agra_materi_ninas note-lecture ii till vii

Upload: atika-mega-chairina

Post on 06-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    1/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    1

    KULIAH KE-2

    “Pembentukan UUPA & Perkembangan Hukum Tanah Indonesia” 

    Kamis | 18 Februari 2016

      Hukum Tanah yang baru berlaku sejak 24/SEP/1960 dimuat dalam Undang-

    Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agrari dikenal sebagai UUPA

      UUPA  mengakhiri berlakunya peraturan-peraturan hukum tanah nasional &

    mengakhiri dualisme atau pluralisme hukum tanah di Indonesia, serta

    menciptakan dasar-dasar bagi perkembangan hukum tanah nasional yang

    tunggal berdasarkan hukum adat sebagai hukum nasional Indonesia yang asli

      Fungsi UUPA :

    (a) Menghapus dualisme hukum tanah & menciptakan unifikasi serta kodifikasi

    hukum agraria nasional yang berdasarkan hukum adat;

    (b) Mengadakan unifikasi hak-hak atas tanah & hak-hak jaminan atas tanah

    melalui ketentuan-ketentuan konvensi (diktum ke-2 UUPA);

    (c) Meletakkan landasan hukum untuk pembangunan hukum agraria nasional  

    misalnya: dalam Pasal 17 tentang Landreform.

      Tujuan UUPA :

    (a) Menciptakan unifikasi hukum agraria dengan cara, sebagai berikut:

    -  Mencabut aturan-aturan hukum tanah yang lama;

    -  Menyatakan berlakunya hukum tanah nasional berdasarkan hukum adat.

    (b) Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas tanah melalui ketentuan

    konvensi hak tanah-tanah hak barat & hak-hak jaminan adalah tanah.

      Hubungan fungsional UUPA dengan Hukum Adat

    (a) Konsiderans “berpendapat”, huruf “a”; 

    (b) Pasal 5 UUPA;

    (c) Penjelasan umum III/I.

      Hukum Adat yang dimaksud dalam UUPA

      Formal   “... bagian dari hukum positif Indonesia yang berlaku sebagai

    hukum yang hidup dalam bentuk tidak tertulis di kalangan orang-orang

    Indonesia asli yang mengandung ciri-ciri nasional ...” 

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    2/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    2

      Materiil   “... sifat kemasyarakatan yang berasaskan keseimbangan &

    diliputi suasana keagamaan”.

     Pengertian substansi Hukum Adat  

     hukum adat tidak harus diartikan semata-

    mata sebagai rangkaian norma-norma hukum saja, akan tetapi meliputi juga :

    (1) Konsepsi (ajaran, teori);

    (2) Asas-asas (merupakan perwujudan dari konsepsi);

    (3) Lembaga-lembaga hukum;

    (4) Sistem (tata susunan yang benar).

      Konsepsi hak penguasaan atas tanah menurut Hukum Tanah Nasional

     Hak penguasaan atas tanah

      suatu hubungan hukum yang memberi

    wewenang untuk berbuat sesuatu kepada subjek hukum (orang atau badan

    hukum) terhadap objek hukumnya, yaitu tanah yang dikuasainya.

      Muncul Pasal 33 UUD 1945

      Tanah a/ permukaan bumi, yang dalam penggunaannya meliputi juga

    sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan sebagian dari ruang yang

    ada diatasnya dengan pembatasan dalam Pasal 4 UUPA.

     Jenis penguasaan hak atas tanah berdasarkan kewenangan, antara lain:a)  Khusus, yaitu kewenangan yang bersifat publik dan perdata dalam

    penguasaan dan penggunaan tanah sesuai dengan jenis-jenis hak atas

    tanah

    Macam-macam hak penguasaan tanah khusus, antara lain:

    (1) Hak Bangsa Indonesia

      Pasal 1 UUPA

     

    a/ suatu hubungan yang bersifat abadi antara bangsa Indonesiadengan tanah di seluruh wilayah Indonesia dengan subjeknya

    bangsa Indonesia.

      m/ hak penguasaan atas tanah yang tertinggi di Indonesia.

      Memiliki 2 unsur, yaitu unsur kepunyaan dan unsur tugas

    kewenangan. Tugas kewenangan untuk mengatur penguasaan

    dan memimpin penggunaan tanah bersama tersebut

    pelaksanaannya dilimpahkan kepada Negara.  Luas semua tanah yang berada di wilayah NKRI

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    3/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    3

      Hak Bangsa sebagai lembaga hukum tercipta pada saat

    diciptakannya hubungan hukum konkret dengan tanah sebagai

    karunia Tuhan YME kepada rakyat Indonesia.

      Hak Bangsa memiliki hubungan hukum yang bersifat  ABADI. 

    Artinya, “selama rakyat Indonesia sebagai Bangsa Indonesia

    masih ada & selama bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia masih

    ada pula, dalam keadaan bagaimanapun, tidak ada sesuatu

    kekuasaan yang akan dapat memutuskan/memindahkan

    hubungan tersebut ”.

    (2) 

    Hak Menguasai Negara

      Pasal 2 UUPA

      Negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi seluruh rakyat

    melaksanakan tugas untuk memimpin dan mengatur

    kewenangan bangsa Indonesia (kewenangan publik)

      Melalui hak menguasai negara, negara dapat senantiasa

    mengendalikan atau mengarahkan fungsi bumi, air, ruang

    angkasa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.

      Luas semua tanah dalam wilayah NKRI, baik tanah-tanah yang

    tidak atau belum maupun yang sudah dihaki dengan hak-hak

    perorangan.

      Hak menguasai negara tidak dapat dipindahkan kepada pihak

    lain. Tetapi pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada

    Pemerintah Daerah dan masyarakat hukum adat, sepanjang hal

    itu diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan

    nasional (sebagai tugas pembantuan bukan otonomi).

      Memiliki hubungan yang bersifat ABADI. Artinya, “tidak akan

    hapus, selama NKRI masih ada sebagai negara yang merdeka dan

    berdaulat ”. 

    (3) Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

      Pasal 3 UUPA

     

    Subjek masyarakat hukum adat

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    4/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    4

      Luas   semua tanah dalam wilayah masyarakat hukum adat

    territorial yang bersangkutan.

     

    Hubungan hukum yang terdapat antara masyarakat hukum adat

    dengan tanah lingkungannya, yaitu:

      Kebijakan mengenai hak ulayat   Peraturan Menteri No. 5

    Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat

    Masyarakat Hukum Adat.

      Pasal 18B ayat (2) UUD’45   Negara mengakui dan

    menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

    beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup sesuai

    dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

    Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

    b)  Umum perkuliahan selanjutnya.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    5/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    5

    KULIAH KE-3

    “Hak Penguasaan Atas Tanah Menurut Hukum Tanah Nasional” 

    (pengertian & macam hak penguasaan atas tanah)

    Kamis | 25 Februari 2016

      Umum, yaitu kewenangan di bidang perdata dalam penguasaan dan penggunaan

    tanah sesuai dengan jenis-jenis hak atas tanah yang diberikan (hak perorangan

    atas tanah) kewenangan secara umum walaupun terdapat batasannya.

      Macam-macam hak perorangan atas tanah, antara lain: 

    (1) 

    Hak atas Tanah-  Pasal 4 UUPA

    -  a/ hak penguasaan atas tanah yang memberi wewenang bagi subjeknya

    untuk menggunakan tanah yang dikuasainya.

    -  Kewenangannya a/ menggunakan tanahnya.

    -  Terdiri dari :

      Hak atas Tanah Primer atau orisinal

      Pasal 16 UUPA

      m/ hak atas tanah yag bersumber pada Hak Bangsa Indonesia

    dan diberikan oleh Negara dengan cara memperolehnya melalui

    permohonan hak.

      Terdiri dari:

    Hak Milik

    Hak Guna Bangunan

    Hak Guna Usaha

    Hak Pakai

    Hak Pengelolaan

      Hak atas Tanah Sekunder atau derivatif

      Pasal 37, 41, & 53 UUPA

     

    m/ hak atas tanah yang tidak langsung bersumber pada Hak

    Bangsa Indonesia dan diberikan pemilik tanah dengan cara

    memperolehnya melalui perjanjian pemberian hak antara

    pemilik tanah dengan calon pemegang hak yang bersangkutan.

      Terdiri dari:

    Hak Guna Bangunan

    Hak Pakai

    Hak Sewa

    Hak Usaha Bagi Hasil

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    6/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    6

    Hak Gadai hak atas tanah bukan hak jaminan atas tanah &

    berbeda juga dengan gadai yang terdapat dalam bidang

    perdata.

    Hak Menumpang

    (2) Hak Jaminan atas Tanah 

    -  Pasal 23, 33, 39, 51 UUPA jo UU 4/1996

    -  a/ hak penguasaan atas tanah yang tidak memberikan wewenang kepada

    pemegangnya untuk menggunakan tanah yang dikuasainya, tetapi

    memberikan wewenang untuk menjual lelang tanah tersebut apabila

    pemilik tanah tersebut wanprestasi.

    -  Dapat dibebani hak tanggungan.

    (3) Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (include apartemen) 

    - UU No. 20 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 16 Tahun 1985tentang Rumah Susun   terdapat perbedaan antara kedua UU tersebut

    (cari perbedaannya dalam hal apa).

    -  m/ hak milik atas satuan rumah susun yang bersifat perorangan yang

    terpisah dengan hak bersama atas bagian bersama, benda bersama, dan

    tanah bersama, yang dihitung berdasarkan atas Nilai Perbandingan

    Proposional (NPP).

    (4) Wakaf  

    -  Pasal 49 UUPA

    - a/ perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkansebagian dari harta miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

    jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan

    ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    7/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    7

    KULIAH KE-4

    “Hak Penguasaan Atas Tanah Menurut Hukum Atas Tanah Nasional” 

    (uraian hak atas tanah)

    Kamis | 03 Maret 2016

      Teori hak penguasaan atas tanah, yakni:

      LEMBAGA HUKUM  hak penguasaan atas tanah yang belum dihubungkan

    dengan tanah dan orang atau badan hukum tertentu sebagai pemegang

    haknya.

     HUBUNGAN HUKUM KONKRET 

     hak penguasaan atas tanah yang telah

    dihubungkan dengan tanah tertentu sebagai objeknya dan orang atau badan

    hukum tertentu sebagai subjek atau pemegang haknya.

      Ketentuan-ketentuan pokok hak perorangan atas tanah sebagai “lembaga hukum”,

    terdiri dari:

      Memiliki 2 tujuan, yaitu:

    (a) Untuk diusahakan, seperti : usaha pertanian, perkebunan, perikanan,

    dan peternakan.

    (b) Tanah dipakai sebagai tempat membangun sesuatu, seperti: untuk

    membangun bangunan gedung, bangunan air, jalan, dan lapangan

    olahraga.

      Sistematika hukum tanah nasional + hukum adat

      Hak-hak atas tanah yang bersifat SEMENTARA   hak-hak tesebut pada

    suatu waktu akan hilang, karena tidak sesuai dengan asas-asas Hukum

    Tanah Nasional dan dikhawatirkan dapat menimbulkan keadaan

    penguasaan atas tanah secara penuh.

    1.  KETENTUAN POKOK

    (a) Kewenangan :

      Hak Milik  Ps. 20 UUPA  hak yang turun-temurun, terkuat, dan

    terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dan memberi

    kewenangan untuk menggunakannya bagi segala macam keperluan

    selama waktu yang tidak terbatas, sepanjang tidak ada larangan

    khusus untuk itu.

      Hak Guna Usaha  Ps. 26 UUPA  hak untuk mengusahakan tanah

    Negara, selama jangka waktu yang terbatas, guna perusahaan,

    pertanian, perikanan, dan peternakan.

      Hak Guna Bangunan   Ps. 35 UUPA   hak untuk mendirikan dan

    mempunyai bangunan di atas tanah negara atau milik orang lain,

    selama jangka waktu yang terbatas.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    8/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    8

      Hak Sewa  Ps. 44 & 53 UUPA  hak untuk mempergunakan tanah

    milik orang lain dengan membayar kepada pemiliknya uang sebagai

    sewa. Lembaga Hak Sewa untuk usaha pertanian diberi sifat

    sementara..

      Hak Pakai  Ps. 41 UUPA  “nama kumpulan” dari hak -hak untuk

    menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah Negara atau

    tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban

    melalui surat keputusan pejabat yang berwenang atau melalui

    perjanjian dengan pemilik tanah.

      Hak Gadai  Penjelasan Umum UU No. 56/Prp/1960   hak untuk

    mengusahakan tanah pertanian berdasarkan perjanjian antara

    pemiliknya dengan penggarap (perorangan atau badan hukum).

     

    Hak Menumpang   m/ hak adat untuk, dengan izin lisan daripemiliknya, mempunyai rumah di atas tanah milik orang lain, yang

    bukan HGB & Hak Sewa.

    (b) Pembatasan Kewenangan  b/ penggunaan wewenang tersebut tidak

    boleh menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau mengganggu pihak lain

    (ajaran penyalahgunaan hak)  misal: tanah HGB digunakan untuk usaha

    pertanian, karena hak tersebut diadakan khusus untuk bangunan.

    (c) Tolok Pembeda :

      Hak Milik  dapat digunakan untuk segala keperluan yang terbuka

    bagi hak-hak atas tanah lain dan tanpa batas waktu;  Hak Guna Usaha   hanya boleh digunakan untuk keperluan usaha

    pertanian, perikanan, dan peternakan & memiliki jangka waktu max.

    35 tahun dan dapat diperpanjang sampai 25 tahun;

      Hak Guna Bangunan   hanya boleh digunakan untuk keperluan

    membangun dan memiliki bangunan & memiliki jangka waktu max.

    30 tahun dan dapat diperpanjang sampai 20 tahun.

    2.  KETENTUAN POKOK TENTANG KEWAJIBAN

    Dalam UUPA, kewajiban-kewajiban bersifat umum, artinya berlaku terhadap

    setiap hak atas tanah, diatur dalam:

    (a) Pasal 6 UUPA FUNGSI SOSIAL

      Menurut Prof. Boedi Harsono, S.H  menyatakan bahwa hak atas

    tanah yang individual dan bersifat pribadi mengandung dalam

    dirinya unsur kekuasaan atau unsur kemasyarakatan. Unsur ini ada

    pada setiap hak atas tanah karena semua hak atas tanah secara

    langsung atau tidak langsung bersumber pada hak bangsa yang

    merupakan hak bersama.

      Fungsi sosial dikonsepsi Hukum Barat merupakan sesuatu yang

    timbul kemudian dalam rangka dan sebagai hasil pemikiran kembali

    haknya individu dan masyarakat. Yaitu yang semula berpangkal pada

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    9/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    9

    konsep liberal-individu-dualistik semata-mata, kemudian mengalami

    proses “vermaatschap-pelijking” atau sosialisasi. Dalam konsepsi ini,

    pengertian fungsi sosial pada hakikatnya berupa pengurangan atau

    pembatasan individu bagi kepentingan bersama.

      Fungsi sosial dikonsepsi Hukum Tanah Nasional merupakan bagian

    dari alam pikiran asli orang Indonesia. Yaitu bahwa manusia

    Indonesia adalah manusia pribadi yang sekaligus makhluk sosial,

    yang mengusahakan terwujudnya keseimbangan, keserasian, dan

    keselarasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat

    (umum).

      Dalam Pasal 6 menyatakan bahwa “semua hak atas tanah

    mempunyai fungsi sosial”. Artinya bahwa hak atas tanah yang ada

    pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akandipergunakan atau tidak semata-mata untuk kepentingan pribadinya,

    apalagi kalau menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan

    tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada

    haknya hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan

    yang mempunyainya maupun manfaat pula bagi masyarakat dan

    negara”.

      Fungsi sosial yang dimaksud dalam Pasal 6 UUPA mengandung

    beberapa prinsip keutamaan, antara lain:

    (1) 

    Merupakan suatu pernyataan penting mengenai hak-hak atastanah yang merumuskan secara singkat sifat kebersamaan atau

    kemasyarakatan hak-hak atas tanah menurut prinsip Hukum

    Tanah Nasional. Dalam Konsep Hukum Tanah Nasional memiliki

    sifat “komunalistik religius” yang menyatakan bahwa seluruh

    bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang

    terkandung di dalamnya dalam wilayah NKRI sebagai karunia

    Tuhan YME adalah bumi, air, dan ruang angkasa, bangsa

    Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

    (2) Tanah yang dihaki seseorang tidak hanya mempunyai fungsi bagi

    yang mempunyai hak itu saja tetapi juga bagi bangsa Indonesia

    seluruhnya. Sebagai konsekuensinya, dalam mempergunakan

    tanah yang bersangkutan tidak hanya kepentingan individu saja

    yang dijadikan pedoman, tetapi juga harus diingat dan

    diperhatikan kepentingan masyarakat. Harus diusahakan adanya

    keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan

    masyarakat. Namun, jika kepentingan masyarakat menghendaki

    didesaknya kepentingan individu, hingga mengalami kerugian,

    maka kepadanya harus diberikan ganti kerugian.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    10/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    10

    (3) Fungsi sosial hak-hak atas tanah mewajibkan pada yang

    mempunyai hak untuk mempergunakan tanah yang

    bersangkutan sesuai dengan keadaannya. Artinya keadaan tanah,

    sifatnya, dan tujuan pemberian haknya. Hal tersebut

    dimaksudkan agar tanah harus dapat dipelihara dengan baik dan

    dijaga kualitas kesuburan serta kondisi tanah sehingga

    kemanfaatan tanahnya dinikmati tidak hanya oleh pemilik tetapi

    juga masyarakat lainnya. Jika kewajiban tersebut sengaja

    diabaikan, maka hal tersebut dapat mengakibatkan hapusnya

    atau batalnya hal yang bersangkutan.

    (4) Adanya fungsi sosial hak-hak atas tanah berarti bahwa tanah

    bukan komoditi perdagangan, walaupun dimungkinkan tanah

    yang dipunyai dijual, jika ada keperluan dan pemiliknyamendapatkan keuntungan dari kenaikan harga tanahnya. Namun,

    untuk tidak merugikan kepentingan masyarakat, maka pemilikan

    dan penguasaan tanah dibatasi.

    (5) Dalam rangka pemenuhan fungsi sosial hak-hak atas tanah sesuai

    dengan ketentuan Hukum Adat, terdapat kewajiban pada

    pemegang HGU, HGB, dan Hak Pakai, jika tanah hak tersebut

    karena keadaan geografis atau lingkungan atau sebab-sebab lain

    letaknya mengurung atau menutup pekarangan atau bidang

    tanah lain dari lalu lintas umum atau jalan air, maka pemegangHGU, HGB, dan Hak Pakai wajib memberikan jalan keluar atau

    jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah

    yang terkurung itu.

    (b) Pasal 10 UUPA KEWAJIBAN MENGERJAKAN/MENGUSAHAKAN

    SENDIRI TANAH PERTANIAN

    Yang dimakud dalam Pasal 10 UUPA adalah :

    (1) Mengerjakan/mengusahakan sendiri secara aktif   bahwa yang

    mempunyai hak itu secara langsung turut serta dalam proses

    produksi. Boleh mempergunakan tenaga buruh, tetapi harus dicegah

    agar tidak terjadi praktek pemerasan.

    (2) Agar siempunya tanah dapat secara langsung turut serta dalam proses

    produksi syarat yang utama ialah bahwa ia harus bertempat tinggal

    dekat pada letak tanah yang dipunyainya itu.

    (3) Terdapat semboyan “tanah untuk tani yang mengerjakan”  Namun,

    dalam Ketentuan Pasal 10 UUPA tidak mewajibkan pemilik tanah

    untuk melepaskan tanahnya kepada yang sekarang menggarapnya.

    Pasal 10 hanya mewajibkan supaya tanah yang sekarang digarapkan

    pada orang lain pada waktunya dikerjakan sendiri oleh yang

    empunya.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    11/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    11

    (4) Terdapat pengecualian yang dimungkinkan yang hanyalah untuk

    norma-norma yang objektif, seperti orang sakit, orang lanjut usia,

    orang naaik haji, dan cadangan hari tua.

    (c) 

    Pasal 15 jo Pasal 52 (1) UUPA KEWAJIBAN MEMELIHARA TANAH

    (1) UU No. 5/1960

      Pasal 15   Kesuburan tanah mudah berkurang dan tanah pun

    mudah menjadi rusak jika penggunaanya tidak teratur,

    seharusnya tanah dipelihara dengan baik agar bertambah subur

    dan dicegah kerusakannya.

      Pasal 52 ayat 1   berisi mengenai sanksi   dipidana dengan

    hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/atau denda max.

    10rbu.

     

    Berhubungan dengan land utilazation dan soil conservation  soilconservation  tidak hanya bertujuan untuk mencegah terjadinya

    kerusakan dalam penggunaannya, tetapi juga dimana mungkin

    memperbaiki sumber-sumber alam yang sudah rusak sebagai

    akibat penggunaan yang salah.

      Kewajiban memelihara tanah bukan hanya dibebankan kepada

    pemiliknya, tetapi juga kepada setiap orang, badan hukum, atau

    instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum dengan tanah

    itu, baik ia penyewa, penggarap dalam hubungan bagi hasil,

    pemegang gadai atau sekedar kuasa dari yang empunya.(2) UU No. 4/1996

      Lingkungan Hidup    suatu sistem yang meliputi lingkungan

    alam hayati, lingkungan alam non-hayati, lingkungan buatan, dan

    lingkungan sosial, yang mempengaruhi kelangsungan

    perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup

    lainnya.

      Pasal 5   setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup

    yang baik dan sehat dan berkewajiban untuk memelihara,

    mencegah, serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran

    lingkungan hidup.

      Pasal 7   setiap orang yg menjalani usaha wajib memelihara

    kelestaria kemampuan hidup yang serasi dan seimbang untuk

    menunjang pembangunan yang berkesinambungan.

      Pasal 20    siapapun yang merusak dan mencemarkan

    lingkungan hidup berkewajiban membayar ganti kerugian atau

    biaya pemulihan lingkungan hidup kepada negara.

      Pasal 22  sanksi pidana max. 10 tahun dan/atau denda max.

    100jt bagi yang sengaja. Sedangkan, karena kelalaian pidana

    kurungan max. 1 tahun dan/atau denda max. 1jt

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    12/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    12

    (3) UU No. 5/1990

      Pasal 7  setiap pemegang hak atas tanah dan hak pengusahaan

    di perairan dalam wilayah sistem penyangga kehidupan wajib

    menjaga kelangsungan fungsi perlindungan wilayah tersebut.

      Sistem penyangga kehidupan    suatu proses alami dari

    berbagai unsur hayati dan non-hayati yang menjamin

    kelangsungan kehidupan makhluk.

    3.  KETENTUAN POKOK TENTANG SUBJEK

    -  Dicantumkan dalam Pasal 9 UUPA    merupakan perwujudan asas

    kebangsaan (kenasionalan) dan dasar demokrasi (kerakyatan) dalam

    Hukum Tanah Nasional.

    -  Dari Pasal 9, dapat disimpulkan beberapa ASAS UMUM, sebagai berikut:

    (a) 

    Tidak ada kebebasan dalam pemindahan hak atas tanah, karena bagitiap hak atas tanah ditentukan syarat yang harus dipenuhi oleh

    subjeknya;

    (b) Tiap WNI diperbolehkan menguasai tanah dengan hak apapun, kecuali

    jika secara tegas ada larangan yang tidak memungkinkannya;

    (c) Tidak diadakan perbedaan antara sesama WNI, yang didasarkan atas

    perbedaan ras atau kelamin, melainkan atas perbedaan kedudukan

    ekonomi yang kuat dan lemah   akan diberikan jaminan

    perlindungan bagi kepentingan golongan yang ekonomis lemah serta

    persamaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan;(d) Bagi badan-badan hukum dan WNA hanya terbuka kemungkinan

    menguasai tanah dengan sesuatu hak, jika hal itu secara tegas disebut

    dalam peraturan yang bersangkutan;

    (e) Status hukum tanah tidak mengikuti status hukum pemegang haknya

      perbuatan-perbuatan hukum diselesaikan menurut hukum yang

    berlaku terhadap tanahnya, bukan menurut hukum pemegang haknya.

    (f)  Bagi terciptanya & kelangsungan keberadaannya, sesuatu hak atas

    tanah dipengaruhi oleh status calon pemegang hak/pemegang haknya.

    Adapun KETENTUAN KHUSUS yang perlu diperhatikan, antara lain:(a) Sikap khusus terhadap para WNI yang berkewarganegaraan ganda  

    Ps. 21 ayat 4 menyatakan bahwa mereka tidak dapat mempunyai

    tanah dengan HM.

    (b) Pekerjaan seseorang ada kalanya merupakan faktor penentu untuk

    bisa mempunyai sesuatu hak atas tanah.

    (c) Tempat tinggal seseorang juga bisa merupakan faktor penentu untuk

    dimungkinkan mempunyai sesuatu hak atas tanah.   dikecualikan

    dari larangan mereka yang sedang menjalankan tugas negara, sebagai

    pegawai negeri, pejabat militer, dan yang dipersamakan dengan

    mereka, serta para pensiunan pegawai negeri dan pejabat militer. Bagi

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    13/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    13

    WNA terbuka kemungkinan menguasai tanah Hak Pakai, jika

    berkedudukan di Indonesia dan kehadirannya harus memberi

    manfaat bagi pembangunan nasional.

    4. 

    KETENTUAN POKOK TENTANG OBJEK (hal. 321)

    -  Diatur dalam Pasal 4 UUPA

    -  Terdapat ketentuan khusus mengenai tanah yang dihaki, terutama yang

    berkaitan dengan penyelenggaraan landreform, yaitu:

    (a) Jenis tanahnya

    Pada tanah-tanah pertanian HGU dan Hak Usaha Bagi Hasil; 

    Pada tanah-tanah bangunan HGB dan Hak Sewa u/ Bangunan; 

    Keduanya Hak Milik, Hak Pakai, Hak Gadai, dll.

    (b) Letak tanahnya    ketentuan diadakan dalam rangka melarang

    pemilikan tanah pertanian secara guntai   letak tanah berdekatandengan tempat tinggal si empunya tanah.

    (c) Luas tanah yang dihaki

    tidak dibenarkan pemilikan & penguasaan tanah yang melampaui

    batas yang ditetapkan (pasal 7 UUPA); 

    tidak dibenarkan mengadakan perbuatan hukum mengenai tanah

    pertanian, yang mengakibatkan tanah yang dimiliki menjadi

    kurang dari batas minimum yang ditetapkan (Pasal 9 UUPA). 

    (d) Lamanya tanah dikuasai

    Batas waktu penguasaan tanah oleh WNA & WNI yang tidak lagimemenuhi syarat sebagai subjek Hak Milik, HGU, dan HGB dalam

    Ps. 21 (3), 30 (2), dan 36 (2); 

    Batas waktu penguasaan tanah pertanian yang melampaui batas

    luas yang ditetapkan dalam Ps. 6 UU No. 56/Prp 1960.

      Ketentuan-ketentuan pokok hak perorangan atas tanah sebagai “hubungan hukum

    konkret ”, terdiri dari:

    a.  TERCIPTANYA HAK ATAS TANAH (hal. 323-327)

    (1) Konversi hak-hak lama

    (a) 

    Hak Eigendom menjadi Hak Milik  Pemiliknya berkewarganegaraan WNI tunggal.

      Pemiliknya WNA hak tersebut dikonversi menjadi Hak Guna

    Bangunan dengan berjangka waktu 20 tahun (Ps. 1 ayat (1) & (3)

    UUPA).

      Pemiliknya Pemerintah Negara Asing yang dulunya dipergunakan

    sebagai rumah kediaman Kepala Perwakilan dan gedung kedutaan

    di konversi menjadi Hak Pakai, yang akan berlangsung selama

    tanahnya dipergunakan untuk keperluan tersebut (Ps. 1 ayat (2)

    UUPA).

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    14/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    14

      Pemiliknya Pemerintah Negara Asing yang dulunya

    diperuntukkan bagi keperluan lain (seperti tempat peristirahatan)

    dikonversikan menjadi Hak Guna Bangunan.

    (b) 

    Hak Milik Adat, Hak Agrarisch Eigendom, Hak Grant Sultan dan yang

    sejenis menjadi Hak Milik

      Pemiliknya berkewarganegaraan WNI tunggal.

      Pemiliknya WNA di tanah pertanian, maka hak tersebut

    dikonversi menjadi Hak Guna Usaha dengan jangka waktu 20

    tahun.

      Pemiliknya WNA di tanah non-pertanian, maka hak tersebut

    dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan dengan jangka waktu 20

    tahun.

    (c) 

    Hak Erfpacht u/ Perkebunan besar menjadi Hak Guna Usahaberlangsung selama sisa waktunya, tetapi max. 20 tahun.

    (d) Hak Erfpacht u/ Perumahan & Hak Opstal menjadi Hak Guna

    Bangunan berlangsung selama sisa waktunya, tetapi max. 20 tahun.

    (e) Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip

    dengan Hak Pakai menjadi Hak Pakai yang memberi wewenang dan

    kewajiban sebagaimana dipunyai oleh pemegang haknya, sepanjang

    tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UUPA.

    (f)  Hak gogolan yang bersifat tetap menjadi Hak Milik & yang bersifat

    tidak tetap menjadi Hak Pakai(g) Hak Concessie & Hak Sewa untuk perusahaan kebun besar menjadi

    Hak Guna Usaha setelah pemegang haknya mengajukan permintaan

    perubahan hak tersebut kepada Menteri Agraria.

    (2) Pemberian hak (hak atas tanah primer)

      Pemberian hak dilakukan dengan penerbitan Surat Keputusan

    Pemberian Hak oleh Pejabat yang berwenang, diikuti dengan

    pendaftarannya pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

      HGU, HGB, & Hak Pakai atas tanah Negara diberikan dengan SK

    pejabat Badan Pertanahan Nasional yang berwenang dan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Hak-hak tersebut “lahir” dengan

    dibukukannya dalam buku tanah yang bersangkutan.

      HGB dan Hak Pakai atas tanah Hak Milik terjadi pada saat

    diberikannya hak tersebut oleh pemilik tanah yang bersangutan

    (3) Perjanjian pembebasan hak (hak atas tanah sekunder)

      Artinya hak-hak atas tanah yang diberikan oleh pemegang hak atas

    tanah yang sudah ada, dibicarakan dalam rangka membahas

    pembebanan hak-hak atas tanah dengan hak-hak tanah yang lain.

    (4) Menurut ketentuan Hukum Adat

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    15/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    15

      Terjadinya Hak Milik menurut Hukum Adat dilakukan melalui

    pembukaan tanah Ulayat

      Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972   Para

    Bupati/Walikota (sekarang Kepala Kantor Pertanahan) dan pada

    Camat/Kepala Kecamatan diberikan kewenangan untuk memberi

    keputusan mengenai permohonan izin membuka tanah.

    b.  PEMBEBANAN HAK ATAS TANAH (hal. 327-329)

    (1) Dengan Hak Atas Tanah Yang Lain

      Hak Milik dapat dibebani hak-hak atas tanah yang lain, seperti HGB,

    Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, dan Hak

    Menumpang.

      Tetapi tidak dapat dibebani dengan HGU   karena HGU umumnya

    memerlukan tanah pertanian yang luas, sedang luas tanah pertanianyang boleh dikuasai dengan Hak Milik terbatas pada yang

    dimungkinkan oleh per-UU-an landreform. (Pasal 28 UUPA)

      Pembebanan Hak Milik dengan HGB harus dilakukan dengan akta

    otentik (Pasal 37 UUPA), berupa akta PPAT.

      Pembebanan Hak Milik dengan Hak Gadai harus dilakukan di hadapan

    PPAT. (Pasal 19 PP 10/1961)

      Pembebanan Hak Milik dengan Hak Usaha Bagi Hasil, harus dilakukan

    dengan perjanjian tertulis dan dibuat di hadapan Kepala Desa. (Pasal 3

    UU No. 2/1960)  Pembebanan HGB, Hak Pakai, dan HGU dapat dibebani hak atas tanah

    yang lain, bahwa penguasaan fisik dan penggunaan tanahnya boleh

    diserahkan kepada pihak lain.

    (2) Dengan Hak Jaminan Atas Tanah

      Hak jaminan atas tanah    hak yang ada pada kreditor, yang

    memberi wewenang kepadanya jika debitor cidera janji, untuk

    menjual tanah yang secara khusus ditunjuk sebagai jaminan dan

    mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut,

    dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor yang lain dan juga

    tetap membebani tanah yang dijadikan jaminan, dalam tangan

    siapapun tanah tersebut berada.

      Lembaga hak jaminan atas tanah yang hukumnya tertulis  adalah

    HAK TANGGUNGAN. Yang menjadi objek yang dapat dibebani: Hak

    Milik, HGU, HGB, Rumah Susun, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah

    Susun yang berdiri diatas tanah Hak Milik dan HGB.

      Lembaga hak jaminan atas tanah yang hukumnya tidak tertulis 

    adalah FIDUSIA, untuk Hak Pakai  atas tanah yang diberikan oleh

    negara kepada orang perorangan dan badan-badan hukum perdata

    dengan jangka waktu terbatas.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    16/30

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    17/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    17

      Surat Keputusan tersebut bersifat deklaratoir dan konstitutif .

    Artinya, Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Pejabat sebagai

    pernyataan tentang hapusnya hak yang bersangkutan.

     

    Jika yang hapus hak-hak atas tanah primer, maka tanah yang

    bersangkutan menjadi Tanah Negara.

      Sedangkan, jika yang hapus hak-hak atas tanah sekunder,  maka

    tanah yang bersangkutan kembali menjadi hak atas tanah utama yang

    terbebas dari beban.

    (2) Karena habis jangka waktu haknya

      Hak-hak atas tanah yang berjangka waktu tertentu, dengan

    berakhirnya jangka waktu yang bersangkutan, haknya menjadi hapus,

    jika tidak ada kemungkinan untuk dan tidak dimintakan perpanjangan

    jangka waktu.  Perpanjangan Jangka Waktu  adalah penambahan jangka waktu

    berlakunya hak-hak atas tanah yang bersangkutan, tanpa mengubah

    syarat-syarat dalam pemberian hak tersebut. Dan hanya dapat

    diberikan satu kali.

      Jika waktu perpanjangan telah berakhir dan tidak dimintakan atau

    diberikan perpanjangan jangka waktu, jika syarat-syarat dipenuhi

    dapat diberikan hak baru.

      Pembaharuan Hak   adalah pemberian hak baru yang sama kepada

    pemegang hak atas tanah sesudah jangka waktu haknya atauperpanjangannya habis.

      Permohonan perpanjangan atau pembaharuan hak harus diajukan

    selambat-lambatnya 2 tahun sebelum berakhirnya hak yang

    bersangkutan. 

      Perpanjangan dan pembaharuan haknya tidak terjadi secara otomatis,

    melainkan dengan Surat Keputusan oleh Pejabat  yang berwenang

    pada saat yang bersangkutan, setelah dinilai syarat-syarat dipenuhi.

    (3) Karena pelepasan hak

      Hak atas tanah menjadi hapus jika dilepaskan dan diserahkan dengan

    sukarela oleh pemegang haknya.

      Tata cara pelepasan dan penyerahan hak diatur dalam Keputusan

    Presiden No. 55 tahun 1993  tentang Pengadaan Tanah Bagi

    Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

       Acara pelepasan hak atau pembebasan hak tanah tersebut  

    ditempuh dalam usaha memperoleh tanah atas dasar kesepakatan

    bersama yang dicapai melalui musyawarah, jika pihak yang

    memerlukan tanah tidak memenuhi syarat sebagai subjek hak tanah

    yang bersangkutan. Yang membahas mengenai penyerahan

    tanahnya maupun imbalannya (ganti-kerugian)  atas dasar

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    18/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    18

    persetujuan bersama, yang memiliki asas umum yang bersifat

    UNIVERSAL.  Artinya, dengan penyerahan tanahnya bekas yang

    empunya tanah kedudukan ekonomi dan sosialnya tidak boleh

    menjadi mundur.

      Apabila dalam musyawarah tidak diperoleh kesepakatan, baik

    mengenai penyerahan tanahnya ataupun bentuk dan besarnya ganti-

    kerugian, dalam acara pelepasan hak ini yang empunya tanah tidak

    dapat dipaksa memenuhi kehendak pihak yang memerlukan.

      Dengan dilakukan pelepasan hak   tersebut, maka tanah yang

    bersangkutan menjadi tanah negara, untuk kemudian oleh pihak

    yang melakukan pembebasan, diajukan permintaan pemberian hak

    baru yang sesuai. 

    (4) 

    Karena dibatalkan  Hak atas tanah menjadi hapus, jika dibatalkan oleh Pejabat yang

    berwenang, sebagai sanksi terhadap tidak dipenuhinya oleh

    pemegang hak yang bersangkutan kewajiban tertentu atau

    dilanggarnya sesuatu larangan.

      Surat Keputusan Pejabat yang bersifat konstitutif .

      Karena merupakan suatu sanksi, pembatalan hak atas tanahnya tidak

    disertai pemberian ganti-kerugian.

    (5) Karena hukum

     

    Hak atas tanah menjadi hapus karena hukum, disebabkan karenatidak dipenuhinya suatu kewajiban atau dilanggarnya suatu larangan,

    yang memerlukan penerbitan suatu Surat Keputusan oleh Pejabat

    yang berwenang.

      Surat Keputusan Pejabat yang bersifat deklatoir .

      Karena merupakan suatu sanksi, pembatalan hak atas tanahnya tidak

    disertai pemberian ganti-kerugian.

    (6) Karena pecabutan hak

      Pencabutan hak adalah lembaga sarana untuk memperoleh tanah

    secara paksa.

      Diatur dalam Pasal 18 UUPA dan UU No. 20 Tahun 1961  tentang

    Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada

    Diatasnya.

      Dalam pencabutan hak pihak yang mempunyai tanah berhadapan 

    dengan penguasa, yaitu Presiden RI.

      Pencabutan hak dilakukan, jika diperlukan tanah untu kepentingan

    umum, sedang musyawarah yang telah diusahakan untuk mencapai

    kesepakatan bersama mengenai penyerahan tanah dan ganti

    kerugiannya tidak membawa hasil, padahal tidak dapat digunakan

    tanah lain.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    19/30

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    20/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    20

    KULIAH KE-5

    “Hak Atas Tanah Primer” 

    (HM, HGU, HGB, Hak Pakai, Hak Pengelolaan)

    Kamis | 10 Maret 2016

      Hak atas tanah primer adalah hak yang bersumber dari hak Bangsa Indonesia yang

    diberikan oleh Negara dengan permohonan hak kepada Badan Pertanahan Nasional.

    Adapun terdiri dari:

     A. 

    HAK MILIK  m/ hak atas tanah yang turun temurun , tekuat , dan terpenuh. Namun tidak

    berarti bahwa HM itu m/ hak mutlak, tidak dapat diganggu gugat dan tidak

    terbatas. Tetapi, maksud dari terkuat dan terpenuh disini untuk

    membedakan dengan hak lainnya. Terkuat  berarti HM tidak mudah hapus

    dan musnah serta mudah dipertahankan terhadap hak lain. Terpenuh 

    berarti menandakan kewenangan HM paling penuh dengan dibatasi Ps. 6

    UUPA. Turun temurun berarti jangka waktunya tidak terbatas, dapat beralih

    karena perbuatan hukum atau peristiwa hukum.

      Diatur dalam  Pasal 20-27; Pasal 50 ayat (1); & Pasal 56, serta Kententuan

    Konversi I, II, & VII.

      Subjek HM:

    (1) Asas kewarganegaraan & asas persamarataan bagi pria & wanita  Ps. 9

    UUPA;

    (2) Asas umum: perorangan  Ps. 20 ayat (1) UUPA;

    (3) Asas kebangsaan: WNI  Ps. 21 ayat (1) UUPA;

    (4) Asas khusus: WNI Tunggal. UUPA memandang seorang yang memiliki 2

    kewarganegaraan (dwikewarganegaraan/bipatride) sebagai orang asing

     Ps. 21 ayat (4) UUPA;

    (5) Badan-badan Hukum  [Ps. 21 ayat (2) UUPA] berdasarkan PP No. 38

    Tahun 1963, yaitu: Bank Pemerintah; Perkumpulan-perkumpulan &

    Koperasi Pertanian; Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh BPN setelah

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    21/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    21

    mendengar Menteri Sosial; Badan-badan keagamaan yang ditunjuk BPN

    setelah mendengar Menteri Agama.

     Kewenangan Pemegang Hak  

     pemegang dapat menggunakan, memungut

    hasil, dan melakukan tindakan-tindakan hukum lainnya di tanah tersebut.

      Hubungan Hukum

    Wewenang penuh   objeknya dapat berupa tanah pertanian maupun

    tanah non pertanian  untuk dapat digunakan sebagai usaha pertanian

    maupun untuk mendirikan bangunan   tetapi masih ada  pembatasan, 

    yaitu tetap terikat pada ketentuan master plan  (rencana induk) atau detail

     plan (rencana terperinci) dari PEMDA tingkat I, kecuali untuk daerahpertanian tidak dapat digunakan untuk pembangunan perumahan, begitu

    sebaliknya.

      Permasalah Hukum:

    (1) Ps. 21 ayat (3)

    a.  Peralihan HM ke WNA melalui PERISTIWA HUKUM

    o  Percampuran harta karena perkawinan campuran;

    Pewarisan tanpa wasiat [pewarisan ab intestato];o  WNI kehilangan status kewarganegaraan Indonesia-nya

    [peralihan WNI ke WNA].

    b.  Pemegang HM (WNA) masih diakui/diperbolehkan oleh UUPA

    dengan syarat WNA tersebut tidak boleh memegang HM lebih dari

    1 tahun dan harus mengalihkan kepada pihak yang memenuhi

     syarat . Jika tidak dipatuhi, maka tanah tersebut menjadi Tanah

    Negara.

    (2) Ps. 26 ayat (2)

    a.  Peralihan HM melalui PERBUATAN HUKUM [larangan]   larangan

    pemindahan HM ke WNA, Badan Hukum Indonesia [kecuali yang

    telah ditetapkan dalam PP No. 38/1963 dan Badan Hukum Asing [Ps.

    26 ayat (2) UUPA];

    b.  Sanksi  peralihan batal, tanah menjadi Tanah Negara, uang yang

    sudah dibayar tidak dapat diminta kembali, beban-beban diatas tanah

    tetap berlangsung hingga berakhir haknya.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    22/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    22

    B.  HAK GUNA USAHA

      m/  hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara

    selama jangka waktu tertentu guna usaha pertanian, perikanan, perkebunan,dan peternakan.

      Diatur dalam  Ps. 28-34, Ps. 50 jo Ps. 52, Ps. 51 dan Ps. 52, dan juga

    Kentutuan Konversi II, IV, dan VII, serta Ps. 2-18 PP No. 40/1996 tentang

    HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah Negara.

      Subjek Hukum  WNI & Badan Hukum yang didirikan menurut hukum dan

    yang berkedudukan Indonesia.

     Jangka Waktu:(a) Tanaman keras max. 35 tahun & dapat diperpanjang 25 tahun;

    (b) Tanaman muda max. 25 tahun & dapat diperpanjang 25 tahun.

      Kewajiban & Hak Pemegang HGU  see & read PP No. 40/1996.

      Luas Tanah HGU  min. 5 ha & max. Untuk perorangan 25 ha, sedangkan

    badan hukum sesuai dengan keperluan.

      Peralihan HGU:

    a. 

    Bentuk

      jual-beli; tukar menukar; penyertaan dalam modal; hibah; &pewarisan;

    b.  Peralihan HGU, kecuali pewarisan harus dilakukan dengan akta yang

    dibuat oleh PPAT & didaftarkan pada Kantor Pertanahan;

    c.  Kecuali jual-beli melalui pelelangan dibuktikan dengan Berita Acara

    Lelang;

    d.  Peralihan HGU karesan warisan harus dibuktikan dengan surat wasiat

    yang dibuat oleh instansi yang berwenang.

    C.  HAK GUNA BANGUNAN

      m/  hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan diatas tanah yang

    bukan miliknya sendiri dalam jangka waktu tertentu

      Diatur dalam Ps. 35-40, Ps. 50 jo Ps. 52, Ps. 55 UUPA; Kententuan Konversi

    Ps. I (3) & (4), Ps. II, V, & VIII (1); serta Ps. 19-38 PP No. 40 tahun 1996.

      Subjek Hukum  WNI & Badan Hukum yang didirikan menurut hukum dan

    yang berkedudukan Indonesia.

      Jangka Waktu:

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    23/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    23

    (a) Di atas tanah Negara atau Hak Pengelolaan max. 30 tahun & dapat

    diperpanjang 20 tahun Ps. 35 ayat (1) UUPA jo Ps. 25 PP No. 40/1996.

    (b) 

    Di atas tanah HM  

     max. 30 tahun

     Ps. 29 ayat (1) PP No. 40/1996:atas kesepakatan pemegang HM & HGB   dapat diperbaharui dengan

    Akta PPAT & didaftarkan di Kantor Pertanahan.

      Kewajiban & Hak Pemegang HGB  see & read PP No. 40/1996.

      Luas Tanah  tidak ada pembatasan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan

    hanya ada ketentuan bahwa apabila satu keluarga mempunyai 5 sertifikat

    tanah, maka untuk setiap perubahannya harus mendapat izin dari BPN.

     Peralihan HGB:a.  Bentuk   jual-beli; tukar menukar; penyertaan dalam modal; hibah; &

    pewarisan;

    b.  Peralihan HGB, kecuali pewarisan harus dilakukan dengan akta yang

    dibuat oleh PPAT & didaftarkan pada Kantor Pertanahan;

    c.  Kecuali jual-beli melalui pelelangan dibuktikan dengan Berita Acara

    Lelang;

    d. 

    Peralihan HGB karesan warisan harus dibuktikan dengan surat wasiatyang dibuat oleh instansi yang berwenang.

    e.  Peralihan HGB atas tanah Hak Pengelolaan harus dengan persetujuan

    tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan;

    f.  Peralihan HGB atas tanah Hak Milik harus dengan persetujuan tertulis

    dari pemegang Hak Milik yang bersangkutan.

    D.  HAK PAKAI

      m/  hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang

    langsung dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi

    wewenang & kewajiban yang ditentukan dalam surat keputusan pemberian

    haknya (tanah negara) atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang

    bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah (tanah

    milik orang lain).

      Diatur dalam  Ps. 41-43, Ps. 49 ayat (1), Ps. 50 ayat (2) jo Ps. 52; PP No.

    40/1996, serta PP No. 41/1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal

    atau Hunian oleh Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    24/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    24

      Subjek Hukum:

    (1) umum   WNI, BHI, WNA, & BHA yang mempunyai perwakilan di

    Indonesia.(2) khusus    Departemen, Lembaga Pemerintah, Non-Departemen, &

    Pemda; badan-badan keagamaan & sosial; Perwakilan Negara Asing &

    Perwakilan Badan Internasional.

      Jangka Waktu

    (a) u/ subjek umum  Ps. 42 UUPA  memiliki jangka waktu 25 tahun &

    dapat diperpanjang 20 tahun;

    (b) 

    u/ subjek khusus 

     Ps. 39 PP No. 40/1996

     memiliki jangka waktukhusus, yaitu diberikan selama dipergunakan untuk keperluan khusus;

    (c) HP atas tanah Hak Milik  memiliki jangka waktu 25 tahun & tidak dapat

    diperpanjang;

    (d) HP atas tanah Hak Pengelolaan dapat diperpanjang atau diperbaharui

    atas usul pemegang Hak Pengelolaan;

    (e) HP atas tanah Negara dapat diperpanjang atas permohonan pemegang

    hak, dengan syarat:  Tanahnya masih dipergunakan dengan baik sesuai dengan

    keadaan, sifat, tujuan pemberian hak tersebut;

      Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh

    pemegang hak;

      Pemegang hak masih memenuhi syarat-syarat sebagai pemegang

    hak.

     Kewajiban & Hak Pemegang Hak Pakai 

     see & read PP No. 40/1996.

      Luas Tanah:

    (a) u/ tanah bangunan  tidak terbatas;

    (b) u/ tanah pertanian  dibatasi oleh UU No. 56/1960

    E.  HAK PENGELOLAAN

      Pengertian  see & read Ps. 1 angka (2) PP No. 40/1996.

      Diatur dalam Penjelasan Umum bagian AII (2); PP No. 8/1953; PM Agraria

    No. 9/1965; PMDN No. 5/1974; PM Agraria No. 9/1999; PM Agraria No.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    25/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    25

    1/1966; PMDN No. 3/1987; PP No. 40/1996; PP No. 24/1997; Peraturan

    Badan Pertanahan Nasional No. 1/2011 jo Keppres No. 26/1998.

     Subjek Hukum 

      BHI yang seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah

    dan/atau PEMDA yang bergerak dalam kegiatan usaha industri & pelabuhan;

    Instansi pemerintah & pemda; Badan Otorita; Badan-badan hukum

    pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.

      Jangka Waktu    selama tanah tersebut dipergunakan sesuai dengan

    ketentuan dalam pemberian HPL tersebut.

      Luas Tanah    tidak dibatasi, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan

    peruntukan & penggunaan tanahnya.  Hapusnya HPL    dilepaskan oleh pemegang haknya; dicabut untuk

    kepentingan umum; ditelantarkan; dan tanahnya musnah.

      Bukan merupakan sebagai hak atas tanah primer, tetapi keberlakuannya

    sama dengan hak atas primer.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    26/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    26

    KULIAH KE-6

    “Hak Atas Tanah Sekunder” 

    (HGB, HP, Hak Sewa, Hak Gadai, Hak Menumpang, & Hak Usaha Bagi Hasil)

    Kamis | 17 Maret 2016

      Hak atas Tanah Sekunder  hak atas tanah yang tidak langsung bersumber pada

    hak bangsa Indonesia & yang diberikan oleh pemilik tanah dengan cara PERJANJIAN

    pemberian hak antara pemilik tanah dengan calon pemegang hak yang

    bersangkutan.

      Bersifat SEMENTARA  sebagai suatu lembaga pada suatu ketika akan dihapuskan

    karena pada asasnya Hukum Agraria tidak memperbolehkan adanya “ pemerasan” 

     Ps. 53 jo Ps. 7 jo Ps. 10 jo Ps. 17 UUPA  contohnya : Hak Gadai dalam hukum

    agraria bukan merupakan lembaga jaminan, melainkan merupakan suatu perjanjian

    penggarapan.

      Adapun bentuk-bentuk hak atas tanah sekunder, antara lain:

     A.  HGB [telah dibahas dalam pertemuan sebelumnya]

    B.  HP [telah dibahas dalam pertemuan sebelumnya]

    C.  HAK SEWA

      m/ hak yang memberi wewenang untuk menggunakan tanah milik pihak lain

    dengan kewajiban membayar uang sewa pada tiap-tiap waktu tertentu.

    Artinya, pemilik memiliki penguasaan yuridis terhadap tanahnya, tetapi

    penyewa memiliki penguasaan fisik atas tanah tersebut.

      Diatur dalam Ps. 44-45 UUPA.

      Subjek Hukum  WNI, BHI, WNA, & BHA.

      Jangka Waktu  tergantung perjanjian, dengan memperhatikan Ps. 26 ayat

    (2) UUPA.

      Luas Tanah:

    (a) u/ tanah pertanian  dibatas dengan UU No. 56/Prp/1960;

    (b) u/ tanah bangunan  tidak ada pembatasan.

    D.  HAK GADAI

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    27/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    27

      m/  hubungan hukum antara seseorang dengan tanah milik orang lain yang

    telah menerima uang gadai daripadanya, yang memberi wewenang

    kepadanya untuk menggunakan/mengambil manfaat dari tanah tersebut.  Diatur dalam Ps. 53 UUPA & UU No. 56/Prp/1960.

      Subjek Hukum  WNI Ps. 9 ayat (2) UUPA

      Jangka Waktu:

    (a) u/ tanah pertanian  7 tahun Ps. 7 UU No. 56/Prp/1960;

    (b) u/ tanah bangunan  tidak tertentu (hukum adat).

      Luas Tanah:

    (a) 

    u/ tanah pertanian 

     dibatas dengan UU No. 56/Prp/1960;(b) u/ tanah bangunan  tidak ada pembatasan.

      Hapusnya HG :

    (1) Penebusan oleh pemberi gadai  besar uang penebusan : Ps. 7 ayat (2)

    UU No. 56/Prp/1960

    (2) Telah habisnya jangka waktu;

    (3) Dicabut untuk kepentingan umum;

    (4) 

    Tanahnya musnahE.  HAK MENUMPANG

      m/  hak yang memberi kepada seseorang untuk mendirikan & menempati

    rumah di atas tanah pekarangan orang lain   bagian dari Hak Pakai,

    tetapi   Hak Menumpang hubungan hukumnya lemah, mudah di putuskan

    oleh pemilik tanah, karena tidak dikenal bayaran.

      Diatur dalam Ps. 53 UUPA

      Subjek Hukum  WNI

      Jangka Waktu  tidak tetap, tergantung si pemilik tanah.

      Hapusnya Hak Menumpang:

    (1) Pengakhiran hubungan  adanya pesangon bagi yang menggarap tanah

    tersebut dari pemilik tanah.

    (2) Dicabut untuk kepentingan umum;

    (3) Dilepaskan oleh pemilik;

    (4) Tanahnya musnah.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    28/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    28

    F.  HAK USAHA BAGI HASIL

      m/  hak seseorang/ badan hukum (penggarap) untuk menyelenggarakan

    usaha pertanian di atas tanah kepunyaan pihak lain (pemilik) denganperjanjian bahwa hasilnya akan dibagi di antara keduanya menurut

    imbangan yang telah disetujui.

      Diatur dalam Ps. 5 UUPA & UU No. 2/1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil

      Subjek Hukum:

    (1) Subjek yang membagi hasil    pemilik, penyewa, & pemegang Hak

    Gadai;

    (2) 

    Subjek yang menjadi penggarap 

      WNI (Ps. 9 UUPA) & KoperasiTani/Desa (Inpres No. 13/1980).

      Jangka Waktu

    (a) u/ tanah sawah  min. 3 tahun

    (b) u/ tanah kering  min. 5 tahun Ps 4 UU No. 2/1960.

      Luas Tanah  max. 3 ha Ps. 4 UU No. 2/1960.

      Hapusnya Hak Usaha Bagi Hasil:

    (1) 

    Jangka waktu berakhir;(2) Atas persetujuan kedua belah pihak sebelum jangka waktu berakhir;

    (3) Dengan izin Kepala Desa atau tuntutan pemilik, apabila pemilik dalam

    kepentingannya dirugikan oleh penggarap;

    (4) Tanahnya musnah.

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    29/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

    29

    KULIAH KE-7

    “Landreform di Indonesia” 

    Kamis | 24 Maret 2016

      PENGERTIAN

    SEMPIT    pelaksanaan pembaharuan hukum agraria, yaitu dengan

    mengadakan perombakan terhadap sendi-sendi hukum agraria yang lama yang

    sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan situasi zaman modern dan

    menggantinya dengan ketentuan hukum yang lebih sesuai denganperkembangan masyarakat modern

    LUAS :

    (1) Landreform dalam arti sempit;

    (2) Penghapusan terhadap segala macam hak-hak asing dan konsepsi kolonial;

    (3) Diakhirinya kekuasaan para tuan tanah dan para feodal atas tanah yang

    telah banyak melakukan pemerasan terhadap rakyat melalui penguasaan

    atas tanah;(4) Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan atas tanah serta

    berbagai hubungan-hubungan yang berkenaan dengan pengusahaan atas

    tanah;

    (5) Perencanaan persediaan, peruntukkan dan penggunaan tanah secara

    berencana sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kemajuan.

      LANDASAN HUKUM 

    Landasan ideal 

     Pancasila;Landasan konstitusional  Ps. 33(3) UUD’45 & TAP MPR No. IX/MPR/1999

    Landasan Operasional   Pasal 7, 10, dan 53 UUPA | UU No. 56/Prp/1960

    tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian | UU No. 2/1960  jo  Inpres No.

    13/1980 tentang Perjanjian Bagi Hasil | PP No. 4/1977 tentang Pemilikan

    Secara Absentee oleh Para Pensiunan Pegawai Negeri | UU No. 1/1958  jo PP No.

    18/1958 tentang Penghapusan Tanah Partikelir dan Eigendom | Peraturan

    Kepala BPN No. 3/1991 tentang Pengaturan Penguasaan Tanah ObyekLandreform secara Swadaya, dan lain-lain. 

  • 8/17/2019 Agra_materi_ninas Note-lecture II Till Vii

    30/30

    CATATAN HUKUM AGRARIA 

    ATIKA MEGA CHAIRINA

    1206227983

    PARALEL 2012/KELAS B 

      TUJUAN LANDREFORM

    (a) Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani

    yang berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula,dengan mengubah struktur pertanahan secara revolusioner, guna merealisasi

    keadilan sosial.

    (b) Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah

    sebagai obyek spekulasi dan alat pemerasan.

    (c) Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi warganegara

    Indonesia, baik laki-laki maupun wanita, yang berfungsi sosial.

    (d) 

    Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapus pemilikan dan penguasaantanah secara besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan

    batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga. Dengan demikian

    mengikis pula sistem liberalisme dan kapitalisme atas tanah dan memberikan

    perlindungan terhadap golongan ekonomi lemah.

    (e) Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya

    pertanian yang intensif secara gotong royong dalam bentuk koperasi dan bentuk

    gotong royong lainnya, untuk mencapai kesejahteraan yang merata dan adildisertai dengan sistem perkreditan yang khusus ditujukan kepada golongan

    lemah.

      PROGRAM-PROGRAM LANDREFORM

    A.  PROGRAM I: Larangan menguasai tanah pertanian melampaui batas

    B.  PROGRAM II: Larangan pemilikan tanah secara absentee [guntai]

    C.  PROGRAM III: Redistribusi tanah-tanah selebihnya batas maksimum, tanah

    absentee, tanah bekas swapraja, tanah-tanah negara lainnya

    D.  PROGRAM IV: Pengaturan soal pengembalian dan penebusan tanah pertanian

    yang digadaikan

    E.  PROGRAM V: Pengaturan kembali tentang perjanjian bagi hasil

    F.  PROGRAM VI: Penetapan batas minimum pemilikan tanah pertanian serta

    larangan melakukan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan

    pemilikan tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil.