99292956 monitoring anesthesia
TRANSCRIPT
MONITORING
Disusun oleh :
1. Ima Aprilia Nurahmi 4151111007
2. Yudha Perwira Putra 4151111018
Penguji :
dr. Djoni Kusumah H P., SpAn
BAGIAN ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Pemantauan mewakili proses dimana anesthesiology mengenali dan mengevaluasi
masalah-masalah fisiologis yang potensial tepat pada waktunya. Istilah ini diturunkan dari
kata monere, yang dalam bahasa latin berarti untuk mrngingatkan, memperingatkan atau
member peringatan. Dalam perawatan perioperatif, pemantauan mengisyaratkan empat segi
penting berikut: observasi dan kewaspadaan, instrumentasi, interpretasi data, dan pemulaan
terapi koreksi bilamana terindikasi.
Pemantauan (monitoring) merupakan aspek penting dari perawatan anesthesia.
Keselamatan pasien terjaga apabila pemantauan yang tepat berjalan lancar dan kesimpulan-
kesimpulan klinis tepat. Pemantauan yang efektif mengurangi kemungkinan outcomes
(akibat) buruk yang bias terjadi setelah anesthesia melalui pengidentifikasian kelainan
sebelum menimbulkan kelainan yang serius atau tidak dapat dirubah. Monitor elektronik
meningkatkan kecakapan dokter untuk memberi respon karena dapat membuat oengukuran
ulang dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan manusia, dan tidak melelahkan dan
menguras tenaga. Alat-alat pemantauan menambah spesifisitas dan ketepatan keputusan-
keputusan klinis. Dalam sejarah anesthesia belum pernah ada praktisi yang memiliki
kapabillitas secara rutin untuk memonitor variable-variabel fisiologis yang begitu banyak
dalam waktu singkat, dan sering non invasive, sebagaimana yang dilakukan kini. Pemahaman
kita tentang efek-efek fisiologis anesthesia dan risiko nya yang tidak dapat diantisipasi
ditingkatkan dengan penggunaan pemantauan fisiologis intra operative yang tepat.
Bab ini membahas metode bagaimana anestesiolog memonitor fungsi organ selama
anesthesia. Deskripsi prinsip teknologi dan ilmiah yang dipakai dalam alat-alat pemantauan
sudah disederhanakan.
Standar untuk pemantauan anestesi dasar sudah ditetapkan oleh American Society of
Anesthesiologist (ASA). Sejak 1986, standar-standar ini sudah menjelaskan evolusi teknologi
dan praktik. Standar sekarang (terakhir diamandemenkan pada 25 Oktober 1995) menegaskan
pentingnya pengukuran regular dan sering. Integrasi keputusan klinis dan pengalaman klinis,
dan potensi keadaan yang meringankan yang dapat mempengaruhi kemampuan dipakai atau
akurasi system pemantauan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin “monere” yang artinya
memperingatkan atau memberi peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan
monitoring terus menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap pemberian obat
anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan
panca indera kita yaitu dengan meraba, melihat atau mendengar dan yang lebih penting serta
obyektif dengan alat. Monitoring anesthesia merupakan suatu standar aplikasi pemeliharaan
anestesi, monitoring menginterprestasikan data klinis yang tersedia untuk membantu
mengenali kegawatan yang terjadi sekarang, yang akan terjadi dan kondisi sistem jaringan
yang tidak menguntungkan. Pada keadaan darurat lebih diutamakan life support, namun
prosedur dalam melakukan pemantauan kompleks dibutuhkan keseimbangan skill antara
pengetahuan dan praktek dalam bidang anestesi. Walaupun kesalahan manusia tidak dapat
dihindari, hal ini menyangkut tentang keamanan dari pasien yang sangat bergantung pada
kewaspadaan dan respons kita terhadap masalah yang potensial.
Dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh tentang prinsip-prinsip anestesi pada saat
pemantauan dan parameter tingkat kesadaran normal dan abnormal pada pasien. Tujuan
dilakukan pemantauan mengurangi resiko insiden dan kegawatan terhadap pasien selama
periode perioperatif dengan mendeteksi konsekuensi dari suatu masalah pada saat anestesi,
ditandai dengan peringatan tanda-tanda pasien gawat.
Tatalaksana pemantauan anestesi pada pasien melibatkan :
1. Hal-hal yang harus dinilai, seperti penilaian keadaan fisiologi (tekanan darah dan
nadi).
2. Hal-hal yang harus diamati, (contoh : observasi pupil)
3. Perencanaan untuk menghindari masalah, seperti pada saat melakukan intubasi dan
ekstubasi saat anestesi
4. Mengambil kesimpulan dari hasil diagnosa
5. Membuat rencana untuk dapat keluar dari masalah.
Pemantauan saat anestesi dikenal menjadi hal yang rutin dilakukan seiring dengan
perkembangan yang pesat di bidang fasilitas klinik, pelatihan dan faktor lain yang
mempengaruhi pasien. Dari perkembangan tersebut menurunkan keterkaitan antara mortalitas
dan morbiditas pada pasien selama periode perioperatif.
Untuk dapat melakukan pemantauan dengan baik selain faktor manusia diperlukan
juga alat-alat pantau agar lebih akurat. Alat pantau berfungsi sebagai pengukur,
menayangkan dan mencatat perubahan-perubahan fisiologis pasien. Walaupun terdapat
banyak alat pantau yang canggih tetapi faktor manusia sangat menentukan sekali karena
sampai saat ini belum ada alat pantau yang dapat menggantikan fungsi manusia untuk
memonitor pasien. Alat pantau perlu dipelihara dengan baik sehingga informasi-informasi
yang didapat dari alat pantau tersebut dapat dipercaya.
Standar minimum yang wajib dilakukan pada pemantauan anestesi tanpa melihat
durasi, lokasi dan tindakan anestesi yang akan dilakukan :
1. Ahli anestesi harus hadir dan merawat pasien selama memimpin anestesi dan
bertanggung jawab terhadap tindakan anestesi pada prosedur operatif
2. Pastikan alat monitoring harus tersambung sebelum dilakukan induksi anestesi dan
penggunaan alat diteruskan sampai pasien pulih dari efek anestesi
3. Pastikan peralatan telah dicek dan alarm terdengar sewajarnya sebelum tindakan
anestesi dilakukan.
4. Melakukan evaluasi secara kontinu terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan
temperatur selama proses anestesi berlangsung
5. Pencatatan ringkasan informasi yang tertera pada alat pemantauan harus dilakukan
pada status durante operatif .
Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa
pasien dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisiologis pasien terhadap
tindakan anestesi dan pembedahan. Tujuan utama monitoring anestesi adalah diagnosa
adanya permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil suatu
tindakan, termasuk efektivitas dan adanya efek tambahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemantauan dasar adalah:
Jantung : Tekanan darah, tekanan nadi dan EKG
EKG : Rate, segmen ST (iskemik), ritme
Respirasi : Tekanan udara, pulse oxymetri, spirometri untuk menentukan VT,
menggunakan stethoscope untuk auskultasi pada pemasangan ventilator.
Temperature
Jumlah Urin : apabila telah terpasang kateter.
Terdapat dua hal yang harus dipantau.
a. Monitoring tanpa alat
Pemeriksaan fisik berdasarkan Look, Listen, Feel.
INFEKSI
1. Kepala :
- Mata :
Pupil isokor/anisokor, anemis/tidak anemis, ikterik/tidak ikterik
- Hidung :
Terdapat deviasi apa tidak, terdapat polip apa tidak, terdapat pembesaran
konka atau tidak
- Mulut :
Gigi (ada tidak gigi goyang, atau menggunakan gigi palsu), lidah (ada tidak
makroglosus), Rahang maju apa tidak.
2. Leher :
- Pembesaran Thyroid, Ada deviasi trachea atau tidak, JVP meningkat /apa
tidak
3. Thorax :
- Peranjakannya sama apa tidak, terdapat jejas apa tidak, hantaran suara sama
apa tidak dikedua belah paru.
4. Ekstremitas ;
Akral dingin atau hangat
TEKANAN DARAH
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tekanan darah :
1. Ventilasi : Ventilasi kendali sedikit menurunkan tekanan darah
2. Posisi : Pada posisi berdiri tekanan darah di lengan lebih rendah dari kaki
3. Usia : Bayi mempunyai tekanan darah sistolik 60mmHg, kemudian makin meningkat
dengan bertambahnya umur.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung dan tak langsung
a. Cara tak langsung (Non Invasif)
Perlengkapan yang digunakan pada teknik tidak langsung antara lain, manset (cuff).
Manometer dan stetoskop. Manset tidak boleh terlalu lebar ataupun terlalu kecil,
karena akan mempengaruhi nilai pembacaan tekanan darah. Kalau manset terlalu kecil
maka nilai tekanan darah yang terbaca akan lebih besar, begitu pula sebaliknya.
Dianjurkan lebar manset 2/3 panjang lengan atau 20% lebih besar dari diameter
lengan. Manometer air raksa merupakan patokan standar, tetapi dapat pula digunakan
manometer aneroid, yang harus lebih dulu dikalibrasi dengan manometer air raksa.
- Metode palpasi
Cuff dipompakan sampai melampaui tekanan sistolik. Kemudian sambil
meraba a.radialis, kuff dikempeskan perlahan-lahan. Tekanan sistolik terbaca
saat a.radialis terasa berdenyut. Tehnik dapat dikombinasi pula dengan
menggunakan monitor nadi.
- Metode “flush”
Biasanya dilakukan pada bayi dan anak-anak. Lengan atas ditinggikan agar
darah turun, kemudian manset dipompakan sampai nadi tidak teraba.
Perlahan-lahan manset dikempeskan lagi sampai lengan berwarna merah. Saat
perubahan warna ini menunjukkan angka tekanan sistolik.
- Metode korotkoff (auskultasi)
Teknik hamper sama dengan cara palpasi, tetapi ditambah penggunaan
stetoskop yang diletakkan sekitar a.brachialis. pada saat bunyi pertama
terdengar, manometer air raksa menunjukkan tekanan sistol dan tekanan
diastole terlihat pada saat bunyi tersebut menghilang.
- Osilotonometer
Pengukuran dengan osilonometer lebih sensitive daripada pengukuran dengan
Korotkoff terutama untuk anak. Alat ini menggunakan manset yang berisi dua
balon karet yang sedikit bertindihan. Kedua balon karet tersebut dihubungkan
secara tersendiri dengan aneroid yang mempunyai tombol (switch). Kedua
Cuff dipompa sampai melewati tekanan systole. Salah satu Cuff dibuka
perlahan-lahan sedangkan Cuff yang distal tetap berhubungan dengan aneroid.
Pada saat jarum aneroid beroskilasi paling kuat, nilai yang terbaca adalah
tekanan sistolis. Tekanan diastolis terbaca pada waktu jarum aneroid mulai
tidak beroskilasi.
b. Cara langsung atau invasive :
Pada cara ini kanul dimasukkan kedalam arteri, misalnya arteri radialis, arteri
brachialis atau arteri dorsalis pedis. Kemudian dihubungkan dengan manometer atau
unit pencatat lain (recording) melalui transduser. Dengan cara ini kita dapat mengukur
tekanan darah secara langsung dan terus menerus. Selain itu setiap saat kita dapat
mengambil contoh darah arteri untuk pemeriksaan gas darah. Monitoring tekanan
darah invasive ini tidak rutin selama anestesi. Tetapi dianjurkan dilakukan pada
pembedahan jantung terbuka, tindakan anestesi dengan hipotensi buatan.
Hipertensi
Bisa disebabkan karena overload cairan atau anestesi yang kurang dalam
Hipotensi
Bila terjadi perdarahan atau anestesi yang kurang dalam. Untuk mengatasinya bias
diberikan Ephedrin yang diencerkan dalam 5-10ml persen salin dan diberikan dalam
bolus kecil (5-10mg) hingga 30mg IV, obat ini bias diberikan untuk mengatasi efek
hipotensi setelah anestesi spinal atau epidural.
NADI
Monitoring frekuensi dan ritme nadi dapat dilakukan dengan mudah misalnya dengan
meraba a,temporalis, a,radialis, a.femoralis, a.carotis. Bunyi jantung pun dapat
didengarkan melalui stetoskop prekordium atau esophagus.
- Nadi yang tidak cepat, kuat, dan teratur biasanya tanda normovolemia
- Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia
- Nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung
- Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri pertanda diperlukannya resusitasi
segera
RESPIRASI
Respirasi harus dimonitor dengan teliti, melalui dengan cara-cara yang sederhana
(tanpa alat) sampai dengan monitor yang menggunakan alat-alat yang mutakhir.
Pernafasan dinilai dari jenis nafasnya, apakah torakal atau abdominal, apakah ada nifas
paradoksal, apakah ada retraksi interkostal atau supraklavikula. Harus pula segera
diketahui jika ada komplikasi system pernafasan seperti spasme laring, ronkhi dsb.
Monitoring respirasi tanpa alat dapat dilakukan dengan inspeksi sehingga kita dapat
mengawasi pasien secara langsung gerakan dada perut baik pada saat bernafas spontan
atau dengan nafas kendali dan gerakan kantong cadang apakah sinkron. Untuk oksigenasi
warna mukosa bibir, kuku pada ujung jari dan darah pada luka bedah apakah pucat,
kebiruan atau merah muda.
SUHU
Tubuh tidak mampu mempertahankan suhu. Obat anestesi mendepresi pusat pengatur
suhu (susunan saraf pusat), sehingga mudah turun naik dengan suhu lingkungan dan teknik
anestesi yang diberikan. Monitoring suhu jarang dilakukan selama pembesahan, kecuali
pada bayi/anak-anak, pasien demam, dan tehnik anestesi dengan hipothermi buatan.
b. Monitoring dengan alat
Hal ini telah menjadi standar minimal dalam pemantauan anestesi yaitu untuk
memastikan peralatan sebelum dilakukan tindakan anestesi sampai pulih, antara lain :
1. Suplai oksigen telah tersambung dengan benar
2. Sistem pernapasan, meliputi reservoir bag perlu dicek karena mudah robek atau
bocor dan mudah terlepas saat tekanan tinggi
3. Vapour analyser, mudah menguap apabila tidak tersambung rapat dan benar.
4. Peralatan infus, telah terpasang dengan benar dan aman
5. Alarm, telah tersetting dengan benar dan dapat didengar
ELEKTROKARDIOGRAFI
Dilakukan untuk memonitor perubahan frekuensi dan ritme jantung serta sistim
konduksi jantung. Perlu atau tidaknya pemeriksaan ini tergantung kelainan jantung pasien
dan sarana yang tersedia.
RESPIRASI
1. Respirometer
Kita dapat memonitor volume tidal pernafasan, volume semenit, dan kapasitas vital
2. Pulse Oxymetri
Dengan alat ini dapat diketahui konsentrasi oksigen yang ada dalam sirkuit anestesi
3. Kapnometri
Mengetahui presentase gas CO2 di dalam udara ekspirasi
4. Analisa gas darah (Astrup)
Memonitor parsial oksigen, tekanan parsial karbon, saturasi oksigen, dan pH darah
PRODUKSI URIN
Untuk memonitoring, input serta output dari cairan yang diberikan, dengan
menggunakan kateter.
BAB III
KESIMPULAN
MONITORING TANPA ALAT
1. Pemeriksaan fisik (inspeksi head to toe)
2. Tekanan darah
- Cara tidak langsung (non invasive)
- Cara langsung (invasive)
3. Nadi
4. Respirasi
5. Suhu
MONITORING DENGAN ALAT
1. Elektrokardiografi
2. Respirasi dengan alat : Repirometer, Pulse Oxymetri, Kapnometri, Analisa gas darah
monitor (Astrup)
3. Kateter