adat istiadat ziarah kubur dalam perspektif hukum … · 12.seluruh teman-teman di pondok pesantren...
TRANSCRIPT
ADAT ISTIADAT ZIARAH KUBUR DALAM PERSPEKTIFHUKUM ISLAM DI SENGKAE DESA KTB LEMO KEC,
CAMPALAGIAN
SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar
Sarjana Hukum(SH)pada Program Studi Ahwal SyakhshiyahFakultas Agama IslamUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :M.BADARUDDIN
NIM :105260017815
FAKULTAS AGAMA ISLAMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
vi
KATA PENGANTAR
رب العالمین أما بعدالحمد والصلاة والسلام على رسول
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang segala
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhana wa’ta’ala yang
dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada sang pembawah kebenaran yaitu, Nabi
Besar Muhammad Saw, skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada jurusan
Ahwal Syakhsiyyah di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis sendiri menyadari, bahwa tanpa adanya bantuan-bantuan
dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai, penulis skripsi ini tidak
lupa mengaturkan ucapan terimah kasih yang tidak terhingga terutama
kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. Dr. H.
Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M yang telah membero
kesempatan kepada penulis untuk menimba berbagai ilmu
pengetahuan terutama ilmu agama Islam dengan berbagai
fasilitas dan kemudahan di dalamnya.
2. Syekh Muhammad Ibn Thoyyib Khury yang telah memberikan
beasiswa kepada penulis dan memberikan bantuannya baik
berupa materi maupun non materi.
vii
3. Dekan fakultas Agama Islam UNISMUH Makassar Drs. H.
Mawardi Pewangi, M.pd.i yang telah memberikan kesempatan
dan nasehat-nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan studi
di FAI.
4. Ketua Prodi Ahwal Syakhsiyyah Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A
yang selama ini memberikan solusi atas masalah yang penulis
hadapi dan memberikan kemudahan.
5. Dr. Yusri M. Arsyad, Lc,.MA dan Dr. M. Ali Bakri, M,PD selaku
pembimbing I dan II dalam penyusunan skripsi ini yang juga
telah banyak membantu mengarahkan sekaligus membimbing
penulis guna kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan yang penulis tidak dapat sebutkan
satu persatu tapi penulis menyadari bahwa mereka sangat
banyak membantu dalam menjalani pendidikan di Unismuh
Makassar.
7. Terkhusus untuk bapak dan ibuku Muh. Ilyas.Darus dan Maawia
sebagai orang tua terhebat yang pernah penulis dapati berkat
do’a dan usaha keduanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan mereka adalah
penyemangat sekaligus motivator penulis.
8. Seluruh teman kelas di Ahwal Syaksiyyah yang selama ini selalu
memberikan semangat dan bantuan kepada penulis untuk tetap
bertahan dalam menimbah ilmu di Unismuh Makassar
viii
9. Seluruh ustadz-ustadz di pondok pesantren Hasan Yamani yang
sudah mengajari banyak hal pada penulis sebelum duduk di
bangku perkuliahan hingga sampai saat ini
10.Kakak-kakak sayayang sudah begitu banyak membantu dalam
hal materi dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini tepat pada wktunya
11.Adik saya yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada saya agar selalu kuat dalam situasi apapun sehingga
penulis bisa terus berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini
12.Seluruh teman-teman di pondok pesantren Hasan Yamani
terkhusus satu kelas penulis karna sudah menjadi teman yang
baik
13.Dzulfikar Syahid selaku teman seperjuangan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon agar
kiranya bantuan baik moril maupun non material yang diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan pahala dan ridho Allah Amin
Yaa Robbal Alamin.
Makassar, 5 Agustus 2019
Penulis
M.Badaruddin
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................iii
HALAMAN BERITA ACARA MUNAQOSYAH..........................................iv
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................v
KATA PENGANTAR..............................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................ix
ABSTRAK............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................9
C. Tujuan Penelitian.......................................................................10
D. Manfaat Penelitian....................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Adat Istiadat dan Urf.................................................................11
a. Adat istiadat.............................................................................11
b. Urf............................................................................................17
B. Ziarah Kubur..............................................................................21
x
C. Hukum Islam.............................................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..........................................................................32
B. Lokasi Penelitian........................................................................34
C. Sumber Data..............................................................................34
1. Data Primer..............................................................................34
2. Data Sekunder..........................................................................35
D. Metode Pengumpulan Data......................................................36
1. Observasi..................................................................................36
2. Wawancara..............................................................................36
3. Dokumentasi............................................................................36
E. Instrumen Penelitian.................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................38
1. Letak Geograpis Desa Katumbangan Lemo..............................38
2. Kondisi Masyarakat Desa Katumbangan Lemo........................39
3. Sarana dan Prasarana di Desa Katumbangan Lemo.................40
B. Adat Istiadat Ziarah Kubur di Sengkae Desa Katumbangan
Lemo.........................................................................................43
xi
C. Pandangan Islam Terhadap Adat Istidat Ziarah Kubur...........52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................58
B. Implikasi.................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................61
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
M. Badaruddin, Nim : 105260017815, ” Adat Istiadat Ziarah Kubur DalamPerspektif Hukum Islam di Sengkae Desa Katumbangan Lemo Ke.Campalagian Kab. Polewali Mandar (dibimbing oleh Dr. Muhammad YusriArsyad. LC,MA dan Dr. Muh Ali Bakri. M.PD).
Penelitian ini mengkaji tentang pandangan Islam terhadap Adat IstiadatZiarah Kubur Dalam Prespektif Hukum Islam di Sengkae DesaKatumbangan lemo Kecamatan Campalagian Desa Katumbangan Lemopenelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana PandanganMasyarakat Tentang Adat Istiadat ziarah Kubur di Sengkae DesaKatumbangan Lemo Kecamatan Campalagian Kabupaten PolewaliMandar. 2) Bagaimana Pandangan Islam Tentang Adat Istiadat ZiarahKubur di Sengkae Desa Katumbangan Lemo Kecamatan CampalagianKabupaten Polewali Mandar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sumber data Primer yaituhasil wawancara yang mendalam terhadap beberapa informan, adapunsasarannya adalah tokoh masyarakat setempat, toko adat dandokumentasi, kedua dengan data sekunder merupakan data pendukungdari data primer dengan memperoleh cara dokumen yang terkait ataubuku-buku yang terkait dengan penelitian.
Dari hasil penelitian ini maka dapat di simpulkan : 1) Adat istiadat ziarahkubur dilakukan setelah proses pernikahan dengan ritual-ritualmembersihkan kuburan dengan alat karna tdk diperbolehkan memakaitangan denga alasan bahwa hal itu diibaratkan mencabut rambut ataubulu si mayyit, membaca qur’an untuk si mayyit, berdoa’a, danmenyiramkan air dan bunga diatas kuburan. Ritual tersebut merupakansesautu yang sakral untuk dilakukan di kalangan masyarakat. 2) Islammemandang adat sebagai hal yang boleh dilakukan selama itu dalamkebaikan dan tidak melanggar syariat Islam sedangkan adat istiadatziarah kubur mengandung kebaikan karna mengingatkan pada kematianakan tetapi bertentangan dengan ajaran Islam karena mengharuskanziarah kubur setelah pernikahan Hal ini menjadi beban bagi masyarakatsehingga adat seperti ini tidak wajib untuk dilakukan.
Berdasarkan penelitian ini maka diharapkan pada pemerintah dan parada’i, juga tokoh agama agar menjaga adat istiadat ziarah kubur setelahpernikahan karna memiliki tujuan yang baik yaitu mengingat kematian,sekaligus mendakwakan/memberitahukan kepada masyarakat setempatbahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang wajib untuk dilakukan danmenyarankan pada masyarakat agar berhati-hati dengan niat saatberziarah ke kuburan mengingat sesuatu yang berhubungan dengankuburan sangat rantang terhadap kesyirikan.
1
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan menurut Prof.Dr Koencaraningrat salah
seorang ahli antropologi terkenal Indonesia adalah: ”Keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu1” Ibrahim Abbas menyatakan
bahwa kebudayaan design kehidupan manusia yang dipelajari dan
dibiasakan. Salah satu bagian kebudayaan adalah peradaban, yaitu
unsur-unsur kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesenian, ilmu
pengetahuan, sopan santun dan sistem pergaulan yang komplek2.
Kebudayaan juga diartikan sebagai suatu proses atau hasil cipta,
rasa dan karsa manusia dalam menjawab tantangan kehidupan yang
berasal dari alam sekelilingnya. Hasil pemikiran cipta rasa dan karsa
manusia merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat,
pada akhirnya pikiran dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus
menerus menjadi sebuah tradisi, sejalan dengan adanya penyebaran
agama.Tradisi yang ada di masyarakat dipengaruhi oleh ajaran agama
yang berkembang3.
1 Suwijo Bastomi,Seni dan Budaya Jawa, ( Semarang: IKIP Press, 1992) h. 92 Ibrahim Abbas,Pendekatan budaya Mandar, ( Apoang: 1999) h. 103A.Nunuk P.Murniati,Getar Gender (Magelang: Indonesia Tera, 2004 )h.,51
2
kebudayaan berkaitan dengan cara manusia hidup, adat istiadat
dan tata krama. Kebudayaan sendiri memiliki pengertian sebagai seluruh
cara hidup masyarakat atau seluruh aspek pemikiran dan prilaku manusia
yang diwarisi dari satu generasi ke generasi lain melalui proses
pembelajaran, Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan cenderung
berbeda antara budaya suatu negara dengan negara lainnya. Namun
perbedaan negara bukanlah satu-satunya alasan sehingga budaya itu
berbeda, Adapun alasan yang lain sehingga budaya itu berbeda yaitu
karna perbedaan suku dalam suatu negara dimana suatu suku memiliki
budaya masing-masing sehingga budaya pun menjadi beraneka ragam,
hal ini dapat diketahui dari banyaknya tulisan mengenai kebudayaan
beberapa suku bangsa tertentu, Sementara mengenai suku bangsa
tertentu lainnya masih sangat sedikit bahkan masih ada yang langka,
termasuk mengenai suku Mandar yang berdiam di Desa Katumbangan
Lemo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi
Barat.
Masyarakat di Sulawesi Barat atau lebih di kenal Masyarakat
Mandar merupakan salah satu suku yang masih mempertahankan budaya
dan adat istiadat di Indonesia. ”Pada dasarnya adat itu ialah aturan-aturan
yang tidak tertulis, Akan tetapi demi untuk kesejahteraan bersama, adat
itu dijunjung tinggi dan dipatuhi sebagaimana mestinya.”(Ibrahim Abbas).
Adat istiadat merupakan sesuatu yang sakral bagi masyarakat
menurut mereka bahwasanya adat istiadat yang sudah menjadi rutinitas
3
dilakukan oleh nenek moyangnya merupakan sesuatu yang harus tetap
dijaga dan tetap dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada demi
menghormati nenek moyang yang sudah lama meninggal dunia, dan yang
menjadi alasan bagi penerusnya agar adat istiadat tetap dijaga dan
dilestarikan adalah mereka mengajarkan pada generasinya bahwasanya
adat istiadat dilakukan agar terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan
atau sesuatu yang buruk, pemikiran seperti ini kemudian terus menerus
diajarkan pada generasi-generasi selanjutnya sehingga tertanam di benak
anak-anak mereka bahwa adat adalah sesuatu yang harus dijaga,
dihormati, dan dijunjung tinggi demi menghormati nenek moyang dan
melaksanakannnya bisa membuat kita terhindar dari mara bahaya seperti
yang dilakukan oleh pendahulunya.
Salah satu adat istiadat yang sudah menjadi warisan dari orang-
orang terdahulu yakni berziarah ke kuburan mereka tatkala mereka telah
meninggal dunia. Masyarakat mandar meyakini bahwa arwah nenek
moyang mereka bisa saja marah dan mendatangi mereka jika mereka
tidak menziarahi kuburnya dalam waktu yang lama hal ini memperkuat
dugaan mereka dengan bukti-bukti yang ada seperti adanya salah satu
keluarga yang kesurupan dan mengaku bahwa itu adalah arwah nenek
atau kerabat mereka yang telah meninggal yang sudah hampir dilupakan
karna tidak berziarah ke kuburan mereka atau mungkin dengan mimpi
bertemu kerabat yang sudah meninggal dan meminta agar kubur mereka
di ziarahi.
4
Peristiwa seperti ini sering terjadi dan penulis sendiri sudah pernah
menyaksikannya. salah satu dari sepupu saya pernah kesurupan dan
mengaku bahwa dia adalah arwah nenek saya yang telah meninggal
sehingga masyarakat awam yang kurang akan ilmu pengetahuan agama
tidak memeiliki cara lain selain percaya dan melakukan apa-apa yang
diminta oleh orang yang kesurupan misalnya meminta agar kubur mereka
diziarahi.
Ziarah kubur saat ini menjadi sesuatu yang sering dilakukan oleh
masyarakat mandar dan tanpa disadari ziarah kubur sudah menjadi salah
satu dari adat istiadat di mandar yang sudah memiliki waktu dan jadwal
tersendiri kapan untuk dilakukan. Ziarah kubur adalah sesuatu yang
diperbolehkan dalam agama Islam meskipun ada larangan sebelumnya
karna sangat rentang terjerumus dalam kemusyrikan namun akhirnya
diperbolehkan agar supaya kita ingat akan kematian sebagaimana dengan
sabda Nabi:
د بن عبید عن یزید ثنا محم ثنا أبو بكر بن أبى شیبة وزھیر بن حرب قالا حد حد
بى ببن كیسان عن أبى حازم -صلى الله علیھ وسلم-ن أعبى ھریرة قال زار الن
ھ فبكى وأبكى من حولھ فقال استأذنت ربى فى أن أستغفر لھا فلم یؤذن لى قبر أم
ر الموت ھا تذك ( رواه واستأذنتھ فى أن أزور قبرھا فأذن لى فزوروا القبور فإن
مسلم)
5
Artinya:Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua
berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin
Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia
berkata: Rasulullah SAW berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau
menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau.
Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk
memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan
melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya,
aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan
engkau akan kematian”4
Hadist diatas sangat jelas bahwa alasan diperbolehkannya kita
ziarah kubur adalah supaya kita ingat dengan kematian. Namun dizaman
sekarang hadist diatas hanya dijadikan dalil bagi masyarakat bahwa
ziarah kubur adalah sesuatu yang dibolehkan dalam agama Islam tanpa
memperhatikan lagi alasan dari diperbolehkannya yaitu untuk mengingat
kematian bahwa suatu saat kitapun akan mengalami hal yang sama,
sebagaimana firman Allah:
ار ما توفون أجوركم یوم القیامة فمن زحزح عن الن كل نفس ذآئقة الموت وإن
نیا إلا مت ة فقد فاز وما الحیاة الد )١٨٥:عمرانال(اع الغرور وأدخل الجن
4Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shohi Muslim,kitaabul janais, Bab isti’dzanun nabi Sollallahu Alaihi Wasallam Rabbahu Azzawajallah fii ZiaratiQurbri Ummihi, No Hadist 976 , Jilid 1, Cet Pertama, Pen darutoyyibah –Riyad 2006, Hal 433
6
Terjemahnya:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan (QS Ali imran(3) :1855
Dalam surah lain Allah berfirman :
)٣٩الزمر ( تونإنك ی ھم م ت وإن می
Terjemahnya:
Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati
(pula). (QS Az-zumar (39) :306
Adapun masyarakat di Mandar saat berziarah tidak lagi
sepenuhnya berpacu pada hadist dan dalil diatas mereka melakukan
ziarah kubur dengan ritual-ritual yang mungkin bertentangan dengan
ajaran Islam yang membuat mereka menyimpan terhadap agama, hal
tersebut terjadi karna adanya adat istiadat yang berlaku pada masyarakat
atau kemungkinan mereka memang memiliki niat yang lain saat berziarah
seperti meminta sebuah keberkahan dengan membawa sesajen ke
kuburan atau meminta tolong agar arwah nenek atau kerabatnya yang
sudah meninggal senantiasa menjaganya dari mara bahaya.
5Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan terjemahnya (bandung: sygma publishing,2010) h.74
6Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan terjemahnya (bandung: sygma publishing,2010)h .461
7
Ziarah kubur merupakan salah satu aktivitas yang banyak
dilakukan oleh masyarakat saat ini dan sudah dianggap sebagai aktivitas
yang lumrah di indonesia. Banyak masyarakat yang secara berbondong-
bondong mengunjungi atau berziarah kesuatu makam pada saat-saat atau
waktu tertentu misalnya di hari jum’at dan pada hari raya ummat islam
namun kita juga harus berhati-hati dalam hal ini karna meskipun itu
diperbolehkan namun tetap saja ziarah kubur tetaplah sesuatu yang bisa
membuat kita menyimpan dalam urusan agama tanpa kita sadari pada
saat kita melakukannya entah itu karna adat istiadat yang tidak sesuai dan
bertentangan dengan agama atau karna meman kita mengharapakan
keberkahan dari seorang ulama yang sudah meninggal atau meminta agar
senantiasa dilindungi oleh arwah keluarga kita yang sudah meninggal.
Adat istiadat merupakan sesuatu hal yang penting untuk dijaga
agar khas dari sebuah suku tetap ada akan tetapi jika adat istiadat
bertentangan dengan agama maka tidak ada alasan bagi kita untuk tetap
melakukannya dan menjaga untuk melestarikannya. Namun di zaman
sekarang ini banyak adat istiadat yang dilakukan masyarakat yang
hukumnya masih buram dalam pandangan Islam sehingga menjadi alasan
bagi masyarakat untuk tetap melakukannya seperti yang dilakukan
masyarakat di Polewali Mandar pada saat ziarah kubur.
Ziarah kubur setelah proses pernikahan di Mandar sudah menjadi
adat istiadat dimana ketika salah satu dari anggota keluarga telah
menikah maka para keluarga akan pergi berziarah ke kuburan jika ada
8
keluarga yang telah meninggal serta membawa keluarga baru yang baru
saja terikat karna pernikahan suami membawa istrinya ke makam
keluarganya untuk berziarah begitu juga dengan sebaliknya entah apa
tujuan dari adat istiadat tersebut ada yang mengatakan bahwa hal itu
semata-mata untuk menghormati keluarga yang sudah meninggal atau
mungkin memiliki tujuan lain seperti memberi tahu pada keluarga baru
yang terjalin karna pernikahan bahwa ini adalah kubur keluarganya tapi
pada kenyataannya bukan hanya itu saja yang menjadi alasan sehingga
mereka berziarah namun ada hal-hal laenyang menjadi alasan tersendiri.
Mereka seakan-akan memberi tahu kepada keluarga yang sudah
meninggal bahwa salah satu dari keluarganya telah menikah dan
sekarang suda memiliki keluarga baru, hal ini hanyalah pandangan yang
dilihat penulis melalui adat istiadat tersebut tak hanya itu mereka juga
melakukan beberapa hal atau sesuatu yang dibawa ketika hendak
berziarah seperti membawa cerek yang berisi air untuk disiram diatas
kuburan dengan alasan yang mereka sendiri tak tau tujuannya mereka
hanya mengikuti apa yang dilakukan pendahulu mereka, membawa alat-
alat yang dipakai untuk membersihkan kuburan menurut yang penulis
dengar dari salah satu dari mereka bahwa fungsinya adalah untuk
membersihkan kuburan dan tidak dibolehkan memakai tangan karna hal
tersebut bisa melukai si mayyit dengan mencabut rambutnya, sedangkan
kalau dengan alat digambarkan sebagai alat cukur dan tidak melukai si
mayyit, berdoa,a dan membaca alqur’an dengan alasan pahalanya
9
dikirimkan kepada si mayyit dan menabur bunga diatas kuburan lalu
berdo,a untuk si mayyit.
Hal-hal diatas adalah sesuatu yang secara tidak langsung
diwajibkan untuk dilaksanakan bagi keluarga yang sudah menikah karna
jika keluarga belum sempat berziarah sehari setelah pernikahan maka
mereka mencari hari yang lain, intinya mereka akan berziarah setelah ada
keluarga yang menikah sehingga hampir bisa dikatakan bahwa berziarah
ke kuburan setelah pernikahan merupakan sesuatu yang wajib dilakukan
bagi keluarga. Lantas bagaimana hukum ziarah kubur setelah pernikahan
serta adat istiadat diatas menurut hukum Islam?. Sedangkan alasan
diperbolehkannya ziarah kubur setelah diharamkannya adalah untuk
mengingat kematian sebagaimana dengan hadist nabi yang tertulis diatas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan dan identifikasi
masalah-masalah diatas maka rumusan permasalahan yang akan diteliti
sebagai berikut :
1. Bagaimana pandangan masyarakat tentang adat istiadat ziarah
kubur di Sengkae Desa Katumbangan Lemo Kecamatan
Campalagian Sulawesi Barat ?
2. Bagaimana hukum menurut pandangan Islam tentang adat istiadat
ziarah kubur di Sengkae Desa Katumbangan Lemo Kecamatan
Campalagian Sulawesi Barat ?
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian masalah diatas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang adat istiadat
ziarah kubur di Sengke Desa Katumbangan Lemo Kecamatan
Campalagian Sulawesi Barat
2. Untuk mengetahui pandangan Islam tentang adat istiadat ziarah
kubur di Sengkae Desa Katumbangan Lemo Kecamatan
Campalagian Sulawesi Barat
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini
adalah:
1. Hasil penelitian dapat memberi tambahan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dengan ilmu yang berkenaan denga
hukum menurut pandangan Islam tentang adat istiadatziarah kubur
dalam peSrpektif hukum islam setelah proses pernikahan.
2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para peneliti lainnya
dengan kajian yang sama.Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan informasi terkait tujuan harapan masyarakat berziarah ke
kuburan dengan adat istiadat.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Adat istiadat dan Urf
a. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun-
temurun dari generasi kegenerasai lain sebagai warisan sehingga kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.7 Adat juga bisa
dikatakan sebagai panduan hidup8 juga memiliki makna lain seperti aturan
yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dulu kala.9 Berdasarkan uraian
dari beberapa pandangan tentang adat tersebut, maka dapat dipahami
secara eksplisit bahwa adat memiliki tafsiran yang sangat luas, dan untuk
memperjelas definisi adat maka dapat diuraikan menjadi 2 sebagai
berikut:
Pertama, adat dalam arti sempit dapat diartikan sebagai
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara terus
menerus dan sistematis, serta koheren dengan akal dan budi
sebagaimana adat diciptakan berdasarkan pemikiran dan diaktualisasikan
melalui tindakan sehingga mengakar dalam benak dan sanubari
masyarakat.
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia8 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Kukum Sekuler: Studi Tentang Konflik dan Resolusi
dalam Sistem Hukum Indonesia,(Tangerang: Pustaka Alvabet,2008) h.369 Syamsul Hadi, Kata-Kata Arab dalamBahasa Indonesia, (Yogyakarta: UGM Press2008)
h. 223
12
Kedua, Adat secara luas dapat diartikan sebagai keseluruhan
aspek kehidupan sosial mulai dari hakikat penciptaan manusia hingga
kodrat sebagai makhluk sosial yang menimbulkan pola hidup terstruktur
dan etis yang disebut sebagai adat.10
Namun secara etimilogi, Dalam hal ini adat berasal dari bahasa
Arab yang berarti ”kebiasaan” Jadi secara etimologi adat dapat
didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang-ulang lalu
menjadi suatu kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka kebiasaan
itu menjadi adat. Adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan
terbentuk dan dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki
nilai dan dijunjung serta dipatuhi oleh masyarakat dan pendukungnya
Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memberi batasan adat
dalam ragam pengertian sebagai berikut :
a) Adat sebagai aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut
atau dilakukan sejak dahulu kala.
b) Adat sebagai kebiasaan, cara (kelakuan dan sebagainya) yang sudah
menjadi kebiasaan.
c) Adat sebagai cukai menurut peraturan yang berlaku(di pelabuhan).
d) Adat sebagai wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
budya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya
berkaitan menjadi satu sistem.11
10 M. Aris Munandar, Pohon Impian Masyarakat Hukum Adat: Dari Substansi MenujuKoherensi,(Ponorogo: C-Pertama, Uwais Inspirasi Indonesia 2019) h. 4-5
11Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta:2008) h.11
13
Adat istiadat merupakan salah satu dari bagian tradisi yang sudah
melibatkan kebudayaan masyarakat. Adat istiadat atau tradisi dalam
pengertian lain menyebutkan bahwa kebiasaan ini sebagai warisan atau
yang ada di dalam masyarakat.
Secara pengertian umum telah disebutkan bahwa adat istiadat
adalah hukum atau aturan yang terdapat dalam suatu masyarakat yang
didalamnya terdapat aturan-aturan kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial serta tingkah laku manusia didalam masyarakat tersebut. Namun
adat-istiadat bukan merupakan aturan hukum secara tertulis.
Hukum adat terbentuk melalui unsur pandangan keagamaan.
Agama memandang bahwa pemberian pengaruh peraturan dalam proses
terwujudnya hukum adat, Pada dasarnya bertentangan dengan teori yang
telah dikemukakan oleh ahli ilmu sosial bernama.
Adat istiadat adalah tradisi dan kebiasaan nenek moyang yang
hingga sekarang masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang
sebagai keanekaragaman budaya di Indonesia. Adat istiadat waktu
terjadinya selalu berulang kembali dalam jangka waktu terjadinya
peristiwa adat dapat berulang secara harian, mingguan,bulanan, tahunan
dan seterusnya.
Adat istiadat memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda
tergantung bagaimana sudut pandang dan pengertian seseorang ataupun
suatu suku dalam masyarakat mengartikannya, ada yang mengartikan
bahwasanya adat adalah aturan-aturan yang tidak tertulis. Akan tetapi
14
demi untuk kesejahteraan bersama, adat itu dijunjung tinggi dan dipatuhi
sebagaimana mestinya.
Untuk mengetahui dan memahami apa itu adat, dibawa ini penulis
kemukakan berbagai ungkapan adat yang diangkat Lontar Mandar
sebagai berikut;
a. Innamo siposanga adaq ?
Naiyya adaq anna panggaqang adaq siposangai tuqu Jari adaq di
tuqu napepuang disesena to Mandar. Ia uruqna adaq pitumbuangangi
:Mesami, parammata tattiwalunnai alang. Madaqduana, petawung
maroro tanniwassaqnai litaq matalluana bala tanniondongnginnai banua
maqappeqna, peppacuqnaito magassing. Malimanna, pettuqgalang
masseqnai to maranniq maqannana, pettuppuannai to maiqdi
mapitunna, pettuturundungannai paqbanua.
Terjemahan:
Apakah yang dimaksud dengan adat ?
Yang dimaksud dengan adat dan pemangku adat adat pada
hakekatnya sama. Jadi adatlah yang dihormati atau disapa dengan
puang oleh orang Mandar pola kekuatan adat (hukum) hukum
diasalkan dalam tujuh hal;
Pertama : permata yang bercahaya tak pudar oleh benturan alam
Kedua : pematang lurus tanpa pelurus diatas tanah
Ketiga : pagar daerah (negeri) yang tak boleh dilompati
Keempat : penjera (alat menjerakan oleh orang bijak)
kelima : tempat berpegang erat bagi rakyat
keenam : tempat bertumpu (berlindung) bagi orang banyak
15
ketujuh : tempat berlindung penduduk negeri.
b. Innamo napamarendeng adaq ?
Naua naqannana todiolo, ia adaq,tammaeloqpai di passosoq,
tattitonggappai di lembarna, takkeindo pai takkeama, takkeluluareq
pai,andiappa to dikalepaqna, andiang todisuliwanna, andiang
tomalinggaona, andiangtonatunainna, andiangtonaporioinna, andiag to
patonawireqna, tammappacung, tannipassa toi.
Terjemahan:
Apa yang menyebabkan sehingga adat bisa hidup berkelanjutan?
menurut ketetapan para leluhur dahulu, bahwa adat itu :
1) tidak tergiur sogokan
2) tidak berat sebelah (memihak)
3) tidak beribu, tidak berayah
4) tidak mempunyai saudara
5) tidak mempunyai sahabat (kawan) atau lawan
6) tidak ada yang dilindungi, juga tidak ada yang diluarnya
7) tidak mengenal orang yang berkedudukan tinggi, tidak orang
yang hina papa
8) tidak ada yang disukainya, tidak ada pula yang dibenci
9) tidak loba dan tidak pula dipaksa.
c. Naiya atammarendenganna adaq, appeq siturungan;Mesami,
napawereqi tau tannapepaqdisangngi talluna, napaolai tau tania
tangalalang maroro appeqna, nagereqi tau tania barona nagereq.
Terjemahan:
Yang memperlemah adat, ada empat hal :
16
Pertama :membaringkan orang tanpa tikar
Kedua :menidurkan orang tanpa diberi bantal
Ketiga :menyuruh orang berjalan diatas jalan yang tidak lurus
Keempat :menyembelih bukan pada lehernya (memperlakukan
orang bukan pada tempatnya)
d. Naiya gauq patuyu di wicaranna adaq, siola bicaranna saraq.Naiyya
bicaranna adaq anna saraq maroroi napakede pangile napasisaraq anu
mapia anna adae,Napasisallaingang toi patuyu anna pasala
Terjemahan :
Yang merupakan perbuatan yang baik menurut adat haruslah
disertakan hukum syarat (hukum agama).Ketentuan hukum adat dan
hukum agama ialah harus jujur disertai dengan pertimbangan yang
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dibedakan pula
hal-hal yang benar dan yang salah.
e. Naiya tannaeloqi panganggaang adaq :Mesami, tomamba makkaya
tania rurana, tania toqo kalowanna.Madaqduana, marrangngangi na
tania okkona. Matalluna, tomappeqondong pura loana. Mangappeqna,
tomarrowaqi petawung anna tomassoppo bassi
Terjemahan :
Yang tidak disukai pemangku adat :
Pertama :orang yang pergi menangkap ikan pada tambak atau
empang yang bukan miliknya
Kedua :berburu pada lokasi yang bukan miliknya
17
Ketiga :orang yang memungkiri janjinya
Keempat :orang yang merombak pematang menyandang besi.12
Ungkapan-ungkapan adat tersebut merupakan suatu sistim nilai
budaya yang besar dan mendalam maknanya. Sistim budaya ini berada
dalam arti gagasan pikiran, ilmu pengetahuan abstrak, dan terakmulasi
dalam pola pikir orang Mandar. Inilah yang menjadi kendali dari semua
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, dan ia juga menjaga ketat pada
kontinum dari budaya mereka.
Perubahan dan pergeseran nilai budaya selalu akan terjadi tanpa
disadari dan dirasakan sejalan dengan perkembangan dunia teknologi
modern dewasa ini. Akan tetapi budaya orang Mandar yang bertumpu
pada adaq, mampu berakumulasi secara harmonis dengan semua anasir
yang mempengaruhinya, termasuk pengaruh anasir islam. Keseluruhan
pengaruh itu memberi variasi yang baik.
b. Urf
Urf menurut Abdul Wahab Khalaf menyebutkan segala sesuatu
yang sudah dikenal oleh manusia karena telah menjadi kebiasaan atau
tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan, atau dalam kitannya
meninggalkan perbuatan tertentu, sekaligus disebut adat. Dengan kata
lain urf dan adat itu tidak ada perbedaan.13
Dalam kajian ushul fiqh, adat dan urf digunakan untuk menjelaskan
tentang kebisaan yang berkembang di masyarakat. kata urf secara
etimologi yaitu sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat.
12Ibrahim Abbas, Pendekatan budaya Mandar ( Apoang: 1999) h. 3213Sudirman, Fiqh Kontemforer, (Cet-1, Yogyakarta: Deepublish,2018) h. 275
18
Sementara adat adalah suatu perbuatan yang dikerjakan secara berulang
tanpa hubungan rasional.14
Sedangkan menurut yang dikemukakan Abu zahra mengenai
definisi dari urf adalah:
مورھمأما اعتاده الناس من معاملات واستقامت علیھم
”Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan manusia dalam pergaulannya
dan sudah mantap dan melekat dalam urusan-urusan mereka”.15
1. Pembagian urf
Urf dapat dibagi atas beberapa bagian. Ditinjau dari segi sifatnya,
urf terbagi kepada urf Qaulidan urf Amal:
a. Urf qauli
Ialah urf yang berupa perkataan seperti kata walad (ولد). Menurut
bahasa, walad berarti anak, termasuk di dalamnya anak laki-laki dan
perempuan. Namun dalam kebiasaan sehari-hari bisa diartikan
dengan anak laki-laki saja
b. Urf amali
Ialahurf yang berupa perbuatan. Contohnya seperti jual beli dalam
masyarakat tanpa mengucapakan shigat atau ijab qabul. Padahal
menurut syara, ijab kabul merupakan salah satu dari rukun jual beli.
14 Moh. Mufid, Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer:dari Teori keAplikasi,(Jakarta: Edisi-2 Kencana, 2018) h. 151
15Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Cet-1, Kencana, 2017) h. 99
19
Tetapi dikarenakan telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat dan
tidak terjadi hal-hal yang negatif, maka syara’ membolehkannya.16
2. Urf dari segi ruang lingkupnya terbagi dua :
a). Urf umum
ialah kebiasaan yang telah umum berlaku dimana-mana hampir di
seluruh penjuru dunia tanpa memandang negara, bangsa, dan
agama. Contohnya, menganggukkan kepala pertanda setuju dan
menggelengkan kepala pertanda menolak. Jika ada orang melakukan
kebalikan dari itu, maka orang itu dianggap aneh dan ganjil. Contoh
lain mengibarkan bendera setengah tiang menandakan duka cita
adanya kematian orang dianggap terhormat.
b). Urf Khusus
ialah kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang di tempat
tertentu atau pada waktu tertentu dan tidak berlaku di sembarang
waktu dan tempat. Perumpamaan adat menarik garis keturunan
melalui garis ibu atau perempuan (matrilineal) di Minang Kabau dan
melalui bapak (patrilineal) di kalangan suku Batak. Orang Sunda
menggunakan kata paman hanya untuk adik dari ayah tidak
digunakan kata paman itu untuk kakak dari ayah. Adapun orang Jawa
menggunakan kata paman itu untuk dan untuk kakak dari ayah. Bagi
masyarakat tertentu penggunaan kata budak dianggap menghina.
16Sudirman, Fiqh Kontemforer, (Cet-1, Yogyakarta: Deepublish,2018) h,275
20
Karena kata itu, berarti hamba sahaya. Namun bagi masyarakat
lainnya kata budak biasa digunakan untuk anak-anak.
3. Dilihat dari Kualitasnya :
a. Urf sahih
ialah kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang, diterima oleh
orang banyak, tidak bertentangan dengan norma agama, sopan
santun, dan budaya yang luhur. Contohnya, memberi hadiah kepada
orang tua dan kenalan dekat dlam waktu-waktu tertentu, mengdakan
acara halal bi halal pada hari raya, memberi hadiah sebagai
penghargaan atau prestasi.
b. Urf fasid
ialah adat atau kebisaan yang berlaku di suatu tempat namun
bertentangan dengan agama, undang-undang negara dan sopan
santun, Contohnya berjudi untuk merayakan suatu peristiwa, main
kartu pada malam hari pesta pernikahan, minum-minuman keras pada
hari ulang tahun, hidup bersama tanpa nikah, dan sebagainya.
4. Kehujahan Urf
Urf yang sahih dapat dijadikan sumber pembentukan hukum. Bagi
seorang mujtahid harus menggunakannya pada waktu menetapkan
hukum. Seorang hakim pun harus menggunakan adat ketika ia akan
mengadili. Maka Islam telah melestarikan urf bangsa Arab yang sahih
dalam perkawinan anatara calon suami dan istri. Oleh karena itu para
ulama fiqh mengatakan bahwa adat adalah syariat yang di kukuhkan
21
sebagai hukum. Imam malik mendasarkan sebagian hukumnya kepada
amal perbuatan penduduk Madinah. Imam syafi’i ketika berada di Mesir
mengubah sebagian hukum yang telah di tetapkannya ketika beliau di
Baghdad. Hal ini dikarenakan adanya urf yang berbeda.17
Qaedah ushul mengatakan :
العادة محكمة” Adat kebiasaan bisa dijadikan hukum” 18
Adat bisa dijadikan hukum selama tdk ada dalil yang memalingkan
dari hukum bolehnya, Qaedah ushul mengatakan :
والأصل في عاداتنا الإباحة حتى یجيء صارف الإباحة
“Hukum asal adat kita adalah boleh selama tidak ada dalil yang
memalingkan dari hukum bolehnya.“19
B. Ziarah Kubur
Ziara kubur adalah mengunjungi makam keluarga, kerabat,
ataupun makam para ulama yang telah berjasa bagi perkembangan
agama Islam. Ziarah kubur merupakan hal yang disyariatkan dalam
agama Islam dengan tujuan agar orang yang melakukannya dapat
17Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Cet-1, Kencana, 2017) h. 100-10118Muhammad Shidqi bin Ahmad, Muhammad alburnuu Abi Harist al-Gozzi, Al-Wajiz Fi
Idhohi Qowaid Al-Fiqh Al-Kulliyah, ( Cet-5, Beirut : Al-Risalah, 2002) h. 2619Abdurrahman Bin Nashir As-sa’di, Risalah Fii Qowai’id Al Fiqhiyyah (Cet-1, Dar At-
Tadmuriyyah, 1432 H) h. 196
22
mengambil pelajaran dengannya dan dapat mengingat akhirat.20Sebagian
orang mendefinisikan atau mengartikan ziarah itu berkunjung ke tempat
religius. Ada pula yang beranggapan ziarah adalah berdo,a di suatu
tempat yang jauh, pengertian sebagian besar orang menganggap
berziarah adalah pergi menjauhi keramaian untuk berdo,a.21
Menurut Muhammad Sholikhin dalam bukunya bahwa makna dan
hakekat ziarah kubur secara umum berarti menengok, yakni kunjungan ke
kubur untuk memintakan ampun bagi si mayyit,22 Sedangkan hukumnya
sunnah bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita, jika dikhawatirkan
mentalnya tidak kuat, memecahkan tangis, lemah hati, susah dan
berkeluh kesah maka hukumnya makruh. Jika sampai berlebihan, hingga
meratap, hukumnya haram.
Melakukan amalan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah itu
adalah bagian penting dari aktivitas seorang muslim. Termasuk ziarah
kubur, dimana dalam hal ini terdapat spekulasi dan perbedaan pendapat
akan boleh dan tidaknya pelaksanaan ziarah kubur itu dilakukan. Tentu
sebagai pencerahan dari tentang hukum ziarah tersebut bagi keumuman
umat Islam atau orang awwam itu sangat di butuhkan. Karena selain
sudah menjadi anjuran dan perintah, amalan seperti ziarah kubur ini
memang memiliki pengertian dan prinsip serta dalil yang menunjukkan
hukumnya tersebut.
20Mutmainah Afra Rabbani, Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita (Jakarta: Lembar LangitIndonesia,2014) h. 9
21Maria Fransiska Merinda,Europa Pilgrim Trip (Jakarta : PT Elex MediaKomputindo,2017) h. 1
22Muhammad Sholikhin,Ritual dan Tradisi Islam Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2010) h. 387
23
Ziarah kubur merupakan sesuatu yang sempat dilarang oleh
Rasulullah dengan alasan bahwa pada saat itu ummat Islam baru saja
meninggalkan meninggalkan penyembahan berhala dan aqidah ummat
Islam pada saat itu belum terlalu terlalu kokoh, sehingga Rasulullah
khawatir jika ziarah kubur diperbolehkan para sahabat akan kembali
mengikuti budaya jahiliyhanya yang suka memuja kuburan, akan tetapi
setelah Rasulullah melihat aqidah dan pengetahuan para sahabatnya
tentang Islam sudah mulai kuat Raulullah akhirnya memperbolehkan para
sahabatnya untuk berziarah ke kuburan dengan alasan mengingat
kematian, sebagaimana sabdanya:
د بن عبید عن یزید ثنا محم ثنا أبو بكر بن أبى شیبة وزھیر بن حرب قالا حد حد
بى بعن أبى حازم بن كیسان -صلى الله علیھ وسلم-ن أعبى ھریرة قال زار الن
ھ فبكى وأبكى من حولھ فقال استأذنت ربى فى أن أستغفر لھا فلم یؤذن لى قبر أم
ر الموت واستأذنتھ فى أن أزور قبرھا ف ھا تذك ( رواه أذن لى فزوروا القبور فإن
مسلم)
Artinya:
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua
berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari
Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari
Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW berziarah kepada
makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah
24
orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta
izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku,
namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta
izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-
kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”23
Ada dua fungsi dan tujuan dari ziarah kubur yaitu:
Pertama: mengingat kematian, anjuran agar selalu mengingat
kematian bukan hanya disaat sedang berziarah saja, akan tetapi disetiap
saat dan disetiap waktu dianjurkan untuk selalu ingat bahwa cepat atau
lambat makhluk yang hidup pasti akan mati. Dengan berziarah ke kuburan
tentu hal tersebut seharusnya memberikan kesadaran bahwa manusia
nantinya juga akan dikubur seperti halnya para pendahulu yang saat ini
sedang dikubur.
Kedua: mendoakan ahli kubur, pada saat berziarah tentunya
diperbolehkan untuk mendoakan ahli kubur. Akan tetapi perlu diingat
mendoakan bukan meminta do,a kepada ahli kubur. Sebab barang siapa
meminta kepada selain Allah SWT, maka perbuatan tersebut merupakan
kesyirikan.24
Ziarah kubur sendiri memiliki beberapa macam bentuk mdalam
pandangan Islam, adapaun macam-macam bentuk ziarah kubur adalah:
23Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, ShohiMuslim,kitaabul janais, Bab isti’dzanun nabi Sollallahu Alaihi Wasallam Rabbahu Azzawajallah fiiZiarati Qurbri Ummihi, No Hadist 976 , Jilid 1, Cet Pertama, Pen darutoyyibah –Riyad 2006,h.433
24Mutmainah Afra Rabbani, Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita (Jakarta: Lembar LangitIndonesia,2014) h. 12-13
25
1) Ziarah yang berdasarkan syari’at. Maksudnya adalah sebagai
berikut:
a) Mengucapkan salam kepada kepada orang-orang yang telah
meninggal dunia, mendo’akan mereka dan memohonkan
rahmat atas mereka, karena amalan-amalan mereka telah
terputus.
b) Mengingat kematian dan akhirat dapat melembutkan hati.
c) Menghidupkan sunnah Nabi Saw, karena beliau melakukan
ziarah kubur dan memerintahkan untuk melakukannya.
2) Ziarah yang merupakan perbuatan bid’ah dan kemusyrikan. Ziarah
seperti ini ada tiga macam yaitu:
a) Orang yang meminta kepada orang yang telah meninggal
agar hajatnya terpenuhi. Mereka ini termasuk golongan para
penyembah berhala dan mereka keluar dari agama Islam.
b) Orang yang meminta kepada Allah dengan orang yang telah
meninggal, seperti orang yang berkata.”aku bertawassul
kepada-Mu dengan perantaraan hak syaikh fulan.”
Perbuatan ini termasuk bid’ah yang diada-adakan dalam
Islam, namun ia tidak sampai ke tingkat syirik besar.
Perbuatan ini tidak sampai menyebabkan pelakunya keluar
dari agama Islam, sebagaimana yang pertama.
c) Orang yang beranggapan bahwa berdo,a di sisi kubur itu
mustajab, atau hal itu lebih utama daripada berdo,a di dalam
26
masjid. Perbuatan ini termasuk kemungkaran berdasarkan
ijma.25
Jika kita merajuk kepada dalil tentang boleh atau tidaknya ziarah
kubur maka kita akan tau bahwasanya, ziarah kubur adalah suatu aktifitas
yang sempat dilarang untuk dilakukan karna sangat rentang terhadap
kesyirikan hingga akhirnya ada dalil tentang membolehkan untuk
melakukannya. Dalam sebuah buku karangan ust abd somad dituliskan
tentang seseorang yang bertanya padanya mengenai ziarah kubur pada
hari raya, pertanyaannya:”Banyak kaum muslim yang antusias melakukan
ziarah kubur setelah sholat ied, sejauh mana kebenaran perbuatan ini
menurut syariat Islam”?
Jawab: Pada awalnya Rasulullah Saw melarang ziarah kubur untuk
memutus tradisi jahiliah berbangga-bangga dengan ziarah kubur serta
menyebut peninggalan nenek moyang, itu yang disebutkan Allah Swt
dalam firman-Nya:
ى زرتم المقابر ألھ كاثر حت )١٠٢:(التكاثرىكم الت
Terjemahnya:
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk
ke dalam kubur (QS At-takasur(102) :1-226
25 Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani,Said A. Wqahthani, Ensiklopedi Shalat Jilid3,(Jakarta: Niaga Swadaya,2006), h. 551
26Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan terjemahnya (bandung: sygma publishing,2010) h.600
27
Kaum muslimin telah Ijma, tentang anjuran ziarah kubur, wajib
menurut mazhab zhahiriah, hanya mereka menyatakan bahwa ziarah
khusus bagi laki-laki, bukan untuk perempuan. Ketika Rsulullah Saw
melihat bahwa perempuan pergi ziarah itu mengandung hal-hal tidak baik,
maka Rasulullah Saw melarang mereka ziarah kubur, izin ziarah kubur
bagi laki-laki tetap berlaku.27
C.HUKUM ISLAM
Hukum berasal dari bahasa Arab yaitu huk’mun yang artinya
menetapkan. Arti semacam ini terbilang mirip dengan pengertian hukum
yang dikembangkan oleh kajian dalam teori hukum, ilmu hukum dan
sebahagian studi-studi sosial mengenai hukum. Misalnya hukum diartikan
sebagai norma yang menetapakan petunjuk tingkah laku. Hukum
menetapkan tigkah laku mana yang dibolehkan, dilarang atau disuruh
untuk dilakukan.28 Pengertian dan definisi mengenai hukum berjumlah
ratusan. Menurut ajaran yang lazim disampaikan, perbedaan ini
disebabkan oleh penggunaan sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam
bahasa yang lain sudut pandang tersebut bisa juga diartikan sebagai
faham atau aliran berfikir(mazhab). Setiap ketentuan hukum berfungsi
mencapai tata tertib antar hubungan manusia dalam kehidupan sosial.29
27Abdul Somad,30 Fatwa Seputar Ramadhan (Pekanbaru: Bukupedia, 2011) h. 7028Adul Rahman Saleh, Iur Adnan Buyung Nasution,Stewart Fenwick,Panduan Bantuan
Hukum di Indonesia(Cet-1, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2009) h. 229 Muhammad Sadi Is, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Kencana, 2017) h. 3-4
28
Dalam agama Islam ada dua istilah yang biasanya diterjemahkan
menjadi hukum Islam, yaitu syari,ah (syara’) dan fiqh. Kedua pengertian
itu sering dikacaukan pemakainnya, kadang-kadang sebagai suatu hal
yang berbeda dan kadang-kadang sebagai sinonim. Apalagi kalau yang
dipakai satu kata terjemahan seperti hukum Islam. Bahkan kekacauan
pengertian antara syariat dengan fiqh menimbulkan konflik-konflik hukum
dalam masyarakat. Ada yang memakai kata syariat sebagai sinonim dari
kata ”din” dan ”millat”. Ada pula yang membedakan syariat dengan fiqh.
Menurut pendapat terakhir ini, syariat adalah hukum-hukum yang telah
jelas nash-nya, atau qath’i, sedangkan fiqh adalah hukum-hukum yang
zhanni yang dapat dimasuki pemikiran manusia (ijtihad).30
Hukum syariat adalah hukum-hukum yang telah jelas nash-nya
yang bisa juga di sebut juga sebagai hukum langit, sedangkan hukum
selain hukum syariat disebut hukum wadh,i yaitu undang-undang yang
dipilih oleh umat sebagai pedoman, untuk mengurus hal-hal yang
berhubungan dengan individu dan mengatur mengatur kehidupan secara
universal. Hanya saja hukum ini dirasakan terbatas cakupannya dalam
kebutuhan masyarakat. Hal ini tentu saja terjadi, karena hukum tersebut
merupakan hukum buatan manusia, meskipun memiliki pengetahuan
tinggi, tetap saja manusia memiliki keterbatasan dan tidak mengetahui
sesuatu yang ghoib.
30Busthanul Arifin,Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia( Jakarta: Gema Insani, 1996)h. 40
29
Dan untuk mengetahui perbedaan antara hukum samawi dan
hukum wadh,i dapat dipandang dari berbagai segi, diantaranya:
1. Hukum samawi bertujuan untuk membentuk seseorang seperti
berakhlaq baik. Di dalamnya terdapat cara mendidik kesucian hati,
ketinggian jiwa, ketanggapan perasaan, menyebarluaskan
kewajiban, memperhatikan kuatnya hubungan di antara seseorang
dan saudaranya dan dengan pencipta secara sempurna. Hukum
wadh,i tidak demikian.
2. Hukum samawi itu positif dan negatif, dalam artian bahwa di
dalamnya terdapat perintah yang menghendaki kebaikan melalui
janji yang baik. Mencegah kemungkaran dan menjauhi larangan
yang keras. Semua itu dimaksudkan untuk menarik kemaslahatan
dan menolak kerusakan sebagai tujuan utama. Hukum wadh,i tidak
demikian.
3. Hukum samawi merupakan hukum yang dianut, mengerjakannya
merupakan kekuatan yang diberi pahala dan menyalahinya
merupakan maksiat yang diberi siksa. Hukum wadh,i lebih
merupakan konsekuensi duniawi.
4. Hukum samawi memperhitungkan amal perbuatan lahir, batin dan
yang akan datang, yang merupakan wasilah pada yang lain.
Berbeda dengan hukum wadh,i yang tidak memperhitungkan hal
tersebut.
30
5. Hukum samawi merupakan ciptaan Allah SWT, meliputi semua
perbuatan hamba-Nya, baik yang tampak maupun yang
tersembunyi. Abadi dan memenuhi apa yang mereka maksud dari
segi kemaslahatan yang Allah SWT ajarkan pada mereka, hingga
waktu yang ditentukan untuk hukum itu. Hukum wadh,i tidak
demikian.
6. Terkadang hukum wadh,i membolehkan apa yang diharamkan
pada hukum samawi. Sebagaimana juga melarang yang dibolehkan
atau yang di wajibkan oleh hukum samawi.31
Islam secara garis besar mengenal dua macam sumber hukum,
pertama sumber hukum yang bersifat ”naqliy” dan sumber hukum yang
bersifat ”aqliy”. Sumber hukum naqliy ialah Al-Qur’an dan As sunnah,
sedangkan sumber hukum aqliy ialah hasil usaha menemukan hukum
dengan mengutamakan olah fikir dengan beragam metodenya.
Kandungan hukum dalam dalam Al-Qur’an dan hadist kadang kala bersifat
prinsipiil yang general sehingga perlu interpretasi untuk penerapannya. Al-
Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber ilmu syariah, dengan bantuan
ulumu al-qur’an dan ulum al-hadis, meliputi tiga hukum: Pertama, hukum
yang menyangkut keyakinan orang dewasa (mukalaf). Kedua, hukum
etika (akhlaq) yang mengatur bagaimana seseorang berbuat kebaikan dan
meninggalkan kejelekan. Ketiga, hukum-hukum praktis (amaliyah) yang
31Fauzi,Sejarah Hukum Islam (Jakarta: Prenada Media,2018) h, 6
31
mengatur perbuatan, ucapan,perikatan, dan berbagai tindakan hukum
seseorang.32
32Abd Shomad,Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia(Jakarta: Kencana,2017) h, 2
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian adalah upaya manusia untuk menemukan pengetahuan
baru, menciptakan pengetahuan atau produk baru, atau memecahkan
atau mencari solusi dari suatu permasalahan ilmiah atau sehari-hari.
Upaya penelitian tersebut perlu dilakukan secara logis/rasional dan
sitematik sehingga informasi dan pengetahuan baru yang bermanfaat
dapat diperoleh.33 Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
penuh perhatian, sepenuh hatidan segenap daya upaya serta dilakukan
dengan semangat unggul bukan dengan semangat minimalis. Pada
dasarnya, manusia adalah makhluk hidup yang ingin tahu akan sesuatu
yang belum di ketahuinya, baik tentang gejala alami ataupun tentang
penyelesaian yang tepat tentang suatu permasalahan dan cara-cara
mengatasinya.
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan pencarian
kebenaran dari ilmu pengetahuan.suatu penelitian diawali karena adanya
keraguan atau keingin tahuan dari seorang peneliti terhadap suatu
masalah yang ada atau yang dialami. Pada umumnya permasalahan
adalah kesenjangan antara yang seharusnya dengan senyatanya, antara
33Kris H. Timotius, Pengantar Metodologi Penetian ( Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017) h.2
33
cita-cita (idea) hukum dengan senyatanya, antara teori dengan
pelaksanaannya.34 Oleh karena itu penelitian merupakan suatu sarana
pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis dan konsisten, maka melalui proses penelitian tersebut perlu
diadakan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan
dan diolah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan menggambarkan secara sifat-sifat suatu individu, keadaan
gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu
gejala ataus untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu
gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.35 Penelitian ini merupakan
penelitian dengan spesifikasi penelitian secara deskriptif, yaitu
dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang keadaan
atau gejala-gejala lainnya.36 Karena penelitian ini diharapakan mampu
memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai
segala hal yang behubungan dengan hak asuh anak dan kepentingannya
bagi para pihak.
Pemaparan secara kualitatif dimaksudkan agar dapat
menggambarkan lebih jelas realitas di masyarakat yang terjadi pada hasil
34 Aminuddin dan Zinal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Cet. III; Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h. 34
35Aminuddin dan Zinal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Cet. III; Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h.25
36Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat (Jakarta: Rajawali Press, 1990), h.10
34
putusan pengadilan mengenai hak asuh anak akibat terjadinya perceraian
diantara orang tua.
B. Lokasi Penelitian
Adapun daerah yang menjadi Tempat penelitian adalah Desa
Katumbangan Lemo, Kec. Campalagian, Kab. Polewali Mandar.
Dimana adat istiadat masih sangat dilestarikan dan dijaga di daerah ini
dan sangat kental di banding daerah lainnya yang ada di Polewali
Mandar.
C. Sumber Data
Pada penelitian kualitatif ini, sumber datanya hasil wawancara
observasi, dokumentasi disebut sumber data primer, kedua sumber data
sekunder yaitu data-data yang telah tersedia seperti dokumen-dokumen
yang telah ada di kantor Desa Katumbangan Lemo.
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diambil dari penelitian
lapangan yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
dengan narasumber atau informan. Data primer yang diperoleh dari
penelitian makna dari adat Mandar di SengkaeDesa Katumbangan Lemo
tentang adat istiadat ziarah kubur. Berziarah ke kuburan setelah
pernikahan serta membawa sesuatu ke kuburan saat berziarah seperti
bunga untuk ditaburi diatas kuburan, air untuk disiramkan diatas kuburan,
alat-alat yang bisa dipakai untuk membersihkan kuburan, membaca al-
qur’an dan mendoakan kebaikan bagi si mayyit agar mendapat
35
pengampunan sudah menjadi adat bagi masyarakat Sengkae.
Narasumber dalam penelitian ini yaitu masyarakat dan tokoh Adat di
Sengkae Desa Katumbangan Lemo Kecamatan Campalagian Kabupaten
Polewali Mandar.
Tabel 1
wawancara
No Nama Keterangan
1Syamsul Bahri, S.Th.I Toko Masyarakat
2Muh. Salim, S.pd. M.pd Toko Masyarakat
3Muhammad Muliyawi Toko Masyarakat
4Hj Hatimas Toko Adat
5Sitti Toko adat
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yaitu,
data-data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen, maupun referensi
yang terkait dan relevan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini
terdapat perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang terkait dalam
penelitian ini.
36
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat serta menganalisa secara sistematis
terhadap gejala/penomena/objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat Mandar di Sengkae
Desa Katumbangan Lemo. Pengamatan dilakukan dengan cara observasi
partisipan dengan menggunakan alat bantu seperti alat tulis menulis dan
sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antar periset (seseorang yang
berharap mendapatkan informan) dan informan (seseorang yang
diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek).
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data untuk
mendapatkan keterangan lisan melalui tanya jawab dan perhadapan
langsung dengan orang yang dapat memberikan keterangan teknik ini
memberikan data sekunder dan data primer yang akan mendukung
penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan
analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data yang menunjang
analisis dalam penelitian.
37
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah
kualitatif, maka instrumen penelitian adalah penelitian sendiri. Alat bantu
yang digunakan adalah polpen, buku catatan, Hp untuk rekaman suara
pada saat wawancara, dan foto.
Wujud data penelitian kualitatif adalah kata-kata, gambar, dan
angka yang tidak dihasilkan melalui pengolahan statistik. Data yang
deskriptif ini dihasilkan dari transkrif (hasil) wawancara, catatan lapangan
melalui pengamatan, foto-foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi yang
lain. Data yang banyak ini dirajut, diulas satu persatu, dianalisis secara
rinci sehingga diperoleh laporan komprehensif. Untuk melakukan hal ini,
analisis dapat dilakukan dengan interogasi, dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang esensi terkait dengan permasalahan yang diteliti.37
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti hanya menggunakan kamera,
alat perekam suara, dan dokumen pribadi (memo) sebagai instrumen
penelitian dalam melakukan wawancara dengan responden masyarakat di
Desa Katumbangan Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
Mandar.
37Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h.35
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Letak Geografis Desa Katumbangan Lemo
Keadaan geografis Desa Katumbangan Lemo merupakan salah
satu desa yang ada di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
Mandar sudah ada sejak lama. Jarak Desa Katumbangan Lemo Dusun
Sengkae ke Kecamatan sekitar 7 km dengan waktu tempuh20 menit, jarak
ke ibukota propinsi sejauh 29 dengan waktu tempuh kurang lebih satu
jam, sedangkan jarak tempuh dari Desa Katumbangan dusun Sengkae ke
Desa tetangga adalah Panyampa 5 menit dengan jarak 3,5 km, Buku 7
menit dengan jarak 4,2 km, Katumbangan 0,9 menit dengan jarak 1,5 km,
Rumpa 3 menit dengan jarak 2,7 km.Secara administratif, Desa
Katumbangan Lemo terbagi atas 7 Dusun diantaranya adalah Dusun
Sengkae, Dusun Lemo 1, Dusun Lemo 2, Dusun Katumbangan, Dusun
Palludai, Dusun Ancole dan Dusun Galung.
- Sebelah Utara: Desa Rumpa Kecamatan Mapilli
- Sebelah Selatan: Desa Panyampa Kecamatan Campalagian
- Sebelah Timur: Desa Buku Kecamatan Mapilli
- Sebelah Barat: Desa Katumbangan Kecamatan Campalagian.
Desa Katumbangan Lemo Dusun Sengkae memiliki luas 4,25 km
persegi, Keadaan topografi wilayah pada umumnya datar dengan
39
ketinggian kurang lebih 30 meter dari permukaan laut. Secara fisik wilayah
Desa Katumbangan Lemo terbagi atas 4 bagian yaitu: (1) pemukiman (2)
perkebunan (3) persawahan (4) kolam ikan.
2. Kondisi Masyarakat Desa Katumbangan Lemo
Desa Katumbangan Lemo Dusun Sengkae merupakan desa yang
mayoritas penduduk berada di usia produktif, penduduk Desa
Katumbangan lebih didominasi oleh kaum perempuan. Agar lebih
detailnya maka dapat dideskripsikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2
Jumlah penduduk
No Rincian Jumlah
1 Laki-laki 1638
2 Perempuan 1748
3 Kepala Keluarga (KK) 928
Sumber Data : Kantor Desa Katumbangan Lemo
Mayoritas penduduk Desa Katumbangan Lemo bermata
pencaharian sebagai petani sebesar 50% dari jumlah dimaksud
merupakan pemilik lahan pertanian dan juga buruh tani penggarap lahan
pertanian orang lain. Sedangkan untuk yang bermata pencaharian di
40
sektor non pertanian terdiri dari pedagang 20%, sedangkan untuk yang
bermata pencaharian pada lapangan kerja sebanayak 15% dan yang
bermata pencaharian sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS)2% adapun 13%
yang tersisa terhitung belum memiliki pekerjaan atau pengannguran.
Hal ini disebabkan karna kebanyakan dari mereka tidak memeliki
lahan untuk bertani ataupun tidak memiliki modal untuk berdagang dan
faktor lainnya karna kebanyakan dari mereka merupakan kelompok usia
sekolah, masyarakat desa Katumbangan Lemo lebih memilih untuk
mencari nafkah buat kehidupan mereka ketimbang untuk melanjutkan
pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat
pendididkan sangat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah membuat mereka lebih
senang bekerja daripada melanjutkan pendidikan, dan masih ada
beberapa anggapan lain bahwa anak yang sudah cukup dewasa lebih
baik bekerja dari pada melanjutkan pendidikan, di samping itu kurangnya
sarana dan prasarana membuat masyarakat tidak antusias dalam
melanjutkan pendidikan.
3. Sarana dan Prasarana di Desa Katumbangan Lemo
Keadaan sarana dan prasarana di desa Katumbangan Lemo pada
sektor pendidikan.
41
Tabel 3
Sarana dan prasarana
No Pendidikan Jumlah Murid Guru
1 TK 3 101 jiwa 8 jiwa
2 KelompokBermain 1 27 jiwa 3 jiwa
3 MI 1 102 jiwa 15 jiwa
4 SD 2 577 jiwa 49 jiwa
5 SMP 1 1024 jiwa 24 jiwa
6 MTS 1 8079 jiwa 20 jiwa
Sumber Data : Kantor Desa Katumbangan Lemo
Gambaran tabel diatas menunjukkan bahwasanya sarana di Desa
Katumbangan Lemo dalam hal pendidikan kurang mendukung untuk
menunjang mutu dan kualitas pendidikan masyarakat karna sekolah
dengan pendidikan tertinggi hanya sampai pada tingkat MTS sederajat,
sehingga sebagian masyarakat tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi karna berbagai alasan seperti, sekolah yang berada di
luar desa harus di jangkau dengan kendaraan sedangkan masyarakat
masih ada yang tidak memiliki transpostasi untuk ke sekolah dan alasan
yang laen adalah jauhnya sekolah menjadikan biaya pengeluaran lebih
banyak sedangkan penghasilan yang di dapat tidak cukup untuk
memenuhi biaya sekolah sehingga masyarakat lebih memilih putus
sekolah dan mencari pekerjaan agar mendapat penghasilan.
42
Meskipun masyarakat di Desa Katumbangan kurang mengenyam
pendidikan secara formal akan tetapi animo masyarakat dalam
mempelajari Agama Islam sangatlah baik di kalangan anak-anak, hal bisa
kita lihat dengan adanya berbagai macam perlombaan keagamaan antar
dusun yang dilakukan di Desa Katumbangan sekali dalam setahun pada
saat bulan romadhan tiba yang menjadi pemicu bagi anak-anak untuk
belajar dan menghapal al-Qur’an di luar bulan puasa sebagai persiapan,
adanya pembentukan remaja masjid di masing-masing masjid yang ada di
Desa Katumbangan Lemo untuk pembinaan keagamaan bagi para
remaja, serta tempat pengajian anak-anak (TPA) untuk tempat belajar
mengaji dasar anak-anak dengan menggunakan metode Iqro’ di tingkat
desa, sehingga anak-anak di desa Katumbangan Lemo bisa mengenali
dan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Selain itu dalam setiap kegiatan atau hajatan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Katumbangan Lemo selalu diawali dan diakhiri secara
keagamaan, seperti acara syukuran setelah panen dengan memanggil
Imam yang dianggap sebagai orang yang dituakan atau ditokohkan dalam
masyarakat untuk mendo,akan agar apa yang mereka kerjakan dan
dapatkan menjadi kebaikan bagi mereka sebagai pemberian dan rahmat
dari Allah. Masyarakat desa Katumbangan Lemo setiap tahun juga
merayakan perayaan hari besar agama Islam seperti : Idul Fitri, Idul Adha,
Maulid Nabi Muhammad dan kegiatan keagamaan lainnya yang diadakan
di masjid yang ada di Desa Katumbangan Lemo.
43
Adapun jumlah prasarana Ibadah yang ada di Desa Katumbangan
Lemo yaitu :
Tabel 4
Sarana dan prasarana
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 8 unit
2 Mushollah 2 unit
3 Gereja -
Sumber Data : Kantor Desa Katumbangan Lemo
Tabel diatas menunjukkan bahwa dapat dipastikan penduduk Desa
Katumbangan Lemo mayoritas beragama Islam bahkan penulis sendiri
sebagai penduduk Desa Katumbangan Lemo belum pernah menjumpai
masyarakat dari daerah sekitar memeluk agama yang lain selain agama
Islam.
B. Adat istiadat ziarah kubur di Sengkae Desa Katumbangan Lemo
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar
”Adat istiadat di Mandar sudah ada sejak dulu, jauh sebelum Islam
datang adat istiadat ziarah kubur sudah dilakukan oleh masyarakat
sengkae, sebelum Islam datang masyarakat memang sudah
melakukan aktivitas ziarah kubur khususnya setelah proses
pernikahan akan tetapi pada saat itu mereka berziarah ke makam
44
Raja atau ke makam orang-orang yang dianggap penting serta
memiliki kedudukan yang tinggi sewaktu ia hidup.”38
Pada masyarakat Mandar ada istilah mara,dia( kaum
bangsawan/keturunan raja) mereka inilah yang memiliki kedudukan tinggi
yang biasa diberi gelar oleh masyarakat bawah mara,dia/puangdalam
masyarakat bugis biasa disebut sebagai keturunan karaeng, Mereka
inilah yang dijunjung tinggi, dihormati, diagung-agungkan bahkan setelah
mereka meninggal masyarakat tetap menghormati dan mengagung-
agungkan mereka. Jika semasa hidup mereka dihormati dengan cara
patuh,sopan,dan dipuji tatkala mereka meninggal mereka dihormati
dengan cara berziarah ke kuburan mereka pada saat-saat tertentu seperti
setelah proses pernikahan.
Sebelum agama Islam muncul masyarakat Mandar menganut
agama Hindu yang dikenal dengan agama yang memiliki banyak ritual-
ritual dan adat istiadat, adapun dalam agama Islam tentang adat istiadat
ziarah kubur di mandar tidak ada dalam syariat kalau hal itu dibolehkan
akan tetapi ziarah kubur dalam agama Islam itu ada meskipun sempat
dilarang karna ditakutkan jika orang yang melakukannya terjerumus dalam
kemusyrikan oleh Rasulullah Saw, adapun dalil tentang dibolehkannya
ziarah kubur sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
(رواه مسلم)كنت نھیتكم عن زیارة القبور, فزوروھاArtinya :
38 Syamsul Bahri ( 33 Tahun), Toko Masyarakat Sengkae, wawancara, Pondok PesantrenHasan Yamani Parappe 15 Mei 2019
45
Dahulu saya melarang kalian berziarahkubur, namun kini
berziaralah kalian.39
Adapun adat istiadat di sengkae tentang ziarah kubur jika ada
unsur kesyirikan maka itu dilarang tapi jika itu adalah urf maka dibolehkan,
ziarah kubur bukanlah sesuatu yang diwajibkan bagi kaum muslimnamun
masyarakat awam di sengkae menganggap bahwa ziarah kubur setelah
proses pernikahan adalah sesuatu yang diharuskan sehingga tanpa
disadari bahwa posisi dari adat istiadat tersebut sudah menjadi kewajiban
dan beberapa rangkaian yang dilakukan pada saat berziarah ke kuburan
seperti membawa makanan atau menyembelih hewan di kuburan, tradisi
ini mulai bergeser seiring berkembangnya pemahaman agama Islam dan
mulai ditinggalkan sebagian masyarakat meskipun masih ada segelintir
orang yang melakukannya.
Adat istiadat ziarah kubur itu boleh selama tidak melanggar syariat
dan tidak ada unsur kemusyrikan dan menyimpang dari agama.
Adat istiadat adalah kegiatan atau prilaku-prilaku yang sering
dilakukan pada suatu komunitas atau daerah terdiri dari nilai-nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan dan hukum, apabila adatini tidak
dilaksanakan maka akan menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat
setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpan.
Adapun fungsi dari adat istiadat di sengkae yaitu untuk menyatukan
dan mempererat hubungan antar sesama masyarakat tanpa melihat
status ataupun kedudukan dan bukti bahwasanya adat istiadat yang ada
di Sengkae itu berfungsi untuk menyatukan dan mempererat hubungan
39Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shohi Muslim,qitaabul janaais, Bab isti,dzanun Nabi Fii Ziarat Qubri Ummihi, No Hadist 106, Jilid 2, Hal, 672
46
kekeluargaan bisa kita lihat ketika masyarakat Sengkae mengadakan adat
keagamaan seperti memperingati maulid dan memperingati isra, mi’raj
dimana semua masyarakat Sengkae berkumpul dalam satu ruangan yaitu
dalam masjid untuk merayakannya. Begitu pula dengan adat istiadat
ziarah kubur setelah pernikahan dengan membawa pasangan berziarah
ke kuburan keluarga yang sudah meninggal, tujuannya adalah untuk
memperkuat dan mempererat hubungan keluarga yang baru terjalin
setelah pernikahan agar pasangan bisa mengetahui nasab dan keluarga
dari pasangan baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,
ziarah kubur ini juga bertujuan agar kita sadar bahwa kita tak selamanya
hidup di dunia ini sebagaimana yang perna dikatakan oleh nabi bahwa
zirah kubur bertujuan untuk mengingatkan kita pada kematian.
”Mengenai ritual-ritual yang dilakukan pada saat berziarah seperti
menyiramkan air dan menabur bunga diatas kuburan memiliki
fungsi dan tujuan masing-masing, tujuan dan fungsi menyiram air
diatas kuburan adalah agar tanah terdorong ke bawah dan lebih
cepat padat sehingga aroma bau busuk tidak keluar dari kubur si
mayit dan binatang tidak menggali kuburan karna aroma bangkai
sedangkan bunga yang ditaburkan diatas kuburan bertujuan untuk
membedakan antara kuburan baru dan kuburan lama, jika terdapat
bunga diatas kuburan itu menandakan bahwa kuburan tersebut
adalah kuburan baru, adat istiadat ziarah kubur itu boleh-boleh saja
selama tidak ada unsur kemusyrikan ketika melakukannya dan itu
tergantung dari niat masing-masing orang”.40
40Muh Salim (32 Tahun), Toko Masyarakat Sengkae, wawancara, Pondok PesantrenHasan Yamani Parappe 15 Mei 2019
47
Adat merupakan budaya yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan dan
kebiasaan yang dilakukan di suatu daerah yang apabila adat tidak
dilakukan maka akan dianggap menyimpan oleh masyarakat, adapun
fungsi adat adalah untuk menjadikan karakteristik pada suatu daerah atau
suku, suatu suku/daerah akan dikenal dengan langsung dikenali dengan
adatnya karna adat menjadi karakteristik dari suatu suku.
Masyarakat kita sengkae dikenal dengan adat ziarah kubur, ziarah
kubur sendiri merupakan sesuatu yang boleh untuk dilakukan, meskipun
pada awal Islam ziarah kubur itu dilarang namun setelahnya ada dalil
yang membolehkannya.
Ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja karna perintahnya tidak
terikat oleh waktu tertentu, namun msyarakat kita berziarah ke kuburan
setelah proses pernikahan merupakan adat yang sudah ada sejak dulu
dengan tujuan untuk mengingatkan kita terhadap kematian.
”Mengenai ritual-ritual atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
saat berziarah seperti menyiram air diatas kuburan, menabur
bunga, serta membersihkan dan membaca al-qur’an juga
merupakan adat yang sudah ada sejak dulu dan menjadi rutinitas
yang dilakukan secara turun-temurun dimana masyarakat tidak tau
fungsi dan tujuan dibalik adat tersebut karna mereka hanya
mengikuti apa yang dilakukan oleh pendahulu mereka”.41
”Namun ada juga yang berpendapat bahwa ritual-ritual tersebut
memiliki maksud tersendiri seperti membersihkan kuburan harus
dengan memakai alat karna jia yang digunakan adalah tangan
langsung maka itu diibaratkan bahwa kita mencabut rambut atau
41Hatimas ( 50 Tahun), Toko Adat Sengkae,wawancara, Rumah Sengkae 9 juni 2019
48
bulu si mayit sehingga bisa memberinya rasa sakit tapi dengan alat
diibaratkan bahwa kita hanya mencukur atau memotong rambut/
bulu si mayit dan hal tersebut tidak memberinya rasa sakit, dan
pada saat menyiram air diatas kuburan kita membaca surah al-
kautsar tidak dibolehkan membelakangi matahari karna dengan
membelakangi matahari maka air yang disiramkan diatas kuburan
bisa mengenai bayangan kita dan hal itu tidak dibolehkan menurut
adat, namun maksud dan tujuan dari prilaku tersebut tidak
diketahui”.42
Adat adalah kebiasaan, setiap daerah dan negara pasti memiliki
kebiasaan-kebiasaan atau dikenal juga dengan adat istiadat, adapun jika
kita berbicara adat istiadat di Sengkae secara khusus yang memiliki
beberapa kebiasaan-kebiasaan dari turun-temurun dilakukan mulai dari
nenek moyang kita sampai sekarang ini dimana adat istiadat tersebut ada
yang sesuai dengan syariat dan ada yang tidak sesuai/melanggar syariat.
Jika dikaitkan dengan qaedah-qaedah ushul maka kita akan
menjumpai bahwa adat itu dibolehkan asal tidak bertentangan dengan
syariat sebagaimana qaedah ushul yang mengatakan ”al-urf
muhakkam/al-adatu muhakkamah” adat kebiasaan itu bisa menjadi hukum
sepanjang tidak berbenturang dengan hukum Islam tapi jika adat
bertentangan dengan syariat islam maka sebagai orang yang taat hamba
yang taat kita harus menghilangkan adat yang bertentangan dengan
hukum Islam.
Ziarah kubur dalam Islam merupakan hal yang disyariatkan bahkan
dianjurkan meskipun awalnya ada pelarangan ziarah kubur dari Rasulullah
42Sitti ( 65 Tahun), Toko Adat Sengkae, wawancara, Rumah Sengkae 14 Juni 2019.
49
Saw karna adanya kekhawatiran nabi melihat sahabatnya yang aqidahnya
masih belum begitu kokoh sehingga kebiasaan jahiliyahnya dibawa tatkala
berziarah ke kuburan seperti meminta-minta di kuburan, namun tatkala
nabi sudah melihat bahwasanya aqidah ummat islam itu sudah kuat maka
nabi membolehkan para sahabatnya untuk berziarah ke kuburan
sebagaimana sabda nabi :
(رواه مسلم)كنت نھیتكم عن زیارة القبور, فزوروھاArtinya :
Dahulu saya melarang kalian berziarahkubur, namun kini
berziaralah kalian.43
Potongan hadist diatas yang berbunyi fazuruha’ merupakan
perintah, kenapa diperintahkan karna ziarah kubur mengingatkan kita
pada kematian. Ziarah kubur itu merupakan perintah dan perintah itu
merupakan ibadah, jika ibadah sudah ada tuntutan dari nabi maka
alangkah baiknya jika kita mengikuti dalil-dalil yang ada karna ziarah
kubur merupakan sessuatu yang sensitif terhadap kemusyrikan dan
dikhawatirkan orang-orang yang tidak kuat aqidahnya meminta berkah
atau menyembelih hewan dikuburan, jadi alangka baiknya ketika berzirah
itu mengikuti dalil-dalil yang ada.
”Menurut pandangan saya tentang adat istiadat ziarah kubur,
bahwasanya adat itu merupakan kebiasaan dan jika adat tersebut
tidak melanggar syariat maka itu dibolehkan, menurut analisa saya
43Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shohi Muslim,qitaabul janaais, Bab isti,dzanun Nabi Fii Ziarat Qubri Ummihi, No Hadist 106, Jilid 2, h. 672
50
bahwasanya adat itu adalah suatu kebiasaan yang muncul dari
nenek moyang yang kini menjadi rutinitas dilakukan bagi
penerusnya, adat itu tergantung dari nenek moyangnya, jika nenek
moyangnya itu alim atau paham dengan agama maka adat yang
muncul tidak akan bertentangan dengan syariat tapi jika nenek
moyang tidak paham dengan agama maka adat atau kebiasaan
yang muncul akan bertentangan dengan agama”.44
Meskipun kebiasan itu lahir dari orang yang berilmu namun jika
tidak ada yang memperbaharui atau tidak ada yang menjelaskan tujuan
dari ini adalah ini, seperti contoh kecil di kampung kita ini tatkala kita
takjub terhadap sesuatu kita berkata hammadarrasulullahini sebenarnya
kebiasaan yang baik namun karna tidak ada yang menjelaskan apa
makna dari kalimat itu sehingga kalimat tersebut diucapkan begitu saja
padahal makna kalimat itu sangat baik yaitu ” muhammadarrasulullah”
”muhammad rasul Allah” jadi kebiasaan ini lahir dari orang yang berilmu
mengajarkan kita bahwa ketika kita takjub kepada sesuatu ingat Allah
ingat Rasul, begitu juga dengan adat istiadat ziarah kubur boleh jadi itu
lahir dari pemikiran tokoh-tokoh agama namun karna tidak ada yang
menjelaskan maksud dari kebiasaan tersebut sehingga terjadi pergeseran.
Adat istiadat ziarah kubur setelah pernikahan merupakan sesuatu
yang lahir dari seseorang yang alim, karna orang yang melakukan
pernikahan pasti berada pada puncak kebahagian sehingga hal itu bisa
saja membuat lupa bahwa dunia bukanlah tempat abadi, sehingga adat
44 Muhammad Muliyawi (28 Tahun), Toko Masyarakat Sengkaewawancara, RumahSengkae 13 Juni 2019
51
ziarah kubur setelah pernikahan pun bertujuan agar kita sadar bahwa kita
akan mengalami yang namanya kematian, namun karna tidak adanya
yang meluruskan pemahaman tersebut sehingga terjadi pergeseran dan
masyarakat tak lagi paham maksud dari tujuan adat tersebut.
Pergeseran pemahaman tersebut mulai merambat pada keyakinan
di kalangan masyarakat awam, mereka beranggapan bahwa adat ziarah
kubur setelah pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang harus sehingga
mereka merasa kurang dan takut jika tidak berziarah ke kuburan akan
terjadi hal seperti ini dan itu, terjadi hal buruk, takut jika tidak berziarah ke
kubur keluarga yang sudah meninggal meraka akan marah dan datang
merasuki anggota keluarga yang masih hidup, disamping itu ada ritual-
ritual yang dilakukan saat berziarah seperti menyiram air diatas kuburan
hal ini di qiyaskan dengan apa yang pernah dilakukan oleh nabi yang
menancapkan pelepah kurma yang basah diatas kuburan dan berkata
semoga Allah meringankan siksamu sampai pelepah kurma ini mengering.
Sedangkan adat menabur bunga diatas kuburan bertujuan untuk
mengimbangi bau-bau yang tidak sedap yang dikeluarkan oleh si mayat.
”Namun air yang diqiyaskan dengan pelepah kurma bukanlah
sesuatu yang pas karna air itu mengering dengan cepat begitu pula
dengan alasan menabur bunga untuk mengimbangi bau tak sedap
juga bukanlah sesuatu yang pas karna kubur yang sudah ada sejak
bertahun-tahunpun masih ditaburi bunga, entah itu dengan bunga
yang mengeluarkan bau wangi ataupun bunga yang biasa saja,
begitu juga dengan kebiasaan membaca al-qur’an dikuburan nabi
berkata ” janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai
52
kuburan, karna sesungguhnya syeitan lari dari rumah yang
dibacakan surah al-baqorah”.45
Nabi bersabda :
یطان ینفر من البیت الذى ت لا سورة قرأ فیھ تجعلوا بیوتكم مقابر إن الش
(رواه مسلم)البقرة
Artinya :
“Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena
setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan
surat Al Baqarah.”46
Dari hadist diatas kita bisa menyimpulkan bahwa nabi melarang
kita menjadikan rumah kita sebagai kuburan sebagai contoh bahwa
dikuburan itu tidak ada baca qur’an, dan bersandarkan pada hadist diatas
sehingga baca qur’an di kuburan bukanlah sesuatu yang diperintahkan.
C. Pandangan Islam Terhadap Adat Istiadat Ziarah Kubur
Agama Islam adalah agama yang rohmatan lil’alamin sudah
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari lahir sampai mati,
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, Islam adalah agama yang
benar lagi diridhoi oleh Allah SWT, Allah berfirman :
الإسلام ین عند الله )٣:(ال عمرانإن الد
Terjemahnya :
45Muhammad Muliyawi (28 Tahun), Toko Masyarakat Sengkaewawancara, RumahSengkae 13 Juni 2019
46Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shohi Muslim,Kitab Sholatul Musafir Waqosruha, Bab istihbab Sholatul Nafilah FII Baitihi, Wajawaziha FiilMasjid, (Juz-1, No Hadist 1352, Beirut, Daarul ihya Atturos AL-arobi) h. 539
53
”Sesungguhnya agama yang diterima/diridhoi Allah
hanyalah Islam. (QS Ali-Imron(3) :1947
Islam adalah agama yang bersandar pada Al-qur’an dan sunnah
nabi sebagai landasan dan pedoman yang mengatur seluruh aspek
kehidupan pemeluknya tentang bagaimana cara beribadah bahkan
sampai pada tata cara adat istiadat yang dibolehkan dan tidak dibolehkan
dalam masayarakat melalui qaedah-qaedah yang dijelaskan dalam ushul
fiqh, adat yang dibolehkan untuk dijadikan hukum disebut al’urf, para
fukaha dalam madzhab fiqh, pada dasarnya bersepakat untuk menjadikan
urf secara umum selama tidak bertentangan dengan syariat Islam sebagai
dalil hukum Islam (hujjah syar’iyah).48
Sebagaimana dengan kaedah ushul yang berbunyi :
مةالعادة محك” Adat kebiasaan bisa dijadikan hukum”49
Oleh karena itu , Mustafa Dib al-Bugha dalam kaitan kehujjahan urf
sebagai dalil hukum mengemukakan sebagai berikut:
Pertama, setiap kebiasaan urf masyarakat Arab yang terdahulu
yang kemudian para ulama dikonfirmasi secara positif sehingga ia menjadi
hukum syara’ maka para ulama ushul bersepakat bahwa kebiasaan
semacam ini mengikat secara syar’i dan menjadi hukum Islam.
47Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Sygma publishing, 2010)48 Moh. Mufid, Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontenporer: Dari Teori Aplikasi,(
Jakarta: Kencana, Edisi-2, 2018) h.15849Muhammad Shidqi bin Ahmad, Muhammad alburnuu Abi Harist al-Gozzi, Al-Wajiz Fi
Idhohi Qowaid Al-Fiqh Al-Kulliyah, ( Cet-5, Beirut : Al-Risalah, 2002) h. 26
54
Kedua, kebiasaan urf masyarakat Arab terdahulu yang kemudian
dibatalkan secara eksplisit oleh syariat sehingga menjadi haram
hukumnya, maka para ulama ushul sepakat bahwa kebiasaan tersebut
harus dihindari oleh segenap umat Muslim.50
Selama adat istiadat yang berlaku di sengkae tentang ziarah kubur
tidak bertentangan dengan syariat hukum Islam dan tidak menyimpan
maka adat istiadat itu boleh untuk dilakukan mengingat tujuan dari adat
yang ada di Sengkae memiliki tujuan yang baik yaitu mengingatkan diri
akan kematian, karna kelalaian sering kali menghampiri orang yang
sedang berbahagia.
Suatu kebiasan yang berlaku secara umum dan konstan disuatu
masyarakat telah menjadi kebutuhan juga dipastikan ada kesepakatan
bersama terhadap maslahatnya.51 Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
mengatakan dalam kitab Risalah Fil Qowa’id Al-Fiqhiyyah :
والأصل في عاداتنا الإباحة حتى یجيء صارف الإباحة
“Hukum asal adat kita adalah boleh selama tidak ada dalil yang
memalingkan dari hukum bolehnya.52
Adat istiadat yang ada di masyarakat Sengkae tentang ziarah kubur
setelah pernikahan bisa dikategorikan dalam urf dan bisa dijadikan
sebagai hukum, adat dan urf memiliki kesamaan sekaligus perbedaaan,
50 Mustafa Dib a-Bugha, Atsar al-Adillah al-Mukhtalaf Fiha fi al-Fiqh al-Islami,(Damaskus:Dar Imam al-Bukhari) h.264
51Abdul Azhim Bin Badai Al-Khalafi, Al-Wajiz Fil Ushul Al-Fiqh, h. 89-9052Abdurrahman Bin Nashir As-sa’di, Risalah Fil Qowaid Al-Fiqhiyyah (Dar At-
Tadmuriyyah, Cet, Pertama, 1432 H) h. 198
55
persamaan adat dan urf keduanya adalah kebiasaan, sedangkan
perbedaannya adalah bahwa tidak semua adat bisa dijadikan hukum
sedangkan urf bisa dijadikan hukum, adat lebih luas mencakup maknanya
sedangkan urf tidak, sebagaimana Abd al-Aziz al-Khayyah mengutip
kaedah sebagai berikut :
كل عرف عادة ولیس كل عادة عرف
”Setiap urf adalah adat dan tidak semua adat adalah urf”53
Ziarah kubur adalah sesuatu yang dianjurkan sebagaimana hadist-
hadist diatas menjelaskannya, sedangkan adat ziarah kubur setelah
pernikahan di Sengkae bertujuan untuk mengingat kematian dan tidak
bertentangan dengan syariat sehingga bisa dijadikan hukum, Abul Faraj
Abdurrahman bin Ali al-Jauzi mengatakan ” Orang yang hatinya sangat
keras dan tak punya sikap mawas diri yang bisa mencegahnya melakukan
kesalahan, disrankan untuk banyak-banyak mengingat kematian dan
mendatangi orang-orang yang sedang sekarat.”.54
Qaedah mengatakan :
لأمور بمقـاصدھاا” Segala perkara tergantung pada tujuannya”55
53Abd AL-aziz al-Khayyath, Nazbariyyat al-‘urf, (Amman : Maktabah al-Aqsha, 1977) h. 2954Abul Faraj Abdurrahman bin Ali al-Jauzi, Shaid al-Khatir,(Damaskus : Darul Uswah, Cet-Kedua,
2002) h, 3255Muhammad Shidqi bin Ahmad, Muhammad alburnuu Abi Harist al-Gozzi, Al-Wajiz Fi
Idhohi Qowaid Al-Fiqh Al-Kulliyah, (Beirut : Al-Risalah, Cet-5, 2002) h, 26
56
Maka adat ziarah kubur setelah pernikahan dalam pandangan
Islam itui boleh, bukan wajib dan bukan sunnah itu pun selama
pelaksanaannya tidak ada hal-hal yang merusak aqidah. Jika adat
mengandung unsur kebatilan atau penyimpangan dalam Islam maka hal
itu haram untuk dilakukan sebagaimana firman Allah dalam surah Al-
Baqarah :
بعوا م بع ما ألفینا علیھ آباءنا أولو كان آباؤھم وإذا قیل لھم ات قالوا بل نت ا أنزل الله
)٢:(البقرةلا یعقلون شیئا ولا یھتدون
Terjemahnya:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang
telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi
kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
(QS. Al-Baqarah (2) :17056
Ada dua faedah penting dalam ayat diatas :
1. Tidak dibolehkan untuk mengikuti orang yang tidak berada di atas
ilmu dan tidak punya pandangan dalam agama.
2. Dibolehkan mengikuti (taklid pada) orang berilmu dan mengambil
pendapat mereka yang bersumber dari wahyu ilahi yaitu Al-Kitab
dan As-Sunnah.
56Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Sygma publishing, 2010)
57
Dalam surah al-maidah Allah juga berfirman:
ا ا م ن ب س وا ح ال ول ق س لى الر إ و ل الله ز ن ا أ ى م ل ا إ و ال ع م ت ھ یل ل ا ق ذ إ و
ا ن اء ھ آب ی ل ا ع ن د ج ان آب و و ك ل و ون أ د ت ھ لا ی ا و ئ ی ون ش لم ع م لا ی ھ اؤ
)٥(المائدة
Terjemahnya :
”Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa
yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka
menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka
itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak
(pula) mendapat petunjuk?”. ( QS AL-Maidah (5) 10457
Ayat diatas menjelaskan pada kita tentang orang-orang yang lebih
patuh pada prilaku nenek moyang mereka yang menyimpan dibandingkan
ikut pada apa yang telah Allah turunkan pada Muhammad, mereka
berkata ” kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang
kami” padahal nenek moyang mereka tidak mengetahui dan tidak
mendapat petunjuk dari apa yang mereka lakukan.
Maka adat istiadat demekian yang tidak memiliki landasan terhadap
al-qur’an dan sunnah nabi dikatakan keluar dari koridor Islam, sebab
adanya prilaku menyimpan dan membahayakan aqidah ummat islam
sehingga cukup menjadi alasan untuk tidak diikuti dan harus ditinggalkan.
57Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Sygma publishing, 2010)
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilitian ini mengacu pada adat istiadat ziarah kubur di
Sengkae Desa Katumbangan Lemo dalam pandangan Islam. Berdasarkan
data yang telah dihimpun dan dianalisa, penulis skripsi dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Adat istiadat Ziarah Kubur di Sengkae Desa Katumbangan Lemo
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar dilakukan
setelah proses pernikahan dengan beberapa ritual-ritual seperti
membersihkan kuburan dengan memakai alat-alat seperti parang,sabit,
cangkul dan lain sebagainya karna membersihkan kuburan dengan
memakai tangan tidak dibolehkan, membaca qur’an, menabur bunga
diatas kuburan, menyiram air diatas kuburan disertai dengan membaca
surah al-kautsar dan berdo,a untuk keselamatan si mayyit, hal tersebut
merupakan sesuatu yang sakral untuk dilakukan dikalangan
masyarakat awam.
2. Pandangan Islam terhadap adat istiadat ziarah kubur setelah
pernikahan bahwa hal tersebut merupakan bentuk adat yang boleh
dilakukan selama tujuannya baik yaitu untuk memperingati diri ketika
kita berada pada puncak kebahagian bahwa kematian itu ada dan kita
semua pasti akan mengalaminya serta tidak menyimpan dari syariat
Islam.
59
3. Hukum ”boleh” diatas akan hilang dan menjadi sesuatu yang di
haramkan ketika mewajibkan ziarah kubur setelah pernikahan karna
ziarah kubur tidak terikat dengan waktu.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti
menyarankan :
1. Masyarakat di Sengkae Desa Katumbangn Lemo Kecamatan
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat untuk
tidak terbebani dengan mewajibkan ziarah kubur setelah pernikahan
sebab adat bukanlah sesuatu yang wajib untuk dilakukan menurut
hukum Islam.
2. Adapun mengenai ritual-ritual/kebiasaan-kebiasan yang dilakukan
saat berziarah seperti yang sudah dituliskan diatas maka hal itu
sebaiknya ditinggalkan saja karna tidak memiliki kepastian serta
tujuan yang jelas karna hal tersebut bisa mengganggu aqidah
ummat Islam mengingat hal tersebut menjadi sesuatu yang
diharuskan saat ziarah kubur.
3. Agar pemerintah dan para tokoh agama yang ada di Sengkae Desa
Katumbangan Lemo Kecamatan Campalagian menjaga adat ziarah
kubur setelah pernikahan mengingat tujuan dari adat tersebut baik
untuk masyarakat sengkae agar senantiasa tidak lalai dengan
kesenangan dunia dan ingat akan kematian.
60
4. Agar pemerintah dan para da’i mendakwakan/memberitahukan
pada masyarakat setempat bahwa ziarah kubur setelah pernikahan
bukanlah suatu adat yang diwajibkan untuk dilakukan serta
menyarankan pada masyarakat agar berhati-hati dengan niat saat
berziarah ke kuburan mengingat sesuatu yang berhubungan dengan
kuburan sangat rentang dengan kesyirikan sebagaimana yang
terjadi pada orang-orang jahiliyah dizamannya yang menjadikan
kuburan sebagai sesembahan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Hadiist Shohi Muslim
Abdurrahman Bin Nashir As-sa’di, Risalah Fil Qowaid Al-FiqhiyyahDar
At-Tadmuriyyah, Cet, Pertama, 1432 H
Abd AL-aziz al-Khayyath, Nazbariyyat al-‘urf, Amman : Maktabah al-
Aqsha, 1977
Abul Faraj Abdurrahman bin Ali al-Jauzi, Shaid al-Khatir, Damaskus :
Darul Uswah, Cet-Kedua, 2002
Abdul Azhim Bin Badai Al-Khalafi, Al-Wajiz Fil Ushul Al-Fiqh,
Aminuddin dan Zinal Asikin, Pengantar Metode Penelitian HukumCet.
III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Abd Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia (Jakarta: Kencana,2017
Adul Rahman Saleh, Iur Adnan Buyung Nasution,Stewart Fenwick,
Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Cet-1, Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia,2009
Abdul Somad, 30 Fatwa Seputar RamadhanPekanbaru: Bukupedia,
2011
A.Nunuk P.Murniati, Getar GenderMagelang: Indonesia Tera, 2004
62
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shohi
Muslim, Kitab Sholatul Musafir Waqosruha, Bab istihbab Sholatul
Nafilah FII Baitihi, Wajawaziha Fiil Masjid, (Juz-1, No Hadist 1352,
Beirut, Daarul ihya Atturos AL-arob
Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Gema
Insani, 1996
Fauzi, Sejarah Hukum IslamJakarta: Prenada Media,2018
Ibrahim Abbas, Pendekatan budaya Mandar, Apoang: 1999
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kris H. Timotius, Pengantar Metodologi Penetian Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2017
Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya Bandung: Sygma
publishing, 2010
Maria Fransiska Merinda, Europa Pilgrim TripJakarta : PT Elex Media
Komputindo,2017
Muhammad, Metode Penelitian BahasaYogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011
Muhammad Shidqi bin Ahmad, Muhammad alburnuu Abi Harist al-Gozzi,
Al-Wajiz Fi Idhohi Qowaid Al-Fiqh Al-Kulliyah, Cet-5, Beirut : Al-
Risalah, 2002
Muhammad Sadi Is, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2017
63
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta: Narasi,
2010
M. Aris Munandar, Pohon Impian Masyarakat Hukum Adat: Dari Substansi
Menuju Koherensi, Ponorogo: C-Pertama Uwais Inspirasi
Indonesia, 2019
Moh. Mufid, Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer:dari Teori
ke Aplikasi,(Jakarta: Edisi-2 Kencana, 2018) h. 151
Mutmainah Afra Rabbani, Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita
Jakarta: Lembar Langit Indonesia,2014
Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Kukum Sekuler: Studi Tentang Konflik
dan Resolusi dalam Sistem Hukum Indonesia, Tangerang: Pustaka
Alvabet,2008
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, Cet-1, Kencana, 2017
Syamsul Hadi, Kata-Kata Arab dalamBahasa Indonesia, Yogyakarta:
UGM Press 2008
Suwijo Bastomi, Seni dan Budaya Jawa, Semarang: IKIP Press, 1992
Sudirman, Fiqh Kontemforer,Cet-1, Yogyakarta: Deepublish,2018
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1990
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, Jakarta: 2008
RIWAYAT HIDUP
M. Badaruddin, lahir di sengkae pada tanggal 25 Juli 1993. Penulis mulai
memasuki jenjang pendidikan di SDN 047 Inpres Baurung pada 2000 dan selesai
pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu di
MTS Pondok Pesantren Hasan Yamani di Parappe tamat pada tahun 2009. Dan
pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di MA Pondok Pesantren Hasan
Yamani di Parappe dan tamat pada tahun 2012. Kemudian penulis melakukan
pengabdian selama satu tahun di Pesantren Hasan Yamani, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan I,dad Lughowi Al-birr di Makassar selama 2 tahun 6 bulan
lalu di tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Makassar ( UNISMUH ) selama empat tahun pada Fakultas Agama Islam Prodi
Ahwal Syakhsiyah dan selesai pada tahun 2020.