8. bab 2 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00466-tias bab 2.pdf · bab 2...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari dua suku kata, yaitu sistem dan informasi. Kata
sistem mengandung arti suatu tatanan yang kompleks yang terdiri dari elemen-elemen
yang selalu berhubungan dan saling bekerja sama secara teratur mengikuti standar
operasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan kata informasi mengandung
arti sebagai kumpulan data yang telah diproses sehingga memiliki nilai yang dapat
berguna dalam membantu pihak pengambil keputusan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi merupakan kumpulan elemen-elemen fisik maupun non-fisik yang
saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama untuk mengolah data menjadi
informasi yang berguna.
Kemampuan utama dari sistem informasi adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan kecepatan
tinggi.
2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang
murah, akurat dan cepat.
3. Menyimpan informasi dalam jumlah besar dan dalam ruang yang kecil
namun mudah diakses.
8
4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari setiap personal yang terdapat
didalam suatu kelompok yang berada pada tempat yang sama atau pada
beberapa tempat yang berlainan.
5. Menyajikan informasi dengan jelas dan mudah dimengerti.
6. Mengotomasikan proses-proses bisnis yang dikerjakan secara manual
ataupun proses-proses yang masih bersifat semi otomatis.
7. Mempercepat proses pengetikan dan penyuntingan.
8. Mengurangi biaya proses yang tadinya dikerjakan secara manual.
Kemampuan-kemampuan tersebut diatas akan mendukung sasaran-sasaran bisnis
yang mencakup :
1. Peningkatan produktivitas.
2. Pengurangan biaya.
3. Peningkatan kecepatan pengambilan keputusan.
4. Peningkatan layanan kepada pelanggan.
5. Kemudahan pengembangan aplikasi-aplikasi strategis baru.
2.2 Supply Chain
Supply chain merupakan suatu hal yang terdiri dari berbagai aspek, yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi pemenuhan permintaan konsumen.
Elemen-elemen dalam supply chain tidak hanya supplier dan pembuat produk, tetapi
termasuk juga transportasi, pergudangan, retailer dan juga konsumen itu sendiri
(Chopra, 4). Tujuan yang mendasar dari supply chain adalah memenuhi kebutuhan
9
konsumen agar keuntungan dapat diperoleh perusahaan. Aktivitas supply chain
dimulai dengan adanya permintaan konsumen dan berakhir ketika kebutuhan
konsumen telah terpenuhi dan konsumen telah membayar apa yang dibelinya.
Manajemen supply chain yang sukses akan membutuhkan beberapa keputusan
yang berkaitan dengan aliran informasi, produk dan uang. Keputusan tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam tiga level. Ketiga level tersebut yaitu :
1. Level perencanaan strategis.
Level ini berkaitan dengan efek jangka panjang yang diterima perusahaan.
Keputusan dalam level ini yaitu berupa keputusan yang berhubungan dengan
jumlah, lokasi dan kapasitas gudang serta pabrikasi, dan juga aliran material
dalam jaringan logistik.
2. Level perencanaan taktis.
Level perencanaan taktis merupakan level perencanaan dengan horizon waktu
menengah. Keputusan manajerial dalam level ini biasanya dilakukan satu kali
dalam suatu periode atau setahun sekali. Keputusan ini termasuk keputusan
pembelian dan produksi, kebijakan inventori, dan strategi transportasi.
3. Level perencanaan operasional.
Keputusan dalam level ini merupakan keputusan yang diambil dalam horizon
waktu singkat. Biasanya dibuat dalam jangka waktu hari ataupun jam. Keputusan
yang termasuk dalam level ini diantaranya penjadwalan, loading kendaraan dan
routing.
10
2.3 Logistik
Penelitian awal mengenai logistik dimulai pada tahun 1901 di Amerika Serikat.
Penelitian ini pada awalnya membahas mengenai distribusi produk pertanian
(Sankaran, 1).
Saat ini terdapat beberapa definisi logistik yang biasa digunakan, misalnya :
a. Desain dan operasi manajerial fisik serta sistem informasi yang diperlukan
untuk memungkinkan barang memnuhi waktu dan ruang yang ditentukan
(Chiu, 2).
b. Proses perencanaan, implementasi dan pengontrolan efisiensi, aliran berbiaya
rendah dan penyimpanan bahan baku, persediaan work in process, produk
akhir dan informasi yang bersangkutan dari titik asal sampai titik konsumsi
dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen (Council Logistic
Management / CLM, Ballou, 6 ; Bowersox, 4).
Berdasarkan definisi diatas, menurut Chiu (2), terdapat empat aliran dalam sistem
logistik:
a. Aliran material produk dari sumber, melalui proses yang diperlukan, termasuk
didalamnya penyimpanan, pencarian dan pengiriman sampai pada konsumen
tanpa delay yang tidak perlu dan biaya tambahan.
b. Aliran barang dagangan yang berisi aliran pemasaran dalam saluran distribusi.
Aliran ini merupakan proses transfer produk dari produsen melewati grosir
atau retailer kepada konsumen.
11
c. Aliran uang yang melibatkan pembayaran di muka dan transfer modal yang
dapat ditangani electronic fund transfer (EFT).
d. Aliran informasi yang merupakan hubungan komunikasi informasi antar
anggota dalam saluran logistik. Adanya aliran ini menimbulkan kebutuhan
untuk instalasi jaringan informasi logistik.
Misi logistik akan terpecah menjadi 3 (tiga) tujuan nyata, yaitu :
a. Pengurangan biaya, yaitu meminimalkan biaya variabel yang berkaitan
dengan pergerakan dan penyimpanan, biasanya diwujudkan dalam pemilihan
lokasi gudang / pabrik atau pemilihan moda transportasi.
b. Pengurangan modal, yaitu meminimalkan tingkat investasi dalam sistem
logistik, motivasinya adalah memaksimalkan return of investment, biasanya
diwujudkan dalam keputusan penggunaan public warehouse atau third party
untuk pengiriman barang atau dengan memilih supplier yang tepat waktu.
c. Peningkatan pelayanan, karena meningkatnya pemasukan tergantung dari tingkat
pelayanan yang diberikan.
Untuk melaksanakan misi tersebut, maka diperlukan strategi yang disebut strategi
logistik. Strategi tersebut dibedakan secara khusus sesuai komponen penyusun
logistik, misalnya strategi yang berkaitan dengan transportasi adalah pemilihan moda,
ukuran pengiriman, pemilihan rute dan penjadwalan. Strategi logistik dibagi dalam 4
area perencanaan utama, yaitu pelayanan konsumen, lokasi fasilitas, inventori dan
12
transportasi seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1. Akibat dari perencanaan itu
adalah keuntungan, cash flow, dan pengembalian investasi ke perusahaan.
Gambar 2.1. Empat (4) Strategi Utama Dalam Logistik
Aktivitas yang terjadi dalam logistic business atau supply chain management
bervariasi pada setiap perusahaan. Komponen dari sistem logistik biasanya terdiri dari
pelayanan konsumen, peramalan permintaan, komunikasi distribusi, kontrol
inventori, material handling, penanganan permintaan, dukungan pelayanan dan
part, pemilihan lokasi pabrik dan gudang, pembelian, pengemasan, penanganan produk
yang diretur, barang rusak, skrap, transportasi dan gudang penyimpanan (Ballou , 8).
Dari berbagai komponen tersebut yang paling banyak menghabiskan biaya adalah
Customer Service Goal - Produk - Pelayanan Logistik - Sistem Informasi
Inventory Strategy - Peramalan - Penyimpanan - Pembelian - Penjadwalan Supplier
Transport Strategy - Keptusan Transportasi - Fundamental Transportasi
Location Strategy - Keptusan Lokoasi - Perencanaan Jaringan
13
transportasi dan inventori, jumlahnya antara setengah sampai dua pertiga dari biaya
logistik.
2.4 Distribusi
Distribusi merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memindahkan produk dari
tingkatan supplier hingga tingkatan konsumen. Distribusi akan berlangsung pada
setiap tingkatan dalam supply chain. Aliran material dan komponen berpindah dari
supplier ke pembuat produk sedangkan produk jadi akan berpindah dari pabrik ke
pengguna akhir. Distribusi merupakan kunci dari semua keuntungan yang akan
diterima perusahaan, karena distribusi secara langsung akan berhubungan dengan
biaya supply chain dan keinginan konsumen. Pada perekomian Amerika, biaya
distribusi berpengaruh sebesar 10,5% dari total perekonomian Amerika dan sekitar
20% merupakan biaya pabrikasi. Pemilihan jaringan distribusi yang tepat dapat
meningkatkan kinerja distribusi dan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk proses
ini.
Pada level tertinggi, kinerja distribusi akan diukur dengan dua sudut pandang,
yaitu kebutuhan konsumen yang terpenuhi dan biaya yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, sebuah perusahaan seharusnya
melakukan evaluasi akan imbas yang ditimbulkan oleh pelayanan kepada konsumen
dan melakukan perbandingan terhadap biaya yang dibutuhkan jika menggunakan
jaringan distribusi yang berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu
jaringan distribusi yaitu (Chopra, 73):
14
1. Respon terhadap waktu, merupakan respon terhadap selisih waktu antara
pemesanan produk oleh konsumen dengan waktu ketika konsumen
menerima pesanannya.
2. Varietas produk, merupakan perbedaan jumlah produk yang diinginkan
konsumen pada suatu jaringan distribusi.
3. Ketersediaan produk, merupakan kemungkinan adanya persediaan produk
ketika konsumen melakukan pemesanan.
4. Customer experience, merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh
konsumen pada saat melakukan pemesanan dan dalam penerimaan
produk.
5. Order visibility, merupakan kemampuan konsumen untuk melakukan
pengecekan terhadap pemesanannya dari penempatan hingga pengiriman.
6. Returnability, merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan konsumen
untuk mengembalikan produk yang dikirim jika produk tersebut tidak
sesuai dengan permintaannya.
Berdasarkan ada tidaknya perantara dan cara pendistribusian produk, jaringan
distribusi dapat dibedakan menjadi 6 (enam) desain jaringan. Keenam rancangan
jaringan tersebut, dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Manufacturer Storage With Direct Shipping
Pada jaringan distribusi ini, produk akan dikirim secara langsung dari
pabrik ke pengguna terakhir, dengan melewati retailer (yang merupakan pihak
yang mengetahui permintaan pengiriman). Jaringan ini disebut juga sebagai
15
drop-shipping dengan produk yang dikirim langsung dari pabrik hingga lokasi
pengguna terakhir. Retailer jika berdiri sendiri dari pabrik, tidak akan
mempunyai persediaan, dikarenakan produk akan disimpan pada inventori
pabrik. Aliran informasi dimulai dari konsumen melalui retailer, namun
produk akan dikirim langsung dari pabrik ke konsumen. Ilustrasi dari sistem
ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2 Manufacturer Storage With Direct Shipping
Keuntungan terbesar penggunaan jaringan distribusi ini adalah adanya
pemusatan penyimpanan pada gudang pabrik, namun terdapat kelemahan dari
sisi biaya transportasi. Jauhnya jarak yang ditempuh menuju pengguna
terakhir menyebabkan tingginya biaya distribusi.
2. Manufacturer Storage With Direct Shipping and In-Transit Merge
Jaringan distribusi ini mengkombinasikan pemesanan dari daerah yang
berbeda, sehingga pengiriman produk oleh retailer ataupun carrier hanya
16
dilakukan satu kali saja. Aliran informasi dan aliran produk pada jaringan ini
seperti terlihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Manufacturer Storage With Direct Shipping dan In-Transit Merge
3. Distributor Storage With Package Carrier Delivery
Dalam jaringan ini, sebelum produk / inventori dikirim kepada konsumen /
pengguna akhir, produk / inventori akan disimpan terlebih dahulu di gudang
distributor atau retailer. Dibandingkan dengan penyimpanan di pabrik,
penyimpanan pada gudang distributor akan membutuhkan biaya penyimpanan
yang tinggi karena gudang distibutor atau retailer akan mengagregasi
permintaan yang tidak pasti. Secara terperinci aliran produk dan informasi
untuk jaringan distribusi ini terlihat pada gambar 2.4.
17
Gambar 2.4 Distributor Storage With Package Carrier Delivery
Kelebihan lain dari sistem distribusi ini adalah biaya transportasi yang
rendah, karena armada transportasi dapat melakukan pengiriman inbound ke
gudang yang letaknya berdekatan dengan konsumen.
4. Distributor Storage With Last Mile Delivery
Pengiriman dengan metode last mile merujuk pada distributor atau retailer
yang mengirimkan produk kepada konsumen di samping penggunaan pihak
pembawa lain (carrier). Tidak seperti pada jaringan pengiriman dengan
sistem paket, pengiriman dengan jaringan ini akan membutuhkan kedekatan
antara gudang ditributor dengan konsumen untuk memudahkan pengiriman.
Secara terperinci aliran produk dan informasi pada jaringan ini seperti terlihat
pada gambar 2.5.
18
Gambar 2.5 Distributor Storage With Last Mile Delivery
Jaringan distribusi ini akan membutuhkan tingkat inventori yang tinggi,
hal ini dikarenakan rendahnya tingkat agregasi terhadap permintaan
konsumen. Berdasarkan sudut pandang inventori, gudang penyimpanan
dengan jaringan ini akan lebih cocok bagi produk dengan permindahan yang
cepat dimana suatu agregasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam peningkatan inventori. Namun penggunaan jaringan distribusi ini akan
memerlukan biaya transportasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jaringan distribusi dengan paket.
5. Manufacturer / Distributor Storage With Customer Pickup
Dengan pendekatan ini, penyimpanan produk akan berada pada gudang
pabrik dan distributor, tetapi konsumen melakukan pemesanan online melalui
telepon ataupun email dan kemudian memutuskan tempat untuk mengambil
pesanan tersebut. Pesanan konsumen akan dibawa dari gudang menuju tempat
19
yang akan digunakan konsumen untuk mengambil produk pesanannya. Secara
terperinci gambar jaringan distribusi tersebut seperti terlihat pada gambar 2.6
berikut ini.
Gambar 2.6 Manufacturer / Distributor Storage With Customer Pickup
Biaya inventori dalam jaringan ini dapat ditekan dibandingkan dengan
biaya pengiriman menggunakan package delivery, dikarenakan adanya
agregasi permintaan konsumen. Biaya transportasi yang ditimbulkan oleh
metode ini lebih rendah jika dibandingkan dengan package delivery. Hal ini
dikarenakan jumlah produk yang akan dikirim ke lokasi dapat diketahui
secara pasti.
6. Retail Storage With Customer Pickup
Pada jaringan ini inventori berada pada retailer. Konsumen akan datang
kepada retailer untuk mendapatkan produk yang diinginkan atau melakukan
pemesanan melalui telepon / emali dan kemudian mengambil produk
20
pesanannya pada toko retailer. Penyimpanan pada inventori lokal akan
meningkatkan biaya inventori dikarenakn rendahnya agregasi permintaan
konsumen. Namun dengan metode jaringan ini, biaya transportasi yang
butuhkan akan lebih rendah jika dibandingkan dengan jaringan distribusi yang
lain. Hal ini dikarenakan pengiriman produk tersebut dapat menggunakan
sarana transportasi yang lebih murah.
2.5 Transportasi
Salah satu komponen penting dalam logistik adalah transportasi, karena tidak ada
perusahaan modern yang dapat beroperasi tanpa memperhatikan pergerakan bahan baku
atau produk jadi. Jika transportasi tidak berjalan dengan baik, maka pasar tidak akan
dapat dilayani atau produk akan kembali ke perusahaan dalam keadaan usang ataupun
rusak. Transportasi memang mengarah pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi
lain (Chopra, 262). Selain karena perannya, transportasi juga menjadi penting karena
besarnya biaya yang dihabiskan.
Menurut Chopra (263), terdapat dua pihak yang sangat berperan besar dalam
hal transportasi yaitu :
a. Pihak pengirim (shipper) atau pihak yang memerlukan pemindahan
produknya dari satu titik ke titik lain dalam supply chain.
Keputusan yang dibuat oleh pihak ini merupakan keputusan yang
berkaitan dengan desain jaringan transportasi, pemilihan alat transportasi,
pengaturan jumlah pesanan konsumen agar dapat diantarkan dengan alat
21
transportasi yang ada dan lain-lain. Biaya yang diperhitungkan dalam
pengambilan keputusannya adalah :
- Biaya alat transport, merupakan jumlah total yang dibayarkan
untuk berbagai macam kendaraan yang membawa pesanan konsumen.
- Biaya inventori, biaya ini muncul ketika transportasi berjalan dalam
jalur supply chain, misalnya kendaraan tidak langsung menuju
tempat tujuan tetapi menginap dahulu di suatu tempat.
- Biaya fasilitas, biaya ini merupakan biaya semua fasilitas dalam
jaringan supply chain, misalnya biaya gudang.
- Biaya proses, adalah biaya loading / unloading dan biaya yang
menyangkut proses dalam transportasi.
- Biaya pelayanan yang bertujuan untuk memuaskan konsumen.
b. Pihak pembawa (carrier) atau pihak yang memindahkan produk.
Faktor yang dipertimbangkan ketika akan mengambil suatu keputusan antara
lain :
- Biaya yang berkaitan dengan kendaraan, misalnya ongkos
pembelian kendaraan, biaya penyusutan, biaya pajak dan lain-lain.
- Biaya operasi tetap, biasanya menyangkut tenaga kerja perawatan dan
fasilitas seperti pangkalan / depot atau biaya lain yang tetap harus
ada walaupun kendaraan tidak digunakan.
- Biaya yang berkaitan dengan perjalanan, yaitu biaya yang terjadi
setiap kali kendaraan meninggalkan pangkalan / depot untuk suatu
22
perjalanan, termasuk biaya tenaga kerja dan bahan bakar. Biaya ini
tergantung kepada panjang dan lamanya perjalanan, tetapi terlepas dari
jumlah barang.
- Biaya yang berkaitan dengan jumlah barang, biasanya menyangkut
biaya loading / unloading dan sebagian biaya bahan bakar yang
berubah-ubah sesuai dengan jumlah barang yang diangkut.
- Biaya overhead, contoh biaya yang masuk disini adalah biaya
perencanaan dan biaya teknologi informasi.
2.6 Penyusunan Rute Kendaraan
Masalah penentuan rute dan sekaligus penjadwalan, merupakan masalah operasional
dalam transportasi. Manajer harus memutuskan konsumen mana yang harus
dikunjungi terlebih dahulu dan menentukan bagaimana urutan kunjungan mereka.
Manajer juga harus menentukan jenis kendaraan yang digunakan untuk mengirim
produk ke seluruh konsumen dan rute mana yang harus dilalui setiap kendaraan.
Manajer juga harus memastikan tidak adanya kendaraan yang kelebihan muatan dan
memastikan pengiriman yang dilakukan tidak melebihi batas waktu.
Tujuan utama dari pemilihan rute yang tepat dan penjadwalan yang baik adalah
menentukan kombinasi yang tepat, yang akan meminimasi biaya dengan mengurangi
jarak yang ditempuh kendaraan dan lama waktu pengiriman setiap kendaraan, serta
mengurangi kesalahan pelayanan seperti pengiriman yang tertunda (Chopra, 284).
23
Biaya yang dimaksud adalah biaya modal dan biaya perjarak yang ditempuh (biaya
bahan bakar).
Masalah penentuan rute dan penjadwalan kendaraan selalu ditunjukkan dalam
sebuah diagram jaringan (network diagram). Contohnya terdapat pada gambar
2.7 dibawah ini.
Gambar 2.7 Contoh Masalah Penyusunan Rute Dan Penjadwalan Kendaraan
Pada gambar diatas, terdapat 5 lingkaran yang disebut node / vertex. Empat
node (node 2-5) menggambarkan titik pickup dan delivery (konsumen) dan node
kelima (node 1) menunjukkan node depot, yang menjadi muara dari perjalanan
kendaraan. Penghubung setiap node adalah lintasan yang disebut arc / edge.
Arc menggambarkan waktu, biaya atau jarak yang diperlukan untuk menempuh
perjalanan dari satu node ke node yang lain. Jika kecepatan rata-rata telah
diketahui, maka jarak tempuh tersebut dapat dengan mudah dikonversikan ke
2
5 4
1
3
Depot
Pickup / Delivery
Pickup / Delivery
Pickup / Delivery
14 km
12 km
8 km
15 km
13 km
Pickup / Delivery
24
dalam waktu tempuh. Walaupun demikian, konversi tidak mempertimbangkan
kondisi geografis yang dilalui kendaraan, seperti gunung atau perbukitan.
Data-data historis dalam arc ini sangat diperlukan untuk meminimasi waktu
dalam penentuan rute dan penjadwalan kendaraan. Syarat-syarat yang lain yang harus
dipenuhi adalah sebuah rute harus mampu mengakomodasi semua node, sebuah
node harus dikunjungi hanya sekali dan sebuah perjalanan harus diawali dan diakhiri di
depot. Output dari penentuan rute dan penjadwalan adalah sebuah rute dan atau sebuah
jadwal. Rute tersebut memperlihatkan urutan node yang harus dikunjungi dan jadwal
menunjukkan kapan setiap node harus dikunjungi.
Klasifikasi masalah penentuan rute dan penjadwalan didasarkan karakteristik
sistem pengiriman, misalnya ukuran armada pengiriman, dimana pangkalan / depot
armada berada , kapasitas kendaraan, tujuan penentuan rute dan penjadwalan. Secara
sederhana klasifikasi masalah penentuan rute dan penjadwalan sebagai berikut (
Haksever, 3) :
- Travelling Salesman Problem (TSP), merupakan kasus yang paling
sederhana dimana sebuah kendaraan mengunjungi semua node yang ada.
- Multiple Traveling Salesman Problem (MTSP), merupakan perluasan dari
kasus TSP. MTSP terjadi ketika sebuah armada harus mengawali rute dari
suatu depot. Tujuan penyelesaiannya adalah untuk menghasilkan satu rute
untuk setiap kendaraan. Karakteristik MTSP adalah setiap node dapat hanya
dilayani satu kendaraan namun satu kendaraan dapat melayani lebih dari
25
satu node. Pada MTSP tidak ada batasan mengenai jumlah muatan yang
dapat dibawa.
- Vehicle Routing Problem (VRP), merupakan masalah penentuan rute dan
penjadwalan dimana diadakan beberapa pembatasan misalnya kapasitas dari
beberapa kendaraan atau waktu pengiriman serta ada kemungkinan
permintaan atau situasi yang berubah-ubah.
- Chinese Postman Problem (CPP), pada masalah ini permintaan pelayanan
lebih banyak terjadi di sepanjang arc daripada yang terjadi di node atau
permintaan sangat tinggi sehingga permintaan tiap node sukar
dikelompokkan.
Walupun terdapat berbagai macam cara untuk menyelesaikan permasalahan
distribusi, satu hal yang pasti adalah bahwa penentuan rute dan penjadwalan sangatlah
sulit untuk diselesaikan, yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penedekatan-
pendekatan perhitungan.
2.7 Vehicle Routing Problem (VRP)
Salah satu klasifikasi masalah penentuan rute dan penjadwalan adalah Vehicle
Routing Problem (VRP). Permasalahan VRP merupakan permasalahan integer
progamming, dimana sebuah set rute untuk sebuah armada kendaraaan yang
bersumber pada satu atau beberapa depot, harus ditentukan untuk melayani sejumlah
konsumen yang tersebar secara geografis (www.neo.lcc.uma.es; Marinakis, 3).
26
Tujuan dari VRP adalah mengantarkan produk pada sekelompok konsumen yang
diketahui permintaannya dengan hanya menghabiskan biaya yang minimum serta
berawal dan berakhir pada sebuah atau lebih depot. Output dari masalah ini adalah rute
yang berbiaya rendah dan layak untuk setiap kendaraan (rute adalah urutan lokasi yang
harus dikunjungi dengan indikasi memerlukan pelayanan).
VRP adalah masalah kombinatorial yang didasarkan pada gambar / graph G(V,E).
Graph G(V,E) adalah himpunan tak kosong berhingga obyek-obyek yang disebut
vertex (V) dan himpunan garis-garis (mungkin kosong) yang menghubungkan
dua vertex yang disebut edge (E) (Sulistyawati, 5). Notasi yang digunakan untuk
masalah ini sebagai berikut :
V = {v0,v1,…,vn} merupakan set node / vertex dimana node v0
melambangkan sebuah depot dan sisa node (V’ / V+) menunjukkan
set dari n kota atau konsumen
A = {(vi,vj)| vjrVj:<E V, i <j } adalah set arc /edge
c = matrik nilai non-negatif (dapat berupa jarak, biaya, waktu)
cij = adalah nilai c antara konsumen vi dan vj
qi = vektor permintaan konsumen
Ri = rute untuk kendaraan i
K = jumlah kendaraan yang identik, setiap kendaraan melayani satu
rute
27
Hasil dari pemecahan masalah Vehicle Routing Problem adalah rute seperti yang
digambarkan pada gambar 2.8. Depot dilambangkan dengan angka 0, sedangkan
konsumen dilambangkan dengan angka 1 sampai 10.
Gambar 2.8 Contoh Rute Hasil Penyelesaian Vehicle Routing Problem
Salah satu permasalahan yang menarik didalam bahasan Vehicle Routing Problem
adalah masalah mengenai Capcitated Vehicle Routing Problem (CVRP). CVRP
merupakan kasus penentuan rute dari K kendaraan yang bertujuan untuk meminimalkan
biaya total jarak yang ditempuh semua rute, yang akan memenuhi kapasitas kendaraan Q
dan melayani setiap konsumen.
Permasalahan ini akan memiliki beberapa kendala sebagai berikut :
1. Masing-masing rute akan berawal dan berakhir di satu depot.
2. Setiap konsumen hanya akan dikunjungi oleh satu kendaraan.
3. Total permintaan setiap rute tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan Q.
28
Formulasi untuk CVRP (Fukusawa, 4), adalah :
Fungsi tujuan = min∑∈Ee
cexe
Fungsi kendala = ∑∈ })({ie
exδ
= 2 +∈∀ Vi
∑∈ })0({δe
ex = 2K
∑∈ )(Se
exδ
≥ 2.k(S), +∈∀ VS
xij Eji ∈∀∈ },{},1,0{
keterangan
V : set node,
E : set egde / arc,
V’ / V+ : {1…n} set node konsumen,
N : konsumen,
ce : nilai non negatif pada setiap arc {i,j} ∈ E, dapat berupa biaya, jarak
atau waktu, diasumsikan simetris, dimana cij = cji,
xe : banyaknya kendaraan melewati arc {i,j}∈ E, bernilai 0 jika tidak
dilewati kendaraan dan bernilai 1 bila dilewati kendaraan,
∀ : semua,
K : jumlah kendaraan,
δ(S) : cut set yang didefinisikan dalam S,
S : {S ⊆ V’, S ≥ 2},
29
k(S) : jumlah minimal kendaraan dengan kapasitas Q yang diperlukan untuk
memuaskan permintaan konsumen di S, nilainya {d(S) / Q},
d(S) : indikasi total permintaan node pada subset S ⊆ V’, dimana
q(S) = ∑∈Si
iq ,
Q : kapasitas kendaraan,
qi : permintaan non negatif pada V’, dimana setiap vertex V’ memiliki non
negatif permintaan qi dengan syarat 0 < qi ≤ Q.
Terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah ini serta dikelompokkan kedalam tiga klasifikasi (Ropke, 8), yaitu :
a. Contructive Heuristic
Metode ini dibagi dalam 2 jenis, yaitu sequential dan parallel. Contoh
metode yang termasuk kedalamnya adalah Clark and Wright Saving
Algoritm, Matching Based Algoritm, Insertion Heuristic, dan Christofides,
Mingozzi, Toht Heuristic
b. Two Phase Heuristic
Metode ini dibagi dalam 2 jenis, yaitu Cluster First-Route Second (yang
termasuk didalamnya adalah Sweep, Fisher and Jaikumar Algorithm dan
Petal) dan Route First-Cluster Second (contohnya adalah Beasley
Algorithm).
c. Improvement Heuristic
Yang termasuk dalam metode ini misalnya Local Search Algorithm.
30
2.8 Clark and Wright Saving Heuristic
Salah satu metode untuk memecahkan CVRP adalah Clark and Wright Saving
Heuristic. Metode ini sangat sederhana, sehingga mudah untuk diimplementasikan
dalam penentuan rute kendaraan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan rute dengan menggunakan
metode ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi matriks waktu
Matriks waktu mengidentifikasikan waktu tempuh kendaraan yang digunakan
untuk mengirim produk dari depot ke konsumen ataupun dari konsumen ke
konsumen yang lain.
Waktu tempuh tersebut secara tidak langsung akan mempresentasikan jarak
tempuh dari kendaraan yang digunakan dan biaya yang akan ditimbulkan dari
setiap kali pengiriman dilakukan.
Hubungan antara waktu tempuh dengan jarak tempuh dapat dirumuskan
menggunakan persamaan berikut ini :
D = v x t ……………………………………………………...(2.1)
dimana,
D = jarak tempuh kendaraan (km)
v = kecepatan rata-rata kendaraan (km / jam)
t = waktu tempuh kendaraan (jam)
31
2. Mengidentifikasi saving matriks
Saving matriks merupakan presentasi dari pengeluaran yang akan timbul
ketika konsumen ditambahkan dalam sebuah armada transportasi. Sebuah
perjalanan diidentifikasikan sebagai sebuah tahapan dari kunjungan yang
dilakukan oleh kendaraan.
Saving matriks S(x,y) merupakan pengkombinasian waktu yang ditempuh
kendaraan dalam melakukan perjalanan dari pabrik ke konsumen x kemudian
kembali lagi ke pabrik dan perjalanan dari pabrik ke konsumen y kemudian
kembali lagi ke pabrik, menjadi perjalanan dari pabrik ke konsumen x kemudian
ke konsumen y dan akhirnya kembali lagi ke pabrik.
Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Pabrik → Konsumen x → Pabrik dan Pabrik → Konsumen y → Pabrik
menjadi
Pabrik → Konsumen x → Konsumen y → Pabrik
Nilai dari saving matriks tersebut, dapat dirumuskan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
S(x,y) = WTx + WTy – WTxy ………………………………………(2.2)
dimana,
S(x,y) = saving matriks konsumen x ke konsumen y
WTx = waktu tempuh dari pabrik ke konsumen x
WTy = waktu tempuh dari pabrik ke konsumen y
WTxy = waktu tempuh dari konsumen x ke konsumen y
32
3. Membagi konsumen dalam rute
Pada tahapan ini dilakukan pembagian konsumen ke dalam rute suatu
kendaraan dengan mempertimbangkan permintaan konsumen dan kapasitas
kendaraan yang digunakan. Sebuah rute dikatakan feasible jika pengiriman total
dalam rute tersebut tidak melebihi kapasitas kendaraan. Prosedur yang digunakan
dalam penentuan konsumen dalam sebuah rute yaitu dengan pembagian
konsumen berdasarkan nilai saving yang terbesar. Prosedur ini dilakukan
berulang hingga semua konsumen telah teralokasi dalam rute yang ada.
4. Melakukan pengurutan kunjungan dalam setiap rute
Tujuan tahap ini yaitu melakukan urutan kunjungan kendaraan yang ada pada
setiap rute yang telah dibentuk, sehingga waktu tempuh kendaraan dapat
diminimalkan. Beberapa prosedur yang dapat digunakan dalam melakukan
pengurutan kunjungan diantaranya :
a. Farthest insert
Prosedur ini dilakukan dengan melakukan penambahan konsumen dalam
sebuah rute perjalanan, dimulai dari yang memiliki peningkatan jarak yang
paling besar atau paling jauh. Prosedur ini akan terus dilakukan hingga seluruh
konsumen masuk ke dalam rute.
b. Nearest insert
Pengurutan kunjungan dengan metode ini dilakukan dengan memasukkan
konsumen dalam sebuah rute kendaraan dengan memulainya dari konsumen
33
yang memiliki peningkatan jarak yang paling kecil atau yang jaraknya paling
dekat dengan depot.
c. Nearest neighbour
Pengurutan kunjungan konsumen dengan prosedur ini dimulai dari depot
kemudian dilakukan penambahan konsumen yang jaraknya paling dekat
dengan depot. Pada setiap tahap, rute yang ada dibangun dengan melakukan
penambahan konsumen yang jaraknya paling dekat dengan konsumen terakhir
yang dikunjungi.
d. Sweep
Pada metode ini, sebuah titik dalam grid dipilih (secara umum yaitu depot)
dan ditarik sebuah garis yang menyapu dari titik tersebut searah jarum jam
ataupun melawan arah jarum jam. Rute perjalanan disusun berdasarkan titik
konsumen yang terlebih dahulu bertemu dengan garis tersebut. Rute perjalanan
yang diperoleh merupakan tahapan kunjungan sebuah kendaraan yang berotasi
sesuai dengan garis yang ditarik dari depot. Setelah seluruh konsumen
diurutkan, maka konsumen tersebut diseleksi untuk memulai rute pertama.
Rute yang akan dikunjungi setiap konsumen tergantung pada urutan
sebelumnya hingga pengiriman yang dilakukan pada rute tersebut tidak
melebihi kapasitas kendaraan.
e. 2-OPT
Prosedur 2-OPT dimulai dengan sebuah perjalanan dan memecahnya
menjadi dua tempat. Hasil ini dalam perjalanan dipecah menjadi dua jalan
34
kecil, yang dapat dihubungkan kembali menjadi dua jalan yang
memungkinkan. Jarak untuk masing-masing reconnection dievaluasi, dan yang
paling kecil dari keduanya digunakan untuk menetapkan jalan baru. Prosedur
ini diteruskan pada perjalanan baru hingga tidak ada lagi perbaikan yang
dihasilkan.
f. 3-OPT
Prosedur 3-OPT memecah perjalanan menjadi tiga titik untuk memperoleh
tiga jalan kecil yang dapat dihubungkan kembali untuk dibentuk hingga
menjadi delapan jalan yang berbeda. Jarak dari tiap-tiap delapan perjalanan
yang memungkinkan dievaluasi dan perjalanan yang terpendek disimpan.
Prosedur diteruskan pada perjalanan baru hingga tidak ada lagi perbaikan yang
dihasilkan.
2.9 Perhitungan Lain Yang Digunakan
Terdapat beberapa perhitungan lain yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada. Perhitungan-perhitungan tersebut
dijabarkan menjadi beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut
adalah :
1. Perhitungan Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar dihitung menggunakan persamaan :
BB = HB : RPB x D ………………..…………………...(2.3)
35
dimana,
BB = biaya bahan bakar (Rp)
HB = harga bahan bakar (Rp / ltr)
RPB = rasio penggunaan bahan bakar (1 : x km)
D = jarak atau penjang rute yang dilayani (km)
2. Perhitungan Biaya Depresiasi Kendaraan
Biaya depresiasi kendaraan dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut :
BD = HK x ND x JHt ……………………………….(2.4)
dimana,
BD = biaya depresiasi kendaraan (Rp / hari per unit)
HK = harga beli kendaraan (Rp / unit)
ND = nilai depresiasi yang ditentukan perusahaan (% per tahun)
JH t = jumlah hari per tahun
3. Perhitungan Biaya Pemeliharaan Kendaraan
Biaya pemeliharaan kendaraan dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut :
BPm = APm : JHb ………….……………………….(2.5)
dimana,
BPm = biaya pemeliharaan kendaraan (Rp / hari per unit)
36
APm = nilai pajak kendaraan (Rp / unit per tahun)
JH b = jumlah hari per bulan
4. Perhitungan Biaya Pajak Kendaraan
Biaya pajak kendaraan dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut :
BP = NP : JHt ………….………………………….(2.6)
dimana,
BP = biaya pajak kendaraan (Rp / hari per unit)
NP = nilai pajak kendaraan (Rp / unit per tahun)
JHt = jumlah hari per tahun
5. Perhitungan Utilitas Kapasitas Kendaraan
Utilitas kapasitas kendaraan (UTK) dihitung untuk mengetahui
perbandingan antara kapasitas kendaraan dengan muatan yang dibawa
pada saat pengiriman. UTK berguna untuk mengetahui apakah muatan
yang dibawa melebihi kapasitas kendaraan atau tidak. Nilai UTK dapat
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
UTK = x 100 % ….(2.5)
muatan kendaraan saat ini kapasitas maksimum kendaraan