agroklimat 1b
DESCRIPTION
agroklimat 1bTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
TPT 2017
ACARA IB
PENGENALAN PERALATAN METEOROLOGI PERTANIAN DI
LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR
Disusun oleh
Nama : IWAN NUGROHO
NIM : 13/348787/TP/10775
GOL : SENIN
PJ Harian : 1. Amalia Irawan
2. Kholida W.P.
LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA LAHAN DAN AIR
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agroklimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan cuaca
yang berhubungan dengan pertanian. Iklim dan cuaca memiliki pengaruh
yang besar bagi kehidupan dan aktivitas manusia, salah satunya adalah
pertanian. Diperlukan pengamatan untuk menghasilkan data-data unsur iklim
dan cuaca yang akurat, sehingga dapat mendukung aktivitas manusia. Untuk
itu, perlu digunakan peralatan meteorologi pertanian.
Peralatan meteorologi pertanian tersebut digunakan untuk mengamati
unsur iklim dan cuaca seperti curah hujan, suhu udara dan tanah, evaporasi,
kecepatan angin, intensitas dan lama penyinaran matahari serta kelembaban
udara. Alat-alat tersebut memiliki fungsi, cara kerja, serta cara pengamatan
dan pengumpulan data yang berbeda-beda. Sehingga, pengetahuan dan
pemahaman mengenai hal tersebut sangat penting agar dapat mnghasilkan
data-data yang akurat. Selanjutnya data tersebut dapat digunakan dalam
penentuan maupun perkiraan kondisi iklim dan cuaca yang juga berpengaruh
bagi pertanian.
Karena pentingnya pengetahuan mengenai peralatan tersebut, maka
dilaksanakan praktikum pengenalan peralatan meteorologi pertanian yang
bertempat di Laboratorium Teknik Sumberdaya Lahan dan Air. Dengan ini,
diharapkan praktikan mengetahui macam-macam alat meteorologi pertanian,
baik fungsi, cara kerja, penggunaan maupun cara pengamatan dan
pengumpulan datanya.
B. Tujuan
Mengenal cara kerja alat-alat meteorologi pertanian
Mengenal cara pengamatan alat-alat meteorologi pertanian
C. Manfaat
Dapat mengetahui fungsi dan cara kerja alat meteorologi pertanian
Dapat mengetahui cara pengamatan dan pengambilan data dengan alat
meteorologi pertanian
Dapat mengetahui perbedaan, serta kelebihan dan kekurangan alat
meteorologi pertanian sejenis
BAB II
DASAR TEORI
Klimatologi adalah ilmu yang membahas segala sesuatu yang
berhubungan dengan cuaca termasuk interpretasi statistik record-record cuaca
jangka panjang terhadap waktu gambaran lokal dari cuaca dengan perhitungan-
perhitungan radiasi matahari, angin, curah hujan, temperatur rata-rata bulanan
serta harian, temperatur maximum ataupun minimum, serta penguapan (Martha
dan Wanny, 1983).
Cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam waktu dan tempat tertentu,
dimana keadaan atmosfer tersebut digambarkan dalam nilai variabel terukur
seperti suhu, kelembaban dan kecepatan angin. Kombinasi tertentu dari veriabel
cuaca akan menghasilkan fenomena cuaca yang bisa diamati dan diidentifikasi
yaitu angin, awan, hujan, kabut dan salju. Sementara iklim dianggap sebagai
integrasi dan rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama. Statistik digunakan
untuk membantu menggambarkan rata-rata cuaca. Dapat dilihat dengan mudah
bahwa analisa iklim dibatasi oleh variabel yang terkait dalam sistem pengamatan
cuaca (Hubbard,2007).
Dalam bidang pertanian, ilmu prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer
ini adalah untuk menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim
mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan
kelembaban nisbi udara adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian,
air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan menyimpan
air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara
transpirasi, evaporasi, dan drainase (Wisnubroto,1999).
Peralatan pengukuran meteorologi paling tidak terdiri atas sensor,
pengubah/penyesuai sinyal dan tampilan data. Sensor merupakan salah satu
elemen penting karenaa berhubungan langsung dengan variabel yang diukur, dan
menghasilkan sinyal output sesuai variabel tersebut. Di bagian akhir, tampilan
data juga penting untuk menyajikan data pada pengguna. Untuk memahami
sensor, harus dipelajari fisika sensor serta reaksi sensor dengan variabel cuaca
yang diukur. Terdapat banyak sensor tersedia untuk mengukur tekanan,
suhu,kelembaban, sinar matahari dan sebagainya (Brock & Richardson,2001).
Observasi meteorologis suhu udara secara umum dilakukan menggunakan
termometer. Termometer merupakan alat pengukur suhu. Prinsip dasar yang
terlibat dalam pengukuran suhu udara permukaan adalah termometer berinteraksi
dengan atmosfer dan mencapai ksetimbangan termodinamik dengan udara sekitar
sebelum digunakan untuk pengukuran. Termometer kemudian menunjukkan suhu
udara sekitar yang tepat. Berbagai ciri-ciri fisik dari zat atau alat ukur yang
menampilkan variasi unik, konsisten dan reproduksibel terhadap suhu dapat
digunakan untuk membuat termometer (Srivastava,2008).
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Alat tulis dan gambar
2. Peralatan meteorologi pertanian di laboratorium TSLA, Sub Lab
Agroklimat,yaitu:
a. Environment Tester
b. Anemometer
c. Anemometer Otomatis
(Digital)
d. Ombrometer Manual
e. Ombrometer Jungkat-
jungkit
f. Konverter Ombrometer
Otomatis
g. Pan Evaporimeter
h. Solarimeter
i. Bimetal Actinograf
j. Lux Meter
k. Thermo-Hygrometer
l. Hair – Higrograf
m. Thermohygrograf
n. Psykrometer
o. Alat Pengukur
Kelembaban
p. Thermograf
q. Alat pengukur Suhu
Tanah
r. Termometer Tanah
s. Alat Penakar Hujan
3. AWS (Automatic Weather Station), di Lantai 4 Gedung Fakultas
Teknologi Pertanian (FTP)
B. Cara Kerja
1. Dilakukan pengamatan terhadap semua peralatan meteorologi pertanian
yang disediakan di Laboratorium TSLA beserta AWS (Automatic
Weather Station).
2. Diamati dan digambar seluruh alat beserta bagian-bagiannya, serta ditulis
fungsi, satuan, prinsip kerja dan cara pengamatan alat-alat tersebut.
3. Diamati dan digambar seluruh bagian AWS, serta ditulis fungsi dari
masing-masing bagian AWS, lalu diamati kesesuaian penempatan AWS.
C. Cara Analisa Data
Dalam praktikum kali ini, tidak terdapat data yang dianalisa. Melainkan
analisa/ pengamatan terhadap alat-alat pengukur unsur cuaca dan iklim
berupa fungsi, satuan, cara kerja, dan bagaiman cara mendapatkan data
dengan menggunakan alat-alat ukur tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Dalam praktikum Agroklimatologi Acara 1b ini, dilakukan pengenalan dan
pengamatan peralatan meteorologi pertanian di Sub-lab Agroklimat Laboratorium
Teknik Sumberdaya Lahan dan Air Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Dengan pengenalan dan pengamatan tersebut, diharapkan praktikan
megetahui dan memahami fungsi,cara kerja,cara pengamataan dan pengambilan
data alat-alat meteorologi pertanian tersebut.
Pengamatan dilakukan terhadap peralatan meteorologi pertanian meliputi
alat pengukur curah hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, suhu, penguapan,
intensitas penyinaran matahari serta AWS (Automatic Weather Station). Terdapat
beberapa jenis alat meteorologi pertanian dalam masing-masing kategori diatas,
yang mempunyai fungsi yang sama namun prinsip kerja berbeda. Selain
pengamatan, juga dibuat sketsa gamabar masing-masing alat untuk lebih
memperdalam pemahaman bagian-bagian alat.
Peralatan pengukur curah hujan berupa ombrometer. Ombrometer yang
diamati terbagi atas ombrometer otomatis tipe jungkat-jungkit dan ombrometer
manual. Ombrometer otomatis tipe jungkat-jungkit ini terbagi atas 2 jenis, yaitu
yang memakai data logger dan yang memakai kertas pias. Kedua alat tersebut
memiliki prinsip kerja yang sama, hanya cara penampilan datanya yang berbeda.
Prinsip kerja alat tersebut yaitu air hujan masuk dan ditampung lewat corong di
bagian atas alat. Air lalu mengalir ke jungkat-jungkit. Berat air tersebut akan
menggerakkan jungkat-jungkit dan menimbulkan ketukan. Ketukan tersebut
dihitung oleh air raksa dan dikonversi ke bagian tampilan data/hasil pengukuran.
Pada ombrometer jungkat-jungkit dengan kertas pias, ketukan yang dihitung oleh
air raksa dikonversi menjadi gerakan pada pena sehingga pena akan mencatat
hasil pengukuran pada kertas pias. Sementara pada ombrometer otomatis yang
menggunakan data logger, tidak menggunakan air raksa. Ketukan yang dihasilkan
oleh jungkat-jungkit langsung dikonversi secara otomatis menjadi sinyal listrik
dan yang oleh data logger ditampilkan sebagai hasil pengukuran. Air pada
jungkat-jungkit akan mengalir ke bak penampung. Jika bak penampung penuh,
maka corong yang ada di bawah bak penampung tersebut akan terbuka secara
otomatis sehingga air pada bak penampung kembali kosong.
Ombrometer Manual juga berfungsi untuk mengukur curah hujan. Alat ini
digunakan dengan cara meletakkan di tempat terbuka tanpa terhalang gangguan
seperti gedung maupun pepohonan. Alat ini terdir atas 3 bagian yang dapat
dipiasah yaitu penutup, corong dan tabung. Mekanisme kerjanya yaitu air hujan
masuk ke penampung, kemudian melewati corong dan ditampung di tabung.
Setelah itu dihitung volume air yang tertampung dengan gelas ukur dan juga
dihitung luas penampang alat dalam mm. Sehingga curah hujan diperoleh dengan
cara volume air yang terukur dibagi dengan luas penampang. Selain ombrometer
manual tersebut, terdapat model ombrometer lain yaitu berupa alat penakar hujan.
Perbedaannya adalah alat ini bersifat stasioner/tetap sehingga penggunaanya tidak
dipindah-pindah dan hanya pada tempat terbuka tertentu. Prinsip kerjanya sama
dengan ombrometer manual.
Peralatan untuk mengukur kecepatan angin berupa anemometer.
Anemometer yang diamati terdiri atas dua jenis yaitu cup anemometer dan
anemometer digital/otomatis. Cup anemometer merupakan anemometer yang
terdiri dari tiga buah cup yang dipasang kuat pada tiang kincir pada posisi cup
horizontal. Cup ini berfungsi sebagai penangkap angin yang akan berputar ketika
terkena angin. Untuk mengetahui besarnya kecepatan angin melalui cup
anenometer diperlukan alat pengkonversi cup anemometer. Alat ini dapat
mencatat besarnya pergerakan kecepatan angin dengan indikator dari cup yang
berputar karena terkena angin. Cup anemometer dihubungkan dengan alat
pengkonversi oleh kabel. Perputaran cup anemometer setiap satuan waktu dapat
direkam oleh alat pengkonversi dalam bentuk grafik pada kertas pias. Ukuran
kecepatan angin dapat dinyatakan dalam m/det, km/jam, atau mil/jam.
Selain cup anemometer, juga terdapat anemometer digital. Anemometer
digital memiliki prinsip kerja mirip dengan cup anemometer, perbedaannya hanya
pada proses konversi kecepatan angin secara digital yang lebih cepat dan
otomatis. Anemometer digital menangkap angin menggunakan baling-baling.
Kemudian putaran baling-baling akan dikonversi secara otomatis dan kecepatan
angin langsung ditampilkan pada data logger secara digital. Anemometer digital
ini lebih cepat dalam menampilkan data dibandingkan dengan cup anemometer,
tanpa perlu proses dan peralatan konversi kecepatan angin.
Peralatan pengukur kelembaban udara terdiri atas thermo-hygrometer, hair-
higrograf, thermohygrograf dan psikrometer. Thermo-hygrometer merupakan alat
yang berfungsi ganda untuk mengukur suhu dan kelembaban. Alat ini berbentuk
bulat dengan skala yang ditunjukkan oleh jarum, terdir atas skala suhu (0C) dan
skala kelembaban (%). Alat ukur kelembaban selanjutnya adalah hair-higrograf.
Alat ini menggunakan rambut kuda sebagai sensor kelembaban yang akan
berubah panjangnya menurut kandungan kelembaban udara. Perubahan panjang
rambut kuda ini akan menggerakkan jarum pena dan melukiskan hasil pengukuran
kelembaban pada kertas pias. Jarum akan turun waktu rambut basah dan naik saat
rambut kering.
Psychrometer juga berfungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.
Alat ini menggunakan sensor suhu dan kelembaban udara yang berbentuk seperti
lembaran sebagai komponen utama. Sensor tersebut dihubungkan dengan kabel ke
data logger, sehingga hasil pengukuran oleh sensor tersebut dapat ditampilkan
dengan cepat oleh data logger.
Alat pengukur kelembaban udara terakhir adalah termohigrograf. Selain
mengukur kelembaban, alat ini juga digunakan untuk mengukur suhu.
Pemasangan alat ini diletakkan dalam sangkar pelindung dari sinar matahari.
Prinsip kerja pengukuran suhu menggunakan sensor suhu berupa logam bimetal.
Pemuaian logam tersebut akibat suhu udara akan menggerakkan jarum pena dan
melukiskan hasil pengukuran pada kertas pias. Prinsip kerja pengukuran
kelembaban menggunakan sensor kelembaban berupa rambut manusia. Perubahan
kelembaban akan menyebabkan rambut mengalami perubahan ukuran
(mengembang). Perubahan ukuran ini akan menggerakkan pena dan melukiskan
hasil pengukuran pada kertas pias. Peralatan pengukur kelembaban yang bekerja
secar otomatis mempunyai keuntungan dibanding peralatan manual, diantaranya
yaitu lebih ringkas dan tidak memakan tempat, data lebih cepat ditampilkan serta
pembacaan data lebih mudah, terutama alat digital.
Alat untuk mengukur laju evaporasi atau penguapan yaitu pan evaporimeter.
Alat ini terdiri atas sangkar untuk menangkap embun, panci penampung dan
corong. Alat ini memiliki mekanisme kerja yaitu pan atau panci evaporimeter
diletakkan dalam keadaan datar di atas tanah. Pan diisi dengan air dan diusahakan
tinggi muka air sekitar 5 cm dibawah bibir panci. Prinsip kerja alat yaitu mula-
mula ujung dari kail dipasang tepat pada permukaan air. Setelah waktu tertentu,
misalnya 1 hari terjadi penguapan, kail tidak lagi menempel pada permukaan air.
Dengan perantara alat pemutar berskala, kail dikembalikan tepat menyinggung
muka air, kemudian dibaca dengan alat penerangan, besarnya penurunan pada kail
tersebut merupakan besarnya penguapan yang terjadi dalam satuan milimeter
(mm).
Peralatan pengukur suhu dapat dibedakan dari objek yang diukur, yaitu alat
ukur suhu udara dan suhu tanah. Peralatan pengukur suhu udara biasanya telah
terintegrasi pada peralatan pengukur kelembaban seperti thermo-hygrometer,
psikrometer, dan thermohygrograf, yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini terjadi
karena suhu mmemiliki pengaruh yang besar terhadap kelembaban udara, karena
tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat tergantung dari tinggi
rendahnya suhu di tempat tersebut. Sehingga, tanpa memahami suhu terlebih
dahulu, kelembaban juga akan sulit dimengerti. Namun, pada praktikum ini,
terdapat alat pengukur suhu yang diamati secara khusus dan berdiri sendiri yaitu
thermograf. Thermograf merupakan alat pengukur suhu otomatis yang
menggunakan sensor panas/suhu berupa logam bimetal yang mempunyai
koefisien pengembangan yang berbeda. Panas atau suhu akan ditangkap oleh
sensor suhu tersebut yang kemudian menyebabkan pemuaian logam sensor.
Logam yang memuai akan menggerakkan lengan pena dan mata pena menuliskan
hasil pengukuran. Logam yang memuai akan menggerakkan pena keatas,
sedangkan logam yang menyusun membuat pena kembali bergerak ke bawah.
Pemuaian dan penyusutan logam seiring perubahan suhu akan menghasillkan
hasil pengukuran pada kertas pias.
Peralatan pengukur suhu tanah terdiri atas termometer tanah dan alat
pengukur suhu tanah. Termometer tanah mempunyai bentuk dan prinsip kerja
serupa dengan termometer ruangan, hanya penggunaannya ditancapkan di tanah.
Pada ujung termometer terdapat sensor suhu tanah yang apabila ditancapkan ke
tanah akan menangkap suhunya. Suhu yang ditangkap oleh sensor tersebut
selanjutnya dikonversi menjadi hasil pengukuran yang ditunjukkan pada penunjuk
skala. Untuk alat pengukur suhu tanah, prinsip kerjanya sama dengan thermograf,
hanya perbedaannya terletak pada sensor suhu tanah. Pada alat ini, sensor suhu
tanah menggunakan spiral perekam. Sensor suhu tanah yang dimasukkaan ke
tanah akan menangkap suhu tanah, kemudian signal dari sensor direkam oleh
spiral perekam. Spiral perekam ini akan mengembang saat suhu naik dan kembali
saat suhu turun. Mengembang dan mengempisnya spiral ini akan menggerakkan
jarum pena dan menuliskan hasil pengukuran di kertas pias.
Peralatan pengukur intensitas sinar matahari terdir atas Bimetal Actinograph
dan Luxmeter. Bimetal actinograf berfungsi untuk mengukur intensitas
penyinaran cahaya matahari. Actinograf ini memiliki prinsip kerja yaitu
perbedaan muai terhadap logam hitam dan logam putih yang terdapat pada plat
pyrex. Logam hitam berfungsi sebagai penyerap panas dan radiasi, sedangkan
logam putih sebagai penyerap suhu dan memantulkan radiasi. Lempeng logam
yang memuai akan menggerakkan lengan pena sehingga ujung mena mencatat
data pada kertas pias. Pengamatan dilakukan pada pias actinograf, dimana garis-
garis vertikal menunjukkan skala pembagian waktu dan garis-garis horizontal
menunjukkan skala garis intensitas radiasi surya, sedangkan penyinaran matahari
digambarkan oleh luas grafik yang terbentuk pada kertas pias. Enersi penyinara
dinyatakan dalam 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑐𝑚2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 atau langley𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 .
Luxmeter adalah alat yang mengukur intensitas cahaya matahari secara
otomatis (digital). Alat ini terdiri dari sensor penangkap radiasi cahaya matahari
yang berfungsi untuk menangkap radiasi sinar matahari, kabel yang berfungsi
untuk mengirim informasi dari penangkap radiasi data logger, dan layar digital
yang berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Luxmeter memiliki
beberapa kelebihan dibanding bimetal actinograf yaitu dapat mengukur intensitas
cahaya dalam waktu singkat serta lebih mudah dan jelas dalam pembacaan data.
Selain peralatan meteorologi pertanian yang bersifat spesifik diatas, terdapat
pula peralatan meteorologi pertanian yang berupa sistem terpadu dan lebih
canggih. Sistem terpadu artinya sistem gabungan dari beberapa alat meteorologi
pertanian, yang artinya dalam satu alat dapat mengukur lebih dari satu anasir
/unsur meteorologi secara bersamaan tanpa saling mempengaruhi. Peralatan
sistem terpadu ini menggunakan sensor sebagai komponen utama dalam
mengukur berbagai unsur meteorologi sekaligus. Peralatan ini yaitu Environment
Tester dan AWS.
Environment Tester berfungsi sebagai pengukur suhu, kelembaban,
intensitas sinar matahari dan kecepatan angin secara digital dan otomatis. Alat ini
sangat ringkas karena hanya seukuran remote control, namun dapat melakukan
berbagai pengukuran sekaligus. Komponen utama alat ini berupa sensor, terdiri
atas sensor cahaya, kelembaban dan suhu. Sementara untuk menangkap angin
digunakan baling-baling kecil. Hasil pengukuran dari sensor dan baling-baling
kemudian dikonversi secara otomatis dan ditampilkan pada layar digital dengan
cepat.
AWS( Auto Weather Station) adalah peralatan meteorologi dengan sistem
terpadu untuk pengumpulan data secara otomatis dan diproses agar pengamatan
menjadi lebih mudah. AWS terdiri atas Cup Anemometer yang berfungsi untuk
mengukur kecepatan angin, petunjuk arah mata angin berfungsi untuk mengetahui
kemana arah angin berhembus, Phsycometer yang berfungsi untuk mengukur suhu
dan kelembaban udara, ombrometer untuk mengukur curah hujan dan data logger
untuk menyimpan data pengukuran. AWS dihubungkan dengan kabel data
konektor ke komputer agar data hasil pengukuran yang diperoleh bisa ditampilkan
di komputer. Alas tempat peletakan AWS ini terbuat dari aspal, tujuannya untuk
menyerap panas matahari agar tidak berpengaruh pada pengukuran. Secara umum
keunggulan AWS adalah dapat mengukur berbagi anasir cuaca sekaligus dalam
satu alat untuk keperluan pengamatan dan penelitian, serta dapat tersambung
langsung dengan komputer dan internet, sehingga informasi cuaca di tempat
tersebut dapat diketahui dengan cepat di tempat lain. Kelemahannya yaitu alat
tidak dapat dipindahkan. Dibanding dengan AWS, Environment Tester jauh lebih
efisien tempat, serta dapat dipindahkan dengan mudah. Pembacaan data juga
lebuh cepat dan mudah, namun tidak bisa tersambung ke komputer.
Dalam hal lokasi peletakan, AWS yang berada di gedung Fakultas
Teknologi Pertanian dianggap kurang sesuai. Hal ini karena ketinggian tempat
yang kurang memadai untuk mengukur semua unsur cuaca secar optimal dan
dalam daerah yang luas. Selain itu karena tempat peletakan AWS masih
dikelilingi oleh gedung dan pepohonan, dapat menghalangi pengukuran secara
optimal terutama pengukuran angin dan cahaya matahari.
Penggunaan berbagai macam peralatan meteorologi pertanian memiliki
fungsi dan ketelitian yang berbeda-beda. Pada umumnya ketelitian alat yang
bersifat manual memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat
otomatis. Keakuratan data yang diperoleh sangat tergantung pada kondisi alat
yang akan semakin menurun seiring dengan usia alat itu sendiri dan
penempatannya yang di luar ruangan. Selain itu ketepatan pembacaan dari
pengamat juga akan mempengaruhi keakuratan data. Kondisi lingkungan sekitar
juga dapat mempengaruhi keakuratan data. Pada situasi ini tata letak cukup
penting sehingga peletakan alat dapat mewakili seperti kondisi fisik lingkungan
asli.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum mengenai pengamatan alat meteorologi pertanian di
laboratorium Teknik Sumberdaya Lahan dan Air Fakultas Teknologi
Pertanian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Macam peralatan meteorologi dan prinsip kerjanya yaitu:
a. Peralatan pengukur curah hujan adalah ombrometer, yang terdiri atas
ombrometer otomatis dan manual. Prinsip kerja ombrometer otomatis
adalah penghitungan ketukan jungkat-jungkit, sedangkan prinsip kerja
ombrometer manual adalah penghitungan volume air hujan dibagi luas
penampang.
b. Peralatan pengukur kelembaban terdiri atas thermohygrometer,
psikrometer, hair-hygrograf dan thermohygrograf. Prinsip kerja ketiganya
sama yaitu menggunakan sensor kelembaban berupa rambut yang akan
mengembang dan mengempis sesuai kandungan kelembaban udara.
Psikrometer menggunakan sensor kelembaban dan suhu.
c. Peralatan pengukur kecepatan angin yaitu anemometer, baik cup
anemometer maupun anemometer digital. Prinsip kerja keduanya hampir
sama, yaitu pengukuran kecepatan putaran cup/baling-baling. Perbedaan
adalah media tampilan data berupa kertas pias dan digital.
d. Peralatan pengukur suhu, dibedakan atas suhu tanah dan suhu udara.
Peralatan pengukur suhu udara yaitu thermograph, thermohigrograf serta
psikrometer. Pengukur suhu tanah berupa termometer tanah dan alat
pengukur suhu tanah. Alat pengukur suhu memiliki prinsip kerja yang
sama yaitu pemuaian logam bimetal, kecuali psikrometer dan termometer
tanah, berupa sensor suhu otomatis.
e. Peralatan pengukur penguapan air adalah pan evaporimeter. Prinsip
kerjanya adalah pengukuran permukaan air dengan kail.
f. Peralatan pengukur intensitas cahaya matahari adalah luxmeter dan
bimetal actinograph. Luxmeter menggunakan sensor radiasi matahari,
sementara bimetal actinograph menggunakan prinsip pemuaian sensor
logam bimetal.
g. Peralatan meteorologi pertania terpadu yaitu AWS dan Environment
Tester. Peralatan ini digunakan untuk mengukur suhu, kelembaban,
kecepatan angin, curah hujan dan intensitas cahaya matahari sekaligus
dalam satu alat. Tujuannya untuk memudahkan pengamatan dan
pengambilan data. Prinsip kerjanya semua menggunakan sensor otomatis.
2. Pada dasarnya, prinsip kerja peralatan meteorologi pertanian terdiri atas
sensor, baik manual maupun otomatis; pengkonversi sinyal, baik manual
(gerakan/getaran) atau otomatis; serta display data pengukuran, berupa
kertas pias maupun digital.
3. Keakuratan dan ketelitian data hasil pengamatan dipengaruhi oleh
ketelitian dan kondisi alat, pembacaan data yang teliti dan kondisi
lingkungan sekitar.
B. Saran
Asisten praktikum sebaiknya lebih memberikan informasi mengenai bagian-
bagian alat lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Brock, Fred V. And Scott J. Richardson.2001.Meteorologiccal Measurement System.Oxford University Press,Inc:New York.
Hubbard, Kenneth G.2007.Agricultural Climatology. Journal of Service Climatology. 1,(2),1-9.
Martha, Joyce dan Wanny Adidarma. 1983. Mengenal Dasar-dasar Hidrologi. Nova: Bandung.
Srivastava, Gian P.2008.Surface Meteorological Instrument and Measurement Practice.Atlantic, Ltd:New Delhi
Wisnubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya :
Yogyakarta.