Hollington K. (ed.). 1947. China Handbook 1937-1945: A Comprehensive

Survey of Major Developments in China in Eights Years of War. New

York: The Macmillan Company.

Vlekke, Bernard H.M. 2016. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG.

Wenri Wanhar. 2014. Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro

Yoshizumi. Jakarta: Buku Kompas.

Wesselink, W.H.A. & K.YFF. 1956. Sedjarah Ekonomi Saduran Beknopt

Leerboek Der Economische Geschiedenis. Jakarta: Noordhoff-Kolff N.V.

Williams, Lea E. 1960. Overseas Chinese Nationalism: The Genesis of The Pan-

Chinese Movement in Indonesia 1900-1916. Massachusetts: The

Massachusets Institute of Technology.

Wu Yu Chang. 1964. The Revolution 1911. Peking: Foreighn Language Press.

Yerry Wirawan. 2013. Sejarah Masyarakat Tionghoa Makassar Dari Abad ke-17

Hingga ke-20. Jakarta: KPG.

JURNAL

Bagus Johansyah. 2013. “Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) Surabaya 1903-1942”,

dalam Avatara, Vol. 1 No.1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

161

Dick, Howard. 1989. “Japan‟s Economic Expansion in the Netherlands Indies

between the First and Second World War”, dalam Journal of Southeast

Asian Studies, Vol. 20 No. 2.

Leo Suryadinata. 1971. “The Pre-World War II Peranakan Chinese Press of Java”,

dalam Papers in International Studies Southeast Asia Series, No. 18,

Ohio: University Center for International Studies Southeast Asia

Program.

Miqdad Nidzam Fahmi. 2017. “Kembang Jepun (Handelstraat) Sebagai Pusat

Ekonomi Etnis China di Surabaya Tahun 1906-1930”, dalam Jurnal

Avatara, Vol. 5 No. 1.

Orchad, Dorothy J. “China‟s Use of The Boycott as a Political Weapon”, dalam

The Annals of the American Academy of Political and Social Science,

Vol. 152.

Purnawan Basundoro. 2012. “Penduduk dan Hubungan Antar Etnis di Kota

Surabaya Pada Masa Kolonial”, dalam Jurnal Paramita, Vol. 2 No. 1.

Ravando Lie. 2012. “Reaksi Media Peranakan terhadap Perang Tiongkok-Jepang

1937-1939”, dalam Lembar Sejarah, Vol. 9 No. 1.

Salmon, Claudine. 2009. “The Chinese Community of Surabaya, from its Origins

to the 1930s Crisis”, dalam Chinese Southern Diaspora Studies, Vol. 3.

---------. 1991. “The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th

-

19th

Centuries)”, dalam Archipel, Vol. 41.

Samidi. 2017. “Surabaya sebagai Kota Kolonial Modern pada Akhir Abad ke-19:

Industri, Transportasi, Pemukiman, dan Kemajemukan Masyarakat”,

dalam Mozaik Humaniora, Vol. 17 No. 1.

Shimizu, Hiroshi. 1988. “Dutch-Japanese Comptetition in teh Shipping Trade on

the Java-Japan Route on the Inter-War Period”, dalam Souteast Asian

Studies, Vol. 26, No. 1.

Skinner, G. William. 1959. “Overseas Chinese in Southeast Asia”, dalam The

Annals of American Academy Political dan Social Science, Vol. 321.

SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI

Andi Achdian. 2017. “Kaum Pergerakan dan Politik Kota: Perkembangan Politik

Kewargaan di Kota Kolonial Surabaya 1906-1942”, Disertasi, Depok:

Universitas Indonesia, unpublished.

Shinta Devi Ika Santhi Rahayu. 2010. “Pendidikan Etnis Tionghoa di Surabaya

Pada Pertengahan Abad ke-19 hingga Abad ke-20”, Tesis, Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, unpublished.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

162

Lampiran 1:

Profil Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Surabaya

1. Liem Koen Beng1

Pengacara dan adik Liem Koen Hian ini lahir 29 Juni 1909 di Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Ia mengikuti pendidikan HCS di Banjarmasin, HCS di

Surabaya, dan HBS di Surabaya. Pada 1927 ia bergabung dengan I-Yung T‟uan,

organisasi pemuda peranakan di Hindia Belanda, yang menyokong persatuan

negeri Tiongkok. Ia tidak tahan menjadi tentara pelajar di sana, lalu kembali ke

Jawa. Pada 1934 ia diangkat oleh Gubernur Jenderal sebagai Procureur van Raad

van Justitie di Surabaya, dan bekerja sebagai pengacara untuk umum.

2. Liem Koen Hian2

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Liem_Koen_Hian

1 Sam Setyautama. 2008. Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:

KPG, hlm. 205.

2 Ibid., hlm. 205-206.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

163

Ia lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 1896. Pendidikan dasar

sekolah Belanda, dan pernah belajar hokum di RHS Jakarta. Ia pernah bekerja di

perusahaan minyak Shell sebagai juru tulis, lalu pindah ke surat kabar

Penimbangan. Ia kemudian merantau ke Surabaya menjadi redaksi Tjhoen Tjhioe

(1915-1916) dan Soo Liem Po (1917). Dari Surabaya ia ke Aceh lalu ke Padang

menjadi redaksi Sinar Soematera (1918-1921), dan kembali ke Surabaya

memimpin Pewarta Soerabaia (1921-1925).

Dia tinggalkan nasionalisme Tiongkok-nya sekitar tahun 1920, menjadi

nasionalisme Indonesia. Ide-ide nasionalismenya terlihat dalam harian-harian

yang dipimpinnya, Soeara Poebliek (Surabaya, 1925-1929), Sin Jit Po/Sin Tit Po

(1929-1932, 1939) dan Kong Hoa Po (Jakarta, 1937-1938).

Pada September 1932 bersama-sama Kwee Thiam Tjing, Ong Liang Kok

dan lain-lain, ia mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang berdampingan

dengan kaum naionalis Indonesia, berjuang mencapai Indonesia merdeka. Ia

menjadi ketua pertama PTI (1932-1933). Awal 1933 ia berhenti dari Sin Tit Po

kemudian pindah ke Jakarta bersekolah di RHS sambil bekerja di surat kabar

Siang Po dan Panorama. Setelah gagal dalam pemilihan Volksraad, ia tinggalkan

PTI dan masuk ke Gerindo pimpinan Amir Sjarifuddin. Sikapnya yang anti

Jepang terlihat dalam tulisannya dan menyebabkan sempat ditahan. Setelah

dilepaskan, ia menjadi anggota BPUPKI yang diketuai Ir. Soekarno.

Sesudah merdeka Liem menjadi anggota KNIP Pusat (1946) dan anggota

delegasi Perundingan Renville (1947) yang dipimpin Amir Sjarifuddin. Ia

bersimpati dengan gerakan komunis di Cina. Ia menterjemahkan buku Gunter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

164

Stein‟s The Challenge of Red China, yang diterbitkan bulan Juni 1949. Pada 1950,

ia mendirikan PTI Baru yang menyokong kaum nasionalis. Tahun 1951 ia ditahan

Kabinet Sukiman karena dicurigai „kekiri-kirian‟ dan dilepaskan tanggal 29

Oktober 1951. Setelah itu, ia melepas Kewarganegaraan Republik Indonesia-nya,

ketika masa opsi hampir lewat. Setelah meninggalkan arena politik, ia mendirikan

apotik di Jalan Tanah Abang Bukit dan cabangnya di Medan. Dalam perjalanan ke

Medan, ia mendapat serangan jantung dan meninggal 5 November 1952.

“Djikalaoe pranakan Tionghoa dengen mendengar soeara hatinja maoe

lengketken nasibnja bersama Indonesier ini, ia poen moesti dianggep Indonesier

sedjati” (pidato sebagai ketua PTI, 1934).

3. Oei Jong Tjioe3

Sumber: www.geni.com/people/Oei-Jong-Tjioe/

Ia lahir di Tulungagung, Jawa Timur tanggal 20 Juli 1907. Sekolahnya

dilalui di HCS di Malang, HBS di Surabaya dan kemudian lulus di Universitas

Leiden dari Fakultas Hukum dengan gelar Mr. Tahun 1927 ia turut serta

3 Ibid., hlm. 270-271.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

165

mendirikan CHH dan menjadi komite eksekutif. Tahun 1930 ia kembali ke

Surabaya dan membuka kantor pengacara. Ia adalah bestuur RS Tionghoa dan

THHK Surabaya, Siang Hwee, juga anggota Dewan Provinsi Jawa Timur. Pada

zaman pendudukan Jepang ia diinternir di penjara Bubutan, Surabaya, kemudian

di pindahkan ke Cimahi, Jawa Barat. Di dalam penjara ia dijadikan kepala tukang

masak. Pada 1949 ia terpilih oleh pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta

untuk menjadi anggota delegasi Indonesia dalam KMB di Belanda.

Tahun 1952-1956 ia menjadi penasihat pribadi wakil presiden Mohammad

Hatta, yang dikenalnya sejak di Belanda. Mr. Oei kenal cukup baik dengan Ir.

Leimena, Ir. Djuanda, Chairul Saleh, Ali Sastroamidjojo, Emil Salim, Soemitro

Djojohadikusumo dan Bung Karno. Pada 1953, atas saran Bung Hatta, ia

membangun industry keramik di Pulau Belitung (KIA) dengan teknologi Jepang.

Mr. Oei dijuluki Bapak Keramik oleh M. Jusuf, Menteri Perindustrian saat itu. Ia

kemudian dianugerahi Bintang Satya Lencana Pembangunan No. 014/TK/1972

tanggal 14 Agustus 1972. Ia meninggal pada 1985.

4. Oei Kiauw Pik4

Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur. Awalnya ia bersekolah Europeasche

Lagere School (ELS), kemudian ke HBS di Surabaya namun tidak tamat, lalu ia

melanjutkan di Leiden, Belanda. Setelah ia meneruskan di Fakultas Kedokteran

Universiteit van Amsterdam, di mana ia lulus sebagai dokter. Semasa mahasiswa

4 Ibid., hlm. 271-272.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

166

ia adalah salah satu pendiri CHH. Sebelum kembali ke Jawa ia pernah bekerja di

Weenen, klinik bersalin dan penyakit dalam.

Setelah ia kembali ke Surabaya ia melihat banyak orang sakit tidak

mendapat pelayanan yang layak atau tidak mampu membiayai pelayanan

kesehatan yang mereka butuhkan, maka tergeraklah hatinya untuk

menyumbangkan tenaganya agar dapat menolong kaum papa. Keinginannya

diutarakan kepada Yap Tan Hoe dan Lauw Yuk Tjay, yang menjadi sekretaris dan

ketua Tiong Hoa Tjong Siang Hwee (Perkumpulan Pedagang Tionghoa). Atas

bantuan mereka berdirilah poliklinik di Jalan Kembang Jepun no. 21-22 pada

1923-1924.

Inilah cikal bakal Tiong Hoa le Wan. dr. Oei dibantu oleh dr. Lie Ing Tien,

dr. Tio Tjwan Gie dan dr. Go Dhiam Ling. Pada 25 November 1927 secara resmi

berdirilah Soe Swie Tiong Hoa le Wan (RS Tionghoa Surabaya). dr. Oei menjadi

ketua perkumpulan pertama dari tahun 1929 sampai 1931. Pada 1931 dr. Oei

menyewa rumah di Jalan Kenjeran 45 sebagai perluasan poliklinik. Tahun 1936-

1937 didirikan Tiong Hoa le Wan di Jalan Kapasan, gedung bekas sekolah THHK.

Pada September tahun 1945 dibuka Tiong Hoa le wan di Jalan Undaan Wetan no.

40-44. Gedung itu bekas Handels Vak School. Perusahaan Rokok Gudang Garam

banyak menyumbang kepada kedua rumah sakit itu. Pada zaman pendudukan

Jepang. RS Tiong Hoa le Wan diganti nama menjadi Ka Gun le Sia (RS

Angkatan Laut). Tahun 1966 RS Tiong Hoa le wan berganti nama menjadi RS

Kapasan dan RS Undaan Wetan. Pada 1975 keduanya diganti nama menjadi RS

Adi Husada yang meliputi dua lokasi rumah sakit tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

167

5. Ong Hok Ham5

Sumber: pepnews.com/index.php/politik/p-8156724779633b8/ong-hok-ham

Sejarawan, penulis, dan dosen FSUI ini lahir di Surabaya, Jawa Timur,

pada 1933. Ia sangat mendalami kebudayaan Jawa. Ia memperoleh gelar Sarjana

Sastra jurusan sejarah dari FSUI dengan skripsi Runtuhnya Hindia Belanda

Indonesia dari 1940-Maret 1942. Pada 1968 ia melanjutkan studi bidang sejarah

di Yale University, Amerika Serikat. Tahun 1975 ia memperoleh gelar Ph. D

dengan disertasi The Residency of Madiun, Priyayi and Peasant in the Nineteenth

Century. Ong aktif menulis di surat kabar dan majalah Star Weekly, Tempo,

Prisma, Kompas, dan sebagainya. Ia banyak menulis mengenai asimilasi dan

menjadi salah satu penanda tangan “Piagam Asimilasi” (Bandungan, Ambarawa

1972). Ia kemudian menjadi anggota LPKB. Hobinya masak-memasak. Ia juga

terkenal minum anggur dan makan makanan enak. Kawannya juga bertambah

banyak karena hobinya itu. Tahun 2001 ia terkena stroke di Yogyakarta, sehingga

selanjutnya terpaksa mengenakan kursi roda. Ia pensiun dari FSUI dan tidak

sempat diangkat menjadi Guru Besar, karena malas mengurusi kepangkatannya.

5 Ibid., hlm. 292.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

168

Buku karyanya antara lain Dari Soal Priyayi Sampai Nyi Blorong (2002),

Wahyu yang Hilang, Negeri yang Guncang (2003), Rakyat dan Negara (1991),

The Thugs, The Curtain Thief and the Sugar Lord (2003), Riwayat Tionghoa

Peranakan di Jawa (2005). Ia meninggal di Jakarta pada 30 Agustus 2007.

Jenazahnya dikremasikan di oasis Lestari Tanggerang. Pesannya sebelum

meninggal terkesan religious, abu kremasinya dibagi tiga: sepertiga ditabur ke

laut, sepertiga disimpan di kelenteng, dan sepertiga lagi disimpan di rumah abu.

Sesuai dengan pesannya yang lain sebelum meninggal, rumahnya yang bergaya

Jawa-Bali di Cipinang Muara akan dijadikan Museum.

6. Siauw Giok Tjhan6

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Siauw_Giok_Tjhan

Ia dilahirkan di Kapasan, Surabaya, Jawa Timur, 23 Maret 1914. Ia anak

pertama Siauw Gwan Swie dan Kwan Tjian Nio. Ia mulai sekolah di THHK

sebentar lalu di Buys Institute selama beberapa bulan, baru ke ELS (1920) dan

kemudian HBS (1927) di Surabaya. Semasa muda ia sudah aktif di CHTNH dan

6 Ibid., hlm. 322-323.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

169

menjadi pemimpin kepanduan. Umur 18 tahun ia masuk Partai Tionghoa

Indonesia yang didirikan Liem Koen Hian. Pada 1933 atas bantuan Liem, Siauw

diperkerjakan sebagai pembantu The Boen Ling, pemimpin harian Sin Tit Po di

Surabaya. Pada 1934 ia menjadi staf harian Matahari, pimpinan Kwee Hing Tjiat

di Semarang. Setelah Kwee meninggal, Siauw jadi pemimpin Matahari. Tahun

1942 Matahari ditutup Jepang. Siauw kemudian pindah ke Malang, di mana ia

membuka took “Tjwan An”. Siauw tidak mengurus took itu, karena ia lebih aktif

di AMT (Angkatan Muda Tionghoa) dan Palang Biru yang difasilitasi Jepang.

Karena itu, oleh sejumlah kalangan Tionghoa yang menyerukan perlawanan

terhadap Jepang, Siauw kadang dianggap melemah dan memilih taktik bersahabat

dengan Jepang. Tahun 1945 Siauw masuk Partai Sosialis Indonesia. Kemudian

tahun 1946 ia menjadi anggota KNIP dan masuk ke dalam Badan Pekerja KNIP.

Pada awal 1947 Sjahrir mengajak Siauw mengikuti rombongan Indonesia

ke Inter Asian Conference di New Delhi, India. Ia diangkat menjadi Menteri

Urusan Minoritas dlam Kabinet Syarifuddin pada 1947. Tahun 1950 ia membeli

peretakan milik Oei Tiang Tjoei dn menerbitkan majalah bulanan Sunday Courier.

Tahun 1951 ia menerbitkan Soeara Ra’jat kemudian diganti menjadi Harian

Ra’jat. Tahun 1953 Harian Ra’jat dijual karena tidak menguntungkan kepada

Nyoto. Sunday Courier sendiri ditutip pada 1945. Siauw kemudian mendirikan

Yayasan Kebudayaan Sadar, menerbitkan mingguan Chiao Sing (Sadar).

Jabatan yang pernah dipegang olehnya adalah anggota DPR RIS 1949,

DPR RI dari tahun 1950-1959, DPR GR dan MPRS 1960-1965, untuk kemudian

menjadi anggota DPA. Ia pernah ditahan oleh Kabinet Sukiman, atas daftar yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

170

dibuat KMT (Kuomintang) bersama dengan Liem Koen Hian dan Ang Jan Goan

karena dianggap kiri. Pada 1954, ia bersama 44 tokoh peranakan mendirikan

Ormas Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) dan ia

terpilih sebagai ketua umumnya. Siauw Giok Tjhan memperjuangkan persamaan

hak bagi warga Negara dan anti diskriminsi. Tulisannya diterbitkan di Republik,

koran suara Baperki. Baperki terutama bergerak mengorganisasikan pendidikan,

memiliki 107 buah sekolah (1961) dan juga mengelola Universitas Res Publica

(Ureca) di Jakarta.

Pada 4 November 1965 Siauw ditahan selama 12 tahun. Pada 1978 ia

dilepas atas bantuan Adam Malik dn diijinkan berobat ke Belanda. Pada 20

November 1981 beberapa menit sebelum berpidato dihadapan ahli Indonesia di

Universitas Leiden, Siauw meninggal karena serangan jantung.

Karya tulisnya antara lain Satoe Renoengan, Lima Zaman, Perwujudan

Integrasi Wadjar, The Brigther Future (Hari Depn yang Cemerlang), Bhineka

Tunggal Ika dan buku terjemahan Red Star Over China karya Edgar Snow.

7. Tjoa Sik Ien7

Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 1907. Ia lulus dari Fakultas

Kedokteran di Universitas Leiden, Belanda. Tahun 1933 bersama-sam Tan Ling

Djie dan Teng Tjien Leng mendirikan Sarekat Peranakan Tionghoa Indonesia

(SPTI), organisasi tandingan CHH di Belanda. Setelah lulus ia pulang dan

berpraktek dokter di Indonesi. Tahun 1939 ia menjadi ketua DPP Partai Tionghoa

7 Ibid., hlm. 457.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

171

Indonesia cabang Jawa Tengah dan direktur Sin Tit Po. Masa pergerakan

kemerdekaan ia berkecimpung di Servant of Society (SOS) menyokong kaum

republik. Tahun 1949 ia ikut delegasi Indonesia ke PBB. Thun 1950 ia menjabat

direktur Koran Republik di Surabaya. Tahun 1959 ia diangkat sebagai anggota

Dapernas (Dewan Perancang Nasional) mewakili golongan Tionghoa. Kemudian

ia pindah ke Wina, Austria. Ia meninggal di sana tahun 1967.

“Kita harus berjuang sampai memperoleh hak penuh kita hingg setiap

warga negara tanpa memandang keturunan dan ras, mendapat perlakuan yang

sama” (dalam tulisan Peranakan Tionghoa dan Kewarganegaraan Indonesia).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

172

Lampiran 2:

Indonesia Boycot Japan?

Oleh: A.A. Achsien

Sasoedahnja dengen rame dioemoemken, bahoea voorzitter Nationaal

Congres di India Jawabarlal Nehru oemoemken tentang dengen officieel rajat

India haroes memboycot barang-barang Japan, di Indonesia poen lantas djadi

soeal pertimbangan jang rame sekali, teroetama antara pers Indonesier.

Kaloe dalem ini, poen seperti laen-laen soeal, kita soeda bilang

“pertimbangan jang rame” tentoenja dalem ini soeal di Indonesia mengalir doea

aliran, jalah jang pro boycott dan tegen boycott.

Biarlah kita liwatin soearanja berbagi-bagi pers jang soeda odol

halamannja oentoek ini soeal jang doea-doeanja bermaksoed satoe, jalah oentoek

melingdoengin pada kaslametannja rajat Indonesia oemoemnja. Maskipoen

marika bertentangan pikiran, toch doea-doea kita hormatken, sebab marika tjoema

inginken keslametan dan kemakmoeran bagi Indonesia tanah aer kita sendiri

sendiri jang dalem soeal-soeal jang besar ini, belonlah masi merdika sapenoehnja.

Dengen ini sakedar kita hendak toeroet soembang pikiran kita dalem ini

problem jang saben orang tentoe akoehin tida begitoe gampang lantas bisa

dipetjahken.

Poen terlebih doeloe kita akoehin maskipoen ini soeal mendjadi

perbintjangan jang rame sekali antara pemimpin nationalist Indonesiers berikoet

persnja, toch kita pikir kaloe dalem ini hal pamerentah tida soeka tjampoerken diri

segala djoeroesan dan pikiran jang ditoedjoeken: Indonesia haroes boycott atawa

tida? dengen sendirinja nanti tida ada djoetroengnja.

Tjara-kata: Dengen oemoem pemimpin pers kita andjoerin rajat Indonesia

oentoek memboycot barang-barang Japan dengen berdasar kemanoesia’an sebab

dalem hal paperangan Tiongkok-Japan jang sekarang terang sekali Japan telah

melanggar denger heibat kamanoesia’an. Kaloe soeda dibitjaraken tentang

kemanoesia’an dalem ini doenia tidaklah ada bangsa-bangsa, hanja segala bangsa

dalem ini doenia ada manoesia.

Kalaoe kedjadian begitoe, jalah andjoeran oemoem oentoek pemboycotan

Japan. Apakah dengen direct rajat kita lantas maoe dan bisa djalanken itoe

andjoeran? Tentoe tida… Rajat merdika menoeroet soearanja masing-masing

poenja hati oentoek membeli barang teroetama orang haroes pikir bahoea

pembelian rajat oentoek barang-barang jang rajat perloe itoe dasar jang terpenting

jalah economie. Orang oemoemnja bilang bahoea economie di Indonesia sekarang

ini soeda moelain baek dan poen ini soeda diakoehin sendiri oleh berbagi-bagi

wakil pamerentah seperti gouverneurs dan residenten.

Dus, dalem ini soeal pemboycotan kaloe orang maoe berhasil dengen

bagoes dan sekali goes pamerentah haroes diminta oentoek toeroet tjampoer

dalem ini hal jalah dengen officieel pamerentah haroes oemoemken pemboycotan

terhadep Japan poen dengen perboeatan. Aken tetapi satoe pertanja’an jang sanget

besar adalah: Apakah pamerentah soeka berlakoe begitoe? Tentoe tida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

173

Pamerentah dalem ini hal kita tahoe telah berlakoe sanget hati-hati sekali dan

sabisa-bisa pegangin dengen tegoeh sekali wet neutralitet. Aken tetapi pamerentah

Nederlanda antaranja djoega ada djadi negri jang toeroet teeken dalem verdrag “9

Negri” dan tjara-kata ini 9 negri oemoemken dengen officieel paperangan boycott

Japan, kaloe Nederland indahken ini verdrag dengen automatisch Indonesia

terpaksa oentoek mendjalanken pemboycotan oemoem dan officieel terhadap

Japan.

Kita bilang maskipoen pemboycottan diandjoerin dan dimoefakatin oleh

antero pers dan pemimpin Indonesier ada terlaloe soesah sekali boeat ini berhasil

kaloe pamerentah tinggal neutral dalem ini hal? Apakah orang-orang jang pro

boycott haroes meminta pada pamerentah? Boleh minta, aken tetapi 99 dari

saratoes pamerentah tentoe tida bisa mengaboelken kaloe ini soeda ada

bertentangan sendiri dengen pamerentah poenja anggepan.

Laen, kaloe pamerentah toeroet tjampoer maka dengen gampang

oepamanja wet contingenteering dikerasken pembagian licentie oentoek barang-

barang jang dating dari Japan dikerasken. Dengen begigi barang Japan di

Indonesa dengen kasar boleh dibilang: Ditjekek Kombali pertanja’an: Apakah

pamarentah aken berlakoe begitoe? Telah moentjoel dari pertanja’an terseboet.

Itoelah saben orang sekarang ini tjoema boleh membade belaka.

Teroes terang dalem ini hal perasaan dari rajat Indonesia dan Tionghoa di

Indonesia adalah sanget berlaenan sekali sebab jang Tionghoa tentoenja lebih

sanget katoesoek dan perih batinnja marikapoenja soedara di negri leloehoer telah

dibinasaken setjara kedjem oleh Japan. Oleh kerna itoe, maskipoen ─ kita taoe ─

pers Tionghoa Melajoe dn jang Tionghoa sekali tida pernah andjoerken

pemboycotan pada Japan dan toch apa djadinja sekarang…? Liat sadja pada toko-

toko Japang di seloeroeh Indonesia teroetama di kota-kota besar. Di sitoe dengen

menjolok mata sekali ampir boleh dibilang tida ada orang Tionghoa jang masoek

oentoek belandja.

Kedjadian jang sematjem ini pamarentah sendiri tida bisa toeroet tjampoer

sebab siapa bisa perkosa orang poenja kemaoean soeka dan tida membeli?

Kaloe dalem ini hal digoenaken paksa’an itoelah berarti melanggar wet dan

bisa lantas dibasmi oleh pamerentah aken tetapi kaloe kedjadian seperti terseboet

di atas apakah pamarentah sendiri berhak toeroet tjampoer?

Kita liwatken doeloe itoe hal sebab ini soeal terlaloe soelit dan bisa

memakan kolom jang pandjang sekali kaloe moesti diotjehin sampe abis.

Sekarang rajat Indonesia?

Maskipoen saben rajat Indonesia sekarang ini, kita jakin sympathienja

ditoedjoeken pada Tiongkok toch apakah rajat Indonesia itoe poenja perboeatan

berkorban bisa djoega diwoedjotken? Kita bilang berkorban, boekannja menderma

meloeloe pada gerakan Tjien Tjay Hwee, toeroet dengen ambulance ka Tiongkok,

aken tetapi perboeatan oentoek boycott barang Japan?

Sebagi penoetop dari ini toelisan marilah kita citeer satoe soeara dari s.k.

Indonesier jang kata:

Sasoeatoe negri sebagi Indonesia tidalah mempoenjai kaoentoengan

sedikitpoen djoega, djika barang-barang Japan jang murah itoe ditolak sebaliknja

hanja karoegian jang langsoeng sebab boeat itoe Indonesia haroes beroeroesan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

174

dengen pasar-pasar negri jang mempoenjai oekoeran jang lebih mahal dari pada

Japan.

Ini anggepan sabetoelnja ada sanget soesah sekali boeat dibilang betoel.

Segala apa kaloe baroesan kedjadian teroetama kaloe belon kedjadian keliatannja

semoeanja itoe ada sanget menjoesahken, aken tetapi kaloe itoe soeda didjalanken

dalem praktijk maskipoen boeat pertama kalinja kita moesti menaggoeng

kasengsara’an tentoe nanti effectnja aken djaoeh lebih besar dari pada

kasensara’an jang kita aken tanggoeng lebih doeloe itoe. Ini soeda process alam

siapa hendak “enak” terlebih doeloe haroes rasaken “pait getir”. Moestail orang

bisa lantas “enak” kaloe terlebih doeloe tidak maoe “tidoer-enak”

Sekian doeloe laen kali kita aken kembali poela ka dalem ini oeroesan

kaloe kita nanti soeda awasken dengen betoel segala sepakterdjangnja bangsa dan

pemimpin serta pers kita.

Sumber: Pewarta Soerabaia 30 Oktober 1937

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

175

Lampiran 3:

Keoentoengan dan “Keroegiannja” Indonesia Boycot Japan

Oleh: A.A. Achsien

Dalem ini soeal jang maha-soelit, rajat Indonesia haroes bersikep jang tetep. Sikep

“neutraal” bisa membikin kalang-kaboet, sepertinja maoe “slamet” aken tetapi

menjeboer djoerang.

Rajat haroes memilih antara salah satoe: ke sana – atawa ke sini.

Peroendingan di bawah, hanja sebagi pengoendjoe – djalan.

Dalem kitapoenja toelisan jang pernah dimoeat dalem ini soerat kabar, kita

soeda terangken dengen pandjang lebar, bagimana rajat Indonesia ini waktoe,

oentoek bersikep terhadep effect dari paperangan Tiongkok-Japan sekarang ini.

Dari orang-orang jang kita tida kenal, kita telah mendapet bebrapa soerat

jang teroes terang sedikit menjelah pada sikep kita jang dikataken “ngawang” dan

tida bertoedjoean jang tetep.

Kita akoehin djoega orang jang tjoema membatja saklebatan meloeloe

kitapoenja peroendingan doeloean tentoenja dengen gampang sekali bisa salah

mengarti dan kata seperti terseboet di atas.

Sekarang marika kita lebih djelasken sikep dan toedjoean kita dalem ini

soeal apakah rajat Indonesia haroes boycott or tida barang-barang Japan jang ada

di Indonesia ini?

Kita soeda toelis kaloe dalem ini soeal pamarentah tida toeroet tjampoer

aken terlaloe soesah sekali oentoek andjorken rajat ─ oempamanja ─ oentoek

boycott Japan. Sebab masing-masing manoesia mempoenjai perasa’an sendiri-

sendiri teroetama seperti dalem waktoe sekarang ini soeara pers dan pemimpin

Indonesier ada keroeh sekali membingoengken pada rajat djelata haroes toeroet

jang mana?

KITAPOENJA MAKSOED DALEM INI HAL JALAH SEKARANG INI

RAJAT INDONESIA HAROES DJANGAN TINGGAL PELOEK TANGAN

DAN BOEAN INI KANS JANG BAGOES SEKALI OENTOEK

MEMADJOEKEN LAPANGANNJA ECONOMIE RAJAT INDONESIA

SEKARANG INI HAROES BISA TARIK FAEDAH GOENA KESLAMETAN

RAJAT DAN NEGRI DARI EFFECTNJA PAPERANGAN TIONGKOK-

JAPAN SEKARANG INI.

Teroetama dalem soeal economie sekarang ini ada satoe kans belon tentoe

sapoeloeh taon lagi aken dating, kans seperti jang djedjer dan djangan

“mengeolar”. Kita haroes bisa tantjepken dengen pasti kita poenja sikep dalem ini

hal dan waktoe.

Seperti soeda kita terangken di atas, ini toelsan sekedar sebagi

pengoendjoek djalan oentoek bangsa kita sendiri sebab maskipoen kita nanti bisa

ketjele kaloe rajat djelata tida setoedjoe kita poenja sikep ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

176

Kita, individu tentoenja sanget moefakat dan sebagi orang pers kita

berkewajiban oentoek membri penerangan terhadep bangsa kita jang ini waktoe

sedeng limboeng tida taoe haroes djalan ka mana.

Oentoek djelasken kitapoenja “pengondjoekan” ini sabetoelnja tidalah bisa

dengen begitoe sadja hanja kita haroes sedikit “memoeter”.

Seperti soeda mendjadi ketapoenja standpunt selama kita menoelis di

berbagi-bagi pers di Java adalah BANGSA TIONGHOA DAN INDONESIER

HAROES BERGANDENGAN TANGAN DALEM LAPANGAN POLITIEK

SOCIAL dan ECONOMIE.

Kita soeda pernah bentangken tentang faedahnja ini doea bangsa selaloe

haroes bergandengan tangan, baek di waktoe soesah dan seneng.

Sekarang ini rajat Indonesia wadjib insjaf dan bangoen dan dalem hal

gandengan tangan dengen bangsa Tionghoa-Indo dalem lapangan economie

sekarang ini ada satoe tempo jang sanget bagoes sekali. Bangsa Tionghoa di

antero doenia sekarang ini poenja perasa’an telah dibikin loeka oleh bangsa Japan

dan kita bangsa Indonesia haroes sekarang ini, angsoerken tangan oentoek

mengadjak bersama-sama kerdja dalem lapangan economie.

Di waktoe perang, kita mengarti Tiongkok tida bisa kaloearken iapoenja

product barang-barang oentoek diperdagangken kaloear negri, dan bisa diboeat

gantinja kabaoetoehan rajat Indonesia sebaliknja dari pada membeli barang-

barang Japan.

Maskipoen kita haroes akoehin sekarang ini industrie di Tiongkok soeda

moelain bangoen dan bisa kaloearke segala matjem kaboetoehan rajat Indonesia

seperti Japang aken tetapi di waktoe jang sekarang ini dan sateroesnja dalem

waktoe perang Tiongkok poenja tenaga haroes diforceer ka pembikinan alat-alat

sendjata oentoek belaken negri. Industrie sekarang ini di Tiongkok boleh dibilang

… mandek.

Kita boekannja tida maoe bantoe Tiongkok oentoek beli barang-barang

kabotoehan kita, aken tetapi Tiongkok sekarang ini tida bisa kaloearken

kitapoenja kaboetoehan.

Seperti soeda dibilang di atas, hatinja saben bangsa Tionghoa sekarang ini

mendidi betoel terhadep perboeatan Japan di Tiongkok. Di waktoe jang sekarang

ini, BANGSA INDONESIERS HAROES ANGSOERKEN TANGAN ADJAK

BANGSA TIONGHOA OENTOEK BEKERDJA SAMA-SAMA. TJARA

BAGIMANA ITOELAH SEKARANG INI BANGSA INDONESIERS HAROES

DENGEN TJEPET BANGOENKEN INDUSTRIE DAN MINTA BANGSA

TIONGHOA JANG DI INDONESIA INI AMPIR SEMOEA BOLEH

DIBILANG KAOEM PEDAGANG PERANTARA’AN.

Kita jakin dengen bener bangsa Tionghoa sekarang ini soeka dengen segala

seneng hati aken membantoe oesaha bangsa Indonesia.

Djadi, bangsa Indonesier haroes djangan boeang ini kans jang paling

bagoes jang belon pernah ada.

Sebagi boekti dari kita poenja kejakinan bahoea bangsa Indonesier bisa

bekerdja sama-sama dengen Tionghoa bisa dioendjoek sebagi di bawah ini:

Dalem peroesahan rokok kretek sekarang ini fihak fabrikantnja ada djoega

bangsa Tionghoa dan agent-agentnya banjak djoega jang bangsa Indonesiers.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

177

Sebaliknja poen tida sedikit fabrikant orang Indonesier dan pendjoealnja (agent-

besarnja) bangsa Tionghoa.

Maka seperti orang taoe, kaloe peroesahan kretek di Java ini

dikoempoelken boekannja menjangkoet oewang milioenan sadja hanja poloehan

million hingga meroepaken satoe standard economie jang boekan berpengaroeh

ketjil atas keada’annja ini doea bangsa.

Sekarang ini ─ oempamanja boeat Koedoes ─ fabrikantnja sebagia besar

ada bangsa Indonesier dan agent-agentnja ada bangsa Tionghoa. Poen dalem soeal

industrie batik di Java ada saroepa keada’annja perhoeboengan dagang jang rapet

antara Tionghoa dan Indonesier.

Ini sadja soeda memboektiken dengen terang bangsa Indonesier dan

Tionghoa bisa bekerdja sama-sama dengen baek dan memoeasken. Kita poenja

maksoed: Kita haroes perbesarken kita poenja perhoeboengan dalem

pereconomian itoe tida hanja beeates pada rokok kretek dan batik meloeloe, aken

tetapi haroes loeasken sampe menjoekoepin semoea kabotoehannja rajat dari jang

besar sampe jang pak Kromo.

Kita oelangken poela, kita poenja maksoed terseboet di atas, saben orang

boleh kata, ada “hampang” boeat dibilang dan sanget soesah boeat didjalanken

dalem praktijk. Betoel.

Segala apa, kaloe orang tida maoe soesah biarlah lekas pergi ka koeboeran

sadja, biar lekas “beres” dengen zonder banjak tjingtjong.

Bangsa Tionghoa sekarang ini poenja kapitaal jang termantjep di

Indonesia boekannja ketjil. Kaloe sekiranja Indonesia terlaloe miskin oentoek

adaken kapitaal oentoek bangoenken industrie maka bekerdja sama-sama,

tjampoer kapitaal poen ada baek sekali, sebagi djoega menjoesoen tenaga dari

doea orang.

Kaloe bangsa Indonesier dan Tionghoa tida maoe bangoen sekarang djoega

kita jakin nanti taoe-taoe soeda laat kaloe laen bangsa teroetama bangsa Barat

soeda mendesek kemari dengen heibat sekali dan tida bisa ditangkis.

Kaloe begitoe, kita poenja keada’an economie nanti aken tetep bobrok

seperti jang soeda dan sekarang ini.

Dari “gambaran” jang kita oendjoeken terseboet di atas, rajat Indonesia

soeda bisa mengarti dengen teges “karoegian” dan kaoentoengannja boycott atawa

tida terhadep Nippon.

Insjaflah sekarang ini, bangsa Indonesia. Djangan boeang ini kans.

Sumber: Pewarta Soerabaia, 6 November 1937

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

178

Lampiran 4:

Indonesische Handelsvereeniging dan Oeroesan Boycott Japan

Oleh: A.A. Achsien

Tengahnja di Batavia kalangan Tionghoa gemper sekali dengen oeroesan

pemboycottan teroetama berhoeboeng dengen “potong-koeping” setjara gelap

poen di Batavia djoega perkoempoelan dagang Indonesia telah adaken

vergadering dan ambil poetoesen antaranja jang sanget penting, … dagangken

barang Japan sabanjaknja bisa.

Ini tindakan dan kitapoenja perkoempoelan dagang ada terlaloe menjolok

mata sekali, agaknja samata-mata menentangken sikepnja itoe soedagar-soedagar

Tionghoa jang kebanjakan ambil poetoesan “tida dagang barang Japan”.

Sikep terseboet di atas kaloe terdjadi dalem oedara jang tenang, kita sendiri

sanget setoedjoe sebab pokoknja orang dagang jalah tjoema satoe: Oentoeng.

Aken tetapi djoestroe sekarang ini oedara ada sanget gelap sekali, sikep jang

diambil oleh kitapoenja perkoempoelan dagang itoe soenggoe bisa menjakitin

hatinja pendoedoek Tionghoa ini waktoe sedengnja mengalamken kasengsara’an

jang heibat sekali dan di loear negri di Indonesiers bangsa kita tetoeroetan bikin

sakit hatinja itoe bangsa meloeloe lantaran hendak … “oentoen”.

Kita tida maoe bilang marika itoe “pantjing ikan di aer jang boetoek” aken

tetapi dengen ambil tindakan terseboet di atas agaknja hendak menoendjoeken

bangsa tida soeka samenwerking dengen bangsa Tionghoa.

Ini semoea kita bitjaraken di loear tentang roegi atawa oentoengnja

Indonesia toeroet boycott barang Japan jang soeda rame dibitjaraken dan diboeat

debat di kalangan pers poen pembatja ini sendiri soeda mengerti sikep kita jang

tetep.

Kita selaloe membantras tida perdoeli itoe terdjadi di kalangan Tionghoa

atawa Indonesier kaloe itoe menjangkoet dengen perhoeboengannja ini doea

bangsa. Ja kitapoenja angen-angen boleh djadi terlaloe besar dan orang kataken

ngelamoen, kaloe kita selaloe dating sama tengah oentoek mendjaga pada

perhoebongannja ini doea bangsa. Sebab kita jakin kaloe ini doea bangsa terbit

permoesoehan oemoem jang sewaktoe-waktoe bisa terdjadi lantaran satoe sebab

dan laen di sitoe nanti orang baroe mengetahoei berbahajanja keada’an. Di sitoe

nanti orang baroesan mengarti tentang tjita-tjita kita itoe. Tetapi lebih soeka kita

poenja angen-angen ini tida bisa diboektiken sebab kaloe itoe moesti terboekti

keadaan’an nanti soeda laat.

Aken kembali poela pada oeroesan perkoempoelan dagang bangsa kita

jang semata-mata ambil tindakan terbalik dari pada tindakannja soedagar

Tionghoa dan djoestroe soedagar Tionghoa ambil poetoesan boycott inilah boleh

kita kataken: onsportief. Bangsa kita merdika boeat berdagang dan kedoek

oentoeng sabesarnja bisa aken tetapi kaloe itoe “kedoek oentoeng” dengen djalan

jang onsportief dan membikin sakit hatinja laen bangsa itoelah tida soeka.

Djalan oentoek soedagar bangsa kita mendapet laba jang terlebih besar

masi terboeka salebar-lebarnja teroetama di waktoe sekarang ini kalaoe marika

maoe oesahaken insdutrie dalem negri dan bantoe djoealken itoe di sitoe nanti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

179

soedagar kita aken mendapet pahala dari doea djoeroesan, jalah menoloeng

industrie dalem negri dan kadoea oentoek kantong sendiri mendapet oentoeng.

Malah katiga djoega ada jalah bedjasa oentoek economienja bangsa sendiri jang

teroetama ini waktoe tida kebagoesan.

Kita terlebih doeloe mengarti kitapoenja toelisan ini sedikit banja tentoe

menimboelken koerang senengnja toean-toean dari perkoempoelan dagang kita

tetapi lebih soeka kita dimaki abis kaloe ternjata marika tida maoe mengarti

dengen ini oeretan. Poen kita lebih soeka dimaki kaloe kita dipaksa soeroeh

toeroet djalan jang koerang djoedjoer.

Orang jang maoe memikir sedikit sadja dan kesampingken “hawa”

mendapet oentoeng tentoe soeka mengakoein ini.

Sumber: Pewarta Soerabaia, 30 Desember 1937

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

180

Lampiran 5:

Sikepnja Handelsvereeniging Indonesia

Pengoeroes dari Handelsvereeniging Indonesia minta dimoeatkaen

katerangannja sebagi di bawah ini:

Berhoeboeng dengen bebrapa toedoehan dan sangka’an disiarken terhadep

pada kitapoenja Handelsvereeniging, kita merasa perloe menerangken bahoea

segala kitapoenja tindakan itoe sama sekali tida bersangkoetan dengen perasa’an

anti atawa sympathie terhadep salah satoe fihak dalem perselisihan Japan dan

Tiongkok.

Kita mengandjoerken dan bersedia boeat menoeloeng kaoem soedagar

soepaja consument (pembeli) jang memboetoehi barang-barang moerah dapet

membeli dengen harga biasa.

Toedoehan memantjing ikan dalem aer keroeh itoe tida pada tempatnja.

Kita memang soeda lama beroesaha berangsoer-angsoer ka itoe djoeroesan dan

keada’an sekarang ini mendorong mempertjepetken oesahakita tadi.

Begitoelah adanja itoe katerangan dari Handelsvereeniging Indonesia jang

kita trima via “Aneta”, djadinja tentoe disiarken di mana-mana.

Pembatja tentoe masi inget ka mana toedjoeannja ini katerangan dan

berhoeboengan dengen apa.

Baroe-baroe ini kita ada moeatken satoe artikel dari penoelis Achsien jang

ada bitjaraken itoe oeroesan.

Menoeroet katerangannja itoe Handelsvereeniging djadinja itoe gerakan

boeat gantiken tempatnja soedagar-soedagar perantara’an barang Tionghoa jang

boycott barang-barang Japan, meloeloe ada tersoeroeng dari kaboetoehannja

pendoedoek jang perloe sama barang-barang moerah.

Lebih teges djadinja lantaran adanja gerakan boycott barang-barang

Japang, pendoedoek Indonesia tida bisa beli lagi barang-barang moerah. Dan

boeat toeloeng pendoedoek dalem kaperloeannja djadinja itoe handelsvereeniging

maoe bikin soepaja selandjoetnja soedagar-soedagar perantara’an ada terdiri dari

orang Indonesier.

Ini ada katerangan bikinan boekan ada dari sadjoedjoernja sebab dengen

tida adanja soedagar-soedagar perantara’an bangsa Tionghoa boeat barang-barang

Japan, nanti bisa membikin orang-orang Japang sendiri djoeal itoe barang-barang

pada orang ketjil.

Bestuur dari handelsvereeniging tida oesah koeatir apa-apa. Nanti orang

ketjil aken di ajarin sendiri oleh orang-orang Japan sebagi gantinja orang-orang

Tionghoa.

Itoe handelsvereeniging menerangken sikepnja sama sekali tida

tersangkoetan dengen perasa’an anti atawa pro pada siapa djoega.

Oemoemnja bisa diandeken satoe peroesaha’an bus jang dimogokin oleh

personeel Indonesiersnja dan lantas orang-orang Tionghoa gantiken itoe semoea

tempat. Apakah ini semoea “onderkruipers” bisa madjoeken alesan: Boekan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

181

tersoeroeng dari perasa’an anti atawa pro pada siapa djoega, hanja meloeloe maoe

tjegah djangan sampe pendoedoek tida bisa naek bus boeat ka tempat pakerdja’an

atawa ka laen-alen tempat?

Apakah alesan begini bisa dipake?

Perasa’an anti dan pro tida ada dibitjaraken, tetapi bagimana djoega itoe

sikep ada menjakitin hati begitoe ada diterangken oleh Achsien!

Itoe sikep ada terlaloe menjolok saolah-olah dengen sengadja menantang

sembari di laen fihak orang berbisik sama Japan: “Djangan koeatir. Biarlah

barang-barangmoe diboycott nanti akoe jang djoealken!”

Keada’an ada prwcies dengen itoe pemogokan di peroesaha’an bus dan

kedjadian begini poen bisa terdjadi djoega di laen-laen peroesaha’an atawa lebih

teges di saben pemogokan!

Sabenernja gerakan boycott dari bangsa Tionghoa terhadep barang-barang

Japan ada memboeka kasempetan bagi pendoedoek di sini boeat tida gantiken

tempatnja itoe soedagar-soedagar perantara’an, tapi boeat gantiken itoe barang-

barang Japan dengen barang-barang kaloearan Indonesia sendiri jang sabegitoe

lama terdesek ! Ini koetika bisa digoenaken oleh Handelsvereeniging terseboet

boeat andjoerin industriee en Indonesiers bikin barang-barang sabegitoe lama ada

dari Japan dan memadjoeken industrie di negri sini sendiri.

Kaloe tenaga dan kapitaal tida ada berdaja boeat dapetken apa jang tida ada

itoe dan inilah ada kewadjibannja soeatoe pimpinan terhadep rajatnja tetapi

djarang ada pemimpin kasi pimpinan pada rajat boeat djadi “onderkruipers”.

Sumber: Pewarta Soerabaia, 4 Januari `1938.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

182

Lampiran 6:

Indonesiers Wadjib Bantoe Gerakan Tionghoa terhadep Japan

Oleh: A.A. Achsien

I

Kaloe orang mengakoe dirinja Indonesier dan tjinta dengen rajat djelata jang

econominja bobrok, tida boleh tida dengen djalan bantoe gerakan Tionghoa

terhadep barang Japan dan idoepken industrie dalem negri sendiri berarti ia

sebagi pemimpin jang cykok.

Soeal paperangan Tiongkok-Japan telah menerbitken mendjadi doea

golongan anggepannja pemimpin-pemimpin kita.

Soeal jang paling diboeat rame adalah soeal pemboycotan barang-barang

Japan oleh Indonesiers.

Pokoknja soeal: Kaloe Indonesiers boycott barang-barang Japan dan

bantoe gerakan Tionghoa apakah itoe mengoentoengken atawa meroegiken rajat?

Inilah pokoknja soeal, dus soeal oemoem jang boleh djadi aken

menjangkoet nasibnja rajat djelata.

Kita oelangi boeat sekean kalinja: Kaoem Parindra dan Ind.

Handelsvereeniging anti-boycot barang-barang Japan.

Studenten Indonesiers di Europa dan Indonesia Party Gerakan Rajat

Indonesia, poen Rostam Effendi di Nederland andjoerken gerakan boycott barang-

barang Japan.

Kita sabeloemnja orang-orang jang andjoerken pemboycotan sabelomnja

Gerindo siarken manifestnja, kita soeda bikin serie artikelen dengen kasi

pangertian pada rajat tentang oentoeng roeginja pemboycotan terhadep Japan.

Ditegesken: Kita moefakat dengen pemboycotan itoe, tetapi berbareng idoepken

industrie dalem negri dan adaken samenwerking dengen bangsa Tionghoa di sini

jang hatinja dibikin loeka oleh bangsa Japan.

Kita jakin bangsa Tionghoa maoe sokong industrie Indonesiers kaloe kita

liatken kita poenja sikep jang soeka bekerdja sama-sama dengen marika setjara

fair dan gentlemen.

Pembatja di ataslah ada doedoeknja perkara dari a sampe z jan kita

rinkesken pendek sekali.

Apa akibatnja?

Kita ditjoerangin oleh pers Indonesier, dus pers bangsa kita dewek.

Kita sebai penoelis tentoe merdika oentoek menoelis apa jang kita soeka

dan apa jang kita pikir baek. Djendral tida bisa halangin kita poenja kamerdika’an

berpikir ini.

Sabelonnja kita pegang vulpen oentoek toelis ini soeal pemboycotan

barang-barang Japan kita soeda ambil kepastian: Kita tida nanti seboet namanja

Koran atawa journalisten Indonesiers jang anti boycott. Kita tida maoe

berhanteman dengen marika. Kita hanja maoe: Biar marika kasi penjoeloehan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

183

sendiri pada rajat tentang anggepannja dan kita poen merdika berboeat beitoe

boekan?

Ringkesnya: Marika biar pilih djalan sendiri dan kita poen idem.

Inilah sikep kita jan tetep dan tida berobah.

Ini djalan jang kita ambil dan kaloe kita tida maoe “tjari-tjari” tentoe

menakoehin fair oleh pers Indonesiers kita dikemplang kalan kaboet, dimaki dan

didakwa jang boekan-boekan.

Pendeknja: Kita dipaksa diadjak berklai.

Baek!

Kita soeka berklai tetapi ambekan kita masi melarang oentoek berklai

setjara membokong dari blakang dan bikin ini soeal djadi keroeh dan djadi soeal

persoonlijk.

Teroes terang kita bilang jang paling brutal dan kentara bokon kita dari

blakang adalah Parada Harahap dari Tjaja – Timoer di Batavia.

Kita maoe ladenin ini orang dan sasoedahnja pembatja mengarti

doedoeknja perkara, pembatja nanti aken bisa djatoeken poetoesan siapa dale mini

soeal jan trima “smeer” dan “tjari moeka”.

Kita bagi toedoehannja toean Parada Harahap sebagai berikoet:

Pertama: Kita didakwa trima soeapan dari bansa Tionghoa.

Kadoea: Kita didakwa tjari moeka di kalangan oran Tionghoa.

Katiga: Kita didakwa dalem toelisan sadja, kita poera-poera “tjinta”

Tionghoa dan dalem hati anti Tjina.

Laen-laen makian dari ini toekang maki jang dapet nobel prijs kita pesoet

di bawah sandal kita.

Dakwa’an pertama kita djawab:

Kita, sebaliknja dari trima soeapan dari orang Tionghoa kita malah

dichianati oleh orang-orang Tionghoa.

Doedoeknja perkara: Barangkali toean Parada mengarti sahingga ini

seconde kita (A.A. Achsien) masi bekerdja dengen baek pada satoe import firma

Japan. Firma di mana kita bekerdja mempoenjai poeloehan langganan bangsa

Tionghoa. Kitapoenja chef oleh kerna tida batja koran-koran Melajoe bermoela

tida mengarti sikep kita jang pro boycott. Kita poen diam. Sebab maskipoen oleh

chef sendiri kita tida maoe dipengaroehin pikiran kita dalem toelis menoelis.

(Kaloe Parada jan alamin seperti kita boleh djadi malah ia minta soeap dari

bangsa Japan).

Koetika kitapoenja chef koeliling dan bertemoe dengen bebrapa

langganannja bangsa Tionghoa itoe orang Tionghoa telah tegor chef kita begini:

Apa orang jang bernama A.A. Achsien ada bekerdja pada toean?

Chef kita bilang: Betoel.

Itoe orang Tionghoa kata lagi: Aneh sekali … Achsien jang makan nasi

Japan soearanja kok anti Japan. Apa toean tida ambil tindakan?

Kita poenja chef kaget dan koetika poelang kita ditanja sikep kita.

Kita bilang teroes terang, kita tida takoet sebab paling oetama pokok:

Toch kita aken kaloear dari pakerdja’an. Lebih soeka kita kailanan

mangkok nasi dari pada angen-angen kita dihalangin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: AKSI BOIKOT JEPANG: NASIONALISME KOMUNITAS …

184

Masi moedjoer boeat kita sebab chef kita kepalanja tida ala Parada. Ia kata,

bahoea dalem soeal journalistiek ia kasi kia kamerdika’an penoeh. Pro atawa anti

Japan, ia tida maoe moemet.

Dus, kita sendiri tida bole tida tetep endahken chef kita itoe dan tida

berkisar dari toedjoean kita.

Sekarang, mengartikah toean Parada dan pembatja? Siapa jang trima

smeer? Kita jang belaken bangsa Tionghoa oepahnja malah kita dichianatin. En

toch kita tetep djadi sobatnja bangsa Tionghoa.

Boleh oekoer dengen badannja toean Parada. Kita koetip toelisannja Ken

Po: “Orang Oekoer badjoe toch di badan sendiri masakah di poehoen pisang?”

Malang Keng Po kata kaloe ia maoe telandjangin Parada tentang Soeap –

Partijtles wadhoe adoebilah…!

Djawab, Parada Harahap, kaloe kaoe lelaki Batak toelen.

Publiek.

Djatoekenlah poetoesanmoe siapa jang trima soeap? Achsien atawa

Parada?

Kadoea, kita didakwa tjari moeka di kalangan oran Tionghoa.

Ini kita akoehin memang bener dan betoel.

Tetapi bolehnja kita tjari moeka boekan seperti Parada jan berboeat

terhadep bangsa Japan.

Terangnja: Kita meman maoe pikat hatinja bangsa Tionghoa oentoek

diadjak samenwerking dengen Indonesiers. Toedjoean kita adalah bangoenken

industrie dalem negri, kamoedian pikat hatinja handelaren Tionghoa oentoek

bantoe djoealken dan bikin propaganda. Betoel kita tjari moeka, tetapi oentoek

rajat.

Ini tempo memang tempo jang bagoes oentoek pikat hatinja orang

Tionghoa dengen maksoed terseboet. Kaloe maksoed kita itoe didakwa boeroek,

nah kita trima salah. Mengarti Parada???

Sumber: Pewarta Soerabaia, 11 Januari 1938.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI