a. tinjauan persepsi - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/5577/16/bab ii.pdf · rakyat, tarian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Menurut Desdereto, yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1999 : 51)
menyatakan bahwa “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan”.
Kemudian Mar’at (1984 : 21-22), memberikan penjelasan persepsi sebagai
berikut: “Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari
komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan
karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan
berbuat. Jadi jelas bahwa komponen kognisi akan berpengaruh terhadap
predisposisi seseorang untuk bertindak, terhadap suatu objek, yang merupakan
jawaban atas pernyataan atas apa yang dipikirkan dan apa yang persepsikan
tentang objek tersebut”.
Selanjutnya menurut Pringgodigdo, A.K. (1991 : 866) Persepsi diartikan,
“sebagai proses mental yang menghasilkan bayang-bayang pada diri individu,
sehingga dapat mengenal suatu objek dengan ingatan tertentu, baik secara
9
indera penglihatan, indera peraba, dan sebagainya sehingga akhirnya
bayangan itu dapat disadari”.
Kemudian Tim Penyusun kamus, Pusat Pembinaan dan pengembangan
Bahasa Indonesia (1997) Persepsi didefinisikan sebagai berikut :
1) Tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan
2) Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.
Selanjutnya menurut C.P. Chaplin (1989 : 358), persepsi diberi pengertian yang
meliputi :
1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan
bantuan indra.
2) Kesadaran dari proses-proses organis.
3) (Tichener) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti
yang berasal dari pengalaman-pengalaman masa lalu.
4) Variable yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari
kemampuan untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-
perangsang.
5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang
serta merta mengenai sesuatu.
Selanjutnya William James yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi (1994 :
105-106), menyatakan bahwa, “Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang
kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian
lainnya dari pengolahan ingatan (memory) kita (diolah kembali berdasarkan
pengalaman yang kita miliki)”.
10
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan dilihat dari isinya maka
persepsi adalah kemampuan seseorang membeda-bedakan antara objek yang
satu dengan objek yang lain. Dalam proses tersebut didahului dengan
pandangan dan pegangan yang berasal dari komponen kognisi sehingga
seseorang dapat dinyatakan dalam prilaku terhadap objek tertentu.
2. Proses Terjadinya Persepsi
1) Sensasi (Sensasion)
Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indera.
2) Perhatian (Attention)
Dalam menentukan perhatian ini ada 2 faktor yang harus dijadikan
pertimbangan, yaitu :
a. Faktor situasional disebut juga sebagai determinan perhatian yang
bersifat eksternal atau menarik perhatian. Stimulan diperhatikan karena
mempunyai sifat-sifat yang menonjol seperti gerakan, intensitas dan
perulangan.
b. Faktor personal bersifat internal atau menarik perhatian. faktor ini
merupakan faktor yang mengandalkan kemampuan alat indera masing-
masing individu untuk berkonsentrasi terhadap suatu obyek
rangsangan. Apa yang menjadi perhatian seseorang akan lolos dari
perhatian orang lain atau sebaliknya. Ada kecendrungan kita melihat
apa yang ingin kita lihat.
11
Menurut Sendjaja (1994: 55), persepsi mensyaratkan tiga hal yaitu:
a. Orang yang mempersepsi
b. Objek persepsi
c. Suatu persepi atau makna yang merupakan hasil dari tindakan persepi.
Persepsi meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi
mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,
pendengaran, dan penciuman. Dengan demikian persepsi merupakan suatu
proses pengamatan terhadap sesuatu objek yang terdiri dari:
a. Stimulasi pada alat ngindra (sensory stimulation
Pada tahap ini, alat-alat indra distimulassi atau dirangsang akan
keberadaan sesuatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki
kemampuan pengindran untuk merasakan Stimulus, manusia tidak
selalu menggunakannya, sebagai contoh pada saat seseorang melamun.
b. Stimulasi terhadap alat indra di atur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut
berbagai prinsip, salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip
Proximitas atau kemiripan. Sebagai contoh kita mempersepsikan pesan
yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai suatu unit dan
menganggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Prinsip lain adalah
prinsip kelengkapan (closure). Manusia cendrung mempersepsikan
gambar atau pesan yang dalam yang dalam kenyataan tidak lengkap
sebagai gambar atau pesan yang lengkap, dengan melengkapi bagian-
bagian gambar atau pesan yang tampak logis untuk melengkapi gambar
ataupun pesan tersebut.
12
c. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi kedua istilah tersebut
digabungkan guna menegaskan bahwa keduanya tidak dapat
dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang
melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak
semata-mata dirasakan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem
nilai, keyakinan tentang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada
saat tersebut dan lain sebagainya.
Selanjutnya menurut Sendjaja (1994: 55), sifat-sifat persepsi adalah:
a. Persepsi adalah pengalaman
Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa, kita
harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya
kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan oran, objek atau
persitiwa tersebut atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa
landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk
mempersepsikan suatu makna sebab ini akan membawa kita pada suatu
kebingungan.
b. Persepsi adalah selektif
Ketika kita mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperhatikan
hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata
lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari
objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain.
13
c. Persepsi adalah penyimpulan
Proses psikologi dari persespi mencakup penarikan kesimpulan
melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan
melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi
yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah
melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya
didasarakan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita.
d. Persepsi tidak akurat
Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengundang kesalahan dalam
kadar tertentu. Hal ini antara lain disebakan oleh pengaruh pegalaman
masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini
terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyama ratakan.
e. Persepsi adalah evaluatif
Persepsi tidak akan pernah objektif karena kita melakukan interpretasi
berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan
pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi.
Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di
dalam diri kita, maka hasil persepsi berupa baik (positif), biasa saja
(netral), maupun tidak baik (negatif) bersifat subyektif atau tergantung
pada individu yang mempersepsi.
14
B. Tinjauan Pemuda
1. Pengertian Pemuda
Komunikasi dibidang budaya akan lebih terkait dengan para pemuda yang
menjadi sasaran pokok objek penelitian. Untuk mengetahui pengertian
Pemuda sering dijumpai kesamaan pengertian antara Remaja dan pemuda hal
ini disebabkan kesamaan kriteria antara remaja dan pemuda. Berikut
pengertian pemuda dari beberapa pendapat.
Dilihat dari sudut pandang Psikologik dan Pedagogik, H.A.R Tilaar
menyebutkan “Pemuda ialah suatu masa yang identik dengan sifat
pemberontak berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi serampangan, penuh
gairah tetapi sering berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata Pemuda identik
dengan romantik, masa yang menarik tetapi juga perlu dikasihani setidaknya
dari kacamata orang dewasa”. (LP3S : 1974 : 21).
Dari segi Demografi, dan dari sudut kependudukan serta pandangan ekonomi
dan yang tercantum dalam penetapan inter regional seminar an the traning of
frofesural volountary yout leader (Denmark, 1969) maka Pemuda seperti yang
dikutip M. Yasin adalah “Putera-puteri yang telah masuk usia kerja antara 10-
25 tahun” (LP3S : 1974 : 21).
2. Kelompok Pemuda
Sementara dalam buku Pola Dasar Pembisaan Generasi Muda (1979) bahwa
pemuda dikelompokkan menjadi beberapa segi yaitu :
15
1) Dari segi budaya dan fungsional
Berdasarkan dari segi ini, maka dikenal isilah anak-anak, remaja, dan
dewasa kriterianya :
a. Anak ialah mereka yang berumur antara 0 – 12 tahun
b. Remaja ialah mereka berumur 13 – 18 tahun
c. Dewasa ialah mereka yang berumur 18 – 22 tahun
2) Dilihat dari segi ideologi politik
Berdasarkan ideologi politik maka generasi muda adalah calon pengganti
terdahulu dalam hal ini yaitu : yang berumur 18 – 30 tahun, dan kadang-
kadang juga hingga 40 tahun.
3) Dilihat dari segi umur, lembaga, dan ruang lingkup tempat pemuda.
Berdasarkan pengertian ini maka pengertian pemuda terbagi menjaditiga
kategori yaitu :
a. siswa berumur antara 6 – 18 tahun masih berada di bangku sekolah
b. Mahasiswa 18 – 25 tahun dan berada di perguruan tinggi
c. Pemuda di luar sekolah dan perguruan tinggi dan berumur 15 – 30
tahun.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemuda adalah
masa pengembangan seseorang dimana terjadi perubahan-perubahan fisik
maupun psikologis menuju kedewasaan. Sedangkan mengenai batas antara
rentangan usia baik lelaki dan perempuan adalah umur 14 – 30 tahun.
16
C. Tinjauan Komunikasi Tradisional
1. Pengertian Komunikasi Tradisional
Komunikasi tradisional menurut Effendy (1989 : 375) adalah gaya atau cara
berkomunikasi yang berlangsung lama secara turun temurun pada suatu
masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya, disebabkan ciri-ciri
khas masyarakat bersangkutan beserta tata nilai kebudayaan suatu masyarakat
desa sangat ditentukan oleh faktor budaya setempat.
2. Bentuk Komunikasi Tradisional
Menurut Arni Muhammad dalam (Joewono, 1998 : 122) komunikasi
tradisional adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang sifatnya masih
tradisional, misalnya bahasa daerah, budaya daerah, kesenian daerah, dan lain-
lain. Berdasarkan definisi tersebut, maka bentuk komunikasi tradisional dapat
berupa bahasa daerah, budaya daerah ataupun simbol-simbol budaya daerah
dengan menggunakan media yang bersifat tradisional.
2. Sifat-Sifat Media Tradisional
Ranganath dalam (Jahi, 1999 : 103), misalnya, menuturkan bahwa media
tradisional akrab dengan masa khalayak, kaya akan variasi dengan segera akan
tersedia, dan biayanya rendah. Sedangkan menurut Eapen dalam (Jahi, 1999 :
103) menyatakan bahwa media ini secara komparatif murah, tidak perlu di
impor, karena ia merupakan milik komunitas. Disamping itu, medianya tidak
akan menimbulkan ancaman kolonialisme kebudayaan dan dominasi ideology
asing.
17
Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. dalam pengertian yang
lebih sempit, media ini sering juga disebut sebagai media rakyat. dalam
hubungan ini, Coseteng dan Fernandes dalam (Jahi, 1999 : 101)
mendefinisikan media tradisional sebagai “bentuk verbal, gerakan, lisan dan
visual yang dikenal atau dipertunjukkan oleh mereka dengan maksud
menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar dan mendidik”.
Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyanyian
rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat
yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra visual ataupun
pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi Glovel dalam (Jahi,
1999 : 10) oleh karena sifat-sifat di atas, media ini berfungsi sebagai pembawa
pesan yang lebih baik daripada media lainnya bagi kesejahteraan seluruh
warga masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi dan
budaya. Kesejahteraan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia di daerah pedesaan secara menyeluruh.
Dipihak lain, Dissanayake dalam (Jahi, 1999 : 104) menunjukan kelebihan
media rakyat ini, jika dibandingkan dengan media massa yang ada di Negara-
negara yang sedang berkembang. pertama, kredibilitas media tradisional lebih
besar, karena ia telah lama dikenal. Media tersebut dapat mengekspresikan
kebutuhan, kegembiraan, kesedihan, kesenangan atupun kekecewaan
masyarakat yang mendalam karena menderita kekalahan. Kedua, media
tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan symbol-simbol yang mudah
dipahami oleh rakyat dan mencapai sebagian dari populasi yang berada diluar
18
jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam
proses komunikasi.
D. Tinjauan Kesenian
1. Pengertian Kesenian
Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan
untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga
mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk
perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara
umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil
manusia. Kuntjaraningrat
Kesenian merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni.
Sedangkan menurut pengertian awam, seni adalah keindahan yang diciptakan
oleh manusia. Bunga mawar yang indah bukan suatu karya seni, tetapi jika
bunga tersebut dilukis maka lukisan tersebut merupakan sebuah karya seni. Ki
Hajar Dewantara memberi batasan yang lebih luas lagi dengan pendapatnya,
bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan
bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.
19
1. Faktor-faktor Lahirnya Kesenian
Seni dapat lahir dan berkembang karena pada umumnya manusia senang pada
keindahan. Sampai dengan sekarang telah terdapat banyak macam seni yang
dapat dikelompokkan menjadi beberapa cabang seni. Pengelompokkan tersebut
berdasarkan pada media yang dipakai untuk mengungkapkannya.
Macam-macam cabang seni adalah:
1) Seni suara, yaitu seni yang diungkapkan dengan media suara. Misalnya seni
musik, seni vokal, seni baca Al Qur’an.
2) Seni gerak, yaitu seni yang diungkapkan dengan media gerak. Misalnya
seni tari, seni pantomim, senam irama.
3) Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan dengan media bahasa. Misalnya
seni prosa, seni puisi.
4) Seni rupa, yaitu seni yang diungkapkan dengan media rupa. Misalnya seni
lukis, seni patung, seni bangunan.
5) Seni drama, yaitu seni yang memperagakan suatu cerita dengan media
suara, gerak dan rupa. Misalnya seni lenong, seni ludruk, seni opera.
Pada waktu dulu penciptaan karya seni juga banyak terpengaruh oleh bentuk-
bentuk alam, di samping faktor keindahan. Hal itu tampak jelas terutama pada
karya-karya seni rupa. Pada zaman modern sekarang, karya-karya
kontemporer (masa kini) lebih mengutamakan pada ide atau gagasan baru,
ujudnya tampak lebih bebas bahkan banyak yang tidak berujud bentuk alam
atau abstrak. Kadang-kadang juga tidak menunjukkan adanya keindahan,
tetapi tetap dapat menyentuh rasa.
20
Pengertian atau Definisi Kesenian diambil dari kata Seni yang berarti Proses
dari manusia (menciptakan) atau intisari ekspresi dari kreativitas yang
mengandung unsur keindahan dan keelokan, orang yang menciptakan sebuah
kreativitas seni disebut Seniman.
Definisi atau pengertian kesenian adalah bagian dari kebudayaan yang ada
hubungannya dengan unsur keindahan dan keelokan, unsur itu adanya dalam
batin dipikiran manusia yang termasuk unsur keindahan itu dan bisa juga
definisi atau pengertian kesenian adalah proses penciptaan unsur-unsur yang
membuat hati senang, puas buat melengkapi sisi bathin kehidupan manusiawi.
E. Tinjauan Lempar Selendang
1. Sejarah Lahirnya Lempar Selendang
Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari selendang/lempar
selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli
mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana. Secara
bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan
lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan
yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli
mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan
memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan
demikian seterusnya.
Acara muda mudi ini bisa di bilang tradisi, turun temurun dari generasi ke
generasi. Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari
21
selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang
oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana.
Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua
pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai
satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah
pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing
memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara
berpasangan dan demikian seterusnya.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Dahulu di Lampung Barat
hanya ada alat musik gong dan rebana dan belum ada VCD Player maka
sekarang sudah ada VCD Player yang lebih canggih, sehingga alat-alat musik
tradisional tadi ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik yang lebih
canggih dan lebih mudah digunakan, kondisi yang demikian mau tidak mau
berpengaruh terhadap kesenian tradisonal kita, padahal kesenian tradisional
kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.
Sebenarnya perubahan dan pergeseran nilai suatu kebudayaan adalah lumrah
adanya, asalkan tidak bergeser terlalu jauh dari sifat dan nilai-nilai aslinya,
karena pada dasarnya pun kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karya
manusia adalah bergerak secara dinamis.
22
2. Makna Lempar Selendang
Makna banyak yang terkandung dalam kesenian lempar selendang ini, selain
makna keberamanaan, makna silaturhami, ajang perjodohan. Setiap jenis
musik yang dilaksanakan dalam acara-acara sesuai dengan alunan musik yang
dipakai dalam acara tersebut. misalnya dalam acara pernikahan maka yang
digunakan adalah alat musik tradisional sedangkan pada saat acara muda-mudi
digunakan alat musik modern VCD/CD.
Makna simbolik lempar selendang ini bersifat objektif, artinya arti simbolik
yang terkandung di dalamnya sudah menjadi tradisi yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang
diteruskan dari gener.
3. Tahapan Kegiatan Seni Lempar Selendang
Kesenian lempar selendang adalah suatu kegiatan acara pada upacara
perkawinan yang sering dilakukan masyarakat Lampung Barat khususnya dan
sebagian besar sumatra bagian selatan. Adapun tahapan kegiatan acara muli
mekhanai dalam acara lempar selendang pada resepsi upacara perkawinan
biasanya dilakukan dengan cara menyampaikan sebuah pesan dari tuan rumah
kepada kepala bujang. Lalu pesan tersebut di sebarkan dari mulut kemulut
sehinggga beritanya menyebar ke pada muli mekhanai di kampung tersebut
dan bahkan menyebar sampai kampung- kampung tetangga.
23
Pada saatnya acara lempar selendang akan dilaksanakan mula-mula kepala
bujang atau pembawa acara “jenang” akan berpidato, yang bermaksud
menyampaikan tata acara dari kegiatan lempar seledang dan tata tertib yang
harus dipatuhi perserta atau pemuda yang mengikuti acara tersebut, baik
prilaku, bahasa, serta busana yang layak dipakai. Setelah pembawa acara
menyampaikan pidato tata acara dan tata tertib peraturan kegiatan lempar
selendang yang akan dilaksankaan, barulah pemuda/pemudi yang siap dan
bersedia mengikuti peraturan tersebut dipersilahkan untuk memasuki rungan
acara.
Kemudian tahapan selanjutnya di dalam ruangan muda/mudi melakukan surat
menyurat antara mereka sebagai awal mula perkenalan antara mereka dengan
diiringi musik lempar selendang. Lalu lempar seledang dilakukan setelah
kegiatan surat menyurat dilakukan sebagai tahap perkenalan selanjut antara
mereka. Setelah beberapa rangkaian acara dilakukan masuklah pada tahapan
kegiatan membakar rokok “sesuahan khuku”, yang mana pemuda yang telah
melakukan perkenalan pada kegiatan sebelumnya meminta untuk rokok yang
pemuda “mekhanai” punya dibakarkan oleh pemudi “muli”. Setelah kegiatan
sesuahan khuk berakhir masuklah tahapan meminum kopi ngupi dan makan-
makanan khas lampung “cucur, rengginang,dodol, dll”. Dengan telah
berakhirnya beberapa kegiatan tahapan lempar selendang, tibalah untuk
pemuda/pemudi makan bersama “mengan bersama”. Lalu pembawa acara
“jenang” menyampaikan pesan penutup kepada pemuda/pemudi bahwa acara
lempar selendang telah berakhir antara mereka, dan dengan itu berakhir pula
acara pernikahan antara teman sebayanya yang telah tiba lebih dulu jodohnya.
24
F. Landasan Teori
Teori persepsi yang melandasi penelitian ini ialah teori mengenai faktor-
faktor yang menentukan persepsi yang dikemukakan oleh David Krech dan
Ricard S. Crutchfield dalam Rakhmat (1994:4), yang terdiri dari faktor
fungsional dua faktor struktural, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain
yang termasuk dari faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis
atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan respon pada stimuli
tersebut.
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama : persepsi
bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek- objek yang
mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek- objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi mereka memberikan
contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasanan emosional dan latar
belakang budaya terhadap persepsi. Pengruh kebudayaan terhadap persepsi.
Sudah merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya (croos
cultural psychology) dan komunikasi antar budaya (intercultural
communication).
Faktor- faktor fungsional yang mempengruhi persepsi lazim disebut sebagai
kerangka rujukan. Kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang
memberi makna pada pesan yang diterimanya. Mula- mula konsep ini berasal
25
dari psikofisik yang berkaitan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan
konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Adapun faktor- faktor
fungsional meliputi :
1) Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan
mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. Dengan demikian,
kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.
2) Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan mempengaruhi atau
menentukan persepsi seseorang.
3) Suasana emosi, suasana emosi seseorang baik dalam keadaan baik, sedih,
bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya
terhadap suatu objek rangsangan.
4) Latar belakang budaya, latar belakang budaya seseorang berasal, akan
mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang pada suatu rangsangan.
2. Faktor Struktural
Faktor Struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
syarat yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Krech dan Cruthfield
dalam Rakhmat (2005: 59- 60), merumuskan dalil persepsi :
1) Bahwa medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi
arti dan manusia akan mengorganisikan tentang sebuah objek yang
diterimanya enggan menginterpretasikan konteks petunjuknya.
2) Bahwa sifat- sifat perseptual dan kognitif dari sub struktur ditentukan pada
umumnya oleh sifat- sifat struktur secara keseluruhan. Artinya bahwa sifat
26
struktur keseluruhan akan memberikan efek kontras atau asimilasi
terhadap sub struktur.
3) Bahwa objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau
menyerupai saatu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari
struktur.
Dalam konteks penelitian ini, dari kedua faktor tersebut yang akan dikaji
hanya pada faktor fungsional yaitu kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosi
dan latar belakang budaya. Alasan pemilihan faktor ini adalah untuk
pembatasan pembahasan agar tidak meluas dan berbagai faktor fungsional
tersebut sesuai dengan kajian penelitan mengenai persepsi pemuda terhadap
pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang asi ke generasi baik
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah,
seperti kesenian lempar selendang. Hal ini disebabkan karena kesenian lempar
selendang dapat menjalin silahturahim, mengumpulkan kebahagiaan dan
semangat untuk muda-mudi yang belum menikah, bisa juga jadi ajang
perkenalan atau perjodohan.
G. Kerangka Pikir
Bentuk komunikasi tradisional dapat berupa bahasa daerah, budaya daerah
ataupun simbol-simbol budaya daerah dengan menggunakan media yang
bersifat tradisional. Lempar selendang merupakan tradisi yang turun menurun
hingga sekarang masih tetap dipertahankan dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya
27
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun
(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti
tradisi upacara pernikahan adat.
Dalam hal ini Peneliti persepsi dan pemahaman pemuda, selaku orang yang
bertanggung jawab dalam upacara penikahan adat yang akan dihadiri oleh
muda-mudi dan para pemuda anggota sanggar seni Way Tippon Kelurahan
Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung tentang
kesenian lempar selendang serta dikaji lebih mendalam melalui teori makna
simbolik. Dengan mengumpulkan data-data di lapangan baik secara
pengamataan atau observasi serta melakukan wawancara terhadap informan
yang telah ditentukan melalui teknik sample purposive.