adhd

37
Tugas Pengayaan Neurologi ADHD Disusun Oleh: Nur Puspita Sari Siregar 0710710091 Pembimbing: dr. Machlusil Husna, Sp.S Laboratorium Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Upload: sarisiregar

Post on 25-Jul-2015

293 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pengayaan Neurologi ADHD

TRANSCRIPT

Page 1: ADHD

Tugas Pengayaan Neurologi

ADHD

Disusun Oleh:Nur Puspita Sari Siregar

0710710091

Pembimbing:dr. Machlusil Husna, Sp.S

Laboratorium Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Rumah Sakit Umum Dr. Saiful AnwarMalang

2012

Page 2: ADHD

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.....................................................................1

ADHD ............................................................................2

1. Definisi ................................................................ 2

2. Epidemiologi ........................................................2

3. Etiologi ............................................................... 3

4. Klasifikasi.............................................................4 ........

..

5. Manifestasi klinis .................................................6

6. Diagnosis ............................................................7

7. Diagnosis Banding ..............................................10

8. Terapi .................................................................10

9. Algoritma ............................................................16

10.Prognosis ...........................................................16

11.Referensi .............................................................17

. REFERENSI

....………................................................... 19

RESUME........................................................................... 19

PERTANYAAN.................................................................. 21

1

Page 3: ADHD

ADHD

1. Definisi

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

merupakan sekelompok masalah yang berkenaan dengan

perhatian, konsentrasi, impulsivitas, dan overaktivitas yang

timbul selama awal masa kanak-kanak dan muncul pada

berbagai keadaan menandai suatu sindrom tingkah laku (1).

ADHD ditandai oleh rentan perhatian yang buruk yang tidak

sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan

impulsivitas atau keduanya yang tidak sesuai dengan usia (2).

Menurut American Academy Pediatrics (AAP), gangguan

yang diketahui dalam kelompok gangguan ADHD adalah

suatu kondisi neurologis kronis yang diakibatkan dari adanya

gangguan fungsi pada sistem saraf dan tidak berkaitan

dengan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan

kultural (1).

2. Epidemiologi

Laporan tentang insidensi ADHD di Amerika Serikat

adalah bervariasi dari 2-20% pada kelompok usia anak

2

Page 4: ADHD

sekolah dasar. Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, dengan rasio

3:1 sampai 5:1 (2). Gangguan paling sering ditemukan pada

anak laki-laki pertama, dan pada setengah kasus, usia pada

saat gangguan pertama kali terjadi di bawah 3 tahun (3).

Gangguan sistem saraf sentral dan neurologis

berperan sebagai faktor yang memberi kecendrungan pada

sindrom ini (3). Orangtua dari anak-anak dengan ADHD

menunjukkan peningkatan insidensi hiperkinesis, antisosial,

gangguan penyalahgunaan alkohol, gangguan konversi serta

tingkah laku (2).

3. Etiologi

Penyebab ADHD biasanya diklasifikasikan

berdasarkan waktu terjadinya, yaitu (5) :

- Penyebab prenatal, termasuk abnormalitas perkembangan

otak, anemia maternal, toksemia dalam kehamilan,

pengguanaan alkohol dan kokain, dan merokok. Faktor

lingkungan lain yang dicurigai berpengaruh, antara lain

paparan timbal, pestisida, kurangnya iodin dan hipotiroid.

Infeksi virus, terutama influenza dan eksantema pada

trimester pertama kehamilan atau pada saat kelahiran,

biasanya berhubungan dengan diagnosis ADHD.

- Penyebab perinatal, termasuk kelahiran prematur, letak

sungsang, anoxic-ischaemic-encephalopathy, perdarahan

otak, meningitis, dan encephalitis.

3

Page 5: ADHD

- Penyebab postnatal, termasuk cedera kepala, meningitis,

encephalitis, serangan otitis media yang sering, atau

rendahnya kadar gula dalam darah. Obat-obatan asma dan

epilepsi, sering menyebabkan atau memicu munculnya

perilaku hiperaktif. Pengaruh makanan terhadap ADHD masih

merupakan kontroversi. Konsumsi bahan pengawet dan

pemanis buatan, kurangnya asam lemah omega-3, kurangnya

zat besi dan anemia merupakan penyebab yang potensial.

Lebih jarang lagi, disfungsi hormon tiroid dihubungkan

dengan kejadian ADHD.

4. Klasifikasi

Menurut American Psychiatric Association, sesuai

dengan DSM-IV, ADHD dibedakan menjadi 3 subtipe, yaitu (4):

ADHD tipe inatentif, sekurang-kurangnya terdapat

enam dari sembilan gejala yang menetap selama 6

bulan atau lebih, dan sering muncul pada saat

aktivitas sekolah atau bermain. Gejala tersebut,

antara lain:

a) sering melakukan kesalahan dan tidak berhati-hati

dalam tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain.

b) mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian

atau atensi terhadap tugas atau aktivitas

c) tidak tampak mendengarkan jika berbicara

langsung

d) gagal dalam menyelesaikan tugas atau kewajiban

4

Page 6: ADHD

e) mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan

aktivitas

f) menghindari tugas yang memerlukan usaha mental

yang lama (misalnya tugas sekolah)

g) sering kehilangan sesuatu (misalnya alat tulis)

h) mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar

i) sering lupa

ADHD tipe hiperaktif-impulsif, terdapat enam atau

lebih gejala yang menetap selama enam bulan.

Gejala hiperaktif, yaitu:

a) sering terlihat gelisah dengan tangan dan kaki atau

menggeliat di tempat duduk.

b) meninggalkan tempat duduk di kelas

c) sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan

dalam situasi yang tidak tepat

d) tidak dapat bermain atau beraktivitas dengan

tenang

e) sering “siap-siap pergi” atau bertindak seakan-akan

“didorong” oleh sebuah motor

f) bicara berlebihan

Gejala impulsivitas, yaitu:

g) menjawab pertanyaan tanpa berpikir, sebelum

pertanyaan selesai

h) sulit untuk menunggu giliran atau mengantri

i) sering memutus atau mengganggu orang lain

(misalnya, memotong percakapan atau permainan)

5

Page 7: ADHD

ADHD tipe kombinasi, adanya gejala yang termasuk

dalam tipe inatensi dan hiperaktif-impulsif yang

menetap selama 6 bulan.

5. Manifestasi Klinis

Anak dengan ADHD secara tipikal menunjukkan

beberapa atau semua gejala dibawah ini, yaitu (1):

Inatensi dan perhatian mudah dialihkan.

Adanya kesulitan dalam menyeleksi stimulus yang

sesuai dan memusatkan pada tugas, terutama jika

tugas terlalu lama dan lambat.

Impulsivitas.

Anak bertindak cepat dan tanpa mempertimbangkan

konsekuensi tindakan mereka.

Kelelahan motorik dan hiperaktivitas

Manifestasi dapat meliputi kegelisahan, menggeliat,

dan kelelahan.

Kesulitan merencanakan dan mengatur tugas.

Anak memperlihatkan adanya kesulitan dalam fungsi

eksekutif proses belajar, meliputi merencanakan,

mengorganisasikan, atau menyiapkan tugas dengan

cara yang benar; memulai dan mengakhiri aktivitas

secara benar; atau berpindah dari tugas satu ke tugas

yang lain.

Labilitas emosional.

6

Page 8: ADHD

Adanya tingkah laku yang tidak diinginkan secara

sosial, seperti ledakan emosi, berkelahi, dan

kegembiraan yang berlebihan.

Karakteristik anak dengan ADHD yang tersering

ditemukan (berdasarkan frekuensi), adalah (2) :

1. hiperaktivitas

2. gangguan motorik perseptual

3. labilitas emosional

4. defisit kordinasi yang menyeluruh

5. gangguan atensi (rentang atensi yang pendek,

distrakbilitas, keras hati, gagal menyelesaikan hal,

inatensi, konsentrasi yang buruk)

6. impulsivitas (bertidak sebelum berpikir, mengubah

perilaku dengan tiba-tiba)

7. gangguan daya ingat dan pikiran

8. ketidakmampuan belajar spesifik

9. gangguan bicara dan pendengaran

10. tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-

samar.

6. Diagnosis

Menurut AAP, diagnosis ADHD ditegakkan

berdasarkan guideline diagnosis, yaitu (5) :

1. Evaluasi ADHD dimulai pada usia 6-12 tahun dengan

inatensi, hiperaktif, impulsivitas, prestasi akademik yang

buruk atau gangguan kepribadian.

7

Page 9: ADHD

2. Anak harus memenuhi kriteria seperti yang tercantum pada

DSM-IV untuk ADHD.

3. Bukti ADHD harus diperoleh secara langsung dari orangtua

atau pengasuh, sesuai dengan gejala pada berbagai situasi,

durasi munculnya gejala dan derajat gangguan fungsi.

4. Bukti ADHD harus diperoleh secara langsung dari guru.

5. Kondisi yang berhubungan harus diperiksa.

6. Pemeriksaan diagnosis lainnya dapat diindikasikan pada

gangguan belajar atau mental.

Anamnesis

Informasi terperinci mengenai tingkah laku anak di

tingkah laku anak di sekolah dan di rumah sebaiknya

diperhatikan, terutama berkenaan dengan frekuensi, beratnya

dan konteks masalah dengan perhatian, impulsivitas, dan

hiperaktivitas. Adanya tingkah laku terkait, misalnya labilitas

emosional dan keterampilan organisasi yang buruk sebaiknya

juga dipastikan. Aspek lain yang penting pada fungsi di

sekolah adalah pencapaian akademik anak tersebut (1).

Riwayat perinatal sebaiknya diulas untuk melihat

adanya masalah yang berkaitan dengan defisit perhatian,

misalanya konsumsi alkohol atau obat-obatan maternal

selama kehamilan. Masalah kesehatan pada awal masa

kanak-kanak yang memiliki relevansi khusus adalah otitis

media rekuren atau persisten, keracunan timbal, anemia

defisiensi besi dan cedera yang sering akibat aktivitas yang

berlebihan. Riwayat keluarga dan riwayat sosial dapat

8

Page 10: ADHD

mengidentifikasi faktor genetik atau lingkungan yang

memberikan kontribusi (1).

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik memiliki peran terbatas, tetapi

penting pada evaluasi anak yang mengalami ADHD.

Observasi umum dapat menunjukkan adanya gangguan

mood, kesedihan atau ansietas. Observasi langsung pada

rentang perhatian dan tingkat aktivitas harus diinterpretasikan

secara hati-hati karena tingkah laku anak di tempat periksa

dapat sangat berbeda dari tingkah lakunya di kelas atau

rumah. Beberapa penelitian menunjukkan adanya

peningkatan jumlah gambaran atipikal, seperti rambut

“elektrik”, lipatan epikantus, letak telinga yang rendah, arkus

palatum yang tinggi, klinodaktili, dan peningkatan jarak antara

jari kaki pertama dan kedua pada anak dengan ADHD.

Namun, sebagian besar anak dengan ADHD tidak memilki ciri

fisik tersebut. Pemeriksaan fisik harus meliputi penglihatan

dan skrining pendengaran, karena defisit sensoris dapat

mengakibatkan kurangnya perhatian dan hiperaktivitas (1).

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain

Pemeriksaan laboratorium memiliki nilai yang

terbatas. Skrining terhadap timbal sebaiknya dipertimbangkan

pada semua anak dan secara pasti diindikasikan pada anak

yang memiliki riwayatlampau, lingkungan tempat tinggal, pika

dan pajanan pekerjaan orang tua. Skrining anemia defisiensi

besi sebaiknya dilakukan pada anak yang beresiko karena

9

Page 11: ADHD

riwayat nutrisi atau status sosioekonomi. Prevalensi kelainan

tiroid dilaporkan lebih tinggi pada anak yang mengalami

ADHD daripada populasi normal, sehingga sebaiknya

dilakukan tes fungsi tiroid. Pemeriksaan neurologik rutin (CT-

scan kepala, MRI) atau pemeriksaan neuropsikologik (EEG,

neurometrik, atau pemetaan aktivitas listrik otak) tidak

berperan pada anak yang mengalami ADHD (1)

7. Diagnosis Banding

ADHD memiliki beberapa diagnosis banding (1,2,3) :

1. Gangguan tingkah laku dan ketidakmampuan belajar

2. Kelemahan sensoris

3. Epilepsi petit mal

4. Gangguan hiperaktivitas dan perhatian akibat obat

5. Gangguan ansietas

6. Gangguan depresif

8. Terapi

Pengobatan anak dengan ADHD harus sesuai pada

setiap individu, ditujukan baik untuk karakteristik intrinsik

lingkungan yang relevan (1). Pendekatan tunggal terhadap

penatalaksanaan ADHD tidak pernah memberikan hasil yang

memuaskan. Sebagai tambahan penggunaan obat-obatan,

regimen terapi yang penting termasuk (5):

Intervensi psikologis dan psikososial

10

Page 12: ADHD

Konseling orang tua dan keluarga

Modifikasi tingkah laku dan/atau konseling anak.

AAP merekomendasikan guideline terapi ADHD, yaitu (5):

1. Dokter harus mengenali ADHD sebagai suau kondisi

kronis.

2. Hasil yang ingin dicapai harus dispesifikan untuk

memandu penatalaksanaan.

3. Obat-obatan stimulan dan/atau terapi perilaku

direkomendasikan untuk meningkatkan hasil yang

ingin dicapai.

4. Ketika metode penatalaksanaan yang terpilih tidak

memberikan hasil yang diinginkan, dokter harus

mengevaluasi diagnosis awal, menggunaka terapi

yang sesuai dan memikirkan kondisi yang ada

sebelumnya.

5. Efek terapi dipantau melalu kunjungan rutin setiap 3-6

bulan.

6. Jika salah satu jenis stimulan tidak bekerja pada

pemberian dosis tertinggi yang memungkinkan,

pemberian stimulan jenis lainnya harus

dipikirkan.lainnya.

Penanganan tingkah laku (1)

Metode modifikasi tingkah laku yang dapat digunakan

diantaranya:

Penguatan positif dengan menggunakan pujian

atau penghargaan yang nyata, misalnya hadiah.

11

Page 13: ADHD

Strategi penghukuman, misalnya dikeluarkan

atau isolasi sosial, teguran dengan kata-kata.

Teknik pemusnahan, misalnya pengabaian

sistemik tingkah laku yang tidak diinginkan.

Pendidikan khusus (1)

Pelayanan pendidikan khusus dan tutor sebaiknya

ditujukan untuk penundaan akademik serta tidak

kemampuan belajar spesifik. Program pendidikan

sebaiknya dirancang untuk menciptakan kesempatan

bagi anak untuk mengalami keberhasilan dan

meningkatkan harga diri.

Terapi medikamentosa (2)

Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan SSP,

terutama dextroamphetamine (Dexedrine),

methylphedinate, dan pemoline (Cylert). Mekanisme

kerja yang tepat dari stimulan tetap tidak diketahui.

Methylphenidate telah terbukuti sangat efektif pada

hampir tigaperempat anak dengan ADHD dan memiliki

efek samping yang relatif kecil. Methylphenidate adalah

obat-obatan kerja singkat yang biasanya digunakan

secara efektif selama jam-jam sekolah, sehingga anak

ADHD dapat memperhatikan tugasnya dan tetap berada

di dalam ruang kelas. Efek samping obat yang paling

sering adalah nyeri kepala, nyeri lambung, mual, dan

insomnia. Beberapa anak dapat mengalami efek

“rebound”, dimana mereka menjadi lebih mudah marah

12

Page 14: ADHD

dan tamapahk agak hiperaktif saat pengobatan

dihentikan. Selama periode pemakaian, methylphenidate

bisa disertai dengan supresi pertumbuhan.

Antidepressan, termasuk imiperamine (Tofranil),

desipramine, dan notriptyline (pamelor), telah

menunjukkan keberhasilan dalam mengobati ADHD.

Pada anak-anak dengan gangguan kecemasan, dimana

penggunaan stimulan tidak dapat digunakan,

antidepressan dapat digunakan. Pemantauan efek obat

yang ketat, perlu dilakukan pada penggunaan

antidepressan terutama golongan trisiklik, didapatkan

kasus kematian, meskipun mekanismenya belum dapat

dijelaskan.

Penelitian lain tentang penggunaan kombinasi

methylphenidate dan despiramine dapat meningkatkan

kemampuan anak untuk menggunakan strategi

pelacakan visual (visual search) pada tugas kognitif

tertentu. Clonidine juga telah digunakan dalam terapi

ADHD. Obat ini terutama digunakan pada kasus dimana

anak juga menderita gangguan tik.

13

Page 15: ADHD

Tabel 1. Formulasi Methylphenidate (5)

Tabel 2. Formulasi Dextroamphetamine (5)

Terapi tambahan (1)

Psikoterapi bermanfaat dalam memperbaiki harga diri

yang rendah, depresi, dan ansietas. Terapi keluarga

dapat membantu memperbaiki konflik dalam hubungan.

Pelatihan tingkah laku kognitif diduga membantu

14

Page 16: ADHD

pemantauan diri pada murud, mencapai pengen dalian

diri dan membangun strategi pemecahan masalah,

sedangkan pelatihan keterampilan sosial mengajarkan

anak bagaimana cara mendengarkan dan berpartisipasi

dalam situasi kelompok, memberi dan menerima pujian,

dan menghadapi frustasi.

Terapi lainnya yang dinyatakan memiliki dasar

biokimia, yaitu kedokteran ortomolekuler (megavitamin,

terapi mineral), manipulasi diet (mis:penyingkiran gula

dan makanan tambahan), dan pengobatan dugaan

hipoglikemia.

9. Algoritma

15

Page 17: ADHD

Algoritma dasar ADHD (7)

10. Prognosis

Sebanyak 30-60% anak dengan ADHD akan terus

memiliki gejala pada saat mereka dewasa, seperti inatensi,

disorganisasi, impulsifitas, labilitas emosi, gangguan proses

16

Page 18: ADHD

belajar dan gangguan pada fungsi eksekutif (6). Penelitian lain

menunjukkan bahwa anak dengan ADHD, pada saat dewasa

akan menjadi baik jika mereka berhasil dalam pekerjaan (3).

Faktor prognostik yang baik untuk individu yang

menderita ADHD adalah tingkat kecerdasan atau status

ekonomi yang lebih tinggi, sedangkan faktor prognostik buruk

meliputi agresi dini dan masalah-masalah konduksi,

psikopatologi orang tua, pencapaian akademik yang buruk,

ketidakstabilan emosional, dan buruknya hubungan sosial (1).

Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

pengobatan spesifik mempengaruhi prognosis. Hasil yang

paling menjanjikan dilaporkan terjadi pada terapi

multimodalitas yang mengombinasikan penanganan tingkah

laku, penggunaan obat-obatan yang sesuai dan psikoterapi (1,3).

11. Referensi

1. Sadock, Benjamin, et al. Kaplan and Sadock;s Comprehensive Textbook of Psychiatry 9th edition. London: Lippincott Williams and Wilkins, 2009

2. Rudolph, Abraham, et al. Rudoph’s Pediatrics, 21st edition. Philadephia : Mc Graw Hills, 2010.

3. Behrman, R.E, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Philadelphia : WB Sauders, 2007.

4. Maslim, Rusli, ed. Buku Saku PPDGJ III. Jakarta, 1995.

17

Page 19: ADHD

5. Mullichap, J.G. Attention Deficit Hyperactivity Disorder Handbook 2nd edition. New York : Springer Science Media, 2010.

6. Samuels, Martin A. Manual of Neurologic Therapeutics, 7th Edition. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004.

7. Hill P., Taylor E. An auditable protocol for treating attention deficit/hyperactivity disorder. London : Arch Dis Child, 2001

RESUME

18

Page 20: ADHD

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

merupakan sekelompok masalah yang berkenaan dengan

perhatian, konsentrasi, impulsivitas, dan overaktivitas yang

timbul selama awal masa kanak-kanak dan muncul pada

berbagai keadaan menandai suatu sindrom tingkah laku.

Angka kejadian ADHD bervariasi dari 2-20% pada kelompok

usia anak sekolah dasar. Gangguan sistem saraf sentral dan

neurologis berperan sebagai faktor yang memberi

kecendrungan pada sindrom ini. Penyebab ADHD bersifat

multifaktorial dan biasanya diklasifikasikan berdasarkan waktu

terjadi, yaitu prenatal, perinatal, dan postnatal.

Berdasarkan DSM-IV, ADHD dibedakan menjadi 3

subtipe, yaitu tipe inatentif, tipe hiperaktif-impulsif, dan tipe

kombinasi, yang memiliki kriteria-kriteria khusus. Anak

dengan ADHD biasanya menunjukkan gejala inatensi dan

mperhatian mudah dialihkan, impulsivitas, kelelahan motorik

dan hiperaktivitas, kesulitan merencanakan dan mengatur

tugas, serta labilitas emosi.

Diagnosis ADHD ditegakkan lebih berdasarkan

anamnesis dibandingkan dengan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan tambahan kurang dibutuhkan dan hanya

dikerjakan pada kondisi-kondisi tertentu. Pengobatan anak

dengan ADHD harus sesuai pada setiap individu, ditujukan

baik untuk karakteristik intrinsik lingkungan yang relevan.

Pendekatan tunggal terhadap penatalaksanaan ADHD tidak

pernah memberikan hasil yang memuaskan. Pengobatan

19

Page 21: ADHD

termasuk penanganan tingkah laku, pendidikan khusus,

pengobatan dengan medikamentosa, dan terapi tambahan.

Obat-obatan stimulan, seperti methylphenidate dan

dextroamphetamine menjadi obat pilihan lini pertama dalam

terapi farmakologis ADHD.

Sebanyak 30-60% anak dengan ADHD akan terus

memiliki gejala pada saat mereka dewasa, seperti inatensi,

disorganisasi, impulsifitas, labilitas emosi, gangguan proses

belajar dan gangguan pada fungsi eksekutif.

PERTANYAAN

20

Page 22: ADHD

1. Apakah terdapat kriteria diagnosis yang lain yang

harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis ADHD?

Gejala ADHD (baik inatensi maupun tipe

hiperaktif-impulsif) harus telah muncul

sebelum usia 7 tahun

Gejala harus muncul setidaknya pada dua

situasi (rumah, sekolah, atau tempat praktik

dokter)

Gejala dapat mengganggu fungsi akademik,

sosial, atau okupasional.

Gejala yang muncul tidak dapat didiagnosis

sebagai suatu gangguan mental, seperti

depresi, ansietas atau gangguan kepribadian. (5)

2. Apa sajakah faktor resiko yang dapat digunakan

untuk memprediksi perkembangan awal ADHD?

- Beberapa faktor resiko dapat digunakan untuk

memprediksi perkembangan awal ADHD (5), yaitu:

Riwayat keluarga yang menderita ADHD.

Perilaku ibu merokok atau minum alkohol

pada saat hamil.

Ibu yang menjadi pecandu kokain pada

kehamilan dan periode neonatal.

Status ekonomi-sosial yang rendah dan

tingkat pendidikan orang tua yang rendah.

21

Page 23: ADHD

Paparan timbal dan peningkatan kadar timbal

dalam darah pada usia bayi dan kanak-

kanak.

Perkembangan fungsi bicara, bahasa, dan

psikomotor yang terhambat.

3. Apakah terdapat tes sebagai penapisan ADHD?

Tes yang dapat dilakukan sebagai skrining ADHD,

diantaranya (1), yaitu:

Tes kewaspadaaan (misalnya, Children’s

Checking Task), dapat menilai kapasitas

anak untuk mempertahankan konsentrasi

pada waktu tertentu selama menjalankan

tugas yang monoton.

Impulsivitas dapat diukur dengan alat

(misalnya Continous Performance Test) yang

meliputi penundaan tugas pada anak untuk

menghamat respons pencapaian titik tertentu.

4. Apakah indikasi pemeriksaan EEG, CT-scan dan MRI

pada anak dengan ADHD?

Indikasi pemeriksaan EEG pada anak dengan ADHD (5) :

Adanya riwayat “daydreaming” atau adanya

episode kurangnya kesadaran yang sering.

22

Page 24: ADHD

Adanya riwayat epilepsi pada pasien atau

keluarga. EEG dilakukan sebagai prekursor

pengobatan dengan stimulan yang dapat

mencetuskan kejang pada pasien-pasien

tertentu.

ADHD dengan komplikasi keterlambatan

bahasa.

Indikasi MRI atau CT-scan pada anak dengan

ADHD (5) :

Adanya sakit kepala dengan gejal

peningkatan tekanan intrakranial atau

tanda-tanda kerusakan struktur otak.

Kejang dan EEG abnormal yang

menunjukkan adanya discharge

epileptifor fokal atau perlambatan fokal.

ADHD dengan komplikasi keterlambatan

bahasa dan kejang.

ADHD dan disabilitas belajar yang

berhubungan dengan neurocutaneus

syndrome (misalnya neurofibromatosis,

sindrom Sturge-Weber).

5. Berapakah dosis terapi farmakologis yang dapat

digunakan pada anak dengan ADHD?

Dosis obat-obatan yang biasa digunakan sebagai

terapi pada anak dengan ADHD (3) :

23

Page 25: ADHD

Metilfenidat memberikan efek terapeutik pada

75-80% dengan dosis 0,3-1,0 mg/kg.

Umumnya obat ini mempunyai pengaruh

selama 2-4 jam.Penelitian menunjukkan

bahwa dosis 0,3 mg/kg membantu

memperbaiki perhatian, sedangkan perbaikan

perilaku membutuhkan dosis 0,7 mg/kg.Obat

ini biasanya diberikan selama 2-3 minggu

untuk memberikan efek yang memadai.

Dekstroamfetamin memberikan efek

terapeutik pada 70-75% pasien, dengan dosis

optimal 0,2-0,5 mg/kg. Obat ini memiliki

waktu paruh yang lebih lama dibandingkan

dengan metilfenidat.

Magnesium pemolin efektif pada 65-70%

anak. Pengaruhnya berjalan lambat dan

memerlukan waktu 2-3 minggu untuk

mengevaluasi efektivitasnya. Dosis awal yang

diberikan adalah 18,75 mg dan ditingkatkan

sampai setengah tablet perminggu bila

diperlukan (dosis maksimal 112,5 mg/hari).

24