repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · web viewpelaksanaan itsbat nikah...

168
PELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten Bireuen) SKRIPSI Diajukan Oleh: JULIANDA Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga NIM: 111209243 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM-BANDA ACEH 2017 M/1438 H

Upload: others

Post on 26-Jun-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

PELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus

Di Kabupaten Bireuen)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

JULIANDAMahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum

Program Studi Hukum KeluargaNIM: 111209243

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM-BANDA ACEH 2017

M/1438 H

Page 2: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten
Page 3: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten
Page 4: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten
Page 5: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

ABSTRAK

Nama : JULIANDANim : 111209243Fakultas/Prodi : Syari’ah Dan Hukum/ Hukum KeluargaJudul : Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu Dan Dampaknya

terhadap Ketertiban Pencatatan Nikah (Studi Kasus DiKabupaten Bireuen)

Tanggal Munaqasyah : 3 Agustus 2017Tebal Skripsi : 66 HalamanPembimbing I : Dr. Khairuddin, M.AgPembimbing II : Chairul Fahmi, MA

Kata Kunci : Itsbat, Nikah, Dampak dan Ketertiban

Itsbat nikah merupakan upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang belum mempunyai akta nikah, sehingga dapat menetapkan kembali pernikahan mereka. Salah satu program pemerintah dalam masalah ini yaitu program itsbat nikah terpadu yang dilaksanakan di Kebupaten Bireuen. Itsbat nikah terpadu tersebut tentunya memiliki aspek positif dalam memudahkan masyarakat mencatatkan kembali perkawianan yang telah dilangsungkan. Namun, dalam prosesnya, masing banyak pasangan yang tidak dapat mencatatkanpernikahan, karena keterbatasan jumlah kuota pasangan yang ditetapkan oleh Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Untuk itu, masalah yang diajukan adalah apa yangmelatarbelakangi dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di Kebupaten Bireuen, kemudian bagaimana teknis pelaksanaan itsbat nikah terpadu, serta bagaimana dampak pelaksanaan itsbat nikah terpadu terhadap ketertiban pencatatan pernikahan di Kabupaten Bireuen. Dalam tulisan ini, jenis penelitian yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research) dan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu menggambarkan masalah itsbat nikah di lapangan, mulai dari latar belakang serta dampak dari permasalahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatarbelakangi dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di Kebupaten Bireuen yaitu mengingat masih banyak pasangan suami-istri yang tidak memiliki buku nikah atau akta nikah. Kemudian, tehnik pelaksanaan itsbat nikahnya yaitu dengan melakukan pendaftaran di setiap kecamatan, kemudian disidangkan dalam satu tempat yang dihadiri dengan dua orang saksi untuk masing-masing pasangan, dan kemudian dilakukan kesimpulan dan penetapan. Adapun dampak positif dari itsbat nikah terpadu tersebut adalah dapat membantu masyarakat berikut dengan pemberian perlindungan atas hak-hak masing-masing pasangan karena perkawinan mereka telah mendapat pengakuan hukum.

iv

Page 6: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Itsbat Nikah

Terpadu Dan Dampaknya Terhadap Ketertiban Pencatatan Nikah (Studi Kasus

Di Kabupaten Bireuen)” dengan baik dan benar. Shalawat dan salam kepada

junjungan kita Nabi Muhammad Saw, serta para sahabat, tabi’in dan para ulama

yang senantiasa berjalan dalam risalah-Nya, yang telah membimbing umat manusia

dari alam kebodohan kepada alam pembaharuan yang penuh dengan ilmu

pengetahuan. Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada Bapak Dr. Khairuddin, M.Ag, selaku pembimbing pertama dan

Bapak Chairul Fahmi, MA, selaku pembimbing kedua, di mana kedua beliau dengan

penuh ikhlas dan sungguh-sungguh telah memotivasi serta menyisihkan waktu serta

pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka penulisan karya

ilmiah ini dari awal sampai dengan terselesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih

penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-

Raniry, Ketua Prodi HK, Penasehat Akademik, serta seluruh staf pengajar dan

pegawai Fakultas Syariah dan Hukum telah memberikan masukan dan bantuan yang

sangat berharga bagi penulis sehingga penulis dengan semangat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Perpustakaan Syariah dan

seluruh karyawan, kepala perpustakaan induk UIN Ar-Raniry dan seluruh

v

Page 7: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

karyawannya, Kepala Perpustakaan Wilayah serta karyawan yang melayani serta

memberikan pinjaman buku-buku yang menjadi bahan skripsi penulis. Dengan

terselesainya skripsi ini, tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis

sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis

yang melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membiayai sekolah penulis hingga

ke jenjang perguruan tinggi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan tanpa pamrih.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kawan-kawan seperjuangan pada

program sarjana UIN Ar-Raniry khususnya buat teman-teman Prodi Hukum

Keluarga yang saling menguatkan dan saling memotivasi selama perkuliahan hingga

terselesainya kuliah dan karya ilmiah ini. Semoga Allah Swt selalu melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya dengan balasan yang tiada tara kepada semua pihak yang

telah membantu hingga terselesainya skripsi ini. Penulis hanya bisa mendoakan

semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt sebagai amal yang mulia.

Akhirnya, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

sangat banyak kekurangannya. Penulis berharap penulisan skripsi ini bermanfaat

terutama bagi penulis sendiri dan juga kepada para pembaca semua. Maka kepada

Allah jualah kita berserah diri dan meminta pertolongan, seraya memohon taufiq dan

hidayah-Nya untuk kita semua. Amin Yarabbal Alamin.

Banda Aceh 1 Oktober 2016Penulis

JULIANDA

vi

Page 8: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

TRANSLITERASI

Dalam skripsi ini banyak dijumpai istilah yang berasal dari bahasa Arab

ditulis dengan huruf latin, oleh karena itu perlu pedoman untuk membacanya

dengan benar. Pedoman Transliterasi yang penulis gunakan untuk penulisan kata

Arab adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

No. Arab Latin

1 ا Tidakdilambangkan

2 ب b

3 ت t

4 ث ś

5 ج j

6 ح ḥ

7 خ kh

8 د d

9 ذ ż

10 ر r

11 ز z

12 س s

13 ش sy

14 ص ş

15 ض ḍ

Ket

s dengan titik di atasnya

h dengan titik di bawahnya

z dengan titik di atasnya

s dengan titik di bawahnya d

dengan titik di bawahnya

No. Arab Latin Ket

16 ط ṭ t dengan titik dibawahnya

17 ظ ẓ z dengan titik dibawahnya

18 ع ‘

19 غ gh

20 ف f

21 ق q

22 ك k

23 ل l

24 م m

25 ن n

26 و w

27 ه h

28 ء ’

29 ي y

2. Konsonan

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,

transliterasinya sebagai berikut:

ix

Page 9: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

Tanda Nama Huruf Latin◌� Fatḥah a◌ Kasrah i◌! Dammah u

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Nama GabunganHuruf Hurufي ◌� Fatḥah dan ya aiو ◌� Fatḥah dan wau au

Contoh:

,kaifa = فـــیكلوھ = haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Nama Huruf dan tandaHuruf

ا/ ي ◌ Fatḥah dan alif atau ya āي ◌ Kasrah dan ya īو ◌ Dammah dan wau ū

Contoh:

�ق� qāla =لا

ramā =ي�م ر

qīla=لی ق�

yaqūlu=ل وق�ی!

ix

Page 10: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah ( ة) hidup

Ta marbutah ( ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan

dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah ( ة) mati

Ta marbutah ( ة) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya

adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir huruf ta marbutah ( ة) diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta

marbutah ( ة) itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

�فط�الا ة�ضو�ر لا : rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl

!ملا ة�نـي د�ملا ن وـ� ة�ر : al-Madīnah al-Munawwarah/

al-Madīnatul Munawwarah�ط ة�حل : Ṭalḥah

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi,

seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai

kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir,

bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Ba

ix

Page 11: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat keputusan penunjukkan pembimbing.

2. Surat permohonan izin rekomendasi penelitian.

3. Surat penelitian di KUA Peudada dan KUA Peusangan.

4. Surat penelitian di Mahkamah Syar’iyah Bireuen.

5. Surat penilitian di Dinas Syariat Islam Bireuen.

6. Daftar suami istri yang tidak memiliki kutipan-kutipan akta nikah dalam

rangka itsbat nikah bagi korban konflik dan masyarakat miskin di Kabupaten

Bireuen tahun 2016.

67

Page 12: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL .................................................................................... iPENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. iiPENGESAHAN SIDANG ............................................................................. iiiABSTRAK ...................................................................................................... ivKATA PENGANTAR .................................................................................... vTRANSLITERASI ......................................................................................... viiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xDAFTAR ISI................................................................................................... xiBAB I : PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 11.2. Rumusan Masalah .................................................................. 51.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 61.4. Penjelasan Istilah.................................................................... 61.5. Kajian Pustaka........................................................................ 91.6. Metode Penelitian................................................................... 111.7. Sistematika pembahasan ........................................................ 13

BAB II : KAJIAN TEORITIS TENTANG ISTBAT NIKAH

DAN PENCATATAN PERNIKAHAN ..................................... 152.1. Itsbat nikah ............................................................................. 15

2.1.1. Pengertian Itsbat Nikah .............................................. 152.1.2. Landasan Hukum Itsbat Nikah ................................... 182.1.3. Syarat Pelaksanaan Itsbat Nikah ................................ 20

2.2. Pencatatan Pernikahan ........................................................... 222.2.1. Pengertian Pencatatan Pernikahan ............................. 222.2.2. Kedudukan Hukum Pencatatan Nikah ....................... 232.2.3. Prosedur Pencatatan Nikah......................................... 282.2.4. Akibat Hukum Nikah yang Tidak Dicatat.................. 31

BAB III : PELAKSANAAN ITSBAT NIKAH DI BIREUEN ................. 33

3.1. Profil Umum Kabupaten Bireuen .......................................... 333.2.Sebab Dilaksanakannya Itsbat Nikah Terpadu di

Kabupaten Bireuen................................................................. 373.3.Teknik Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu di

Kabupaten Bireuen................................................................. 473.4.Dampak Itsbat Nikah Terpadu Terhadap Pencatatan

Nikah di Kabupaten Bireuen .................................................. 56BAB IV : PENUTUP .................................................................................... 62

4.1. Kesimpulan ........................................................................... 624.2. Saran...................................................................................... 64

xi

Page 13: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................................65LAMPIRAN...............................................................................................................................67DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................68

xi

Page 14: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

BAB SATU

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Islam mengajarkan manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena

keluarga merupakan gambaran terkecil dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Keluarga yang baik menurut Islam sangat menunjang untuk menuju

kepada kesejahteraan. Keluarga terbentuk melalui perkawinan, karena itu

perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah mempunyai

kemampuan. Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah unuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan

bahagia. Sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin, sehingga timbul

kebahagiaan yakni kasih sayang antara anggota keluarga.1 Kesejahteraan dan

kebahagiaan tidak akan tercipta apabila hak dan kewajiban dalam sebuah

keluarga (antara pasangan suami-istri) tidak terlaksana dengan baik.

Ditinjau dari segi yuridis, perkawinan merupakan suatu hubungan hukum

yang bersifat kontrak, yaitu mengikatkan hak dan kewajiban antara suami-istri

secara timbal balik. Begitu juga dalam sisi keagamaan, dimana perkawinan

merupakan suatu kontrak atau akad, yang dapat menghalalkan hubungan yang

sebelumnya diharamkan oleh syara’. Untuk itu, pada prinsipnya perkawinan telah

ada aturan mengenai proses pelaksanaannya, baik dalam agama maupun dalam

1Abdur Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), hlm. 22.

1

Page 15: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

2

suatu negara. Setiap orang harus tunduk atas ketentuan-ketentuan yang telah

dimuat dalam konsep pernikahan yang telah dibentuk.2

Di Indonesia, konsep dan ketentuan proses pelaksanaan telah dimuat

dalam regulasi perundang-undangan. Namun, tidak mengecualikan adanya aturan

agama di dalamnya. Dalam konsep hukum Islam, secara umum perkawinan telah

dipandang sah ketika telah memenuhi ketentuan syarat dan rukun pernikahan.

Adapun rukun pernikahan tersebut yaitu adanya mempelai laki-laki dan mempelai

perempuan, wali dari pihak perempuan, dua orang saksi serta adanya ijab dan

qabul (sighah al-aqd).3

Adapun rukun nikah yang harus terpenuhi agar perkawinan dapat

dikatakan sah menurut fuqaha di kalangan Malikiyah adalah wali, mahar, calon

suami, calon istri dan sighat. Fuqaha dari kalangan Syafi’iyah mengelompokkan

rukun nikah menjadi lima yaitu calon suami, calon istri, wali, dua orang saksi dan

sighat. Sedangkan Abdurahman al-Jaziri menyimpulkan bahwa rukun nikah

terdiri dari dua yaitu ijab dan qabul.4 Setiap rukun nikah tersebut memiliki syarat-

syarat yang harus dipenuhi dan sangat menentukan sah atau tidaknya nikah

tersebut.5 Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa dalam hukum Islam

2Abdurrahman dan Syahrani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bandung: Alumni, 2001), hlm. 17.

3Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, cet. 3, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 59.

4Mardani, Akad Nikah Melalui Telepon, Televisi, dan Internet dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 248.

5Abdul Madjid Mahmud Mathlub, al-Wajiz fi Ahkam al-Usrah al-Islamiyah; Penduan Hukum Keluarga Sakinah, (terj: Harits Fadhly & Ahmad Khotib), (Surakarta: Era Intermedia, 2005), hlm. 33.

Page 16: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

3

tidak ada ditetapkan mengenai kaharusan untuk mendokomentasikan atau

mencetatkan pernikahan.

Namun demikian, jika dilihat melalui perspektif peraturan perundang-

undang atau hukum positif yang berlaku di Indonesia, pencatatan perkawinan

adalah sesuatu yang mesti dilakukan, dengan tujuan untuk menertibkan proses

perkawinan dan sebagai bukti autentik dalam bentuk akta nikah. Mengingat posisi

pencatatan pernikahan sangat penting keberadaannya, maka dalam hukum positif

kedudukan pencatatan tersebut dijadikan sebagai syarat administratif.6 Syarat

administratif ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi tiap-tiap pasangan dalam

mengurus masalah-masalah keluarga, seperti harta bersama, hak nafkah, hak

waris dan hak keperdataan lainnya.

Berdasarkan masalah di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa ada

sebagian masyarakat yang tidak mencatatkan perkawinannya di kontor pencatatan

nikah, baik sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, maupun setelahnya. Untuk itu, agar dapat diakui oleh hukum

(hukum positif) terkait dengan tidak adanya bukti pernikahan yang

dilangsungkan, maka pemerintah memberikan suatu jalan dengan proses

menetapkan kembali pernikahan yang sebelumnya telah dilakukan namun tidak

dicatat, atau dalam istilah lain disebut dengan itsbat nikah.7

6Taufiqurrahman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia; Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 103.

7Kementerian Agama RI, Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI), hlm. 115.

Page 17: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

4

Itsbat nikah mengandung arti suatu penetapan nikah kepada Pengadilan

Agama melalui permohonan karena pasangan suami-istri sebelumnya tidak dapat

membuktikan perkawinannya melalui akta nikah.8 Itsbat nikah juga diartikan

sebagai suatu permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama

untuk dinyatakan sahnya pernikahan yang dilangsungkan menurut syari’at agama

Islam dan mendapatkan kekuatan hukum.9 Proses itsbat nikah ini kemudian

menghasilkan satu buku nikah (akta) yang memiliki fungsi sebagai akta autentik

dalam pembuktian kepastian pernikahan memang betul-betul telah dilaksanakan.

Dengan adanya akta nikah maka akan mempermudah suatu pasangan dalam

memperjuangkan hak-haknya jika terjadi perceraian, serta

memudahkan dalam pembuatan akte kelahiran anak.10

Sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang belum mempunyai akta nikah, itsbat nikah tentunya

memiliki aspek positif dalam memudahkan masyarakat mencatatkan kembali

perkawianan yang telah dilangsungkan. Kedudukan itsbat nikah ini sendiri telah

mendapat pengakuan dengan dibuktikan adanya regulasi hukum, seperti dalam

bunyi Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) Kompilasi Hukum Islam, yang menyatakan

bahwa itsbat nikah dapat diajukan ke Pengadilan Agama. Itsbat nikah tersebut

dapat diajukan atas beberapa alasan, di antaranya yaitu karena hilangnya akta

nikah, serta ada keraguan mengenai sah tidaknya salah satu syarat perkawinan.

8Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. 6, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hlm. 117.

9Permberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), Panduan Pengajuan Itsbat Nikah, (Jakarta: Australia Indonesia Partnership, 2012), hlm. 2.

10Ibid.

Page 18: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

5

Bertalian dengan masalah di atas, di wilayah Kabupaten Bireuen telah dilakukan

suatu langkah oleh pihak pengadilan terhadap pasangan yang belum atau tidak

ada akta nikah untuk ditetapkan kembali pernikahan melalui itsbat nikah terpadu.

Pelaksanaan itsbat nikah terpadu ini menimbulkan dampak negatif. Dalam

hal ini, Karena itsbat nikah terpadu ini hanya dibatasi untuk tiga pasangan per

Kecamatan. Sedangkan menurut keterangan dari salah satu Kepala KUA, bahwa

pasangan yang mendaftar dan ingin untuk diitsbat banyak.11 Dampak negatif dari

itsbat nikah terpadu ini juga mengarah pada tidak terdatanya seluruh pasangan

yang belum memiliki buku nikah, sehingga langkah pencatatan nikah melalui

sidang isbat berpengaruh pada ketertiban pencatatan pernikahan yang ada di

setiap kecamatan.12

Dari penjelasan di atas, menarik kiranya untuk dikaji lebih lanjut terkait

dengan permasalahan itsbat nikah terpadu, dengan judul penelitian yaitu:

Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu dan Dampaknya terhadap Ketertiban

Pencatatan Nikah; Studi Kasus di Kabupaten Bireuen.

1.2. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, di bawah ini diajukan

beberapa permasalahan dengan rumusan sebagai berikut:

a. Apa yang melatar belakangi dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di

Kebupaten Bireuen?

b. Bagaimana teknis pelaksanaan itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen?

11Hasil wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen.

12Ibid.

Page 19: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

6

c. Bagaimana dampak pelaksanaan itsbat nikah terpadu terhadap ketertiban

pencatatan pernikahan di Kabupaten Bireuen?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penulisan karya ilmiah sudah tentu mengandung tujuan dari

penulisan tersebut, demikian juga halnya dengan skripsi ini. Tujuan penulisan

skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui latar belakang dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di

Kebupaten Bireuen.

b. Untuk mengetahui teknis pelaksanaan itsbat nikah terpadu di Kabupaten

Bireuen.

c. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan itsbat nikah terpadu terhadap

ketertiban pencatatan pernikahan di Kabupaten Bireuen.

1.4. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman terhadap skripsi ini, maka

terlebih dahulu penulis menjelaskan beberapa istilah. Adapun istilah-istilah yang

dijelaskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Nikah

Makna kata “nikah” dapat ditinjau melalui dua sudut pandang, yaitu

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang ada dalam

Islam, atau lebih tepatnya dalam fikih Islam. Dalam Undang-Undang

Page 20: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

7

Perkawinan,13 disebutkan bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara

seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa”.

Redaksi berbeda terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam yang

menyatakan bahwa “Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah

dan melaksanakannya merupakan ibadah”.14 Sedangkan dalam istilah fikih,15

pemaknaan dari perkawinan lebih sempit dibandingkan dengan pengertian yang

ada dalam beberapa aturan hukum seperti tersebut di atas. Secara umum,

pernikahan diartikan sebagai suatu akad atau perjanjian yang mengandung

maksud membolehkan untuk berhubungan kelamin dengan menggunakan lafaz

na-ka-ha atau za-wa-ja.

Kata nikah secara bahasa mengandung arti yang sempit, yaitu sebatas

hubungan intim, bersenggama atau bercampur.16 Berbeda halnya dengan

pemaknaan nikah secara istilah, dimana istilah ini dapat diartikan lebih

komprehensif, baik dilihat dari literatur-literatur ke-Islaman, seperti kitab-kitab

13Ketentuan di atas merujuk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, tepatnya pada Pasal 1, BAB I tentang Perkawinan.

14Ketentuan di atas merujuk pada aturan Kompilasi Hukum Islam (KHI melalui Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991), tepatnya pada Pasal 2, BAB II tentang Dasar-Dasar Perkawinan.

15Terdapat perbedaan ulama fikih dalam memberi redaksi rumusan terkait denganpengertian pernikahan atau perkawinan, walaupun demikian secara umum memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu “akad yang membolehkan”. Dirujuk dalam buku Amir Syarifuddin,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, cet. 3, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 37.

16Mardani, Akad Nikah Melalui Telepon, Televisi, dan Internet dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 246.

Page 21: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

8

fikih yang secara gamblang dijelaskan dalam bab nikah, maupun dilihat dari

beberapa rumusan yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan. Menurut

istilah (terminologi), sebagaimana dijelaskan oleh Zakiyah Darajad, bahwa

perkawinan atau pernikahan merupakan suatu akad, artinya akad yang

mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafal nikah

atau tazwij atau yang semakna keduanya.17

1.4.2. Itsbat nikah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata itsbat berarti penetapan,

penyungguhan, penentuan. Mengitsbatkan artinya menyungguhkan, menentukan,

menetapkan (kebenaran sesuatu).18 Kata “itsbat” itu sendiri berasal dari bahasa

Arab, yaitu itsbāt yang merupakan masdar dari kata itsbata-yutsbitu-itsbātan,

yang mempunyai makna penetapan, penentuan, pembuktian atau pengabsahan

pengadilan terhadap pernikahan yang telah dilakukan dengan alasan-alasan

tertentu.19

Jadi, pada dasarnya itsbat nikah adalah penetapan atas perkawinan seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri yang sudah dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan agama Islam yaitu sudah terpenuhinya syarat dan rukun

17H.M.A. Tihami & Sohari Sahrani, (mengutip Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Fikih), Fikih Munakahat; Kajian Fikih Nikah Lengkap, cet. 4, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 8; keterangan yang sama juga terdapat dalam buku Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, cet. 5, (Jakarta: Kencana Prenada Meida Group, 2012), hal. 8; Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhajul Muslim; Pedoman Hidup Seorang Muslim, (terj: Ikhwanuddin Abdullah & Taufiq Aulia Rahman), (Jakarta: Ummul Qura, 2014), hal. 802.

18Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 6, (Jakarta: Pustaka Phoenix, 2012), hlm. 190.

19Indro Wibowo, dalam Yayan Sofyan, Itsbat Nikah bagi Perkawinan yang Tidak Dicatat Setelah Diberlakukan UU No. 1/1974 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan…, dimuat dalam http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4290/1/INDRO%20WIBOWO-FSH.pdf diakses pada tanggal 23 September 2016.

Page 22: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

9

nikah. Tetapi pernikahan yang terjadi pada masa lampau ini belum atau tidak

dicatatkan ke pejabat yang berwenang, dalam hal ini pejabat KUA (Kantor

Urusan Agama) yaitu Pegawai Pencatat Nikah (PPN).

1.4.3. Pencatatan nikah

Pencatatan perkawinan memiliki pengertian sebagai suatu proses dimana

perkawinan yang telah dilangsungkan akan dicatat dan telah ditandatangani oleh

masing-masing pihak antara laki-laki dan perempuan yang melangsungkan

perkawinan.20 Kemudian, hasil dari pencatatan ini dibuat dalam bentuk akta nikah

(syarat administratif ) yang tujuannya untuk dijadikan bukti autentik sebagai buku

kutipan telah dilangsungkannya sebuah perkawinan yang sah.21

1.5. Kajian Pustaka

Sepengetahuan penulis, tulisan yang mendetail membahas tentang itsbat

nikah terpadu belum ada yang membahasnya. Meskipun ada beberapa tulisan

yang berkaitan dengan judul skripsi ini, akan tetapi tidak secara spesifik mengkaji

tentang itsbat nikah terpadu dalam bentuk studi kasus, tepatnya di Kabupaten

Bireuen. Dalam melakukan pembahasan yang berkaitan dengan masalah ini,

penulis menemukan beberapa tulisan, di antaranya skripsi yang ditulis oleh Indro

Wibowo, mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, pada tahun 2011, dengan judul: Itsbat Nikah dalam Perkawinan; Analisis

20Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia…, hlm. 129-130.

21Pernyataan hukum tersebut seperti digambarkan oleh Wasit Aulawi pada bukunya,Sejarah Perkembangan Hukum di Indonesia, dalam Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia…, hlm. 133.

Page 23: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

10

Yuridis Penetapan Nomor 083/Pdt.P/2010/PA.JS. Dalam skripsi tersebut,

dirumuskan bagaimana proses penetapan keputusan itsbat nikah dan relevansinya

dengan pernikahan yang tidak dicatat. Dalam kesimpulan akhirnya menyatakan

bahwa ketentuan itsbat nikah yang tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan

dan KHI menjadi acuan Pengadilan Agama dalam penetapan itsbat nikah. Dalam

prosesnya, pihak yang berkepentingan mengajukan itsbat nikah kepada

pengadilan dengan melakukan pembayaran. Disebutkan pula bahwa Itsbat nikah

tersebut relevan dilakukan terhadap sebuah pasangan yang tidak mempunyai akta

nikah.

Kemudian, terdapat pula dalam skripsi Mukhti Kamal, mahasiswa

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh,

pada tahun 2015, yang Berjudul: Problematika Itsbat Nikah di Indonesia

(Analisis Terhadap Penetapan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Nomor

88/Pdt.P/2013/MS-Bna dan Nomor 167Pdt/2011/ MS-Bna). Dalam skripsi ini,

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa problematika itsbat nikah di Indonesia

yang telah dikeluarkan oleh Mahkamah Syar’iyah mempunyai kekuatan hukum

yang kuat, sehingga dapat dijadikan pegangan hukum.

Kemudian, terdapat pula dalam skripsi Ika Yuni Astuti, mahasiswi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, pada tahun 2014, yang

Berjudul: Pelaksanaan Itsbat Nikah Di Pengadilan Agama Wates. Dalam skripsi

tersebut, dirumuskan bagaimana alasan permohonan itsbat nikah di Pengadilan

Agama Wates dan bagaimana pelaksanaan itsbat nikah di pengadilan tersebut.

Dalam kesimpulan akhirnya dinyatakan bahwa alasan permohonan itsbat nikah di

Page 24: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

11

Pengadilan Agama Wates yaitu dikarenakan hilangnya akta nikah yang

disebabkan adanya bencana alam seperti tanah longsor dan kebakaran. Dijelaskan

pula bahwa pelaksanaan itsbat nikah di Pengadilan Agama Wates dilakukan

melalui tahap-tahap pengajuan permohonan, penerimaan perkara, pemeriksaan

perkara dalam persidangan, kesimpulan, dan keputusan hakim. Dalam hal ini,

keputusan hakim didasarkan pada pertimbangan hukum yang melihat maksud

serta tujuan permohonan, lengkapnya persyaratan yang disertai dengan

keterangan saksi dan bukti-bukti yang kuat, Undang-Undang yang berlaku,

Kompilasi Hukum Islam, dan ilmu fiqh. Akibat hukum yang timbul adalah

perkawinan yang diajukan pengesahan tersebut menjadi sah dan dapat dimintakan

pencatatan dan akta nikah pada Kantor Urusan Agama (KUA).

Dari ketiga karya ilmiah di atas tersebut, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa tidak ada satupun fokus kajian yang membahas secara detail tentang

pelaksanaan itsbat nikah terpadu dan dampaknya terhadap ketertiban masyarakat.

1.6. Metode Penelitian

Pada prinsipnya dalam setiap penelitian selalu memerlukan data-data

lengkap dan objektif serta mempunyai metode dan cara tertentu sesuai dengan

permasalahan yang akan dibahas. Dalam pembahasan penelitian ini, digunakan

metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan membuat deskripsi,

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang diselidiki.22

22 Muhammad nazir, metode penelitian, (Jakarta: ghalia Indonesia, 1988). Hlm. 63.

Page 25: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

12

1.6.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari dua macam,

yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library

research). Field research dimaksudkan sebagai sumber data primer, yang terdiri

dari observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bireuen,

dengan mewawancarai pihak KUA Kecamatan di Kabupaten Bireuen, di

antaranya KUA Kecamatan Peusangan, Kecamatan Peudada, serta narasumber

lainnya yang penulis anggap mengetahui permasalahan terkait pelaksanaan itsbat

nikah terpadu.

Sedangkan library research yaitu penelitian kepustakaan dengan mengkaji

sumber-sumber tertulis dari berbagai rujukan, seperti skripsi, buku, artikel,

peraturan perundang-undangan dan rujukan lain yang dianggap berkaitan dengan

pembahasan penulisan ini sebagai sumber data sekunder. Library research

dimaksudkan sebagai sumber data sekunder, yaitu bahan hukum yang

memberikan penjelasan terhadap sumber data primer, seperti beberapa literatur

diantaranya, buku “Fiqh Islam Wa Adillatuhu”, karangan Wahbah Zuhaily (terj:

Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, 2011). Buku “Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No 1/1974 sampai KHI”,

karangan Amiur Nuruddin Azhari Akmal Taringan (2006). Buku “Hukum

Perkawinan Islam di Indonesia”, karangan A. Hamid Sarong (2004), dan juga

beberapa buku pendukung lainnya.

1.6.2. Teknik pengumpulan data

Page 26: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

13

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui wawancara.

Wawancara yaitu proses pengumpulan data atau informasi dengan mewawancarai

langsung kepada beberapa warga sebagai sampel untuk dijadikan data primer

dalam penelitian ini. Di antara wawancara yang dilakukan yaitu Ketua Pengadilan

Agama Bireuen, Ketua KUA, Keuchik, dan tokoh masyarakat.

1.6.3. Teknik penulisan dan lokasi penelitian

Adapun untuk teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

“Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Ar-

Raniry tahun 2014. Sedangkan lokasi penelitiannya di KUA Kecamatan

Peusangan Kabupaten Bireuen dan Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.

1.7. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami pembahasan

skripsi ini, maka dipergunakan sistematika dalam empat bab yang masing-masing

bab terdiri dari sub bab sebagaimana di bawah ini.

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, kajian

pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua membahas tentang kajian teoritis tentang istbat nikah dan

pencatatan pernikahan. Pembahasannya meliputi pengertian itsbat nikah, landasan

hukum itsbat nikah, syarat pelaksanaan itsbat nikah, pencatatan pernikahan,

pengertian pencatatan pernikahan, kedudukan hukum pencatatan nikah, prosedur

pencatatan nikah, serta akibat hukum nikah yang tidak dicatat.

Page 27: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

14

Bab tiga merupakan pembahasan yang berisi tentang hasil penelitian,

yaitu terkait dengan pelaksanaan itsbat nikah terpadu dan dampaknya terhadap

ketertiban pencatatan pernikahan di Bireuen. Pembahasannya meliputi profil

umum Kabupaten Bireuen, teknik pelaksanaan itsbat nikah terpadu di Kabupaten

Bireuen, sebab dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen,

dampak itsbat nikah terpadu terhadap pencatatan nikah di Kabupaten Bireuen,

analisis penulis terhadap proses sidang itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen.

Bab keempat merupakan penutup. Dalam bab terakhir ini dirumuskan

beberapa kesimpulan dan saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Page 28: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

BAB DUA

KAJIAN TEORITIS TENTANG ISTBAT NIKAH DAN PENCATATAN PERNIKAHAN

2.1. Itsbat Nikah

2.1.1. Pengertian Itsbat Nikah

Sebelum dijelaskan makna dari itsbat nikah, terlebih dahulu dijelaskan

tentang nikah. Ulama telah membuat rumusan nikah sebagai sebuah akad antara

seorang pria dengan pihak wali wanita, dengan tujuan untuk penghalalan

hubungan suami-istri (senggama). Dalam fikih Islam, perkawinan disebut dengan

istilah nikah atau zawwaj, yang memiliki arti al-jam’u dan al-dhamu, yaitu

kumpul atau menyetubuhi.1 Menurut Mustofa Hasan, menikahi wanita pada

hakikatnya ialah menggauli istri.2 Sedangkan menurut istilah (terminologi),

sebagaimana dijelaskan oleh Zakiyah Darajad,3 bahwa perkawinan atau

pernikahan yaitu:

ظفلب حاكنلا جيوزـتلاوأ دقع ٸامهانعموأ نمضتـي ةحابإ طو

Artinya: “Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin

dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”.

1H.M.A. Tihami & Sohari Sahrani, Fikih Munakahat; Kajian Fikih Nikah Lengkap, cet. 4,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 7.

2Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, (Bandung, Pustaka Setia, 2011), hlm. 10.

3Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Fikih…, dalam buku H.M.A. Tihami & Sohari Sahrani, Fikih Munakahat…, hlm. 8; keterangan yang sama juga terdapat dalam buku Abdul Rahman Ghazali,Fiqh Munakahat, cet. 5, (Jakarta: Kencana Prenada Meida Group, 2012), hlm. 8; Abu Bakar Jabiral-Jazairi, Minhajul Muslim; Pedoman Hidup Seorang Muslim, (terj: Ikhwanuddin Abdullah &Taufiq Aulia Rahman), (Jakarta: Ummul Qura, 2014), hlm. 802.

15

Page 29: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

16

Defenisi yang lebih luas dinyatakan oleh Muhammad Abu Ishrah

sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Ghazali sebagai berikut:

ا�م�و هي�ل�ع م ن دق�عتا�ب ـجا�و دي ف!ي! ـح ل� علا ـب ة�رش! ـجرلا � ملا�ول! ـت�و ة�أر� ـن�وا�ع� ا�م!ه! مد�!�و ا�م هي�ـك ال� م ن قو!ق!حـ ني حي

Artinya: “Akad yang memberikan kaidah hukum kebolehan mengadakan hubungan

keluarga (suami-istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong-

menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan

kewajiban bagi masing-masing”.4

Menurut Wahbah Zuhaili, pengertian nikah secara bahasa sama seperti

pengertian sebelumnya, yaitu mengumpulkan, atau sebuah pengibaratan akan

sebuah hubungan intim dan akad sekaligus, yang di dalam syari’at disebut dengan

akad nikah. Sedangkan secara istilah/teminologi, perkawinan memiliki arti

sebagai sebuah akad yang mengandung pembolehan bersenang-senang dengan

perempuan, dalam arti sempit yaitu berhubungan intim, menyentuh, mencium,

memeluk dan sebagainya, jika perempuan tersebut bukan sebagai mahram dari

segi nasab, sesusuan, dan keluarga.5

Dalam peraturan perundang-undangan, pernikahan justu diartikan bukan

hanya sebagai akad yang membolehkan hubungan senggama atau intim,

melainkan mengandung makna yang lebih luas. Hal ini seperti termuat dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;

4Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat…, hlm. 9.

5Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Waadillatuhu: Pernikahan, Talak, Khulu’, Ila’, Li’an, Zihar dan Masa Iddah, (terj: Abdul Haiyyie Al-Kattani, dkk), jilid 9, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 39.

Page 30: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

17

Pasal 1: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pada

Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI), perkawinan diartikan sebagai sebuah akad

yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan, kemudian akad tersebut merupakan

sunnah rasul yang intinya adalah perbuatan ibadah. Adapun bunyi

pasal tersebut sebagai berikut:

Pasal 2: “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah”.

Dari ketentuan Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

tersebut di atas dapat dipahami bahwa perkawinan tidak dimaknai hanya sebagai

hubungan intim (jima’/senggama), dimana dalam kedua aturan tersebut

diistilahkan dengan “ikatan lahir dan batin” dan istilah “akad”, melainkan

perkawinan dimaknai secara lebih luas yang meliputi tujuan-tujuan dari

dilaksanakannya perkawinan, serta pemenuhan dari adanya hak dan kewajiban

yang justru lebih besar pengaruhnya dalam perkawinan itu sendiri.

Adapun frasa “itsbat nikah”, memiliki arti sebagai suatu penetapan

kembali pernikahan yang sebelumnya telah dilakukan namun tidak memenuhi

syarat administratif negara, yaitu pencatatan nikah. Dalam Kamus Besar Bahasa

Page 31: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

18

Indonesia, itsbat merupakan penetapan, penyungguhan, dan penentuan. Adapun

itsba nikah adalah penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah.6

Itsbat nikah juga mengandung arti suatu penetapan nikah kepada

Pengadilan Agama melalui permohonan karena pasangan suami-istri sebelumnya

tidak dapat membuktikan perkawinannya melalui akta nikah.7 Ahmad Rafiq

menyebutkan bahwa nikah yang tidak dapat dibuktikan dengan akta maka harus

melakukan permohonan penetapan kembali pernikahan yang telah dilangsungkan.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa itsbat nikah merupakan suatu upaya

yang diberikan oleh pemerintah bagi sebuah pasangan suami-istri yang belum

memiliki akta nikah untuk ditetapkan (diabsahkan) kembali oleh pengadilan

melalui permohonan itsbat nikah.

2.1.2. Landasan Hukum Itsbat Nikah

Itsbat nikah adalah langkah atau upaya yang diberikan oleh pemerintah

bagi setiap pasangan yang belum memiliki akta nikah.8 Pada dasarnya

kewenangan perkara itsbat nikah bagi pengadilan agama dalam sejarahnya adalah

diperuntukkan bagi mereka yang melakukan perkawinan di bawah tangan sebelum

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

6Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 6, (Jakarta: Pustaka Phoenix,2012), hlm. 190.

7Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. 6, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hlm. 117.

8Kustini, dalam Kementerian Agama RI, Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI), hlm. 115.

Page 32: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

19

Perkawinan. Namun kewenangan ini berkembang dan diperluas dengan

dipakainya ketentuan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Landasan hukum itsbat nikah ini prinsipnya tertuang dalam beberapa

peraturan. Diantaranya dalam KHI, Pasal 7 disebutkan:

Ayat (2) : Itsbat nikah diajukan ke pengadilan agama;Ayat (3) : Itsbat nikah yang diajukan ke pengadilan agama terbatas mengenai hal

yang berkenaan dengan;a. adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;b. hilangnya akta nikah;c. Adanya keraguan tentang sah tidaknya salah satu syarat perkawinan;d. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai

halangan perkawinan menurut UndangUndang No.1 Tahun 1974.

Pasal 7 ayat (2) KHI tersebut telah memberikan kompetensi absolut yang

sangat luas tentang itsbat nikah ini tanpa batasan dan pengecualian, walaupun

dalam penjelasan pasal-pasalnya hanya dijelaskan bahwa pasal ini diberlakukan

setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama.

Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan

Kehakiman beserta penjelasannya menentukan bahwa adanya kewenangan suatu

peradilan untuk menyelesaikan perkara yang tidak mengandung unsur sengketa

(voluntair) adalah dengan syarat apabila dikehendaki (adanya

ketentuan/penunjukan ) oleh undang-undang, salah satunya yaitu perkara itsbat

nikah.

Mengenai itsbat nikah ini, Pasal 39 ayat (4) PERMENAG Nomor 3 Tahun

1975 telah menentukan bahwa jika KUA tidak bisa membuatkan duplikat akta

nikah karena catatannya telah rusak atau hilang atau karena sebab lain, maka

untuk menentukan adanya nikah, talak, cerai, atau rujuk, harus ditentukan dengan

Page 33: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

20

keputusan (dalam arti penetapan) Pengadilan Agama. Dengan demikian mengenai

kompetensi absolut tentang itsbat nikah sebagai perkara voluntair ini tidak bisa

dianologikan dengan perkara pembatalan perkawinan, perceraian, atau poligami.

Prinsipnya pengadilan tidak mencari-cari perkara, tetapi perkara itu telah menjadi

kewenangannya karena telah diberikan oleh undang-undang. Menurut Wasit

Aulawi, perkara itsbat nikah adalah perkara voluntair yang harus ditunjuk undang-

undang, kalau undang-undang tidak memberikan kewenangan maka pengadilan

tidak berwenang. Apabila perkawinan di bawah tangan setelah berlakunya

Undang Undang Perkawinan, diberikan tempat untuk itsbat perkawinan, maka

secara sosiologis pastilah akan mendorong terjadinya perkawinan bawah tangan

secara massif.9

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, itsbat nikah diakui

keberadaannya dalam undang-undang yang menjadi landasannya, dan menjadi

bagian dari kewenangan pengadilan dalam menyelesaikan masalah-masalah

perkawinan yang notabene menjadi kompetensi (kewenangan) absolute suatu

peradilan (tepatnya Pengadilan Agama).

2.1.3. Syarat Pelaksanaan Itsbat Nikah

Ketentuan mengenai itsbat nikah hanya dijumpai dalam regulasi

perundang-undangan, namun tidak dijumpai dalam kitab-kitab fikih klasik

maupun kontemporer. Oleh sebab itu, tentang syarat itsbat nikah ini hanya dapat

dilihat dalam aturan undang-undang. Itsbat nikah (penetapan nikah) pada dasarnya

9Wasit Aulawi, Pernikahan Harus Melibatkan Orang Banyak, dalam Dian Syafrianto, Pelaksanaan Itsbat Nikah Di Pengadilan Agama, dimuat dalam http://lib.unnes.ac.id /18209/1/3450407114.pdf. diakses pada tanggal 24 September 2016.

Page 34: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

21

adalah penetapan suatu perkawinan yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan

yang terdapat dalam syariat Islam. Bahwa perkawinan ini telah dilakukan dengan

sah yaitu telah sesuai dengan syarat dan rukun nikah tetapi pernikahan ini belum

dicatatkan ke pejabat yang berwenang yaitu Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Maka

untuk mendapatkan penetapan (pengesahan nikah) harus mengajukan terlebih

dahulu perkara permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama.

Dalam Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam seperti telah disebutkan secara

jelas bahwa itsbat nikah dapat dilakukan karena belum mempunyai akta nikah

yang disebabkan karena beberapa hal. Di antaranya yaitu adanya perkawinan

dalam rangka penyelesaian perceraian, hilangnya Akta Nikah, adanya keraguan

tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan, adanya perkawinan yang

terjadi sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Perkawinan

yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Itsbat nikah ini dilakukan melalui proses pengajuan permohonan pihak-

pihak yang bersangkutan. Pada Pasal 7 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam

dijelaskan bahwa, yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami

atau istri, anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan

perkawinan itu. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa bagi suatu

pasangan yang telah melakukan pernikahan sah menurut agama, dan mengalami

kesulitan dalam membuktikan perkawinannya, maka harus mengajukan

permohonan untuk dapat ditetapkan kembali pernikahan mereka melalui jalan

itsbat nikah.

Page 35: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

22

2.2. Pencatatan Pernikahan

2.2.1. Pengertian Pencatatan Pernikahan

Dari segi bahasa, seperti termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

terma pencatatan diambil dari kata “catat”, yaitu menuliskan sesuatu untuk

peringatan. Sedangkan pencatatan yaitu proses, cara, perbuatan mencatat atau

pendaftaran.10 Adapun makna pencatatan pernikahan, Amiur Nuruddin

menyebutkan bahwa pencatatan nikah adalah suatu proses dimana perkawinan

yang telah dilangsungkan akan dicatat dan telah ditandatangani oleh masing-

masing pihak antara laki-laki dan perempuan yang melangsungkan perkawinan.11

Redaksi yang berbeda seperti dikemukakan Neng Djubaidah bahwa

pencatatan perkawinan merupakan pencatatan atas suatu perkawinan yang sah

menurut hukum Islam, yaitu perkawinan yang memenuhi rukun dan syarat

perkawinan sesuai syari’at Islam yang dilakukan di Kantor Urusan Agama

Kecamatan setempat. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan tidak dicatat

adalah perkawinan yang sah sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang belum

didaftarkan, sehingga belum tercatat di Kantor Urusan Agama tempat

dilangsungkannya perkawinan. Hal yang terakhir disebut disebabkan beberapa

faktor, di antaranya yaitu kurangnya pengetahuan anggota masyarakat setempat,

atau karena pembiayaan pendaftaran pencatatan dan lokasi yang tidak terjangkau

10Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka 2005), hlm. 51.

11Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, Undang-Undang Nomor 1/1974, sampai KHI, cet. 3, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 129-130.

Page 36: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

23

oleh masyarakat, atau karena alasan lain yang tidak bertentangan dengan hukum

Islam.12

Jika dilihat dalam regulasi perundang-undangan, tidak ditemukan rumusan

pencatatan perkawinan. Hanya saja, dalam aturan yang ada disebutkan tentang

kegunaan dan fungsi dari pencatatan tersebut. Sebagaimana terdapat pada Pasal 5

ayat (1) Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa pencatatan perkawinan

bertujuan untuk menjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam yang

berada di wilayah hukum Indonesia. Selain itu, undang-undang perkawinan

menyebutkan setiap perkawinan dilangsungkan harus dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini merujuk pada Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat dipahami bahwa pencatatan

perkawinan merupakan suatu proses pendaftaran perkawinan kepada lembaga

tertentu (baik di Kantor Urusan Agama bagi muslim maupun Kantor Catatan Sipil

bagi non muslim) untuk dibukukan dalam bentuk akta nikah. Adapun tujuan dari

pencatatn tersebut yaitu agar setiap perkawinan diakui oleh hukum.

2.2.2. Kedudukan Hukum Pencatatan Nikah

Pencatatan perkawinan memiliki peranan penting dalam sebuah

perkawinan. Eksistensi pencatatan dalam hukum perkawinan akan berpengaruh

pada diakui atau tidaknya perkawinan di hadapan hukum. Dalam sistem hukum

Indonesia, konsep pencatatan nikah ini bukan merupakan syarat yang menentukan

12Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, cet. 2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 3.

Page 37: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

24

sahnya perkawinan, karena segala perkawinan yang ada di Indonesia khususnya

sudah dianggap sah apabila dilakukan menurut ketentuan agama (yaitu

terpenuhinya syarat dan rukun pernikahan), dan hal ini diyakini oleh umat Islam

sebagai ketentuan syari’ yang harus dilaksanakan. Akan tetapi, pencatatan itu

sebagai syarat diakui atau tidaknya suatu perkawinan oleh negara dan hal ini

banyak membawa konsekuensi bagi yang melaksanakan perkawinan tersebut.13

Merujuk pada pembahasan awal sub bab ini, memang tidak ditemukan

persoalan pencatatan dalam fikih klasik, dan perihal pencatatan ini bukan menjadi

sesuatu yang signifikan bila dibandingkan dengan tolak ukur kehidupan modern

saat ini. Dalam arti bahwa dalam fikih, pencatatan itu tidak harus dilakukan.

Namun demikian, ide moral pencatatan ini pada prinsipnya telah dimuat dalam al-

Qur’an, khususnya masalah interaksi bermuamalah, tepatnya dalam surat al-

Baqarah ayat 282. Dalam ayat tersebut dijelaskan secara rinci dimana seseorang

yang melakukan akad jual beli yang tidak tunai, maka harus menuliskannya dan

dipersaksikan. Adapun ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamumenuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya…, (QS. Al-Baqarah:282).

13Taufiqurrahman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia; Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. xix.

Page 38: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

25

Ayat di atas secara rinci menjelaskan mengenaikonseppencatatan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Amiur Nuruddin,14 dan Muhammad Ali Hasan,15

bahwa ayat tersebut menjadi dasar dilegalkannya pencatatan perkawinan. Berbeda

dengan ketentuan dalam fikih, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan menyatakan bahwa pencatatan perkawinan diposisikan

sebagai sesuatu yang penting. Hal ini sebagaimana tergambar dari beberapa

rumusan materi yang terdapat dalam regulasi perkawinan tersebut. Adapun aturan

tersebut yaitu;

Pasal 2: “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku”.

Pasal tersebut di atas hanya satu-satunya ketentuan pencatatan yang

terdapat dalam undang-undang tersebut. Akan tetapi, aturan yang lebih rinci

terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan, tepatnya pada Pasal 3, yaitu:

Ayat (1): “Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan;

Ayat (2): “Pemberitahuan tersebut pada ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10 hari kerja sebelum perkawinan itu dilangsungkan;

Ayat (3): “Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat (2) disebabkan suatu alasan yang penting, diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah”.

Keberadaan pencatatan perkawinan dalam materi hukum Undang-Undang

Perkawinan bukan sebagai pengesah suatu perkawinan, akan tetapi keberadaannya

14Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia…, hlm.120.

15Muhammad Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2003), hlm. 123.

Page 39: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

26

sangat penting dan memiliki beberapa manfaat. Sahnya sebuah perkawinan jika

telah dilakukan menurut ketentuan agama, hal ini seperti tercantum dalam Pasal 2

ayat (1) yang menyatakan:

Pasal 2: “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.”

Dari beberapa aturan tersebut, tentunya negara dalam hal ini Pegawai

Pencatat Nikah menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan pencatatan

perkawinan. Di samping sebagai syarat administratif dalam arti sebagai jaminan

ketertiban dalam pelaksanaan perkawinan sebagaimana tertera dalam materi

hukum Kompilasi Hukum Islam sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1): “Agar terkamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat”.

Dari beberapa aturan tersebut, terlihat bahwa aturan pencatatan diposisikan

sebagai syarat administratif yang harus dilaksanakan. Dalam hal ini, Amiur

Nuruddin menyatakan bahwa mengingat pentingnya pencatatan perkawinan,

terdapat pakar hukum menjadikan masalah tersebut sebagai suatu kewajiban dan

sebagai penentu bagi sah atau tidaknya perkawinan yang dilakukan.16

Pencatatan pernikahan memiliki beberapa manfaat, di antarannya yaitu

sebagai jalan untuk mendapatkan perlindungan hukum. Kemudian memudahkan

urusan perbuatan hukum lain yang terkait dengan pernikahan, misalnya dalam hal

peralihan hak-hak keperdataan. Legalitas formal pernikahan di hadapan hukum

dalam arti bahwa pernikahan dapat diakui oleh hukum negara jika perkawinan

16Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia…, hlm.123.

Page 40: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

27

tersebut telah dicatat. Terakhir yaitu terjamin keamanannya dari kemungkinan

terjadinya pemalsuan dan kecurangan.

Di Aceh, secara khusus diatur tentang administrasi kependudukan,

termasuk akta nikah. Permasalahan administrasi kependudukan secara umum telah

diatur dalam Qanun Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan. Pada Pasal 1 ayat (1) disebutkan:

“Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, Pencatatan Perkawinan bagi umatIslam, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan”.

Berdasarkan ketentuan di atas, jelas sekali bahwa pencatatan nikah

(pencatatan perkawinan) masuk dalam administrasi kependudukan. Akta nikah

merupakan salah satu dokumen kependudukan yang sifatnya resmi. Masyarakat

secara keseluruhan berhak atas dokumen kependudukan, seperti akta nikah. Hal

ini telah ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a Qanun Nomor 6 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.17 Untuk itu, kedudukan

pencatatan nikah khususnya di Aceh sangatlah penting. Masyarakat berhak

memperoleh data akta nikah secara resmi dari instansi, khususnya dari Kantor

Urusan agama.

17Yang dimaksud dengan dokumen kependudukan berdasrakan Pasal 1 ayat (8) Qanun Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yaitu: “DokumenKependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten/kota, Kantor Urusan Agama Kecamatan, Mahkamah Syar’iyah Kab/Kota yangmempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan peristiwa penting lainnya”.

Page 41: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

28

2.2.3. Prosedur Pencatatan Nikah

Mengingat hukum pencatatan perkawinan diatur dalam peraturan

perundang-undangan, maka prosedur terkait dengan proses pencatatan ini merujuk

pada ketentuan hukum positif yang berlaku. Al-Quran dan Hadits tidak mengatur

secara rinci mengenai pencatatan perkawinan. Namun dirasakan perlu oleh

masyarakat mengenai pentingnya hal itu, sehingga diatur dalam perundang-

undangan, baik dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Pencatatan perkawinan

bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat, baik

perkawinan itu dilaksanakan menurut hukum Islam maupun perkawinan

dilaksanakan tidak berdasarkan hukum Islam.18

Dijelaskan bahwa bagi seseorang yang ingin melangsungkan pernikahan,

terlebih dahulu harus memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat

Nikah. Pemberitahuan ini boleh dilakukan oleh orang tua atau wali yang

bersangkutan. Setelah menerima laporan, pegawai pencatat segera meneliti syarat-

syarat perkawinan apakah telah terpenuhi atau tidak. Jika persyaratan tersebut

telah terpenuhi, maka pegawai pencatat membuat pengumuman.19

Setelah dilakukan pengumuman perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah,

selanjutnya perkawinan telah bisa dilaksanakan serta pelaksanaannya dilakukan

menurut masing-masing agama yang dianut oleh pasangan yang ingin

melangsungkan pernikahan. Pada saat perkawinan akan dilangsungkan, pegawai

18Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet. 4, (Jakarta: Sinar Grafika,2012), hlm. 26.

19Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 15-16.

Page 42: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

29

pencatat menyediakan dan menyiapkan akta nikah dan salinannya. Dalam akta

nikah, dilampirkan naskah perjanjian perkawinan yang biasa disebut dengan taklik

talak atau penggantungan talak, yaitu teks yang dibaca oleh suami sesudah akad

nikah sebagai janji setia terhadap istrinya. Sesudah pembacaan tersebut, kedua

mempelai menandatangani akta nikah dan salinannya yang telah disediakan

sebelumnya oleh pegawai pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku.20

Jika dilihat dari peraturan perundang-undangan, prosedur pencatatn

perkawinan telah rinci dijelaskan. Misalnya ketentuan pencatatan yang ada dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tantang Perkawinan. Dalam Pasal 2, disebutkan bahwa:

Ayat (1): “Pencatatan Perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk”.

Terkait dengan pemberitahuan kehendak nikah kepada pegawai pencatat

nikah, dijelaskan dalam Pasal 4, dengan ketentuan bahwa pemberitahuan tersebut

dilakukan secara lisan atau tertulis oleh calon mempelai, atau oleh orang tua atau

walinya. Dimana pemberitahuan ini harus memuat identitas masing-masing calon

mempelai. Setelah dipenuhi semua persyaratan serta tidak ada halangan untuk

melangsungkan perkawinan antara masing-masing calon, maka perkawinan dapat

dilangsungkan, kemudian dilakukan penandatangan. Ketentuan tersebut seperti

tersemuat dalam Pasal 11 sebagai berikut:

Ayat (1): “Sesaat setelah dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah ini, kedua mempelai

20Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet. 4, (Jakarta: Sinar Grafika,2012), hlm. 27-28.

Page 43: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

30

menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh Pegawai Pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku;

Ayat (2): “Akta perkawinan yang telah ditandatangani oleh mempelai itu, selanjutnya ditandatangani pula oleh kedua saksi dan pegawai pencatat yang menghadiri perkawinan dan bagi yang melangsingkan perkawinan menurut hukum Islam, ditandatangani oleh wali nikah atau yang mewakilinya;

Ayat (3): “Dengan penandatanganan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.”

Dari ketentuan di atas terlihat bahwa prosedur pencatatan perkawinan

dilakukan dengan maksud dan tujuan sebagai pelengkapan atas syarat-syarat

administrasi, bukan sebagai syarat sahnya atau rukun perkawinan itu sendiri.

Terkait dengan rukun perkawinan, dalam Islam telah dijelaskan secara rinci dalam

banyak literatur. Dalam hal ini, rukun perkawinan menurut jumhur ulama mazhab

tersebut meliputi mempelai laki-laki dan mempelai perempuan sebagai pembuat

akad, shighah atau ucapan/ungkapan kata, dua orang saksi dan wali nikah.21

Sebagaimana dijelaskan oleh Wahbah Zuhaili, bahwa menurut jumhur

ulama yang diwakili oleh ulama mazhab Maliki, Syafi’i dan mazhab Hambali,

mengatakan bahwa rukun merupakan apa-apa yang harus ada demi

menggambarkan wujud sesuatu, baik yang merupakan bagian darinya maupun

tidak. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, rukun diartikan sebagai bagian dari

sesuatu, sedangkan sesuatu itu tidak akan ada jika bagian tersebut tidak ada.

Dalam redaksi lain, rukun yaitu hal yang menentukan keberadaan sesuatu, dan

menjadi bagian di dalam esensinya.22 Jadi, pencatatan perkawinan bukan sebagai

21Abdul Madjid Mahmud Mathlub, al-Wajiz fi Ahkam al-Usrah al-Islamiyah…, hlm. 33; Keterangan yang sama juga terdapat dalam buku Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan…, hlm. 59.

22Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Waadillatuhu…, hlm. 45.

Page 44: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

31

pengesah dari perkawinan. Akan tetapi tetap harus dilakukan menurut prosedur

seperti telah disebutkan di atas.

2.2.4. Akibat Hukum Nikah yang Tidak Dicatat

Pencatatan perkawinan mempunyai tujuan untuk menertibkan perkawinan

itu sendiri sebagai pemenuhan atas syarat administratif. Tidak mencatatkan

perkawinan pada Pegawai Pencatat Nikah merupakan kesalahan administratif.

Dalam pandangan masyarakat, nikah yang tidak dicatatkan di KUA dinamakan

dengan nikah sirri atau nikah di bawah tangan. Pernikahan semacam ini

merupakan pernikahan yang dilakukan secara agama tetapi tidak dicatatkan. Jika

ditinjau terkait dengan konsekuensi hukum tidak dicatatnya perkawinan yang

dilakukan, Elvi Lusiana menyebutkan bahwa menurut hukum negara, perkawinan

ini tidak dapat diakui oleh hukum. Akibatnya yaitu istri tidak bisa menuntut cerai

di hadapan pengadilan, tidak bisa dilakukan pembagian harta bersama atau harta

gono-gini, hak anak dan tidak bisa mengurus hak waris.23

Disebutkan juga bahwa perkawinan yang tidak dicatat akan menimbulkan

kesulitan tersendiri bagi istri dan anak-anak yang dilahirkan. Di mana, anak yang

dilahirkan dari pernikahan yang tidak dicatat tidak akan diakui oleh hukum

negara, dan dianggap sebagai anak luar nikah. Kerugian bagi anak luar nikah ini

disebabkan karena tidak dicantumkannya nama ayahnya dalam akte kelahirannya

yang selanjutnya anak tersebut juga tidak dapat mengurus dan menerima hak

waris dari ayahnya. Hal ini disebabkan oleh tidak diakuinya pernikahan yang

23Elvi Lusiana, 100+ Kesalahan dalam Pernikahan, (Jakarta: Qultum Media, 2011), hlm.141.

Page 45: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

32

dilakukan oleh orangtuanya. Perkawinan yang tidak tercatat memiliki dampak

hukum negatif bagi pelaku perkawinan. Meskipun dampak dari hal tersebut

bersifat kasuitis, namun kenyataannya banyak pasangan yang tidak mencatatkan

pernikahan hidup dengan harmonis, tetapi mengalami kesulitan pada waktu

berurusan dengan pemenuhan hak-hak keperdataan yang dilakukan di

pengadilan.24

Walaupun demikian, konsekuensi hukum bagi anak yang dilahirkan dari

perkawinan yang tidak dicatat tersebut telah mendapat perlindungan hukum

setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan keperdataan anak

luar nikah dengan ayah biologisnya. Dimana disebutkan bahwa anak tetap

mendapatkan harta dari ayahnya, termasuk bagian dari hak waris yang harus

diterimanya.25

Pada dasarnya, setiap masyarakat yang diatur dalam sebuah aturan hukum,

khusus dalam masalah perkawinan akan memiliki kesulitan-kesulitan tersendiri

dan berdampak negatif bagi pasangan yang tidak mencatatkan perkawinannya.

Konsekuensi hukum dalam kaitannya dengan hukum negara ini agaknya sangat

penting untuk diperhatikan, karena perkawinan yang tidak dicatat nantinya tidak

dapat diakui secara hukum.

24Kementerian Agama RI, Menelusur Makna di Balik Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan tidak Tercatat, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, 2013), hlm. 428.

25Taufiqurrahman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia; Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 192.

Page 46: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

BAB TIGA

PELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN

PERNIKAHAN DI BIREUEN

3.1. Profil Umum Kebupaten Bireuen

3.1.1. Letak geografis

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Aceh

yang letaknya sangat strategis dan dilintasi oleh jalan nasional serta diapit oleh

beberapa kabupaten dan merupakan pusat perdagangan di wilayahnya. secara

geografis, Kabupaten Bireuen terletak pada posisi 40 54’ - 50 21’ Lintang Utara

(LU) dan 960 20’ - 970 21’ Bujur Timur (BT) dengan luas wilayahnya 1.901,21

Km2 atau (190.121 Ha) dan berada pada ketinggian 0 sampai 800 M dari

Permukaan Laut (DPL). Secara geografis wilayah Kabupaten Bireuen memiliki

posisi strategis, karena terletak sebagai berikut.1

a. Kawasan pantai Timur pulau Sumatera yang merupakan kawasan cepat

berkembang di pulau Sumatera, dibandingkan dengan kawasan tengah dan

kawasan pantai Barat Sumatera.

b. Berdekatan dengan kota pusat pertumbuhan Lhokseumawe dan Medan yang

merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Di samping itu, di Kota Medan

juga terdapat pelabuhan dan bandar udara internasional. Adapun waktu tempuh

antara Kota Bireuen dengan Kota Lhokseumawe hanya sekitar 45 menit

perjalalan, sedangan dengan kota Medan sekitar 8 – 9 jam perjalanan.

1ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/.../kab.Bireuen/Bab %20II.docx.diakses pada tanggal 26 september 2016.

33

Page 47: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

34

c. Berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan Zona Ekonomi

Eksklusif dan jalur pelayaran perdagangan internasional yang padat.

d. Dilintasi oleh jalan nasional lintas Timur (Jalintim) Sumatera, yang merupakan

jalur perdagangan yang padat di pulau Sumatera. Di masa mendatang, Jalintim

Sumatera pada ruas antara Medan sampai Bandar Lampung direncanakan

untuk dikembangkan sebagai jalan internasional Trans Asia dan Trans Asean.

Wilayah Bireuen berkembang menjadi Kabupaten Bireuen sebagai hasil

dari pemekaran Kabupaten Aceh Utara menjadi kabupaten baru, berdasarkan

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen

dan Kabupaten Simeulue, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2000.2

PETA KAB. BIREUEN

Gambar. Peta Kabupaten Bireuen

2ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/.../kab.Bireuen/Bab %20II.docx.diakses pada tanggal 26 september 2016.

Page 48: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

35

3.1.2. Topografi

Topografi Kabupaten Bireuen memiliki daerah yang datar dan

bergelombang (0-8%) terutama pada wilayah pesisir Utara, sedangkan pada

daerah bagian Selatan memiliki topografi berbukit dengan kemiringan 15%

sampai dengan 30%. Sejak berdirinya Kabupaten Bireuen berdasarkan Undang-

Undang No. 48 tahun 1999 telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan

dalam bidang pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 7 (tujuh)

kecamatan. Pada tahun 2001 dimekarkan menjadi 10 kecamatan, selanjutnya pada

tahun 2004 dimekarkan kembali menjadi 17 kecamatan. Adapun kecamatan, serta

luas wilayahnya seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Per Kecamatan Kab. BireuenNo Kecamatan Data BPS

Luas (Km2) Luas (Ha) Proporsi (%)

1 Samalanga 156,22 15.622,00 8,222 SimpangMamplam 218,49 21.849,00 11,493 Pandrah 89,33 8.933,00 4,704 Jeunieb 114,52 11.452,00 6,025 Peulimbang 64,15 6.415,00 3,376 Peudada 391,33 39.133,00 20,587 Juli 212,08 21.208,00 11,168 Jeumpa 69,42 6.942,00 3,659 Kota Juang 31,56 3.156,00 1,66

10 Kuala 23,72 2.372,00 1,2511 Jangka 81,33 8.133,00 4,2812 Peusangan 122,36 12.236,00 6,4413 Peusangan Selatan 128,30 12.830,00 6,7514 Peusangan Siblah 54,62 5.462,00 2,87

Krueng15 Makmur 66,53 6.653,00 3,5016 Kuta Blang 41,10 4.110,00 2,1617 Gandapura 36,15 3.615,00 1,90

Kabupaten Bireuen 1.901,21 190.121,00 100,00

Page 49: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

36

3.1.3. Administratif

Secara Administratif, Kabupaten Bireuen masuk di dalam Provinsi Aceh.

Batas-batas Administratif Kabupaten Bireuen adalah sebelah Utara berbatas

dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Bener Meriah

dan Aceh Tengah, sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Pidie Jaya dan Pidie,

dan sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Aceh Utara. Kabupaten Bireuen

meliputi 17 kecamatan dan 609 gampong. Kecamatan Peudada merupakan

kecamatan terluas dengan luas sekitar 391,33 km2 atau sekitar 20,58 persen luas

Kabupaten Bireuen.

3.1.4. Kependudukan

Penduduk Kabupaten berjumlah 359,032 jiwa yang tersebar di 17

kecamatan dan 609 gampong dengan penduduk paling terbanyak terdapat di

Kecamatan Peusangan yaitu 44,148 jiwa dan Kecamatan Kota Juang yaitu 42,783

jiwa dan penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Pandrah yaitu 7,509

jiwa. Jumlah penduduk dan kepadatan kecamatan di Bireuen ditunjukkan pada

tabel berikut:3

Tabel 2.7. Kepadatan Penduduk per Kecamatan Di kab. Bireuen

No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk(Km2) (jiwa) per Km2

1. Samalanga 156,22 24,034 1542. Simpang Mamplam 218,49 21,093 973. Pandrah 89,33 7,509 844. Jeunieb 114,52 18,764 1645. Peulimbang 64,15 9,330 1456. Peudada 391,33 22,148 577. Juli 212,08 25,416 1208. Jeumpa 69,42 28,390 4099. Kota Juang 31,56 42,783 1,356

3ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/.../kab.Bireuen/Bab %20II.docx.diakses pada tanggal 26 september 2016.

Page 50: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

37

10. Kuala 23,72 15,100 63711. Jangka 81,18 25,300 31212. Peusangan 122,48 44,148 36013. Psg. Selatan 106,33 11,971 11314. Psg. Siblah Krueng 76,62 9,320 12215. Makmur 66,53 13,295 20016. Gandapura 36,15 20,857 57717. Kuta Blang 46,56 19,765 645

3.1.5. Sosial Masyarakat

Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari

banyaknya sarana peribadatan masing masing agama. Ditinjau dari jumlah

pemeluk agama, tercatat 358,579 Umat Islam, 200 Umat Kristen, 17 Katolik, 11

Hindu, 225 Hindu.4

3.2. Sebab Dilaksanakannya Itsbat Nikah Terpadu di Kabupaten Bireuen

Mengulas kembali pembahasan pada bab sebelumnya bahwa tujuan

dilaksanakannya itsbat nikah adalah memberikan kesempatan kepada setiap

pasangan yang telah menikah secara sah, namun tidak memiliki buku atau akta

nikah, untuk ditetapkan kembali pernikahan mereka melalui prosedur negara,

sehingga pasangan yang dimaksudkan mendapatkan buku nikah melalui

pencatatan setelah dilakukannya itsbat nikah.

Isbat nikah ini prinsipnya bagian dari upaya atau langkah pemerintah

dalam melayani masyarakat yang berada dalam lingkup kompetensinya.

Pelayanan tersebut dilakukan menimbang banyaknya masyarakat yang tidak

mencatatkan pernikahan. Keberadan itsbat nikah dianggap penting, karena bagi

masyarakat yang perkawinannya tidak tercatat, tidak akan dapat membuktikan

4ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/.../kab.Bireuen/Bab %20II.docx.diakses pada tanggal 26 september 2016.

Page 51: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

38

perkawinan mereka ketika terjadi suatu perkara yang melibatkan unsur-unsur

(badan hukum) negara, salah satunya di persidangan pada suatu pengadilan.

Walaupun secara agama telah diakui keabsahannya, namun satu-satunya dapat

dijadikan bukti autentik di pengadilan adalah akta pernikahan. Untuk itu, itsbat

nikah ini sangat bermanfaat bagi masyarakat awam yang notabene sebagai subjek

hukum dan harus dilayani oleh subjek hukum lain, yaitu pemerintah.

Bertalian dengan permasalahan di atas, dalam praktek atau proses

pelaksanaan itsbat nikah, masyarakat atau pasangan yang tidak memiliki buku

nikah mendapat kesulitan ketika berurusan dengan pengadilan. Sebagaimana

dijelaskan oleh Khoiruddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen,

mengungkapkan bahwa pihak Mahkamah memberikan suatu pelayanan terpadu

bagi masyarakat untuk mempermudah menjangkau pengadilan dalam rangka

mewujudkan prinsip sederhana, cepat, dan biaya ringan terkait dengan itsbat

nikah. Itsbat nikah ini dilakukan dengan terjun langsung ke wilayah kecamatan.

Artinya sidang itsbat dilakukan di tempat yang telah ditentukan sebelumnya di

kecamatan, yaitu dengan dilaksanakan program sidang terpadu perkara itsbat

nikah.5

Menurut keterangan Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen tersebut, dapat

dipahami paling tidak terdapat tiga alasan atau sebab dilaksanakannya itsbat nikah

terpadu di Kabupaten Bireuen. Ketiga alasan tersebut sebagai berikut:

5Hasil Wawancara dengan Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober2016.

Page 52: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

39

3.2.1. Masalah akses ke Mahkamah Syar’iyah Bireuen

Kendala yang menghambat masyarakat dalam melakukan sidang perkara

itsbat nikah untuk pengurusan buku nikah dan pengajuan itsbat nikah ke

Mahkamah Syar’iyah Bireuen adalah kendala transportasi, karena jarak yang jauh

antara Mahkamah Syar’iyah Bireuen dengan beberapa kecamatan yang ada di

Bireuen. Sebagaimana dijelaskan oleh Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen

Khoiruddin Harahap, bahwa untuk menempuh perjalanan ke Mahkamah dalam

rangka pengurusan itsbat nikah, membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit

serta kendala waktu yang lama untuk mendaftarkan sidang itsbat, dan sidang juga

tidak bisa dilakukan dalam satu kali untuk mendapatkan penetapan Mahkamah.6

Pernyataan yang sama seperti yang diungkapkan oleh Wakil Ketua Mahkamah

Syar’iyah Bireuen, bahwa:

“Pengajuan permohonan serta pelaksanaan itsbat nikah tidak begitu mudah, karena terdapat kendala terkait masalah jarak tempuh masyarakat yang ingin melakukan proses itsbat nikah. Dengan rentang jarak yang sangat jauh ini, untuk masyarakat di beberapa kecamatan mengalamikesulitan, bahkan timbul kejenuhan dan tidak ingin melakukan proses itsbat nikah di Mahkamah Syar’iyah Bireuen.7

Dari permasalahan tersebut, timbul keinginan dalam mengupayakan

kemudahan kepada masyarakat yang belum memiliki buku nikah untuk dapat

mengikuti program sidang itsbat nikah terpadu yang dilaksanakan oleh Mahkamah

Syar’iyah Bireuen. Mahkamah membantu memfasilitasi masyarakat dari segi

biaya pengurusan sidang terpadu serta mengurus dan mendata masyarakat yang

6Hasil Wawancara dengan Khoiruddin Harahap, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

7Hasil Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Pada tanggal 3 Oktober 2016.

Page 53: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

40

tidak mempunyai buku nikah untuk mengikuti sidang itsbat nikah terpadu yang

dilakukan di setiap Kantor Kecamatan di Kabupaten Bireuen.8

Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen menambahkan bahwa:

“Sidang perkara itsbat nikah terpadu tersebut tidak dipungut biaya, karenabiaya pendaftaran sidang terpadu tersebut sudah dianggarkan oleh Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh. Selain itu, mengenai dana akomodasi tim sidang terpadu Mahkamah Syar’iyah Bireuen juga sudah dianggarkan oleh Dinas Syari’at Islam, yang meliputi dana program sidang terpadu dan trasportasi untuk menjangkau kecamatan”.

Menurut Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen Khoiruddin Harahap,

dengan adanya program sidang itsbat nikah terpadu ini maka akan tercipta asas

Mahkamah Syar’iyah atau istilah lain Pengadilan Agama yang sederhana, cepat

dan biaya ringan. Karena masyarakat lebih mudah dalam mengakses Mahkamah

Syar’iyah serta masyarakat juga tidak kesulitan dalam hal biaya untuk

menjangkau wilayah Mahkamah Syar’iyah Bireuen yang relatif jauh dari beberapa

kecamatan yang ada.

3.2.2. Masalah keadilan, kemaslahatan dan kepastian hukum

Di samping adanya kendala terkait akses masyarakat ke Mahkamah

Syar’iyah Bireuen, juga yang menjadi alasan dilaksanakannya itsbat nikah terpadu

adalah demi keadilan, kemaslahatan dan kepastian hukum. Hal ini pula yang

diungkapkan oleh Mahkamah Syar’iyah Bireuen, bahwa dengan dilaksanakan

sidang terpadu perkara itsbat nikah tersebut mempermudah dan membantu

masyarakat yang awam tentang hukum serta membantu masyarakat mengetahui

8Ibid.

Page 54: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

41

apa sebenarnya itsbat nikah tersebut dan pentingnya pencatatan perkawinan untuk

memberikan perlindungan hukum.

Menurut keterangan salah seorang hakim di Mahkamah Syar’iyah Bireuen,

itsbat nikah terpadu ini dapat membawa dampak maslahat bagi pasangan yang

tidak memiliki buku nikah khususnya, dan umumnya bagi masyarakat luas yang

berada di setiap kecamatan yang ada. Beliau menambahkan pendapat sebagai

berikut:

“Dengan adanya itsbat nikah terpadu, juga sangat membantu pasangan dalam proses sidang itsbat nikah yang belum memenuhi ketentuanadministratif terkait pencatatan perkawinan, sehingga setelah adanya penetapan Mahkamah Syar’iyah Bireuen, hak-hak pasangan yangsebelumnya tidak memiliki akta nikah, akan mendapatkan kepastian hukum. Misalnya, dalam pengurusan hak-hak keperdataan seperti warisan, nafkah, hak suami dan istri setelah terjadi perceraian dan mudah dalam pembuatan akte kelahiran anak”.9

Adapun sidang itsbat nikah terpadu ini diprioritaskan untuk pernikahan

sebelum ataupun setelah Undang Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Namun, mayoritas perkawinan yang diitsbat nikah terpadu ini adalah perkawinan

yang dilakukan setelah adanya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Hal ini

sebagaimana dijelaskan oleh Khoiruddin (Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen),

karena bagi pasangan yang menikah sebelum Undang-Undang Perkawinan

tersebut diundangkan, telah melakukan itsbat nikah secara serentak yang

dilakukan oleh KUA di setiap kecamatan di Bereun, melalui instruksi dari

Pengadilan Agama Kabupaten Bireuen saat itu.10

9Hasil wawancara dengan Rubaiyyah, Hakim Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal5 Oktober 2016.

10Wawancara dengan Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

Page 55: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

42

Terkait dengan pelaksanaan itsbat nikah bagi pasangan yang melakukan

perkawinan sebelum Undang-Undang Perkawinan diundangkan, didasari pada

Kompilasi Hukum Islam, tepatnya pada Pasal 7 ayat (3), yang menyatakan bahwa

itsbat nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang

berkenaan dengan adanya perkawinan dalam rangka perceraian, hilangnya akta

nikah, adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang No.

1 Tahun1974, serta perkawinan yang dilakukan oleh merekayang tidak

mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.

Sedangkan alasan terkait pelaksanaan itsbat nikah terpadu untuk perkawinan

setelah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dikarenakan

perkawinan yang dilaksanakan oleh sebuah pasangan tidak termasuk perkawinan

yang batal demi hukum, hal ini sebagaimana ketentuan Pasal 70 Kompilasi

Hukum Islam.

Zulfikri menambahkan bahwa itsbat nikah terpadu yang dilakukan oleh

Mahkamah Syar’iyah Bireuen merupakan suatu tindakan hukum pengecualian

dari hakim untuk terciptanya keadilan dan kemaslahatan, selama pernikahan

pasangan tersebut memenuhi syarat dan rukun perkawinan sebagaimana ketentuan

yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam tentang rukun dan syarat

perkawinan. Hanya saja perkawinan para pemohon yang kemudian diitbatkan itu

tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak mempunyai akta nikah, sehingga

Page 56: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

43

diperlukan penetapan pengesahan (itsbat nikah) dari Pengadilan Agama atau

Mahkamah Syar’iyah.11

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa untuk terciptanya

kemaslahatan masyarakat serta memberikan keadilan khususnya bagi pasangan

yang tidak memiliki akta nikah, maka itsbat nikah terpadu ini adalah langkah yang

tepat dan merupakan bagian dari upaya Mahkamah Syar’iyah Bireuen dalam

melayani masyarakat dengan dikeluarkannya penetapan Mahkamah Syar’iyah

mengenai akta nikah. Berawal dari adanya keinginan untuk menegakkan keadilan

serta untuk menciptakan kemaslahatan dan kepastian hukum bagi masyarakat

yang belum mencatatkan pernikahan, maka itsbat nikah terpadu ini dilakukan

dengan dibantu oleh pihak KUA di setiap kecamatan dalam mendata pasangan

yang belum memiliki akta nikah.

3.2.3. Masalah sosialisasi itsbat nikah dan pencatatan nikah

Umum dipahami bahwa tugas dan wewenang hakim dalam suatu badan

peradilan adalah sebagai media dalam menyelesaikan perkara-perkara yang

diajukan. Namun demikian, unsur-unsur peradilan seperti halnya hakim tidak

hanya sebatas pelaksanaan penyelesaian kasus yang ada dalam melakukan

persidangan secara formal dan kaku, tetapi lebih dari itu bahwa hakim membawa

misi atau tugas untuk mensosialisasikan amanah-amanah negara yang dibebankan

pemerintah kepada mereka. Salah satu tugas dalam hal sosialilasi ini adalah

mengenai pencatatan perkawinan.

11Hasil wawancara dengan Zulfikri, Hakim Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 5 Oktober 2016.

Page 57: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

44

Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan masyarakat

pengetahuan terkait adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan serta Kompilasi Hukum Islam mengenai pencatatan nikah, dalam

kaitan masalah penelitian ini termasuk juga sosialisasi tentang itsbat nikah. Hal ini

dianggap perlu karena dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat arti dari

pentingnya pencatatan nikah. Di Kabupaten Bireuen tidak sedikit masyarakat

lebih percaya dinikahkan oleh seorang Tengku daripada menikah di KUA

setempat, sehingga budaya nikah sirri marak dilakukan. Namun demikian,

semenjak Undang-Undang Perkawinan disebarluaskan, dan menjadi bagian dari

rujukan hukum seorang hakim di setiap Pengadilan Agama, mayoritas masyarakat

yang melakukan perkawinan, paling tidak kisaran tahun 1990, telah mencatatkan

perkawinannya. Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh salah seorang Kepala

KUA Peudada, yaitu sebagai berikut:

“Mayoritas masyarakat di Kecamatan Peudada, umumnya telah menyadari arti dari pentingnya pencatatan nikah. Sehingga, di setiap ada peristiwa nikah tetap dilakukan berdasarkan aturan yang dibuat oleh negara. Sepengetahuan saya, masyarakat telah mencatatkan pernikahan di tahun sembilan puluh (1990:pen), walaupun pada tahun sebelumnya ada juga yang mencatatkan pernikahannya, namun tidak sebanyak pada tahun itu. Hal ini tentunya terdapat pengaruh dari pimpinan pengadilan pada saat itu yang mewajibkan pernikahan dicatatkan”.12

Dari penjelasan di atas, dipahami bahwa pengaruh dari kuatnya sosialisasi

dari pengadilan akan pencatatan nikah tentu secara sadar masyarakat dapat

memahami kegunaan dari pencatatan tersebut. Terkait dengan aspek sosialisai ini,

Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen menerangkan bahwa tujuan dari

12Hasil wawancara dengan Mursal M. Nur, Kepala KUA Kecamatan Peudada, pada tanggal 27 September 2016.

Page 58: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

45

dilaksanakannya itsbat nikah terpadu ini adalah untuk memberikan pemahaman

kepada masyarakat dalam hal pencatatan pernikahan. Beliau melanjutkan dengan

menyatakan bahwa:

“Tidak mungkin ada itsbat nikah jika memang bukan disebabkan karena pencatatan nikah. Itsbat nikah ini diadakan karena banyak di antara masyarakat belum paham, dan belum mengerti manfaat dari pencatatan tersebut. Untuk itu, itsbat nikah terpadu ini dilakukan di samping melaksanakan tujuan utama, yaitu mendata pasangan yang belum memiliki buku nikah dan mendatakan pernikahannya kembali melalui itsbat nikah, juga sebagai ajang sosialisasi kepada masyarakat setempat mengenai pencatatan nikah.13

Dengan adanya program itsbat nikah ini, pihak pengadilan berikut dengan

unsur-unsur yang ada di dalamnya, seperti hakim, ketua pengadilan, dan

perangkat lainnya dapat secara langsung bertatap muka dengan masyarakat, serta

memberikan pengetahuan mengenai kedudukan pencatatan dan itsbat nikah.

Jika dilihat lebih jauh, bahwa aturan tentang penting pelaksanaan

pencatatan nikah melalui itsbat nikah ini telah dituangkan dalam Qanun Nomor 6

Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Di mana,

salah satu dokumen kependudukan yang menjadi hak masyarakat adalah akta

nikah. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) huruf a Qanun tersebut, dinyatakan

masyarakat atau setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan untuk

memperoleh dokumen kependudukan. Di mana, dokumen kependudukan yang

dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat (8) qanun tersebut salah satunya yaitu akta nikah

melalui pencatatan nikah. Dengan adanya amanah dari Qanun ini, maka

seyogyanyalah pihak pemerintah, khususnya Pengadilan atau Mahkamah

13Wawancara dengan Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

Page 59: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

46

Syar’iyyah untuk melakukan sidang-sidang itsbat nikah bagi penduduk Aceh yang

tidak memiliki buku nikah.

Amanah Qanun No. 6 tahun 2008 tersebut juga mengamanahkan kepada

Dinas Kependudukan dengan melakukan Koordinasi kepada Pengadilan Agama

untuk melakukan pencatatan nikah. Ketentuan tersebut telah dimuat dalam Pasal

Pasal 27 huruf a:

“Dalam melaksanakan ketentuan mengenai Administrasi Kependudukan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten/kota berwenang: Melakukan koordinasi dengan Kantor Departemen Agama kabupaten/kota dan Pengadilan Agama berkaitan dengan pencatatan nikah, talak, cerai danrujuk bagi penduduk yang beragama Islam yang dilakukan oleh Kanor Urusan Agama Kecamatan”.

Bahkan, bagi pasangan yang tidak ada akta nikah pada masa konflik, juga

mendapat jaminan sahnya pernikahan yang dilakukan. Hal ini telah dijelaskan

pada Pasal 91 ayat (3):

“Semua peristiwa perkawinan/pernikahan yang dilakukan pada masa konflik dinyatakan sah dan dapat diterbitkan akta perkawinan/nikah”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program itsbat nikah

terpadu yang dilakukan oleh Mahkamah Syar’iyyah Bireun merupakan suatu

urgen dan sangat penting. Karena, berdasarkan data yang diperoleh dari sidang

itsbat nikah (datanya dapat dilihat pada sub bahasan selanjutnya), pasangan yang

tidak memiliki buku nikah karena pernikahannya dilakukan semasa konflik. Jadi,

perkawinan mereka tetap dipandang sah dan dapat diterbitkan akta nikahnya

melalui instansi yang berwenang (Kantor Urusan Agama).

Page 60: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

47

3.3. Teknik Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu di Kabupaten Bireuen

Dalam pelaksanaan itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen, sidang

terpadu ini dilakukan berdasarkan sinergi antara KUA di setiap kecamatan dengan

Mahkamah Syar’iyah Bireuen, dimana lembaga Mahkamah Syar’iyah

mengirimkan surat pemberitahuan untuk diadakannya sidang terpadu perkara

itsbat nikah di Kantor Urusan Agama di masing-masing kecamatan.14

Sebagaimana keterangan Ketua Mahkamah, bahwa diadakannya progam sidang

itsbat nikah terebut dikarenakan sidang terpadu merupakan program bantuan

hukum yang ditujukan kepada masyarakat yang kesulitan untuk menjangkau

Mahkamah, di samping masih banyak diperoleh pasangan yang belum memiliki

akta nikah. Pelaksanaannya dilakukan dalam jangka pendek. Artinya, hanya

dilakukan sekali.

Meskipun melakukan pencatatan nikah bersifat reguler, artinya ada

amanah dari undang-undang untuk mencatatkan pernikahan, tetapi khusus dalam

masalah itsbat nikah ini dilakukan bukan bagian dari program yang dituangkan

dalam Undang-Undang, tetapi hanya sebatas kebijakan pemerintah. Untuk itu,

pelaksanaannya tidak dalam target jangka penjang dan berkelanjutan. Sidang

terpadu dan itsbat nikah dilaksanakan untuk membantu masyarakat yang buta

hukum untuk mendapatkan buku nikah dalam rangka pencatatan pernikahannya.

Adapun prosedur dan teknik sidang terpadu perkara itsbat nikah oleh Makamah

Syar’iyah Bireuen adalah sebagi berikut:

14Wawancara dengan Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

Page 61: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

48

3.3.1. Pendaftaran perkara sidang itsbat nikah terpadu di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Langkah awal dalam pelaksanaan sidang terpadu perkara itsbat nikah ini

adalah melakukan pendaftaran. Proses pendaftaran ini dilakukan oleh KUA

Kecamatan dengan cara mendata masyarakat yang belum memiliki akta nikah,

kemudian pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan memberikan data tersebut

kepada pihak Mahkamah untuk kemudian ditindaklanjuti.

Terkait dengan blanko pendaftaran, pihak Mahkamah sebelumnya telah

menyediakannya dan diberikan kepada masing-masing Kepala KUA se-

Kecamatan di Bireuen. Adapun mengenai administrasi masyarakat tidak dibebani

biaya pembayaran pendaftaran. Karena, seluruh keperluan dana untuk

pelaksanaan itsbat nikah ini telah disediakan oleh Mahkamah Syar’iyah Bireuen,

yang diperoleh dari Dinas Syari’at Islam Kabupaten Bireuen. Dalam hal ini, Dinas

Syari’at Islam Islam Kabupaten memperolehnya dari Dinas Syari’at Islam

Provinsi Aceh.15 Sebagaimana keterangan dari salah satu pasangan itsbat nikah

terpadu di Kecamatan Peudada, M. Ali menyatakan bahwa dalam pendaftaran

itsbat nikah yang ia ajukan tidak dipungut biaya, dia hanya mendaftarkan diri dan

memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi yang sebelumnya telah disampaikan

oleh pihak KUA.16

15Wawancara dengan Irpanusir, Panitera Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

16Hasil wawancara dengan M. Ali, pasangan itsbat nikah terpadu, warga Gampong Menasah Krueng, Kecamatan Peudada, pada tanggal 5 Oktober 2016.

Page 62: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

49

Keterangan yang sama juga dinyatakan oleh pasangan Jamaluddin dan

Marlina, dimana permohonan itsbat nikah yang mereka ajukan didaftarkan

terlebih dulu ke KUA Peudada. Jamaluddin menambahkan bahwa:

Kami mendaftarkan untuk melakukan sidang itsbat nikah ke KUA Peudada. Sebelum mendaftarkan, terlebih dulu sebelumnya kami mendapat informasi dari Tengku Imum Mesjid dan Keuchik, bahwa ada program itsbat nikah terpadu bagi pasangan yang tidak memiliki akta nikah untuk didaftarkan ke KUA Peudada. Menurut keterangan Keuchik,program ini dulunya diadakan oleh pemerintah, dalam hal ini dari Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Untuk itu, kami mendaftarkan diri, tanpaada pembayaran yang harus kami lakukan. Karena, pihak KUA sendirimengatakan dana untuk program ini telah disediakan oleh Mahkamah Syar’iyah.17

Pendaftaran dalam sidang itsbat nikah terpadu ini secara umum sama

dengan pendaftaran itsbat nikah langsung seperti ke Pengadilan

Agama/Mahkamah Syar’iyah. Permohonan dalam sidang terpadu perkara itsbat

nikah ini tetap yang bersangkutan yang mengajukan permohonan, hanya

perbedaannya sidang itsbat nikah ini bersifat kolektif dan pembiayaan di fasilitasi

oleh Mahkamah Syar’iyah yang bekerja sama dengan KUA di setiap kecamatan.

Sedangkan mengenai tanda tangan di SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar)

tetap yang bersangkutan yang menandatangani.

Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah, menyatakan bahwa kuota

yang disediakan untuk pasangan itsbat nikah terpadu ini adalah sebanyak 50 (lima

puluh) orang.18 Terkait dengan biaya penyelenggaraan sidang terpadu ini,

dibebankan kepada Mahkamah Syar’iyah, yang komponennya terdiri dari biaya

17Hasil wawancara dengan Jamaluddin, pasangan itsbat nikah terpadu, warga Gampong Sawang, Kecamatan Peudada, pada tanggal 7 Oktober 2016.

18Hasil Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Pada tanggal 3 Oktober 2016.

Page 63: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

50

tempat persidangan, biaya sewa perlengkapan sidang, biaya petugas pelaksana

sidang (terdiri dari hakim dan panitera), dan biaya transportasi untuk keseluruhan

pasangan yang mendaftar.19

3.3.2. Proses pelaksanaan sidang itsbat nikah terpadu

Proses perlaksanaan itsbat nikah terpadu ini dilakukan secara

serentak/bersamaan, dalam arti bahwa setiap peserta atau pasangan yang telah

mendaftar di 17 (tujuh belas) kecamatan kemudian dikumpulkan di Aula SEKDA

Kabupaten Bireuen. Dalam proses perlaksanaan itsbat ini, Mahkamah Syar’iyah

Bireuen menugaskan hakim-hakim untuk melaksanakan sidang terpadu. Sidang

tersebut dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 September 2016.

Terkait dengan pelaksanaan sidang terpadu perkara itsbat nikah yang

diadakan di Aula SEKDA Kabupaten Bireuen, dilakukan dalam satu kali sidang,

sehingga pada hari itu juga peserta sidang terpadu perkara itsbat nikah langsung

mendapatkan penetapan. Proses dan tahapan persidangan itsbat nikah terpadu

sama seperti persidangan itsbat nikah pada umumnya, yaitu ada pemeriksaan

identitas, pemberian arahan-arahan, pertanyaan hakim, bacaan permohonan,

pembuktian, dan apabila sudah ditemukan fakta hukum maka diberikan

penetapan.20 Adapun teknik dan proses tahapan-tahapan pelaksanaan sidang itsbat

nikah terpadu ini meliputi pemeriksaan, pembuktian, serta kesimpulan dan

19Keterangan ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

20Hasil wawancara dengan Irpanusir, Panitera Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 5 Oktober 2016

Page 64: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

51

penetapan. Penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Tahap pemeriksaaan

Dalam pemeriksaan sidang terpadu itsbat nikah sama dengan sidang itsbat

nikah pada umumnya. Dalam pemeriksaan perkara terlebih dahulu hakim

mengangkat sumpah para pasangan, kemudian menanyakan identitas para pihak,

setelah itu memberikan nasehat atau arahan-arahan seperlunya, kemudian hakim

melanjutkan pemeriksaan dengan membaca surat permohonan itsbat nikah yang

sebelumnya surat permohonan tersebut telah disediakan oleh pihak Mahkamah.

Dalam hal ini, hakim menanyakan tentang kebenaran identitas para pemohon,

hingga pada pertanyaan terkait proses pelaksanaan pernikahan yang sebelumnya

telah dilakukan oleh masing-masing pasangan.21

Zulfikri menjelaskan bahwa pertanyaan yang diajukan kepada pasangan

dalam sidang itsbat nikah ini sama halnya dengan proses pemeriksaan yang

dilakukan langsung di Mahkamah Syar’iyah. Adapun keterangan lengkapnya

adalah sebagai berikut:

“Pada tahap pemeriksaan pasangan yang sebelumnya telah mendaftar di kecamatan, dimulai dengan tanya jawab, baik masalah kebenaran identitas, maupun kebenaran perkawinan mereka. Dalam hal ini, kami para hakim tidak terlalu formal mengikuti aturan dalam teknis pemeriksaansebagaimana prosedur pemeriksaan itsbat nikah yang berlaku di lembaga Mahkamah Syar’iyah pada umumnya”.22

21Ibid.

22Hasil wawancara dengan Zulfikri, Hakim Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 5

Oktober 2016.

Page 65: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

52

b. Tahap pembuktian

Pada tahap ini, para hakim menguji bukti-bukti yang diajukan baik surat,

saksi dan wali. Diawali dengan bukti surat berupa foto kopi kartu tanda penduduk

kedua belah pihak, foto kopi kartu keluarga atas nama para pemohon, surat asli

keterangan pernikahan belum tercatat atas nama pemohon yang ditandatangani

dan dikeluarkan oleh kepala desa berikut dengan tanda tangan Tengku Imum yang

menjabat waktu pelaksanaan nikah sebelumnya.

Selanjutnya setelah bukti surat telah dimintai keterangan, dilanjutkan

untuk pemanggilan para saksi, kemudian saksi ini disumpah terlebih dahulu, dan

Ketua Majelis mulai memberikan beberapa pertanyaan. Pemohon bebas

mengemukakan peristiwa yang berhubungan dengan terjadinya perkawinan.

Apabila semua bukti telah diungkapkan dan menyatakan bahwa pernikahan

dinyatakan tidak cacat demi hukum. Dalam prose pembuktian ini, bukti saksi

dihadirkan untuk tiap-tiap pasangan yaitu dua orang saksi. Mursal M. Nur

menyatakan bahwa pihak pasangan yang melakukan itsbat nikah harus

mendatangkan dua orang saksi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

“Sebelum dilakukannya proses sidang itsbat nikah yang dilakukan di Aula SEKDA Kabupaten Bireuen, awalnya waktu pendaftaran itsbat nikah kami dari pihak KUA diminta untuk menjelaskan persyaratan sidang yang harus dilengkapi tiap-tiap pasangan, salah satunya yaitu kami memberitahukan kepada masyarakat (pasangan: pen) bahwa harus mendatangkan dua orangsaksi untuk dilakukan proses pembuktian di waktu sidang itsbat nikah terpadu”.23

23Hasil wawancara dengan Mursal M. Nur, Kepala KUA Kecamatan Peudada, pada tanggal 27 September 2016.

Page 66: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

53

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Amiruddin mengemukakan dengan

penjelasan sebagai berikut:

“Pada tanggal 19 September 2016, kami melakukan proses pemeriksaan, pembuktian, dan penetapan itsbat nikah. Pada hari itu, tiap-tiap pasangan yang telah mendaftar untuk sidang itsbat telah menghadirkan saksi pernikahan mereka. Hal ini sebelumnya dari pihak Mahkamah telah mengeluarkan surat kepada pihak KUA di setiap kecamatan, yang dalam surat itu salah satunya memuat pemberitahuan agar proses pemeriksaan dan pembuktian pasangan yang ingin melakukan itsbat nikah terpadu

berjalan dengan lancar”.24

c. Tahap kesimpulan dan penetapan

Pada tahap ini, setelah adanya pembuktian-pembuktian yang lengkap, baik

berupa bukti surat dan saksi, para hakim yang melakukan proses sidang

mengambil kesimpulan. Apabila keterangan bukti dianggap sempurna dan

menyatakan adanya perkawinan tersebut benar-benar telah dilakukan sebelumnya.

Selanjutnya dilangsungkan pembacaan penetapan itsbat nikah. Setelah penetapan

tersebut dibacakan oleh Ketua Majelis kepada masing-masing pasangan itsbat

nikah beserta dengan para saksi dari masing-masing pasangan, selanjutnya

diberitahukan kepada pemohon akan hak-haknya, jika dikehendaki untuk

melakukan upaya hukum selanjutnya.

Dari ketiga proses atau langkah-langkah persidangan tersebut, tidak ada

penundaan sidang seperti sidang pada umumnya. Pada hari itu juga hakim

langsung membacakan penetapan itsbat nikah kepada para pihak. Setelah ada hasil

penetapan tersebut, kemudian masing-masing pasangan harus menandatangani

buku nikah pada hari itu juga, yaitu para peserta disuruh mendatangi Kepala KUA

24Hasil Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Pada tanggal 3 Oktober 2016.

Page 67: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

54

yang juga hadir pada hari itu.25 Di bawah ini, dapat dilihat tabel terkait dengan

pihak-pihak pasangan dan saksi yang melakukan itsbat nikah terpadu khusus di 15

kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen.26

Tabel: Daftar Isbat Nikah di Kabupaten BireuenDAFTAR SUAMI-ISTRI YANG TIDAK MEMILIKI KUTIPAN AKTA NIKAH DALAM RANGKA ISBAT NIKAH BAGI KORBAN KONFLIK DAN MASYARAKAT MISKIN DI

KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2016NO PASANGAN

1 Saifuddin denganMardiana

2 M. Ali denganSakdiah

3 Hamdan denganAsma

4 Jamaluddin denganMarlina

5 Jailani dengan AinoMardiah

6 Muhajir denganRamlah

7 Abu Bakar denganNurasama

8 Faudhi denganKasmiati

9 M. Risyad denganAisyah

10 Muzakir M. Husendengan Normasyitah

11 A.Hadi Ilyas denganSuryati Ibrahim

12 Fardami dengan SriWahyuni

13 M. Sufi denganSalamah

14 Ishak dengan Zahara

15 Syukri M. Nurdengan Zainabuon

16 A.Muthalib Ibrahimdengan Gadis Kuim

17 Syarifuddin Yunusdengan Darmawati

18 M. Adam denganRosmawati

19 Mulyadi denganKartini

20 Asnawi denganMurhani

21 Maimun Zakaria

TGL SAKSINIKAH

26/09/1999 Jailani dan Syarbini

31/12/2000 Zakaria Banta danSulaiman

01/01/2001 Jamaluddin dan M.Yunus HZ

01/01/2003 Jamaluddin dan M.Yunus HZ

14/10/2000 Ikhwan dan Mudasir

26/11/1998 Alamsyah dan FuadiBanta Sidi

22/03/2002 M. Ali dan Hasbi M.Talib

01/11/1987 Wardinur dan Syahrur

15/12/1999 M. Daud dan Marzuki

15/01/2000 Abdul Aziz danZulkarnaini

02/03/1992 M Yusuf dan RidwanThaleb

27/11/1999 Rafidin dan Mulyadi

19/05/2000 Alamsyah dan Ismail

21/11/1999 Johari dan AbdulRahman

05/06/2000 Jafar Ali dan RusliHasan

01/07/2002 Tarmizi Amin danZakwan Idris

05/10/1999 A Jalil dan TarmiziIbrahim

29/07/1999 M. Husen danAbdurrahman

03/02/1998 M. Thaib dan Iskandar

15/07/1999 M. Yusuf dan Ibrahm

01/01/2001 Sulaiman dan Bustami

ALAMAT

Pinto Rimba

Meunasah Krueng

Sawang

Sawang

Tanjong Beuridi

Teupin Reudeup

Lueng Baro

Geulanggang Labu

Lancok Ulim

Mns. Reudeup

Lancok Ulim

Kareung

Karang Rejo Krueng Juli BaratUjong Blang Krueng Juli Timu

Mon Jambe

Paloh me

Ie Rhop

Seuneubok Nalan

SeuneubokTeungoh

Lancok Bungo

Simpang Jaya

KET

Kec. Peudada

Kec. Pesangan Selatan

Kec. Pandrah

Kec. Kuala

Kec. Ganda Pura

Kec.Peulimbang

Kec. Juli

jml

4

4

3

3

3

3

3

25Hasil wawancara dengan Irpanusir, Panitera Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 5 Oktober 2016.

26Data diperoleh dari Dinas Syari’at Islam, pada tanggal 5 Oktober 2016.

Page 68: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

dengan Nurasmah

55

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

Saiful Bahri dengan AgustinarAgusni dengan Inda MariatiZakaria dengan JulianaMukhlisin M, dengan Rosmani I.Azhari Yahya dengan Abidah AR.

Fauzi dengan Erlina

M. Y. Basyah dan Nurmawati AbakarDahlawi dengan MaryamahAzhar dengan SaryatiSuheri dengan FitrianaM. Isa Ibrahim dengan Rauzah

Efendi Idayani

Kusnan dengan Nurhayati AhmadRasyidin Abdullah dengan NurmiUsman dengan NurmalawatiZakaria dengan ZalikhaHasanuddin dengan DarwatiMurdani Ali dengan MaryaniMunardi dengan NurainiMunirwan dengan MulyaniRidwan dengan NurainiMuslem dengan MahdalenaMutakallim dengan ZaharaMuhammad Nasir dengan RoslindarHandani dengan Cot Ainol MardhiahHasbullah dengan MerawatiM. Isa dengan MuzayyanahJamaluddin dengan LidawatiM. Jafar Abd.dengan Zubaidah

04/08/2002

15/10/2000

21/01/2000

24/05/2000

16/09/1999

08/02/2000

05/02/1996

08/07/2000

15/05/2000

15/05/2000

19/02/2001

05/08/2003

12/02/2002

10/02/2002

02/03/1993

30/06/1980

10/10/2001

23/11/1999

12/08/2000

09/01/2000

25/08/2000

10/08/2000

10/07/2000

27/05/2001

25/11/2001

13/03/1996

27/06/1998

28/06/1999

03/01/--

Sulaiman danZulkarnaini

Rusli dan Karim

Mardani AR, dan T.Yusran T.A.Usman Husen dan Husaini HamidSulaiman Ishak dan Ridwan T.Muhibudin Yusuf dan M. DiahUsman H, dan Abakar M. NurMawardi dan Abdullah AUsman H, dan Muntasyar YusufUsman H, dan Muntasyar Yusuf

Ridhwan dan Isfadil

Husen Musa dan Mulyadi IbrahimSofyan dan Abdurrahman M. NurAlam Masrur Puteh dan Mukhtar A. GaniRusli Yusuf dan Dahlan

M. Dian dan Hanafiah

Suryadi Samaun dan Razali Hasyem

Jailani AR, dan Ramli

Afifuddin dan MukhtarUsman Hasan dan Zakaria HusenDahlan Taeb dan SaifuddinBuktari Yusuf dan Abdul HalimHanafiah dan Mukhtar Nyak CutJamaluddain dan SaflimaMawardi S, dan Ridwan S.

Jufri dan Mahdi

Burhanuddin dan M.Dahlan

Jufri dan Mahdi

Jufri dan Mahdi

Juli TgkDilampoh

Juli Mns Tambo

Blangcot Tunong

Salah Sirong JY

Cot Bada

Seuleumbah

Cot Aneuk Batee Alue LetKubu Raya Mtg.Kumbang

Lueng Danuen

Cot Aneuk Batee

Mns. Reuleut

GLG. Kulam

Uteuen Reutoh

Blang Mane

Leubu Me

Sukarame

Batee Dabai

Buket Dalam

Jarommah Baroh

Kerumbok

Punjot Alue Kuta

Bugeng Pante Ranub

Tanjongan

Mata Mamplam

Keude Tanjong

Blang Lancang

Mns. Keutapang

Blang Lancang

Blang Lancang

Kec. Jempa4

Kec. P. Siblah4

Krueng

Kec. Kota 3Juang

Kec. Makmur 4

Kec. Kuta 3Blang

Kec. Jangka 3

Kec. Peusangan 2

Kec. Jeuneb 4

Sumber: Kementerian Agama Kebupaten Bireuen Tahun 2016

Page 69: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

56

3.4. Dampak Itsbat Nikah Terpadu Terhadap Pencatatan Nikah di Kabupaten Bireuen

Setiap peristiwa perkawinan yang sah dilangsungkan, secara langsung

menimbulkan keterikatan hak dan kewajiban. Prinsipnya, keterikatan hak dan

kewajiban masing-masing suami-istri ini sebetulnya ditentukan oleh kebenaran

peristiwa perkawinan yang telah mereka lakukan. Dalam arti bahwa perkawinan

mereka telah memenuhi syarat dan rukun suatu perkawinan, sehingga perkawinan

itu sah secara hukum (Islam). Dalam hal ini, tidak ada tuntutan bagi kedua

pasangan untuk melengkapi syarat-syarat lain, misalnya melakukan pencatatan

perkawinan.

Namun demikian, pencatatan tersebut penting adanya ketika peristiwa

perkawinan itu dikaitkan dengan adanya intervensi negara dalam melindungi hak-

hak warga atau rakyatnya. Karena, dengan pencatatan itulah nantinya dapat

dibuktikan kebenaran perkawinan, walaupun sebetulnya nikah yang dilakukan

telah memenuhi syarat dan ketentuan menurut hukum Islam. Untuk itu, umum

dipahami bahwa meski pencatatan dimaksud-fungsikan sebagai syarat

administratif, namun keberadaannya dapat menentukan apakah hubungan antara

suami-istri atau anak-anak yang dihasilkan itu sah menurut hukum perundangan

atau tidak. Dengan demikian, dapat dipahami di sini bahwa satu sisi perkawinan

sah menurut agama ketika telah lengkap syaratnya, namun sisi lain tidak sah

menurut negara, sehingga perlu adanya pencatatan.

Terhadap pasangan yang tidak memiliki akta nikah, yang sebelumnya

tidak dicatatkan perkawinannya, maka untuk menetapkan hubungan perkwainan

mereka sah secara hukum (negara), terlebih dahulu harus dilakukan itsbat nikah.

Page 70: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

57

Itsbat nikah ini tujuannya untuk menetapkan kembali perkawinan. Dalam

kaitannya dengan proses itsbat nikah terpadu yang dilakukan di Kabupaten

Bireuen, tentunya memiliki dampak. Dampak di sini dimaksudkan adalah suatu

pengaruh yang dihasilkan dari adanya itsbat nikah.

Bertalian dengan hal tersebut, dampak itsbat nikah terpadu terhadap

pencatatan nikah di Kabupaten Bireuen tentunya memiliki dampak positif.

Mengenai dampak positif setelah dilakukannya itsbat nikah dalam kaitannya

dengan pencatatan perkawinan secara umum yaitu terlindunginya hak-hak

pasangan suami-istri serta anak yang dihasilkan, berikut dengan penetapan adanya

kewajiban-kewajiban yang melekat bagi masing-masing pasangan, yang oleh

negara dapat dipaksakan pemenuhannya ketika terjadi perselisihan.

Secara umum, Amiruddin menyatakan bahwa dampak hukum dari

diadakannya sidang istbat nikah terpadu di kebupaten ini paling tidak terdapat 7

(tujuh), yaitu sebagai berikut:

a. Dengan adanya itsbat nikah bagi pasangan yang tidak memiliki akta nikah,

maka perkawinan mereka dapat diakui oleh hukum dengan ditetapkan dan

dicatatkannya kembali perkawinan melalui proses sidang itsbat.

b. Timbulnya hak-hak dan kewajiban antara suami-istri. Dalam hal ini, hak dan

kewajiban suami-istri diakui dan dilindungi oleh peraturan perundang-

undangan. Sehingga, ketika ada salah satu pihak suami-istri tidak memenuhi

hak masing-masing mereka, mereka dapat menuntut ke Mahkamah Syar’iyah

Bireuen khususnya.

Page 71: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

58

c. Anak-anak yang lahir dari perkawinan setelah ada penetapa itsbat ini menjadi

anak yang sah di mata hukum dan negara. Dalam hal ini, juga dapat dituntut ke

Mahkamah ketika hak-hak anak tidak terpenuhi dengan baik.

d. Timbulnya kewajiban suami untuk mendidik anak-anaknya dan istri serta

mengusahakan tempat tinggal bersama.

e. Berhak saling waris-mewarisi antara suami dan istri dan anak-anak dengan

orang tua.

f. Bapak berhak menjadi wali nikah bagi anak perempuannya, sehingga

kewaliannya dapat dibuktikan dengan adanya akta nikah yang sebelumnya

telah dibuat bersamaan dengan adanya itsbat nikah yang kami tetapkan.

g. Bila di antara suami-istri meninggal salah satunya, maka yang lainnya berhak

menjadi wali pengawas terhadap anak-anak dan hartanya.27

Dari ketujuh poin tersebut di atas, Amiruddin menambahkan bahwa dalam

Islam memang hak dan kewajiban antara suami-istri beserta anak itu sudah

timbul, atau ada ketika perkawinan yang sah telah dilakukan. Namun, negara

sebetulnya belum mengakui hal tersebut. Sehingga, bagi pasangan yang tidak

diakui pernikahannya oleh negara, maka terasa penting untuk dilakukan itsbat

nikah yang kemudian dicatatkan kembali pernikahan mereka.28

Dari penjelasan tersebut, dipahami bahwa inti pokok dari dilaksanakannya

itsbat nikah adalah untuk mencatatkan pernikahan masyarakat di Kabupaten

Bireuen yang sebelumnya telah dilakukan secara sah menurut hukum agama, agar

27Hasil Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Pada tanggal 3 Oktober 2016.

28Ibid.

Page 72: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

59

kemudian dapat diakui oleh hukum negara serta mempunyai kekuatan hukum atas

akta nikah yang telah dibuat.

Pada prinsipnya lembaga peradilan yang berada di bawah Mahkamah

Agung pada jenis perkara perdata tugas pokoknya adalah menyelesaikan masalah

sengketa antara orang perorangan atau orang dengan kelompok atau kelompok

dengan kelompok. Itsbat nikah pelayanan terpadu (atau dalam istilah skripsi ini

disebut itsbat nikah terpadu) adalah upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi

oleh orang sebagai anggota masyarakat, karena begitu banyak masyarakat yang

tidak memiliki buku nikah, sehingga menimbulkan permasalahan di masyarakat.

Contohnya pasangan suami-istri yang tidak memiliki buku nikah, maka ia akan

terkendala dalam mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK),

Akta Kelahiran anaknya, dan lain-lain sebagainya. Itu semua sangat erat

hubungannya dengan buku nikah, begitu juga bila terjadi sengketa kewarisan,

maka buku nikah sangat dibutuhkan sebagai bukti autenthik ada hubungan

perkawinan dan hubungan darah yang akan mendapat hak waris secara

berkesinambungan. Oleh karena itu, tugas Mahkamah Syar’iyah/Pengadilan

Agama untuk menerima, menyidangkan dan memberi penetapan perkara itsbat

nikah dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi keluarga, hal ini sesuai

pula dengan ketentuan yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata.

Buku Nikah merupakan dukumen yang sangat penting dan bahkan menjadi

persyaratan dalam proses pelayanan adminstrasi kependudukan. Pasangan suami-

istri yang tidak memiliki buku nikah sangat berpengaruh terhadap semua urusan

administrasi kependudukan. Kenyataannya masih banyak masyarakat di

Page 73: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

60

Kabupaten Bireuen yang belum memiliki buku nikah, meskipun mereka telah

mempunyai keturunan.

Penetapan sidang itsbat nikah untuk keseluruhan pasangan yang tidak

mempunyai buku nikah merupakan harapan bagi semua kalangan. Meskipun

terdapat pengaruh atau dampak positif dari pelaksanaan itsbat nikah terpadu,

tetapi sejauh ini terkait dengan program itsbat nikah di Kebupaten Bireuen masih

terbatas jumlah kuota pasangan di setiap kecamatannya. Sebagaimana dijelaskan

oleh Khairuddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, bahwa program

itsbat nikah yang dilakukan di daerah tersebut disesuaikan dengan jumlah dana

yang diberikan untuk Mahkamah, dalam menjalankan program itsbat nikah

tersebut, sehingga seluruh pengeluaran dalam sidang itsbat nikah ini juga dibatasi.

Untuk itu, pasangan yang akan diitsbat nikah itu dibatasi hanya 50 (lima puluh)

orang. Jumlah ini kemudian dibagi dalam 17 (tujuh belas) kecamatan seperti telah

dilakukan sebelumnya.29

Namun demikian, nampaknya jumlah kuota dari pasangan yang telah

diitsbat nikah tersebut masih menuai permasalahan. Mursal M. Nur menyatakan

bahwa dalam sebuah kecamatan, paling tidak pasangan yang diharuskan

mendaftar yaitu sebanyak tiga atau empat pasangan, sedangkan masyarakat yang

mendaftar untuk satu kecamatan melebihi dari jumlah yang diinginkan oleh

Mahkamah.30 Demikian juga dinyatakan oleh Keuchik Gampong Sawang, dimana

jumlah 50 orang yang diinginkan oleh Mahkamah berakibat pada tidak semua

29Keterangan ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Khairuddin Harahab Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen, pada tanggal 3 Oktober 2016.

30Hasil wawancara dengan Mursal M. Nur, Kepala KUA Kecamatan Peudada, pada tanggal 27 September 2016.

Page 74: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

61

orang dapat dibantu pencatatan nikahnya. Sehingga, program itsbat nikah ini

berdampak pada tidak tertibnya pencatatan bagi pasangan lainnya yang tidak

memilik buku nikah.31

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa itsbat nikah terpadu

memiliki dampak positif bagi masyarakat yang tidak memiliki buku nikah.

Namun, di sisi lain, pemenuhan atas keinginan masyarakat untuk mencatatkan

kembali pernikahannya masih belum terealisasi dengan baik. Karena, pihak

Mahkamah Syar’iyah membatasi kuota istbat nikah, sehingga sampai saat ini

masyarakat masih banyak yang tidak mengikuti program ini.

31Hasil wawancara dengan Keuchik Gampong Sawang, Kecamatan Peudad, pada tanggal5 Oktober 2016.

Page 75: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

BAB EMPAT

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan serta analisis mengenai masalah

pelaksanaan itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen yang telah diuraikan

dalam bab-bab terdahulu, dapat ditarik beberapa kesimpulan atas permasalahan-

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

4.1.1. Hal yang melatar belakangi dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di

Kebupaten Bireuen adalah masih banyak pasangan suami-istri yang tidak

memiliki buku nikah atau akta nikah. Di samping itu, karena akses ke

Mahkamah Syar’iyah Bireuen terlalu jauh dengan beberapa kecamatan

yang ada di Bireuen. Kemudian karena ingin menegakkan keadilan,

kemaslahatan dan kepastian hukum bagi pasangan yang tidak memiliki

buku nikah. Sehingga dengan adanya program itsbat nikah tersebut,

pemerintah dapat menjamin perlindungan hukum atas hak-hak yang

dimiliki oleh pasangan yang bersangkutan.

4.1.2. Teknis pelaksanaan itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen sama

dengan teknis pelaksanaan itsbat nikah pada umumnya, yaitu

dilakukannya pendaftaran sebelum dilakukannya sidang itsbat. Namun,

itsbat nikah terpadu ini didaftarkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan,

setelah itu dilakukan proses pelaksanaan sidang itsbat nikah terpadu.

Teknik dan tahapan dalam proses pelaksanaan sidang itsbat nikah terpadu

62

Page 76: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

63

melalui tiga tahapan, yaitu pemeriksaaan, pembuktian, serta kesimpulan

dan penetapan. Pada tahap pemeriksaan, hakim memberikan pertanyaan

terkait dengan identitas para pihak berikut dengan pertanyaan mengenai

proses perkawinan masing-masing pasangan. Kemudian, dilakukan tahap

pembuktian dengan menghadirkan dua orang saksi nikah berikut dengan

penjelasan-penjelasannya. Terakhir yaitu tahap kesimpulan dan

penetapan, dalam hal ini peristiwa perkawinan masing-masing pasangan

telah dapat dibuktikan, kemudian dikeluarkan penetapan untuk kemudian

dapat dimintakan buku nikah di masing-masing KUA Kecamatan.

4.1.3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan itsbat nikah terpadu

di Kabupaten Bireuen memiliki dampak positif yang cukup besar. Dimana

pasangan yang tidak memiliki akta nikah, maka perkawinan mereka dapat

diakui oleh hukum dengan ditetapkan dan dicatatkannya kembali

perkawinan melalui proses sidang itsbat. Kemudian timbulnya hak-hak

dan kewajiban antara suami-istri yang secara hukum dapat dilindungi.

Serta, anak-anak yang lahir dari perkawinan setelah ada penetapan itsbat

ini menjadi anak yang sah di mata hukum dan negara. Namun pencatatan

nikah melalui program itsbat nikah belum terealisasi secara menyeluruh

bagi masyarakat Kabupaten Bireuen. Karena Mahkamah Syar’iyah

Bireuen membatasi kouta istbat nikah, yang berakibat pada masih banyak

ditemukan pasangan yang tidak bisa mengikuti program itsbat nikah dan

mencatatkan pernikahannya.

Page 77: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

64

4.2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

4.2.1. Program itsbat nikah terpadu sangat membantu tiap-tiap pasangan dalam

memperoleh buku nikah. Namun jumlah pesarta sidang itsbat nikah

seharusnya tidak dibatasi seperti jumlah 50 (lima puluh) pasangan, karena

hal ini akan tidak efektif untuk diterapkan bagi suatu wilayah yang

notebene masih banyak tidak mencatatkan pernikahan, termasuk di

wilayah Kebupaten Bireuen.

4.2.2. Hendaknya pihak Mahkamah Syar’iyah Kabupaten Bireuen mengajukan

kepada Dinas Syari’at Islam untuk tidak membatasi jumlah pasangan yang

ingin melakukan itsbat nikah. Jikapun jumlah tersebut dikarenakan

keterbatasan anggaran, maka pihak Mahkamah Syar’iyah Bireuen

memberitahukan keadaan tersebut ke lapangan, dimana banyak pasangan

yang masih menginginkan sidang itsbat nikah. Sehingga, anggaran

program itsbat nikah ini dapat diperbanyak jumlahnya, sehingga tujuan

untuk mensejahterakan masyarakat dapat terealisasi dengan baik.

Page 78: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid Mahmud Mathlub, al-Wajiz fi Ahkam al-Usrah al-Islamiyah; Penduan Hukum Keluarga Sakinah, (terj: Harits Fadhly & Ahmad Khotib), Surakarta: Era Intermedia, 2005.

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006.

Abdur Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Abdurrahman dan Syahrani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Alumni, 2001.

Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhajul Muslim; Pedoman Hidup Seorang Muslim, (terj: Ikhwanuddin Abdullah & Taufiq Aulia Rahman), Jakarta: Ummul Qura, 2014.

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, Undang-Undang Nomor 1/1974, sampai KHI, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2014.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2005.

Elvi Lusiana, 100+ Kesalahan dalam Pernikahan, Jakarta: Qultum Media, 2011.

Kementerian Agama RI, Menelusur Makna di Balik Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan tidak Tercatat, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, 2013.

65

Page 79: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

66

Mardani, Akad Nikah Melalui Telepon, Televisi, dan Internet dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Muhammad Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2003.

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: ghalia Indonesia, 1988.

Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, Bandung, Pustaka Setia, 2011.

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Permberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), Panduan Pengajuan Itsbat Nikah, Jakarta: Australia Indonesia Partnership, 2012.

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana, 2013.

Taufiqurrahman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia; Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Tihami & Sohari Sahrani, (mengutip Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Fikih), Fikih Munakahat; Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Phoenix, 2012.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam; Hukum Perkawinan, Kewarisan dan Perwakafan, Jakarta: Nuansa Aulia, 2008.

Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Waadillatuhu: Pernikahan, Talak, Khulu’, Ila’,Li’an, Zihar dan Masa Iddah, (terj: Abdul Haiyyie Al-Kattani, dkk),Jakarta: Gema Insani, 2011.

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Page 80: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR RIWAYAT PENULISDATA DIRI

Nama : JULIANDA

NIM : 111209243Fakultas/Prodi : Syariah dan Hukum/ Hukum KeluargaIPK Terakhir : 3,15Tempat Tanggal Lahir : Matang Sagoe / 17 juli 1994Alamat : Lr, keuchik piah no 9, Jeulingke, Banda AcehRIWAYAT PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SDN 4 Peusangan, Matang Sagoe (tahun lulus 2006)

Sekolah Menengah : MTsS Jeumala Amal, Lueng Putu (tahun lulus 2009)Sekolah Menengah Atas :MAS Ruhul Islam Anak Bangsa, Aceh Besar

(tahun lulus 2012)PTN : UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Fakultas Syari’ah dan

HukumDATA ORANG TUA

Nama Ayah : Anwar Hasan

Nama Ibu : NursyidahPekerjaan Ayah : Pensiunan PNSPekerjaan Ibu : Pensiunan PNS

Alamat :Matang Gelumpan Dua, Kecamatan Peusangan,Kabupaten Bireuen.

Banda Aceh, 17 Juli 2017Yang menerangkan

JULIANDA

Page 81: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA

1. Apa saja sebab dan alasan dilaksanakannya sidang itsbat nikah terpadu di Kabupaten Bireuen?

2. Bagaimana pembiayaan dalam pelaksanaan sidang itsbat nikah terpadu?

3. Bagaimana teknik pelaksanaan sidang itsbat nikah terpadu yang dilakukan olehMahkamah Syar’iyyah Bireuen?

4. Apakah pelaskanaan itsbat nikah terpadu tersebut sama dengan pelaksanaan itsbat nikah yang langsung dimohonkan kepada Mahkamah Syar’iyyah melalui peroses persidangan pasa umumnya?

5. Bagimana proses dan tahapan pelaksanaan itsbat nikah terpadu?

6. Berapa jumlah kuota peserta sidang itsbat nikah terpadu yang ditetapkan oleh pihak Mahkamah Syar’iyyah Bireuen?

7. Apa saja dampak dari pelaksanaan itsbat nikah terpadu?

8. Bagaimana dampak bagi pasangan yang tidak memiliki akta nikah?

Page 82: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

DAFTAR HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara Tentang Sebab Dilaksanakannya Itsbat Nikah Terpadu:

1. Wawancara dengan Khoiruddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Pelayanan sidang itsbat nikah dilakukan untuk mempermudah menjangkau pengadilan dalam rangka mewujudkan prinsip sederhana, cepat, dan biayaringan. Itsbat nikah ini dilakukan dengan terjun langsung ke wilayah kecamatan”. (3 Oktober 2016)

2. Wawancara dengan Khoiruddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen:“Tiga alasan atau sebab dilaksanakannya itsbat nikah terpadu di KabupatenBireuen. Pertama, karena masyarakat terkendala mengakses pengadilan.Jarak antara Mahkamah Syar’iyah Bireuen dengan beberapa kecamatan yang ada di Bireuen sangat jauah. Kedua demi keadilan, kemaslahatan dankepastian hukum. Ketika, karena pihak Mahkamah ingin mensosialisasika itsbat nikah dan pencatatan nikah kepada masyarakat”. (3 Oktober 2016).

3. Wawancara dengan Khoiruddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Sidang perkara itsbat nikah terpadu tersebut tidak dipungut biaya, karenabiaya pendaftaran sidang terpadu tersebut sudah dianggarkan oleh DinasSyari’at Islam Provinsi Aceh. Selain itu, mengenai dana akomodasi tim sidang terpadu Mahkamah Syar’iyah Bireuen juga sudah dianggarkan oleh DinasSyari’at Islam, yang meliputi dana program sidang terpadu dan trasportasi untuk menjangkau kecamatan”. (3 Oktober 2016).

4. Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen:“Pengajuan permohonan serta pelaksanaan itsbat nikah tidak begitu mudah, karena terdapat kendala terkait masalah jarak tempuh masyarakat yang ingin melakukan proses itsbat nikah. Dengan rentang jarak yang sangat jauh ini, untuk masyarakat di beberapa kecamatan mengalami kesulitan, bahkan timbulkejenuhan dan tidak ingin melakukan proses itsbat nikah di MahkamahSyar’iyah Bireuen”. (3 Oktober 2016).

5. Wawancara dengan Rubaiyyah, Hakim Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Itsbat nikah terpadu ini dapat membawa dampak maslahat bagi pasangan yang tidak memiliki buku nikah khususnya, dan umumnya bagi masyarakat luas yang berada di setiap kecamatan yang ada. Dengan adanya itsbat nikah terpadu, juga sangat membantu pasangan dalam proses sidang itsbat nikah yang belum memenuhi ketentuan administratif terkait pencatatan perkawinan, sehingga

Page 83: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

setelah adanya penetapan Mahkamah Syar’iyah Bireuen, hak-hak pasangan yang sebelumnya tidak memiliki akta nikah, akan mendapatkan kepastian hukum. Misalnya, dalam pengurusan hak-hak keperdataan seperti warisan, nafkah, hak suami dan istri setelah terjadi perceraian dan mudah dalam pembuatan akte kelahiran anak”. (5 Oktober 2016).

6. Wawancara dengan Zulfikri, Zulfikri, Hakim Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Itsbat nikah terpadu yang dilakukan oleh Mahkamah Syar’iyah Bireuen merupakan suatu tindakan hukum pengecualian dari hakim untuk terciptanya keadilan dan kemaslahatan, selama pernikahan pasangan tersebut memenuhi syarat dan rukun perkawinan sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam tentang rukun dan syarat perkawinan. Hanya saja perkawinan para pemohon yang kemudian diitbatkan itu tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak mempunyai akta nikah, sehingga diperlukanpenetapan pengesahan (itsbat nikah) dari Pengadilan Agama atau MahkamahSyar’iyah”. (5 Oktober 2016).

7. Wawancara dengan Mursal M. Nur, Kepala KUA Kecamatan Peudada:“Mayoritas masyarakat di Kecamatan Peudada, umumnya telah menyadari arti dari pentingnya pencatatan nikah. Sehingga, di setiap ada peristiwa nikah tetap dilakukan berdasarkan aturan yang dibuat oleh negara. Sepengetahuan saya, masyarakat telah mencatatkan pernikahan di tahun sembilan puluh (1990:pen), walaupun pada tahun sebelumnya ada juga yang mencatatkan pernikahannya, namun tidak sebanyak pada tahun itu. Hal ini tentunyaterdapat pengaruh dari pimpinan pengadilan pada saat itu yang mewajibkan pernikahan dicatatkan”. (27 September 2016).

8. Wawancara dengan Khoiruddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Tidak mungkin ada itsbat nikah jika memang bukan disebabkan karena pencatatan nikah. Itsbat nikah ini diadakan karena banyak di antara masyarakat belum paham, dan belum mengerti manfaat dari pencatatan tersebut. Untuk itu, itsbat nikah terpadu ini dilakukan di samping melaksanakan tujuan utama, yaitu mendata pasangan yang belum memiliki buku nikah dan mendatakan pernikahannya kembali melalui itsbat nikah, jugasebagai ajang sosialisasi kepada masyarakat setempat mengenai pencatatan nikah”. (27 September 2016).

Page 84: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

Hasil Wawancara Tentang Teknik Pelaksanaan Itsbat Nikah Terpadu di Kabupaten Bireuen

1. Wawancara dengan Irpanusir, Panitera Mahkamah Syar’iyah Bireuen:“Masyarakat tidak dibebani biaya pembayaran pendaftaran. Karena, seluruh keperluan dana untuk pelaksanaan itsbat nikah telah disediakan olehMahkamah Syar’iyah Bireuen, yang diperoleh dari Dinas Syari’at Islam Kabupaten Bireuen. Dinas Syari’at Islam Islam Kabupaten memperolehnya dari Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh”. (3 Oktober 2016).

2. Wawancara dengan M. Ali, Pasangan itsbat nikah terpadu: “dalam pendaftaran itsbat nikah yang ia ajukan tidak dipungut biaya, dia hanya mendaftarkan diri dan memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi yang sebelumnya telah disampaikan oleh pihak KUA”. (Warga Gampong Sawang, 7 Oktober 2016).

3. Wawancara dengan Jamaluddin Jamaluddin, Pasangan itsbat nikah terpadu:“Kami mendaftarkan untuk melakukan sidang itsbat nikah ke KUA Peudada. Sebelum mendaftarkan, terlebih dulu sebelumnya kami mendapat informasi dari Tengku Imum Mesjid dan Keuchik, bahwa ada program itsbat nikah terpadu bagi pasangan yang tidak memiliki akta nikah untuk didaftarkan ke KUA Peudada. Menurut keterangan Keuchik, program ini dulunya diadakan oleh pemerintah, dalam hal ini dari Mahkamah Syar’iyah Bireuen. Untuk itu, kami mendaftarkan diri, tanpa ada pembayaran yang harus kami lakukan. Karena, pihak KUA sendiri mengatakan dana untuk program ini telah disediakan oleh Mahkamah Syar’iyah”. (Warga Gampong Sawang, 7 Oktober 2016).

4. Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen:“Kuota yang disediakan untuk pasangan itsbat nikah terpadu ini adalah sebanyak 50 (lima puluh) orang”. (3 Oktober 2016).

5. Wawancara dengan Khoiruddin Harahab, Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen:“Biaya penyelenggaraan sidang terpadu ini, dibebankan kepada MahkamahSyar’iyah, yang komponennya terdiri dari biaya tempat persidangan, biaya sewa perlengkapan sidang, biaya petugas pelaksana sidang (terdiri dari hakim dan panitera), dan biaya transportasi untuk keseluruhan pasangan yang mendaftar”. (3 Oktober 2016).

6. Wawancara dengan Irpanusir, Panitera Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Proses dan tahapan persidangan itsbat nikah terpadu sama seperti persidangan itsbat nikah pada umumnya, yaitu ada pemeriksaan identitas, pemberian arahan-arahan, pertanyaan hakim, bacaan permohonan, pembuktian, dan apabila sudah ditemukan fakta hukum maka diberikan penetapan”. (5 Oktober 2016).

Page 85: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

7. Wawancara dengan Zulfikri, Hakim Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Pada tahap pemeriksaan pasangan yang sebelumnya telah mendaftar di kecamatan, dimulai dengan tanya jawab, baik masalah kebenaran identitas, maupun kebenaran perkawinan mereka. Dalam hal ini, kami para hakim tidak terlalu formal mengikuti aturan dalam teknis pemeriksaan sebagaimana prosedur pemeriksaan itsbat nikah yang berlaku di lembaga Mahkamah Syar’iyah pada umumnya”. (5 Oktober 2016).

8. Wawancara dengan Mursal M. Nur, Kepala KUA Kecamatan Peudada:“Sebelum dilakukannya proses sidang itsbat nikah yang dilakukan di Aula SEKDA Kabupaten Bireuen, awalnya waktu pendaftaran itsbat nikah kami dari pihak KUA diminta untuk menjelaskan persyaratan sidang yang harus dilengkapi tiap-tiap pasangan, salah satunya yaitu kami memberitahukan kepada masyarakat (pasangan: pen) bahwa harus mendatangkan dua orang saksi untuk dilakukan proses pembuktian di waktu sidang itsbat nikah terpadu”. (27 September 2016).

9. Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen:“Kami melakukan proses pemeriksaan, pembuktian, dan penetapan itsbat nikah. Pada hari itu, tiap-tiap pasangan yang telah mendaftar untuk sidang itsbat telah menghadirkan saksi pernikahan mereka. Hal ini sebelumnya dari pihak Mahkamah telah mengeluarkan surat kepada pihak KUA di setiap kecamatan, yang dalam surat itu salah satunya memuat pemberitahuan agar proses pemeriksaan dan pembuktian pasangan yang ingin melakukan itsbat nikah terpadu berjalan dengan lancar”. (3 Oktober 2016).

10. Wawancara dengan Irpanusir, Panitera Mahkamah Syar’iyah Bireuen: “Tidak ada penundaan sidang seperti sidang pada umumnya. Pada hari itu juga hakim langsung membacakan penetapan itsbat nikah kepada para pihak. Setelah ada hasil penetapan tersebut, kemudian masing-masing pasangan harus menandatangani buku nikah pada hari itu juga, yaitu para peserta disuruh mendatangi Kepala KUA yang juga hadir pada hari itu”. (5 Oktober 2016).

Hasil Wawancara Tentang Dampak Itsbat Nikah Terpadu

1. Wawancara dengan Amiruddin, Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Bireuen. “Diantara dampak positif sidang istbat nikah terpadu di Kebupaten ini di antaranya bagi pasangan yang tidak memiliki akta nikah, perkawinan mereka dapat diakui oleh hukum dengan ditetapkan dan dicatatkannya kembali perkawinan melalui proses sidang itsbat. Timbulnya hak-hak dan kewajiban antara suami-istri. Anak-anak yang lahir diakui dan sah di mata hokum. Timbulnya kewajiban suami untuk mendidik anak-anaknya. Timbulnya hak saling waris-mewarisi antara suami dan istri dan anak-anak dengan orang tua. Bapak berhak menjadi wali nikah”. (3 Oktober 2016)

Page 86: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten

2. Wawancara dengan Mursal M. Nur, Kepala KUA Kecamatan Peudada:“Pasangan yang diharuskan mendaftar yaitu sebanyak tiga atau empat pasangan, sedangkan masyarakat yang mendaftar untuk satu kecamatan melebihi dari jumlah yang diinginkan oleh Mahkamah”. (27 September 2016).

3. Wawancara dengan Aslam, Keuchik Gampong Sawang, Kecamatan Peudada:“Jumlah 50 orang yang diinginkan oleh Mahkamah berakibat pada tidak semua orang dapat dibantu pencatatan nikahnya. Sehingga, program itsbat nikah ini berdampak pada tidak tertibnya pencatatan bagi pasangan lainnya yang tidak memilik buku nikah”. (5 Oktober 2016).

Page 87: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten
Page 88: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten
Page 89: repository.ar-raniry.ac.id › id › eprint › 2253 › 1... · Web viewPELAKSANAAN ITSBAT NIKAH TERPADU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN PENCATATAN NIKAH (Studi Kasus Di Kabupaten