62462201-kontap
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
Penggunaan kontrasepsi yang efektif, proses reproduksi dapat ditekan dan dengan
demikian angka kematian ibu juga dapat diturunkan. Selain itu, dengan membatasi
kehamilan dan kelahiran, wanita akan memiliki waktu dan kesempatan yang lebih
luas untuk mencapai status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi. Walaupun
kontrasepsi telah terbukti manfaatnya bagi wanita, namun dalam kenyataannya
jumlah wanita yang menggunakannya tidak seperti yang diharapkan.1
Jika pasangan yang subur tidak menggunakan kontrasepsi dalam hubungan seks
mereka, sekitar 90% dari wanitanya akan hamil dalam waktu 1 tahun. Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.1,2
Gambar 1. Kontrasepsi yang digunakan pada wanita dan pria
Dikutip dari Atlas of Contraception2
Kontrasepsi dapat digunakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Disamping bermanfaat bagi ibu, namun
sering juga dipertanyakan efek samping atau bahaya penggunaan kontrasepsi bagi
kesehatan, terutama penggunaannya pada jangka panjang.1,3,4 Sampai saat ini
belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang
ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan
motifasi terus menerus dan efek sampingnya minimal. Metode kontrasepsi baik
2
hormonal maupun non homonal dengan keefektifan yang bervariasi dan digunakan
akhir-akhir ini adalah (1) preparat kontrasepsi steroid oral, (2) preparat kontrasepsi
steroid suntikan atau implan, (3) alat kontrasepsi dalam rahim atau AKDR/IUD, (4)
teknik-teknik rintangan yang bekerja secara fisik atau kimia, (5) koitus interuptus, (6)
pantang berkala pada saat ovulasi, (7) metode amonerea laktasi (MAL), (8) sterilisasi
permanen (tubektomi).3,4
Cara AngkaKB alamiah (pantang berkala)Menyusui : 6 bulan pasca salin 6-12 bulan pasca salinKondomDiafragmaSpermisidaPil kombinasiPil progesteronCopper T 380ASuntikanNorplantTubektomi : Laparoskopi MinilaparotomiVasektomi
10-3026
10-305-2510-301-83-10
0,3-1,00,3-1,00,2-1,00,1-0,50,4-1,00,15-1,0
Tabel 1. Angka kehamilan tahun pertama per 100 tahun wanita
Dikutip dari Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.5
Dalam Referat ini akan dibahas lebih mendalam mengenai metode kontrasepsi
mantap, Tubektomi, mulai dari cara kerja, penggunaan serta efek sampingnya
sehingga diharapkan nantinya kita dapat menggunakan kontrasepsi ini secara
optimal.
II. TUBEKTOMI
A. Definisi
Tubektomi (Kontrasepsi mantap) merupakan terjemahan dari bahasa inggris, secure
contraception. Nama lain adalah sterilisasi (sterilization), atau kontrasepsi operatif
(surgical contraception). Dari sini dikenal istilah medis operatif wanita (MOW) untuk
sterilisasi wanita dan medis operatif pria (MOP) untuk sterilisasi laki-laki. Tubektomi
3
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan seorang
perempuan). Sangat efektif dan permanen.6
Pada wanita sterilisasi lazimnya dilakukan dengan memotong dan mengambil
sebagian saluran telur (tuba) sehingga dikenal istilah tubektomi. Kadang-kadang
prosedur sterilisasi tidak dilakukan dengan memotong tuba tetapi cukup dengan
mengikatnya (membuatnya buntu), dan dari sini lahir istilah tubal ligation atau tubal
occlusion. Pendekatannya dapat dilakukan dengan pembedahan kecil yang dikenal
dengan nama minilaparotomi atau disingkat minilap dan dengan melakukan
laparoskopi disebut sterilisasi laparoskopi (laparascopic sterilization).6
B. Cara Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.7
C. Indikasi
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
4. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
D. Keuntungan7
1. Sangat efektif (terjadi 0,2-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
3. Tidak bergantung pada faktor sanggama.
4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
E. Kekurangan6,7
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini kecuali dengan
operasi rekanalisasi.
4
2. Klein dapat menyesal di kemudian hari.
3. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
4. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
Komplikasi penanganan
Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obati
dengan antibiotic. Bila terdapat abses,
lakukan drainase dan obati seperti yang
terindikasi.
Demam pasca operasi
(>38ºC)
Obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.
Luka pada kandung kemih,
intestinal (jarang terjadi)
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
Apabila kandung kemih atau usus
terluka dan diketahui sewaktu operasi,
lakukan reparasi primer. Apabila
ditemukan pasca operasi, dirujuk ke
rumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lebab
ditempat tersebut. Amati, hal ini
biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan
oleh laparoskopi (sangat
jarang terjadi)
Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat
dan mulailah resusitasi intensif,
termasuk : cairan intravena, resusitasi
kardio pulmonary, dan tindakan
penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan
5
pembedahan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superficial (tepi-
tepi kulit atau subkutan).
Mengontrol perdarahan dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan.
Tabel 1: Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi
Dikutip dari Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.7
III. PEMBEDAHAN TUBEKTOMI
Ada dua pendekatan operasi yang lazim ditempuh untuk melakukan sterilisasi wanita
yakni minilaparotomi dan laparoskopi.
A. Mini laparotomi
adalah operasi membuka rongga perut melalui irisan kecil yang tidak lebih dari 5
cm, tetapi secara teknis, istilah ini dipakai untuk operasi strerilisasi wanita dengan
membuat irisan kecil melalui dinding perut. Minilaparotomi juga dapat dilakukan
dalam masa interval dengan irisan suprapubik, baik vertikal maupun horizontal,
tergantung ketrampilan operator. Pasien harus dalam posisi litotomi.
Minilaparotomi merupakan cara yang lebih tepat dibandingkan laparoskopi karena
tekniknya yang sederhana, sehingga lebih mudah untuk melatih operator.6,8
B. Laparoskopi
adalah melihat isi rongga perut dengan menggunakan lensa, sejenis teleskop.
Menutup tuba dengan bantuan laparoskop. Keuntungan cara ini adalah, ia
dirasakan lebih mudah, lebih cepat, dan lebih aman. Kerugiannya adalah bila
terjadi perlukaan alat dalam (trauma pada usus), atau terjadi perdarahan, kadang-
kadang memerlukan operasi terbuka. Sehingga sampai sekarang laparoskopi hanya
boleh dikerjakan oleh dokter yang sudah terlatih dan biasanya adalah ahli obstetric
dan ginekologi. Pada dasarnya ada dua cara untuk menutup tuba secara
laparoskopi, yakni secara elektris dan mekanis. Pada yang pertama pada satu
segmen tuba sepanjang 3-4 cm di daerah isthmus, dijepit dengan penjepit yang
beraliran listrik. Dengan cara ini segmen tuba yang terjepit akan mengalami
koagulasi. Pada cara ini, ujung penjepit (forceps) dibuat panas dengan aliran listrik
lemah yang berasal dari lilitan kawat halus yg berada di dalam lengan penjepit
sehingga tidak ada arus yang menyentuh tubuh, tetapi tuba dibakar dengan panas
6
yang dihasilkan oleh aliran listrik tersebut. Secara mekanisme tuba dibuntu dengan
memasang sebuah klip atau cincin yang terbuat dari karet silikon. Klip yang
terkenal adalah klip Filshier (inggris) dan Hulka Clemens (USA). Kedua klip ini
tidak banyak dipakai di Indonesia, tetapi cincin tuba (tubal ring) atau cinci Falop
(Falope ring) sangat banyak digunakan. Pasien cukup diberi sedative dan analgesia
ringan.6,8
IV. JENIS- JENIS TUBEKTOMI
A. Metode Irving
Fenestrasi dilakukan di bawah tuba sekitar 4 cm dari uterotubal junction
menggunakan gunting atau hemostat. B: Tuba kemudian diligasi dua kali dan
dipotong. Rongga yang dalam dibuat di miometrium uterus bagian posterior.
Garis putus-putus menunjukkan garis insisi jika mobilisasi tambahan tuba
proksimal dibutuhkan untuk mengubur ujung tuba dalam miometrium. C: Ujung-
ujung tuba proksimal dijahit ke dalam rongga miometrium dan jarum dikeluarkan
melalui lapisan serosa uterus. D: Pengikatan jahitan mengamankan ujung-ujung
tuba proksimal di dalam rongga miometrium.8
Gambar 2. Metode Irving Dikutip dari Te Linde 8
7
B. Pomeroy Modifikasi
Cara pomeroy adalah cara yang paling sederhana, mudah, paling banyak dipakai dan
merupakan cara baku. Tuba diangkat bagian tengah pada bagian tengah sehingga
terbentuk sebuah jerat (loop) pangkal jerat diikat dan sebagian jerat dipotong. Pengikatan
menggunakan benang yang mudah diserap dengan maksud mengurangi pembentukan
reaksi radang. Setelah benang diserap kedua ujung tuba akan terpisah satu sama lain
sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya rekanalisasi. Angka kegagalan pada
teknik Pomeroy kira-kira adalah 0,2 per 100 wanita.
Salah satu kelebihan cara ini dibanding cara lain adalah bila diperlukan
penyambungan kembali angka keberhasilannya lebih tinggi, yang dapat mencapai 55%
dengan menggunakan teknik bedah mikro. Dalam metode ini, tuba dipegang pada bagian
tengahnya, dapat dengan klem atraumatik kecil seperti Babcock, dan lengkung tuba
diangkat, ligasi dilakukan dengan jahitan ganda dengan benang chromic catgut
absorbable untuk memungkinkan ujung-ujung tuba yang dipotong untuk terpisah secara
cepat setelah pembedahan. Mereka percaya bahwa tindakan ini akan memungkinkan
ujung-ujung tuba mengalami fibrosis secara alami dan bersatu dengan peritoneal tanpa
pembentukan fistula ataupun hubungan (communication). Hal ini juga menjadi alasan
bagi modifikasi yang umum dilakukan untuk tekhnik Pomeroy, di mana benang chromic
asli digantikan dengan plain catgut karena degradasi plain catgut terjadi secara lebih
cepat.
Gambar 3. Pomeroy ModifikasiDikutip dari Te Linde 8
Metode Pomeroy. A: Lengkung tuba bagian isthmus diangkat dan dilitasi pada
pangkalnya dengan satu atau dua ikatan benang plain catgut no 1. Jika dilakukan
8
melalui insisi minilaparotomi, ikatan ini harus dipegang untuk menghindari
retraksi prematur potongan pangkal tuba ke dalam abdomen ketika lengkung tuba
dipotong. B: Fenestrasi dibuat secara tumpul melalui mesenterium dalam
lengkung tuba, dan tiap bagian tuba di kedua sisi fenestrasi ini dipotong secara
individual. Ujung potongan tuba diinspeksi untuk hemostasis dan dibiarkan
beretraksi ke dalam abdomen.8
C. Metode Uchida
Metode Uchida. A: Injeksi larutan vasokonstriktif diberikan di bawah lapisan
serosa tuba sekitar 6 cm dari uterotubal junction. Lapisan serosa kemudian
diinsisi (garis putus-putus). B: Ujung antimesenterika dari mesosalfing ditarik ke
arah uterus, membuka sekitar 5 cm tuba. C: Tuba diligasi pada proksimal dan
dipotong, kemudian potongan yang terikat dibiarkan beretraksi ke dalam
mesosalfing. Hemostat pada potongan distal tetap dipertahankan untuk
memudahkan eksteriorisasi bagian tuba ini. D: Mesosalfing ditutup. Jahitan
pursestring pada mesosalfing di sekitar potongan tuba yang dieksteriorisasi
mengamankan posisinya sehingga terbuka ke abdomen, sedangkan tuba proksimal
yang diligasi dikubur dalam mesosalfing. Ketika jahitan pursestring diselesaikan,
hemostat dapat disingkirkan.8
Gambar 4. Metode UchidaDikutip dari Te Linde 8
9
D. Metode Parkland
Metode Parklan. A: Fenestrasi 2 hingga 3 cm dibuat di bawah bagian isthmus tuba
baik dengan gunting atau secara tumpul dengan hemostat. B: Ligasi tuba.
Penarikan benang selama ligasi atau selama pemotongan tuba dapat merobek tuba
dari mesenterium, menyebabkan perdarahan. C: Bagian dari tuba disingkirkan.19
Gambar 5. Metode ParklandDikutip dari Te Linde 8
E. Koagulasi unipolar
Dalam koagulasi unipolar, suatu grasping forceps terinsulasi khusus dimasukkan
melaluioperating channel laparoskop atau secara independen melalui puncture
port 5 mm sekunder. Sebagai upaya keamanan, hubungan kabel listrik ke
grasping forceps harus ditunda hingga ahli bedah siap mengkoagulasi tuba
fallopii.
Dengan koagulasi unipolar, 3 hingga 5 cm tuba dapat dirusak dengan satu
pembakaran, dengan kerusakan samar terjadi di luar zona visual pembakaran.
Karena inilah, bagian ampula tuba harus diidentifikasi secara cermat dan
dipegang sekitar 5 cm dari uterus untuk mengamankan sebagian panjang tuba
proksimal. Rahang-rahanggrasping forceps harus sepenuhnya memegang tuba
fallopii dan juga sebagian mesosalfing. Tuba harus diangkat dari struktur-struktur
yang berdekatan, seperti usus dan kandung kemih, sebelum arus dialirkan selama
10
sekitar 5 detik. Jika pembakaran kedua diperlukan, pembakaran ini harus
dilakukan pada bagian proksimal dan bukan distal dari tuba. Arus harus dimatikan
sebelum tuba dilepaskan dan grasping forceps diretraksi ke dalam laparoskop.
Kedua rahanggrasping forceps berfungsi sebagai elektroda aktif dan akan
membakar struktur apapun yang mereka sentuh ketika arus mengalir.8
F. Koagulasi bipolar
Ketika tuba fallopii telah diidentifikasi, tuba dipegang di bagian isthmus distal
dengan forceps bipolar sehingga tuba sepenuhnya terpegang, termasuk bagian
mesosalfing. Tuba kemudian diangkat sehingga terpisah dari struktur sekitar, dan
arus diberikan. Dua area yang bersambungan juga dikoagulasi untuk memastikan
area pembakaran sekurang-kurangnya 3 cm (Isthmus tuba dengan panjang
minimal 3 cm dibakar dengan forceps bipolar. Rahang forceps memegang tuba
hingga mesosalfing).
Gambar 6. Metode Bipolar.Dikutip dari Te Linde8
G. Gelang karet silikon (Silicone Band Method)
Gelang ini dimasukkan dengan aplikator endoskopik khusus yang dapat
diinsersikan melalui operating channel atau puncture port sekunder yang terpisah.
Gelang ini pada mulanya diregangkan pada ujung distal pipa aplikator (segera
sebelum digunakan untuk menghindari deformasi gelang yang terlalu lama).
Setelah alat dimasukkan ke dalam rongga abdomen, grasper tong digunakan
untuk menarik dan mengangkat bagian isthmus tuba sekitar 3 cm dari uterus.
11
Grasper tong kemudian diretraksi ke dalam aplikator, yang menutup kedua
lengan tong di sekitar tuba yang dipegang sementara menarik lengkung tuba ke
dalam selongsong. Ahli bedah harus berhati-hati dalam memastikan bahwa tuba
sepenuhnya terambil oleh tong ketika ditarik ke dalam aplikator. Kegagalan untuk
pengambilan lengkap dapat menyebabkan gelang hanya ditempatkan pada bagian
luar tuba (gagal mengoklusi lumen) atau hanya ditempatkan pada mesosalfing.8
Gambar 7. Gelang Karet SilikonDikutip dari Te Linde8
H. Spring Clip
Introducer untuk clip dapat dimasukkan ke dalam abdomen melalui operative channel
laparoskop atau puncture cannullasekunder. Agar efektif, clip harus ditempatkan pada
bagian isthmus tuba, sekitar 2 cm dari uterus dan pada sudut yang tepat tegak lurus
terhadap sumbu panjang tuba.Clip harus menutup tuba sepenuhnya, dengan sudut clip
menekan tuba dan ujung rahangnya menekan mesosalfing, menciptakan lipatan khas pada
mesosalfing ketika clip ditutup. Clip, seperti gelang karet silikon, lebih mungkin berhasil
ketika ditempatkan pada tuba normal.8
Keunggulan yang nyata dari metode sterilisasi clip adalah bahwa hanya 3 mm
tuba mengalami kompresi oleh clip, dan kerusakan sekitar adalah minimal.
Sehingga, prosedur anastomosis setelah sterilisasi clip sering berhasil dijalankan.8
12
Gambar 8. Spring Clip Method
Dikutip dari Te Linde8
I. Filshie Clip
Alat ini memiliki rahang titanium yang dilapisi karet silikon dan digunakan
dengan aplikator khusus yang tersedia dalam versi single- dan double-puncture
untuk laparoskopi atau minilaparotomi. Clip ditempatkan pada midisthmus
(sekitar 1 hingga 2 cm dari cornua) dengan rahang bawah clip terlihat di
mesosalfing untuk memastikan bahwa seluruh lingkar tuba telah terjepit. Agar
efektif, rahang-rahang clip ini, seperti pada spring clip, harus menjepit seluruh
lingkar tuba. Hanya satu clip yang ditempatkan secara tepat dibutuhkan untuk
masing-masing tuba fallopii, baik tuba maupun pelapis karet silikon clip
mengalami tekanan. Seiring waktu, sekitar 3 hingga 5 mm jaringan yang ditekan
mengalami nekrosis avaskular, dan karet silikon yang ditekan membengkak.8
Gambar 9. Filshie Clip MethodDikutip dari Te Linde8
13
J. Teknik Essure
Essure microinsert disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai alat sterilisasi tuba
interval di akhir tahun 2002. Microinsert tersusun dari kumparan dalam stainless steel,
kumparan luar campuran nikel titanium, dan lapisan serat polyethylene terephthalate
(PET) di sekitar kumparan dalam. Microinsert memiliki panjang 4 cm dan berdiameter
0.8 mm sebelum dilepaskan dari kateter insersi; setelah dilepaskan, ia melebar menjadi
berdiameter 1.5 hingga 2.0 mm ketika ia melekat ke tuba fallopii.
Essure microinsert dirancang untuk ditempatkan di tuba fallopii sepanjang uterotubal
junction di mana tuba meninggalkan dinding uterus namun dengan 5 hingga 10 mm
(setara dengan 3 spiral kumparan) masih tertinggal/disisakan dalam uterus.8
Gambar 10. Teknik Essure Dikutip dari Te Linde8
Ketika alat ini ditempatkan secara tepat, kateter pengantar dicabut, dan kawat
pengantar dipisahkan dari microinsert. Ujung kumparan yang tersisa membantu
mengkokohkan alat untuk mengurangi risiko ekspulsi.8
IV. RINGKASAN
1. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Ciri-ciri suatu
kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat,
tidak memerlukan motifasi terus menerus dan efek sampingnya minimal.
14
2. Beberapa metode kontrasepsi non hormonal yang dapat digunakan pada wanita,
antara lain yaitu: Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode Keluarga Berencana
Alamiah (KBA), sanggama terputus (coitus interuptus), metode barier (diafragma
dan spermisida), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD), dan tubektomi
(Kontrasepsi Mantap).
3. Metode kontrasepsi non hormonal yang paling efektif adalah tubektomi dengan
efektifitas 0,2-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan.
4. Ada dua pendekatan operasi yang lazim ditempuh untuk melakukan tubektomi
yakni minilaparotomi dan laparoskopi, jenis- jenis tubektomi yang ada yaitu:
metode irving, pomeroy modifikasi, metode uchida, metode parkland, koagulasi
unipolar, koagulasi bipolar, gelang karet silikon (silicone band method), spring
clip, filshie clip, dan teknik essure.
Rujukan
1. Rachimbadhi T. ”Mantap”. Majalah Ilmiah PKMI. FK UI. Jakarta2003. Hal 34-352. Senanayake P. Atlas of Contraception. 2’nd edition. 2000. p-13. Cunningham G, Macdonald P, Gant N.F. Keluarga Berencana. Obstetri Williams.Edisi 22.
2005. Hal 1109.4. Wiknjosastro H, Saifuddin A. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Ed. 3. Jakarta 2002: 905-06.5. Saifuddin Abdul B, djayadilaga,Affandi B, Bimo. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga
Berencana. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta . 2-56. Siswosudarmo HR, Anwar M. Teknologi Kontrasepsi. Bagian Obstetri Ginekologi. Fakultas
Kedokteran universitas Gajah Mada. 2001. hal. 31-51.7. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.2004. MK1-238. John AR, Howard W. Te Linde’s. Operative Gynecology, 10 th ed. Lippincott Williams &
Wilkins; 2008.p.612-20.