repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 19158... · web view...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID
TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
MinatUtama: IlmuBiomedik
OlehMaya Sapti Puspitosari
NIM S501202042
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Halaman Pengesahan Tesis
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID
TERHADAP KADAR ELEKTROLIT
TESIS
Oleh:Maya Sapti Puspitosari
NIM S501202042
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I: Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM
NIP. 19621022 199503 1 001
..................... Juni 2016
Pembimbing II: Marthunus Judin, dr, SpAn, KAP
NIP. 19510221 19891 1 001
...................... Juni 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Program Pasca Sarjana UNS
Prof Dr A.A. Subiyanto, dr, MS.
NIP.19481107 197310 1 003
ii
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID
TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)
Disusun Oleh:
Maya Sapti Puspitosari
NIM S501202042
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
Sekretaris
Anggota
Penguji
Prof Dr A.A. Subiyanto, dr, MSNIP.19481107 197310 1 003
Prof. Dr.Muchsin Doewes,dr.,MARS, PfarKNIP.19461102 197609 1 001
1. Dr. Hari Wujoso, dr., Sp F, MMNIP. 19621022 199503 1 001
.....................
.....................
......................
28 Juni 2016
28 Juni 2016
28 Juni 2016
2. Marthunus Judin, dr, SpAn, KAP
NIP. 19510221 1982112 001
...................... 28 Juni 2016
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga
iii
Telah dipertahankan didepan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal: 2016
Prof.Dr M Furqon Hidayatullah, MPdProf . Dr. A. A. Subiyanto,dr.MS NIP. 19600727 19870 2 1 110 NIP.19481107 197310 1 003
iv
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN
PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “PERBEDAAN PENGARUH ANTARA
KRISTALOID DAN KOLOID TERHADAP PERUBAHAN
ELEKTROLIT (Na, K, Cl)” ini adalah karya penelitian sendiri dan
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan
acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar
pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan unsur-
unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik tesis beserta
gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan
publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang
berlaku.
Surakarta, Juni 2016
Maya Sapti Puspitosari
NIM S501202042
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, solawat dan
salam senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.
Tesis dengan judul “PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID
DAN KOLOID TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)”
inidisusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Program Pendidikan
Anestesi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta serta untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister
Kesehatan di Program Studi Magister Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM. sebagai pembimbing
I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan,
bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya
juga penulis sampaikan kepada Marthunus Judin, dr. SpAn. KAPsebagai
pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan
dorongan, bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya
juga penulis sampaikan kepada tim penguji, yang telah berkenan memberikan
waktu dan tenaga dalam proses penyelesaian tesis ini.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si., sebagai Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
vi
2. Prof.Dr. M Furqon Hidayatullah, MPd, sebagai Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof Dr Hartono, dr, M.Si sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof Dr A.A. Subijanto, dr, MS sebagai Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga dan selaku pembimbing statistika atas waktu dan
bimbingan yang diberikan dalam rangka penyusunan tesis ini.
5. dr Endang Agustina., MKes., sebagai Direktur RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
6. dr Sugeng Budi Santoso, SpAn KMN , sebagai Kepala Bagian Ilmu
Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
7. dr Purwoko, SpAn KAKV, KAO, sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Anestesi dan Terapi IntensifFakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
8. Guru-guruku yang tidak pernah lelah mengajari dan memberi kesempatan
penulis untuk menimba ilmu di Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Kedua orang tua penulis, H. Moch Nasir (Alm) dan Ibunda Hj Trusmi
yang telah membesarkan, mengasuh dan mendidik disiplin kepada
penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan, serta
mendoakan kelancaran selesainya tesis ini.
10. Kakak – kakak tersayang dr Hero Irawan, Hasbullah Islam, ST, dan
Dahlia Kusumaningsih , ST yang telah memberikan dukungan dan doa
untuk segera menyelesaikan tesis ini.
11. Semua rekan residen PPDS Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu
pelaksanaan tesis ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
vii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak.
Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita
semua.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
Maya Sapti Puspitosari
NIM S501202042
viii
DIFFERENCES BETWEEN THE EFFECT OF CHANGES CRYSTALLOIDANDCOLLOIDSOLUTIONSELECTROLYTE( Na , K , Cl )
Maya Sapti Puspitosari. Hari Wujoso,Marthunus Judin.Family Medical Study Program, Postgraduate Program, Surakarta Sebelas Maret University.
ABSTRACT
Background: Human body fluids about 60 % of body weight (BW ) consist of electrolytes and non electrolytes. Fluid resuscitation in surgery patients must be monitored in order to avoid interference with the body's acid-base balance. Fluid administration in patients who will be operating especiallySection Caesaria, previously rarely examined electrolytes, which can cause electrolyte balance disorders that would aggravate the metabolic process and its cure. Electrolyte monitoring patients undergoing surgery is necessary.It is closely related to fluid administration either pre , peri , and post operative.Authors interested in conducting research on the effect of crystalloid and colloid fluid as a replacement fluid of patients undergoing surgery.Objective: Analyze whether there are differences between crystalloid and colloid effect to changes in electrolytes ( Na , K , Cl ) postoperative Sectio Caesaria .Method: The study was conducted at Installation Surgery Center Moewardi Hospital Surakarta, starting from June to September 2015. Types of experimental study such as clinical trials with single -blind design pre- and post-test accidental controlled trials in patients undergoing elective and emergency Sectio Caesaria surgery as research subjects. The research group is divided into two groups Crystalloids ( K1 ) , and Colloid ( K2 ).Result: There are significant differences levels of electrolytes ( Na , K , and Cl ) before and after treatment in the group given ringerfundin fluid with reduced levels of Na = 2.0 % , K = 12.1 % , and Cl = 3.2 %.Ringerfundin and tetraspan can prevent the decrease of electrolytes in surgery patients ( p> 0.05). In the group ringerfundin decrease / changes in electrolyte levels were significantly ( p< 0.05 ) , whereas in the group tetraspan electrolyte levels do not decrease / change significantly ( p > 0.05 ) so it can be seen that there are differences in the effect of ringerfundin and tetraspan against changes in electrolyte levels.Conclusion:There are differences in the effect of ringerfundin and tetraspan to changes in electrolyte levels where tetraspan as perioperative fluid administration can maintain the body's electrolyte balance levels better than ringerfundin liquids.
Keywords: Ringerfundin , Tetraspan , Electrolyte Levels
ix
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID
TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl)
Maya Sapti Puspitosari. Hari Wujoso,Marthunus Judin. Program Studi Kedokteran Keluarga,Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Abstrak
LatarBelakang : Cairan tubuh manusia sekitar 60% dari berat badan (BB) tubuhyang terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Resusitasi cairan pada pasien operasi harus dimonitoring dengan baik untuk menghindari terjadinya gangguan keseimbangan asam basa tubuh.Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya sectiocaesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit, sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan memperberat proses metabolik dan penyembuhannya. Monitoring elektrolit pasien yang menjalani operasi penting dilakukan. Hal ini erat kaitannya dengan pemberian cairan baik pre, peri, dan juga post operatif. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian cairan kristaloid dan koloid sebagai cairan pengganti pasien yang menjalani operasi.Tujuan:Menganalisis apakah ada perbedaan pengaruh antara kristaloid dan koloid terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria.Metode Penelitian:Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan Juni sampai September2015. jenis penelitian eksperimental berupa uji klinik dengan desain single blind pre and post test accidental control trial pada pasien yang menjalani operasi sectio caesaria elektif dan emergensi sebagai subyek penelitian.Kelompok penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelompok Kristaloid (K1), dan Koloid (K2),
Hasil :Terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi cairan ringerfundin dimana terjadi penurunan kadar Na = 2,0% , K = 12,1% , dan Cl = 3,2%. Ringerfundin dan tetraspan sama-sama dapat mencegah turunnya elektrolit pada pasien operasi (p>0,05).Pada kelompok ringerfundin terjadi penurunan/perubahan kadar elektrolit yang signifikan (p<0,05), sedangkan pada kelompok tetraspan kadar elektrolit tidak terjadi penurunan/perubahan signifikan (p>0,05) sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian ringerfundin dan tetraspan terhadap perubahan kadar elektrolit.Kesimpulan: terdapat perbedaan pengaruh pemberian ringerfundin dan tetraspan terhadap perubahan kadar elektrolit dimana pemberian tetraspan sebagai cairan perioperatif dapat mempertahankan keseimbangan kadar elektrolit tubuh lebih baik daripada cairan ringerfundin
Kata kunci:Ringerfundin, Tetraspan, Kadar Elektrolit
DAFTAR ISI
x
Halaman
Halaman Judul .......................................................................................... i
Halaman Pengesahan................................................................................. ii
Pernyataan Keaslian Tesis dan Publikasi.................................................. iii
Kata Pengantar…………………………………………………………… iv
Abstract...................................................................................................... viii
Abstrak ...................................................................................................... ix
Daftar Isi.................................................................................................... x
Daftar Gambar…………………………………………………………… xiii
Daftar Tabel……………………………………………………………… xiv
Daftar Lampiran………………………………………………………….. xv
Daftar Singkatan........................................................................................ xvi
BAB I.PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3
C.1. Tujuan Umum..................................................................... 3
C.2. Tujuan Khusus.................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
E. Keaslian Penelitian...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 5
2.A.1. Keseimbangan Elektrolit Tubuh................................. 5
2.A.2. Fisiologi Natrium, Kalium dan Klorida...................... 5
2.A.2.a Fisiologi Natrium........................................... 5
2.A.2.b Fisiologi Kalium........................................... 8
2.A.2.C Fisiologi Klorida.......................................... 9
2.A.3. Pemeriksaan Laboratorium......................................... 10
xi
2.A.3.a Bahan Pemeriksaan....................................... 10
2.A.3.b Metode Pemeriksaan..................................... 11
2.A.4. Kebutuhan Cairan Rumatan dan Elektrolit................. 14
2.A.5. Ringerfundin............................................................... 15
2.A.6. Tetraspan..................................................................... 16
B. Penelitian yang relevan........................................................... 17
C. Kerangka Berpikir.................................................................. 19
D. Hipotesis................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 21
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 21
B. Rancangan Penelitian.............................................................. 21
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............... 22
3.C.1. Populasi dan Sampel Penelitian.................................. 22
3.C.2. Besar Sampel.............................................................. 22
3.C.3. Teknik Pengambilan Sampel..................................... 23
D. Variabel Penelitian.................................................................. 23
3.D.1. Variabel Bebas............................................................ 23
3.D.2. Variabel Terikat.......................................................... 23
E. Definisi Operasional............................................................... 24
F. Perijinan Penelitian................................................................. 25
G. Alur Penelitian........................................................................ 26
H. Jalannya Penelitian................................................................. 27
I. Pengolahan Data..................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 29
A. Hasil Penelitian....................................................................... 29
4.A.1. Data Demografi........................................................... 29
4.A.2. Uji Normalitas Data Pasien......................................... 31
xii
4.A.3. Perbedaan Kadar Elektrolit Antara Kelompok Ringerfundin
dan Tetraspan (Independen Sampel T Test)............... 32
4.A.3.a Sebelum Perlakuan (Pretest).......................... 32
4.A.3.b Sesudah Perlakuan (Posttest)........................ 33
4.A.4 Perbedaan Kadar Elektrolit Antara Kelompok Ringerfundin dan
Tetraspan (Paired Sampel T Test)................................................ 34
4.A.4.a Kelompok Ringerfundin............................... 34
4.A.4.b Kelompok Tetraspan.................................... 36
B. Pembahasan............................................................................ 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 43
A. Kesimpulan............................................................................. 43
B. Saran....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 44
LAMPIRAN............................................................................................. 47
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kation dan Anion utama dalam cairan intrasel dan ekstrasel......... 6
Gambar 3.1 Alur Penelitian................................................................................. 26
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel........................... 6
Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan dan Elektrolit rumatan berdasarkan berat badan.... 15
Tabel 4.1. Karakteristik Responden...................................................................... 30
Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas Data Penelitian................................................... 31
Tabel 4.3.Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum Perlakuan antara
kelompokRingerfundin danTetraspan............................................................32
Tabel 4.4Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sesudah Perlakuan antara
kelompok Ringerfundin dan Tetraspan............................................................34
Tabel 4.5 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Pada kelompok Ringerfundin..........................................................35
Tabel 4.6 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Pada kelompok Tetraspan................................................................36.
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengantar Penelitian........................................................................ 47
Lampiran 2 Ethical Clearance............................................................................. 48
Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian.................................................................. 49
Lampiran 4 Pengolahan Penelitian menggunakan SPSS.................................... 50
Lampiran 5 Uji Independen Sampel T Test........................................................ 55
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AAS : Atonic Absorption Spectrofotometry
Cl : Chlorida
FSE : Flame Emission Spectrofotometry
ISE : Ion Selective Electrode
HES : Hydrxyethil Starch
K : Kalium
Kg : Kilogram
Na : Natrium
mEq : miliEquivalen
xvii
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Cairan tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.Sekitar 60% dari
berat badan (BB) tubuh.Air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya disebut
dengan cairan tubuh yang terdiri dari elektrolit dan non elektrolit.Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit tubuh terdiri dari natrium
(Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+), Klorida (Cl-),
Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO4
2-), Sulfat (SO42-) (Ganong, 2005).
Terjadinya gangguan volume pada masing-masing kompartemen
cairan tubuh sering berhubungan dengan gangguan pada keseimbangan
elektrolit terutama Na. Mekanisme homeostatik tubuh secara
neurohormonal akan mengatur keseimbangan ini sehingga gangguan
tersebut harus diatasi dengan memberikan terapi yang sesuai dengan
gangguan yang timbul (Ganong, 2005; Mulyono dan Sunatrio, 2009).
Jumlah tindakan anestesi diseluruh dunia setiap tahunnya dapat
mencapai 240 juta tindakan, 10% tindakan tersebut dilakukan pada
pasien dengan risiko tinggi dengan angka mortalitas mencapai
80%. ]umlah pasien dengan risiko moderat mencapai 40%, dan jumlah
komplikasi minor mencapai 40% dimana komplikasi minor ini akan
meningkatkan biaya dari suatu pembedahan. Sebagian besar
komplikasi ini berhubungan dengan tindakan resusitasi yang tidak
adekuat dan adanya hipoperfusi jaringan. Berdasarkan fakta tersebut,
monitoring terhadap keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen menjadi bagian yang penting pada periode perioperatif (Redjeki,
2013).
Pada periode perioperatif diusahakan menggunakan teknologi
yang tepat untuk pemberian cairan sehingga dapat digunakan
individualisasi dari goal directed fluid therapy. Pemberian cairan
2
kristaloid yang berlebihan harus dihindari untuk mencegah terjadinya
kelebihan cairan dan natrium, jumlah cairan rumatan sebaiknya tidak
melebihi 2 cc/kgBB/jam (termasuk obat-obatan). Penggunaan cairan
Ringer Laktat dapat mencegah asidosis hiperkloremik (Redjeki, 2013).
Oleh karena itu, resusitasi cairan pada pasien operasi harus dimonitoring
dengan baik untuk menghindari terjadinya gangguan keseimbangan asam
basa tubuh.
Anestesi spinal merupakan salah satu teknik yang paling sering
dipilih pada operasi bedah sesar.Salah satu efek samping yang paling
sering dijumpai pada teknik anestesi spinal adalah terjadinya hipotensi.
Hal ini sebagai akibat blok simpatis dari obat anestesi lokal yang bekerja
di dalam ruang subarakhnoid adalah terjadinya hipotensi. Sebagian besar
parturien akan mempunyai mekanisme kompensasi yang cukup untuk
memelihara tekanan darah arteri. Hipotensi yang terjadi pada parturien
(dengan kondisi tekanan intra abdominal tinggi) akan menyebabkan
insidensi penurunan tekanan darah ± 20% lebih sering dibandingkan pada
pasien lainnya (Birnbach dan Browne, 2005).
Hasil ulasan system review spinal analgesia menunjukkan bahwa
kemampuan pemberian kristaloid sebagai cairan preloading untuk
mencegah hipotensi tidak konsisten dan dalam hal ini koloid lebih efektif
dibandingkan kristaloid (Mulyono et.al., 2009; Abdelrachman dan
Elzeftawy, 2007). Penelitian Riley et.al. (1995) menunjukkan hipotensi
lebih sedikit terjadi pada kelompok yang mendapat preload 500 ml
Hydroxyethyl Starch (HES) 6% dibandingkan kelompok yang mendapat
preload 1 liter Ringer Laktat (Riley et.al., 1995; Ueyama et.al., 1999).
Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya section
caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit,
sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan
memperberat proses metabolik dan penyembuhannya. Pemeriksaan
elektrolit setelah operasi sangat penting, karena intervensi cairan selama
2
operasi, dengan alasan untuk mengontrol elektrolit dan keseimbangan
asam-basa (Rudi et. al., 2012).
Dari ulasan diatas, dapat diketahui bahwa monitoring elektrolit pasien
yang menjalani operasi penting dilakukan. Hal ini erat kaitannya dengan
pemberian cairan baik pre, peri, dan juga post operatif. Sehingga penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian cairan
kristaloid dan koloid sebagai cairan pengganti pasien yang menjalani
operasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan pengaruh antarakristaloid dan koloid
terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria?
C. TUJUAN PENELITIAN
C.1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh antarakristaloid dan koloid terhadap perubahan
elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria.
C.2. Tujuan Khusus
Mengukur kadar elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria
.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk mendukung teori dalam upaya
menerangkan tentang perbedaan pengaruh antarakristaloid dan koloid
terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria.
2
2. Apabila penelitian ini menunjukkan hasil cairan mana yang lebih baik
dalam menjaga keseimbangan elektrolit tubuh, maka hasil penelitian ini
dapat dikembangkan dan digunakan dalam praktek klinis.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Berdasarkan penelusuranpublikasiilmiah dipublikasi medis dengan
kata kuncielectrolyte level, ringerfundin
dantetraspantidakditemukanpenelitian yang
menunjukkanperbedaankadarelektrolit pada cairan ringerfundin dan
tetraspan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
2.A.1. KESEIMBANGAN ELEKTROLIT TUBUH
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang
berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau
negatif.Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan
negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai
elektronetralitas (Sacher dan Mc. Pherson, 2002; Darwis et.al.,
2008; Matfin G dan Porth, 2009). Sebagian besar proses
metabolism memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan
banyak gangguan (Scott et.al., 2006).
Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi
kelangsungan hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan
osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh
manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium
(Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis
dikenal sebagai ”profil elektrolit” (Scott et.al., 2006).
2.A.2 FISIOLOGI NATRIUM, KALIUM DAN KLORIDA
Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit.Cairan tubuh
dibedakan atas cairan ekstrasel dan intrasel.Cairan ekstrasel
meliputi plasma dan cairan interstisial.Distribusi elektrolit pada
cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Guyton
dan Hall, 2008; Siregar, 2009).
6
Gambar 2.1.Kation dan Anion utama dalam cairan intrasel dan ekstrasel
(Guyton dan Hall, 2008)
2.A.2.a Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,
jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan
sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel
(Matfin dan Porth, 2009; O’Callaghan, 2009). Lebih dari 90%
tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida
(NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan
tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan
konsentrasi natrium (Darwis et.al., 2009).
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial
disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan
perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel
disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang
bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+, K+)
(Sacher dan Mcpherson, 2002; Matfin dan Porth, 2009; Stefan dan
Florian, 2007; Fischbach et.al., 2009). Kadar natrium dalam cairan
ekstrasel dan cairan intrasel dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel
(Darwis et.al., 2008)
Plasma mEq/L
Cairan InterstitialmEq/L
Cairan IntraselulermEq/L
Na+ 140 148 13
K+ 4,5 5,0 140
7
Ca2+ 5 , 0 4,0 1x10-7
Mg2+ 1 , 7 1,5 7,0
Cl- 104 115 3,0
HCO3 24 27 10
SO42+ 1 , 0 1,2 -
PO42- 2 , 0 2,3 107
Protein 1 5 8 40
Anion Organik
5 , 0 5,0 -
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran
keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang
dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui
epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan
pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di
kulit (Darwis et.al., 2008; Singer dan Brenner, 2008). Pemasukan
dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq (Darwis
et.al., 2008).
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan
kulit kurang dari 10%.Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang
berada pada saluran cerna bagian atas hampir mendekati cairan
ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada saluran
cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses
hanya mencapai 40 mEq/L4.
Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan
klorida. Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal
rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat
sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang
panas, latihan fisik dan demam (Matfin dan Porth, 2009).
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal.Pengaturan
eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium,
yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan
8
tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara
aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di
lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus
koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron
menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama
air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-
angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas
(Stefan dan Florian, 2007; Widmaier et.al., 2004).
Nilai Rujukan Natrium
- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari (Scott et.al., 2006).
2.A.2.b Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam
cairan intrasel.Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan
konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah
konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per
kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.Jumlah kalium pada
wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium
pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak
(Reilly dan Perazella, 2007).
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan
interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan,
sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif
kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium).
9
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar.Pemasukan kalium
melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq
kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium
difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi
secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi
bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle.Kalium
dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari
5%, kulit dan urine mencapai 90% (Ganong, 2005).
Nilai Rujukan Kalium
- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
- cairan lambung : 10 mmol/L (Scott et.al., 2006; Reilly dan
Parazella, 2007).
Ketidakseimbangan elektrolit kalium menyebabkan beberapa
penyakit serius. Regulasi kalium dilakukan oleh ginjal (Prough
et.al., 2009). Sehingga gangguan fungsi ginjal dapat berpengaruh
terhadap keseimbangan elektrolit kalium dalam darah.
2.A.2.c Fisiologi Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan
ekstrasel.Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna
sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-
basa, dan menghitung anion gap (Klutts dan Scott, 2006).
Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq
per kilogram berat badan.Sekitar 88% klorida berada dalam cairan
ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel.Konsentrasi klorida
pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan
10
dewasa.Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar
klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam
plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif
(Widmaier et.al., 2004). Perbedaan kadar klorida antara cairan
interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial
di permukaan luar dan dalam membran sel (Eaton dan Pooler,
2009).
Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan
antara klorida yang masuk dan yang keluar.Klorida yang masuk
tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida
dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan
normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan
ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari.Drainase
lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida
mencapai 100 mEq perhari.Kadar klorida dalam keringat
bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan,
kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari.Ekskresi
utama klorida adalah melalui ginjal (Matfin dan Portg, 2009).
Nilai Rujukan Klorida
- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- serum anak : 98-105 mmol/L
- serum dewasa : 95-105 mmol/L
- keringat anak : <50 mmol/L
- keringat dewasa : <60 mmol/L
- urine : 110-250 mmol/24 jam
- feses : 2 mmol/24 jam (Scott et.al., 2006; Reilly dan Parazella,
2007)
2.A.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2.A.3.a Bahan Pemeriksaan
11
Pemeriksaan dapat dilakukan pada sampel whole blood,
plasma, serum, urine, keringat, feses, dan cairan
tubuh.Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan
bersama dengan pemeriksaan pH dan gas darah dan harus
segera diperiksa (kurang dari 1 jam).Sampel serum, plasma
atau urine dapat disimpan pada refrigerator dalam tabung
tertutup pada suhu 200C - 800C dan dihangatkan kembali pada
suhu ruangan (1500C -3000C) sebelum diperiksa (Klutts dan
Scott, 2006). Sampel feses harus cair, disaring dan diputar
(sentrifugasi) sebelum dilakukan pemeriksaan (Klutts dan
Scott, 2006; Scott et.al., 2006).
2.A.3.b Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan dengan Metode ElektrodaIon Selektif (Ion
Selective Electrode/ISE)
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan
metode elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE)
adalah yang paling sering digunakan. Data dari College of
American Pathologists (CAP) pada 5400 laboratorium yang
memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99% menggunakan
metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik,
koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya
dan mempunyai program pemantapan mutu yang baik (Klutts
dan Scott, 2006).
ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE
indirek.ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel
plasma, serum dan darah utuh.Metode inilah yang umumnya
digunakan pada laboratorium gawat darurat.Metode ISE
indirek yang diberkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi
ISE, yaitu memeriksa sampel yang sudah diencerkan (Klutts
dan Scott, 2006).
12
Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE
untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan
kadar ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang
diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat mengalami
reaksi dengan elektrolit sampel.Membran merupakan penukar
ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga
menyebabkan perubahan potensial membran.Perubahan
potensial membran ini diukur, dihitung menggunakan
persamaan Nerst, hasilnya kemudian dihubungkan dengan
amplifier dan ditampilkan oleh alat.
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer EmisiNyala (Flame
Emission Spectrofotometry/FES)
Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk
pengukuran kadar natrium dan kalium. Penggunaan
spektrofotometer emisi nyala di laboratorium berlangsung
tidak lama, selanjutnya penggunaannya dikombinasi dengan
elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan
keamanan prosedurnya (Klutts dan Scott, 2006).
Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala
adalah sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi
litium atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala
gas propan. Ion natrium, kalium, litium, atau sesium bila
mengalami pemanasan akan memancarkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu (natrium berwarna kuning dengan
panjang gelombang 589nm, kalium berwarna ungu dengan
panjang gelombang 768 nm, litium 671 nm, sesium 825 nm).
Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan dengan
filter dan dibawa ke detector sinar (Klutts dan Scott, 2006).
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan
Aktivasi Enzim
13
Prinsip pemeriksaan kadar natrium dengan metode
spektrofotometer yang berdasarkan aktivasi enzim yaitu
aktivasi enzim beta-galaktosidase oleh ion natrium untuk
menghidrolisis substrat o-nitrophenyl-β- D-galaktipyranoside
(ONPG). Jumlah galaktosa dan onitrofenol yang terbentuk
diukur pada panjang gelombang 420 nm (Klutts dan Scott,
2006).
Prinsip pemeriksaan kalium dengan metode
spektrofotometer adalah ion K+ mengaktivasi enzim
tryptophanase.Prinsip pemeriksaan klorida dengan metode
spektrofotometer adalah reaksi klorida dengan merkuri
thiosianat menjadi merkuri klorida dan ion thiosianat.Ion
thiosianat bereaksi dengan ion ferri dan dibaca pada panjang
gelombang 480 nm (Klutts dan Scott, 2006).
Pemeriksaan dengan spektrofotometer atomSerapan
(Atomic Absorption Spectrophotometry/AAS)
Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom
serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel
mendapat sinar dari hollow cathode dan cahaya yang
ditimbulkan diukur sebagai level energy yang paling rendah.
Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia (atom)
dan ditempatkan pada ground state (atom netral). Metode
spektrofotometer atom serapan mempunyai sensitivitas
spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
spektrofotometer nyala emisi.
Pemeriksaan Kadar Klorida dengan MetodeTitrasi
Merkurimeter
Prinsip: Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi
dengan larutan merkuri nitrat, dengan penambahan
diphenylcarbazone sebagai indikator. Hg2+ yang bebas,
bersama klorida membentuk larutan merkuri klorida yang tidak
14
terionisasi14.Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dengan
diphenylcarbazone membentuk senyawa kompleks berwarna
biru-ungu.Titik akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul
perubahan warna (Klutts dan Scott, 2006).
Pemeriksaan Kadar Klorida dengan MetodeTitrasi
Kolorimetrik-Amperometrik
Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode
titrasi kolorimetrik-amperometrik bergantung pada generasi
Ag+ dari elektroda perak yang konstan dan pada reaksi dengan
klorida membentuk klorida perak yang tidak larut. Interval
waktu yang digunakan sebanding dengan kadar klorida pada
sampel (Klutts dan Scott, 2006).
2.A.4. KEBUTUHAN CAIRAN RUMATAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan rumatan untuk mengganti kehilangan
cairan sensible dan insensible harus dihitung secara teliti dan
tergantung pada pemakaian energi, meskipun jumlah itu bisa
dihitung berdasarkan berat badan.Kehilangan insensible melalui
kulit dan saluran napas yang biasanya bebas elektrolit lebih besar
pada bayi baru lahir daripada orang dewasa.Kehilangan sensible
terutama dari urin mengambil porsi 50% kebutuhan cairan. Jadi
kehilangan cairan melalui urin tidak perlu diganti sepanjang
output urin tidak lebih dari 50-60% cairan rumatan. Kebutuhan
kalori untuk tumbuh bisa di perkirakan equivalent dengan kcal
untuk setiap cc kebutuhan air. Faktor yang dapat meningkatkan
kebutuhan kalori dan air ialah panas (10% untuk setiap 1 derajat
C), aktifitas fisik, kehilangan gastrointestinal yang sedang
berlangsung, hiperventilasi, keadaan hipermetabolik. Kebalikan
dari keadaan diatas seperti anuria, oligouria atau gagaljantung
kongestif, bisa mengurangi kebutuhan cairan.
15
Kebutuhan rumatan untuk air bervariasi tergantung berat
dan dapat dihitung seperti tercantum pada Tabel 2.2.Kebutuhan
elektrolit yang relatif konstan pada anak juga tampak pada tabel.
Tabel 2.2.Kebutuhan cairan dan elektrolit rumatan berdasarkan berat
badan
Cairan
dan
Elektrolit
Berat badan (kg)
0-10 10-20 > 20
Total air 100 mL/kg
1000 mL + 50
mL/kg Untuk setiap
kg>10 kg
1500 mL + 20
mL/kg untuk setiap
kg>20 kg
Natrium 3 mEq/kg 3 mEq/kg 3 mEq/kg
Kalium 2 mEq/kg 2 mEq/kg 2 mEq/kg
Khlorida 5 mEq/kg 5 mEq/kg 5 mEq/kg
Resusitasi cairan merupakan bagian penting dari penatalaksanaan
medis modern, baik akibat perdarahan ataupun dehidrasi, pemberian cairan
yang tepat baik dalam jenis dan jumlahnya akan mempengaruhi hasil akhir
dari penanganan. Namun disamping volume sebagai target utama yang
hendak dicapai, kita juga harus mengetahui efek metabolik lain dari cairan
yang kita berikan, terutama pengaruhnya dalam keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Waktu pemeriksaan sangat mempengaruhi hasil
pemeriksaan yang dihasilkan, oleh karena itu untuk mendapatkan
keuntungan dari terapi cairan dan menghindari efek yang tidak diinginkan,
maka penting bagi klinis untuk mengetahui kapan waktu monitoring
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang tepat, pasca terapi cairan.
2.A.5 RINGERFUNDIN
Ringerfundin merupakan cairan kristaloid dengan komposisi
1000 mL mengandung:
Sodium chloride 6.80 gram
16
Potassium chloride 0.30 gram
Magnesium chloride hexahydrate 0.20 gram
Calcium chloride dihydrate 0.37 gram
Sodium acetate trihydrate 3.27 gram
L-malic acid 0.67 gram
Selain itu, ringerfundin adalah larutan elektrolit, dimana
kandungan Natrium didalammya mencapai 145 mmol/L. konsentrasi
kalium, magnesium, dan kalium pada ringerfundin hampir sama
dengan yang ditemukan dalam plasma, sedangkan konsentrasi
natriumnya sedikit lebih tinggi dalam rangka untuk mencapai
osmolaritas fisiologi. Oleh karena itu, ringerfundin dapat digunakan
untuk terapi cairan akibat ketidakseimbangan elektrolit (Lobo et.al.,
2013). Komposisi elektrolit pada ringerfundin adalah sebagai berikut:
Sodium 145.0 mEq/L
Potassium 4.0 mEq/L
Magnesium 1.0 mEq/L
Calcium 2.5 mEq/L
Chloride 127.0 mEq/L
Acetate 24.0 mmol/L
Malate 5.0 mmol/L
Osmolaritas: 309 mOsm/L
Ringerfundin berisi 24 mmol/L asetat dan 5 mmol/L malat.Hasil
metabolismenya melepaskan 34 mmol/L bikarbonat. Asetat dan malat
lebih disukai dibandingkan dengan laktat karena metabolismenya tidak
terbatas pada hati saja dan penggunaan konsumsi oksigen yang lebih
rendah (Lobo et.al., 2013).
2.A.6 TETRASPAN
Tetraspan dengan komposisi utama HES (Hydroxyethil
starch) merupakan cairan koloidyang digunakan sebagai terapi
cairan dan mencegah hipovolemi. HES sendiri merupakan
17
polisakarida derivate amilopectin.,komposisi elektrolit 1000 mL
tetraspan mengandung:
Komposisi elektrolit pada tetraspan adalah sebagai berikut:
Sodium 140.0 mEq/L
Potassium 4.0 mEq/L
Magnesium 1.0 mEq/L
Calcium 2.5 mEq/L
Chloride 118.0 mEq/L
Acetat 24 mEq/L
Malate 5.0
Osmolaritas: 296 mOsm/L
Beberapa preparat HES telah banyak berhasil digunakan
untuk memperbaiki makro dan mikro sirkulasi pada pasien
hipovolemi.Efek tersebut ditentukan oleh tingginya daya hemodilusi
pada kombinasi dengan aktivitas spesifik sel darah merah, trombosit,
viskositas plasma, dan endothelium. Akan tetapi, pasien yang diterapi
dengan HES dalam NaCl 0.9% (Venofundin) dilaporkan mengalami
dilusi dan asidosis hiperkloremi lebih besar dibandingkan dengan
pasien yang diterapi dengan HES dalam larutan berimbang (tetraspan)
(Wilkes et al., 2001).
Ringerfundin berisi 24 mmol/L asetat dan 5 mmol/L malat.
Komposisi buffer ini menyebabkan kedua cairan ini memiliki tingkat
keasaman yang hampir sama dan termasuk dalam larutan berimbang.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Telah dilakukan penelitian oleh Rudi et.al (2012) yang merupakan
penelitian eksperimental berupa uji klinik tahap 2 yang dilakukan secara acak
tersamar ganda dengan tujuan untuk mengetahui cairan mana yang lebih baik,
RL ataupun NaCl 0,9% terhadap Strong Ion Difference (SID) keseimbangan
asam basa yang didasarkan pada metode Stewart. Penelitian ini
membandingkan elektrolit dengan penggunaan cairan kristaloid dengan
18
komposisi yang berbeda, yakni balanced buffer (larutan berimbang) dan
unbalance buffer (larutan tidak berimbang). Penelitian ini menyimpulkan
bahwa pemberian cairan RL lebih menguntungkan karena dapat membantu
mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh (Rudi et.al., 2012). Sehingga
dalam praktek pemberian cairan pengganti pada operasi lebih sering digunakan
larutan berimbang (ringer laktat) dibandingkan dengan tidak berimbang
(NaCl). Kemudian penelitian dikembangkan oleh Ghulam (2014) yang
membandingkan pengaruh pemberian ringerfundin dan ringerlaktat terhadap
perubahan elektrolit (Na, K, Cl) dan perbedaan ion kuat pada operasi Section
Caesaria.Ringer laktat dan ringerfundin merupakan kristaloid yang termasuk
larutan berimbang dengan perbedaan pada basis cairan yakni laktat dengan
malat-asetat.Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
antara pemberian ringerfundin dan ringerlaktat terhadap elektrolit dan
perbedaan ion kuat (Ghulam, 2014).Perbedaan malat-asetat dengan laktat
adalah terletak pada metabolismenya. Malat dan asetat lebih disukai karena
metabolismenya tidak terbatas pada hati saja dan konsumsi oksigennya lebih
rendah (Lobo et.al., 2009).
Dalam makalah lain berdasarkan system review analgesiaspinal,
didapatkan hasil bahwakemampuan cairan kristaloid sebagaicairan preloading
untuk mencegahhipotensi tidak konsisten dan koloiddalam hal ini lebih efektif
daripadakristaloid (Mulyono et.al., 2009). Cairan koloid juga
mampumenurunkan kebutuhan pemakaianefedrin sebagai vasopressor
danmenurunkan insidensi terjadinya mualmuntah hingga penurunan kesadaran
(Riley et.al., 1995).
Penelitian Riley et.al (1995) menunjukkanbahwa hipotensi lebih sedikit
terjadi padakelompok yang mendapatkan preload 500mL HES 6 %
dibandingkan kelompokyang mendapatkan preload 1 liter Ringer Laktat.
Sedangkan penelitian Ueyama (1999)membandingkan kelompok yang
diberipreload Ringer Laktat 1,5 liter, koloidHES 6 % 1 Liter, dan koloid HES
6%500 ml, didapatkan hasil bahwakelompok yang mendapatkan preloadHES
PCBLOP
AGDP
PP
RF TS
KCELEKTROLIT
19
6% 1 liter lebih sedikit mengalamihipotensi dibandingkan kelompoklainnya
(Riley et.al., 1995; Ueyama et.al, 1999).
Menurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan perbedaan ion
kuat, dan peningkatan klorida pada pasien yang diberikan HES 6% dalam
larutan NaCl dibandingkan dengan HES 6% dalam larutan berimbang secara
statistik tidak bermakna (Suriyadi et.al., 2012).
Dari beberapa penelitian tersebut maka dapat dirangkum bahwa larutan
berimbang seperti ringerfundin dan ringer laktat sama-sama memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam menjaga keseimbangan elektrolit darah
pasien yang dilakukan pembedahan. Sedangkan pada penelitian lain disebutkan
bahwa pemberian koloid pre operasi dapat menjaga pasien dari hipotensi lebih
baik dibandingkan dengan kristaloid. Sehingga perlu diteliti pengaruh
pemberian kristaloid dan koloid terhadap elektrolit pasien yang dilakukan
pembedahan.
C. KERANGKA BERPIKIR
Keterangan:
: diperiksa
: tidak diperiksa
LOP : Lama Operasi
PP : Penyakit Penyerta
AGD : Analisa Gas Darah
P : Perdarahan
20
PCB : Pemberian Cairan Balans
RF : Ringer Fundin
TS : Tetraspan
KC : Kehilangan Cairan
Operasi dapat menyebabkan perdarahan dan kehilangan cairan tubuh
sehingga lama operasi sangat berpengaruh terhadap jumlah perdarahan. Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan elektrolit tubuh. Selain itu,
beberapa penyakit penyerta pada pasien seperti penyakit pernapasan, diabetes
mellitus, penyakit kardiovaskular, gangguan fungsi hati dan ginjal, penyakit
berat, dan gangguan saluran pencernaan akan berpengaruh pada asam basa
tubuh, mempengaruhi hasil analisa gas darah.
D. HIPOTESIS
Terdapat perbedaan pengaruh pemberian kristaloid dan koloid terhadap
perubahan elektrolit (Na, K, Cl) pasca operasi sectio caesaria
21
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
dimulai pada bulan Juni sampai September2015. Penelitian ini dilakukan di
Instalasi Bedah SentralRSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental berupa uji
klinik dengan desain single blind pre and post test accidental control trial pada
pasien yang menjalanai operasi sectio caesaria elektif dan emergensi sebagai
subyek penelitian dengan tujuan mencari perbedaan efektivitas pemberian infus
kristaloid dan koloid terhadap perubahan elektrolit Na, K, dab Cl. Kelompok
penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelompok Kristaloid (K1), dan Koloid
(K2), penjelasannya sebagai berikut :
K1 : Kelompok pasien yang menjalani operasi sectio caesaria elektif
dan emergensi yang diberikan cairan kristaloid berupa
ringerfundin sebagai cairan pengganti pasca operasi
K2 : Kelompok pasien yang menjalani operasi sectio caesaria elektif
dan emergensi yang diberikan cairan koloid berupa tetraspan
sebagai cairan pengganti pasca operasi.
22
C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
3.C.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah
pasien yang menjalani sectio caesaria elektif dan emergensi
dengan status fisik ASA I dan II, dengan perkiraan perdarahan
<15% EBV di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr.Moewardi dalam
kurun waktu Juni – September 2015.
Subjek penelitiannya adalah semua pasien yang menjalani
sectio caesaria elektif dan emergensi dengan status fisik ASA I dan
II, dengan perkiraan perdarahan <15% EBV EBV di Instalasi
Bedah Pusat RSUD Dr.Moewardi dalam kurun waktu Juni –
September 2015, tidak ada kelainan elektrolit sebelumnya, kelainan
jantung, ginjal, DM, hipoproteinemia yang dilakukan persetujuan
tindakan pembiusan dan operasi (informed consent)
Kriteria inklusi :
a. Wanita hamil usia 17-40 tahun yang menjalani sectio caesaria
elektif dan emergensi
b. Status fisik ASA I dan II
c. Hasil pemeriksaan darah rutin dan elektrolit dalam batas normal
d. Perkiraan perdarahan<15% EBV
e. Pasien bersedia diikutsertakan dalam penelitian
23
Kriteria eksklusi :
a. Pasien menolak diikutsertakan dalam penelitian
b. Status fisik ASA >II
c. Memiliki gangguan pada ginjal, jantung, elektrolit, gangguan
neurologi, DM, hipoproteinemia, critical ill (sakit berat, sepsis,
syok, dan operasi dengan penyulit)
d. Perdarahan >15% EBV
3.C.2 Besar Sampel
Penelitian ini memilikidua variabel, yakni satu variabel bebas
dan satu variabel terikat.Variabel bebas yaitu pemberian cairan
kristaloid dan koloid dan satu variabel terikat yaitu kadar elektrolit
darah (Na, K, Cl), maka besar sampel minimal dapat menggunakan
pedoman ”rule of thumb”. Dengan ”rule of thumb” maka besar
sampel yang diperlukan adalah 30 pasien, jadi masing-masing
kelompok adalah 15 pasien (Murti, 2010).
3.C.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan accidental sampling.
D. VARIABEL PENELITIAN
3.D.1 Variabel Bebas
Pemberian cairan kristaloid (ringerfundin) dan koloid (tetraspan)
3.D.3 Variabel Terikat
24
Perubahan elektrolit: Natrium (Na), Kalium (K), dan Klorida (Cl)
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pemberian cairan pengganti adalah memasukkan cairan pengganti kepada
subjek yang berupa:
a. Kristaloid berupa larutan ringerfundin
Ringerfundin adalah larutan isotonis yang mengandung air, elektrolit
(Natrium 145 mmol/L, Kalium 4 mmol/L, Magnesium 1 mmol/L,
Kalsium 2.5 mmol/L, Klorida 127 mmol/L), asetat 24 mmol/L, malat
5 mmol/L. Kadar osmolaritas 309 mOsm/L.
Alat ukur : -
Satuan : -
Skala pengukuran : -
b. Koloid berupa larutan tetraspan
Tetraspan merupakaan larutan koloid dengan kandungan HES
(Hydroxyethil starch) dalam larutan berimbangyang mengandung air,
elektrolit (Natrium 140 mmol/L, Kalium 4 mmol/L, Magnesium 1
mmol/L, Kalsium 2.5 mmol/L, Klorida 118 mmol/L), asetat 24
mmol/L, malat 5 mmol/L. Kadar osmolaritas 296 mOsm/L
Alat ukur : -
Skala pengukuran : -
2. Perubahan elektrolit
25
Merupakan perubahan kadar elektrolit yang diukur terhadap kadar
elektrolit normal. Pada penelitian ini menggunakan kadar Natrium (Na),
Kalium (K), dan Klorida (Cl)
Kadar Natrium (Na): adalah hasil pemeriksaan konsentransi Natrium
plasma dalam satuan mmol/L. kadar normal Natrium adalah 145
mEq/L. metode pemeriksaan elektrolit ini menggunakan ISE (Ion
Selective Electrode).
Kadar Kalium (K): adalah hasil pemeriksaan konsentransi Kalium
plasma dalam satuan mmol/L. kadar normal Kalium adalah 4 mEq/L.
metode pemeriksaan elektrolit ini menggunakan ISE (Ion Selective
Electrode).
Kadar Klorida: adalah hasil pemeriksaan konsentransi Klorida plasma
dalam satuan mmol/L. kadar normal Klorida adalah 105 mEq/L. metode
pemeriksaan elektrolit ini menggunakan ISE (Ion Selective Electrode).
Alat ukur: metode pemeriksaan elektrolit menggunakan ISE (Ion Selective
Electrode)
Skala data: rasio
Satuan: mEq/L
F. PERIJINAN PENELITIAN
Ethical clearance
Mendapatkan ijin melakukan penelitian setelah pengkajian oleh Panitia
Kelaikan Etik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta-Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan prinsip tidak melanggar etika
Populasi Penelitian
Cek elektrolit
Kriteria inklusi Kriteria eksklusi
Sampel
Random
Random
Kelompok perlakuan tetraspan Kelompok perlakuan ringerfundin
Cek elektrolit
26
praktek kedokteran dan tidak bertentangan dengan etika penelitian pada
manusia.
Ijin Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas persetujuan pasien atau keluarga terhadap
informed consent yang diajukan peneliti, setelah sebelumnya mendapat
penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.
G. ALUR PENELITIAN
Gambar 3.1 Alur Penelitian
27
H. JALANNYA PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi
Surakarta setelah mendapatkan persetujuan komite etik. Tata cara dilakukan
sebagai berikut :
a. semua pasien yang memenuhi criteria dimasukkan sebagai sampel
penelitian, diberikan informed consent, yaitu penjelasan mengenai teknik
anestesi yang dilakukan, menyetujui dan menandatangani pernyataan
persetujuan tentang prosedur penelitian. Selanjutnya dirandom menjadi 2
kelompok.
b. Pada saat pasien datang di ruang operasi, dilakukan pemasangan infus
dengan kateter intravena, dilakukan pemeriksaan elektrolit dan diberikan
preload cairan dengan kristaloid ringerfundin 1000 mL dan Koloid
tetraspan 1000 mL.
c. Label cairan ringerfundin dan tetraspan dibuang dan diganti dengan label
tertentu yang bertujuan untuk membuat penelitian menjadi single blind.
Artinya subyek penelitian tidak mengetahui cairan apa yang diberikan,
tetapi peneliti mengetahui.
d. Pasien dilakukan monitoring tekanan darah, EKG, nadi, saturasi oksigen
e. Pasien dilakukan pembiusan
f. Dilakukan pencatatan dan observasi terhadap hemodinamik, lama operasi,
menghitung jumlah perdarahan, dan menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan selama periode perioperatif. Cairan perioperatif yang
digunakan adalah ringerfundin untuk kedua kelompok perlakuan.
28
g. Monitoring terhadap perdarahan. Bila jumlah perdarahan lebih dari 15%
atau pasien memerlukan pemberian koloid dan atau transfuse darah
perioperatif, maka pasien dieksklusi.
h. Setelah selesai operasi dilakukan pemeriksaan elektrolit (Na, K, dan Cl).
I.PENGOLAHAN DATA
Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan program
SPSSStatistic 17.0 . Data demografi dan hasil penelitian dinilai apakah
distribusinya normal atau tidak dilakukan Uji Shapiro-Wilk karena jumlah
sampel 30 (kurang dari 50).
Untuk menguji data berdistribusi normal berskala numerik dengan 2
cara, yakni Independent Samples t Test apabila data tidak berpasangan dan
Dependent Samples t Testapabila data berpasangan. Bila distribusi data tidak
normal maka digunakan uji non parametrikMann-Whitney U testuntuk
kelompok tidak berpasangan dan Wilcoxon untuk kelompok berpasangan.
Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna antara
pemberian cairan pada kelompok ringerfundin dibandingkan dengan kelompok
tetraspandilakukan dengan uji Chi Square bila memenuhi syarat.Bila tidak
memenuhi syarat maka menggunakan uji Fisher. Penelitian ini dianggap
memiliki kemaknaan statistik apabila nilai p yang diperoleh adalah p < 0,05.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, yang dimulai pada bulan Juli sampai Agustus2015.
Semua pasien yang memenuhi kriteria dirandom menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok ringer fundin dan kelompok tetraspan. Kedua kelompok
diukur kadar elektrolit sebelum dan setelah dilakukan operasi.
Selama operasi dilakukan pengamatan dan pencatatan terhadap
jumlah darah yang keluar, pemberian cairan kristaloid (ringerfundin) dan
koloid (tetraspan) selama operasi, serta lama operasi. Data yang
dikumpulkan kemudian dilakukan analisis dengan program SPSS.
4.A.1 Data Demografi
Data dasar yang didapatkan dari hasil penelitian adalah data
demografi yang meliputi: umur, lama operasi, dan jumlah
perdarahan. Berdasarkan uji beda dua kelompok didapatkan hasil
karakteristik demografi responden pada penelitian ini sebagai
berikut
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa pada kelompok
yang diberi cairan ringerfundinrata-rata berumur 26,90 + 7,13
tahun, sedangkan kelompok tetraspan rata-rata berumur 29,10 +
30
5,93 tahun. Nilai p-value = 0,463 (p>0,05) yang berarti tidak ada
perbedaan umur antara pasien berdasarkan kelompok perlakuan,
jadi responden antara kelompok ringerfundin dengan tetraspan
memiliki karakterisik umur yang sama.
Table 4.1 Karakteristik Responden
Ket : * Data berdistribusi normal menggunakan uji t test** Data tidak berdistribusi normal menggunakan uji Mann Whitney
Kelompok yang diberi cairan ringerfundinrata-rata dengan
lama operasi 66,50+ 17,00 menit, sedangkan kelompok tetraspan
rata-rata dengan lama operasi 77,50 +13,59 menit. Nilai p-value =
0,165 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan lama operasi antara
pasien berdasarkan kelompok perlakuan, jadi responden antara
kelompok ringerfundin dengan tetraspan memiliki karakterisik lama
operasi yang sama.
Kelompok yang diberi cairan ringerfundinrata-rata dengan
pendarahan 384,00 + 155,29 ml, sedangkan kelompok tetraspan rata-
rata dengan pendarahan 400,00 +149,07 ml. Nilai p-value = 0,631
(p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pendarahaan antara pasien
berdasarkan kelompok perlakuan, jadi responden antara kelompok
Karakteristik Kelompok N Mean SD p-valueUmur* Ringerfundin 10 26.90 7.13 0.463 (tahun) Tetraspan 10 29.10 5.93 Lama Operasi** Ringerfundin 10 66.50 17.00 0.165 (Menit) Tetraspan 10 77.50 13.59 Pendaharahan** Ringerfundin 10 384.00 155.29 0.631 (ml) Tetraspan 10 400.00 149.07
31
ringerfundin dengan tetraspan memiliki karakterisik pendarahan
yang sama.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa
karakteristik responden antar kelompok perlakuan tidak berbeda
signifikan (p>0,05), sehingga responden dalam penelitian ini baik
digunakan dalam penelitian.
4.A.2 Uji Normalitas Data Penelitian
Penelitian ini adalah menguji adakah perbedaan kadar
elektrolit: Natrium (Na), Kalium (K), dan Chlorida (Cl) antara
kelompok yang diberi cairan ringerfundin dan tetraspan.
Berdasarkan hasil normalitas dengan uji Shapiro-Wilk pada data
penelitian (kadar elektrolit: Natrium, Kalium, dan Chlorida) pada
sampel penelitian pada kelompok ringerfundin dan tetraspan
didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Parameter Kelompok N p-valueNormalitas
Na Pretest Ringerfundin 10 0.088 Normal Tetraspan 10 0.102 NormalK Pretest Ringerfundin 10 0.067 Normal Tetraspan 10 0.818 NormalCl Pretest Ringerfundin 10 0.998 Normal Tetraspan 10 0.269 NormalNa Posttest Ringerfundin 10 0.417 Normal Tetraspan 10 0.231 NormalK Posttest Ringerfundin 10 0.395 Normal Tetraspan 10 0.989 NormalCl Posttest Ringerfundin 10 0.130 Normal Tetraspan 10 0.072 Normal
32
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai p-value >0,05
pada setiap parameter penelitian baik data pretest (sebelum
perlakuan) dan posttest (sesudah perlakuan). Sehingga dalam
penelitian ini dalam menguji perbedaan kadar elektrolit: Natrium
(Na), Kalium (K), dan Chlorida (Cl) antara kelompok yang diberi
cairan ringerfundin dan tetraspan dengan menggunakan uji
independent sampel t test dan untuk mengetahui perbedaan kadar
elektrolit sebelum dan sesudah perlakuan pada setiap kelompok
perlakuan menggunakan uji paired sampel t test
4.A.3. Perbedaan Kadar Elektrolit Antara Kelompok Rigerfundin dan
Tetraspan (Independen Sampel t Test)
4.A.3.a Sebelum Perlakuan (Pretest)
Uji pretest ini biasanya disebut uji keseimbangan awal,
dimana dalam penelitian ini difungsikan untuk mengetahui
keadaan kadar elektrolit pasien sebelum diberi perlakuan.
Diharapakan pada uji keseimbangan awal ini tidak ada perbedaan
kadar elektrolit antara kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil
penghitungan uji independent sample t test didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum Perlakuan antara kelompok Ringerfundin dan Tetraspan
Kadar Sebelum Ringerfundin Tetraspan p-value
Na 139,70 + 3,37 139,60 + 3,57 0,949
33
K 3,90 + 0,77 4,06 + 0,70 0,633Cl 108,60 + 2,59 108,20 + 1,93 0,700Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)
mendapatkan nilai p-value 0,949 (p>0,05) yang berarti tidak tedapat
perbedaan kadar natrium atara kelompok ringerfundin dan tetraspan
sebelum diberi perlakuan
Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,633 (p>0,05)
yang berarti tidak terdapat perbedaan kadar kalium antara kelompok
ringerfundin dan tetraspan sebelum diberi perlakuan.
Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,700 (p>0,05)
yang berarti tidak terdapat perbedaan kadar Chlorida antara kelompok
ringerfundin dan tetraspan sebelum diberi perlakuan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa tidak
ada perbedaan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) antara kelompok
ringerfindin dan tetraspan sebelum adanya perlakuan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa antara kelompok ringerfundin dan tetraspan memiliki
kadar elektrolit yang sama.
4.A.3.b Sesudah Perlakuan (Uji Posttest)
Uji posttest dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
perbedaan kadar elektrolit setelah adanya perlakuan yaitu
pemberian ringerfundin dan tetraspan pada pasein operasi sectio
caesariamengunakan uji independen sample t test didapatkan hasil
sebagai berikut.
34
Tabel 4.4 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sesudah Perlakuan antara kelompok Ringerfundin dan Tetraspan
Kadar Sesudah Ringerfundin Tetraspan p-value
Na 136,90 ±2,89 138,70 ± 3,30 0,211K 3,43±0,74 4,01 ± 0,77 0,103Cl 105,10 ± 3,90 108,10 ± 2,38 0,052
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)
mendapatkan nilai p-value 0,211 (p>0,05) yang berarti kadar natrium
antara kelompok ringerfundin dan tetraspan tidak berbeda signifikan
setelah diberi perlakuan
Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,103 (p>0,05) yang
berarti kadar kalium antara kelompok ringerfundin dan tetraspan tidak
berbeda signifikan setelah diberi perlakuan.
Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,700 (p>0,05)
yang berarti kadar Chlorida antara kelompok ringerfundin dan
tetraspan tidak berbeda signifikan setelah diberi perlakuan..
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa tidak ada
perbedaan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) antara kelompok
ringerfindin dan tetraspan setelah adanya perlakuan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa baik cairan ringerfundin dan tetraspan dapat sama-
sama dapat menjaga elektrolit setelah adanya operasi.
4.A.4. Perbedaan Kadar Elektrolit Sebelum Dan Sesudah Perlakuan
Pada Kelompok Ringerfundin dan Tetraspan (Paired Sampel t Test)
35
4.A.4.A Kelompok Ringerfundin
Uji independen sampel t test dalam kelompok ringerfundin
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang
signifikan kadar elektrolit sebelum dan sesudah perlakuan pada
pasien yang diberi cairan ringerfundin.
Tabel 4.5 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada kelompok Ringerfundin
Ringerfundin Sebelum Sesudah p-value
Na 139,70 ±3,37 136,90 ±2,89 0,000K 3,90±0,77 3,43 ± 0,74 0,008Cl 108,60 ± 2,59 105,10 ± 3,90 0,002
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)
mendapatkan nilai p-value 0,000 (p<0,05) yang berarti kadar
natrium antara sebelum dan sesudah perlakuan berbeda signifikan
pada kelompok ringerfundin. Dimana pada kelompok ringerfundin
didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata kadar natrium sebesar
2,80, sehingga dapat diketahui adanya penurunan kadar natrium
sebesar 2% (2,80/139,70*100%).
Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,008 (p<0,05)
yang berarti kadar Kalium antara sebelum dan sesudah perlakuan
berbeda signifikan pada kelompok ringerfundin. Dimana pada
kelompok ringerfundin didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata
kadar Kalium sebesar 0,47, sehingga dapat diketahui adanya
penurunan kadar Kalium sebesar 12,05% (0,47/3,90*100%).
36
Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,002 (p<0,05)
yang berarti kadar Chlorida sebelum dan sesudah perlakuan
berbeda signifikan pada kelompok ringerfundin. Dimana pada
kelompok ringerfundin didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata
kadar Chlorida sebesar 3,50, sehingga dapat diketahui adanya
penurunan kadar Chlorida sebesar 3,22% (3,50/108,6*100%).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl)
sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi cairan
ringerfundin. Dimana terjadi penurunan kadar Na = 2,0% , K =
12,1% , dan Cl = 3,2%.
4.A.4.B Kelompok Tetraspan
Uji independen sampel t test dalam kelompok tetraspan
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang
signifikan kadar elektrolit sebelum dan sesudah perlakuan pada
pasien yang diberi cairan tetraspan.
Tabel 4.6 Perbedaan Kadar Elektrolit (Na, K, Dan Cl) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada kelompok Tetraspan
Tetraspan Sebelum Sesudah p-valueNa 139,60 + 3,57 138,70 ± 3,30 0,134K 4,06 + 0,70 4,01 ±0,77 0,427Cl 108,20 + 1,93 108,10 ± 2,38 0,859
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa kadar Natrium (Na)
mendapatkan nilai p-value 0,134 (p>0,05) yang berarti kadar
natrium antara sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda
37
signifikan pada kelompok tetraspan. Dimana pada kelompok
tetraspan didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata kadar natrium
sebesar 0,90, sehingga dapat diketahui adanya penurunan kadar
natrium sebesar 0,64% (0,90/139,60*100%).
Kadar Kalium (K) mendapatkan nilai p-value 0,427 (p<0,05)
yang berarti kadar Kalium antara sebelum dan sesudah perlakuan
tidak berbeda signifikan pada kelompok tetraspan. Dimana pada
kelompok tetraspan didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata
kadar Kalium sebesar 0,05, sehingga dapat diketahui adanya
penurunan kadar Kalium sebesar 1,23% (0,05/4,06*100%).
Kadar Chlorida (Cl) mendapatkan nilai p-value 0,859 (p>0,05)
yang berarti kadar Chlorida sebelum dan sesudah perlakuan tidak
berbeda signifikan pada kelompok tetraspan. Dimana pada
kelompok tetraspan didapatkan nilai selisih penurunan rata-rata
kadar Chlorida sebesar 0,10, sehingga dapat diketahui adanya
penurunan kadar Chlorida sebesar 0,09% (0,1/108,2*100%).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl)
sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi cairan
tetraspan. Dimana terjadi penurunan kadar Na = 0,64% , K =
1,23% , dan Cl = 0,09%.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa baik
ringerfundin dan tetraspan sama-sama dapat mencegah turunnya
38
elektrolit pada pasien operasi (p>0,05). Akan tetapi pada kelompok
ringerfundin terjadi penurunan/perubahan kadar elektrolit yang
signifikan (p<0,05), sedangkan pada kelompok tetraspan kadar
elektrolit tidak terjadi penurunan/perubahan signifikan (p>0,05)
sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh
pemberian ringerfundin dan tetraspan terhadap perubahan kadar
elektrolit.
B. Pembahasan
Keselamatan pasien merupakan pokok pembicaraan yang hangat
dalam berbagai literatur dan acara-acara ilmiah, hal ini dikarenakan
keselamatan pasien merupakan target utama outcome dari suatu pelayanan
medis. Keselamatan pasien merupakan parameter dari kualitas pelayanan
medis yang diberikan.Pada penatalaksanaan pasien perioperatif, patient
safety juga merupakan suatu permasalahan penting yang mendapat
perhatian dari dokter-dokter yang terlibat.
Survival jangka panjang dari pasien-pasien perioperatif
dipengaruhi oleh usia dan komplikasi yang terjadi saat pembedahan, oleh
karena itu short term goal directed therapy pada periode perioperatif dapat
menurunkan angka mortalitas jangka panjang. Prinsip umum untuk
meningkatkan percepatan pemulihan pascabedah dan mencegah
komplikasi pascabedah. Pada periode perioperatif diusahakan
menggunakan teknologi yang tepat dalam pemberian cairan sehingga
tercapai goal directed fluid therapy. Hindari pemberian cairan kristaloid
39
yang berlebihan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan dan natrium,
jumlah cairan rumatan sebaiknya tidak melebihi 2 cc/kgBB/jam (termasuk
obat-obatan) (Redjeki, 2013).
Manajemen terapi cairan pada perioperatif bertujuan untuk
mempertahankan delivery oxygen.Deliveryoxygen adalah jumlah total
oksigen yang disediakan untuk seluruh jaringan setiap menit tergantung
dari distribusi aliran darah. Jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan
tergantung pada cardiac output dan oxygen content (CaO2). Oxygen
content merupakan kandungan oksigen yang ada di dalam arteri.
Terdapat beberapa pilihan terapi cairan yang tersedia.Pilihan
terbaik pada prinsipnya dapat mempertahankan delivery oksigen yang
dilihat dari hemodinamik yang stabil, perbaikan perfusi ke jaringan,
mempertahankan keseimbangan elektrolit, dan asam basa tubuh.
Adanya gangguan pada keseimbangan elektrolit dapat berakibat
pada sistem asam-basa tubuh. Perubahan ini akan mengganggu
keseimbangan hemodinamik yang berujung pada gangguan delivery
oxygen.Oleh karena itu, terapi cairan yang baik adalah terapi cairan yang
tetap menghasilkan kondisi elektrolit tubuh yang stabil.
Terapi cairan yang paling baik dan ideal untuk mengganti cairan
akibat kehilangan darah adalah cairan yang mirip dengan cairan plasma
dan darah yang hilang tersebut.Terapi cairan dengan Ringerfundin yang
dipakai mengandung air, elektrolit, dan malat sebagai buffernya.
40
Penelitian ini menunjukan hasil bahwa jika kadar elektrolit
dibandingkan antara ringerfundin dan tetraspan maka diketahui bahwa
tidak ada perbedaan kadar elektrolit (Na, K, dan Cl) antara kelompok
ringerfindin dan tetraspan setelah adanya perlakuan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa baik cairan ringerfundin dan tetraspan dapat sama-sama
dapat menjaga keseimbangan kadar elektrolit setelah adanya operasi. Akan
tetapi jika di uji secara sendiri-sendiri diketahui bahwapada kelompok
ringerfundin terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit (Na, K,
dan Cl) sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p-value<0,05.
Dimana terjadi penurunan kadar Na = 2,0% , K = 12,1% , dan Cl =
3,2%.Berbeda dengan kelompok tetraspan.Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar elektrolit
(Na, K, dan Cl) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang
diberi cairan tetraspan dengan nilai p-value>0,05. Dimana terjadi
penurunan kadar Na = 0,64% , K = 1,23% , dan Cl = 0,09%.Hal ini
menunjukkan bahwa tetraspan lebih baik dalam mempertahankan
keseimbangan elektrolit (Natrium, Kalium, dan Chlorida) dibandingkan
dengan ringerfundin.
Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya section
caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit,
sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan
memperberat proses metabolik dan penyembuhannya. Pemeriksaan
elektrolit setelah operasi sangat penting, karena intervensi cairan selama
41
operasi, dengan alasan untuk mengontrol elektrolit dan keseimbangan
asam-basa (Rudi et. al., 2012).
Selama ini belum dilakukan pemeriksaan elektrolit pada pasien sectio
caesaria yang membandingkan antara pemberian cairan ringerfundin dan
tetraspan sebagai cairan perioperatif.Penelitian sebelumnya yang
dilakukan Ghulam (2014) membandingkan pengaruh pemberian
ringerfundin dan ringerlaktat terhadap perubahan elektrolit (Na, K, Cl) dan
perbedaan ion kuat pada operasi section caesaria.Ringer laktat dan
ringerfundin merupakan kristaloid yang termasuk larutan berimbang
dengan perbedaan pada basis cairan yakni laktat dengan malat-
asetat.Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
antara pemberian ringerfundin dan ringerlaktat terhadap elektrolit dan
perbedaan ion kuat.Cairan ringer laktat pun dapat diberikan sebagai cairan
perioperatif pasien sectio saesaria.
Sedangkan penelitian lain dengan system review spinal analgesia
menunjukkan bahwa kemampuan pemberian kristaloid sebagai cairan
preloading untuk mencegah hipotensi tidak konsisten dan dalam hal ini
koloid lebih efektif dibandingkan kristaloid (Mulyono et.al., 2009;
Abdelrachman dan Elzeftawy, 2007). Penelitian Riley et.al. (1995)
menunjukkan hipotensi lebih sedikit terjadi pada kelompok yang mendapat
preload 500 ml Hydroxyethyl Starch (HES) 6% dibandingkan kelompok
yang mendapat preload 1 liter Ringer Laktat (Riley et.al., 1995; Ueyama
et.al., 1999). Pada penelitian-penelitian ini hanya dibandingkan efek kedua
42
cairan tersebut terhadap hipotensi saja tanpa memeriksa kadar
elektrolitnya.
Menurut Suriyadi et. al (2012) penurunan pH, penurunan
perbedaan ion kuat, dan peningkatan klorida pada pasien yang diberikan
HES 6% dalam larutan NaCl dibandingkan dengan HES 6% dalam
larutan berimbang secara statistik tidak bermakna (Suriyadi et.al., 2012).
Dari beberapa penelitian tersebut maka dapat dirangkum bahwa
larutan berimbang seperti ringerfundin dan ringer laktat sama-sama
memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjaga keseimbangan
elektrolit darah pasien yang dilakukan pembedahan. Sedangkan pada
penelitian lain disebutkan bahwa pemberian koloid pre operasi dapat
menjaga pasien dari hipotensi lebih baik dibandingkan dengan kristaloid.
Sehingga perlu diteliti pengaruh pemberian kristaloid dan koloid terhadap
elektrolit pasien yang dilakukan pembedahan.
Penelitian ini memberikan hasil bahwa pemberian tetraspan
sebagai cairan perioperatif dapat mempertahankan keseimbangan kadar
elektrolit tubuh lebih baik daripada cairan ringerfundin.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
C.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 20 pasien
section caesaria (SC) maka dapat diketahui bahwa baik ringerfundin dan
tetraspan sama-sama dapat menjaga keseimbangan elektrolit pada pasien
operasi (p>0,05). Akan tetapi pada kelompok ringerfundin terjadi
penurunan/perubahan kadar elektrolit yang signifikan (p<0,05), sedangkan
pada kelompok tetraspan kadar elektrolit tidak terjadi
penurunan/perubahan signifikan (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian ringerfundin dan tetraspan
terhadap perubahan kadar elektrolit. Dimana pemberian tetraspan sebagai
cairan perioperatif dapat mempertahankan keseimbangan kadar elektrolit
tubuh lebih baik daripada cairan ringerfundin
B. Saran
1. Perlunya pemeriksaan elektrolit yang akan dan setelah operasi untuk
mengontrol elektrolit.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut antara cairan ringerfundin dan
tetraspan sebagai cairan perioperatif.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Abdelrachman RS, Elzeftawy AE.2007. Comparison of colloid versus crystalloid preload for prevention of hypotension during spinal anesthesia for elective section cesarean. Tanta Med Sciences J. 2007; 2(1):134-41.
Birnbach DJ, Browne IM. 2005. Anesthesia for obstetrics. Dalam: Miller RD. Miller’s anesthesia. Edisi 6. Pennsylvania: Elsevier Churchill Livingstone. Pp: 326-29.
Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S,Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk. 2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2. Jakarta:FK-UI. Pp: 29-114.
Eaton D.C. dan Pooler J.P. 2009.Vander’s Renal Physiology, 7th Ed. Atlanta: McGraw Hill Companies Inc. pp: 77-154.
Fischbach F, Dunning M.B, Talaska F, Barnet M, Schweitzer T.A, Strandell C, et al. 2009. ‘Chlorida, Potassium, Sodium’ In: A Manual of Laboratory and Diagnostic Test, 8th Ed., Lippincot Wiliams and Wilkins. Pp: 997-1009.
Ganong W.F, 2005. Fungsi Ginjal dan Miksi pada Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 725-756.
Guyton A.C and Hall J.E. 2008.dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-11. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 307 – 400
Klutts J.S. and Scott M.G. 2006. ‘Physiology and disorders of Water, Electrolyte, and Acid- Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1.Philadelphia: Elsevier Saunders Inc. pp: 1747-1775.
Lobo DL; Lewington, Andrew JP; Allison, Simon P. 2013. Basic Concept of Fluid and Electrolyte Therapy. Bibliomed – Medizinische Verlagsgesellschaft mbH, Melsungen 2013
Lorenz, M. D., L. M. Cornelius, dan D. C. Ferguson. 1997. Small Animal Medical Therapeutics. Philadelphia: Lippincott Raven Publisher.
Matfin G. and Porth C.M. 2009. ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’ In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition. USA: McGraw Hill Companies. pp. 761-803.
45
Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S. 2009.Cairan koloid. Dalam: Panduan tata laksana terapi cairan perioperatif. Jakarta: Perhimpunan dokter spesialis anestesiologi dan reanimasi Indonesia. Pp: 130-31.
O’Callaghan C. 2009. ’Sains Dasar Ginjal dan Gangguan Fungsi Metabolik Ginjal’ At a Glance Sistem Ginjal, Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga, pp: 22-68.
Prough DS, Funston JS., Svensen CH., Wolf SW. 2009. Fluid, Electrolytes, and Acid Base Physiology dalam Clinical Anesthesia 6th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Reilly R.F and Perazella M.A. 2007. In: Lange Acid-Base Fluids and Electrolytes.USA: McGraw Hill Companies Inc. pp. 21-170.
Riley ET, Cohen SE, Rubenstein AJ, Flanagan B. 1995.Prevention of hypotension after spinal anesthesia for cesarean section: six percent hetastarch versus lactated ringer’s solution. AnestAnalg. 1995; 81(4): 838-42
Sacher R.A. dan Mcpherson R.A. 2002. ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 320-340.
Scott M.G., LeGrys, V.A. and Klutts J. 2006. ‘Electrochemistry and Chemical Sensors and Electrolytes and Blood Gases’’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1, Philadelphia: Elsevier SaundersInc. pp: 93-1014.
Singer G.G and Brenner B.M. 2008. ‘Fluid and Electrolyte Disturbances’ In: Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Ed., Vol.1. USA: McGraw Hill Companies. pp. 274-287.
Siregar P. 2009. ‘Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit’ dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Interna publishing. Pp: 175-189.
Stefan Silbernagl and Florian Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 92-125.
Suriyadi, Harahap Sofyan M, Ery Leksana. 2012. Pengaruh HES 6 % Dalam Larutan Berimbang Dengan HES 6 % Dalam Larutan Nacl 0,9 % Terhadap pH, Strong Ion Difference Dan Klorida Pada Pasien Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal.Jurnal Anestesiologi Indonesia Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
46
Widmaier E.P, Raff H. dan Strang K.T. 2004. ’The Kidney and Regulation of Water and Inorganic Ions’ In: Vander Human Physiology: The Mechanisms of Body Function, 9th Edition, McGraw Hill Publishing. pp. 513-557.
Wilkes NJ, Woolf R, Mutch M, Mallett SV, Peachey T, Stephens R, Mythen MG. 2001. The Effect of balanced versus saline-based Hestastarch and crystalloid solution in acid-base and electrolyte status and gastric mucosal perfusion in elderly surgical patient.Anesth Analg. 2001 Oct;93(4):811-6.
47
LAMPIRAN I
48
LAMPIRAN 2
49
LAMPIRAN 3
Tabulasi Data Penelitian
No resp Kelompok Umur Lama_Op Pendaharahan Pretest PostestNatrium Kalium Chlorida Natrium Kalium Chlorida
1 Ringerfundin 29 60 300 145 4.2 110 142 3.1 1082 Ringerfundin 30 90 600 141 3.6 111 136 3.2 1043 Ringerfundin 34 90 540 136 2.1 113 134 2 1104 Ringerfundin 16 60 250 137 4.2 107 133 4 1015 Ringerfundin 29 60 300 137 4.2 110 136 3.6 1116 Ringerfundin 29 60 650 139 3.3 106 136 3.1 1017 Ringerfundin 20 50 300 145 4.5 108 140 3.2 1058 Ringerfundin 39 90 400 137 3.7 109 135 3.2 1089 Ringerfundin 19 45 250 138 4.7 104 137 4.3 101
10 Ringerfundin 24 60 250 142 4.5 108 140 4.6 10211 Tetraspan 25 85 600 136 4.2 108 135 4 10612 Tetraspan 33 90 250 142 3.3 110 139 3.4 11113 Tetraspan 25 90 400 136 4.4 108 137 4.3 10914 Tetraspan 22 90 300 137 5 108 136 5.3 10715 Tetraspan 35 90 350 141 2.7 110 139 2.6 10916 Tetraspan 19 80 250 136 4 106 137 3.9 10517 Tetraspan 34 60 400 138 4.7 107 135 4.9 10618 Tetraspan 30 60 700 145 3.9 106 143 3.8 10619 Tetraspan 36 60 450 140 3.7 112 142 3.5 11120 Tetraspan 32 70 300 145 4.7 107 144 4.4 111
50
LAMPIRAN 4
Penghitungan Dengan SPSS
Kelompok
Case Processing Summary
10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
KelompokRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspan
Na_Pre
K_Pre
Cl_Pre
Na_Pos
K_Pos
Cl_Pos
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
51
Descriptives
139.7000 1.06510137.2906
142.1094
139.6111138.5000
11.3443.36815136.00145.00
9.005.75.717 .687
-1.008 1.334139.6000 1.12744137.0496
142.1504
139.5000139.0000
12.7113.56526136.00145.00
9.006.75.521 .687
-1.241 1.3343.9000 .244043.3479
4.4521
3.95564.2000
.596.77172
2.104.702.60.98
-1.528 .6872.633 1.334
4.0600 .221713.5585
4.5615
4.08334.1000
.492.70111
2.705.002.301.10
-.648 .687.089 1.334
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
KelompokRingerfundin
Tetraspan
Ringerfundin
Tetraspan
Na_Pre
K_Pre
Statistic Std. Error
52
Descriptives
3.4300 .233362.9021
3.9579
3.44443.2000
.545.73794
2.004.602.60.98
-.201 .687.641 1.334
4.0100 .244243.4575
4.5625
4.01673.9500
.597.77237
2.605.302.701.05
-.072 .687.314 1.334
105.1000 1.23333102.3100
107.8900
105.0000104.5000
15.2113.90014101.00111.0010.007.50.314 .687
-1.631 1.334108.1000 .75203106.3988
109.8012
108.1111108.0000
5.6562.37814105.00111.00
6.005.00.162 .687
-1.844 1.334
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
KelompokRingerfundin
Tetraspan
Ringerfundin
Tetraspan
K_Pos
Cl_Pos
Statistic Std. Error
53
Tests of Normality
.193 10 .200* .865 10 .088
.173 10 .200* .871 10 .102
.251 10 .073 .855 10 .067.119 10 .200* .963 10 .818.108 10 .200* .991 10 .998.241 10 .103 .908 10 .269.222 10 .175 .927 10 .417.197 10 .200* .902 10 .231.227 10 .153 .924 10 .395.115 10 .200* .986 10 .989.187 10 .200* .880 10 .130.211 10 .200* .858 10 .072
KelompokRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspan
Na_Pre
K_Pre
Cl_Pre
Na_Pos
K_Pos
Cl_Pos
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
54
Descriptives
108.6000 .81921106.7468
110.4532
108.6111108.5000
6.7112.59058104.00113.00
9.003.50-.119 .687.099 1.334
108.2000 .61101106.8178
109.5822
108.1111108.0000
3.7331.93218106.00112.00
6.003.25.804 .687.053 1.334
136.9000 .91226134.8363
138.9637
136.8333136.0000
8.3222.88483133.00142.00
9.005.25.575 .687
-.626 1.334138.7000 1.04403136.3382
141.0618
138.6111138.0000
10.9003.30151135.00144.00
9.006.50.515 .687
-1.227 1.334
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
KelompokRingerfundin
Tetraspan
Ringerfundin
Tetraspan
Cl_Pre
Na_Pos
Statistic Std. Error
55
LAMPIRAN 5
Uji Independen Sampel T Test Antara Kelompok Ringerfundin dan Tetraspan
T-TestGroup Statistics
10 139.7000 3.36815 1.0651010 139.6000 3.56526 1.1274410 3.9000 .77172 .2440410 4.0600 .70111 .2217110 108.6000 2.59058 .8192110 108.2000 1.93218 .6110110 136.9000 2.88483 .9122610 138.7000 3.30151 1.0440310 3.4300 .73794 .2333610 4.0100 .77237 .2442410 105.1000 3.90014 1.2333310 108.1000 2.37814 .75203
KelompokRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspanRingerfundinTetraspan
Na_Pre
K_Pre
Cl_Pre
Na_Pos
K_Pos
Cl_Pos
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
Independent Samples Test
.050 .825 .064 18 .949 .10000 1.55099 -3.15850 3.35850
.064 17.942 .949 .10000 1.55099 -3.15925 3.35925
.041 .842 -.485 18 .633 -.16000 .32971 -.85270 .53270
-.485 17.837 .633 -.16000 .32971 -.85316 .53316
.758 .395 .391 18 .700 .40000 1.02198 -1.74710 2.54710
.391 16.647 .700 .40000 1.02198 -1.75968 2.55968
.330 .573 -1.298 18 .211 -1.80000 1.38644 -4.71281 1.11281
-1.298 17.682 .211 -1.80000 1.38644 -4.71657 1.11657
.006 .940 -1.717 18 .103 -.58000 .33780 -1.28970 .12970
-1.717 17.963 .103 -.58000 .33780 -1.28980 .12980
4.002 .061 -2.077 18 .052 -3.00000 1.44453 -6.03484 .03484
-2.077 14.880 .056 -3.00000 1.44453 -6.08111 .08111
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumed
Na_Pre
K_Pre
Cl_Pre
Na_Pos
K_Pos
Cl_Pos
F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
56
Uji Paired Sampel T Test Pada Kelompok Ringerfundin Sebelum Dan Sesudah Perlakuan
T-Test
Paired Samples Statistics
139.7000 10 3.36815 1.06510136.9000 10 2.88483 .91226
3.9000 10 .77172 .244043.4300 10 .73794 .23336
108.6000 10 2.59058 .81921105.1000 10 3.90014 1.23333
Na_PreNa_Post
Pair1
K_PreK_Post
Pair2
Cl_PreCl_Post
Pair3
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
10 .900 .00010 .833 .00310 .774 .009
Na_Pre & Na_PostPair 1K_Pre & K_PostPair 2Cl_Pre & Cl_PostPair 3
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
2.80000 1.47573 .46667 1.74433 3.85567 6.000 9 .000.47000 .43729 .13828 .15718 .78282 3.399 9 .008
3.50000 2.50555 .79232 1.70764 5.29236 4.417 9 .002
Na_Pre - Na_PostPair 1K_Pre - K_PostPair 2Cl_Pre - Cl_PostPair 3
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
57
Uji Paired Sampel T Test Pada Kelompok Tetraspan Sebelum Dan Sesudah Perlakuan
T-Test
Paired Samples Statistics
139.6000 10 3.56526 1.12744138.7000 10 3.30151 1.04403
4.0600 10 .70111 .221714.0100 10 .77237 .24424
108.2000 10 1.93218 .61101108.1000 10 2.37814 .75203
Na_PreNa_Post
Pair1
K_PreK_Post
Pair2
Cl_PreCl_Post
Pair3
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
10 .876 .00110 .971 .00010 .696 .025
Na_Pre & Na_PostPair 1K_Pre & K_PostPair 2Cl_Pre & Cl_PostPair 3
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
.90000 1.72884 .54671 -.33674 2.13674 1.646 9 .134
.05000 .19003 .06009 -.08594 .18594 .832 9 .427
.10000 1.72884 .54671 -1.13674 1.33674 .183 9 .859
Na_Pre - Na_PostPair 1K_Pre - K_PostPair 2Cl_Pre - Cl_PostPair 3
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
58
59
60
61