81458818-bph(4)

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye- babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya 1

Upload: romi-yanti

Post on 22-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sip

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada

pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebe-

narnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan

sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar

70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia

di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang

menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembe-

saran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan ter-

jadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet ob-

struction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat

disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat

menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-babkan

komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.

Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary

tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi

(storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pan-

caran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas se-

habis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan

LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan

sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang

diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada

dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis

yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hor-

mon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan

diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-

faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth

factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya prolif-

erasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein

1

growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal

sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.

Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komp-

likasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di In-

donesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama

karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun

demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien

BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata

berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan

benar.

1.2 BATASAN MASALAH

Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala

pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan

ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:

- Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.

- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen

Malang.

2

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : Tn. AR

Umur : 65 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Banjarlor 03/07 No.342, Kromengan Malang

Pekerjaan : Petani (pekerja sawah)

Pendidikan : tamat SD

Agama : Islam

St.Perkawinan: Menikah

Suku : Jawa

Tgl. Berobat : 25 Oktober 2011

No. Register :

2.2 ANAMNESA

Keluhan Utama:

Susah BAK sejak ± 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

     Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien

juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan

mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan

kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti. Sebelumnya pasien juga

merasakan anyang-anyangen, pasien menceritakan bahwa dirinya sering berkali-

kali ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air kecil akan tetapi saat di

kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu

pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan ke kamar mandi untuk

buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke PKM dan dipasang

kateter. Jika kateter dilepas, pasien susah BAK. Pasien tidak merasakan pusing,

mual, muntah, BAB (+) normal, tidah dirasa nyeripada daerah tertentu, kencing

3

darah (-) , Panas (-), pinggang terasa sakit, kadang-kadang batuk.

Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.

tidak ada riwayat kencing keluar batu.

- Diabetes Melitus : disangkal

- Hipertensi : disangkal

- Alergi : disangkal

- Batuk lama : disangkal

Riwayat penyakit keluarga

- Diabetes Melitus : Tidak diketahui

- Hipertensi : Tidak diketahui

- Alergi : Tidak diketahui

Riwayat Kebiasaan

- Makan : 3 x sehari.

- Minum air putih : Jarang.

- Rokok : (+)

- Alkohol : (-)

- Obat tanpa resep dokter : (-)

- Jamu : (-)

- Olahraga : (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan

cukup.

Tanda Vital

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit, isi cukup

4

Pernafasan : 20x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-)

Suhu : 36,7o C

Kepala

Bentuk : normocephali

Rambut : warna putih beruban, distribusi merata

Mata

Sklera Ikterik : -/-

Conjuctiva Anemis : -/-

Telinga

Bentuk : normotia

Secret : -/-

Hidung

Tidak ada deviasi septum

Sekret : -/-

Mulut dan tenggorokan

Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis

Tonsil : T1/T1

Pharing : tidak hiperemi

Leher

Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

Paru

Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa

Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis, defence muskular

Perkusi : timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal

5

Status lokalisata

Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani

mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat

kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak

teraba, tidak berbenjol-benjol.

2.3 RESUME

Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan

Kepanjen dengan keluhan. Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah

buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang

harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama

dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti.

Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen. Pasien menceritakan

bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air

kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa

kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan

kekamar mandi untuk buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke

PKM dan dipasang kateter

Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,

mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri

tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-

benjol.

2.4 DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja

Pembesaran prostat jinak (BPH)

Diagnosis Banding

karsinoma prostat,  Neurogenic bladder, Acute prostatitis.

Dasar Diagnosis

- Anamnesa : sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air

kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan

6

- Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi tidak

puas, Terminal dribbling, disuria.

- IPSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah

Kurang dari

sekali dalam lima hari

Kurang dari

setengah

Kadang-kadang (sekitar 50%)

Lebih dari

setengah

Hampir selalu

Skor

1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 5

2. Seberapa sering Anda harus kembali kenc-ing dalam waktu ku-rang dari 2 jam sete-lah selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 3

3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terpu-tus-putus?

0 1 2 3 4 54

4. Seberapa sering tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?

0 1 2 3 4 54

5. Seberapa sering pan-caran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5 4

6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk mulai kencing?

0 1 2 3 4 54

7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?

0 1 2 3 4 53

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang sekali

SenangPada

umumnya Puas

Biasa saja

Pada umumnya

tidak puas

Tidak bahagia

Buruk sekali

Seandainya Anda harus √

7

enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda?

- Pemeriksaan dalam    : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,

ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak

simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-

benjol.

2.5 DISKUSI

Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran

prostat jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis

tersebut berdasarkan anamnesa adalah sejak ± 1 bulan yang lalu pasien

merasakan susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus

disertai dengan mengedan dan juga pada pasien didapatkan Hesitansi (susah

memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti

dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal dribbling (menetes setelah

miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing). Pemeriksaan dalam   

didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum

tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan

(-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di kategorikan

berat karena skor IPSS = 27

Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat,  Neurogenic

bladder, Acute prostatitis.

Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada

anamnesa dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa

susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan

untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang

pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan

disingkirkan dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya

didapatkan konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara

lobus prostat tidak simetri.

Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada

8

anamnesa dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah

dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali.

keluha lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil

15 menit yang lalu. akan tetapi disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic

bladder bisa terjadi akibat Penyakit, Cedera, Cacat bawaan

pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke

kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih

maupun keduanya, dan itu tidak di dapatkan pada pasien

tersebut.

Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa

dari pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar

kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil

hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien

mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk

buang air kecil, akan tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada

acute prostatitis sering sering menggigil, demam, sakit di punggung bawah

dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya infeksi

saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih

dan bakteri dalam urin).

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG prostat tanggal 25 April 2011

Hepar        : dbn

Lien        : dbn

Ren Dx        : besar normal, PCS melebar, batu (-)

Ren Sin        : besar normal, PCS tak melebar, batu (-)

V U        : dinding irregular, endapan (+), batu (-)

Prostat        : membesar, permukaan rata, klasifikasi (-), uk 4,73x3,63x4,72 cm

Kesan        : Pembesaran kelenjar prostat, Cystitis

2.7 PENATALAKSANAAN

Non operatif

9

Non medikamentosa

KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi

atau alcohol Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-

buli (kopi, coklat), Kurangi makanan pedas atau asin, Jangan

menahan kencing terlalu lama

Medikamentosa

Per oral

Cefotaxim 3x1

Kalnec 3x1

Ketorolac 3x1

Operatif

Pro operasi (prostatektomi)

10

BAB III

PEMBAHASAN BPH

3.1 PENDAHULUAN

Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior

bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembe-

saran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini mem-

buntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli.1

Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini aki-

bat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4

Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan

prostat yang mengalami pembesaran Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari

dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi

kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral,

zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Sebagian

besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertum-

buhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6

3.2 ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI

11

Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara

pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan

peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa

hipotesis

yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat:1

1. Teori dihidrotestosteron

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testos-

teron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit

aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT ini-

lah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk

mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. 1

NADPH NADP

Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim

5 α – reduktase1

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah reseptor

androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi

lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi diband-

ingkan dengan prostat normal.1

12

Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat8

2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan

kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif

meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-

sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat ter-

hadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen

dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan

testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel

prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa pro-

stat menjadi lebih besar.1

13

3. Interaksi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu

mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT

dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya

mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi

sel-sel epitel maupun stroma.1

4. Berkurangnya kematian sel prostat

Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis

kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju prolif-

erasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apopto-

sis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat se-

hingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen

berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kas-

trasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1

5. Teori sel stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk

sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mem-

punyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung

pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),

menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada

BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi

yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1

Patofisiologi Hiperplasia Prostat

Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra

pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya

tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkon-

traksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan

anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya

selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut

14

dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Uri-

nary Tract Symptoms(LUTS).1

Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli

tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini

menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesik-

oureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis

bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1

3.3 Manifestasi Klinis

Anamnesa

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada

akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun

manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang

menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4

Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.

Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, inter-

mitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri

dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1

Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi

urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri

oleh pasien.

Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Pro-

static Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang

berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan

kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS

dalam 3 derajat, yaitu:1,9

Ringan : skor 0-7

Sedang : skor 8-19

Berat : skor 20-35

15

IPSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah

Kurang dari

sekali dalam lima hari

Kurang dari

setengah

Kadang-kadang (sekitar 50%)

Lebih dari

setengah

Hampir selalu

Skor

1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 5

2. Seberapa sering Anda harus kembali kenc-ing dalam waktu ku-rang dari 2 jam sete-lah selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 3

3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terpu-tus-putus?

0 1 2 3 4 54

4. Seberapa sering tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?

0 1 2 3 4 54

5. Seberapa sering pan-caran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5 4

6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk mulai kencing?

0 1 2 3 4 54

7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?

0 1 2 3 4 53

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang sekali

SenangPada

umumnya Puas

Biasa saja

Pada umumnya

tidak puas

Tidak bahagia

Buruk sekali

Seandainya Anda harus enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda?

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

16

Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang, ben-

jolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1

3. Gejala diluar saluran kemih

Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia in-

guinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi se-

hingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan

teraba massa kistik didaerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan

colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan

fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembe-

saran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau

perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi,

cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.1,4,9

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti

meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.

Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,

dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1

Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5

Pemeriksaan Laboratorium

17

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses in-

feksi atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendun-

gan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit

seperti hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur

urin berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekali-

gus menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diu-

jikan.

Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-

sel uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk

mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan per-

sarafan pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa

penanda tumor prostat (PSA).1

Pencitraan

Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,

batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi

urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan

adanya :1

• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)

• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan in-

dentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter

bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)

• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau

sakulasi buli-buli

Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan USG se-

cara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan

volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai

petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual

urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans Abdominal Ul-

tra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan

ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)

18

Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5

Pemeriksaan lain

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9

- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan

ultrasonografi setelah miksi

- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan

lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.

3.4 PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi:1

- memperbaiki keluhan miksi

- meningkatkan kualitas hidup

- mengurangi obstruksi infravesika

- mengembalikan fungsi ginjal

- mengurangi volume residu urin setelah miksi

- mencegah progressivitas penyakit

1. Watchful waiting

Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan

19

ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan

edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1

- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol

- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)

- Kurangi makanan pedas atau asin

- Jangan menahan kencing terlalu lama

2. Medikamentosa

Tujuan:

- mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker

- mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testos-

terone melalui penghambat 5α-reduktase

- Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas

mekanisme kerjanya.1

3. Operasi

Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1

- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa

- Mengalami retensi urin

- Infeksi Saluran Kemih berulang

- Hematuri

- Gagal ginjal

- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi salu-

ran

- kemih bagian bawah

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:1,9

Transurethral reseksi prostat (TURP)

TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama bertahun-

tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Dengan TURP,

dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke dalam uretra Anda

dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali bagian luar

20

prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria

memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan,

infeksi, dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda

selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan

kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk

mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi

minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya

memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan

waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun

demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang.

Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)

operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak membesar

atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang membuat operasi lain

terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan

melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu

atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih

mudah untuk urin melewatinya.

21

Buka prostatektomi

Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar,

kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini

disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk

mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria

dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan

komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan

berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.

Pembedahan laser operasi.

Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk

menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya segera

22

meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP.

Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur

prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer darah.

Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan dengan cara yang

berbeda.

Ablatif prosedur (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan

uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur ablatif dapat

menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di

beberapa titik.

prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko

yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan

memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu

manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat

diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.

Jenis pembedahan laser meliputi:

Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)

Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)

Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)

Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)

23

24

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan

Kepanjen dengan keluhan. Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah

buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang

harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama

dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti.

Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen, Pasien menceritakan

bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air

kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa

kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan

kekamar mandi untuk buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke

PKM dan dipasang kateter.

Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,

mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri

tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-

benjol.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007.

69-85

2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.

http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses april 2011]

3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.

[diakses april 2011]

4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Pro-

stat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145

5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.

2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221

/jpg.mht

6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,

8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Di-

vision. 2006. 1036-1060

7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor

Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia Lan-

jut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10

8. Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998.

http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. [diakses april

2011]

9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782

10. Pheonix5. Transurethral Prostatectomy. 2002.

http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht [diakses

april 2011]

26