akibat paparan biologi

7
1. AKIBAT PAPARAN BIOLOGI Pekerjaan apapun tentu saja memberikan resiko masing-masing akibat pekerjaannya. Salah satu dari resiko tersebut adalah terdapatnya kemungkinan pekerja mendapatkan penyakit dari pekerjaannya. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja : 1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis. 2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik. 3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis. 4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.

Upload: dheny-herdhiyati

Post on 23-Nov-2015

63 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1. AKIBAT PAPARAN BIOLOGIPekerjaan apapun tentu saja memberikan resiko masing-masing akibat pekerjaannya. Salah satu dari resiko tersebut adalah terdapatnya kemungkinan pekerja mendapatkan penyakit dari pekerjaannya. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.Salah satu dari penyebab penyakit tersebut disebabkan oleh paparan biologis. Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan. Potensi bahaya yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi akibat bahan-bahan biologis, seperti debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, virus, bakteri, dan sebagainya. Salah satu dari pekerjaan yang beresiko terkena pajanan biologis adalah pemulung dan perawat.

a. Pemulung1) Jamur Kondisi lingkungan kerja pemulung di lokasi TPA yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari dapat menyebabkan gangguan kesehatan termasuk infeksi kulit akibat jamur. Lingkungan tempat tinggal pemulung yang tidak bersih dapat menjadi perantara kontak dengan jamur penyebab penyakit kulit. Infeksi jamur dapat ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi lingkungan di TPA yang panas dan lembab dapat menimbulkan produksi keringat berlebih, contohnya termasuk di daerah tertutup di daerah sekitar kaki. Kondisi inilah yangdapat memicu jamur tumbuh dengan subur.

2) Bakteri Di TPA tempat pemulung bekerja ataupun tempat sampah tempat pemulung mengambil sampah adalah tempat yang kotor dan penuh bakteri. Banyak sekali hewan hewan yang membawa bakteri seperti lalat yang ada di TPA. Bakteri tersebut dapat mengakibatkan penyakit jika terpapar pada pemulung seperti adanya bakteri e coli di air dekat TPA yang menyebabkan diare dan sakit perut, bakteri leptospira pada tikus yang ada di TPA yang menyebabkan leptospirosis dan masih banyak baketri yang ada di sana. 3) Hewan Seraangga : sengatan Binatang berbisa : gigitan / ular, kalajengking Binatang buas : anjing Paparan hewan dapat menimbulkan berbagai akibat seperti luka gigitan , lebam, keracunan gigitan ular berbisa atau kalajengking hingga serangga.

b. Perawat Perawat adalah pekerjaan yang rawan sekali terkena paparan biologi. Apabila ada pasien yang ditangani, dirinya biasaanya kontak langsung dengan paparan terhadap darah, cairan tubuh atau spesimen jaringan mungkin mengarah ke penyakit seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Penyakit tersebut salah saktunya adalah penyakit infksi nokosomnial. Infeksi nosokomial merupakan masalah yang besar di setiap rumah sakit apalagi dirumah sakit yang jumlah penderita yang dirawatnya banyak dengan jumlah perawatannya yang masih terbatas. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan prinsif-prinsif hygiene kurang mendapatkan perhatianSelain itu bisa akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi atau via vektor , Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam berdarah, anthrax dan Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang menimbulkan penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral

2. PENCEGAHAN a. Pemulung Pemulung yang bekerja dari pagi hingga sore memakai alat pelindung diri yaitu sepatu untuk melindungi kaki mereka dari paparan sampah. Menjaga kebersihan perorangan, misalnya mandi secara teratur dengan sabun, mencuci tangan dan kaki secara benar dengan memakai sabun. Mengeringkan tangan dan kaki sehabis dicuci supaya tidak meninggalkan bekas basah yang dapat menjadikan kulit lembab sehingga jamur mudah tumbuh. Memakai alat pelindung diri seperti baju bersih yang tertutup, sepatu boots, topi dan maskerb. Perawat Usaha pencegahan selalu lebih baik dari pada pengobatan infeksi yang terjadi. (Ramli, 1993). Pencegahan infeksi nosokomial merupakan suatu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang dimaksud untuk menghindari terjadinya infeksi selama pasien di rumah sakit (Anwar, 2005). Tietjen (2004) menyatakan bahwa sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia, secara relatif murah yaitu:1. Mentaati peraktek pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kesehatan dan kebersihan tangan serta pemakaian sarung tangan.2. Memperhatikan dengan seksama peroses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tngkat tinggi dan3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya dimana kecelakaan diperlukan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi.Pencegahan standar merupakan suatu bentuk tindakan pencegahan terhadap infeksi yang umum dilakukan oleh perawat dalam setiap melakukan tindakan keperawatan kepada pasien. Pencegahan ini merupakan teknik mencuci tangan, menggunakan masker, sarung tangan (hansdscun), pakaian khusus dan penggunaan benda tajam sekali pakai (disposable) (Elvin, 2002).Selain itu infeksi nosokomial dapat dicegah dengan memutuskan mata rantai terjadinya infeksi nosokomial, yaitu dengan cara:a. Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi nosokomial.b. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resiko infeksi nosokomial bagi pasien yang dirawatnya.c. Melakukan semua setandar prosedur kerja dengan benar dan sempurna.d. Identifikasi penyebab infeksi nosokomial.e. Pemberian pengobatan yang tepat dan rasional. f. Mengikut serta penderita dan keluarga dengan memberikan pengetahuan praktis tentang infeksi nosokomial serta penyakit yang diderita oleh penderita.g. Memberikan petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-hal yang perlu dijaga/dilakukan/dihindarkan pada waktu pengunjungan melalui papan pengumuman, kertas petunjuk dipintu dan petugas informasi diruangan

DAFTAR PUSTAKA

RATNA DIAN KURNIAWATI. 2006. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEMULUNGDI TPA JATIBARANG SEMARANG http://eprints.undip.ac.id/15799/1/Ratna_Dian_Kurniawati.pdfhttp://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/download/375/419

Ramli, Jenis Infeksi Nosokomial Pada Pasien Kangker, Bagian Ilmu Bedah FKU, RSCM, Vo 183 : 13-17. (1993). Anwar, Sufyan Faktor-Faktor Yang Mempangaruhi Infeksi Nosokomial Luka Operasi Oleh Para Medis Di UPF Redah RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh, Skripsi FKM Unmuha Banda Aceh, (2005).