akhlak

4
Akhlak terhadap Allah Swt. Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar dan kuat, berkewajiban untuk berakhlak baik kepada Allah Swt. Dengan cara : (QS. Ali ‘Imran (3): 132) yang berbunyi : menaati perintah Allah atau bertakwa berdoa dan penuh harapan (raja’) kepada Allah SWT seperti yang tertulis di QS. Al-Zumar (39): 53 yang berbunyi, “Dan taatlah kepada Allah dan rasul, agar kamu diberi rahmat berdoa dan penuh harapan (raja’) kepada Allah SWT bersyukur (QS. al-Baqarah (2): 152 yang berbunyi “ Maka igatlah kepada Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu ,Bersyukurlah kepada Ku ,Dan janganlah kamu ingkar kepada Ku Akhlak terhadap Sesama Manusia Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap Rasulullah Saw., sebab Rasullah yang paling berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara bentuk akhlak kepada Rasulullah yaitu : 1. cinta kepada Rasul dan memuliakannya (QS. al-Taubah (9): 24) yang berbunyi : Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah- rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,

Upload: himawan

Post on 01-Feb-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sip

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak

Akhlak terhadap Allah Swt.

Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar dan kuat, berkewajiban untuk

berakhlak baik kepada Allah Swt. Dengan cara :

(QS. Ali ‘Imran (3): 132) yang berbunyi : menaati perintah Allah atau bertakwa

berdoa dan penuh harapan (raja’) kepada Allah SWT seperti yang tertulis di QS.

Al-Zumar (39): 53 yang berbunyi, “Dan taatlah kepada Allah dan rasul, agar

kamu diberi rahmat berdoa dan penuh harapan (raja’) kepada Allah SWT

bersyukur (QS. al-Baqarah (2): 152 yang berbunyi “ Maka igatlah kepada Ku,

niscaya Aku akan ingat kepadamu ,Bersyukurlah kepada Ku ,Dan janganlah

kamu ingkar kepada Ku

Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap Rasulullah

Saw., sebab Rasullah yang paling berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara

bentuk akhlak

kepada Rasulullah yaitu :

1. cinta kepada Rasul dan memuliakannya (QS. al-Taubah (9): 24) yang

berbunyi :

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,

kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang

kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu

sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari)

berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan

keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang

fasik.

2. taat kepadanya ( QS. An- nisa’ (4) :59 ) yang berbunyi : Hai orang-orang yang

beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara

kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

benar-benar mengimani Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.

Page 2: Akhlak

Untuk berakhlak kepada dirinya sendiri, manusia yang telah diciptakan Allah

Swt. dan dalam potensi fitriahnya berkewajiban menjaganya dengan cara :

1. memelihara. kesucian lahir dan batin (QS. al-Taubah (9): 108) yang

berbunyi: Janganlah kamu melaksanakan shalat dalam mesjid itu selama-

lamanya[7]. Sungguh, mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba),

sejak hari pertama[8] adalah lebih pantas kamu melaksanakan shalat di

dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah

menyukai orang-orang yang bersih.

2. menambah pengetahuan sebagai modal amal (QS. al-Zumar (39):9) yang

berbunyi:

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang

beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut

kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:

"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran.

Selanjutnya yang terpenting adalah akhlak dalam lingkungan keluarga. Akhlak

terhadap keluarga dapat dilakukan misalnya dengan:

1. berbakti kepada kedua orang tua (QS. al-Isra’ (17):23) yang berbunyi:

 "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya  kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya

sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sakali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkatan "ah" dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

2. bergaul dengan ma’ruf (QS. al-Nisa’ (4): 19) yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kalian mempusakai wanita

dengan jalan paksa. Janganlah kalian menghalangi mereka kawin dan

menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa

yang telah kalian berikan kepada mereka, kecuali jika mereka melakukan

perbuatan keji yang nyata. Bergaullah kalian dengan mereka secara patut.

Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena

Page 3: Akhlak

mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak.

Akhlak kepada Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di sekitar

manusia, yakni binatang, tumbuhan, dan benda mati. Akhlak yang

dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan di bumi, yakni untuk

menjaga agar setiap proses

pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan- Nya. Dalam

al-Quran Surat al-An’am (6): 38 yang berbunyi:

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat

(juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-

Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. Dijelaskan

bahwa binatang melata dan burung-burung adalah seperti manusia yang

menurut Qurtubi tidak boleh dianiaya (Shihab, 1998: 270).

Baik di masa perang apalagi ketika damai akhlak Islam menganjurkan agar

tidak ada pengrusakan binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa, tetapi

sesuai dengan sunnatullah dari tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr

(59): 5) yang berbunyi:

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang

kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya,

maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak

memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.