81458818-bph(4)
DESCRIPTION
sipTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada
pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebe-
narnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan
sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar
70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia
di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang
menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembe-
saran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan ter-
jadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet ob-
struction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat
disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat
menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-babkan
komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary
tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi
(storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pan-
caran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas se-
habis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan
LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan
sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang
diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada
dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis
yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hor-
mon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan
diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-
faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth
factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya prolif-
erasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein
1
growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal
sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.
Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komp-
likasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di In-
donesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama
karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun
demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien
BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata
berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan
benar.
1.2 BATASAN MASALAH
Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala
pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan
ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.
1.3 TUJUAN PENULISAN
Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:
- Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.
- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Malang.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. AR
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Banjarlor 03/07 No.342, Kromengan Malang
Pekerjaan : Petani (pekerja sawah)
Pendidikan : tamat SD
Agama : Islam
St.Perkawinan: Menikah
Suku : Jawa
Tgl. Berobat : 25 Oktober 2011
No. Register :
2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama:
Susah BAK sejak ± 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien
juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan
mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan
kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti. Sebelumnya pasien juga
merasakan anyang-anyangen, pasien menceritakan bahwa dirinya sering berkali-
kali ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air kecil akan tetapi saat di
kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu
pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan ke kamar mandi untuk
buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke PKM dan dipasang
kateter. Jika kateter dilepas, pasien susah BAK. Pasien tidak merasakan pusing,
mual, muntah, BAB (+) normal, tidah dirasa nyeripada daerah tertentu, kencing
3
darah (-) , Panas (-), pinggang terasa sakit, kadang-kadang batuk.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.
tidak ada riwayat kencing keluar batu.
- Diabetes Melitus : disangkal
- Hipertensi : disangkal
- Alergi : disangkal
- Batuk lama : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
- Diabetes Melitus : Tidak diketahui
- Hipertensi : Tidak diketahui
- Alergi : Tidak diketahui
Riwayat Kebiasaan
- Makan : 3 x sehari.
- Minum air putih : Jarang.
- Rokok : (+)
- Alkohol : (-)
- Obat tanpa resep dokter : (-)
- Jamu : (-)
- Olahraga : (-)
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan
cukup.
Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, isi cukup
4
Pernafasan : 20x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-)
Suhu : 36,7o C
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna putih beruban, distribusi merata
Mata
Sklera Ikterik : -/-
Conjuctiva Anemis : -/-
Telinga
Bentuk : normotia
Secret : -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret : -/-
Mulut dan tenggorokan
Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis
Tonsil : T1/T1
Pharing : tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis, defence muskular
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal
5
Status lokalisata
Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani
mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat
kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak
teraba, tidak berbenjol-benjol.
2.3 RESUME
Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan. Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang
harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama
dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti.
Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen. Pasien menceritakan
bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air
kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa
kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan
kekamar mandi untuk buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke
PKM dan dipasang kateter
Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol.
2.4 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Pembesaran prostat jinak (BPH)
Diagnosis Banding
karsinoma prostat, Neurogenic bladder, Acute prostatitis.
Dasar Diagnosis
- Anamnesa : sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air
kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan
6
- Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi tidak
puas, Terminal dribbling, disuria.
- IPSS (International Prostate Symptom Score)
Dalam 1 bulan terakhir
Tidak pernah
Kurang dari
sekali dalam lima hari
Kurang dari
setengah
Kadang-kadang (sekitar 50%)
Lebih dari
setengah
Hampir selalu
Skor
1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?
0 1 2 3 4 5 5
2. Seberapa sering Anda harus kembali kenc-ing dalam waktu ku-rang dari 2 jam sete-lah selesai kencing?
0 1 2 3 4 5 3
3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terpu-tus-putus?
0 1 2 3 4 54
4. Seberapa sering tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?
0 1 2 3 4 54
5. Seberapa sering pan-caran kencing Anda lemah?
0 1 2 3 4 5 4
6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk mulai kencing?
0 1 2 3 4 54
7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?
0 1 2 3 4 53
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27
Senang sekali
SenangPada
umumnya Puas
Biasa saja
Pada umumnya
tidak puas
Tidak bahagia
Buruk sekali
Seandainya Anda harus √
7
enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda?
- Pemeriksaan dalam : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,
ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak
simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol.
2.5 DISKUSI
Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran
prostat jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis
tersebut berdasarkan anamnesa adalah sejak ± 1 bulan yang lalu pasien
merasakan susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus
disertai dengan mengedan dan juga pada pasien didapatkan Hesitansi (susah
memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti
dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal dribbling (menetes setelah
miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing). Pemeriksaan dalam
didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum
tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan
(-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di kategorikan
berat karena skor IPSS = 27
Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat, Neurogenic
bladder, Acute prostatitis.
Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
anamnesa dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa
susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan
untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang
pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan
disingkirkan dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya
didapatkan konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara
lobus prostat tidak simetri.
Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
8
anamnesa dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah
dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali.
keluha lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil
15 menit yang lalu. akan tetapi disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic
bladder bisa terjadi akibat Penyakit, Cedera, Cacat bawaan
pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke
kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih
maupun keduanya, dan itu tidak di dapatkan pada pasien
tersebut.
Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
dari pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar
kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil
hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk
buang air kecil, akan tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada
acute prostatitis sering sering menggigil, demam, sakit di punggung bawah
dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya infeksi
saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih
dan bakteri dalam urin).
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG prostat tanggal 25 April 2011
Hepar : dbn
Lien : dbn
Ren Dx : besar normal, PCS melebar, batu (-)
Ren Sin : besar normal, PCS tak melebar, batu (-)
V U : dinding irregular, endapan (+), batu (-)
Prostat : membesar, permukaan rata, klasifikasi (-), uk 4,73x3,63x4,72 cm
Kesan : Pembesaran kelenjar prostat, Cystitis
2.7 PENATALAKSANAAN
Non operatif
9
Non medikamentosa
KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi
atau alcohol Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-
buli (kopi, coklat), Kurangi makanan pedas atau asin, Jangan
menahan kencing terlalu lama
Medikamentosa
Per oral
Cefotaxim 3x1
Kalnec 3x1
Ketorolac 3x1
Operatif
Pro operasi (prostatektomi)
10
BAB III
PEMBAHASAN BPH
3.1 PENDAHULUAN
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembe-
saran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini mem-
buntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli.1
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini aki-
bat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4
Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan
prostat yang mengalami pembesaran Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi
kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral,
zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Sebagian
besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertum-
buhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6
3.2 ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
11
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara
pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa
hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat:1
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testos-
teron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit
aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT ini-
lah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk
mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. 1
NADPH NADP
Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim
5 α – reduktase1
Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah reseptor
androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi
lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi diband-
ingkan dengan prostat normal.1
12
Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat8
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan
kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat ter-
hadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen
dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa pro-
stat menjadi lebih besar.1
13
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju prolif-
erasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apopto-
sis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat se-
hingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen
berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kas-
trasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk
sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mem-
punyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung
pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),
menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada
BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1
Patofisiologi Hiperplasia Prostat
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra
pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya
tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkon-
traksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan
anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut
14
dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Uri-
nary Tract Symptoms(LUTS).1
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesik-
oureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis
bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1
3.3 Manifestasi Klinis
Anamnesa
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada
akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun
manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang
menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.
Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, inter-
mitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri
dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi
urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri
oleh pasien.
Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Pro-
static Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu:1,9
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35
15
IPSS (International Prostate Symptom Score)
Dalam 1 bulan terakhir
Tidak pernah
Kurang dari
sekali dalam lima hari
Kurang dari
setengah
Kadang-kadang (sekitar 50%)
Lebih dari
setengah
Hampir selalu
Skor
1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?
0 1 2 3 4 5 5
2. Seberapa sering Anda harus kembali kenc-ing dalam waktu ku-rang dari 2 jam sete-lah selesai kencing?
0 1 2 3 4 5 3
3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terpu-tus-putus?
0 1 2 3 4 54
4. Seberapa sering tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?
0 1 2 3 4 54
5. Seberapa sering pan-caran kencing Anda lemah?
0 1 2 3 4 5 4
6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk mulai kencing?
0 1 2 3 4 54
7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?
0 1 2 3 4 53
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27
Senang sekali
SenangPada
umumnya Puas
Biasa saja
Pada umumnya
tidak puas
Tidak bahagia
Buruk sekali
Seandainya Anda harus enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda?
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
16
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang, ben-
jolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1
3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia in-
guinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi se-
hingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan
teraba massa kistik didaerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan
colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan
fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembe-
saran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau
perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi,
cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.1,4,9
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti
meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,
dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1
Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5
Pemeriksaan Laboratorium
17
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses in-
feksi atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendun-
gan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit
seperti hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur
urin berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekali-
gus menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diu-
jikan.
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-
sel uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk
mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan per-
sarafan pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa
penanda tumor prostat (PSA).1
Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi
urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan
adanya :1
• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan in-
dentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau
sakulasi buli-buli
Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan USG se-
cara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan
volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai
petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual
urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans Abdominal Ul-
tra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan
ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)
18
Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5
Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9
- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan
ultrasonografi setelah miksi
- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan
lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.
3.4 PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi:1
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit
1. Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan
19
ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan
edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1
- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol
- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)
- Kurangi makanan pedas atau asin
- Jangan menahan kencing terlalu lama
2. Medikamentosa
Tujuan:
- mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker
- mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testos-
terone melalui penghambat 5α-reduktase
- Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas
mekanisme kerjanya.1
3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1
- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
- Mengalami retensi urin
- Infeksi Saluran Kemih berulang
- Hematuri
- Gagal ginjal
- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi salu-
ran
- kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:1,9
Transurethral reseksi prostat (TURP)
TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama bertahun-
tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Dengan TURP,
dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke dalam uretra Anda
dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali bagian luar
20
prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria
memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan,
infeksi, dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda
selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan
kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk
mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi
minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya
memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan
waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun
demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang.
Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)
operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak membesar
atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang membuat operasi lain
terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan
melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu
atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih
mudah untuk urin melewatinya.
21
Buka prostatektomi
Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar,
kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini
disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk
mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria
dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan
komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan
berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.
Pembedahan laser operasi.
Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya segera
22
meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP.
Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur
prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer darah.
Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan dengan cara yang
berbeda.
Ablatif prosedur (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan
uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur ablatif dapat
menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di
beberapa titik.
prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko
yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan
memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu
manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat
diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.
Jenis pembedahan laser meliputi:
Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)
Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)
Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)
Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan. Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang
harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama
dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti.
Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen, Pasien menceritakan
bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air
kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa
kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan
kekamar mandi untuk buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke
PKM dan dipasang kateter.
Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007.
69-85
2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.
http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses april 2011]
3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.
[diakses april 2011]
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Pro-
stat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145
5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.
2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221
/jpg.mht
6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,
8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Di-
vision. 2006. 1036-1060
7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor
Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia Lan-
jut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10
8. Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998.
http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. [diakses april
2011]
9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782
10. Pheonix5. Transurethral Prostatectomy. 2002.
http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht [diakses
april 2011]
26