7.1. g. dukono halmahera maluku utara

12
858 7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara G. Dukono dilihat dari sekitar Sungai Muya KETERANGAN UMUM Nama Lain : Doekono, Dukoko, Dodoekko, Dukoma, Tala, Tolo Nama Kawah : Tanah Lapang, Dilekene, (a dan B), Malupang Magiwe (C), Telori (D), Heneowara. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 42’ LU dan 127º 52' BT Kab. Halmahera Utara, Prop. Maluku Utara. Ketinggian : 1087 m dml Kota Terdekat : Galela (Kota kecamatan) Tipe Gunungapi : Strato Pos Pengamatan : - Desa Mamuya, Kecamatan Galela. Kabupaten Halmahera Utara,. Propinsi Maluku Utara. - Posis Geografi : 1º 47’ 40,32" LU dan 127º 53' 42,420" BT, ketinggian 25 m dml PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Puncak G. Dukono dapat dicapai dari Kota Ternate dengan menggunakan perahu cepat ke Sopipi dengan waktu 45 menit, kemudian dilanjutkan dengan kendaraan roda empat menuju Desa Mamuya dengan waktu 4 jam. Kendaraan roda empat dapat diteruskan hingga pemberhentian terakhir. Pendakian dilanjutkan dengan jalan kaki ke arah selatan dan memerlukan waktu 7 jam untuk sampai ke puncak G. Dukono.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

858

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

G. Dukono dilihat dari sekitar Sungai Muya

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Doekono, Dukoko, Dodoekko, Dukoma, Tala, Tolo

Nama Kawah : Tanah Lapang, Dilekene, (a dan B), Malupang Magiwe (C), Telori (D), Heneowara.

Lokasi

a. Geografi

b. Administrasi

:

:

1º 42’ LU dan 127º 52' BT

Kab. Halmahera Utara, Prop. Maluku Utara.

Ketinggian : 1087 m dml

Kota Terdekat : Galela (Kota kecamatan)

Tipe Gunungapi : Strato

Pos Pengamatan : - Desa Mamuya, Kecamatan Galela. Kabupaten Halmahera Utara,. Propinsi Maluku Utara.

- Posis Geografi : 1º 47’ 40,32" LU dan 127º 53' 42,420" BT, ketinggian 25 m dml

PENDAHULUAN

Pencapaian Puncak

Puncak G. Dukono dapat dicapai dari Kota Ternate dengan menggunakan perahu

cepat ke Sopipi dengan waktu 45 menit, kemudian dilanjutkan dengan kendaraan roda

empat menuju Desa Mamuya dengan waktu 4 jam. Kendaraan roda empat dapat

diteruskan hingga pemberhentian terakhir. Pendakian dilanjutkan dengan jalan kaki ke

arah selatan dan memerlukan waktu 7 jam untuk sampai ke puncak G. Dukono.

Page 2: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

859

SEJARAH KEGIATAN

TAHUN KEJADIAN INTERVAL LETUSAN (TAHUN)

1550 1861 – 1869 1901 1933 1941 - 1942 1945 1946 1952 1969 1971 1991 1992 1993 1994 1995 2003

terjadi letusan hebat dan gempa bumi yang merusak kota Tolo, ibukota Mora (Verbeek, 1908). Aliran lava menghubungkan G. Mamuya dengan P. Halmahera yang tadinya dipisahkan oleh laut/selat (Newmann van Padang, 1939) terjadi letusan di kawah pusat dan daerah sekitar puncak terbakar terjadi kegiatan sekitar Tanah Lapang, terlihat asap hitam dan suara gemuruh serta terasa gempa bumi, adanya 13 bukit kecil yang mengeluarkan asap dan api. Setelah kegiatan, di sekitar puncak terlihat dua bukit kecil berwarna putih 13 Agustus terjadi letusan hebat dan aliran lava melimpah ke utara mengakibatkan banyak daerah yang rusak. Pusat kegiatan pada kawah Malupang-Warirang di lereng G. Karirang dan merupakan kawah paling aktif saat ini. Letusan dengan suara gemuruh, di malam hari terlihat bara api sekitar puncak , kadang-kadang terasa getaran gempa bumi, hujan abu mencapai Tobelo penigkatan kegiatan, kadang-kadang terlihat sinar api di puncak, getaran gempa lemah terasa di Tobelo peningkatan kegiatan, kadang-kadang diikuti letusan abu, pusat kegiatan di kawah Malupang-Warirang 19 dan 20 Juli terdengar gemuruh suara letusan dan hujan abu di Morotai lk. 60 km dari puncak, tebal abu 1 cm, di Tobelo ( 15 km dari puncak) tebal abu 1.5 cm dan terlihat lontaran material pijar mencapai ketinggian 300 m. peningkatan kegiatan, letusan asap setinggi lk. 1000 m, hujan abu di sekitar puncak dan suara letusan terdengar sampai Tobelo peningkatan kegiatan, kadang-kadang diikuti letusan asap, suara letusan terdengar sampai Mamuya dan Galela peningkatan kegiatan, kadang-kadang diikuti letusan asap hitam tebal setinggi lk. 300 m, hujan abu di sekitar puncak dan suara gemuruh terdengar hingga radius lk. 5 km dari pusat kegiatan 8 Juni terjadi letusan dengan tinggi asap mencapai tinggi 1500 m, hujan abu sampai di Tobelo, malam hari terlihat sinar api dan adanya aliran lahar di sungai sekitar gunungapi. Mei terjadi letusan asap mencapai tinggi lk. 400 m Juni terjadi letusan asap dengan tinggi antara 300 - 600 m Bulan Nopember dan Desember indikasi adanya peningkatan aktifitas Januari dan September terjadi letusan abu, tinggi tidak terdeteksi karena sekitar puncak tertutup kabut 2 Maret pukul 11.05 terjadi gempa terasa berkekuatan II – III MMI Pukul 16:30, terjadi letusan abu disertai suara gemuruh. Kegiatan berlangsung hingga pukul 18:50. Tinggi asap maksimum mencapai 200 m di atas puncak. 3 Maret Pukul 17:00 terdengar suara gemuruh yang menerus. Suara gemuruh mulai melemah pada pukul 21:00. Sinar api teramatai pada

311

32

32 8 3 1 6

17 2

20 1 1 1 1 8

Page 3: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

860

2008

malam hari. 5 Maret pukul 15:55 terjadi letusan abu. Asap kelabu tebal dengan ketinggian 500 m di atas puncak. Material abu mencapai Tobelo yang berjarak 15 km sebelah utara puncak . 6 – 11 Maret, letusan abu masih sering terjadi dengan jumlah yang semakin berkurang. Bulan Juni, kegiatan G. Dukono meningkat kembali dan disertai letusan – letusan abu dengan interval 10 – 15 menit sekali. Letusan abu ini berlangsung hingga akhir tahun 2003 30 April – 2 Mei seismograf di Pos PGA Dukono di Mamuya merekam gempa letusan rata-rata 280 kejadian per hari, sedangkan sebelumnya terekam rata-rata 32 kejadian per hari. 3 – 28 Mei terekam gempa tremor vulkanik terekam menerus dengan amplituda maksimum antara 1 - 18 mm. 29 Mei pukul 07.35 – 11.09 WIT terekam gempa letusan sebanyak 137 kejadian.

Visual - Pemantauan visual dari Pos PGA di Mamuya, sejak tanggal 17 - 30

Maret 2008 teramati peningkatan ketinggian asap kawah dari antara 50 – 200 m, menjadi 50 - 500 m dari puncak G. Dukono, hembusan asap berwarna putih tebal – kelabu tebal tipis:

- 31 Maret – 24 April teramati sinar api samar-samar di sekitar puncak. - 25 April 2008, teramati lontaran material pijar setinggi 25 meter dari

puncak G. Dukono. - 19 – 25 Mei 2008, teramati letusan abu, disertai suara gemuruh dan

dentuman terdengar hingga di Pos PGA. Semburan abu berwarna kelabu – kelabu tebal dengan ketinggian antara 100 – 800 m di atas puncak.

- 27 - 29 Mei 2008, teramati letusan abu, kadang-kadang disertai suara gemuruh dan dentuman terdengar hingga di Pos PGA. Semburan abu berwarna kelabu – kelabu tebal dengan ketinggian mencapai 1000 m di atas puncak.

5

Aktifitas G. Dukono saat ini berlangsung di Kawah Malupang Warirang yang

berbentuk hampir bulat dengan diameter 360 m dan memiliki kedalaman 230 m.

Karakter Letusan

Karakter letusan pada abad 20 berupa letusan abu yang terjadi dari bebeberapa

hari sampai bebeberapa bulan.

Letusan abu G. Dukono, 31 Mei 2008, pukul 12:37 WIT

Page 4: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

861

Periode Letusan

Perioda letusan dan peningkatan kegiatan G. Dukono sejak letusan 1550 hingga

letusan 1995 dapat digambarkan sebagai berikut, perioda terpanjang adalah 311 tahun,

perioda menengah antara 16 - 32 tahun, sedangkan perioda pendek antara 1-6 tahun.

GEOLOGI

G. Dukono merupakan gunungapi strato paling utara dari deretan gunungapi aktif

yang muncul pada busur vulkanik di bagian barat P. Halmahera. Sekitar puncak terdapat

sejumlah kawah dan beberapa diantaranya telah padam. Kawah-kawah tersebut adalah

Tanah Lapang, Dilekene A dan B, Malupang Magiwe (C), Telori (D), Heneowara (G ).

Kawah Malupang-Warirang di lereng G. Karirang merupakan pusat kegiatan dan kawah

paling aktif di Komplek G. Dukono saat ini.

Nama Kawah Bibir Kawah Dasar Kawah

luas m3 tinggi m dpl. luas m

3 tinggi m dpl.

Tanah Lapang 900 1087 600 925

Dilekene A 130 1000 100 x 80 970

Dilekene B 150 x 130 945 - 998 60 -

Malupang Magiwe C 400 x 350 925 - 968 250 885

Telori D 300 1065 200 925

Heneowara G 400 x 300 1009 - -

Malupang Warirang 300 1006 - 1033 250 1006

Struktur geologi yang berkembang di sekitar G. Dukono adalah berupa sesar dan

kawah (Sumaryadi, 1998). Struktur sesar yang teridentifikasi sebagai sesar normal, yaitu

Sesar Normal Dukono dan Sesar Normal Kua. Sesar Normal Dukono merupakan suatu

zona depresi yang berbentuk tapal kuda terbuka ke arah timurlaut, memiliki diameter lk.

7000 m dan didalamnya tumbuh beberapa kerucut gunungapi diantaranya G. Dukono.

Sesar Normal Kua terbentuk pada lereng bagian barat G. Kua yang membentuk

suatu jalur sesar berarah baratlaut - tenggara. Struktur kawah yang teridentifikasi

sedikitnya terdapat 9 struktur kawah, yaitu Kawah G. Gosana, Kawah G. Mamuya, Kawah

G. Mede, Kawah Tanah Lapang di G. Gogodom, Kawah G. Telori, Kawah G. Dilekene,

Kawah G. Mancile, Kawah G. Kariang dan Kawah Malupang Warirang di G. Kariang

(kawah aktif G. Dukono saat ini).

Page 5: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

862

GEOFISIKA

Kegempaan

Secara umum jenis gempa yang terekam di G. Dukono terdiri dari Gempa Vulkanik-

Dalam (VA), Vulkanik-Dangkal (VB), Tektonik-Lokal (TL), Tektonik-Jauh (TJ), dan Gempa

Hembusan/Letusan. Rekama kegempaan G. Dukono didominasi oleh Gempa Hembusan

(Kristianto, 1997).

Pada tahun 2007 dilakukan penyelidikan kegempaan dengan memasang 2 unit

seismometer dengan perekam Datamark, yang masing-masing dipasang di dekat kawah

dan di lereng G. Dukono (Basuki, 2007). Gempa Hembusan/ Letusan yang mendominasi

kegempaan di G. Dukono memiliki frekuensi sekitar 1.3 – 1.6 Hz. Frekuensi Gempa

Vulkanik berada pada kisaran 5.67 – 10.4 Hz.

Gempa G. Dukono pada April 2007 (a) Gempa Hembusan (b) Gempa Vulkanik

DEFORMASI

Pengukuran deformasi G. Dukono menggunakan metode EDM (Electronic

Distance Measurement). Pengukuran EDM ini dilakukan dari titik DKN1 yang berada di

areal perkebunan kelapa penduduk, sekitar 200 m dari Pos PGA Dukono terhadap 2

(dua) titik pada tubuh G. Dukono yaitu DKN2 dan DKN3. Dari hasil pengukuran jarak ke

DKN2 dan DKN3 pada November 2005 dan Maret 2007 dapat diketahui terjadinya

pengurangan jarak sekitar 2.1 – 10.8 cm. Kondisi ini diinterpretasikan sebagai deflasi pada

tubuh G. Dukono yang disebabkan oleh terjadinya pengurangan tekanan magma di bawah

permukaan gunungapi (Basuki, 2007).

GEOKIMIA

Jenis Batuan

Beberapa conto batuan G. Dukono yang dianalisa adalah basalt, basaltik andesit,

andesit dan dasit. Berdasarkan kandungan SiO2 dan K2O batuannya berkisar dari calc-

20 25 30 35 40 45 50

-0.00020

-0.00015

-0.00010

-0.00005

0.00000

0.00005

0.00010

0.00015

0.00020

0 10 20 30

0.000000

0.000001

0.000002

0.000003

Am

plitu

de

Waktu

Gempa G.Dukono

Pukul 20:53:21.8 - 20:53:48.2

Frequency (Hz)

Am

plitu

de

-0.0004

-0.0003

-0.0002

-0.0001

0.0000

0.0001

0.0002

0.0003

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

0.000000

0.000001

0.000002

0.000003

Am

plitu

de

Waktu

Gempa Vulkanik B G. Dukono

Pukul 7:36:31.110 - 7:36:41.920

Frequency (Hz)

Am

plitu

de

Page 6: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

863

alkaline sampai high K calc-alkaline (Hutchison, 1982). Seri calc -alkaline umumnya

bersifat gelasan dan banyak mengandung fenokris berzona kuat (An80 - An50), augit,

hipersten, kristal-kristal kecil magnetit dan ilmenit.

Seri high K calc-alkaline selain fenokris plagioklas, piroksen serta Fe-Ti oksida

mengandung pula hornblende dan biotit. Analisa mikropobe (Jezek dan Hutchison, 1978)

menunjukkan bahwa kandungan K yang tinggi dibawa oleh biotit dan hornblende, rim

terluar plagioklas dan juga masadasar gelas.

Batuan Dukono yang dianalisa secara petrografis dibedakan menjadi dua jenis

yaitu basalt yang dijumpai di G. Gogodom dan andesit yang tersingkap hampir di setiap

tempat baik di dalam komplek G. Dukono maupun G. Mamuya sebagai parasit dari

komplek gunungapi tersebut. Tabel dibawah memperlihatkan hasil analisa kimia dari

beberapa conto batuan G. Dukono yang dianalisis Djokojoewono dalam Neuman van

Padang, 1951.

Conto batuan DK-5 DK-7 DK-9 DK-11 DK-10 DK-14

SiO2 Al2O3 Fe2O3 MnO MgO CaO Na2O K2O

H2O+ HD

TiO2 P2O5

61.15 16.94 5.94 0.15 2.11 4.78 4.11 3.38 0.16 0.04 0.91 0.21

59.66 16.91 6.14 0.15 2.54 5.90 4.06 3.07 0.27 0.18 0.76 0.28

58.80 16.97 7.17 0.16 2.85 5.92 4.06 3.05 0.05 0.16 0.72 0.25

47.98 19.88 9.34 0.18 5.52

11.17 2.67 0.85 0.29 0.99 0.77

0.18

59.88 16.94 6.92 0.15 2.35 5.48 3.93 2.50 0.23 0.42 0.78 0.26

56.46 17.66 7.03 0.15 2.88 7.82 3.71 2.63 0.06 0.26 0.94 0.24

Jumlah 100.09 100.11 99.99 100.15 99.84 100.01

Keterangan :Dk-5: D. Dukono; DK-10: G. Telori; DK-14: G. Mamuya

Sedangkan A. Zaennudin dan MA. Purbawinata , (1992) yang melakukan

penyelidikan G. Dukono dengan menganalisis beberapa conto batuan menyatakan bahwa

batuan G. Dukono adalah andesit piroksen dan andesit piroksen hornblende.

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Sistem Pemantauan

Pemantauan visual dan kegempaan G. Dukono dilakukan menerus dari Pos

Pengamatan di Desa Mamuya, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara,. Propinsi

Maluku Utara (posis geografi : 1º 47’ 40,32" LU dan 127º 53' 42,420" BT, ketinggian 25 m

dml.

Page 7: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

864

Visual

G. Dukono merupakan gunungapi yang sangat aktif. Pengamatan visual yang

dilakukan dari sekitar Pos PGA G. Dukono, menunjukkan sering munculnya asap putih

tebal dari kawah dengan ketinggian 100 – 300 m. Gununapi ini juga sering meletus dan

mengeluarkan abu vulkanik.. Pemantauan ke kawah menunjukkan banyaknya tembusan

solfatara di dasar kawah. Dasar kawah juga mulai terisi oleh danau kawah walaupun

masih dalam skala kecil.

Kegempaan

Pemantauan kegempaan dilakukan dengan memasang permanen 1 (satu) unit

seismometer penerima gempa (Tipe L4C, satu komponen vertikal) di sebelah utara

puncak G. Dukono pada posisi geografi 01o 43’ 02,00” LU dan 127o 52’ 30,02” BT,

ketinggian lk. 1017 m dml,.sinyal gempa dipancarkan dengan sistem radio telemetri ke

Pos Pengamatan. Sinyal gempa direkam dengan menggunakan perekam jenis PS-2.

Deformasi

Pemantauan deformasi dilakukan menggunakan metode EDM (Electrooptical

Distance Measurement). Pengukuran EDM ini dilakukan dari titik DKN1 yang berada di

areal perkebunan kelapa penduduk, sekitar 200 m dari Pos PGA Dukono. Posisi geografis

titik ini adalah 01o47'31.3'' LU dan 127o53'30.7'' BT. Titik ini berfungsi sebagai titik

referensi dan dianggap diam/tetap karena titik ini jauh dari tubuh gunungapi tersebut.

Sedangkan titik pantau dilakukan terhadap 2 (dua) titik pada tubuh G. Dukono yaitu DKN2

(01o45'08.8'' LU dan 127o53'54.4'' BT) dan DKN3 (01o45'11.5'' LU dan 127o53'49.9'' BT).

Geokimia

Pemantauan geokimia dilakukan dengan menganalisis conto dan mengukur suhu

pada air panas di Desa Mamuya dan solfatara G. Dilekene yang merupakan bagian dari

komplek G. Dukono yang terletak di sebelah utara kawah Malupang – Warirang.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

Berdasarkan pada potensi bencana yang dapat terjadi pada masa mendatang, Peta

Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Dukono (Bronto, 1999) dibagi ke dalam tiga

tingkatan yaitu dari tingkat bahaya tertinggi sampai terendah yaitu Kawasan Rawan

Bencana III (KRB –III), Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) dan Kawasan Rawan

Bencana I (KRB-I).

Page 8: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

865

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III)

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), adalah kawasan sumber erupsi, daerah puncak

dan sekitarnya yang sangat berpotensi terlanda oleh berbagai macam hasil erupsi dalam

bentuk :

a. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran

Kawasan yang sangat berpotensi terlanda aliran piroklastika, aliran lava dan mungkin

gas vulkanik beracun. Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa daerah berwarna

merah tua.

b. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Jatuhan

Kawasan yang sangat berpotensi terlanda jatuhan piroklastik yang tebal, dan lontaran

fragmen batuan (pijar). Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa lingkaran bergaris

putus diarsir berwarna merah pada radius sekitar 1,5 km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II)

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan

panas, aliran lava, lahar, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran

Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan aliran lahar. Kawasan

ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna merah muda.

b. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Jatuhan

Kawasan yang berpotensi terlanda bahan lontaran dan jatuhan seperti lontaran

fragmen batuan (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan ini diperlihatkan pada peta

dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna merah dengan radius sekitar 5

km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana - I (KRB-I)

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir

dan kemungkinan dapat terkena perluasan lahar/awan panas. Kawasan Rawan Bencana-I

(KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, terdiri dari:

a. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran

Kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar/banjir, dan kemungkinan perluasan

lahar/awan panas, terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah sungai

atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. Kawasan ini diperlihatkan

dalam peta berupa daerah berwarna kuning.

Page 9: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

866

b. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Jatuhan

Kawasan yang berpotensi terlanda jatuhan piroklastik/lontaran berupa hujan abu tanpa

memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan kemungkinan terkena

lontaran batu (pijar). Kawasan ini berpotensi terlanda oleh jatuhan abu dan fragmen

batuan < 2 cm dalam radius 8 km dari pusat erupsi. Daerah ini diperlihatkan pada peta

dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna kuning.

Page 10: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

867

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Dukono

Page 11: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

868

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, A., M. Hendrasto., Sucahyo,A., 2007. Laporan Peringatan Dini G. Dukono,

Halmahera, Maluku Utara. , Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Bronto, S., Martono, A., 1999, Laporan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Lapangan

Panasbumi Mamuya, Kecamatan Galela dan Tobelo, Maluku Utara

Djoharman, L., 1971, G. Dukono di P. Halmahera dengan Daerah Bahaya

Sementaranya

Erfan, R. D., dkk., 1995, Laporan Pendataan dan Dokumentasi Kegiatan G. Dukono,

Halmahera Utara

Kristianto, dkk., 1997, Laporan Pengamatan Seismik dan Visual Kegiatan G. Dukono,

P. Halmahera, Maluku Utara

Kusumadinata,K., 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi

Newman van Padang, 1951, Cataloque of tha Active Volcano Of The World Including

Solfatara Fields

Rasyid, S.A., 1990, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus G. Dukono, Direktorat

Vulkanologi

Rochendi, D., 1984, Laporan pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G. Dukono,

Gamkonora dan G. Tangkoko di Halmahera dan Sulawesi

Smithsonian Institution, Dukono : Explosions and glows; ash fall to coast; small lahars,

Bull. of the Global Volc. Network vol. 16 no. 8, August 1991

Smithsonian Institution, Dukono : Small eruptionprompt aviation noeices, Bull. of the

Global Volc. Network vol. 19 no. 12, December 1994

Smithsonian Institution, Dukono : Aviation report of an ash cloud on 30 January, Bull. of

the Global Volc. Network Vol. 20, no. 2, Pebruary 1995

Smithsonian Institution, Dukono : Pilot report of Plume on 25 September, Bull. Of the

Global Volc. Network Vol. 20, no. 10, October 1995

Sumaryadi M., Pribadi A., Mulyadi D., Haerani N., 1998, Laporan Pemetaan Geologi

Komplek Gunungapi Dukono, Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi

Wittiri S.R., 1980, Laporan Lapangan Hasil Pemeriksaan G. Dukono, G. Gamkonora

dan G. Gamalama di Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi

Page 12: 7.1. G. DUKONO Halmahera Maluku Utara

869

Zaennudin A., Purbawinata M.A., 1992, Penelitian Petrokimia G. Dukono, Halmahera

Utara, Direktorat Vulkanologi