8061204200510182
TRANSCRIPT
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 1/21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Akhir-akhir ini penelitian tentang pembuatan komposit dari silika gel banyak
diaplikasikan sebagai padatan pendukung untuk keperluan adsorpsi. Pemilihan silika
gel sebagai padatan pendukung antara lain karena silika gel relatif stabil, tidak
termampatkan, serta adanya gugus silanol dan gugus siloksan yang terdapat pada silika
gel yang memungkinkan untuk dimodifikasi dengan senyawa lain membentuk
komposit (Mahan and Helcombe, 1992).
Senyawa organik yang digunakan pada proses sol gel sangat menentukan material
yang terbentuk. Penentuan ukuran pori dapat dikontrol dengan pemilihan jenis amina
rantai panjang jika menggunakan senyawa organik amina. Pembuatan material porous
hibrid dengan menggunakan amina rantai panjang dapat diperoleh material nanoporous
dengan diameter tertentu yang dikehendaki. Amina rantai panjang yang ditambahkan
pada sintesis material porous hibrid disebut’micelle expander’ atau’ swelling agent’
(penggelembung) (Krug, 2000).Burleigh, (2001), melakukan penelitian Periodic Mesoporous
Organosilikas(PMO) yang di sintesis secara kondensasi dengan
bis(triethoxysilyl)ethane(BTSE) dan N-(2-aminoethyl)-3-aminopropiltrimetoksisilan
(AAPTS) pada kondisi suhu ruang. Pada penelitian tersebut cetyltrimetilammonium
klorida (CTAC) sebagai supramolekul templat. Percobaan dilakukan dengan
menvariasikan penambahan AAPTS ke dalam campuran dan didapatkan pengaruh
adanya penambahan surfaktan terhadap perubahan struktur. Surfaktan templat berhasil
dihilangkan dengan ekstraksi menggunakan etanol yang diasamkan (HCl) dan dapat
dikarakterisasi dari perbedaan absorpsi gas nitrogen, analisis elemental, analisis
gravimetri. Pengaruh penambahan templat surfaktan pada PMO ditunjukkan dengan
tajamnya puncak menurut metode Barret-Joyner-Halenda (BJH) dengan distribusi
ukuran pori 26 Å. Pengaruh penggunaan surfaktan templat menunjukkan peningkatan
dua kali lebih besar pada luas permukaan dan mendekati tiga kali yang menunjukkan
peningkatan pada volume pori dibandingkan sampel yang tidak diberi templat.
7
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 2/21
Nagata, et al, tahun 1999, mensintesis komposit silika gel dengan zirkonium
fosfat(ZrP) dan proppilimidazol(Im) membentuk SiZrP dan Silm. Kedua komposit
memberikan karakteristik yang berbeda, pada SiZrP terbentuk luas permukaan yang
lebih besar sedangkan pada Silm luas permukaan menjadi lebih kecil. Kedua komposit
tersebut digunakan untuk ekstraksi ion logam Cd, Pb dan Hg dalam larutan. Dalam
sistem SiZrP proses adsorpsi ion logam terjadi karena sifat ion exchange sedangkan
dalam Silm logam berikatan koordinasi dengan grup propylimidazol. Hasil ekstraksi
yang diperoleh, terjadi peningkatan untuk Silm mencapai 82,11% dan SiZrP mencapai
hampir 100%.
Tuel, A (1999), telah memodifikasi dari material mesoporous Silika dengan
penggabungan logam Ti, Zr dan V ke dalam rangkaian. Dengan penambahan titanium
ke dalam campuran hasil sintesis dapat meningkatkan ukuran unit sel dan ketebalan
dinding pada rangkaian material mesoporous. Biasanya spektra disekitar λ 210 nm
pada UV-vis diasumsikan sebagai spesies Ti yang mempunyai koordinasi empat yang
terikat dengan Si di dalam rangkaian silika. Sedangkan panjang gelombang yang lebih
tinggi kemungkinan adalah keadaan Ti dengan koordinasi yang lebih tinggi
(koordinasi lima atau koordinasi enam). Ini menunjukkan Ti pada koordinasi lima danenam tidak terhidrasi sehingga dapat membentuk susunan TiO2 kecil yang menempel
di dalam dinding silika pada material mesoporous. Ti dan Zr relative stabil sedangkan
V dapat dengan mudah terlepas dari rangkaian Silika.
1. Silika Gel, Sifat dan Kelarutannya
Silika gel tergolong sebagai silika amorphous yang terdiri dari partikel-partikel
dalam bentuk polimer (SiO2)n. Atom Si pada silika gel berikatan kovalen terhadap
empat atom O dalam susunan tetrahedral. Setiap atom O tersebut berikatan kovalen
dengan atom Si yang lain membentuk gugus fungsional siloksan (-Si-O-Si-) dan
silanol (-Si-OH). Pada umumnya panjang ikatan Si-O ± 0,16 nm dan sudut ikatan Si-
O-Si sekitar 1480 (Othmer, 1992 : 1006).
Susunan tetrahedral partikel (SiO2)n pada silika gel berbentuk tidak teratur dan
dapat membentuk kerangka tiga dimensi yang lebih besar. Sifat keasaman silika gel
sebagai asam bronsted sebanding denga keasaman asam asetat (Ka = 1,75. 10 -5)
8
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 3/21
sehingga silika gel juga dapat berperan sebagai basa bronsted yang relatif kuat dengan
adanya gugus aktif hidroksil. Pada silika gel terdapat dua jenis gugus aktif hidroksil (-
OH) (Sriver,1990:357), yaitu:
1.Gugus –OH bebas, jarak antara –OH dengan –OH lainnya 0,50-0,52 nm
2. Gugus –OH terikat, dengan jarak –OH dengan –OH yang lain antara
0,25-0,26 nm dan dapat berinteraksi melalui ikatan hidrogen.
Silika gel umumnya disintesis dengan cara presipitasi larutan silikat dan sol
silikat. Pada tahun 1998, Ishizaki melakukan sintesis silika gel dari alkoksida
tetrametoksisilan (TEOS) yang dikatalisis dengan HCl dengan konsentrasi tinggi pada
pelarut alkoholik yang mengandung sedikit air. Dari sintesis tersebut, semakin tinggi
konsentrasi HCl yang digunakan saat kondensasi maka akan diperoleh silika gel
dengan luas permukaan lebih besar (Ishizaki, 1998:74).
Pori-pori silika gel tergantung pada kondisi preparasinya pada rata-rata
berdiameter 7.103-1,8.103 Å sedangkan luas permukaan silika gel antara 450-530 m2/g,
dan densitasnya sekitar 0,67-0,75 g/cm2. Luas permukaan silika gel biasanya akan
bertambah dengan kenaikan ukuran pori-pori silika gel. Adanya gugus aktif dan sifat-
sifat fisik silika gel tersebut maka silika gel secara umum sering digunakan sebagaiadsorben, desikan dan pengisi pada kromatografi (sebagai fase diam) (Ishizaki, 1998).
Silika gel murni dengan adanya gugus silanol dan siloksan telah dilaporkan dapat
mengabsorbsi ion logam keras seperti Na+, Mg2+, Ca2+, dan Fe2+ (Jansen, 1992 : 132).
Kelarutan silika gel dalam air pada suhu 25 0 C adalah 20-150 ppm SiO2 (1,2-2,2
mmol/kg). Variasi kelarutan silika gel disebabkan adanya perbedaan ukuran partikel,
derajat hidrasi dan kemurnian. Silika gel dalam air larut atau terpolimerisasi dengan
persamaan reaksi (Othmer, 1992:1015):
SiO2 (s) + 2H2O (l) H4SiO4 (aq)
Harga pH pada lingkungan silika gel akan mempengaruhi keadaan muatan listrik,
pada keadaan lingkungan asam silika gel memiliki muatan netto positif dan sebaliknya
pada keadaan lingkungan basa silika gel memilki muatan netto negatif.
9
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 4/21
Pada pH dibawah 9, silika gel memiliki kelarutan rendah yaitu hanya 100-140
mg/l dan diatas pH 9 kelarutan silika gel akan meningkat dengan kenaikan derajat
ionisasi dari asam monosilikat (Kaim and Schwederski, 1994). Mekanisme pelarutan
silika gel pada keadaan lingkungan basa dipercepat oleh bentuk koordinasi –OH pada
atom Si diatas empat yang akan semakin banyak keberadaannya pada pH tinggi.
Adanya atom Si dengan bilangan koordinasi lebih dari empat akan menyebabkan
melemahnya ikatan siloksan didekatnya sehingga ikatan Si-O pada tempat tersebut
akan putus dan terhidrolisis menjadi silanol dan terbentuk spesies Si(OH)4(aq) atau
H2SiO4(aq) yang disebut sebagai asam monosilikat dengan pelarutan seperti pada
persamaan reaksi (Ishizaki, 1998).
Si-O-Si(OH)4(s) + OH SiO2(OH)2(aq) + H2O + SiOH(s)
Si-O-Si(OH)4(s) + H+ SiOH4(aq) + SiOH (s)
2. Titanium dioksida
Titanium, unsur logam golongan IVB, mempunyai titik leleh 1675 oC dan berat
atom 47,90. Titanium mempunyai konfigurasi elektron 3d
2
4s
2
. Energi untuk mengeluarkan 4 elektron begitu besar sehingga ion Ti4+ praktis tidak ada secara bebas.
Senyawaan titanium (IV) merupakan senyawa kovalen. Titanium dioksida (TiO2)
mempunyai berat molekul 79,90. Warnanya bervariasi tergantung sumbernya, tetapi
putih ketika dimurnikan dan dijual secara komersial, mengalami dekomposisi pada
1640 oC sebelum meleleh, densitas 4,26 g/cm3, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
H2SO4 atau alkalis (Cotton, 1989).
Suatu senyawa titanium tetraklorida yang tersedia adalah sebagai cairan kental
tak berwarna yang mudah mengalami oksidasi dengan oksida dari air. Dengan reaksi
sebagai berikut:
TiCl4 + 2H2O TiO2 + 4HCl
Titanium oksida sangat stabil pada temperatur tinggi dan bereaksi lambat.
Stabilitas ini dikarenakan oleh kuatnya ikatan antara ion titanium tetravalen dan ion-
ion oksigen bivalen. Efek stabilitas dapat diGambarkan sebagai sebuah screening
10
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 5/21
(layar-layar) ion-ion titanium dengan 6 ion-ion oksigen dalam struktur kristal
ditunjukkan oleh Gambar 1. Sejumlah oksigen dengan berat yang bisa ditimbang
(weighable) dapat dipindahkan dengan agen pereduksi tapi hanya dengan suhu
beberapa ribu derajat (centigrade). Titanium oksida dapat kehilangan sejumlah kecil
oksigen (unweighable) ketika berinteraksi dengan energi radian. Oksigen ini mudah
bergabung lagi sebagai bagian dari reaksi fotokimia reversibel, terutama jika tidak ada
material pengoksidasi. Hilangnya sejumlah oksigen ini sangat penting karena dapat
menyebabkan perubahan yang nyata terhadap sifat-sifat optik dan elektriknya sebagai
pigmen (Kampfer, 1973)
Gambar 1. Struktur kristal anatase TiO2
Meskipun TiO2 tidak menyerap cahaya tampak, ia menyerap radiasi UV.
Absorbsi UV olehnya dapat mennyebabkan terjadinya radikal hidroksil yang
menyebabkan pigmen sebagai fotokatalis. Reaktivitas TiO2 terhadap asam tergantung
temperatur saat dipanaskan. TiO2 yang baru mengendap larut dalam asam klorida yang
terkonsentrasi. Bagaimanapun TiO2 yang telah dipanaskan pada 900oC hampir semua
tidak larut dalam asam, kecuali larutan sulfur panas dimana kelarutannya meningkat
dengan penambahan ammonium sulfat untuk menaikan titik didih asam dan HF (Kirk-
Othmer, 1993).
Titanium oksida yang terkalsinasi pada 900oC hampir semua tidak larut dalam
alkali, tetapi larut dalam lelehan natrium dan kalium hidroksida, karbonat atau borat.
Titanium dioksida ditemukan terbatas dan aplikasinya selama ini khususnya sebagai
katalis atau pendukung katalis (catalist support ).
TiO2 bersifat amfoter walaupun tidak terlalu larut dalam bentuk asam maupun
basa, tetapi larut secara lambat dalam H2SO4 pekat dan membentuk kristal sulfat
11
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 6/21
( Petrucci, 1998). TiO2 dengan alkali cair akan membentuk titanat, sedangkan
penambahan OH- pada larutan Ti4+ sering dianggap paling baik untuk membentuk TiO2
hidrat dan bukan hidroksida sejati dan larut dalam NaOH pekat (Cotton, 1989).
3. Sintesis Komposit dengan Proses Sol-Gel
Sintesis material komposit anorganik-organik melibatkan suatu proses preparasi
yang dapat dilakukan dengan dua proses yaitu proses sol-gel dan proses termal. Dari
kedua proses tersebut, yang sering digunakan adalah proses sol-gel. Karena proses sol-
gel mempunyai kelebihan dari pada proses termal, yaitu pada tahap pembentukan
jaringan polimer anorganik dapat terjadi pada temperatur relatif rendah atau pada
temperatur kamar (Schmidt, 1998: 333). Suatu larutan sol-gel diproses dengan diawali
oleh suatu larutan sol dimana kemudian menjadi gel. Larutan tersebut dapat
dipreparasi baik dari komponen garam anorganik atau organik, yang mengalami
hidrolisis dan kondensasi untuk membuat sol atau gel. Proses ini juga digunakan untuk
membuat material berpori (Ishizaki, 1998: 67).
Bahan awal yang biasa dipakai dalam proses sol-gel untuk sintesis silika gel atau
modifikasinya yaitu senyawa alkoksida, dalam hal ini sering dipakai adalah alkoksida berupa beberapa tetraalkoksisilan dan turunannya seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
Proses sol-gel ini melibatkan tiga macam reaksi, yaitu reaksi hidrolisis, reaksi
kondensasi dan reaksi depolimerisasi. Ketiga reaksi tersebut sangat tergantung pada
kondisi pH dimana akan mempengaruhi sifat-sifat porositas gel yang terbentuk.
Reaksi hidrolisis dapat terjadi baik pada kondisi asam maupun basa, sedangkan
pada pH netral reaksi yang dominan adalah kondensasi. Untuk sistem SiO2 kecepatan
kondensasi akan maksimum pada pH mendekati netral dan akan minimum pH sekitar
2. reaksi depolimerisasi merupakan proses yang sangat lambat pada pH rendah dalam
larutan alkohol serta jika digunakan senyawa organik alkoksida. Jadi depolimerisasi
akan berjalan dengan baik pada pH diatas netral tetapi tidak terlalu basa (Ishizaki,
1998 : 67-74).
H3CO OCH3 H5C2O OC2H5
Si Si
12
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 7/21
H3CO OCH3 H5C2O OC2H5
Tetrametoksisilan Tetraetoksisilan
H3CO OCH2CH2CH2Cl H5C2O CH2CH2
Si Si
H3CO OCH3 H5C2O OC2H5
3-Kloropropiltrimetoksisilan 3-Isosianatotrietoksisilan
Gambar
2. Beberapa turunan tetrametoksisilan dan
tetraetoksisilan
Sifat fisik material komposit anorganik organik yang terbentuk meliputi pori-pori
dan luas permukaan juga sangat dipengaruhi oleh kondisi pH selama berlangsungnya
proses sol-gel. Klasifikasi material berpori (porous material) menurut IUPAC adalah
mikropori (microporous, diameter pori < 20 Å), mesopori (mesoporous, 20Å <
diameter pori > 500Å) dan makropori (macroporous, diameter porinya > 500Å).
Umumnya mikropori gel dengan luas permukaan tinggi dapat terbentuk pada pHrendah sedangkan mesopori gel dengan luas permukaan rendah dapat terbentuk pada
pH tinggi (Ishizaki, 1998 :7;74).
Selain penggunaan senyawa organik penghubung, faktor yang dapat
mempengaruhi pori-pori adalah derajat kondensasi. Penggunaan katalis basa
memberikan produk kondensasi lebih banyak dibandingkan penggunaan katalis asam
sehingga bila menggunakan katalis basa akan diperoleh material dengan pori-pori yang
lebih besar. Proses sol-gel sangat sensitif terhadap faktor-faktor pH, katalis,
temperatur, pelarut dan waktu pengadukan, sehingga harus dilakukan kontrol untuk
mendapatkan struktur dan pori-pori yang diinginkan (Shea and loy, 2001 : 3306-3319).
4. Surfaktan Polyoxyethylene (20) Sorbitan Monooleate (Tween 80)
Surfaktan atau agen pengaktif permukaan mempunyai sifat fisikakimia untuk
mengurangi tegangan antar muka pada konsentrasi rendah. Hal ini berbeda dengan
garam-garam anorganik yang dapat meningkatkan tegangan antar muka. Karena
13
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 8/21
kemampuannya ini, surfaktan digunakan sebagai pengemulsi (emulsifier ), detergen,
agen pendispersi, agen pembusa, agen pembasah dan agen penetrasi. Suatu surfaktan
memiliki suatu ion lawan (counter ion) yang memiliki muatan ion yang berlawanan
dengan ion yang ada pada gugus kepala surfaktan. Ion lawan ini berfungsi untuk
menyeimbangkan interaksi elektrostatis untuk membentuk satu misel. Misel adalah
kumpulan dari surfaktan-surfaktan yang membentuk satu kesatuan dengan interaksi
elektrosttis yang seimbang.
Semua tipe senyawa yang berfungsi sebagai surfaktan memiliki sifat ampifil,
yaitu molekul yang memiliki bagian hidrofobik/lipofilik yang nonpolar dan bagian
hidrofilik / lipofobik yang polar, sehingga sebagian bersifat hidrofilik dan sebagian
hidrofobik. Bagian yang hidrofilik sering disebut sebagai gugus kepala dan bagian
yang hidrofobik disebut sebagai gugus ekor yang berupa rantai karbon yang relatif
panjang. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kepala surfaktan dapat akan larut
dalam air dan ekor surfaktan akan larut dalam minyak/ hidrokarbon. Semakin panjang
rantai karbon suatu surfaktan, maka kelarutannya dalam fase air semakin
berkurang/kelarutannya dalam fase minyak/hidrokarbon akan semakin bertambah.
Ukuran panjang/pendeknya rantai karbon suatu surfaktan berhubungan erat dengan
sifat hidrofilisitas atau hidrofobisitasnya, sehingga makin panjang rantai karbonnya
maka surfaktan akan semakin larut dalam fase minyak/hidrokarbon.
Surfaktan dapat dikalsifikasikan kedalam empat kelompok berdasarkan muatan
yang ada pada gugus kepala polarnya: Surfaktan anionik, kationik, nonionik dan
amfoter (Moroi, 1992 : 7). Surfaktan anionik adalah jenis surfaktan yang gugus
kepalanya bermuatan negatif, surfaktan kationik adalah jenis surfaktan yang gugus
kepalanya bermuatan positif, jika gugus kepala surfaktan tidak bermuatan makadigolongkan pada surfaktan nonionik, dan jika gugus kepalanya sekaligus bermuatan
(+) dan (-) maka digolongkan pada surfaktan amfoter.
Surfaktan adalah senyawa organik yang mempunyai gugus polar dan nonopolar.
Dengan naiknya konsentrasi, surfaktan akan membentuk misel. Dalam misel gugus
polar berada pada permukaan sedangkan gugus nonpolarnya berada di dalam.
Surfaktan dapat berfungsi sebagai cetakan untuk pembentukan struktur mesopori.
14
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 9/21
Dalam aluminosilikat mesopori, surfaktan berada di dalam pori-pori. Interaksi antara
surfaktan dengan dinding mesopori adalah interaksi coloumb, van der waals dan atau
ikatan hidrogen (Davis et al , 1995). Surfaktan dengan gugus hidrofiliknya berupa
polyoxyethelene dan gugus hidrofobiknya berupa sorbitan biasa dikenal dengan nama
tween. Sedangkan jenis-jenis tween dibedakan berdasarkan gugus-gugus organik yang
terikat ditunjukkan oleh Tabel 1. Pada tween 80 gugus organik yang terikat adalah
monooleate. Tween 80 merupakan senyawa organik yang dapat berfungsi sebagai
surfaktan templat, penggelembung, atau sebagai micelle expander . Tween 80
merupakan nama yang digunakan di dunia perdagangan sedangkan nama kimianya
adalah polyoxyethilene (20) sorbitan monooleate. Struktur kimia senyawa Tween 80
ditunjukkan oleh Gambar 3. Tween 80 mempunyai harga HLB ( Hidrofilik Lipofilik
Balance) 15, dan dapat membentuk misel pada kondisi minyak dalam air (M/A).
Larutan ini berwarna kuning, dapat terlarut dalam asam, dalam alkali, dan dalam
pelarut organik. Tween 80 biasanya terdapat pada obat-obatan, makanan, kosmetik dan
tekstil yang berfungsi sebagai pengemulsi.
O
O-x(CH2-CH2-O)-H
O-w(CH2-CH2-O)-H
O-y(CH2-CH2-O)-H
O-(CH2-CH2-O)z
iiO
Gambar 3. Struktur Tween 80 = Polyoxyethelene Sorbitan (20) Monooleate
Spesifikasi : Formula :
C84H124O27 (w + x + y + z = 20);Berat molekul:
1310 gr/mol; Tipe : non-ionik polyethelene;
Sifat fisik : cairan kuning jernih larut dalam air, 10%
(w/v); Dalam peroksida (H2O2) : ≤ 2 ppm; Konduktivitas : ± 50
mS; Aldehid :
≤ 0,02 mg/mL;
Kestabilan : pada suhu 4 0 C selama 24 bulan, dalam gas N2 dan terlindung dari cahaya
matahari (Sumber: www.Materialanorganic.com )
15
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 10/21
Tabel 1. Series produk Tween
Produks Keterangankimia HLB Warna danFase pada25 0C
Viskositas pada25 0C atau titik uap
Tween 20 POE (20)Sorbitan
monolaurate
16,7 Cairankuning
330
Tween 21 POE (4) Sorbitanmonolaurate
13,3 Cairankuning
600
Tween 40 POE (20)Sorbitan
monopalmitat
15,6 Gel kuning 500
Tween 60 POE (20)Sorbitanmonostearat
14,9 Cairankuning 550
Tween 60K (Kosher grade)
POE (20)Sorbitan
monostearat
14,9 Cairankuning
550
Tween 61 POE (4) Sorbitanmonostearat
9,6 Padatancoklat
38
Tween 65 POE (20)Sorbitan tristearat
10,5 Padatancoklat
33
Tween 65K
(Kosher grade)
POE (20)
Sorbitan tristearat
10,5 Padatan
coklat
33
Tween 80 POE (20)Sorbitan
monooleate
15 Cairankuning
425
Tween 80K (Kosher grade)
POE (20)Sorbitan
monooleat
15 Cairankuning
425
Tween 81 POE (5) Sorbitanmonooleat
10 Cairankuningsawo
450
Tween 85 POE (20)Sorbitan trioleat
11 Cairankuningsawo
315
Sumber: www.surfaktan.com
16
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 11/21
5. Surfaktan Polyoxyethelene (20) Sorbitan Monooleate sebagai pencetak
pori
Surfaktan berperan sebagai senyawa templat didalam rangkaian material
komposit yang diharapkan dapat mencetak pori. Surfaktan yang terjebak didalam
rangkaian material komposit harus dihilangkan agar menghasilkan pori yang lebih
seragam.
Penghilangan surfaktan dapat dilakukan dengan menggunakan metode kalsinasi
maupun metode ekstraksi (Schmidt, et al, 1994). Sedangkan dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses
pemisahan di mana suatu zat terdistribusi didalam dua pelarut yang tidak bercampur.
Distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak bercampur tergantung pada
interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlaru dalam dua fase (Sudjadi,
1998).
Penghilangan surfaktan dengan metode ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
pelarut yang paling sedikit terdiri dari satu senyawa polar dan satu kation donor
(Monnier et al , 1998).
Jika surfaktan ada di dalam komposit SiO2-TiO2 maka dapat dilarutkan denganmenggunakan paling sedikit satu senyawa polar dan satu kation donor. Proses
penghilangan surfaktan dengan menggunakan metode ekstraksi ditunjukkan oleh
Gambar 4. Kemampuan ekstraksi dapat dimodifikasi dengan penambahan suatu
senyawa dengan kemampuan yang berbeda untuk senyawa terlarut.
Gambar 4. Hilangnya surfaktan menggunakan metode ekstraksi (Moller et al ,
1998).
17
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 12/21
6. Mekanisme Pembentukan Bahan Mesopori
Dalam sistem biner yang sederhana antara surfaktan dengan air, molekul
surfaktan merupakan komponen yang sangat aktif. Pada konsentrasi rendah, surfaktan
berbentuk monomolekul. Dengan naiknya konsentrasi, molekul surfaktan berkumpul
bersama membentuk misel yang bertujuan menurunkan entropi sistem.
Konsentrasi mula-mula dimana monomolekul berkumpul membentuk misel
disebut KKM (konsentrasi kritis misel). Pada konsentrasi yang semakin tinggi, misel
akan mengalami perubahan bentuk menjadi fase heksagonal, kubik atau lamellar
seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Urutan fase biner surfaktan air (lawrence et al , 1995)
Fase utama dari surfaktan tidak hanya tergantung pada konsentrasi saja tetapi juga
pada sifat alamiahnya sendiri (panjang rantai karbon hidrofobik, dan gugus hidrofilik),
dan parameter lingkungan (pH, temperatur, kekuatan ion). Umumnya KKM menurun
dengan naiknya panjang surfaktan, valensi ion pusat, dan kekuatan ion dalam larutan.
Sebaliknya, KKM naik karena naiknya jarak ion pusat, pH dan temperatur (Davis and
Burkett,1995). Bentuk misel sebagai cetakan pori dapat diperlihatkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Bentuk pori-pori yang yang dapat terjadi: a. bentuk lingkaran
b.bentuk kubus c.bentuk heksagonal
(Sumber: www.materialanorganic.com)
7. Sifat Material Berpori
18
a b c
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 13/21
Material anorganik umumnya sebagai karakterisitas material berpori sehigga
material komposit yang terbentuk dalam sintesis ini juga merupakan material berpori
dengan sifat fisik tertentu.
Sifat permukaan material berpori dapat ditentukan dengan dua karakter, yaitu
karakter kimia dan karakter fisika. Karakter fisika ini dikenal sebagai struktur mikro
permukaan yang terdiri dari luas permukaan spesifik dan pori-pori zat padat.
Pengukuran kedua faktor tersebut merupakan bagian yang penting pada setiap
karakterissasi padatan baik sebagai katalis maupun adsorben. Metode yang digunakan
untuk menentukan luas permukaan dari material padatan didasarkan pada fenomena
adsorpsi lapis tunggal (monolayer ) yang berlangsung pada suhu tetap sehigga sering
disebut sebagai adsorpsi isotermis.
Teori BET (Brunauer-Emmet-Teller) dengan rumus seperti pada persamaan (I),
merupakan teori yang sering digunakan pada penentuan luas permukaan dan ukuran
pori.
1 1 C-1 P
W[(Po/P)-1] wmC wmC Po ............................... (i)
Keterangan : W = volume gas yang diadsorpsi pada tekanan relatif (Po/P)wm = volume gas yang diadsorpsi pada lapis tunggal
C = konstanta BET
Po = tekanan uap jenuh adsorbat
Berdasarkan teori BET adsorbat yang digunakan adalah gas nitrogen dan adsorpsi
isotermisnya berlangsung pada suhu 77K dengan tekanan relatif dibatasi pada rentang
0,005-0,350. dari persamaan (i) dapat dibuat kurva antara 1/W[(Po/P-1] lawan (Po/P)
yang akan menghasilkan garis lurus. Selanjutnya harga Wm dan C dapat dihitung dari
harga slope (s) dan intersep (i) seperti pada persamaan (ii) dan (iii)..
wm = 1/s+ I .....................................................................................................(ii)
C = s/i + 1....................................................................................................(iii)
Pengukuran luas permukaan, SBET (m2/g) menggunakan teori BET dari harga wm
menurut persamaan (iv) (Lowell and Shields, 1984 : 17-23).
SBET = wm Ň A/M.........................................................................................(iv)
Keterangan : N = bilangan Avogrado (6,023. 1023 molekul/mol)
19
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 14/21
A = tampang lintang gas N2 pada 77K (16,2 Å2)
wm = volume gas yang diadsorppada lapis tunggal
M = berat molekul gas nitrogen
Pada dasarnya permukaan nyata zat padat tidak pernah memiliki bentuk yang
sempurna dan teratur, hampir selalu ada celah dan retakan, rongga atau saluran yang
menembus jauh ke dalam sehingga ini memberikan sumbangan pada luas permukaan
dalam (internal). Retakan yang dangkal dan lekukan di lain pihak memberikan
sumbangan pada luas permukaan luar (eksternal).
Padatan yang berpori dapat dikarakterisasi dengan metode adsorbsi gas. Dua
teknik umum untuk mengGambarkan pori-pori adalah penentuan volume total pori-
pori dan distribusi (rata-rata) ukuran pori. Volume total pori adalah volume gas yang
diadosrpsi pada tekanan jenuhnya. Untuk menguji pori-pori bahan padatan, umumnya
menggunakan persamaan kelvin yang menghubungkan tekanan jenuh cairan dalam
permukaan pori atau kapiler dengan tekanan jenuh yang sama pada bidang permukaan.
Berdasarkan metode BJH (Barrett- Joyner-Hallenda) perhitungan ukuran pori
dilakukan sdengan asumsi bahwa geometri pori berbentuk silindris sehingga bentuk
persamaan Kelvin untuk gas N2 sebagai adsorbat dengan titik didih normal 77 K seperti pada persamaan (v).
r k = 4,15/log (Po/P) Å..................................................................................(v)
Jari-jari kelvin (r k ) adalah jari-jari pori-pori ketika terjadi pada tekanan relatif
Po/P. Karena sebelum kondensasi peristiwa adsorpsi telah terjadi diatas dinding pori
dengan ketebalan t sehingga r k tidak mengGambarkan jari-jari pori yang sebenarnya.
Metode yang lebih sesuai untuk menyatakan t telah diajukan oleh Halsey, dalam
bentuk persamaan (vi).
t(A) = 3,35 [ 5/ 2,303 log (Po/P)]⅓ ..............................................................(vi)
Dengan demikian untuk menghitung distribusi ukuran pori diberikan pada
persamaan (VII).
r p= r k +t...........................................................................................................(vii)
20
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 15/21
Untuk memperoleh volume pori komulatif (Vp) dihitung dari volume gas N2 yang
teradsorb (Vgas ) seperti pada persamaan (viii) dan (ix) kemudian untuk menghitung
luas permukaan pori digunakan persamaan (x) (Lowelland Shield, 1984 : 62-67).
∆Vliq = ∆Vgas / 22,4.103 x 34,6 = ∆Vgas (1,54 x 10-3)cm3.....................(viii)
Vp = (r p/r k )2 [∆Vliq - (∆t ∑S)(10-4)]cm3.....................................................(ix)
S = 2Vp/r p x 10 4 (m2)..............................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................(x)
8. Metode T-Plot
Pada perlakuan isotherm perubahan tekanan yang besar pada saat awal
kemungkinan menyebabkan suatu padatan memiliki luas permukaan yang tinggi.
Perubahan tertinggi pada awal ditemukan pada material dengan sedikit pori yang
berukuran meso dan sebagian besar luas permukaannya sangat kecil (mikro) pori.
Untuk mengetahui beberapa sifat dari suatu material maka digunakan metode yang
dikenal dengan metode T-Plot.
T-Plot diperkenalkan oleh de Boer, yang bertujuan untuk mengukur luas
permukaan dari metode Prior Brunaur, Emmet dan Teller, kira-kira tahun 1929,
berkembang penggunaannya kira-kira 1965. Versi yang terakhir sama dengan yang ada
hingga sekarang dan beberapa material berserta turunannya ditemukan sebelum 1991.
Sayangnya, analisis ini memerlukan data isotherm yang diperoleh untuk
menghitung luas permukaan mesopori dan mikropori. Hal ini dapat terlihat pada
material dengan perbandingan besarnya luas permukaan mikropori, ditunjukkan
dengan besarnya perubahan tekanan pada saat awal (volume pada saat awal naik
secara mendadak), atau juga secara relatif dengan terjadi perubahan plot isotherm yang
mendatar pada saat awal dari setiap kenaikan tekanan relatif pada setiap unitnya, yakni
pada pada akhir percobaan isotherm besarnya luas permukaan mesopori ditunjukkan
dengan adanya perubahan tekanan yang besar (volume naik secara mendadak) pada
akhir isotherm.
21
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 16/21
Persamaan T-Plot digunakan untuk memperkirakan ukuran mesopori dan
mikropori dengan menghitung luas permukaan total dari suatu material, yakni sebuah
pori terisi oleh adsorban yang menyebabkan suatu kondisi menurun sehingga
memperbesar permukaan. Energi yang diperlukan untuk memperbesar sebuah bulatan
secar mendadak dan perubahan kadar molar yang sangat kecil diperoleh dengan
persamaan:
(µ0-µ)*δn = σ*δs = 8*πδ*r*δr...................................................................(xi)
V *δn = 4*π*r 2*δr.........................................................................................(xii)
maka;
(µ0-µ) =r
V **2 σ .........................................................................................(xiii)
dimana;
µ = Pontential kimia
s = Luas permukaan
n = mol
V = Volume molar
σ = Surface tension
r = jari-jari
µ0 = µ0 + R*T*Ln(P0)....................................................................................(xiv)
µI = µ
0
+ R*T*Ln(Pi)....................................................................................(xv)sehingga;
)( Pi
P Ln
=T Rr
V
**
**2 σ .....................................................................................(xvi)
Yang selanjutnya dikenal dengan persamaan Kelvin.
T-Plot digunakan untuk menyelesaikan pengisian pori oleh adsorben dalam
material dengan persamaan:
22
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 17/21
r i = ti +
)(**
**2
Pi
P
LnT R
V
σ
..............................................................................(xvii)
Persamaan ini dirubah menjadi;
t =
21
034.0)log(
99.13
÷ Pi
P ...........................................................................(xviii)
Dimana t adalah thickness (ketebalan) dari sebuah lapisan teradsorb. Sehingga,
jari-jari pori dapat ditentukan dengan adanya pengisian gas nitrogen yang terserap,
volume adsorbet dapat terukur secra cepat yakni perubahan tekanan relatif pada
isotherm BET. Persamaan ini lebih sederhana dalam penggunaannya daripada
persamaan Kelvin, dan dapat diperoleh sebuah harga r untuk mengoreksi persamaan t.
Lebih jelasnya, pori-pori yang paling kecil dapat terukur tergantung pada belahan
molekul yang menyerap. Plot dari volume teradsorbed total (Vi) (diambil dari data
BET) versus harga t (dalam satuan amstrong unit) pada masing-masing daerah tekanan
relatif akan memberikan keterangan :
Intersep pada r = 0 ; volume pori-pori yang mengadsorbsi yakni volume
mikropori
Jika dibawah Pi/P0 = 0,1; slope ; d[volume adsorbate/d(r)](0-r) data plot
memberikan luas permukaan total.
Diatas Pi/P0 = 0,1; slope memberi luas permukaan mesopori.
23
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 18/21
B. Kerangka Pemikiran
Silika gel yang dimodifikasi dengan TiCl4 akan menghasilkan SiO2-TiO2. TiCl4
merupakan suatu senyawa yang cukup reaktif dan mudah terhidrolisis membentuk
TiO2 (endapan berwarna kuning) dengan melepas gas Cl2. Maka supaya hidrolisis
TiCl4 terkontrol atau dapat ditekan pada tekanan atmosfir dengan menambahkan
isobutanol. SiO2-TiO2 yang terbentuk akan merubah sifat-sifat yang dimiliki pada silika
gel sebelumnya. Pada proses sol-gel, reaksi yang terjadi berasal dari polimer silika gel
dengan TiCl4 (dalam isobutanol) dengan media pelarut metanol dan air, HCl. Silika gel
yang berbentuk polimer akan terputus membentuk monomer, dimmer, trimer – Si –
OH (dipolimerisasi), begitu juga pada TiCl4 akan melepas ion Cl – nya sehingga Ti
dimungkinkan dapat terikat pada atom O gugus silanol atau siloksan pada silika gel.
Ion Cl - akan mengikat atom H dari gugus silanol dan menghasilkan gas HCl.
Kemudian terjadi reaksi polimerisasi dengan ditambahkan air membentuk material
homogen SiO2-TiO2. Ukuran pori-pori pada silika gel yaitu berada pada mesoporous,
20Å < diameter pori > 500Å, pori pori ini cukup besar tetapi tidak terdistribusi secara
merata. Dengan adanya surfaktan tween 80 dimaksudkan sebagai surfaktan template
(pencetak pori) diharapkan akan mencetak pori-pori yang seragam. Surfaktan terdiridari bagian hidrofobik dan hidrofilik, bila berada dalam media pelarut polar akan
membentuk gumpalan yang disebut dengan misel. Misel-misel ini diharapkan terjebak
di dalam rangkaian polimer ketika dilakukan proses sol-gel. Selanjutnya misel-misel
dari surfaktan ini dihilangkan dengan direfluks dalam etanol yang diasamkan. Misel ini
diharapkan akan meninggalkan lubang –lubang yang disebut pori-pori yang lebih baik
dari sebelumnya. Penggunaan pelarut akan mempengaruhi keadaan spesies-spesies
yang ada dalam pelarut. Jika digunakan pelarut metanol maka sebagian dari gugus – OH
pada silika gel atau pada silika terlarut dapat tersubstitusi oleh gugus metoksi yang
tersedia dalam pelarut sehingga kemungkinan akan terbentuk spesies
metoksisilan.spesies-spesies tersebut merupakan bentuk alkoksisilan yang bersifat
reaktif dimana ikatan yang terjadi mudah putus sehingga mudah membentuk spesies-
spesies turunannya dengan mengganti gugus metoksi dengan gugus yang lain. Pada
pembuatan bentuk sol-gel diperlukan kondisi pH dan pelarut yang tepat agar diperoleh
sol-gel yang baik. Hal ini disebabkan karena proses dipolimerisasi dan polimerisasi
24
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 19/21
yang terjadi dipengaruhi oleh pH larutan sehingga digunakan suatu katalis asam.
Katalis asam yang dipakai adalah HCl. Sebagai media pelarut dalam pembuatan sol-
gel untuk sintesis komposit ini digunakan pelarut polar seperti metanol dan air melalui
reaksi hidrolisis. Kemungkinan reaksi pembentukan material komposit Homogen SiO2-
TiO2 dengan proses sol gel ditunjukkan oleh Gambar 7.
Sedangkan karakterisasi digunakan alat-alat seperti UV/VIS, IR, XRD, DTA dan
SAA. Penggunaan UV/VIS dimaksudkan untuk mengetahui sifat material terhadap
absorbsi λ UV atau pada λ VIS apabila material transparan. Sedangkan untuk alat IR
digunakan untuk mengetahui gugus-gugus yang terikat yang terjadi dalam material
komposit tersebut baik antara Si-O-Si, Si-O-Ti dan Si-OH atau Ti-OH. Alat XRD
digunakan untuk menghitung d-Spasi antar layer pada SiO2-TiO2 dengan
membandingkan data dari file JCPDS-nya. Pada alat DTA akan memberi informasi
mengenai tween 80 yang terikat pada silika dan tween 80 yang sudah lepas dari silika.
Dan juga memberikan informasi mengenai reaksi yang terjadi ketika material komposit
dipanaskan pada suhu-suhu tertentu. Sedangkan pada alat SAA digunakan untuk
mengetahui luas permukaan material komposit yang terbentuk, distribusi diameter pori
dan adsorbsi N2.
O O ClSi O
25
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 20/21
O O Si Cl Ti ClHO Si O
O Cl
HO O Si OHHOSilika gel
Metanol
HClisobutanol
OH
X Si OMe
OMe
MeO OH
Si O Ti O Si
MeO OH
HO(CH2CH2O)w (OCH2CH2)xOH
CH(OCH2CH2)yOHO
Kondensasi - H2O CH2O(CH2CH2O)z-1 O C (CH2)7CH CH (CH)7CH3
MeO Ti OSi
MeO Si O TiGelasi
Keterangan : = Tween 80
Gambar 7. Reaksi pembentukan Material Homogen SiO2-TiO2 tween 80
C. Hipotesis
26
Material Porous hybrid Anorganic-Organik yang baru
Tween 80 dihilangkan
Tween 80 = Polyoxyethelene(20) Sorbitan Monooleate
5/16/2018 8061204200510182 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/8061204200510182 21/21
1. Proses sol-gel dapat digunakan untuk sintesis SiO2-TiO2 tween 80 dengan
katalis HCl 10-1 M pada suhu ±60 0C.
2. Komposit SiO2-TiO2 dan tween 80 yang terbentuk akan memberikan
karakteristik yang berbeda dari material awalnya yaitu silika gel dan SiO2-
TiO2 kontrol .
3. Komposit SiO2-TiO2 dan Tween 80 yang terbentuk dapat memperoleh
tingkat keseragaman pori yang lebih baik dari material kontrolnya.
27