abdurrahman wahid

27
Abdurrahman Wahid Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas K. H. Abdurrahman Wahid Presiden Indonesia ke-4 Masa jabatan 20 Oktober 1999 23 Juli 2001 Wakil Presid en Megawati Soekarnoputri Pendahulu Baharuddin Jusuf Habibie Pengganti Megawati Sukarnoputri Lahir 7 September 1940 Jombang , Jawa Timur ,Hindia Belanda Meninggal 30 Desember 2009 (umur 69) Jakarta , Indonesia Kebangsaan Indonesia Partai polit ik PKB

Upload: azkaa-constantine

Post on 24-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Abdurrahman WahidDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasK.H.Abdurrahman Wahid

Presiden Indonesiake-4

Masajabatan20 Oktober199923 Juli2001

WakilPresidenMegawati Soekarnoputri

PendahuluBaharuddin Jusuf Habibie

PenggantiMegawati Sukarnoputri

Lahir7 September1940Jombang,Jawa Timur,Hindia Belanda

Meninggal30 Desember2009(umur69)Jakarta,Indonesia

KebangsaanIndonesia

PartaipolitikPKB

Suami/IstriSinta Nuriyah

AnakAlissa QotrunnadaZannuba Ariffah ChafsohAnita HayatunnufusInayah Wulandari

AgamaIslam

Situsresmiwww.gusdur.net

KiaiHajiAbdurrahman Wahid, akrab dipanggilGus Dur(lahir diJombang,Jawa Timur,7 September1940meninggal diJakarta,30 Desember2009pada umur 69 tahun)[1]adalah tokohMuslimIndonesiadan pemimpin politik yang menjadiPresiden Indonesiayang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan PresidenB. J. Habibiesetelah dipilih olehMPRhasilPemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu olehKabinetPersatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada20 Oktober1999dan berakhir pada Sidang IstimewaMPRpada tahun 2001. Tepat23 Juli2001, kepemimpinannya digantikan olehMegawati Soekarnoputrisetelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketuaTanfidziyah(badan eksekutif)Nahdlatul Ulamadan pendiriPartai Kebangkitan Bangsa(PKB).Daftar isi[sembunyikan] 1Kehidupan awal 2Pendidikan di luar negeri 3Awal karier 4Nahdlatul Ulama 4.1Awal keterlibatan 4.2Mereformasi NU 4.3Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertama 4.4Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru 4.5Masa jabatan ketiga dan menuju reformasi 5Reformasi 5.1Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur 5.2Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR 6Kepresidenan 6.11999 6.22000 6.32001 dan akhir kekuasaan 7Aktivitas setelah kepresidenan 7.1Perpecahan pada tubuh PKB 7.2Pemilihan umum 2004 7.3Oposisi terhadap pemerintahan SBY 8Kehidupan pribadi 8.1Kematian 9Penghargaan 9.1Tasrif Award-AJI 9.2Doktor kehormatan 10Lihat pula 11Catatan kaki 12Daftar pustaka 13Pranala luar

[sunting]Kehidupan awal

Gus Dur semasa muda.Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8kalender Islamtahun 1940 di DenanyarJombang,Jawa Timurdari pasanganWahid Hasyimdan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban, sama dengan7 September1940.Ia lahir dengan namaAbdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".[2]Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilanGus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".[2]Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalahK.H. Hasyim Asyari, pendiriNahdlatul Ulama(NU), sementara kakek dari pihak ibu,K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan[3]. Ayah Gus Dur,K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadiMenteri Agamatahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiriPondok PesantrenDenanyar Jombang. Saudaranya adalahSalahuddin WahiddanLily Wahid. Ia menikah denganSinta Nuriyahdan dikaruniai empat putri: Alisa,Yenny, Anita, dan Inayah.Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darahTionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandungRaden Patah(Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.[4][5]Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dariPutri Campa, puteriTiongkokyang merupakan selir RadenBrawijaya V.[5]Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis,Louis-Charles Damaisdiidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya diTrowulan.[5]Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang keJakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertamaPartai Majelis Syuro Muslimin Indonesia(Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentaraJepangyang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawanBelanda. Pada akhir perang tahun 1949, Wahid pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya[6]. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.Pendidikan Wahid berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur keYogyakartauntuk meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah keMagelanguntuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolahmadrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah sepertiHorizondanMajalah Budaya Jaya.[7][sunting]Pendidikan di luar negeriPada tahun1963, Wahid menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar diUniversitas Al AzhardiKairo,Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasaArab, Gus Dur diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial.[8]Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; ia suka menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton pertandingansepak bola. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa; ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas[9].Di Mesir, Wahid dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwaGerakan 30 September(G30S) terjadi. Mayor JendralSuhartomenangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Wahid, yang ditugaskan menulis laporan[10].Wahid mengalami kegagalan di Mesir. Ia tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G30S sangat mengganggu dirinya.[11]Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa ia harus mengulang belajar.[11]Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa diUniversitas Baghdad.[12]Wahid pindah keIrakdan menikmati lingkungan barunya. Meskipun ia lalai pada awalnya, Wahid dengan cepat belajar. Wahid juga meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah asosiasi tersebut.Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Abdurrahman Wahid pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Wahid ingin belajar diUniversitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui.[13]Dari Belanda, Wahid pergi keJermandanPerancissebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.[sunting]Awal karierGus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian,Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang disebut "Prisma" dan Gusdur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES,Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu,pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah. Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gusdur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah,pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Gusdur memilih batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis,menulis untuk majalah dan surat kabar Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu,ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang,tempat Gusdur tinggal bersama keluarganya.Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu,Gusdur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Pada tahun 1974 Gusdur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun kemudian Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.Pada tahun 1977,Gusdur bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktek dan Kepercayaan Islam dan Universitas ingin agar Gusdur mengajar subyek tambahan seperti syariat Islam dan misiologi. Namun kelebihannya menyebabkan beberapa ketidaksenangan dari sebagian kalangan universitas.[sunting]Nahdlatul Ulama[sunting]Awal keterlibatanLatar belakang keluarga Wahid segera berarti. Ia akan diminta untuk memainkan peran aktif dalam menjalankan NU. Permintaan ini berlawanan dengan aspirasi Gus Dur dalam menjadi intelektual publik dan ia dua kali menolak tawaran bergabung dengan Dewan Penasehat Agama NU. Namun, Wahid akhirnya bergabung dengan Dewan tersebut setelah kakeknya, Bisri Syansuri, memberinya tawaran ketiga[14]. Karena mengambil pekerjaan ini, Wahid juga memilih untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana. Sebagai anggota Dewan Penasehat Agama, Wahid memimpin dirinya sebagai reforman NU.Pada saat itu, Abdurrahman Wahid juga mendapat pengalaman politik pertamanya. Pada pemilihan umum legislatif 1982, Wahid berkampanye untukPartai Persatuan Pembangunan(PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil gabungan 4 partai Islam termasuk NU. Wahid menyebut bahwa Pemerintah mengganggu kampanye PPP dengan menangkap orang seperti dirinya[15]. Namun, Wahid selalu berhasil lepas karena memiliki hubungan dengan orang penting seperti JendralBenny Moerdani.[sunting]Mereformasi NUPada saat itu, banyak orang yang memandang NU sebagai organisasi dalam keadaan stagnasi/terhenti. Setelah berdiskusi, Dewan Penasehat Agama akhirnya membentuk Tim Tujuh (yang termasuk Wahid) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Reformasi dalam organisasi termasuk perubahan kepemimpinan. Pada 2 Mei 1982, pejabat-pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NUIdham Chaliddan meminta agar ia mengundurkan diri. Idham, yang telah memandu NU pada era transisi kekuasaan dariSoekarnokeSoehartoawalnya melawan, tetapi akhirnya mundur karena tekanan. Pada 6 Mei 1982, Wahid mendengar pilihan Idham untuk mundur dan menemuinya, lalu ia berkata bahwa permintaan mundur tidak konstitusionil. Dengan himbauan Wahid, Idham membatalkan kemundurannya dan Wahid bersama dengan Tim Tujuh dapat menegosiasikan persetujuan antara Idham dan orang yang meminta kemundurannya[16].Pada tahun 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ke-4 olehMajelis Permusyawaratan Rakyat(MPR) dan mulai mengambil langkah untuk menjadikanPancasilasebagai Ideologi Negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Wahid menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu tersebut. Wahid berkonsultasi dengan bacaan sepertiQurandanSunnahuntuk pembenaran dan akhirnya, pada Oktober 1983, ia menyimpulkan bahwa NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara[17]. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, Wahid juga mengundurkan diri dari PPP dan partai politik. Hal ini dilakukan sehingga NU dapat fokus dalam masalah sosial daripada terhambat dengan terlibat dalam politik.[sunting]Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertamaReformasi Wahid membuatnya sangat populer di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU. Wahid menerima nominasi ini dengan syarat ia mendapatkan wewenang penuh untuk memilih para pengurus yang akan bekerja di bawahnya. Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut. Namun demikian, persyaratannya untuk dapat memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi. Pada hari terakhir Munas, daftar anggota Wahid sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat tinggu NU termasuk Ketua PBNU sebelumnya,Idham Chalid. Wahid sebelumnya telah memberikan sebuah daftar kepada Panitia Munas yang sedianya akan diumumkan hari itu. Namun demikian, Panitia Munas, yang bertentangan dengan Idham, mengumumkan sebuah daftar yang sama sekali berbeda kepada para peserta Munas.[18]Terpilihnya Gus Dur dilihat positif olehSuhartodan rezimOrde Baru. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.[19]Pada tahun 1987, Abdurrahman Wahid menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat PartaiGolkarSuharto. Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar. Meskipun ia disukai oleh rezim, Wahid mengkritik pemerintah karena proyekWaduk Kedung Omboyang didanai olehBank Dunia.[20]Hal ini merenggangkan hubungan Wahid dengan pemerintah, namun saat itu Suharto masih mendapat dukungan politik dari NU.Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.[21]Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar diProbolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim.[22]Gus Dur pernah pula menghadapi kritik bahwa ia mengharapkan mengubah salam Muslim "assalamualaikum" menjadi salam sekular "selamat pagi".[23][sunting]Masa jabatan kedua dan melawan Orde BaruWahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik denganABRI, mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990,Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia(ICMI) dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual. Organisasi ini didukung oleh Soeharto, diketuai olehBaharuddin Jusuf Habibiedan di dalamnya terdapat intelektual Muslim sepertiAmien RaisdanNurcholish Madjidsebagai anggota. Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus Dur menolak karena ia mengira ICMI mendukungsektarianismedan akan membuat Soeharto tetap kuat.[24]Pada tahun 1991, Wahid melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelangpemilihan umum legislatif 1992.Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.[25]Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU, ide liberal Gus Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Sebagai ketua, Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan bahkan menerima undangan mengunjungiIsraelpada Oktober 1994.[26][sunting]Masa jabatan ketiga dan menuju reformasiMenjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie danHarmokoberkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat olehABRIdalam tindakan intimidasi.[27]Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik denganMegawati SoekarnoputridariPartai Demokrasi Indonesia(PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto. Wahid menasehati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDInya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi.Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur berpikir bahwa pilihan terbaiknya sekarang adalah mundur secara politik dengan mendukung pemerintah. Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur.[28]Pada saat yang sama, Gus Dur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan pada Desember 1996 bertemu denganAmien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.Juli 1997 merupakan awal dariKrisis Finansial Asia. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun ia terkenastrokepada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinyakerusuhan Mei 1998setelah penembakan enam mahasiswa diUniversitas Trisakti. Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya.[29]Hal tersebut tidak disukai Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto.[sunting]Reformasi[sunting]Pembentukan PKB dan Pernyataan CiganjurSalah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalahPartai Amanat Nasional(PAN) bentukan Amien danPartai Demokrasi Indonesia-Perjuangan(PDI-P) bentukan Megawati. Pada Juni 1998, banyak orang dari komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Juli 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasehat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan bahwa partai tersebut terbuka untuk semua orang.Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan SultanHamengkubuwono Xkembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden.[sunting]Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR

Amien Rais dan Gus Dur pada Sidang Umum MPR.Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli,Amien Raismembentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim.[30]Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.Pada 7 Oktober 1999, Amien dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden.[31]Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian,Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketuaDewan Perwakilan Rakyat(DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.[32]Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendralWirantountuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkanHamzah Hazdari PPP.[sunting]Kepresidenan[sunting]1999Kabinet pertama Gus Dur,Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup.[33]Pada November 1999, Wahid mengunjungi negara-negara anggotaASEAN,Jepang,Amerika Serikat,Qatar,Kuwait, danYordania. Setelah itu, pada bulan Desember, ia mengunjungiRepublik Rakyat Cina.[34]Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat.[33]Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur denganIsrael[35].Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendumTimor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungiJayapuradi provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.[36][sunting]2000

Abdurrahman Wahid di Forum Ekonomi Dunia tahun 2000.Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya keSwissuntuk menghadiriForum Ekonomi Duniadan mengunjungiArab Saudidalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungiInggris,Perancis,Belanda,Jerman, danItalia. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Gus Dur juga mengunjungiIndia,Korea Selatan,Thailand, danBrunei Darussalam. Pada bulan Maret, Gus Dur mengunjungiTimor Leste. Di bulan April, Wahid mengunjungiAfrika Selatandalam perjalanan menujuKubauntuk menghadiri pertemuanG-77, sebelum kembali melewatiKota MeksikodanHong Kong. Pada bulan Juni, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Perancis denganIran,Pakistan, danMesirsebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.[37]Ketika Gus Dur berkelana ke Eropa pada bulan Februari, ia mulai meminta JendralWirantomengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto.[38]Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan PerdaganganJusuf Kalladan Menteri Negara BUMNLaksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.[39]Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P.Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi denganGerakan Aceh Merdeka(GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatanganinota kesepahamandengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.[40]Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.[41]Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia.[42]Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina tahun 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada YayasanShimon Peres. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinyaAlwi Shihabmenentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti.[43]Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, yaituAgus Wirahadikusumah, yang diangkatnya menjadi PanglimaKostradpada bulan Maret. Pada Juli 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan.[44]Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba diMalukudan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.[45]Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei,Badan Urusan Logistik(BULOG) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang.[46]Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas.[47]Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.Pada September, Gus Dur menyatakandarurat militerdi Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.[48]Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadiserangan bom terhadap gereja-gerejadi Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia.Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 anggota DPR menandatangani petisi yang memintapemakzulanGus Dur.[49][sunting]2001 dan akhir kekuasaanPada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.[50]Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.[51]Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungiAustralia.Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalamanarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.[52]Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisawalk outdalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran diPasuruan.[53]. Namun, demonstran NU terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi ManusiaYusril Ihza Mahendradicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.[54]Menteri KehutananNurmahmudi Ismailjuga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikanPartai Keadilan,[55]yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inaugurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam)Susilo Bambang Yudhoyonountuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalamreshufflekabinet pada tanggal 1 Juli 2001.[56]Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.[57]Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuandekretyang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukanPartai Golkar[58]sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya denganMegawati Sukarnoputri.[59]Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan.[60][sunting]Aktivitas setelah kepresidenan[sunting]Perpecahan pada tubuh PKBSebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun,Matori Abdul Djalil, ketua PKB, bersikeras hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Syuro, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktivitas partai sebelum mencabut keanggotaan Matori pada bulan November.[61]Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB. Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai[62]Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasehat danAlwi Shihabsebagai Ketua PKB. PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis.[sunting]Pemilihan umum 2004Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalamPemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, memperoleh 10.6% suara. UntukPemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, dimana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehinggaKomisi Pemilihan Umummenolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan dari Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Untuk pemilihan kedua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur menyatakan golput.[sunting]Oposisi terhadap pemerintahan SBYPada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama denganTry Sutrisno,Wiranto,Akbar Tanjungdan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama mengenai pencabutan subsidi BBM yang akan menyebabkan naiknya harga BBM.[sunting]Kehidupan pribadiWahid menikah denganSinta Nuriyahdan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada,Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, danInayah Wulandari. Yenny juga aktif berpolitik diPartai Kebangkitan Bangsadan saat ini adalah direkturThe Wahid Institute.[sunting]KematianGus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Beberapa kali ia mengalami seranganstroke.Diabetesdan gangguanginjaljuga dideritanya. Ia meninggal dunia pada hari Rabu, 30 Desember 2009, diRumah Sakit Cipto Mangunkusumo,Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalanihemodialisis(cuci darah) rutin. MenurutSalahuddin Wahidadiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan padaarteri.[63]Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat diJombangseusai mengadakan perjalanan diJawa Timur.[64][sunting]PenghargaanPada tahun 1993, Gus Dur menerimaRamon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategoriCommunity Leadership.[65]Wahid dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokohTionghoaSemarangdi Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasanPecinanpada tanggal10 Maret2004.[5]Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakanHak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM.[66][67]Gus Dur memperoleh penghargaan dariMebal Valoryang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragamaKonghucudi Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama eraorde baru.[66]Wahid juga memperoleh penghargaan dariUniversitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studiAbdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.[66]Pada 21 Juli 2010, meskipun telah meninggal, ia memperolehLifetime Achievement Awarddalam Liputan 6 Awards 2010.[68]Penghargaan ini diserahkan langsung kepada Sinta Nuriyah, istri Gus Dur.[sunting]Tasrif Award-AJIPada11 Agustus2006,Gadis Ariviadan Gus Dur mendapatkanTasrif Award-AJIsebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006.[69]Penghargaan ini diberikan olehAliansi Jurnalis Independen(AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawanButet Kertaradjasa, pemimpin redaksiThe Jakarta PostEndy Bayuni, dan KetuaKomisi Nasional PerempuanChandra Kirana. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu.[70]Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan lain sepertiAti Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawanThe Jakarta Postmembantah dan mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU APP dengan kebebasan pers.[70][sunting]Doktor kehormatanGus Dur juga banyak memperoleh gelarDoktor Kehormatan(DoktorHonoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan: Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat,Bangkok,Thailand(2000)[71] Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)[71] Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari PantheonUniversitas Sorbonne,Paris,Perancis(2000)[71] Doktor Kehormatan dariUniversitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000) Doktor Kehormatan dariUniversitas Twente,Belanda(2000)[72] Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru,India(2000)[71] Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai,Tokyo,Jepang(2002)[71] Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya,Israel(2003)[73] Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk,Seoul,Korea Selatan(2003)[71] Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)[sunting]Lihat pula Daftar Presiden Indonesia[sunting]Catatan kaki1. ^"Gus Dur Wafat", 30 Desember 2009. Diakses pada 30 Desember 2009.2. ^abLatar belakang keluarga Gus Dur, GusDur.net3. ^Barton (2002), halaman 38-40.4. ^"Jangan Malu Jadi Tionghoa, Gus Dur Mengaku Keturuan". Surya Online. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.5. ^abcdQurtuby, Sumanto."Gus Dur, Tionghoa, Indonesia". Suara Merdeka. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.6. ^Barton (2002), halaman 497. ^Barton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 928. ^Barton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 889. ^Barton (2002), halaman 8810. ^Barton (2002), halaman 8911. ^abBarton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 9912. ^Barton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 10213. ^Barton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 11114. ^Barton (2002), halaman 11215. ^Barton (2002), halaman 133-13416. ^Barton (2002), halaman 13617. ^Barton, halaman 13818. ^Barton, halaman 14319. ^Barton (2002), halaman 153-15420. ^Barton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 188-18921. ^Barton, halaman 16222. ^Barton, halaman 165-16623. ^Barton (2002),Biografi Gus Dur, LKiS, halaman 18924. ^Barton (2002), halaman 18325. ^Barton, halaman 18726. ^Barton (2002), halaman 19827. ^Barton (2002), halaman 20328. ^Barton (2002), halaman 221-22229. ^Barton (2002), halaman 24330. ^Barton (2002), halaman 27531. ^Barton, halaman 28132. ^Conceicao, J.F. (2005).Indonesia's Six Years of Living Dangerously. Singapore: Horizon Books. hlm.9.ISBN981-05-2307-6.33. ^abBarton, halaman 29034. ^Barton (2002), halaman 288-29035. ^Conceicao, J.F (27 Oktober 2005).Indonesia's Six Years of Living Dangerously. Singapore: Horizon Books. hlm.15.ISBN 981-05-2307-6.36. ^Barton, halaman 29337. ^Barton (2002), halaman 294, hal. 297-298, hal.30838. ^Conceicao, J.F (27 Oktober 2005).Indonesia's Six Years of Living Dangerously. Singapore: Horizon Books. hlm.18.ISBN 981-05-2307-6.39. ^Barton (2002), halaman 30240. ^Conceicao, J.F (27 Oktober 2005).Indonesia's Six Years of Living Dangerously. Singapore: Horizon Books. hlm.30-31.ISBN 981-05-2307-6.41. ^"Dari Secangkir Kopi ke Hawa Nafsu". Kompas. 14 April 2000. Diakses pada 30 Desember 2006.42. ^"Wahid's Move on Trade Stirs Up Nationalism Among Muslims". New York Times. 12 November 1999. Diakses pada 25 Juni 2009.43. ^"Palestinian Ambassador Should Be Replaced". Jakarta Post. 20 Oktober 2000. Diakses pada 25 Juni 2009.44. ^Conceicao, J.F (27 Oktober 2005).Indonesia's Six Years of Living Dangerously. Singapore: Horizon Books. hlm.21.ISBN 981-05-2307-6.45. ^Barton (2002), halaman 30646. ^Barton (2002), halaman 30447. ^Barton (2002), halaman 32048. ^Barton (2002), halaman 34049. ^Barton (2002), halaman 34550. ^Chang, Yau Hoon (April 2004)."How to be Chinese". Inside Indonesia. Diakses pada 31 Desember 2006.51. ^Barton (2002), halaman 35252. ^Barton (2002), halaman 34853. ^Barton (2002), halaman 351-35254. ^"Yusril Ihza Minta Gus Dur Mundur",Gatra.com,Kesalahan: waktu tidak valid, diakses padaKesalahan: waktu tidak valid55. ^"Presiden: Dia Memenuhi Tiga Kriteria",Tempointeraktif.com,Kesalahan: waktu tidak valid, diakses padaKesalahan: waktu tidak valid56. ^"Gus Dur Copot Lima Anggota Kabinetnya",Gatra.com, 1 Juni 2011, diakses padaKesalahan: waktu tidak valid57. ^Barton (2002), halaman 36358. ^"MPR/DPR dan Golkar Dibekukan dan Pemilu Dipercepat",Tempointeraktif.com, 23 Juli 2011, diakses padaKesalahan: waktu tidak valid59. ^"Megawati Resmi Menjadi Presiden Indonesia",Tempointeraktif.com, 23 Juli 2011, diakses padaKesalahan: waktu tidak valid60. ^"Kepergian Abdurrahman Diiringi Massa Pendukung",Liputan6.com, 27 Juli 2011, diakses padaKesalahan: waktu tidak valid61. ^Tempointeraktif.com - Matori Dipecat dari PKB62. ^UTAMA63. ^Ninik Karmini.Former Indonesian president Wahid dies at 69. yahoonews dari AP edisi 30-12-2009.64. ^Syaiful Anri.Kesehatan Gus Dur Ambruk di Jombang. Liputan6 Online edisi 30-12-2009.65. ^http://www.rmaf.org.ph/Awardees/Citation/CitationWahidAbd.htm66. ^abc"Gus Dur Raih Tiga Penghargaan Internasional". Okezone. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.67. ^"Terima Penghargaan, Gus Dur Terbang ke AS". detik.com. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.68. ^"Penghargaan Spesial Buat Gus Dur". Liputan6. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.69. ^Gus Dur dan Gadis Arivia Raih Tasrif Award-AJI 2006, detik.com70. ^ab"Tasrif Award Buat Gus Dur Menuai Protes".KapanLagi.com. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.71. ^abcdef"Islam dan Demokrasi".Rijal Mumazziq Z. Surabaya Post. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.72. ^"President Wahid van Indonesikrijgt eredoctoraat van de Universiteit Twente". Persberichten Universiteit Twente. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.73. ^"Terima Doktor HC dari Universitas Israel". Suara Merdeka. Diakses padaKesalahan: waktu tidak valid.[sunting]Daftar pustaka Barton, Greg (27 Oktober 2002).Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President. Singapore: UNSW Press.ISBN 0-86840-405-5. Barton, Greg (27 Oktober 2002).Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta: LKiS.ISBN 978-979-3381-25-1.[sunting]Pranala luarWikimedia Commonsmemiliki kategori mengenaiAbdurrahman Wahid

Wikiquotememiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan:Abdurrahman Wahid

(Indonesia)(Inggris)Situs web resmi Abdurrahman Wahid (Indonesia)(Inggris)Institut Wahid (Indonesia)(Inggris)Yayasan LibForAll (Indonesia)(Inggris)Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Naskah pidato - Abdurrahman Wahid (Indonesia)Abdurrahman WahiddiTokohIndonesia.comJabatan politik

Didahuluioleh:B. J. HabibiePresiden Republik Indonesia1999-2001Digantikanoleh:Megawati Soekarnoputri

[tampilkan]lbsAbdurrahman Wahid

[tampilkan]lbsPresidenIndonesia

Kategori: Kelahiran 1940 Kematian 2009 Meninggal usia 69 Abdurrahman Wahid Tokoh dari Jombang