acara 1

9
LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN PEMBUATAN MOL DAN APLIKASI BIOAKTIVATOR Disusun oleh : KELOMPOK 8 KELAS B Caroline Dwi Islami R. Hendriyanto Anis Surya Wardani Arvita Kumala Sari Natasya Dea G1B012059 G1B012067 G1B012073 G1B012084 G1B012099 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2014

Upload: arvitakumalasari

Post on 08-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pmm

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGANPEMBUATAN MOL DAN APLIKASI BIOAKTIVATOR

Disusun oleh :KELOMPOK 8KELAS B

Caroline Dwi IslamiR. HendriyantoAnis Surya WardaniArvita Kumala SariNatasya Dea G1B012059G1B012067G1B012073G1B012084G1B012099

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKATPURWOKERTO2014

Pembuatan dan Aplikasi Bioaktivator(MOL tapai dan MOL nasi basi)

A. TujuanMengetahui cara pembuatan MOL tapai dan MOL nasi basi.B. Metode1. Alat dan Bahana. Pembuatan MOL tapai dan MOL nasi basi1) Alata) Botol Mineral 1500 mlb) Sendok2) Bahana) Tapai 1 onsb) Nasi basi 1 kepalc) Gula pasir 5 sendok makand) Air b. Aplikasi bioetanol pada tanaman1) Alata) Polybag2) Bahana) Tanahb) Bibit tanamanc) MOLd) Air2. Skema Kerjaa. Pembuatan MOL tapai dan MOL nasi basiTanpa tutup

Tambahkan gula pasir(5 sdm)Masukkan tapaiNasi basi

1500 ml

Isi air mendekati penuhKocok hingga larutBiarkan selama 7 hari

b. Aplikasi bioetanol pada tanaman

Tanah digemburkan

Masukkan kedalam polybag

Tanam bibit

Beri MOL(jangan sampai terkena batang)

Rawatlah

C. Tinjauan PustakaPupuk cair organik adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah. Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan.Pupuk cair organik dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat (Slamet, dkk, 2005).Secara alami, kotoran ternak akan mengalami dekomposisi sehingga menjadi pupuk kandang yang siap pakai. Namun, proses ini berjalan sangat lama, berkisar 4-6 bulan. Untuk mempercepat proses pengomposan, bisa dilakukan dengan pembuatan bioaktivator. Mikroba yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks menjadi sederhana. Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat petani berfikir keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Kondisi ini memacu para ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah. Pemanfaatan pupuk kandang juga dapat mengurangi pemakaian pupuk kinia hingga 50% untuk satu hektar lahan pertanian (Tim Praktikum Pencling Unsoed, 2014).MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup mikro organisme yang berguna sebagai dekomposer dan aktivator bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada ditempat tersebut. (Dikjen Pengelolaan Lahan Dan Air Deptan, 2009). Mol juga adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbgai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan mol mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, peransang tumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik pendekomser pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Larutan mol dibuat sangat sederhana yaitu dengan memamfaatkan limbah dari rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain (Ekamaida, 2012)MOL (Mikroorganisme Lokal) menurut Wulandari tidak berbeda jauh merupakan sekumpulan mikroorganisme yang bisa diternakkan, fungsinya dalam konsep zero waste sebagai starter (mempercepat pengomposan) dalam pembuatan kompos organic. Dengan MOL ini, maka konsep pengomposan ini dapat selesai dalam waktu tiga minggu. Pengolahan lahan pertanian ramah lingkungan melalui pemanfaatan MOL dalam pembuatan kompos diharapkan mampu memelihara kesuburan tanah, meningkatkan populasi mikroba tanah, kelestarian lingkungan, serta dapat mempertahankan atau meningkatkan produktivitas tanah (Wulandari, 2009).Menurut Wulandari, dkk (2009), ada tiga bahan utama yang menyusun MOL, yaitu:1. Karbohidrat: Bisa dari air cucian beras (tajin), nasi bekas (basi), singkong, kentang, gandum. Bahan yang paling sering digunakan adalah air tajin.2. Glukosa: bisa dari gula merah bata diencerkan dengan air (diulek sampai halus), bisa dari cairan gula pasir, bisa dari gula batu dicairkan, bisa dariair gula, air kelapa.3. Sumber Bakteri: Bisa dari keong, kulit buah-buahan misalnya tomat, pepaya, danlain-lain, lalu bisa juga dari air kencing, atau apapun yang mengandung sumber bakterinya.Pada prinsipnya MOL tidak berbeda dengan prinsip pembuatan kompos, hanya saja prinsip pembuatan MOL membutuhkan lebih banyak air dan sedikit udara. Untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme, ditambahkan gula atau bahan-bahanorganikyang manis, seperti air kelapa, air tebu, air nira, danbuah buahanyangmanis.Bahan bahan membuat MOL juga tidak berbeda dengan bahan-bahan kompos, hanya saja volume bahan organiknya lebih sedikit dan lebih banyak air, ditambah dengan gula atau bahan organik yang manis.D. Hasil dan PembahasanHasil dari penelitian yang kami lakukan berdasarkan cara kerja diatas ialah, kami telah membuat mol yang telah siap pakai, namun untuk menggunakannya supaya lebih baik kita harus menggunakan perbandingan 1:10. 1 untuk jumlah volume mo, dan 10 untuk jumlah volume air. Dalam pembuatan pupuk organik cair ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan tanaman menjadi rawan hama.Setelah dilakukan proses pembuatan mol dari tapai dan nasi selama 7 hari dilakukan uji coba secara organoleptik menggunakan indera penciuman kepada 4 orang responden untuk mengetahui aroma mol yang terbentuk. Diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Aroma mol cair yang terbentuk berdasarkan respondenMol TapaiMol Nasi

RespondenAromaRespondenAroma

Responden 1Alkohol, tapaiResponden 1alkohol

Responden 2TapaiResponden 2alkohol

Responden 3Tapai busukResponden 3alkohol

Responden 4Tapai busukResponden 4alkohol

Berdasarkan tabel 1 diperoleh data bahwa pada mol tapai baunya seperti tapai busuk. Pada mol nasi basi seluruh responden menyatakan mol yang terbentuk beraroma seperti alkohol, sehingga hasil untuk mol nasi basi dinyatakan berhasil karena indikator keberhasilan pembuatan mol adalah adanya bau alcohol dan tidak bau busuk.Menurut Setyohadi (2006), semakin tinggi jumlah ragi pada tape, maka semakin banyak khamir (Saccharomices cereviceae) dan bekteri (Acetobacter aceti) di dalam bahan yang dibuat, enzim-enzim amilase yang dihasilkan oleh khamir pun akan semakin banyak. Enzim-enzim amilase ini dapat merombak pati menjadi glukosa. Glukosa tersebut akan diubah menjadi alkohol. Semakin lama proses fermentasi maka nilai organoleptik aroma yang dihasilkan semakin meningkat. Semakin lama fermentasi, maka asam-asam mudah menguap yang dihasilkan semakin banyak.Berdasarkan penjelasan di atas, maka aroma alkohol yang terbentuk pada mol nasi basi telah sesuai dengan ciri pembentukan mol cair dan dapat digunakan sebagai starter dalam proses pembuatan bokasi/kompos. Sedangkan mol tapai yang sebagian besar responden berpendapat memiliki tapai busuk belum sesuai dengan ciri pembentukan mol cair dan tidak dapat digunakan sebagai starter dalam proses pembuatan bokasi/ kompos.E. KesimpulanMol cair sebagai starter yang berhasil dibuat dalam praktikum ini adalah mol nasi basi karena menghasilkan aroma alcohol.

Daftar PustakaEka m, latifah.2012.penuntun praktikum pertanian organic. Fakultaspertanian unimal. Aceh utara.

Wulandari D.,D.N. Fatmawati, E.N. Qolbaini, K.E. Mumpuni, & S. Praptinasari. 2009. Penerapan MOL (mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai Biostarter Pembuatan Kompos. PKM-P. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.Slamet, R.,Arbianti, dan Daryanto. 2005.Pengolahan limbah organik (Fenol) dan logam berat (Cr6+ Atau Pt4+) secara simultan dengan fotokatalisTiO2, ZnO-TiO2, dan CdS-TiO2.JurnalMakara TeknologiVol. 9(2) Hal: 1-3.

Lampiran