7. noorhidyah, widya sari-stikes. sari mulia banjarmasin.pdf

6
FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1 45 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Noorhidayah, Widya Sari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes.) Sari Mulia Jln. Pramuka no. 2 Banjarmasin Abstract: This study aims to determine Exclusive Breastfeeding Relationship with an acute respiratory tract for the infants at health center of Pekauman Banjar- masin. The method used is an analytic survey with cross sectional approach using primary data and secondary data. The sampling technique is purposive sampling as many as 188 respondents. The study found that infants who were breastfed exclusively is 65 infants (34.6%), while not giving exclusively breastfed is 123 infants (65.4%), and respiratory disease is 121 people (64.4%) and an acute res- piratory tract is 67 people (35.6%). Suggestions from the research that is for health workers in order to give an explanation to the public the importance of ex- clusive breastfeeding and content provided for toddlers and increase the pro- fessionalism of health care. Kata kunci: ASI ekslusif, ISPA pada balita PENDAHULUAN Insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Negara berkembang dengan angka kematian bayi di atas 40 per 1000 ke- lahiran hidup adalah 15%-20% per tahun. Berdasarkan data di Indonesia penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Kunjungan pasien di sarana kesehatan sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes RI, 2002). Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik, meng- usahakan kekebalan anak dengan imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan ling- kungan serta pengobatan segera apabila anak sudah positif terserang ISPA. Sedangkan menurut Prabu (2009), secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, serta peri- laku. Pada faktor individu anak, yaitu terdiri dari umur anak, berat badan lahir, status gizi, status imunisasi dan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin di per- oleh cakupan penderita ISPA pada awal tahun 20102012 hingga mencapai 94.134 penderita pada Balita. Menurut data Dinkes tahun 2012 dari 26 puskesmas di wilayah Kota Banjarmasin, Puskesmas Pekauman me- rupakan Puskesmas dengan angka kejadian ISPA tertinggi di Kota Banjarmasin. In- formasi yang di peroleh dari data Dinkes Kota Banjarmasin menyebutkan bahwa fre- kuensi Kejadian ISPA di Puskesmas Pe- kauman adalah 2.978 kasus. Balita yang me- ngalami ISPA di daerah tersebut paling banyak berada pada kisaran umur 1-5 tahun.

Upload: dimaria69

Post on 16-Apr-2016

67 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7. Noorhidyah, Widya Sari-STIKes. Sari Mulia Banjarmasin.pdf

FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1

45

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA

BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Noorhidayah, Widya Sari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes.) Sari Mulia

Jln. Pramuka no. 2 Banjarmasin

Abstract: This study aims to determine Exclusive Breastfeeding Relationship with

an acute respiratory tract for the infants at health center of Pekauman Banjar-

masin. The method used is an analytic survey with cross sectional approach using

primary data and secondary data. The sampling technique is purposive sampling

as many as 188 respondents. The study found that infants who were breastfed

exclusively is 65 infants (34.6%), while not giving exclusively breastfed is 123

infants (65.4%), and respiratory disease is 121 people (64.4%) and an acute res-

piratory tract is 67 people (35.6%). Suggestions from the research that is for

health workers in order to give an explanation to the public the importance of ex-

clusive breastfeeding and content provided for toddlers and increase the pro-

fessionalism of health care.

Kata kunci: ASI ekslusif, ISPA pada balita

PENDAHULUAN

Insidensi Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) di Negara berkembang dengan

angka kematian bayi di atas 40 per 1000 ke-

lahiran hidup adalah 15%-20% per tahun.

Berdasarkan data di Indonesia penyakit ISPA

merupakan penyakit yang sering terjadi pada

anak. Kunjungan pasien di sarana kesehatan

sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di

puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat

di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah

sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes RI,

2002).

Beberapa hal yang perlu dilakukan

untuk mencegah ISPA adalah mengusahakan

agar anak mempunyai gizi yang baik, meng-

usahakan kekebalan anak dengan imunisasi,

menjaga kebersihan perorangan dan ling-

kungan serta pengobatan segera apabila anak

sudah positif terserang ISPA. Sedangkan

menurut Prabu (2009), secara umum terdapat

tiga faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor

lingkungan, faktor individu anak, serta peri-

laku. Pada faktor individu anak, yaitu terdiri

dari umur anak, berat badan lahir, status gizi,

status imunisasi dan Air Susu Ibu (ASI)

ekslusif.

Berdasarkan laporan tahunan Dinas

Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin di per-

oleh cakupan penderita ISPA pada awal

tahun 2010–2012 hingga mencapai 94.134

penderita pada Balita. Menurut data Dinkes

tahun 2012 dari 26 puskesmas di wilayah

Kota Banjarmasin, Puskesmas Pekauman me-

rupakan Puskesmas dengan angka kejadian

ISPA tertinggi di Kota Banjarmasin. In-

formasi yang di peroleh dari data Dinkes

Kota Banjarmasin menyebutkan bahwa fre-

kuensi Kejadian ISPA di Puskesmas Pe-

kauman adalah 2.978 kasus. Balita yang me-

ngalami ISPA di daerah tersebut paling

banyak berada pada kisaran umur 1-5 tahun.

Page 2: 7. Noorhidyah, Widya Sari-STIKes. Sari Mulia Banjarmasin.pdf

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS

PEKAUMAN BANJARMASIN

Noorhidayah, Widya Sari

46

Hal ini menunjukan bahwa angka kesakitan

balita dengan ISPA cukup tinggi.

Data cakupan ASI Ekslusif di Pus-

kesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2012

yaitu dari jumlah bayi sebesar 851 bayi hanya

407 bayi yang lulus ASI Eksklusif selama 6

bulan. Hal ini yang mendasarkan Pemberian

ASI Ekslusif sangat berpengaruh pada ting-

ginya angka kejadian ISPA pada balita di

Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pekauman Banjarmasin karena

da-ri data Dinas Kesehatan Kota Banjar-

masin wilayah ini termasuk salah satu wila-

yah dengan jumlah balita yang terkena ISPA

masih tinggi.

Metode yang digunakan dalam pene-

litian ini adalah jenis penelitian (survey) ana-

litik sedangkan rancangan yang diguna-kan

dalam penelitian ini adalah cross sec-tional.

Cross sectional ialah penelitian untuk mem-

pelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek, dengan cara pende-

katan, observasi atau pengumpulan data seka-

ligus pada suatu saat (point time approach).

Variabel dalam penelitian ini meng-

gunakan dua variabel yaitu Pemberian ASI

Ekslusif dan Kejadian ISPA. Variabel in-

dependen adalah Pemberian ASI Ekslusif dan

Variabel dependen adalah Kejadian ISPA

pada balita. Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu dengan bayi atau balita umur > 6

bulan–5 tahun yang berkunjung ke Puskes-

mas Pekauman Banjarmasin pada bulan April

Tahun 2013 dan dalam satu bulan berjumlah

355 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

metode “purposive sampling”, dima-na

didasarkan pada suatu pertimbangan ter-tentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri, ber-

dasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya.

Besar sampel dalam penelitian ini ada-

lah 188 orang dengan menggunakan kriteria

inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat

dimasukkan atau layak untuk di teliti. Kriteria

inklusi dari penelitian ini adalah: (1) Ibu yang

memiliki balita dengan Aterm, (2) Ibu yang

mempunyai balita dengan imunisasi dasar

lengkap, (3) Ibu yang memberikan ASI tanpa

makanan tambahan, (4) Ibu yang bersedia

menjadi responden.

Jenis data yang di ambil adalah data

primer yang di gali dari data hasil penelitian

dengan cara hasil observasi di lapangan.

Sumber data adalah responden yang terpilih

dari populasi berdasarkan jumlah sampel

yang di dapat untuk mengetahui hubungan

pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian

ISPA pada balita di Puskesmas Pekauman.

Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian adalah dengan memberikan

check list kepada sasaran penelitian untuk

memperoleh Hubungan Pemberian ASI Eks-

lusif dengan Kejadian ISPA pada Balita

Analisis data menggunakan Analisis

Univariat dan Analisis Bivariat, Analisis Uni-

variat adalah analisis persentasi dari tiap

variabel yang dilakukan pada tiap variabel

hasil penelitian, yakni variabel Pemberian

ASI ekslusif dengan kejadian ISPA pada

balita, umumnya dalam analisis ini dalam

bentuk distribusi frekuensi dan presentasi dari

tiap variabel, Sedangkan analisa bivariat

adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang di duga berhubungan atau

berkorelasi. Analisis ini menggunakan uji Chi

Square bila α=0,05 dan tingkat kepercayaan

95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil checklist yang diberi-

kan kepada responden yaitu mengenai hu-

bungan pemberian ASI ekslusif dengan

kejadian ISPA pada balita di Puskesmas

Pekauman Banjarmasin Tahun 2013, maka

Page 3: 7. Noorhidyah, Widya Sari-STIKes. Sari Mulia Banjarmasin.pdf

FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1

47

data yang diperoleh dan diolah kemudian di

analisis secara univariat dan analisis bivariat

sebagai berikut:

Analisis univariat untuk melihat distribusi

frekuensi dari variabel bebas dan terikat.

Pemberian ASI Ekslusif

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi

responden Pemberian ASI Ekslusif di Pus-

kesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2013.

Tabel 1. Distribusi Pemberian ASI Ekslusif di

Puskesmas Pekauman Tahun 2013

No. Pemberian ASI

Ekslusif

N %

1 Ya 65 34,6

2 Tidak 123 65,4

Jumlah 188 100,0

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013

Dari data Tabel 1 di atas dapat di lihat Balita

yang diberikan ASI ekslusif sebanyak 65

balita atau 34,6%, sedangkan yang tidak

memberikan ASI ekslusif sebanyak 123 balita

atau 65,4%.

Kejadian ISPA pada Balita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

distribusi responden tentang Kejadian ISPA

pada balita.

Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA pada

Balita Tahun 2013

No. ISPA N %

1 Ya 121 64,4

2 Tidak 67 35,6

Jumlah 188 100,0

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013

Dari data Tabel 2 di atas dapat di lihat

bahwa Kejadian ISPA pada Balita yaitu ISPA

sebanyak 121 orang (64,4%) dan tidak ISPA

sebanyak 67 orang (35,6%).

Analisis Bivariat

Analisis Bivariat untuk melihat apakah

ada hubungan yang bermakna antara variabel

bebas yaitu Pemberian ASI Ekslusif dengan

variabel terikat yaitu Kejadian ISPA Pada

Balita dengan Uji Chi Square dengan nilai

α=0,05

Tabel 3. Distribusi Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian ISPA pada Balita di

Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2013

ISPA

Jumlah Ya Tidak

Pemberian ASI Ekslusif N % N % N %

ASI Ekslusif 32 49,23 33 50,77 65 100,0

Non Ekslusif 89 72,36 34 27,64 123 100,0

Jumlah 188 100,0

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013

Berdasarkan data Tabel 3 menunjukan

bahwa dari 65 responden yang memberikan

ASI Ekslusif yang tidak penyakit ISPA

sebanyak 33 balita (50,77%), namun yang

penyakit ISPA sebanyak 32 balita (49,23%),

sedangkan dari 123 responden yang tidak

memberikan ASI Ekslusif yang tidak

penyakit ISPA sebanyak 34 balita (27,64%)

sedangkan yang penyakit ISPA sebanyak 89

balita (72,36%). Hasil uji Chi-Square dengan

tingkat kepercayaan 95 % (α=0,05) yang

didapatkan hasil p=0,002 lebih kecil dari 0,05

(p<α) hal ini menunjukan ada Hubungan

antara Pemberian ASI Ekslusif dengan

Kejadian ISPA pada Balita.

Page 4: 7. Noorhidyah, Widya Sari-STIKes. Sari Mulia Banjarmasin.pdf

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS

PEKAUMAN BANJARMASIN

Noorhidayah, Widya Sari

48

Pemberian ASI Ekslusif

Berdasarkan hasil penelitian yang di-

lakukan terhadap 188 sampel di Puskesmas

Pekauman Banjarmasin tahun 2013 menun-

jukkan bahwa ibu yang memberikan ASI

ekslusif sebanyak 34,6%, sedangkan non

ekslusif sebanyak 65,4%. Penelitian menun-

jukan balita lebih banyak non ekslusif, ke-

nyataan ini adanya perubahan-perubahan

yang mempengaruhi alasan ibu tidak mem-

berikan ASI Ekslusif kepada balitanya antara

lain ibu bekerja atau memiliki kesibukan

sosial lainnya. Selain itu yang paling banyak

juga karena rendahnya produksi ASI, kurang-

nya pengetahuan ibu dalam memelihara

payudara dan penggunaan kontrasepsi,

sehingga ibu memberikan susu formula dan

makanan tambahan sebelum 6 bulan yang

mengakibatkan anak sering sakit (demam

disertai batuk-pilek) dan mengakibatkan

penyakit ISPA pada balita. Hal ini sesuai

menurut Kritiyansari (2009) yaitu faktor-

faktor yang mempengaruhi ibu tidak mem-

berikan ASI Ekslusif dipengaruhi oleh

makanan, psikologis, istirahat, penggunaan

kontrasepsi, dan perawatan payudara.

Kejadian ISPA

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan terhadap 188 responden di Pus-

kesmas Pekauman Banjarmasin tahun 2013

menunjukkan bahwa Kejadian ISPA pada

Balita yaitu sebanyak 64,4% dan tidak ISPA

sebanyak 35,6%. Penelitian tersebut menun-

jukkan bahwa kejadian ISPA di Puskesmas

Pekauman cukup tinggi, dibandingkan de-

ngan hasil data berdasarkan Insidensi ISPA di

Negara berkembang dengan angka kematian

bayi di atas 40 per 1000 kelahiran hidup

adalah 15%-20% per tahun terutama terjadi

pada usia balita dan Sebanyak 40%-60%

kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-

30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan

dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh

ISPA.

Balita disana sangat rentan terhadap

ISPA, hal ini terbukti dengan hasil observasi

menunjukkan bahwa faktor terjadinya ISPA

tersebut yaitu ibu tidak memberikan ASI

Ekslusif terhadap balitanya pada saat usia

bayi 0-6 bulan karena ibu masih memberikan

susu formula sebagai tambahan. Hal lain juga

berpengaruh bahwa wilayah ini merupakan

salah satu wilayah padat huni, di wilayah

pekauman ini termasuk kepadatan hunian

yang cukup tinggi dan dampak tersebut juga

mempengaruhi kejadian ISPA. Hal ini

sependapat menurut IDAI (2008) terdapat

dari faktor resiko yang menyebabkan ti-

ngginya angka mortalitas akibat ISPA, yaitu

umur anak yang di bawah 5 tahun, Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak men-

dapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang

adekuat, malnutrisi, pendidikan orang tua

yang kurang, status sosial ekonomi yang ren-

dah, dan lingkungan yang kurang memadai.

Hubungan Pemberian ASI Ekslusif de-

ngan Kejadian ISPA pada Balita

Hasil penelitian menunjukan dari 188

responden bahwa dari 65 responden yang

memberikan ASI Ekslusif yang tidak pe-

nyakit ISPA sebanyak 50,77%, namun yang

penyakit ISPA sebanyak 49,23%, sedangkan

dari 123 responden yang tidak memberikan

ASI Ekslusif yang tidak penyakit ISPA

sebanyak 27,64% tetapi yang penyakit ISPA

sebanyak 72,36%. Hasil uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)

yang didapatkan hasil p=0,002 lebih kecil

dari 0,05 (p< α) hal ini menunjukan ada

Hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif

dengan Kejadian ISPA pada Balita.

Hal ini jelas bahwa balita yang di-

berikan ASI Ekslusif dibandingkan dengan

Non Ekslusif, lebih baik ASI Ekslusif karena

mempunyai pengaruh yang baik dalam

pencegahan Kejadian ISPA di bandingkan

Non Ekslusif, sehingga mendapatkan anti-

body dari ASI tersebut terhadap kejadian

Page 5: 7. Noorhidyah, Widya Sari-STIKes. Sari Mulia Banjarmasin.pdf

FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1

49

ISPA pada balita. Pemberian ASI terbukti

efektif dalam mencegah infeksi pada per-

napasan dan pencernaan.

Menurut Abdullah (2003) pemberian

ASI terbukti efektif bagi perkembangan dan

imunitas anak. Pemberian ASI cukup mem-

berikan efek protektif terhadap ISPA pada

balita, sedangkan balita juga banyak terkena

ISPA, hal ini menunjukan balita masih rentan

terhadap penyakit ISPA karena ASI yang

tidak diberikan sesuai kebutuhan 0-6 bulan,

makanan pendamping yang di-berikan belum

memenuhi gizi yang baik serta kurangnya

menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

Hal ini membuktikan keadaan di lapangan

masih kurang baik dalam peme-nuhan gizi

yang sesuai kebutuhanya dalam pecegahan

ISPA.

PENUTUP

Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini ke-jadian

ISPA pada Balita yaitu sebanyak 121 orang

(64,4%) dan tidak ISPA sebanyak 67 orang

(35,6%). Pemberian ASI Ekslusif di Pus-

kesmas Pekauman dari 188 balita adalah

menjawab Ya (diberikan ASI Ekslusif)

sebanyak 65 balita (34,6%), sedangkan yang

menjawab Tidak (tidak memberikan ASI

Ekslusif) sebanyak 123 balita (65,4%). Hasil

analisis p=0,002 lebih kecil dari 0,05 (p<α)

hal ini menunjukan ada hubungan antara

pemberian ASI ekslusif dengan kejadian

ISPA pada balita di Puskesmas Pekauman

Banjarmasin tahun 2013.

Saran

Penelitian ini yaitu diharapkan bagi

Institusi pelayanan kesehatan untuk bisa

memberikan penyuluhan atau promosi ke-

sehatan kepada para ibu terutama yang

memiliki bayi, balita dan anak dan lebih

meningkatkan pelayanan yang berkualitas

dan diharapkan kepada masyarakat untuk

mengetahui masalah kesehatan khususnya

mengenai Penyakit ISPA pada Balita, serta

menambah pengetahuan wawasan ilmu ke-

sehatan untuk lebih memperhatikan gizi

anak-anaknya dimasa yang akan datang.

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi

bahan referensi bagi peneliti lain dalam

pembuatan penelitian selanjutnya yang

mengkaji tentang kejadian ISPA pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nasrullah, 2003. Ilmu Gizi Anak.

EGC, Jakarta.

Baskoro, Anton, 2008. ASI Panduan Praktis

Ibu Menyusui, EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009. Pedoman

Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk

Penanggulangan Pneumonia pada

Balita dalam Pelita IV. Depkes,

Jakarta.

Dinas Kesehatan Bagian P2M, 2012.

Laporan Tahunan Program P2 ISPA,

Dinkes Banjarmasin.

Dinkes DKI, 2003. Penanganan ISPA Pada

Anak di Rumah Sakit Kecil Negara

Berkembang, EGC, Jakarta.

Ernawati, 2010. Faktor Risiko Terjadinya

ISPA pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Salam Babaris Kecamatan

Salam Babaris Kabupaten Tapin,

Politeknik Kesehatan Jurusan Kepe-

rawatan Banjarmasin.

Hartono, S. dan Rahmawati, Dwi, 2012. ISPA

Gangguan Pernafasan pada Anak,

Nuha Medika, Yogyakarta.

Hastono, S.P. dan Sabri, Lukas, 2006.

Statistika Kesehatan, PT Raja Gra-

findo Persada, Jakarta.

Hidayat, A.A.A., 2007. Metode Penelitian

Kebidanan dan Teknik Analisis Data,

Salemba Medika, Jakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. Buku

Ajar Respirologi Anak, Badan

Penerbit IDAI, Jakarta.

Page 6: 7. Noorhidyah, Widya Sari-STIKes. Sari Mulia Banjarmasin.pdf

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS

PEKAUMAN BANJARMASIN

Noorhidayah, Widya Sari

50

Indah, 2005. Ilmu Gizi dan Penanggulangan

Gizi Buruk, Papas Sinar Sinanti, Ja-

karta.

Indiarti, 2008. ASI, Susu Formula dan

Makanan Bayi. Plmatera Publishing,

Jakarta.

Kristiyansari, Wenny, 2009. ASI, Menyusui &

Sedari. EGC, Jakarta.

Novianti, Ratih, 2009. Menyusui itu Indah.

Octopus, Yogyakarta.

Prabu, 2009. Mengatasi Gangguan Kese-

hatan pada Anak-anak 5, PT Gramedia,

Jakarta.

Purwanti, 2004. ASI dan Inisiasi Menyusui

Dini. Nuha Medika, Jakarta.

Suyudi, 2002. Infeksi Saluran Nafas Anak,

PT Arkans, Jakarta.

Vina, Nor, 2011. Hubungan Konsumsi ASI

Ekslusif dengan Ketahanan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Teluk Tiram. Akademi Kebidanan Sari

Mulia Banjarmasin

WHO, 2003. Penanganan ISPA pada Anak di

Rumah Sakit Kecil Negara Berkem-

bang, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.