agar cinta tak layu (fikih keluarga)

32
MUKADDIMAH. Segala puji bagi Allah Swt.. Shalawat serta salam dihaturkan kepada panutan tertinggi dan pemilik karakter terbaik dan terhadap para sahabat-sahabat pilihan….Wa ba'du. Allah Swt. telah mengatur hubungan keluarga dan memfasilitasinya dengan berbagai kesucian, posisi yang tinggi dan meletakan aturan-aturan serta sistem yang sangat rinci yang menyatukan berbagai dimensinya, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah Swt. : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri- isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" 1 . Aturan-aturan ini sangat nampak pada rumah tangga yang merupakan manipestasi ketenangan mutlak yang nantinya akan melahirkan rasa percaya diri. Hal yang merupakan batu bata pertama bagi rumah tangga dan merupakan jaminan ketenangan dan kebahagiannya kelak. Aturan kedua adalah mawaddah yang merupakan perwujudan rasa cinta dan merupakan jalinan hubungan yang kokoh yang timbul dari eratnya hubungan dan tingginya nilai keikhlasan. Dan telah terbukti kebenaran firman Allah Swt. : "Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa". 2 Lalu datang rasa kasih sayang antara kedua sumi istri yang merupakan perwujudan dari upaya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan dan sikap lemah lembut dalam bergaul. Juga keduanya saling mengasihi dan berusaha mencarikan alasan-alasan yang bisa menyebabakan munculnya sikap saling memaafkan. Jadi kehidupan berumah tangga bukanlah tempat untuk mencari kesalahan-kesalahan dan bukan pula tempat untuk saling menunjukkan superiorotas. Rumah tangga bukanlah hubungan antara dua hal yang bertentangan, tetapi ia merupakan hubungan antara suami istri yang saling melengkapi kekurangan masing-masing. 1 QS.Ar-Ruum : 21. 2 QS Al-Furqan : 74. 1

Upload: idrus-abidin

Post on 11-Jul-2015

569 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

MUKADDIMAH.

Segala puji bagi Allah Swt.. Shalawat serta salam dihaturkan kepada panutan

tertinggi dan pemilik karakter terbaik dan terhadap para sahabat-sahabat pilihan….Wa

ba'du.

Allah Swt. telah mengatur hubungan keluarga dan memfasilitasinya dengan

berbagai kesucian, posisi yang tinggi dan meletakan aturan-aturan serta sistem yang

sangat rinci yang menyatukan berbagai dimensinya, sebagaimana yang terdapat dalam

firman Allah Swt. :

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-

isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir"1.

Aturan-aturan ini sangat nampak pada rumah tangga yang merupakan

manipestasi ketenangan mutlak yang nantinya akan melahirkan rasa percaya diri. Hal

yang merupakan batu bata pertama bagi rumah tangga dan merupakan jaminan

ketenangan dan kebahagiannya kelak.

Aturan kedua adalah mawaddah yang merupakan perwujudan rasa cinta dan

merupakan jalinan hubungan yang kokoh yang timbul dari eratnya hubungan dan

tingginya nilai keikhlasan. Dan telah terbukti kebenaran firman Allah Swt. :

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami

isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah

kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".2

Lalu datang rasa kasih sayang antara kedua sumi istri yang merupakan

perwujudan dari upaya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan dan sikap lemah

lembut dalam bergaul. Juga keduanya saling mengasihi dan berusaha mencarikan

alasan-alasan yang bisa menyebabakan munculnya sikap saling memaafkan. Jadi

kehidupan berumah tangga bukanlah tempat untuk mencari kesalahan-kesalahan dan

bukan pula tempat untuk saling menunjukkan superiorotas. Rumah tangga bukanlah

hubungan antara dua hal yang bertentangan, tetapi ia merupakan hubungan antara

suami istri yang saling melengkapi kekurangan masing-masing.

1 QS.Ar-Ruum : 21.2 QS Al-Furqan : 74.

1

Kebahagian dalam berumah tangga bukanlah tuntunan yang jauh dari pelupuk mata

dan tidak pula mustahil diwujudkan. Setiap manusia memiliki potensi sukses dalam

jiwanya yang dapat meminimalkan energi negatifnya.

Jadi kebahagiaan berumah tangga bukanlah terletak pada hal-hal permukaan

atau perabotan atau keindahan rumah atau profesi atau ijazah atau kedudukan atau

harta atau kekuasaan. Tetapi kebahagiaan itu muncul dari rasa cukup dan rasa ridha

serta interkasi yang baik dengan berbagai nikmat yang dianugrahkan oleh Allah Swt.

yang begitu melimpah.

Ketenangan dan ketentraman keluarga tidaklah terpokus pada satu pihak tanpa

keterlibatan pihak lainnya, tetapi hal itu merupakan tanggung jawab bersama antara

kedua suami istri. Dan sejauh kemampuan untuk menanggung beban dan memelihara

rasa tanggung jawab ini dari kedua suami istri secara adil maka sejauh itu pula mereka

mampu sampai ke tepian rasa aman dan kebahagiaan.

Pengetahuan tentang perbedaan tabiat antara kedua jenis (suami istri) dengan

baik dan dengan penuh penghoramatan dan kemampuan masing-masing fihak dalam

mengenal kebutuhan fihak lain menjadikan kedanya berusaha mendahulukan

kebutuhan pihak lainnya. Hal yang menjadikan rasa cinta makin bersemi dan

hubungan suami istri makin erat. Bahkan dapat menghindarkan banyak persoalan dan

menjauhkan banyak masalah.

Jadi yang menentukan masa depan suami istri bukanlah kadar rasa cinta antara

keduanya dan bukan pula seberapa jauh mereka sukses dalam hubungan intim atau

karena persoalan-persolan keuangan rumah tangga, tetapi yang menentukannya

adalah cara berinteraksi dan cara menempatkan diri dari berbagai perbedaan-

perbedaan. Hal yang lazim dalam kehidupan berumah tangga.

Jadi, kemampuan untuk saling memahami antara suami istrilah yang akan

menambah vitalitas hubungan keduanya dan dapat menaungi kehidupan berumah

tangga dengan ketenangan dan cinta kasih. Keduanya hendaknya menyadari bahwa

kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. semata. Hendaknya janganlah terlalu

menuntut pasangan hidupnya dengan berbagai kesempurnaan. Juga perlu dipahami

bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat nisbi dan tidaklah berlaku mutlak.

Artinya bahwa ia tidaklah mencakup semua aspek kehidupan. Bisa saja kebahagiaan

dan ketentraman tercipta pada beberapa segi kehidupan, sedang segi lainnya tidaklah

menuai kesuksesan. Itulah sunnatullah dalam kehidupan. Hari ini menjadi hari baik

2

anda dan pada hari yang lain andalah yang menjadi tawanannya.. Jadi, bahagia

sepanjang waktu adalah sebuah kemustahilan.

Hubungan suami istri tidaklah tumbuh dengan baik dengan hanya memberikan

hadiah atau oleh-oleh setiap kali ada momen tertentu, tetapi hal itu tumbuh ketika

terjadi pembicaraan, ketika mendengar dan saling memahami dalam kehidupan

sehari-hari serta saat berusaha menyelesaikan perbedaan-perbedaan kecil secepat

mungkin. Demikian pula komunikasi yang tenang dan dalam suasana saling

menghormati antara keduanya dalam waktu-waktu yang tepat serta kesiapan untuk

berkorban dan bertoleransi antara keduanya, kesemuanya itu akan menghadirkan

suasana yang sehat untuk hubungan suami istri yang baik. Dan tidaklah asing bagi

semua orang bahwa baiknya cara menentukan pasangan dari sejak proses awal

sebelum terjadinya pernikahan dengan berlandaskan pada pertimbangan agama,

akhlak, lingkungan yang baik, kesetaraan dalam karir ilmiah dan wawasan serta status

sosial dari kedua belah pihak, akan melahirkan landasan yang baik dan lahan yang

subur yang nantinya menjadi tempat meretas bangunan pernikahan yang sukses.

Dan tidak diragunkan lagi bahwa kesadaran keduanya akan kewajiban dan

haknya masing-masing serta pemahaman yang baik akan hal tersebut dan dengan

semangat kuat serta sikap yang terencana dalam memenuhi hak setiap pihak, akan

membawa kehidupan berumah tangga menjauh dari rasa benci dan permusuhan.

Hendaknya sumi istri waspada dari berbagai kemaksiatan dan dosa-dosa yang

akan melahirkan keresahan dan kepenatan, menimbulkan kerugian dan kesegsaraan,

serta mengganti kebahagiaan menjadi lautan kesengsaraan dan kasih sayang menjadi

pertentangan yang tidak bertepi.

Salah seorang ulama salaf pernah berkata, "Saya pernah melakukan maksiat

kepada Allah Swt. lalu saya menyaksikan bekas-bekas kemaksiatan itu tampak pada

tingkah laku istriku dan hewan peliharaanku".

Demikian pula sikap mengacuhkan kesalahan-kesalahan, terutama yang tidak

disengaja, ikut merasakan kesedihan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa, kata-kata

yang baik dan mencerminkan cinta kasih, saling menasehati, saling menghormati,

saling tampil menarik terhadap pasangan, menjauhi sikap kasar dan keras dan

bersikap lemah lembut, kesemuanya itu merupakan bagian dari kunci dan sebab-sebab

kebahagian berumah tangga.

3

Seharusnya pikiran kita tidak pernah lupa bahwa taufik hanyalah ada dalam

genggaman Allah Swt.. Hanya saja mengusahakan berbagai faktor menuju kesuksesan

sangatlah dianjurkan.

Betapa benar firman Allah Swt. : "Barangsiapa yang mengerjakan amal

saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka

Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik] dan

Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang Telah mereka kerjakan".1

Kedua suami istri hendaknya tidak lupa bahwa menghormati aturan-aturan

Allah Swt. pada setiap tingkah laku mereka dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya serta

sunnah Rasul-Nya adalah merupakan pilar-pilar kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Tidaklah ditemukan sebuah dalil yang lebih baik tentang hal ini selain hadits-hadits

yang menjelaskan keutamaan ketaatan seorang istri terhadap suaminya dan berusaha

mendapatkan keridhaannya. Demikian pula keutamaan seorang suami berlaku baik

terhadap istrinya dengan berlemah lembut kepadanya dan berusaha bersabar terhadap

hal-hal yang tidak menyenagkan yang timbul dari padanya.

Rasulullah saw bersabda, "Siapa pun wanita yan ditinggal mati oleh

suaminya, sedang sang suami ridha terhadapnya maka ia akan masuk sorga".

(HR. Tirmidzi).

Juga diriwayatkan dari Rasulullah saw, "Akan dimintakan ampunan bagi

wanita yang taat terhadap suaminya oleh burung-burung yang sedang terbang di

udara lepas, ikan lumba-lumba yang terdapat di dalam air dan matahari serta

bulan selama ia diridhai oleh suaminya. Wanita siapa pun yang bermuka masam

di hadapan suaminya maka ia berada dalam kemurkaan Allah Swt. hingga ia

berusaha tertawa dan mencari keridhaan suaminya. Wanita mana pun yang keluar

rumah tanpa seizin suaminya maka ia akan dilaknat oleh malaikat hingga ia

kembali".

Jadi, wanita dengan sikap demikian dan keluar rumah tanpa izin suaminya

maka ia terlaknat dan termasuk penghuni neraka hingga ia bertaubat kepada Allah

Swt.. Rasulullah saw bersabda, "Berwasiatlah dengan cara yang baik kepada

wanita", (HR.Bukhari).

Ada sebuah riwayat bahwa terdapat seorang laki-laki datang menemui Umar

radiyallahu anhu untuk mengeluhkan sikap istrinya. Ia lalu berdiri di depan pintu,

1 QS.An-Nahl : 97.

4

menunggu beliau keluar rumah. Lalu ia mendengar istri umar jengkel dan marah-

marah terhadap Umar, sedang Umar terdiam dan tidak berusaha melayani kejengkelan

istrinya itu, maka orang tersebut pulang sambil bergumam : Jika demikian yang

terjadi pada diri Umar, padahal ia terkenal dengan sikap kerasnya dan keteguhannya

serta posisinya sebagai Amirul mukminin, lalu bagaimana dengan diriku ? Umar lalu

keluar dan melihatnya pergi meninggalkan pintu rumahnya. Beliau lalu

memanggilnya dan bertanya kepadanya, "Apa keperluanmu ?" Ia menjawab, "Wahai

Amirul Mukminin ! Saya datang untuk mengeluhkan sikap istri saya kepadamu, tetapi

saya mendengar sikap istrimu demikian pula maka saya pulang sambil bergumam,

"Jika demikian kondisi Amirul Mukminin dengan istrinya, lalu bagaimana

denganku ?".

Umar lalu mengatakan, "Wahai saudaraku ! Saya bersabar atas semua itu

karena banyaknya hak-haknya yang harus aku tunaikan kepadanya. Dialah yang

selalu mengurus makananku, menyiapkan roti untukku, mencuci pakaianku, meyusui

bayiku, padahal semua itu tidaklah wajib baginya. Dialah yang membuat hatiku

merasa tenang dan menjauhi perbuatan haram. Saya berusaha menerima perlakuannya

itu karena mempertimbangkan hal-hal di atas.

Orang itu lalu berkata, "Wahai Amirul Mukminin ! Demikian pula istriku".

Umar berkata, "Terimalah wahai saudaraku ! itu hanyalah sementara saja"

Betapa benar firman Allah Swt. yang berbunyi, "Dan barangsiapa berpaling

dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan

kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".1

Hanya Allah Yang Maha Tahu Segala hal Dibalik Kehendak dan Keinginan

Manusia.

PENULIS

AGAR CINTA TAK LAYU (Bag.2)

PILAR-PILAR KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA

1 QS. Thaha : 124.

5

Rumah tangga memiliki pilar-pilar yang harus dipenuhi oleh suami istri,

berupa :

A. AGAMA :

Dalam hadits Nabi, agama menempati urutan pertama

ketika memilih pasangan hidup bagi kedua calon pengantin.

Karena agama merupakan dasar semua kebaikan dalam

segala wujud ini. Ia merupakan modal dan alat bantu dalam

beribadah dengan benar, sebagaimana sabda Rasulullah

saw, "Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik

perhiasan dunia adalah wanita yang shalehah,"

(HR.Imam Muslim).

Diantara faktor utama dalam mencapai kebahagiaan

keluarga adalah bahwa hendaknya seorang wanita dipenuhi

rasa kasih sayang dan tidak sering mengingkari pemberian

suami serta tidak mandul. Karena sikap perempuan yang

tidak mensyukuri pemberiaan suami akan melahirkan

kebencian dan permusuhan.

B. AMANAH.

Amanah adalah kesadaran jiwa yang membentuk akhlak

yang membingkai hubungan seseorang dengan Rabnya.

Maksudnya bahwa ia selalu memiliki kesadaran penuh.

Dengan adanya sikap amanah ini maka terciptalah rasa

saling mempercayai antara kedua suami istri. Kepercayaan

diri maksudnya adalah munculnya ketentraman jiwa dalam

hati masing-masing pasangan.

Jika saja amanah menjadi karakteristik kedua pasangan

maka puncak kebahagiaan akan digapai dan keluarga

mampu menempati posisinya yang agung. Genersi akan

mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan akan tampak

nyata, baik di dunia maupun kelak di akhirat. Cukuplah

amanah mendapatkan posisi yang agung ketika Rasulullah

6

saw menjadikannya sebagai inti dari seluruh keimanan

dengan sabdanya, "Tidaklah ada keimanan bagi orang

yang tidakmemiliki sikap amanah."

C. IKHLAS.

Ikhlas merupakan rahasia kebahagiaan orang-orang yang

saling mencintai. Ia berarti bebasnya rumah tangga dari

penipuan dan kemunafikan. Ia merupakan kebeningan

hubungan suami istri dalam rangka menghadapi berbagai

masalah yang sebenarnya dan berusaha menempatkan

segala macam persoalan pada tempatnya masing-masing

serta bekerja untuk memecahkan persoalan-persoalan

tersebut tanpa adanya tipu daya atau sikap dongkol atau

keterlambatan.

Jika keikhlasan terwujud maka keluarga akan meperoleh

penyelesaian dari semua rasa kesal yang biasanya

menghambat kesucian hidupnya. Ikhlas berarti keterbukaan

secara mutlak antara suami istri dan adanya transparansi

antara mereka.

Jadi keikhlasan merupakan rahasia yang akan

menyelesaikan masalah bagi orang-orang yang saling

mencintai dan pada gilirannya akan mengantar mereka

menuju rumah tangga yang dihiasi dengan kebahagiaan

yang menyeluruh.

D. PRILAKU YANG BAIK.

Yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, ucapan

dan perbuatan yang baik serta sikap-sikap yang utama.

Ia juga berarti adanya sikap lemah lembut antara suami istri

dan usaha untuk menjauhi sikap keras, kasar, tinggi hati dan

sombong yang nantinya dapat mewujudkan rasa damai dan

kasih sayang. Dengan demikian, masing-masing dapat

7

memaafkan kesalahan dan kekhilafan pasangannya dan

berusaha mencarikan alasan yang baik terhadap kesalahan-

kesalahan serta memafkan kekurangan-kekurangan yang

ada.

Ia juga berarti berusaha meniggalkan sikap jelek, ucapan

rendahan, kufur nikmat, ungkapan keras dan perbuatan

yang keji. Betapa benar sabda Rasulullah saw ketika

mengatakan, "Kebaikan adalah sikap yang baik.",

(HR.Muslim).

Kata kebaikan di sini mencakup semua jenis keutamaan dan

kemuliaan dalam sifat, ucapan dan perbuatan. Sikap yang

baik dan akhlak terpuji merupakan hikmah dibalik

diutusnya Rasulullah saw, sebagaimana tercermin dalam

sabdanya, "Saya diutus dalam rangka menyempurnakan

akhlak yang baik".

E. HUBUNGAN YANG BAIK.

Maksudnya adalah eratnya hubungan antara kedua saumi istri. Artinya bahwa

seorang suami menjalani kehidupan berumah tangga bukan karena pilihan yang harus

ia terima tanpa adanya kesempatan baginya untuk memilih sendiri calon pasangannya.

Atau keinginan untuk berumah tangga yang akhirnya menuai kegagalan. Alasan yang

diungkapkannya adalah : Dia bukan pilihan saya, tetapi dia adalah pilihan ayah, ibu,

dan saudara-saudara saya, atau pun alasan-alasan serupa. Ini merupakan kesalahan

besar dan alasan yang paling buruk yang pernah ada.

Wajib bagi kedua pasangan untuk memilih pasangannya masing-masing

berdasarkan kehendak dan pilihan mereka. Dengan demikian, ikatan jiwa dan rasa

antara pasangan dapat terwujud. Pilihan demikian tentunya tetap dibingkai dengan

syari'at Allah Swt..

F. WAWASAN AGAMA.

Wawasan agama berarti pemahaman suami istri terhadap

agama yang mereka anut dan pengetahuan keduanya

tentang aturan-aturan Allah Swt., halal dan haram, baik dan

buruk dan wawasan tentang hak-hak suami terhadap

8

istrinya dan hak-hak istri terhadap suaminya. Maksudnya,

keduanya memahami hak dan kewajiban masing-masing.

Suami istri saling melengkapi antara satu dengan yang

lainnya. Mereka berdua bukanlah dua insan yang saling

berlawanan. Firman Allah Swt., "Dan janganlah kamu

melupakan keutamaan di antara kamu."1

Jika keduanya mengetahui posisinya masing-masing dan

mengetahui kewajibannya dalam agama maka kehidupan

akan bermuara pada sikap istiqamah dan keluarga akan

memperoleh kebahagiaan yang sumbernya berasal dari

ketakwaan kepada Allah Swt..

Jadi, pilar-pilar kehidupan yang baik adalah merupakan

amal shaleh yang disertai dengan keimanan kepada Allah

Swt.. Dengan demikian, kebahagiaan, ketentraman dan rasa

cinta antara suami istri dapat segera terwujud. Fitrah ajaran

Muhammad menghendaki keseimbangan dalam

melaksanakan sesuatu maupun meninggalkannya yang

dapat melahirkan keseimbangan antara ibadah dan

pemenuhan hak dan kewajiban.

Kebahadiaan berumah tangga tidaklah tumbuh dan tidaklah

langgeng kecuali jika kedua suami istri berusaha untuk

mewujudkannya. Ia merupakan buah dari perpaduan antara

kehendak suami dan kehendak istri. Ia bagaikan bayi, yang

mana, kedua suami istri bekerja sama dalam rangka

mewujudkan keberadaanya atas izin Alah Swt..

Jadi suami melakukan tugasnya dalam rangka mengayomi,

bersikap baik dan memperlakukan anggota keluarga dengan

baik. Sementara itu, istri tampil sebagai penyejuk sehingga

lahirlah kasih sayang antara keduanya atau apa yang disebut

sebagai kebahagiaan.

Sebagaimana bayi membutuhkan pengayoman,

pengorbanan dan sikap untuk diutamakan, maka demikian

pula kebahagiaan. Usaha suami istri untuk tetap menjaga

1 QS.Al-Baqarah : 237.

9

keberadaannya dan selalu menumbuhkannya serta

memeliharanya berarti itu merupakan usaha untuk

melestarikan dan mengembangkannya.

Kebahagiaan suami istri membutuhkan jiwa pengorbanan

yang mengeratkan ikatan antara kedua orang tua dengan

anak-anaknya. Jika saja kedua orang tua bersabar dalam

menghadirkan rasa pengorbanan itu maka kebahagiaan

suami istri akan menjelama menjadi keceriaan,

ketentaraman dan kegembiraan.

Untuk hal demikian, suami istri hendaknya selalu terus

menerus mengembangkan sikap tenggang rasa, baik dalam

satu kesempatana atau dengan cara bergantian.

Dan suami hendaknya selalu menjadi pionir dan memimpin

istrinya dalam segala hal. Hal pertama dan utama dalam hal

ini adalah kebahagiaan. Wanita selalu membutuhkan orang

yang dapat mengarahkannya, sebagaimana pepatah Jerman

berbunyi, "Sapi dan wanita tidak dapat ditundukkan tanpa

adanya tali kendali".

Kebahagiaan hendaknya selalu dimonitor, khususnya pada

tahun-tahun pertama. Dan sesegera mungkin mengobati

hal-hal yang menimpanya agar tidak menjadi akut sehingga

sulit untuk disembuhkan.

Semua itu dilaksanakan tanpa adanya sikap memaksakan

diri, tetapi dengan penuh kesungguhan dan kesederhanaan.

Hal demikian, karena suami ketika melihat pada wajah

istrinya tanda-tanda kebahagiaan, rasa cukup, rasa senang

dan rasa tentram, sedang bibirnya menampakkan senyuman

yang manis, matanya memancarkan pandangan lembut

yang dipenuh dengan kasih sayang, maka ketika itulah

perasaan yang sedang dinikmati oleh pasangannya

terpantul kepadanya diseratai dengan perasaan tenang dan

rasa syukur terhadap nikmat Allah Swt..

10

Bisa dikatakan bahwa suami istri mampu melahirkan

kebahagian jika keduanya memang menghendakinya,

sebagaiamana terdapat pada kisah berikut :

Diceritakan bahwa ada seseorang dari suku quraisy yang

memiliki kekayaan dan sangat dermawan. Hanya saja

tabiatnya keras jika ada yang menyebabkannya marah.

Karena iatulah, setiap kali ia menikah maka setiap kali itu

pula istrinya minta cerai kepadanya karena sifat kerasnya

itu. Lalu ia meminang seorang wanita mulia dari kalangan

suku quraisy. Wanita tersebut telah mengetahui karakternya

dan sikap kerasnya. Keitka laki-laki itu menyerahkan

maharnya, ia mengajaknya berbicara empat mata dan

mengatakan kepadanya : "Wahai wanita yang menjadi

calon istriku ! Saya memiliki sikap keras yang dapat engkau

terima dengan kemualiaan dan kelapangan dadamu.

Semoga kamu memiliki stok kesabaran yang banyak untuk

hal tersebut. Kalau tidak, maka saya tidak usah

menyembunyikan hal tersebut darimu."

Dengan penuh percaya diri, sebagai wanita yang penuh

kasih sayang dan yakin akan kemampuannya untuk

mewujudkan kebahagiaanbersamanya, ia mengatakan :

Sifatku lebih jelek darimu. Siapa yang membuatmu

tergantung kepada sifat jelek itu !! Ia lalu mencumbunya

dan tidak terdengar kata-kata kasar antara keduanya hingga

kematian memisahkan mereka.

Lihatlah ! Betapa semangat kuat dari kedua pasangan itu

untuk menghadirkan kebahagiaan telah membuahkan

kehidupan yang baik dan penuh dengan teladan.

Jadi, kebahagiaan bukanlah hal yang jauh dari realita dan

sulit terwujud, sebagaimana kemalangan bukanlah hal yang

mutlak adanya. Kemampuan sumi istri untuk melahirkan

kebahagiaan dan kemalangan sama besarnya. Penjelasannya

adalah bahwa masing-masing dari suami maupun istri

memiliki potensi untuk mewujudkan kebahagiaan maupun

11

kemalangan pada waktu bersamaan. Hanya saja

kebahagiaan akan muncul jika saja sebab-sebabnya

dihadirkan sehingga peluang kemalangan dalam diri

masing-masing dapat terkubur dan tersisih.

Kebahagian sumi istri yang berlandaskan pada petunjuk,

hikmah, keridhaan, kesabaran, shalat, tawakkal dan rasa

syukur adalah merupakan pengantar menuju kebahagiaan

secara mutlak dan menyuluruh pada hari akhirat nanti insya

Allah.

Juga bahwa ketulusan kepada Allah Swt. dan kesungguhan

untuk terbebas dari kepenatan dapat merubah keluarga dari

neraka yang tak tertahankan menjadi sorga, yang mana tiap

anggota keluarga dapat merasakan kenimatan di dalamnya.

Hal yang menunjukkan bahwa masalah ini lebih sederhana

dan lebih dekat dibanding apa yang diasumsikan orang

adalah kisah seorang wanita yang datang menemui seorang

ulama yang shaleh untuk mengungkapkan kepadanya

bahwa : Saya membenci suamiku. Bahkan saya pernah

hampir meminta cerai darinya karena saya merasa sangat

ingin mencelakainya siang malam. Ulama tersebut

mengatakan kepadanya : Dalam kondisi seperti ini, saya

menyarankan anda untuk memulai menampakkan

kecintaanmu dan kebanggaanmu kepadanya. Jika ia telah

merasakan bahwa tidak bisa lepas darimu maka mulailah

unutk minta talak. Nah, itulah cara terbaik untuk menyakiti

perasaanya !

Setelah berlalu beberapa bulan, wanita itu kembali

menemui sang ulama dan memberitahunya bahwa ia telah

mengikuti nasehatnya. Ulama tersebut langsung memotong

percakapannya dengan mengatakan : Sekaranglah waktunya

untuk meminta talak.

Tiba-tiba wanita itu berteriak dengan penuh penolakan :

Talak !? Mustahil. Saya benar-benar telah mencintainya.

Apa yang terjadi bagi suami istri jika berusaha

12

menampilkan faktor-faktor kebahagiaan berupa rasa cinta,

rasa bagga, rasa lembut dan kasih sayang pada kedalaman

diri masing-masing !?

Banyak orang diantara kita yang berusaha membangun sebuah pemikiran,

berusaha membentuk impian dan bermaksud menghayalkan kebahagiaan. Bahkan

merencanakan dan mencari dalam waktu yang sangat panjang demi memperoleh

gambaran yang lebih baik tentang pasangan hidup, karena memang ia adalah

pasangan seumur hidup sampai berhentinya ajal melanglang buana.

Sungguh pilihan yang benar, yang dilandasi pada sikap qana'ah, realistis dan

disertai dengan pengamatan yang cukup, pemikiran yang matang yang didasarkan

pada data-data yang benar tentang kondisi pribadi, ekonomi dan sosial, akan

mewujudkan ketenangan dan kebahagiaan.

Pemikiran yang matang yang disertai pula oleh ketertarikan secara spontan

haruslah diteliti dan diamati hingga menimbulkan kepuasan sebelum memulai hidup

berumah tangga.

Kebanyakan pemuda saat ini berusaha mencari suasana romantis, cinta dan

pacaran sebelum membangun rumah tangga. Serta berusaha memasukkan hal-hal

tersebut dalam menentukan pilihan yang baik. Padahal, apa yang tampak dalam

rumah tangga berbeda sama sekali dengan apa yang terjadi pada hubungan yang

berlandaskan pada rasa cinta saja.

Jadi kehidupan rumah tangga, menurut hipotesis dan penelitian ilmiah,

tidaklah terbangun pada rasa cinta dan suasana romantis saja, tetapi ia dibangun di

atas landasan tanggung jawab, keterikatan, rasa ingin mendapatkan ketenangan dan

keinginan untuk berkeluarga dengan penuh kepuasan yang disertai dengan perasaan

cinta.

Menentukan pasangan hidup, baik suami maupun istri, bukanlah masalah

mudah, bahkan bisa saja terjadi kebingungan sepanjang waktu. Dengan demikian, ia

13

PILIHAN YANG TEPAT

masuk pada keondisi serba bingung, serba salah, menunda dan merasa takut untuk

melangkah.

Sebelum hal lain, taufik dari Allah Swt. merupakan landasan utama pilihan

yang baik. Hanya saja Allah Swt. memerintahkan kita untuk menempuh berbagai

usaha untuk menentukan istri atau suami. Karena pilihan ini nantinya akan

membentuk keluarga dan keturunan sepanjang waktu. Ia tidak akan berhenti walau

hanya sejenak saja. Bahkan ia akan berlanjut pada masa-masa mendatang hingga

membentuk generasi masa depan.

Pasangan hidup haruslah memenuhi beberapa faktor yang mendukung

terciptanya pilihan yang tepat agar terjalin keterikatan dan semangat untuk

membentuk dan membina pasangan serasi. Atau minimal sekali mampu memberikan

ketenangan jiwa dan sosial bagi pemuda dan pemudi yang memulai hidup baru.

Tidaklah mungkin jika pilihan hanya berdasarkan pada gambaran lahiriah

yang terpusat pada materi saja. Dan betapa banyak yang bercerai karena rumah

tangganya hanya diawali dari pacaran saja. Atau pertimbangannya hanya terbatas

pada masalah keturunan dengan mengesampingkan tingkat pendidikan dan status

sosial. Apa saja yang dibangun pada kesalahan maka pasti hasilnya juga merupakan

kesalahan besar.

Faktor-faktor penting yang bisa mendukung ketenangan dan kebahagiaan

suami istri terletak pada :

1. Sikap Qana'ah. Ia merupakan bekal yang tidak pernah lekang. Ia merupakan

rumus penting dan sesuatu yang sangat urgen sekali. Bahkan ia diibaratkan

batu bata utama dalam kehidupan keluarga. Kebanyakan inti masalah rumah

tangga adalah karena suami bermanis muka terhadap ibu atau bapaknya ketika

hendak menikahkannya tanpa sedikitpun ia berusaha mengungkapkan

pendapatnya. Bahkan terkadang ia menganggap dirinya telah keluar dari

aturan keluarga. Siapa yang akan membayar dengan harga tinggi jika

seandainya di sana ada masalah kejiwaan antara suami itri, yang mana

pencetusnya adalah ketidakterimaan kedua pasangan terhadap diri mereka

sendiri atau ketidasiapan untuk mengayuh kehidupan berumah tangga. Dengan

demikian hendaknya hal yang mendasari suami istri dalam memulai

kehidupan berumah tangga adalah penerimaan secara sempurna terhadap

beban berkeluarga berupa tanggung jawab dan keterikatan yang begitu kuat.

14

Hal ini akan terjadi secara alami dengan berusaha bermusyawarah dengan

orang-orang yang berpengalaman dalam bidang ini. Atau pusat-pusat kegiatan

sosial memberikan kesempatan untuk konsultasi tentang masalah sosial dan

kejiwaan yang dapat memberikan manfaat yang berdasarkan pada hasil

penelitian tentang masalah rumah tangga dan suami istri.

Hanya saja sangat disayangkan karena saat ini banyak keluarga yang

menikahkan anaknya atau memilih pasangan untuk putranya atau menerima

pinangan bagi putrinya tanpa memperhatikan ciri-ciri suami yang shaleh dan

pemuda impian yang selalu ditunggu-tunggu. Bahkan ia tidak merasa mampu

untuk memangku beban tanggung jawab.

Kebanyakan keluarga ketika memilih pasangan hidup melihat bahwa itu

hanyalah perkara mudah. Bahkan sudah menjadi budaya umum, mereka

mencari pasangan hidup setelah mereka mendapatkan pekerjaan atau telah

selesai kuliahnya di universitas. Mereka seolah-olah telah siap untuk

memasuki kehidupan berumah tangga dengan penuh percaya diri, padahal

mereka sebenarnya belumlah memulai apa-apa. Bahkan kepiawaiannya dalam

memilih pasangan dan pengetahuannya tentang makna kehidupan berumah

tangga belumlah matang dan belumlah bisa diandalkan, baik dalam

menaggung beban berumah tangga maupun hal-hal lainnya.

2. Saling menerima.

3. Kepiawaian dalam berinteraksi dengan tuntunan kehidupan

berumah tangga.

4. Berpikir penuh tentang keluarga dari segi materi, jiwa dan sosial.

5. Kesesuaian dalam masalah wawasan pemikiran dan kondisi kejiwaan.

6. Kedekatan dalam status sosial dan ekonomi. Hal ini sangat ditekankan karena

banyak masalah keluarga timbul akibat dari adanya perbedaan mendasar

dalam hal ini.

7. Memahami hubungan kemasyarakatan setelah berkeluarga.

8. Saling menerima antara kedua belah pihak. Suami istri dan kemampuannya

untuk saling menerima.

9. Penerimaan suami atau istri terhadap pasangannya, baik kelebihan maupun

kekuranganya. Dan kemampuan untuk menanggung beban tanggung jawab

dan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara mereka.

15

10. Kemampuan untuk memperolah keterampilan dalam berkomunikasi dan

keterampilan yang dibutuhkan dalam keluarga.

11. Saling memperhatikan perasaan masing-masing.

12. Mengetahui beban tanggung jawab dalam berumah tangga dan kemampuan

untuk melaksanakan kewajiban sesui dengan seharusnya dengan tetap

memperkokoh pengawasan internal dalam hal sikap dan tingkah laku terhadap

hubungan sosial.

13. Memiliki wawasan tentang hal-hal yang sangat sensitif dalam kehidupan

berumah tangga, khususnya hubungan psikologis yang terjadi atara suami istri.

14. Lingkungan keluarga dan pengalaman buruk pada lingkungan rumah tangga

memiliki pengaruh besar terhadap pemuda atau pemudi yang hendak memulai

hidup baru dan hendak menentukan pasangan hidup. Hal ini akan

menimbulkan efek kuat bagi mereka berdua. Artinya bahwa terkadang dalam

lingkungan sang pemuda atau pemudi pernah memiliki ganjalan kejiwaan atau

ganjalan sosial yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam menentukan

pasangan yang baik. Bahkan bisa saja di sana terdapat pandangan yang salah

yang mereka perolah selama mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan

tersebut.

15. Meminta kesampatan konsultasi yang baik.

16. Tidak menghubngkan pernikahan dengan peercintaan dan nuansa romantis

yang berlebihan, tetapi memikirkan hal-hal yang sangat penting, yaitu adanya

kesempatan berduaan untuk menyalakan kembali sumbu kecintaan selama

kehidupan berumah tangga. Dan berusaha menghidupkan suasana yang baik

dalam komunikasi antara mereka berdua. Hal tersebut berdasarkan pada

keyakinan bahwa rasa cita memang terdapat dalam hati dan pasti akan muncul

dengan sendirinya.

17. Melakukan cek kesehatan sebelum memulai pernikahan.

18. Membekali dan menyiapkan diri unutk memasuki kehidupan berumah tangga,

baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak wanita. Banyak bapak atau pun

ibu yang bersuaha dengan keras untuk memberikan kebahagiaan kepada

anaknya dan menekankan hal itu kepada mereka, tetapi hanya terbatas pada

hal-hal yang bersifat materi saja dan tidak menyentuh hal-hal yang bersifat

kejiwaan. Artinya bahwa ayah maupun ibu menekankan pada aspek materi

padahal itu bukanlah kebahagian yang diharapkan, terutama dalam hubungan

16

suami istri. Maka seharusnya ayah memberikan pengetahuan teori dan

peraktek dan dengan cara yang teratur serta dalam waktu yang

berkesinambungan terhadap anaknya berdasarkan pada pengalamannya tetang

bagaimana bersikap baik terhadap wanita. Dan ia juga harus menegaskan

tentang pentingnya ahklak yang baik, bagaimana kehidupan berumah tangga,

hak-hak istri, kesabaran dan pendidikan islam secara integral. Demikian pula

ibu, ia harus berusaha mempersiapakan putrinya untuk mentaati suami dan

bagaimana cara berinteraksi dengannya. Karena banyak masalah-masalah

sosial ditemukan dalam mahkamah peradilan disebabkan karena

meninggalkan apa yang saya sebut sebagai seni menyiapkan anak untuk hidup

berumah tangga dan membekali mereka untuk berkeluarga. Tetapi kegagalan

pendidikan berdasarkan banyaknya pengalaman tentang permasalahan

berumah tangga ditemukan bahwa diantara masalah penting yang banyak

berkontribusi pada banyak keadaan adalah jelekenya pemahaman kedua orang

tua tentang kebahagiaan dalam berumah tangga dan cara menetukan pasangan

bagi putranya serta persetujuaannya terhadap pemuda yang meminang

putrinya. Mereka memandang bahwa kebahagiaan terletak pada perabotan

yang mewah, pekerjaan yan mentreng dan banyaknya harta. Mereka

melupakan hal-hal prinsip dalam kebahagiaan suami istri bagi anak-anaknya

berupa sikap yang baik, pendidikan yang seimbang yang memebekalinya

untuk memasuki ladang rumah tangga dan kesiapan-kesiapan mental yang

dibutuhkan.

19. Mengenal ak-hak dan kewajiban berumah tangga yang begitu banyak. Banyak

diatara orang yang memasuki perkawainan tidak mengetahui hak dan

kewajiban dalam berumah tangga. Dengan demikian, orang yang tidak

memiliki sesuatu mustahil bisa berbagi. Tidaklah masuk akal jika hak dan

kewajiban bercampur baur mengikuti alur kehidupan beumah tangga, tetapi

hal tersebut harus dipelajari dan dikuasai.

20. Pengetahuan pemuda yang hendak mengayuh kehidupan berumah tangga

tentang hak-hak istrinya. Demikian pula pengetahuan gadis yang hendak

menikah tentang hak-hak suaminya.

21. Banyak orang yang telah memiliki pengalaman gagal sebelumnya dalam

membina keluarga. Mereka melewati kehidupan berumah tangga dengan

perasaan luka karena berbagai sebab. Mereka secara tidak langsung

17

memindahkan sikap mereka terhadap lingkungannya dan permasalahan hidup

mereka serta permasalahan keluarga mereka akibat ketidakmampuannya

dalam bersikap supel, yang berbeda secara mendasar dengan orang lain.

Dengan demikian mereka memindahkan pendapat mereka secara membabi

buta dan dengan cara yang salah serta jauh dari sikap amanah kepada orang-

orang yang hendak mengayuh kehidupan berumah tangga. Mereka membuat

orang lain menikmati pemahaman yang salah tentang masa depan keluarga.

Hal ini banya ditemukan beredar diantara teman-teman dan kerabat. Misalnya,

kita menemukan seorang pemuda meju untiuk meminang seorang gadis

dengan modal sikap-sikap tepuji yang bagitu banyak berupa sikap beragama,

displin, pekerjaan yang baik, masa depan yang cemerlang, lalu ia diterima oleh

keluarga yang hendak dipinganya. Dengan pasti keluarga tersebut akan

menerimanya dengan baik dan gadis itu pun tidak menolaknya. Bahkan ia

akan memberikan persetujuan pada saatnya nanti, hanya saja ia membutuhkan

waktu. Tetapi selama rentang waktu tersebut, ia bergabung dengan reakan

kerja atau rekan kuliahnya, lalu ia meminta pendapat mereka dan

menginformasikan kebahagiaannya, padahal bisa jadi salah seorang diantara

mereka orang tuanya sedang mengalami perceraian atau terjadi perceraian

pada lingkungan keluarga besarnya sehingga menimbulkan reaksi tidak baik

dan efek negatif bagi gadis tersebut, hal yang membuatnya menolak

pernikahan karena kasus perceraian yang ia dengar. Dengan demikian peroyek

perkawinan menjadi batal. Demikian pula yang terjadi bagi pemuda. Jadi

pengalaman yang menakutkan akan memunculkan pada kedua belah pihak

kebingungan dan rasa takut. Maka wajib bagi keluarga menampung pemuda

dan menjelaskan permasalahan tersebut serta memperbaiki kesimpangsiuran

dan kelebihan ari pengalaman buruk tersebut agar dapat menjadi cambuk

untuk maju dalam rangka menghadapai masalah-masalah mendatangdengan

penuh perasaan positif dan penuh percaya diri terhadap kehidupan berumah

tangga.

22. Sebagian orang yang hendak berkeluarga melihat bahwa kehidupan akan

berhenti setelah menikah. Utang akan bertumpuk demi kepentingan prabot

rumah tangga dan kebutahan lainnya yang begitu banyak dan tidak

diperhitungkan sebelumnya. Membeli perlengkapan rumah tangga yang

biasanya tidak pernah cukup, bahkan terkadang mengurangi kebahagiaan

18

berumah tangga dan ketenangan sosial setelah menikah. Hal ini akan

memberikan pengaruh bahwa memikirkan masalah pernikahan tidaklah

membutuhkan pemikiran ekstra keras.

23. Pilihan yang tepat haruslah dapat mendorong terciptanya ketenangan dan

kebahagiaan berumah tangga. Pilihan terkadang menjadi hal yang

membingungkan bagi banyak pemuda atau gadis yang hendak memasuki pintu

pernikahan. Tetapi sebagian mereka memiliki prioritas terhadap yang lain.

Kita harus mengenal hal-hal yang perlu diprioritaskan sehingga kita dapat

sampai kepada tujuan dengan cara bertahap.

24. Menjauh dari berbagai perbedaan uzur dan sebab, yaitu uzur atau sebab yang

tampak masuk akal bagi orang lain dan mendorng terciptanya kegagalan, baik

pada kebingungana dalam negambil sikap atau rasa takut dari sesuatu yang

sebenarnya terdapat dalam jiwa atau rasa khawatir atau dalam keluarga secara

umum, apakah akan menampakkan sebab-sebab sebenarnya. Ia hanyalah

sebab yang bebrpengaruh dalam bentuk yang disengaja sebagai penutup yang

dapat diterima secara zahir agar sebab yang sebenarnya tidak tersingkap.

Banyak orang yang hendak memulai hidup berumah tangga mudah menerima

tawaran untuk menikah padahal ia tidak menerimanya demi menjauh dari

pergolakan pribadi. Allah Swt. berfirman, "Bahkan manusia itu menjadi

saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-

alasannya."1

25. Membebaskan diri dari tekanan negatif masyarakat dan adat istiadat serta

kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat. Hal yang bisanya banyak

melanda banyak orang. Lalu berusaha berpegang teguh kepada syariat sebagai

ganti dari hal-hal demikian.

26. Menjauhi nuansa-nuansa romantis yang hanya ada dalam hayalan saja yang

banyak dijejalkan oleh chenel-chenel barat dan filem-filem serta berbagai

sinetron yang ada.

27. Hal-hal yang dilandasi pada sebuah kesalahan maka pasti akan salah juga.

Banyak pemuda maupun gadis yang hendak memasuki kehidupan berumah

tangga menampilkan diri secara tidak sebenarnya, tetapi mereka tampil tidak

seperti sebenarnya. Bahkan mereka seolah menikmati kebohongannya

tersebut. Malahan yang paling bermasalah adalah bahwa mereka menganggap

1 QS.Al-Qiyamah : 14-15.

19

prilaku demikian sebagai hal biasa saja. Hanya saja tampilan yang sebenarnya

pasti akan tersingkap dengan segera. Waktulah yang akan membuktikan itu

semua. Orang yang hendak memasuki gerbang pernikahan membutuhkan

pengarahan sosial dan kejiwaan. Hal ini disamping kebutuhannya terhadap

orang tertentu yang ia rasa memberikan dukungan terhadapnya dan

menguatkannya dengan dorongan moril. Hanya saja hal ini terkadang tidak

terpenuhi kecuali sekedar nama saja.

Keluarga muslim berawal dari seorang suami dan istri yang didasari pada

ketentraman dan senantiasa dibingkai oleh ketenangan dan kasih sayang berdasarkan

pada apa yang telah digambarkan oleh al-Qur'an tentang karakteristik hubungan antar

suami istri serta hal-hal yang seharusnya terjadi padanya. Firman Allah Swt., "Dan di

antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."1

Allah Swt. telah mengokohkan landasan hubungan ini dengan penuh hikmat

dan penuh dengan keteraturan dalam bingkai manhaj al-Qur'an yang bersifat rabbani

serta jalur yang begitu jelas dengan firman-Nya, "Dan para wanita mempunyai hak

yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para

suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada."2

Landasan rabbaniyah ini merupakan dasar interaksi dalam rangkaian

hubungan suami istri. Kewajiban suami adalah mengetahui bahwa wanita diciptakan

dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam agar menjadi bagian hidupnya. Ia akan

menyempurnakan hidupnya sebagaimana ia menyepurnakan hidupnya pula. Tulang

ini begitu dekat posisinya dari hati.

1 QS Ar-Ruum : 21.2 QS Al-Baqarah : 228.

20

RUMAH YANG MENYENANGKAN

Hendaknya suami berhubungan dengan istrinya dengan hatinya dan bukan

denga akalnya. Karena jika ia berhubungan dengan istrinya dengan akalnya maka ia

akan menyusahkannya dan menyusahkan dirinya sendiri. Hati merupakan sumber rasa

kasih sayang. Dialah ikatan yang paling kokoh antara suami dengan istrinya. Cinta

kasih, kelembutan dan ketenangan semuanya bersumber pada hati. Wanita hendaknya

mengetahui posisnya terhadap suami sehingga ia mendekatinya melalui pintu hatinya

yang begitu peka. Rasulullah saw telah berwasiat tentang wanita dengan sabdanya,

"Nasehatilah wanita dengan baik karena mereka adalah amanah di pundak

kalian. Kalian menghalalkan kemaluannya dengan kalimat Allah Swt. dan

sunnah Rasul-Nya. Janganlah kalian menampar muka da jangan menghinanya."

Atau seperti apa yang dikatakan sesepuh dalam nasehat mereka, "Bangunlah

rumahmu di atas batu yang kokoh." Maksudnya, bangunan rumah tangga

hendaknya berpijak pada landasan yang kokoh berupa prilaku yang baik, nilai-nilai,

norma dan keutamaan yang melimpah ruah.

Yang aneh adalah bahwa kita sering mempertimbangkan perasaan orang lain

demi untuk mendapatkan kepercayaan serta penghormatannya, padahal kita tidak

ambil pusing dan tidak memperhatikan cara berhubungan yang baik dengan orang

yang begitu berharga dalam hidup kita. Ia hidup ditengah-tengah kita sebagai partner

hidup. Kita malah terkadang menyakiti perasaannya tanpa sengaja atau dengan

sengaja. Hal ini terjadi karena kita meyakini bahwa landasan rasa dan etika hanya

diberlakukan ketika berintereaksi dengan orang lain. Adapun terhadap kerabat, sikap

keras, kasar dan tanpa perasaan terkadang kita berlakukan terhadap mereka.

Dari sini wajib bagi kedua pengantin baru untuk bermusyawarah bersama

dalam rangka membicarakan tentang aturan yang dapat ditulis dalam bentuk

perjanjian atau kesepakatan yang mencakup semua yang terjadi dalam kehidupan ini

dan dapat menjamin adanya kesenangan, berupa kegiatan, hobi yang beragam, buku

bacaan, kunjungan, kesempatan untuk berpikir dan tamasya, agar masing-masing

pasangan dapat saling menghargai, dapat menghormati keberadaannya, mengurangi

ketikdaksepakatan dan muamalah yang kurang baik.

Hendaknya pula ada semacam sanksi atau hukuman yang tepat bagi yang

melanggar serta peluang meminta maaf bagi yang telah melanggar hak-hak pihak lain.

Diantara dasar-dasar akhlak yang diserukan Islam dan orang-orang yang berakal

cemerlang adalah :

21

1. Sebelum kita masuk ke kamar seseorang hendaknya kita minta izin dan

mengetuk pintunya.

2. Ketika masuk ke dalam rumah, kamar, atau mobil kita mengucapkan salam.

3. Ketika henda keluar dari kamar, kita bertanya kepada penghuninya, apakah

ia inging sesuatu sebelum kita pergi.

4. Kita tidak membaca undangan atau cek atau kertas yang tidak ada

hubungannya dengan kita.

5. Ketika anda meminjam pulpen atau buku atau mistar, kita harus

mengembalikannya ke tempat semula.

6. Jika kita memecahkan sesuatu atau merusaknya kita hendaknya

menggantinya.

7. Ketika kita membalik sesuatu yang menjadi milik pribadi pasangan kita atau

merobah posisinya maka kita harus mengembalikannya ke posisi semula.

8. Jika seseorang melanggar hak pihak lain maka ia harus minta maaf

kepadanya.

9. Jika seseorang meminta maaf karena ia bersalah maka pihak kedua

hendaknya menerima permintaan maafnya dan jangan sering menghinanya.

10. Percakapan diantara kita harus berlangsung dalam keadaan santai dan saling

menunjukkan sikap saling menghormati serta tidak boleh ada penghinaan.

11. Kita harus mengatakan kebenaran walaupun pahit, tetapi dengan cara yang

lembut dan tidak melukai perasaan.

12. Siapapun yang membutuhkan nasehat maka kita harus menasehatinya

dengan penuh kasih dengan tanpa rasa kesombongan.

13. Jika seseorang sedang merasa bahagia maka yang lain harus ikut merasa

bahagia. Demikian pula sebaliknya.

14. Jika seseorang diantara kita sedang mendapatkan momen yang

menyenangkan maka kita harus ikut bersama tanpa adanya alasan lain.

15. Kita harus saling menghormati hobi masing-masing dan menghargainya,

bahkan kalau perlu kita menyanjungnya dan menganggapnya sebagai hobi

kita sendiri.

16. Kita tidak boleh membenturkan sikap egoisme dan kesukuan kita dengan

sikap serupa.

22

17. Jika seseorang diantara kita tidak dapat melakukan tugasnya dan ia

membutuhkan bantuan maka kita harus membantunya tanpa mengenal kata

terlambat.

18. Tidak ada untungnya kita menciptakan masalah dan mengungkit masa lalu

yang suram agar rasa sakit dan kecewa tidak teulang kembali.

19. Toleransi dan sikap suka memaafkan ketika sanggup merupakan karakter

orang-orang mulia.

20. Saling membagi tugas dan semuanya berusaha melaksanakan tugasnya

masing-masing sebelum menuntut haknya.

21. Kita tidak boleh berbohong bagaimana pun kondisinya karena kebohongan

merupakan kakek moyangnya dosa dan orang-orang yang suka berbohong

tidak akan masuk sorga.

22. Tidak boleh ada diantara kita yang mengingkari pihak lain jika sedang

berbicara di hadapan umum.

23. Kita tidak boleh mencuri bagaimana pun kebutuhan kita terhadap harta.

24. Setiap kita harus mencintai apa pun yang dicintai pasangan kita sebagaimana

kita mencintai hal tersebut bagi diri kita sendiri dan berusaha melakukan hal-

hal yang dapat menyenangkan perasaan pasangan kita.

25. Bersabar terhadap berbagai musibah merupakan ibadah dan selalu

menysukuri nikmat-nikmat Allah Swt. merupakan sebuah keharusan.

26. Shalat merupakan tiang agama dan yakin dengan pertolongan Allah Swt.

merupaka pilar kesuksesan.

27. Setiap kita hendaknya memanggil pasangannya dengan panggilan yang

disenanginya dan tidak mengungkit masalah yang sedang dihadapi ketika

berbicara dan bercanda, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.

Rumah tangga muslim yang dihiasi dengan kebahagiaan

adalah merupakan jaminan mendasar bagi tegaknya

masyarakat muslim yang layak. Keluarga muslim yang

diliputi oleh ketenangan dan ketentraman merupakan

kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi demi terwujudnya

kemaslahatan masyarakat. Keajegannya merupakan

prasayarat yang tak dapat ditawar lagi demi kemuliaan dan

kejayaan ummat. Oleh karenanya, perhatian Islam terhadap

keluarga sangat besar sehingga bangunannya ditegakkan di

23

atas kebenaran dan prinsip keadilan. Pilarnya dikokohkan

dengan rasa tentram. Sedang ruas-ruasnya dikokohkan

dengan rasa takut kepada Allah Swt..

Karena itulah, musuh-musuh Islam mengorbankan begitu

banyak hal demi untuk menghancurkan kelurga muslim dan

mengacaukan ikatan-ikatannya. Mereka menempuh jalur

yang beragam demi tujuan itu. Mendorong suami agar

membangkan terhadap istri mereka, menghiasi wanita

dengan upaya-upaya terselubung agar mereka

meninggalkan rumah dan bergerak menuju jalan-jalan demi

mempertahankan dan menjaga gengsi-gengi palsu. Lalu

timbul banyak masalah di balik itu semua, yang mana,

sebelumnya hal itu tidaklah ada, seandainya aturan berjalan

sesuai dengan aturan Allah Swt..

Musuh-musuh Islam melakukan banyak hal dengan

dukungan teknologi penyiaran dan telekomunikasi yang

mereka miliki demi menghancurkan hubungan kasih sayang

dan rasa saling menghargai antara ayah dan anak, antara ibu

dengan anak gadisnya dan antara sesepuh dengan para

pemuda, dengan berlindung di bawah naungan prinsip-

prinsip yang mereka ciptakan sendiri, seperti tentang

pentingnya perbedaan antara berbagai tingkatan generasi

dan berbagai istilah yang hanya mengandung unsur

keburukan.

Rumah tangga muslim terdiri dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan yang disatukan oleh pernikahan yang

legal dan diumumkan akadnya dihadapan halayak bahwa

mereka telah berpasangan. Setiap orang diantara mereka

memiliki kecakapan masing-masing. Setiap pasangan dapat

memperoleh keberuntungan dan kerugian. Ia mendapatkan

keberuntungan jika mengaturnya dengan cara yang baik dan

memenejnya dengan tepat. Setiap orang melakukan

kewajibannya dengan sempurna. Mereka melakukan semua

itu dengan semangat saling memahami dan penuh kasih

24

sayang. Di sana, sikap amanah dan penuh ikhlas terjalin

antara kedua belah fihak.

Benarlah firman Allah Swt. dalam sebuah hadits qudsi,

"Saya adalah pihak ketiga bagi dua orang yang

berserikat selama tidak ada seorang pun yang

menghianati pihak lainnya. Jika ada yang berkhianat

maka Saya keluar dari perserikatan itu," (HR.Abu Daud).

Tujuan Islam dalam menyatukan antara laki-laki yang

beriman dan perempuan yang beriman adalah agar dapat

mencapai kesuksesan, memetik buah terindah,

memperoleh keberuntungan, mendapatkan keturunan yang

baik yang nantinya akan berjihad di jalan Allah Swt.,

mengangkat bendera kebenaran dan menyebarkan keadilan

dan kedamaian di bumi.

Untuk tujuan tersebut, Islam meretas jalan yang sangat jelas

rambu-rambunya, mengamankan langkah yang akan

ditempuhnya dalam rangka menuju rumah tangga yang

berbahagia, berupa :

SATU : MEMILIH PASANGAN HIDUP.

Agar kita tidak terpesona oleh tampilan luar atau

terpengaruh oleh hawa nafsu sehingga kita jatuh dalam

kesalahan maka Islam menggariskan jalur yang tepat dalam

rangka memilih pasangan.

Rasulullah saw bersabda, "Wanita dinikahi karena empat

hal : karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan

karena agamanya. Utamakanlah yang beragama agar

kalian mendapatkan keberuntungan," (Muttafaq Alaihi).

Siapapun yang bisa mendapatkan wanita yang berperilkau

baik dan beragama yang akan mendapinginya dalam hidup

ini dalam rumah tangganya sebagai istri shalehah maka ia

telah mendapatkan keberuntungan. Ini tidaklah beararti

bahwa kecantikan tidak menjadi pertimbangan, karena tidak

bisa dipungkiri bahwa keberadaannya merupakan salah satu

25

faktor terwujudnya kebahagiaan, demikian pula sifat-sifat

yang telah disebutkan sebelumnya dalam hadits. Hanya

saja, hendaknya ia tidak nmenjadi tujuan utama. Karenanya,

selain agama, hendaknya wanita memiliki sifat-sifat

seperti :

A. Kecantikan : Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Lihatlah,

karena dengan melihatnya akan dapat menimbulkan rasa syang antara

kalian berdua," (HR.Tirmidzi, An-Nasa'I dan Ibnu Majah).

B. Hendaknya ia penuh kasih sayang dan dapat melahirkan banyak generasi.

Hal ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw, "Nikahilah wanita yang

subur dan penuh kasih sayang," (HR.Abu Daud dan An-Nasa'i).

C. Hendaknya maharnya tidak terlalu mahal : Hal ini berdasarkan pada sabda

Rasulullah saw, "Wanita yang paling banyak berkahnya adalah wanita

yang sedikit maharnya," (HR.Ahmad dan Al-Baihaqi).

D. Hendaknya ia seorang yang masih gadis. Hal ini berdasarkan pada hadits

Jabir bin Abdullah radiyallahu anhu –ketika itu, ia menikahi seorang

janda- lalu Rasulullah saw mengatakn kepadanya, "Kenapa bukan

seorang gadis yang bisa engkau ajak bercumbu dan mengajakmu

bercumbu," (Muttafaq alaihi).

Adapun sifat-sifat penting yang seharusnya dimiliki laki-

laki adalah agama dan prilaku yang baik. Rasulullah saw

besabda, "Jika kalia didatangi oleh pemuda yang kalian

ridhai agama dan prilakunya maka nikahkanlah mereka.

Jika kalian tidak melakukannya maka akan terjadi fitnah

dan kerusakan yang nyata di bumi," (HR.Ahmad dan

Tirmdzi).

Seseorang pernah mengatakan kepada Hasan, "Saya

memiliki anak perempuan. Dengan siapa, menurut anda,

seharusnya saya nikahkan ? Beliau menjawab,

"Nikahkanlah dengan orang yang bertakwa kepada Allah

Swt.. Jika ia mencintainya maka ia akan memuliakannya.

Jika ia marah kepadanya maka ia tidak akan

menzhaliminya."

26

DUA : MEMENEJ PERUSAHAAN (RUMAH

TANGGA).

Perusahaan manapun yang hendak sukses maka harus

memiliki menejemen yang mengatur urusannya dan

menjamin keberlangsungannya. Hendaknya menejemen ini

memiliki kompetensi dalam menghadapai setiap masalah

yang timbul atau problem baru yang ada. Bukanlah

termasuk sikap bijaksana jika membiarkan masalah

berlarut-larut sehingga kedua belah pihak berlomba untuk

saling mengungguli dan kedua pucuk piminan rumah

tangga saling berebut pengaruh sehingga lahirlah

pertentangan, muncullah kesemerawutan dan tampillah

kemalangan.

Demi kebahagiaan perusahaan (rumah tangga) dan orang-

orang yang tergabung di dalamnya maka seharusnya

kepimipinan dan menejemen rumah tangga diserahkan

kepada suami sebagai pendidik, tulang pungung dan

sebagai contoh teladan keluarga, sebagaimana tercantum

dalam firman Allah Swt., "Kaum laki-laki itu adalah

pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah

melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-

laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."1

Ini tidaklah berarti bahwa wanita kurang mendalam

pandangan dan analisanya, tetapi karena perasaannya yang

mendominasi dan sikapnya yang begitu lembut yang

menyebabkan laki-laki memiliki keunggulan darinya dari

segi kecermatan berpikir dan melihat akibat dari sebuah

tindakan, tanpa disertai sikap tergesa-gesa atau keterbawaan

perasaan. Inilah rumussan yang sebenarnya. Hanya saja,

setiap rmusan pasti memiliki pengecualian yang

menjadikan wanita unggul dibanding laki-laki dalam

berfikir dan mengambil keputusan.

1 QS An-Nisaa' : 34.

27

KETIGA : MUSYAWARAH.

Selama kepemipinan berdasarkan pada sikap bijaksana dan

sikap kepeloporan maka setiap hakim dalam Islam

bukanlah merupakan kemaslahatan secara mutlak. Ia

hanyalah mengatur berdasarkan aturan Allah Swt.. Dan

kelak ia akan ditanya di hadapan-Nya tentang orang-orang

yang dipimpinnya. Apa ia betul-betul mengaturnya dengan

baik atau menyia-nyiakan mereka. Atau apakah ia berlaku

adil berdasarkan petunjuk Allah Swt. atau malah

menzhalimi mereka ?

Musyawarah adalah merupakan aturan yang ditetapkan oleh

Allah Swt. dalam agama-Nya agar menjadi landasan antara

hakim dengan orang-orang yang diaturnya. Jangan ada yang

mengira bahwa itu hanyalah diperuntukkan bagi pemimpin

ummat dan para pemerintahannya saja, tetapi ia bersifat

umum dan mencakup setiap level kepemimpinan dan setiap

jabatan. Bahkan lebih baik lagi bagi suami istri jika mereka

saling bermusyawarah dan saling memahami pada setiap

masalah yang berkaitan dengan rumah tangganya tanpa

adanya rasa berkuasa atau rasa mendominasi dan rasa

dendam. Tidaklah penting mengambil pendapat darinya,

tetapi yang terpenting adalah bagaiaman melaksanakan

pendapat yang benar yang nantinya dapat menghasilkan

manfaat dan kebahagiaan bagi semua anggota keluarga.

KEEMPAT : PEMBAGIAN TUGAS.

Pada setiap perusahaan pasti semua serikat memiliki hak

dan kewajiban agar perusahaan berjalan sebagaimana

mestinya. Demikian pula yang dilakukan oleh Islam

terhadap rumah tangga. Islam telah menjadikan bagi kedua

pasangan suami istri hak-hak dan kewajiban masing-

masing. Kebahagiaan tidak akan terwujud jika salah satu

pihak mengabaikan tugasnya lalu berusaha menuntut

28

haknya kepada pihak lain. Seharusnya keduanya berusaha

saling berlomba dalam melaksanakan kewajiban masing-

masing sebagai usaha untuk membahagiakan pasangannya.

Dan sebagai usaha untuk mewujudkan ketenangan batin

bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Allah Swt. sebagai hakim sebenar-benarnya telah

menetapkan hak dan kewajiban tersebut agar kedua

pasangan tidak saling menzhalimi dan agar kebahagiaan

dapat terwujud sesuai dengan rumusan yang adil dan penuh

ketelitian yang berasal dari produk Yang Maha Mengetahui

yang menetapkan urusan di atas landasan keadilan.

Betapa benar Dzat Yang Maha Mengetahui ketika

berfirman, "Dan para wanita mempunyai hak yang

seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang

ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu

tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".1

KELIMA : HAK-HAK ISTRI.

Islam telah menetapkan hak bagi istri dan menutut suami

untuk memenuhinya serta mengarahkannya untuk

melaksanakannya berdasarkan pada kepemimpinannya

dalam rumah tangga dan sebagai wujud tanggung

jawabnya, diantaranya :

A. Hendaknya suami berprilaku baik ketika berinteraksi dengan istrimya. Ini

tidak berarti bahwa ia hanya nmenjauhkan bahaya darinya saja, tetapi

artinya bahwa ia menaggung beban yang menjadi tugasnya. Ia hendaknya

tetap bijaksana walaupun ia sedang marah sebagai wujud upayanya dalam

mencontoh prilaku Rasulullah saw.

B. Bercumbu, bermesraan dan mencandainya. Dengan sikap demikian, hati

wanita bisa terhibur dan perasaannya dapat diliputi oleh kebahagiaan. Ia

makin akrab dengan suaminya dan betah bersamanya.

C. Hendaknya ia cemburu degan porsi yang secukupnya.

1 QS. Al-Baqarah : 228.

29

KEENAM : HAK-HAK SUAMI.

A. KETAATAN.

Wanita tidak boleh membangkan terhadap suaminya dan menyalahi

perintahnya. Kecuali dalam hal yang diharamkan oleh Allah Swt.. Tentang

hal ini, Rasulullah saw bersabda, "Jika saja menyuruh seseorang untuk

bersujud maka saya pasti menyuruh wanita bersujud kepada suaminya

karena begitu besarnya haknya atasnya," (HR.Tirmidz dan Ibnu Majah).

G. TAMPIL CANTIK DIHADAPAN SUAMINYA.

Wanita hendaknya bersolekdan tampil menarik di hadapan suaminya.

Yang mana, pandangan suaminya tidak tertuua kepadanya kecuali ia dalam

keadaan menarik

H. BERBUAT BAIK TERHADAP SUAMINYA.

Diantara wujud berbuat baik itu adalah hendaknya ia tidak membuatnya

marah dan terjatuh dalam kubangan dosa karena sikap pembangkangannya

dan sikapnya yang terus menerus menyalahi perintahnya serta melakukan

hal-hal yang tidak diinginkan. Khususnya jika ia bersumpah (menegaskan)

kepadanya agar melakukan sebuah pekerjaan atau bersumpah

(menegaskan) agar tidak melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Istri yang

baik tentunya mentaati suaminya ketika ia bersumpah (menegaskan)

sesuatu kepadanya. Ia tidak memaksanya untuk menebus sumpahnya

setelah ia melanggarnya karena ia adalah orang orang yang takut kepada

Allah Swt. dan memperhatikan perintah-perintah-Nya serta

memperhatikan hak-hak suaminya. Ia tidak membebaninya dengan

berbagai masalah, apalagi membebaninya dengan sikap demikian.

I. PERHATIAN PENUH.

Maksudnya, wanita memperhatikan hak-hak suaminya, baik ketika ia ada

di rumah atau sedang berada di luar rumah. Ia tidak boleh menciderai

kehormatannya dan tidak menghambur-hamburkan hartanya. Ia juga harus

menjauhi semua perbuatan buruk atau menjauhi perbuatan yang

30

menyebabkan menyebabkan harga dirinya hancur. Ia harus menyayangi

anak-anaknya, baik mereka adalah anak-anak dari hasil perkawinannya

maupun anak tirinya.

Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin tidak mendapatkan manfaat

setelah takwa kepada Allah Swt. kecuali seorang istri shalehah. Jika ia

memmerintahnya maka ia mentaatinya. Jika ia memandangnya maka ia

membuatnya senang. Jika ia bersumpah atasnya maka ia berbuat baik

kepadanya. Jika ia jauh darinya maka ia menjaga dirinya dan

hartaanya," (HR.Imam Ahmad).

J. SIKAP QANA'AH.

Istri yang berakal seharusnya tidak membebani suaminya dengan berbagai

tuntunan. Hendaknya ia merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh

Allah Swt. kepadanya. Banyaknya tuntunan wanita terhadap suaminya bisa

saja membuat suami melakukan usaha yang haram, hal yang menyebabkan

terjadinya kemalangan bagi keluarga di dunia maupun di akhirat kelak.

Juga degan banyaknya tuntutan istri menyebabkan hidup suami penuh

dengan kegelisahan dan kebingungan ketika merasa tidak mampu

memenuhi tuntutan tersebut. Kebingungan dan kegelisahannya pasti akan

berefek kepadanya dan kepada urusan rumah tangga secara keseluruhan,

sebagai wujud kebenaran firman Allah Swt. yang berbunyi, "Allah tidak

membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat

siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."1

Juga firman-Nya, "Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya."2

K. NASEHAT DAN PENDIDIKAN AKHLAK.

Allah Swt. menetapkan hak ini agar dijadikan alat bantu untuk menjaga

pilar-pilar rumah tangga agar tidak……

1 QS.Al-Baqarah : 286.2 QS. At-Thalaaq : 7.

31

32