aaromex tl

15
VI. LATIHAN BANTUAN SENDIRI (AAROMEX) Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran, mahasiswa dapat memahami : 1. Definisi AAROMEX. 2. Indikasi AAROMEX 3. Prosedur pelaksanaan AAROMEX baik secara manual maupun mekanikal. A. Definisi Adalah suatu tipe latihan aktif yang memperoleh bantuan dari anggota gerak yang sehat atau kekuatan dari luar baik manual maupun mekanikal, karena otot penggerak utama memerlukan bantuan untuk menyempurnakan LGS-nya. B. Indikasi 1. Bagi penderita yang kekuatan ototnya lemah yaitu dalam gradasi MT 2 – 3 - , agar dapat diberikan bantuan yang sesuai guna menyelesaikan LGS-nya sehingga ototnya dapat distimulasi kearah peningkatan yang progresif. 2. Berguna untuk memperbaiki respon cardiovascular dan respiratory.

Upload: harfian-rangga-harta

Post on 17-Dec-2015

244 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

asistet resisten

TRANSCRIPT

VI

VI. LATIHAN BANTUAN SENDIRI (AAROMEX)

Tujuan Pembelajaran

Pada akhir pembelajaran, mahasiswa dapat memahami :

1. Definisi AAROMEX.

2. Indikasi AAROMEX

3. Prosedur pelaksanaan AAROMEX baik secara manual maupun mekanikal.

A. Definisi

Adalah suatu tipe latihan aktif yang memperoleh bantuan dari anggota gerak yang sehat atau kekuatan dari luar baik manual maupun mekanikal, karena otot penggerak utama memerlukan bantuan untuk menyempurnakan LGS-nya.

B. Indikasi

1. Bagi penderita yang kekuatan ototnya lemah yaitu dalam gradasi MT 2 3-, agar dapat diberikan bantuan yang sesuai guna menyelesaikan LGS-nya sehingga ototnya dapat distimulasi kearah peningkatan yang progresif.

2. Berguna untuk memperbaiki respon cardiovascular dan respiratory.

C. Prosedur Pelaksanaannya

1. Sama dengan PROMEX.

2. Demonstrasikan gerakan yang diinginkan sebelum memintanya untuk melakukan gerakan serta bantuan yang ada.

3. Bantuan diberikan secukupnya sesuai keperluan (boleh pada awal LGS atau diakhir LGS).

4. Gerakan sesuai dengan LGS yang ada.

D. Manual Self- Assistance

Adalah tipe latihan aktif yang memperoleh bantuan dari kekuatan penderita sendiri.

1. Tangan dan Lengan bawah

Instruksikan penderita untuk memegang disekitar sendi pergelangan tangan sisi yang sakit dengan tangan yang kuat, lalu dengan bantuan tersebut lakukan:

a. Fleksi ekstensi bahu

Angkat lengan yang sakit/lemah ke atas melewati kepala dan kemudian kembalikan ke posisi semula.

b. Abduksi horizontal adduksi horizontal bahu

Mulai dari posisi awal abduksi lengan 90o, kemudian pasien menarik lengannya yang lemah menyilang dadanya dan kemudian kembali ke posisi semula.

c. Rotasi bahu

Posisi awal abduksi lengan 90o dan siku fleksi 90o, kemudian pasien merotasikan lengannya.

d. Fleksi ekstensi siku

Pasien membengkokkan sikunya hingga tangannya mendekati bahu, kemudian gerakkan kembali ke posisi semula.

e. Pronasi supinasi lengan bawah

Dimulai dengan menyilangkan lengan bawahnya, kemudian pasien merotasikan radius terhadap ulna.

2. Pergelangan tangan dan tangan

a. Fleksi ekstensi dan radial deviasi ulnar deviasi pergelangan tangan.

Pasien memegang sendiri dan menggerakkan kesemua arah dengan genggaman pada punggung tangannya.

b. Fleksi ekstensi jari-jari

Pasien menggunakan ibu jarinya yang sehat untuk mengekstensikan jari-jarinya yang lemah, kemudian menekuk kembali jari tersebut agar terbentuk gerakan fleksi.

c. Kombinasi fleksi ibu jari dengan opposisi dan ekstensi ibu jari dengan reposisi.

Tangan penderita yang sehat menggenggam jari-jarinya yang lemah disekitar sisi radius (eminensia thenar) dan meletakkan ibu jarinya yang sehat disisi palmar untuk gerakan ekstensi dengan reposisi.

Untuk fleksi dan opposisi ibu jari, cekungkan tangan yang normal pada permukaan dorsal tangan yang lemah dan mendorong metacarpal I ke jari kelingking.

3. Paha dan lutut

Pasien tidur terlentang, kemudian instruksikan agar menggelincirkan kakinya yang normal dibawah lututnya yang lemah.

a. Fleksi hip dan knee

Mintalah penderita untuk memulai gerakan dengan mengangkat lutut yang lemah ke atas melalui bantuan kaki yang normal. Kemudian pegang lututnya dengan tangan yang sehat, selanjutnya bawalah lutut ke arah dada.

b. Abduksi adduksi hip

Instruksikan penderita untuk menggelincirkan kakinya yang normal/kuat pada lutut yang lemah ke bawah pergelangan kakinya, kemudian gerakkan tungkainya dari samping ke samping.

4. Pergelangan kaki dan jari-jari kaki

Pasien duduk dengan tungkai yang lemah disilangkan diatas kaki yang normal sehingga bagian distal tungkai tersanggah diatas lutut yang normal. Melalui tangan yang sehat, maka pergelangan kaki yang lemah digerakkan ke arah dorsofleksi, plantar fleksi, inversi, eversi serta fleksi dan ekstensi jari-jari.

E. Wand Exercise (Latihan Assistance dengan bantuan tongkat)

Saat penderita memiliki kontrol otot secara volunter tetapi memerlukan penuntun gerak atau dorongan untuk menyelesaikan LGS pada bahu atau siku maka tongkat dapat dipakai untuk membantu gerakan tersebut.

Prosedur

Awalnya, arahkan pasien pada gerakan yang baik untuk setiap aktivitas guna memastikan tidak adanya gerak substitusi. Pasien lalu memegang tongkat dengan kedua tangannya, dimana anggota gerak yang sehat mengarahkan anggota gerak yang lemah. Hal ini dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk atau tidur terlentang.

1. Fleksi ekstensi bahu

Tongkat digenggam dengan kedua tangan yang agak melebar. Tongkat diangkat ke atas dan ke bawah sesuai dengan LGS yang ada dimana siku dipertahankan dalam posisi ekstensi. Gerakan dari scapulohumeral haruslah halus untuk mencegah elevasi scapula atau trunkus bergerak.

2. Abduksi adduksi horizontal bahu

Tongkat diangkat hingga fleksi bahu 90o. Pertahankan agar siku tetap ekstensi, kemudian penderita mendorong dan menarik tongkat ke depan dan belakang menyilang badannya sesuai dengan LGS yang ada. Jangan biarkan trunkus berotasi.

3. Endorotasi eksorotasi bahu

Bahu penderita diabduksikan 90o serta siku fleksi 90o. Untuk eksorotasi, tongkat digerakkan ke arah atas kepala penderita, sedangkan endorotasi tongkat digerakkan ke arah garis pusatnya (ke bawah).

Posisi alternatif

Lengan pasien dibiarkan disisi badan dengan siku fleksi 90o. Rotasikan lengan dengan menggerakkan tongkat dari samping ke samping menyilang badannya sambil mempertahankan siku tetap disamping badan. Rotasi haruslah terjadi pada humerus dan cegah agar tidak terjadi gerakan fleksi ekstensi siku.

4. Fleksi ekstensi siku

Lengan pasien bisa dalam keadaan pronasi atau supinasi ; tangan memegang tongkat selebar badan, kemudian instruksikan agar pasien menekuk dan meluruskan sikunya.

5. Hiperekstensi bahu

Posisi penderita bisa dalam keadaan berdiri atau tengkurap. Letakkan tongkat dibelakang pantatnya dan genggam dengan kedua tangannya selebar badan, kemudian angkat ke arah belakang atas. Cegah terjadinya fleksi trunkus.

6. Gerakan kombinasi

Penderita berdiri, lalu memegang tongkat yang diletakkan di belakang pantat. Kemudian mintalah pasien untuk mengangkat bahunya ke atas, lalu ekstensi, fleksi siku dan endorotasi bahu.

F. Finger Ladder (Wall Climbing)

Adalah suatu alat untuk memperkuat tujuan pencapaian LGS pada bahu. Perhatian: penderita harus diajarkan untuk melakukan gerakan yang benar dan mencegah gerakan substitusi melalui lateral fleksi trunkus, jinjit atau elevasi scapula.

1. Fleksi bahu

Pasien berdiri menghadap finger ladder dengan tangan/lengan diulur ke depan dan letakkan jari telunjuk atau jari tengah pada ladder lalu gerakkan ke atas. Penderita harus melangkah ke depan lebih dekat saat lengan sudah elevasi.

2. Abduksi bahu

Pasien berdiri menyampingi finger ladder, dimana bahu yang sakit digerakkan ke atas sesuai ladder yang ada. Pasien memerlukan eksorotasi saat elevasi abduksi.

G. Overhead Pulley System (O P S)

Jika diajarkan dengan benar, maka OPS dapat berguna secara efektif untuk membantu melakukan latihan LGS pada anggota gerak yang lemah. Latihan dapat dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau tidur terlentang.

1. Fleksi dan abduksi bahu

Instruksikan penderita untuk memegang satu pegangan OPS, kemudian tangan yang lain menarik tali pegangan OPS satunya, sehingga lengan yang sakit akan terangkat ke atas atau ke samping. Siku harus dipertahankan dalam posisi ekstensi dan cegah agar bahu tidak dielevasikan atau trunkus bungkuk ke depan. Arahkan agar penderita melakukan gerakan secara halus dan perlahan.

2. Endorotasi eksorotasi bahu

Posisikan lengan pasien abduksi 90o dan sikunya fleksi 90o. Jika posisi duduk maka sebaiknya tempat duduk harus yang memiliki sandaran kursi. Kemudian angkat lengan bawah melalui bantuan pegangan OPS yang satu serta cegah rotasi lengan.

3. Fleksi siku

Stabilisasi lengan penderita disisi badannya, kemudian angkat lengan bawahnya serta bengkokkan sikunya.

H. Shoulder Whell (Roda bahu)

Melalui instruksi yang benar, maka shoulder whell dapat digunakan untuk memotivasi pasien didalam melakukan latihan LGS aktif yang ditujukan pada sendi bahu.

Prosedur

Pasien diposisikan sehingga sendi bahunya tepat pada axis roda bahu dan gerakan yang diinginkan pada arkus roda bahu. LGS bahu dan arkus tulangnya haruslah sesuai dengan kemampuan gerak penderita.

1. Abduksi adduksi

Pasien berdiri menghadap ke roda bahu atau membelakangi roda bahu. Axis sendi bahu harus tepat dengan axis roda bahu. Pegangan disesuaikan dengan panjang tangan pasien. Kemudian dia memegang pegangan tangan shoulder whell dan menggerakkan lengannya sesuai dengan arah jarum jam atau berlawanan dengan arah jarum jam.

2. Fleksi ekstensi

Pasien berdiri menyampingi alat tersebut. Kemudian diminta untuk menggerakkan roda bahu ke arah depan dan belakang sebatas LGS yang ada.

3. Endorotasi Eksorotasi

Pasien berdiri menyampingi alat tersebut, dimana bahu penderita abduksi 90o dan siku fleksi 90o serta siku diletakkan pada axis roda bahu. Pegangannya disesuaikan dengan sehasta/panjang lengan bawahnya, kemudian diminta untuk memutar lengannya ke atas dan ke bawah sebatas LGS-nya.

I. Skate board ; Powder board (Papan luncur ; Papan bedak)

Alat ini biasanya disiapkan didalam prosedur operasi sendi pangkal paha untuk memelihara LGS-nya. Instruksi yang tepat dapat membuat alat tersebut lebih berguna, tetapi jika menyuruh saja akan dapat menghasilkan kesalahan yang besar.

Prosedur

Letakkan papan tersebut di bawah tungkai yang lemah. Jika memungkinkan, ikatlah roda luncuran pada kaki atau dengan papan yang ditaburi bedak untuk menurunkan gaya gesek papan terhadap kaki.

1. Abduksi adduksi hip

Posisi penderita : tidur terlentang, dengan ujung jari kaki menghadap ke atas untuk mempertahankan agar sendi pangkal paha tetap netral dari rotasi tungkai. Jangan biarkan tungkai berputar keluar saat pasien bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain (Abduksi adduksi).

2. Fleksi ekstensi hip

Posisi penderita : tidur terlentang, kemudian lutut ditekuk dan diluruskan melalui gaya gelinciran dari tumit yang disertai dengan usaha mencegah rotasi, abduksi dan adduksi hip.

Posisi alternatif

Pasien tidur miring, dengan hip yang sakit berada di atas. Papan ditempatkan diantara kedua tungkai yang disanggah dengan bantal. Papan luncur dapat juga diposisikan dengan berbagai sudut.

J. Suspensi

Teknik ini digunakan untuk bagian tubuh yang bebas dari tahanan dan gaya gesek saat digerakkan. Bagian yang disuspensi digantung dengan tali yang dilekatkan secara terfiksir pada titik tertentu.

Ada 2 tipe suspensi, yaitu :

1. Fiksasi vertikal

Titik perlekatan tali tepat diatas gaya gravitasi dari segmen/ruas yang akan digerakkan. Kemudian bagian tersebut bergerak seperti bandul (arkus).

2. Fiksasi Aksial

Titik perlekatan dari semua tali menyanggah bagian tubuh pada axis yang akan digerakkan. Bagian tubuh tersebut akan bergerak dalam bidang datar. Tipe ini memungkinkan gerakan yang lebih luas.

Keuntungan suspensi :

1. Adanya partisipasi aktif dari penderita sehingga penderita belajar menggunakan otot yang sesuai dengan gerakan yang diinginkan.

2. Peningkatan rileksasi melalui gerak yang halus dan ritmis.

3. Sedikit kerja yang dibutuhkan untuk menstabilisasi otot karena bagian tersebut tersanggah.

4. Modifikasi dapat dibuat, misalnya memberikan gradasi bantuan gradasi resisten.

5. Setelah diajarkan oleh FT, maka pasien dapat bekerja secara independen.

Contoh-contoh latihan pada suspensi adalah :

1. Abduksi adduksi shoulder pada fiksasi aksial.

2. Fleksi ekstensi hip pada fiksasi aksial.

3. Abduksi adduksi hip pada fiksasi vertikal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kisner, Carolyn and Colby, Therapeutic Exercise Foundation and Techniques, Second Edition, F.A. Davis Company, 1990.

2. Gardiner M. Dena, The Principle of Exercise Therapy, Fourth Edition, Bell and Hyman Limited, London, 1991.

3. Anshar, Sudaryanto, Diktat Terapi Latihan II, Akfis Depkes Makassar, 1999.

4. David J. Maggie, Orthopaedic Physical Therapy, University of Alberta Canada, 1991.