63025_psaliva 2

25
BLOK STOMATOGNATHIC SYSTEM LAPORAN PRAKTIKUM SALIVA 2 KELOMPOK A1 VISKOSITAS, BUFFER, DAN KANDUNGAN SALIVA Dosen pembimbing: drg. Ryana Budi P. Disusun oleh: Alvianita Nurjanah G1G013011 Anisa Safitri G1G013012 Adi Nugroho G1G013014 Amalia Puteri Fidriani G1G013016 Anggita Rizky Rizali Noor G1G013022 Amalia Arumsari G1G013029 Arief Budiman G1G013046 Audy Liberena G1G013047 Ageng Rahma Hijahanis I. G1G013056 Arcadia Sulistijo Junior G1G013055 Apriliana Santoso G1G013059 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO 2015

Upload: alv-vhya-neystha

Post on 06-Feb-2016

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

berbagi ilmu itu indah

TRANSCRIPT

Page 1: 63025_PSALIVA 2

BLOK STOMATOGNATHIC SYSTEM

LAPORAN PRAKTIKUM SALIVA 2

KELOMPOK A1

VISKOSITAS, BUFFER, DAN KANDUNGAN SALIVA

Dosen pembimbing:

drg. Ryana Budi P.

Disusun oleh:

Alvianita Nurjanah G1G013011

Anisa Safitri G1G013012

Adi Nugroho G1G013014

Amalia Puteri Fidriani G1G013016

Anggita Rizky Rizali Noor G1G013022

Amalia Arumsari G1G013029

Arief Budiman G1G013046

Audy Liberena G1G013047

Ageng Rahma Hijahanis I. G1G013056

Arcadia Sulistijo Junior G1G013055

Apriliana Santoso G1G013059

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2015

Page 2: 63025_PSALIVA 2

i

BLOK STOMATOGNATHIC SYSTEM

LAPORAN PRAKTIKUM SALIVA 2

KELOMPOK A1

VISKOSITAS, BUFFER, DAN KANDUNGAN SALIVA

Dosen pembimbing:

drg. Ryana Budi P.

Disusun oleh:

Alvianita Nurjanah G1G013011

Anisa Safitri G1G013012

Adi Nugroho G1G013014

Amalia Puteri Fidriani G1G013016

Anggita Rizky Rizali Noor G1G013022

Amalia Arumsari G1G013029

Arief Budiman G1G013046

Audy Liberena G1G013047

Ageng Rahma Hijahanis I. G1G013056

Arcadia Sulistijo Junior G1G013055

Apriliana Santoso G1G013059

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2015

Page 3: 63025_PSALIVA 2

ii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan

yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

laporan praktikum ini dengan baik. Laporan praktikum yang berjudul “Viskositas,

Buffer, dan Kandungan Saliva” ini disusun guna memenuhi tugas pada blok

Stomatognathic System. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Sie. akademik dan sie. QA blok Stomatognathic System

2. Selaku dosen pembimbing, drg. Ryana Budi dan drg. Cintantya I, serta

3. Pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini

masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari

pembaca agar laporan selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Kurang lebihnya mohon

dimaafkan.

3 Mei 2015,

Penulis

Page 4: 63025_PSALIVA 2

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

D. Manfaat .............................................................................................................. 2

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................................... 3

A. Viskositas Saliva ................................................................................................ 3

B. Buffer Saliva ...................................................................................................... 4

C. Reaksi Reduksi Gula Pada Saliva ...................................................................... 6

D. Konsentrasi enzim dan substrat .......................................................................... 6

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 8

A. Hasil ................................................................................................................... 8

B. Pembahasan ........................................................................................................ 9

BAB IV. PENUTUP .................................................................................................. 14

A. Simpulan .......................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: 63025_PSALIVA 2

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil kelompok A1-a ...................................................................................... 8

Tabel 2. Hasil kelompok A1-b ...................................................................................... 9

Page 6: 63025_PSALIVA 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem stomatognatik pada manusia meliputi berbagai organ, salah satunya

adalah rongga mulut. Salah satu komponen penting pada rongga mulut dalam

berbicara, mengunyah dan menelan adalah saliva. Saliva adalah cairan oral yang

kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah yang terdapat

pada mukosa oral (Hidayani, 2010).

Salah satu sifat penting yang perlu diperhatikan pada saliva adalah

viskositasnya. Viskositas atau kekentalan mempengaruhi efektifitas saliva dalam

kesehatan sistem stomatognatik. Viskositas saliva dipengaruhi oleh laju alir dan

komposisi saliva (Guyton dan Hall, 2004). Komposisi saliva dibagi menjadi

organik dan anorganik. Komponen organik terdiri atas amoniak, protein, lemak,

asam lemak, asam amino, dan lain-lain. Sedangkan komponen anorganik

misalnya kalsium, magnesium, fosfor, klorin, dan lain-lain (Hidayani, 2010).

Salah satu komponen anorganik yang penting adalah kalsium. Banyak

masalah kesehatan gigi mulut diakibatkan oleh kekurangan kalsium, misalnya

karies. Perlu dilakukan uji terhadap kandungan kalsium pada saliva pasien untuk

mengetahui defisiensi kalsium yang dapat berdampak buruk pada rongga mulut

pasien (Hidayani, 2010).

Selain komponen organik dan anorganik, saliva juga mengandung enzim,

misalnya enzim amilase. Enzim amilase berfungsi untuk mengubah amilum

menjadi glukosa. Efektifitas enzim amilase menentukan kualitas saliva, enzim

yang tidak bekerja dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak buruk

(Hidayani, 2010).

Sifat penting lain pada saliva adalah buffer. Peran saliva sebagai buffer

dapat menjaga keseimbangan pH rongga mulut karena makanan dapat

menyebabkan rongga mulut menjadi asam maupun basa (Chrismawaty, 2006).

Page 7: 63025_PSALIVA 2

2

Rongga mulut asam menyebabkan pasien mudah terserang karies, sedangkan

basa memudahkan pembentukan kalkulus (Guyton dan Hall, 2004).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana viskositas saliva?

2. Bagaimana kondisi buffer pada saliva?

3. Bagaimana kondisi reduksi gula pada saliva?

4. Bagaimana aktifitas enzim amilase pada saliva?

5. Apakah ada kandungan kalsium pada saliva?

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :

1. Mengetahui viskositas pada saliva.

2. Mengetahui kondisi buffer pada saiva.

3. Mengetahui kondisi reduksi gula pada saliva.

4. Mengetahui aktifitas enzim amilase pada saliva.

5. Mengetahui adanya kandungan kalsium pada saliva.

D. Manfaat

Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah :

1. Mengetahui efektifitas sistem stomatognatik setelah diketahui kandungan

pada saliva

2. Mencegah kelainan sistem stomatognatik

Page 8: 63025_PSALIVA 2

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Viskositas Saliva

Viskositas saliva dipengaruhi oleh musin karena adanya glikoprotein

bermolekul tinggi di dalamnya. Musin berasal dari sel-sel asinar kelenjar saliva

dan tidak dijumpai di dalam sel-sel asinar serus dan sel-sel asinar duktus, selain

mempengaruhi viskositas saliva, musin juga berfungsi dalam mempermudah

penelanan makanan, membasahi permukaan gigi dan mukosa sehingga terhindar

dari kekeringan, mempermudah artikulasi, serta melindungi mukosa terhadap

infeksi bakteri dengan pembentukan lapisan lendir yang sukar ditembus dan

dirusak oleh bakteri-bakteri. Keadaan istirahat, viskositas saliva dalam keadaan

kental dan dapat mengalir agar dapat bertahan cukup lama di dalam rongga mulut,

sedangkan dalam keadaan beraktivitas, viskositas saliva dalam keadaan encer dan

dapat mengalir agar dapat memberikan lubrikasi yang baik di dalam rongga mulut

(Poedjiadi, 2006).

Menurut Almatsier (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas

saliva di dalam rongga mulut, yaitu:

1. Suhu

Viskositas berbanding terbalik dengan suhu, jika suhu naik maka viskositas

akan turun, dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan

partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan

menurun derajat kekentalannya.

2. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan

dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena

konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap

satuan volume, semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar

partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.

Page 9: 63025_PSALIVA 2

4

3. Berat molekul solute

Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute, karena dengan

adanya solute yang berat akan menghambat atau memberikan beban yang

berat pada cairan sehingga manaikkan derajat viskositasnya.

4. Tekanan

Semakin tinggi tekanan, maka akan semakin besar viskositas suatu cairan.

B. Buffer Saliva

Buffer adalah suatu larutan yang terdiri atas dua atau lebih senyawa kimia

yang dapat mencegah timbulnya perubahan yang besar pada konsentrasi ion

hidrogen bila pada suatu larutan tersebut ditambahkan suatu asam atau basa.

Buffer saliva adalah larutan yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap

konstan. Saliva sebagai buffer berasal dari penelitian pH lesi karies dengan plak

gigi, apabila makin rendah pH saliva, maka karies akan cenderung semakin

meningkat. Pada lesi karies yang dalam, dijumpai pH lebih rendah dibanding

dengan lesi karies yang dangkal yang pH nya mendekati pH saliva. Susunan

kualitatif dan kuantitatif elektrolit dalam saliva menentukan pH dan kapasitas

buffer saliva. Derajat keasaman saliva tergantung pada perbandingan asam dan

konjugasi basanya. Derajat keasaman saliva akan menurun menjadi 4-5 dalam

waktu 3-5 menit setelah berkumur-kumur dengan substrat yang cocok dan setelah

satu jam akan kembali ke keadaan semula yaitu 6-7 (Poedjiadi, 2006).

Menurut Poedjiadi (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi pH saliva

dengan derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh :

1. Irama sirkadian

Mempengaruhi pH dan kapasitas buffer saliva, pada keadaan istirahat atau

segera setelah bangun, pH saliva meningkat dan turun kembali dengan

cepat. Seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), pH saliva juga

tinggi dan turun kembali dalam waktu 30-60 menit kemudian. pH saliva

Page 10: 63025_PSALIVA 2

5

agak meningkat sampai malam, dan setelah itu turun kembali. Faktor irama

sirkadian pada saliva juga dipengaruhi oleh komponen-komponen seperti:

a. Bikarbonat

Merupakan ion terpenting dalam saliva dan akan menentukan sebagian

besar kapasitas derajat asam saliva. Pada saliva terstimulasi, ion ini

menghasilkan 85% dari keseluruhan kapasitas saliva.

b. Kalsium dan fosfat

Ion kalsium dan fosfat menjaga saturasi saliva terhadap mineral gigi,

oleh karena itu, penting dalam melindungi gigi terhadap perkembangan

karies. Sistem fosfat menghasilkan 15% dari keseluruhan kapasitas

saliva, namun sistem fosfat ini tidak berperan besar terhadap kapasitas

keadaan saliva terstimulasi karena konsentrasi fosfat menurun pada

kecepatan aliran saliva yang tinggi. Sistem fosfat memberikan

kapasitas paling signifikan saat saliva tidak terstimulasi dan awal

pemaparan asam.

c. Protein

Konsentrasi protein dalam saliva hanya 1/30 dari plasma sehingga

terlalu sedikit asam amino yang dapat memberi efek yang signifikan

pada pH normal di rongga mulut. Kandungan protein dalam saliva

hanya merupakan faktor sekunder pada kapasitas saliva melalui efek

alkali dan penghancuran enzim terhadap bakteri dalam rongga mulut.

d. Urea

Kandungan urea dalam saliva digunakan oleh mikroorganisme dalam

rongga mulut untuk menghasilkan amonia. Produksi amonia dapat

menetralkan hasil akhir metabolisme bakteri sehingga pH dapat

meningkat.

2. Diet

Mempengaruhi kapasitas buffer saliva. Diet kaya karbohidrat dapat

menurunkan kapasitas buffer saliva, sedangkan diet kaya serat dan diet kaya

protein mempunyai efek meningkatkan buffer saliva. Diet kaya karbohidrat

Page 11: 63025_PSALIVA 2

6

justru meningkatkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri

mulut, sedangkan protein sebagai sumber makanan bakteri, meningkatkan

sekresi zat-zat basa seperti ammonia

C. Reaksi Reduksi Gula Pada Saliva

Reaksi uji benedict lebih peka karena larutan tersebut dapat menafsir kadar

glukosa secara kasar, dimana akan memberikan suatu perubahan warna coklat

atau merah bata apabila terdapat kandungan monosakarida atau sedikit disakarida

(Fehrenbach, 2007).

D. Konsentrasi enzim dan substrat

Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin mempercepat terjadinya reaksi

dan konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi, jika sudah

mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik dengan

kecepatan reaksi (Poedjiadi, 2006). Enzim sebagai katalis dalam reaksi-reaksi di

dalam tubuh organisme, enzim memiliki beberapa sifat, yaitu:

1. Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil membutuhkan

pH dan suhu yang tepat.

2. Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu

substrat.

3. Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia

tanpa mengubah kesetimbangan reaksi.

4. Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.

5. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.

6. Kerja enzim dipengaruhi lingkungan, seperti suhu, pH, konsentrasi, dan

lain-lain (Poedjiadi, 2006).

Menurut Fehrenbach (2007), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja

dari enzim pada saliva adalah sebagai berikut:

1. Suhu

Page 12: 63025_PSALIVA 2

7

Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu

rendah atau terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih

rendah lagi, enzim tidak aktif, jika suhu lingkungan mencapai 40° C atau

lebih, enzim akan mengalami denaturasi (rusak). Suhu optimal enzim

bagi masing-masing organisme berbeda-beda. Untuk hewan berdarah

dingin, suhu optimal enzim adalah 25° C, sementara suhu optimal hewan

berdarah panas, termasuk manusia, adalah 37° C.

2. pH (Tingkat Keasaman)

Setiap enzim mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan

tempat aktivitasnya, misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung

yang bersuasana asam, memiliki pH optimal 2, contoh lain ada enzim

ptialin, karena bekerja di mulut yang bersuasana basa, memiliki pH

optimal 7,5-8.

3. Aktivator dan Inhibitor

Aktivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja

enzim, contohnya ion klorida, yang dapat mengaktifkan enzim amilase.

Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan

cara kerjanya, inhibitor terbagi dua, inhibitor kompetitif dan inhibitor

nonkompetitif. Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang bersaing aktif

dengan substrat untuk mendapatkan situs aktif enzim, contohnya sianida

bersaing dengan oksigen dalam pengikatan Hb. Inhibitor non kompetitif

adalah inhibitor yang melekat pada sisi lain selain situs aktif pada enzim,

yang lama kelamaan dapat mengubah sisi aktif enzim.

Page 13: 63025_PSALIVA 2

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Uji Percobaan Kesimpulan

1. Viskositas saliva pH : 8

viskositas : sangat kental

2. Buffer saliva Viskositas saliva setelah

ditetesi asam cuka menjadi

encer dan terpisah antara

endapan dan cairan

(bentuk seperti kapas).

3. Reaksi reduksi gula pada saliva Warna berubah dari biru

menjadi hijau dan terdapat

endapan berwarna kuning

dan putih pada dasar

tabung.

4. A Aktivitas enzim amilase saliva tanpa

pemanasan

- iodium : reaksi

dengan iodium biru

- benedict : warna

larutan berubah

menjadi hijau lumut

tua dan ada endapan

warna oranye gelap

pada dasar tabung

4. B Aktivitas enzim saliva dengan

pemanasan - Iodium : warna

larutan menjadi

kuning

- Benedict : warna

larutan berubah

menjadi hijau lumut

tua dengan sedkit

endapan berwarna

oranye muda pada

dasar tabung

5. Garam Ca pada saliva Terdapat presipitasi putih

yang mengapung

Tabel 1. Hasil kelompok A1-a

Uji Percobaan Kesimpulan

1. Viskositas saliva pH : 8

viskositas : encer

Page 14: 63025_PSALIVA 2

9

2. Buffer saliva Terdapat endapan setelah

ditetesi asam cuka.

Terdapat juga perubahan

viskositasnya menjadi

lebih encer

3. Reaksi reduksi gula pada saliva Terjadi perubahan warna

dari biru menjadi hijau dan

terdapat endapan berwarna

orange dibawah

4.A Aktivitas enzim amilase saliva tanpa

pemanasan

- iodium : terjadi

perubahan warna

pada tetes ke 15 dari

kebiu-biruan menjadi

merah bata

- benedict : terjadi

perubahan warna dari

biru ke hijau, terdapat

endapan oranye

4.B Aktivitas enzim saliva dengan

pemanasan - Iodium : terjadi

perubahan warna

pada tetes ke 3 dari

kebiru-biruan

menjadi merah bata

- Benedict : tidak

terdapat perubahan

warna dan tetap biru,

terdapat presipitasi

5. Garam Ca pada saliva Perubahan yang terjadi

terdapat presipitasi putih,

sedangkan bagian bawah

terlihat bening

Tabel 2. Hasil kelompok A1-b

B. Pembahasan

1. Viskositas saliva

Uji viskositas pada saliva dilakukan pada air ludah probandus yang

didapat setelah probandus berkumur dengan larutan aquades dan diberi

rangsangan mekanik berupa mengunyah permen xylitol. Air ludah yang

ditampung dalam wadah kemudian diuji pH dengan hasil pH 8,0 dan

Page 15: 63025_PSALIVA 2

10

cairan bersifat kental. Hal ini karena kandungan saliva banyak

mengandung mukus. Sifat mukus yang didapat berasal dari glandula

parotis yang dirangsang oleh rangsangan mekanik.

Pada percobaan yang dilakukan kelompok 2 didapat hasil saliva yang

encer dan pH 8. Saliva yang encer ini karena banyak kandungan serous.

Sifat serous yang didapat berasal dari glandula parotis yang dirangsang

oleh rangsangan mekanik.

2. Buffer saliva

Uji buffer pada saliva dilakukan pada 2,5 ml ludah yang dihasilkan

karena stimulasi dari xylitol. Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan

asam cuka. Setelah itu diamati proses yang terjadi dan diperhatikan

viskositasnya. Pada hasil praktikum yang dilakukan kelompok A1-a,

setelah ditetesi asam cuka terdapat endapan seperti kapas putih dan

viskositasnya menjadi encer. Pada kelompok A1-b, didapatkan hasil yang

sama yaitu terdapat endapan dan viskositasnya menjadi lebih encer. Air

liur yang ditambahkan asam asetat encer pada uji presipitasi

menghasilkan larutan yang seperti endapan kenyal. Hal ini terjadi karena

adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa protein yang

terkandung pada air liur. Dimana protein pada penambahan asam akan

menyebabkan terjadinya koagulasi. Berikut reaksi yang terjadi :

Air liur + CH3COOH → mengendap (koagulasi).

Asam asetat yang telah bercampur dengan saliva menjadi larutan yang

memiliki tingkt kelarutan yang rendah. Di dalam asam asetat terdapat

gugus karboksilat yang dapat merusak struktur protein di dalam saliva

sehingga terjadi proses presipitasi.

3. Reaksi reduksi gula pada saliva

Larutan Benedict digunakan untuk mengetahui kandungan gula

(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis

monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltose.

Percobaan ini dilakukan dengan menguji saliva yang sebelumnya

Page 16: 63025_PSALIVA 2

11

diberikan larutan HCL sebanyak 5ml dan dipanaskan selama 10 menit.

Kemudian campurkan larutan NaOH sebanyak 2 tetes untuk menetralkan

dan ditambahkan 5mL larutan benedict kemudian dipanasi kembali

selama 5menit. Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah larutan

menjadi berwarna hijau dan terdapat endapan berwarna putih dan kuning.

Hal ini menunjukan hasil positif saliva yang didapat mengandung gula,

namun kadar gula rendah ditunjukkan dengan endapan yang berwarna

kuning.

Pada kelompok A1-b hasil percobaan berubah menjadi warna biru

kemudian hijau dan terdapat endapan berwarna oranye dibawah.

Hasilnya positif terhadap adanya kandungan gula didalam saliva. Kadar

gula dalam saliva probandus pada kelompok b lebih tinggi dibandingkan

probandus pada kelompok a. Hal ini ditunjukkan melalui endapan yang

didapat lebih berwarna oranye.

4. 4A. Aktivitas enzim amilase saliva tanpa dipanasi

Pada percobaan aktivitas amilase saliva tanpa dipanasi dilakukan dengan

menambahkan 5 ml larutan kanji 1% ke dalam air liur sebanyak 2 ml.

Hampir semua enzim mempunyai aktivasi optimal pada suhu 30⁰C -

40⁰C dan akan mengalami denaturasi pada suhu 45⁰C. Pada umumnya

semakin tinggi suhu maka laju reaksi semakin cepat karena energi

semakin besar dan melampaui energi aktivasinya. Akan tetapi enzim

merupakan suatu protein sehingga semakin tinggi suhu proses aktivasi

enzim ini juga meningkat. Pengaruh suhu yang terlalu tinggi dapat

mempercepat pemecahan atau kerusakan enzim, demikian juga

sebaliknya.

Dalam percobaan ini, air liur yang ditambahkan kanji tidak dilakukan

pemanasan. Lalu diletakkan di cekungan porselen. Setelah itu larutan

disaring dan dibagi menjadi 2 bagian untuk dilakukan uji yodium dan uji

benedict. Uji yodium bertujuan untuk mengetahui adanya glukosa yang

Page 17: 63025_PSALIVA 2

12

ditandai dengan berwarna kuning. Sedangkan uji benedict bertujuan

untuk menunjukkan adanya fruktosa yang ditandai dengan berwarna biru.

Pada uji Yodium kelompok A1-a didapatkan hasil dari biru menjadi

kuning. Sedangkan pada kelompok A1-b didapatkan hasil dari biru

menjadi merah bata. Pada kedua kelompok medapatkan hasil positif pada

uji Yodium. hal ini berarti pada saliva tersebut terdapat glukosa.

Pada praktikum menggunakan benedict, setelah diberi larutan benedict

dilakukan pemanasan. Hasil dari kelompok a larutan berubah menjadi

hijau lumut tua dengan endapan berwarna oranye tua. Sama dengan

kelompok b, uji menggunakan benedict hasilnya berubah dari biru

menjadi hijau dengan endapan berwarna oranye. Dari kedua kelompok

tersebut menunjukan hasil positif terhadapt benedict. Jadi, kedua saliva

tersebut mengandung fruktosa.

5. 4b. Pada percobaan aktivitas amilase saliva yang telah dipanasi terlebih

dahulu kemudian masukan 5ml larutan kanji dengan konsentrasi 1%

kedalam 2ml saliva pada gelas beker. Aktivitas enzim dalam kandungan

saliva sangat dipengaruhi oleh suhu. Kemudian, saliva yang telah

bercampur dengan larutan kanji dilakukan uji yodium dan uji benedict.

Pada uji yodium larutan saliva-kanji pada tetesan pertama langsung

berubah menjadi kuning. Hal ini menunjukan bahwa kandungan saliva

terdapat glukosa. Pada percobaan ini menunjukan bahwa semakin tinggi

suhu maka akan semakin cepat pula aktivitas kerja enzim amilase.

Kemudian, pada uji benedict dengan saliva yang telah dipanasi terlebih

dahulu menunjukan hasil larutan berwarna hijau lumut muda dan

memiliki endapan berwarna oranye muda. Dimana hasil ini menunjukan

kandungan fruktosa pada saliva. Perbedaan dari kedua percobaan saliva

pada poin ini adalah terletak pada laju enzim amilase yang dipengaruhi

oleh suhu setelah proses pemanasan dan tidak melalui proses pemanasan

terlebih dahulu.

5. Garam Ca pada saliva

Page 18: 63025_PSALIVA 2

13

Uji kalsium pada saliva dilakukan dengan saliva yang berbeda dengan

percobaan-percobaan sebelumnya. Saliva yang digunakan adalah saliva

segar tanpa bantuan stimulus apapun. Ambil 1 ml ludah dan masukkan

kedalam tabung reaksi. Kemudian tetesi beberapa tetes asam cuka dan

beberapa tetes larutan K-oksalat. Hasil yang ditunjukkan kelompok a

adalah terbentuk presipitasi di bagian atas larutan. Kelompok b juga

menghasilkan hasil yang sama yaitu terjadi presipitasi pada bagian atas

larutan dan dibawahnya berwarna bening. Ion Ca+ dapat menggeser ion

K+ yang terdapat dalam kalium oksalat. Sehingga terbentuk presipitasi

kalium oksalat.

Page 19: 63025_PSALIVA 2

14

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan laporan dari hasil praktikum, didapatkan beberapa kesimpulan

yaitu:

1. Saliva yang diproduksi melalui proses stimulasasi mekanik menghasilkan

saliva berviskositas rendah. Hal ini disebabkan karena pada proses

pengunyahan glandula parotis lebih banyak menyumbang cairan saliva yang

bersifat serous sehingga mengakibatkan saliva tersebut encer.

2. Saliva memiliki sifat buffer pada suatu keadaan rongga mulut. Hal ini sangat

menguntungkan karena pH rongga mulut yang terjaga (5,6-7,0) baik untuk

kesehatan rongga mulut. Apabila rongga mulut terlalu asam maka akan

memicu adanya karies, sebaliknya apabila suasana rongga mulut terlalu basa

maka dapat menimbulkan resiko pembentukan kalkulus.

3. Komponen saliva terdiri dari 99,5% air dan sisanya adalah bahan organik dan

anorganik yang berbentuk makromolekul maupun mikromolekul. Bahan

organik antara lain glukosa, enzim amylase memiliki hasil positif. Serta bahan

anorganik antara lain garam Ca juga memiliki hasil positif.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikan berdasarkan hasil praktikum, yaitu:

1. Saliva memiliki peran yang sangat baik terhadap kesehatan rongga mulut.

Oleh karena itu kita harus mengetahui lebih dalam mengenai komponen-

komponen yang terdapat dalam saliva baik itu organik maupun anorganik.

2. Kita sebagai dokter gigi harus lebih mengetahui dan mempelajari tentang

saliva secara tuntas, baik kondisi saliva yang sehat maupun yang tidak sehat,

karena dokter gigi akan selalu bertemu dengan saliva.

3. Mengetahui kondisi saliva pasien merupakan salah satu cara untuk

mengetahui tentang kondisi tubuh pasien serta dapat mendiagnosa suatu

penyakit lokal maupun penyakit sistemik pada pasien.

Page 20: 63025_PSALIVA 2

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S., 2010, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Chrismawaty, E., 2006, Peran Struktur Mukosa Rongga Mulut dalam Mekanisme

Blokade Fisik terhadap Iritan, MIKGI, 5 (1) : 244.

Fehrenbach, M.J., 2007, Anatomy of the Head And Neck, Canada : Elsevier.

Guyton, Hall, 2004, Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.

Hidayani, T.A., 2010, Efek Merokok terhadap Status pH dan Volume Saliva pada

Laki-laki Usia Dewasa dan Usia Lanjut, Dent J Dentika, 15 (2) : 145.

Poedjiadi, A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta : UI Press.

Page 21: 63025_PSALIVA 2

LAMPIRAN

Page 22: 63025_PSALIVA 2
Page 23: 63025_PSALIVA 2
Page 24: 63025_PSALIVA 2
Page 25: 63025_PSALIVA 2