82038186

Upload: ari-melya-saraswati

Post on 17-Jul-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Berk. PeneL Hayati: HaL 81-84 2003

FuNGSI MODEL HlDRODlNAMlKA ESTUARl DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE (STUD1 KASUS PENCEMARAN MINYAK Dl ESTUARl SUNGAI DONAN CILACAP)R Soedradjad Laooratorlum Ekologi Tanaman Fakulras Pertanian Univers tas Jember e-mail: [email protected]

ABSTRACTA major aspect of mangrove ecosystem management in Donan River Estuary Cilacap Central Java involves the modeling of water quality changes. Water quality monitoring between in 1977-2000 so that pollations occurred in Estuary Donan River, especially some of oilcompourtds.In this work, the applications ofhydrodyna~nics specific to the modeling ofoil is dentonstrated using a one-dimensional depth-integrated transport model of Estuary Donan River. A major assuntptiorts for numerical solution of the model equation is ( I ) Estuary Dorton river has been classified by well-mixed estuary, ( 2 )the generatingforce of waterflows is the tidal force and horizontal variation ofpresswe, and (3)the concentratiort ofpollutantspresent as average-local concentration. The developing model is the nonsteady transport model is solvednrmterically.'Iherrtodelshnulatesfor 24 hours rearonably accurately the horizontal andtidal distribution of oil in the estuary Donaft River. Transport of oilpollutanl in Estuary Donnu Riversignificantly influence by tidal moving with advective of mechanism and the fnorpl~ology Estuary Donan River. The model has potential for the more general diagnosis and predicting of oil pollr~tant moving in Estuary Donan River.

Key words: model hydrodynontic, estuary, mangrove, oil, Donan River, Indonesia

PENDAHULUANEkosistem mangrove merupakan habitat yang mempunyai.tingkat kepekaan relatif tinggi terhadap pencemaran minyak. Ekosistem mangrovejuga mempunyai indek kerentanan yang paling tinggi terhadap pencemaran minyak dibandingkan dengan jenis-jenis ekosistem pantai yang lain. Minyak merupakan pencemar yang mempunyai potensi merusak ekosistem mangrove dan habitathabitatnya, dan kerusakan ini bersifat jangka panjang. Walaupun minyak di daerah tropika terurai lebih cepat, tetapi jika terbenam secara cepat di bawah sistem pada ekosistem mangrove, diduga akan tetap tidak terurai selama puluhan tahun di dalam lumpur yang halus (McLusky, 1981; Clark, 1986; Thorhaug, 1992). Ekosistem mangrove di Cilacap merupakan salah satu hutan di P. Jawa yang masih ada sampai saat ini. Ekosistem mangrove tersebut mempunyai peranan penting, diantaranya (I) sebagai pelindung alami melawan gerak pasang surut dan gelombang laut, (2) sebagai gene-bank flora dan fauna, (3) sebagai sumber bioenergi, dan (4) dapat terproduksi ikan maupun udang dalam jumlah yang relatif tinggi (Mason, 1991; Soedradjad, 2000). Namun, luasan ekosistem di Cilacap sejak tahun 1980 (24.000 ha) telah berkurang secara drastis (9.000 ha, 2000),

demikian pula produksi ikan dan udang, sehingga banyak petani ikan dan udang yang telah beralih profesi menjadi pekerja di sektor industri (Soedradjad, 2000). Salah satu penyebab menurunnya h a s dan fungsi ekosistem mangrove di Cilacap, utamanya di estuari S. Donau, adalah kegiatan industri, yang meliputi kilang minyak, pupuk, semen dan pembangkit listrik (power plant). Kegiatan tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak, baik yang berlangsung dalam waktu singkat maupun dalam jangka lama. Hasil pemantauan kualitas air yang dilakukan pada tahun 1988 sampai 2000 menunjukkan bahwa pencemaran sudah terjadi di S. Donan, terutama pencemar minyak (Hardjosuwarno, dkk., 1988; Suryowinoto, dkk., 1988; Soedradjad, 2000). Hasil penelitian Soedradjad (2000) menunjukkan kandungan minyak di permukaan air S. Donan = 6,6 ppm sementara baku mutu kurang dari 5,O ppm (KepmenKLH No.: 02lMenKLHl1988). Beban pencemar minyak rerata yang dibuang ke S. Donan, paling besar berasal dari buangan limbah cair kegiatan kilang minyak, yaitu 187,136 kgljam dengan debit 10,502 m3ldetik dan konsentrasi 5,O m a (Soedradjad, 2000). Data tersebut digunakan sebagai acuan status pencemaran di S. Donan, karena sampai saat ini data status pencemaran belum tersedia untuk setiap wilayah perairan Indonesia (Dahuri, dkk., 1996).

82

Fungsi Model Hidrodinamika Estuari TNI-AL (edisi 2001). Data pasang surut bulan April dan Mei 2001 diperoleh dari Ramalan Pasang Surut untuk Kepulauan Indonesia yang dibuat oleh DISHIDROS TNIAL (edisi 2001). Kecepatan aliran S. Donan saat surut menuju ke pasang dihitung dengan menggunakan persamaan:

Pencemaran tersebut apabila tidak ditangani, diduga dalam jangka panjang S . Donan dapat mengalami pencemaran yang kronis, sebab proses fisik (pengadukan, pengenceran, dan pengendapan) yang terjadi akan mempengaruhi kualitas air dari suatu waktu ke waktu yang lain (Guzman, dkk., 1991). Pencemaran kronis dapat dihindari apabila dalam pengelolaannya digunakan perangkat penduga yang baik untuk pemantauan, sehingga dapat dijadikan dasar dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan secara rasional dan berkesinambungan (Hardjowigeno dan suhardjono, 1999). Minyak yang mencapai ekosistem mangrove sangat sulit untuk dikeloladan sangat merusak sehinggadiperlukan alat penduga pencemaran yang baik untuk melindungi ekosistem tersebut secara fisik. Dengan alat penduga yang baik, misalnya dengan model hidrodinamika perairan, diharapkan proses perencanaan dan ~ e n ~ a m b i l a n keputusan dalam pengelolaan ekosistem mangrove dapat diambil secara cepat dan tepat. METODOLOGI Lokasi Penelitian d a n Karakteristiknya Penelitian mengambil kasus pencemaran minyak di S. Donan, Cilacap dengan batas Barat adalah Segara Anakan, batas Selatan adalah Pulau Nusakambangan, dan batas Timur adalah Teluk Penyu. Sirkulasi air di S. Donan dipengaruhi oleh pasang surut dan bentuk geomorfologi perairan. Kecepatan arus permukaan S. Donan pada saat musiin Timur antara 0,28-0,93 mldt dengan arah ke Selatan, sedangkan pada musim Barat berkecepatan antara 0,07-0.20 mldt dengan arah yang tidak teratur (Ali. dkk.. 1994). Sungai Donan mempunyai karakteristik khas, yakni (1) merupakan lingkungan estuari dengan kadar salinitas berkisar antara 26,8-32,l0lw; (2) lebih banyak dipengaruhi oleh pasang surut laut daripada oleh angin; (3) tipe pasang surutnya merupakan tipe pasang surut ganda campuran dengan komponen setengah hariannya masih dominan (bilangan Fonnzahl= 0,43); (4) amplitudo komponen pawt ganda utama dipengaruhi secara dominan oleh gaya tarik bulan (M2) dengan periode gelombang 12,4 jam dan aplitudo harian sebesar 0,5 m, dan (5) gerakan aliran air S. Donan ke arah laut terhalang oleh Pulau Nusakambangan (Dahuri, dkk., 1996; Guzman, dkk., 1991; Thouhaug, 1992). M e t o d e P e n g u m p u l a n Data Data debit sungai ditentukan berdasarkan hitungan analitik mengnunakan neta batimetri oerairan S. Donan -skala 1 : 15.000 yang dibuat oleh Dinas Hidrooseanografi

dengan: Q, = debit rerata sungai (613,287 mVdetik), Dy = lebar sungai yang ditinjau (150 m), h = kedalaman rerata sungai (9,23 m). Sedangkan kecepatan aliran S. Donan pasang menuju ke surut dihitung dengan menggunakan persamaan:

dengan: h = amplitudo pasang surut (0,50 m), g = akselerasi gravitasi bumi (= 9,81 mzldetik), h = kedalaman rerata sungai (9,23 m). . Data konsentrasi pencemar minyak diperoleh dengan melakukan pengamatan sepanjang S. Donan dengan titik pengamatan sejumlah sembilan titik (Gambar 1) yang ditentukan berdasarkan kondisi geomorfologi S. Donan. Pengambilan contoh air dilakukan pada saat pasang (10.00 WIB) dan pada saat surut (16.00 WIB) dimulai di titik ke-3 secara komposit. Kadar minyak total (mg/L) dianalisis dengan metode pemisahan secara gravimetri mengikuti prosedur Standard Method No. 5520 B. Data pendukung, terdiri dari suhu air (" C), pH, total partikel tersuspensi (mgL), salinitas (OI,), DO (mgL), BOD5 (mg/L) dan COD (mgL), yang masingmasing dianalisis dengan metode dan peralatan berdasarkan Standard Metl~ods edisi 1995.

Gambar I . LokasiTitik Pengamatan di S. Donan

R Soedradjad

83

Deskripsi Model Transpor ~sumsi-Asumsi untuk membangun model transpor Model matematika numerik transpor pencemar minyak dapat dirurnuskan dan disederhanakan dengan beberapa asumsi (Greenspan, 1974; McDowell dan O'Connor, 1977; Ramming dan Kowalok, 1980; Schnoor, 1996; Van-Rijn, 1990; James dan Elliot, 1993), bahwa S. Donan: termasuk ~erairan a n-~ k a (ratio h/L < 0.05). panjang d l ~-~ S. Donan yang ditinjau 6500 meter, kedalaman konstan 9,23 m, lebarsungai yang ditinjau konstan (150 m), dan debit sungai konstan pada 613,287 m3/detik. termasuk estuari yang pergerakan alirannya dibangkitkan oleh gerakan pasang surut tanpa gesekan, karena u < C,, . variasi komponen aliran utamanya adalah komponen horisontal yang digerakkan oleh mekanisme adveksi (nilai P, = 3.12 > I), sehingga suku yang ditinjau dalam persamaan transpor banya suku adveksi. air sungai dianggap tidak mampat (incompressible fluid). kemiringan dasar sungai dianggap kecil sehingga harga tangen atau sinus kemiringan dasar sungai dianggap sama dengan nilai kemiringan permukaan air. tekanan air yang bekerja pada potongan melintang sungai adalah tekanan hidrostatis, artinya komponen gerak dalam arah vertikal tidak mempengaruhi distribusi tekanan. konsedtrasi pencemar diwakili oleh konsentrasi rerata lokal, karena minyak mempunyai daya apung yang kuat. Konsentrasi pencemar yang digunakan untuk nilai awal simulasi adalah konsentrasi campuran. Desain ModelModel persamaan transpor yang digunakan adalah skema numerik beda hingga eksplisit dengan metode upwind (Greenspan, 1974). Untuk memenuhi kriteria stabilitas CFL. maka digunakan langkah waktu sebesar 50 detik dan langkah jarak sebesar 500 m. Untuk memperoleh penyelesaian numerik persamaan transpor ditentukan syarat batas dan syarat awal, yaitu: 1) Syarat batas terbuka diberikan pada sisi hilir dan hulu Sungai Donan, yaitu - = 0 at 2) Syarat batas tertutup- = 0 yang menyatakan bahwa an harga konsentrasi pcncemar pada sel reflektif sama dengan harga konsentrasi pencemar di sebelah dalamnya.

3) Syarat awal diberikan dengan asumsi konsentrasi pencemar dari kegiatan kilang minyak telah tersebar merata, sehingga nilai awal konsentrasi pencemar di S. Donan adalah konsentrasi campuran, sedangkan konsentrasi pada semua sel selain sel pada titik sumber adalah sama dengan no]. Konstanta-konstanta yangdimasukkan kedalam model adalah T = 1728 detik, Dt = 5 0 detik, Dx = 500 m, Dy = 150 m, L = 6500 m, Q, = 613,287 m'ldetik, Q, = 10,502 m'ldetik, jumlah grid = 13, kecepatan aliran saat pasang menuju surut = 0,5155 mldetikdan kecepatan aliran saat surut menuju pasang = 0,4430 mldetik, dengan titik yang ditinjau adalah titik pengamatan ke-3 dan ke-6. Model transpor disimulasikan selama 24 jam.

Hasil simulasi untuk pencemar minyak pada saat pasang menuju surut maupun saat surut menuju pasang tersaji dalam Gambar 2 dan Gambar 3. Sedangkan h a d simulasi pada titik pengamatan di mana terdapat nilai konsentrasi pencemar yang ekstrem (titik ke-3 dan ke-6), saat pasang menuju sumt maupun saat surut menuju pasang tersaji pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 2. Sirnulasi Konsentrasi Minyak Saat Pasang menuju Surut selarna 14400 detik (dt = 50 detik, i = 288, C,, = 4,2135 mglL, U, = 0.5155 rnldetik)

ac

ac

WakUiBmI

Gambar 3. Sirnulasi Konsentrasi Minyak Saat Surut rnenuju Pasang selama 14400 detik (dt = 50 detik, i = 288, C = 6,5239 , mg1L. U, = 0.443 rnldetik)

Fungsi Model Hidl pasang). Konsentrasi minyak menurun secara rerata sebesar 95% pada simulasi saat pasang menuju surut dan menurun sebesar 91% pada simulasi saat surut menuju pasang. Namun, hasil pengamatan konsentrasi pencemar minyak di lapangan, terutama pada titik ke-3 dan ke-6 menunjukkan bahwa konsentrasi pencemar jauh di atas konsentrasi hasil simulasi. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh: I) Pengaruh osilasi pasang surut selama 24 jam sehingga pencemar kembali ke arah h u h dengan waktu balik (replacernent time) sebesar 4.69 jam atau 8092 m dari titik ke-9 dengan kecepatan 0,5155 mldetik. Dengan demikian jarak baliknya melebihi panjang sungai yang dimodelkan. Hasil pengamatan di lapangan mendukung fenomena tersebut, sebab konsentrasi minyak rerata pada titik ke-l dan ke-2 sebesar 2,70 dan 3,13 m g L saat pasang serta 4,68 dan 5,05 m g L saat surut. 2) Pengaruh hambatan fisik P. Nusakambangan diduga juga berperanan besar dalam kembalinya konsentrasi kedua zat pencemar ke arah h u h . Hambatan fisik tersebut akan mempercepat waktu balik konsentrasi kedua zat pencemar k e arah h u h sehingga akan menambah konsentrasi pada titik-titik pengamatan, terutama pada titik pengamatan ke-6. Hasil simulasi selama sembilan jam menunjukkan bahwa konsentrasi pencemar minyak telah sama dengan nol. Dengan memperhatikan waktu bilas sebesar 9,65 jam dan waktu balik sebesar 4,69jam, maka dapat diperkirakan bahwa pencemar minyak akan terbilas ke laut minimal setelah terjadi dua kali osilasi (48 jam). Namun dengan adanya pengaruh pasang surut yang kuat dan pengaruh hamhatan fisik Pulau Nusakambangan, maka pencemar minyak akan terbilas lebih lama. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan konsentrasi di lapangan yang hasilnya lebih tinggi dari konsentrasi hasil simulasi. Schnoor (1996) juga menyatakan bahwa massa pencemar kimia organik di estuari akan berkurang setelah minimal empat kali osilasi dan selanjutnya akan di transpor ke arah laut. Kondisi demikian diperparah dengan buangan limbah dari kegiatan kilang minyak yang dilakukan secara terusmenerus, sehingga diduga daya asimilasi S. Donan menjadi kurang mampu untuk membilas pencemar minyak. Hasilhasil penelitian yang dikutip oleh Schnoor (1996) menunjukkan bahwa sebenarnya sungai alami mampu mengasimilasi (terutama transformasi biologis) zat kimia organik yang terserap dalam partikel tersuspensi. Konsentrasi minyak hasil pengamatan yang berbeda dengan hasil simulasi di titik ke-3 dan titik ke-6 diduga disebabkan oleh:

Garnbar 4. Sirnulasi Konsentrasi Minyak di litik ke-3 Saat Pasang menuju Surut selarna 8640 detik (dt = 50 detik, i = 173.C = , , 4,2135mg/L)

Garnbar 5. Simulasi Konsentrasi Minyak di litik ke-6 Saat Pasang menuju Surut selarna 8640 detik (dt = 50 detik, i = 173.C,, = 4,2135mglL)

Pola transpor pencemar minyak setelah disimulasikan selama empat jam pada saat pasang maupun surut secara kualjtatif menunjukkan pola yang sama. Kesamaan pola tersebut diduga disebabkan: 1) Kecepatan aliran S. Donan dibangkitkan oleh gerakan pasang surut campuran dengan tipe ganda lebih dominan yang hersifat deterministik. 2) Transpor pencemar hanya digerakkan oleh mekanisme adveksi, terutama dalam bentuk terserap partikel tersuspensi.

PEMBAHASANHasil simulasi konsentrasi pencemar minyak selama 14400detik saat mukaair pasang menuju s u m (Up= 0,s 155 mldetik) menunjukkan bahwa pencemar telah terbawa adveksi sepanjang 7423 m dari titik ke-3. Sedangkan simulasi pada saat muka air surut menuju pasang (U, = 0,443 mldetik) menunjukkan bahwa kedua pencemar telah terbawa adveksi sepanjang 6379 m dari titik ke-3. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi pencemar minyak cukup nyata, sebab pada titik ke-9 konsentrasi minyak menjadi 0,2214 m g L (simulasi pasang ke surut) dan 0,6208 mg/L (simulasi surut ke

R Soedradjad

85

proses biodegradasi yang lambat. sebab hasil sampingan pengolahan minyak bumi diantaranya &lah zat yang sangat beracun bagi mikroorganisme. misalnya senyawa fenol yang diduga akan hersenyawa dengan ion CI membentuk penmcldorophotol dan trichloropkcnol yang juga bersifat sangat racun bagi biota air serta bersifat stabil. Proses penguapan yang berjalan lamhat sebab laju penguapan berbanding lurus dengan laju reaerasi. sedangkan reaerasi di S. Donan diduga berjalan lambat (DO pada titik ke-3 hanya sebesar 5,33 mglL dan untuk titik ke-6 sebesar 5.10 mgL). Minyak yang terserap dalam partikel tersuspensi dapat mengbalangi cahaya matahari dan transfer oksigen, sehingga dapat mengakibatkan penguapan fenol menjadi terhambat serta kematian mikroorganisme dan tumbuhan air lain. Kematian biota air menyebabkan siklus nutrien maupun oksigen terputus dan akibatnya populasi mikroorganisme menurun sehingga proses biodegradasi minyak dan fenol menjadi terhambat. 3) KandunganCOD rerata yang tinggi (193,75 mglL untuk titik ke-3 dan 74,25 mg/L untuk titik ke-6), sebab titik ke-3 merupakan titik di mana ouilct buangan limbah dari kegiatan kilang minyak berada, sedangkan titik ke-6 tepat berada pada balikan aliran karena hambatan fisik P. Nusakambangan. 4) Laju hidrolisis zat pencemar minyak di kedua titik tersebut diduga juga berjalan lamhat karena selain DO-nya rendah juga p H rerata,di kedua titik sekitar netral(7,7) sehingga laju hidrolisis menjadi rendah. Dipandang dari sudut pemodelan, penyimpangan antara konsentrasi minyak hasil simulasi dan hasil pengamatan di lapangan dapat pula disebabkan oleh keterbatasan model transpor yang digunakan akibat asumsi yang diterapkan. Ekosistem estuari walaupun mempunyai kemampuan pemulihan alami yang luar biasa setelah mengalami gangguan, namun apabila karakter dasar, seperti siklus nutrien, yang mendukung formasi ekosistem mangrove tersebut tidak terpelihara maka hutan mangrove akan rusak. Ekosistem estuari S. Donan diduga telah menurun daya pemuliban alaminya yang ditunjukkan oleh adanya penyimpangan antara konsentrasi zat pencemar minyak hasil simulasi dengan hasil pengamatan di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upay a untuk mengurangi beban pembuangan limbah dari kegiatan pengilangan minyak. Beban pembuangan limbah dapat dikurangi dengan cara mengoptimalkan proses produksi dan proses pengolahan

limbah atau dengan menerapkan pembuangan limbah secara berkala dengan menyesuaikan daya asimilasi alami S. Donan. Pencemar minyak walaupun seluruhnya dapat didegradasi oleh mikroorganisme, namun apabila habitatnya tidak mendukung bagi hidup dan pertumbuhannya maka pencemar minyak dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena senyawa minyak yang berantai panjang dan yang mempunyai berat molekul tinggi, seperti tar, dapat terakumulasi di dasar sungai dan sangat lambat terdegradasi. Minyak yang terakumulasi di lumpur dasar sungai dapat mematikan vegetasi mangrove karena akar tunjang dan akar nafasnya tertutup oleh lumpur berminyak sehingga transfer oksigen terhaiangi. Hasil pengamatan Tim Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menunjukkan bahwa kadar minyak di lumpur mencapai 12,077 mg/kg lumpur selama setahun atau 0,04 m g k g lumpur selama satu siklus pasang s u m (24 jam). Senyawa minyak yang berantai karbon dan b e r b o h t molekul sedang akan terserap oleh partikel tersuspensi dan keberadaannyadi permukaan air dapat menghalangi cahaya matahari dan transfer oksigen, sehingga biota di ekosistem mangrove akan kekurangan oksigen dan mati. Sedangkan senyawa miny ak yang berantai karbon pendek dan berbobot molekul rendah akan menguap. Berdasarkan analisis simulasi yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model matematika numerik transpor pencemar yang dibangun dan disimulasikan selama 24 jam dapat diterapkan untuk mengetahui pola transpor pencemar minyak di S. Donan. Dengan demikian model tersehut dapat digunakan sebagai alat pemantau pencemaran minyak yang terkait dengan pengelolaan ekosistem mangrove.

DAFTAR PUSTAKAAli M, DKMihardja,danS Hadi, 1994. Pasartgsurutlaut. lnstitut Teknologi Bandung, Bandung, V.1-V.13. Clark R B , 1986. Marine pollution. Fiwt ~ d i t i b n .Oxford Universiv Press, New York, 1-127. Dahuri R, I Rais, SP Ginting, dan MJ Sitepu, 1996. Pengelolaan wilayah pesisir dan larctan secara lerpadu. PT. Pradnya Panmita. Jakarta, 126-198. merhods b pl~ysysicsartd r Greenspan D. 1974. Discrete ~rrmrericalengineering. Mafkernatics in science and ertgineeritrg.

Volume 107. Academic Press, New York, 69-274. Guzrnan HM, JBC Jackson, and E Weil, 1991. Short-tcrm ecological consequences of a major oil spill on panamian subtidal reef corals. Coral Reefs (10): 1-12.

86

Fungs~Mdel Hidrodinamika Estuan Ramming HG and Z Kowalok, 1980. The application of the equations. In: Numerical modelling o f marine hydrodinamics: Aplication todynamic physical processes. Elsevier Oceanography Series No. 26, New York, 287-321 Schnoor JL. 1996. Enviro~m~ental modelling: Fate and transport of pollutants in water, air, and soil. John Wiley & Sons, Inc.. New York. 35-92. di Soedradjad R, 2000. Kadarpencemar ntinyak darrfer~ol estuari sungai donarr, Cilacap. Laporan Penelitian. Universitas Jember, Jember, 44-58. Suryowinoto M, S Hardjosuwarno S, dan J Subagja, 1988. Pemantauan lingk~ingan perairan sringai donan sekitar kilang minyak unit pengolahan IV Cilacap. Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 25-58. Thorhaug A, 1992. Oil Spills in the Tropics and Subtropics, h ~ : Connell DW, andDW Hawker. (Eds). Pollution in Tropical Aquatic Systems. CRC Press, Florida, 99-127. Van-Rijn LC, 1990. Principles offluidflow and surface water in rivers, estuaries, seas, and oceans. Aqrra Publication, Amsterdam, 28-235. Editor: Noer Moehammadi

Hardjosuwamo S, HSDTanjung, A Sukahar, A Pudjoarianro. dan M Nasir, 1988. Monitoring ekologi daerah mangrove perairan donan-semprotan Cilacap. Jawa Tengah Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakana. 13-71. Hardjowigeno S dan Suhardjono. 1999. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan ekosistem mangrove dolarn Soemidihardjo S, K Romimohtarto. dan Suhardjono, 1999. Prosiding Seminar VI Ekosistem Mangrove di Pekanbaru 15-18 September 1998. 19-32. James A and DJElliott. 1993. Modelsofwater quality in estuaries. dalam James A. (Ed.). An lntrodrcction to Water Quality Modelling. Second Edition. John Wiley & Sons. New York. 183-231. MasonCF, 1991. Biological offreshwater pollufion. 2'* Edition. John Wiley & Sons, Inc.. New York, 209-217. McDowell DM and BA O'Connor, 1977. Hydroulic behavior n/ estuaries. The Macmillan Press, Ltd.. London. 30-47. Mclusky DS. 1981. Theestuaries ecosystem. Blackie & Son. Ltd. Glasgow. 114-131.