60399601 jurnal edible film

13
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com PEMANFAATAN GELATIN DARI LIMBAH KULIT IKAN NILA SEBAGAI EDIBLE FILM UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PINDANG TONGKOL Yodi Isnaini Januarsyah*), Maman H. Suparta**), Eddy Afrianto**) *)Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad **)Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad E-mail : [email protected] Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan konsentrasi gelatin sebagai bahan edible film yang dapat meningkatkan masa simpan pindang tongkol. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran pada bulan April 2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental secara terkontrol menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan ulangan percobaan sebanyak dua kali, yaitu tanpa pelapisan edible film (kontrol), pelapisan edible film dengan konsentrasi gelatin 5%, 7,5%, dan 10%. Parameter yang diamati antara lain karakteristik kimia (pH dan nilai peroksida) dan karakteristik fisik (susut bobot). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap masa simpan pindang tongkol. Nilai peroksida dan pH yang diperoleh pada masing- masing penyimpanan selama 5 hari yaitu sebesar 2,734-4,172 (mg/100gr) dan 6,65-7,45 pada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan dengan dibungkus edible film sebesar 2,734-3,793 (mg/100gr) dan 6,25-7,0. Hasil penelitian ini menunjukan angka peroksida dan pH dengan dibungkus edible film lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada pengamatan susut bobot diperoleh persentase sebesar 7,45%- 37,24% pada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan dengan dibungkus edible film sebesar 13,11%-23,64%. Kata kunci : gelatin, edible film, karakteristik pindang tongkol

Upload: muzaroh-khotimah

Post on 17-Feb-2015

121 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

text

TRANSCRIPT

Page 1: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

PEMANFAATAN GELATIN DARI LIMBAH KULIT IKAN NILA SEBAGAI EDIBLE FILM

UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PINDANG TONGKOL

Yodi Isnaini Januarsyah*), Maman H. Suparta**), Eddy Afrianto**)

*)Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad **)Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad

E-mail : [email protected]

Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan konsentrasi gelatin sebagai bahan

edible film yang dapat meningkatkan masa simpan pindang tongkol. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Padjadjaran pada bulan April 2011.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental secara terkontrol

menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan ulangan

percobaan sebanyak dua kali, yaitu tanpa pelapisan edible film (kontrol), pelapisan

edible film dengan konsentrasi gelatin 5%, 7,5%, dan 10%. Parameter yang diamati

antara lain karakteristik kimia (pH dan nilai peroksida) dan karakteristik fisik (susut

bobot).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap

masa simpan pindang tongkol. Nilai peroksida dan pH yang diperoleh pada masing-

masing penyimpanan selama 5 hari yaitu sebesar 2,734-4,172 (mg/100gr) dan 6,65-7,45

pada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan dengan dibungkus edible film

sebesar 2,734-3,793 (mg/100gr) dan 6,25-7,0. Hasil penelitian ini menunjukan angka

peroksida dan pH dengan dibungkus edible film lebih rendah dibandingkan dengan

perlakuan kontrol. Pada pengamatan susut bobot diperoleh persentase sebesar 7,45%-

37,24% pada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan dengan dibungkus edible

film sebesar 13,11%-23,64%.

Kata kunci : gelatin, edible film, karakteristik pindang tongkol

Page 2: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

ABSTRACT

Yodi Isnaini Januarsyah (Supervised by: Maman H. Suparta and Eddy Afrianto). 2011. Gelatin Concentration of Waste Nila as Edible Films Skin to Know Pindang Ear Characteristics Based on Analysis of Peroxide, Weight losses and pH measurement.

The research was conducted to observe the best concentration of gelatin as an

ingredient in edible film that could improve the self life of pindang tongkol. The

research was conducted in Fisheries Product Industry Technology Laboratory, Faculty

of Fisheries and Marine Science, Padjadjaran University in April 2011.

This study used a controlled experimental method using a completely

randomized design with four treatments and twice replications experiment. The

treatments were consisted of without the edible film (control), edible film with gelatin

concentration of 5%, 7,5%, and 10%. The parameters observed include chemical

characteristics (pH and peroxide value) and physical characteristics (weight losses).

The results showed that there were significant effect on shelf life pindang cob.

Peroxide and pH values obtained at each storage for 5 days in the amount of 2.734 to

4.172 (mg/100gr) and 6.65 to 7.45 in the control treatment, while on treatment with

packaged edible film of 2.734 to 3.793 (mg/100gr) and 6.25 to 7,0. The results of this

study shows peroxide and pH value of the edible film wrapped lower compared with

control treatment. In the observations obtained by the percentage weight losses of

7.45% -37.24% in the control treatment, while on treatment with edible film wrapped up

by 13.11% -23.64%.

Keyword : gelatine, edible film, characteristic of pindang cob

Page 3: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

PENDAHULUAN

Pindang merupakan hasil olahan ikan yang cukup populer di Indonesia. Dalam

urutan hasil olahan tradsional pindang menduduki tempat kedua setelah ikan asin.

Pindang mempunyai prospek baik sebagai program peningkatan konsumsi protein

masyarakat. Ikan pindang mempunyai cita rasa yang lebih lezat dan tidak begitu asin

dibandingkan dengan ikan asin sehingga dapat dimakan dalam jumlah lebih banyak

(Heruwati, dalam Yonnie, 2009).

Salah satu masalah yang dapat merusak karakteristik ikan pindang adalah ikan

cepat mengalami proses pembusukan. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati

menyebabkan pembusukan. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan

pengemasan yang tepat (Komolprasert, dalam Hui, 2006).

Bahan pengemasan dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan

ekonomis dan memberikan perlindungan yang baik dalam pengawetan. Akan tetapi

penggunaan plastik tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan karena sifatnya

yang tidak dapat dihancurkan secara alami (non–biodegradable) (Alvin dan Gil, dalam

Henrique et al., 2007).

Pengembangan edible film pada makanan selain dapat memberikan kualitas

produk yang lebih baik dan memperpanjang daya tahan, juga dapat merupakan bahan

pengemas yang ramah lingungan. Edible film memberikan alternatif bahan pengemas

yang tidak berdampak pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang

dapat diperbaharui dan harganya murah (Bourtoom, 2007). Penerapan edible film dapat

memperpanjang masa simpan dan mempertahankan kualitas juga karakteristiknya dari

berbagai produk makanan (Lee dan Wan, dalam Hui, 2006).

Salah satu bahan untuk pembuatan edible film adalah gelatin. Gelatin merupakan

senyawa hidrokoloid hasil hidrolis kolagen yang terdapat dalam kulit ikan. Kulit ikan

yang banyak ditemukan sebagai limbah dari industri filet adalah kulit ikan nila. Tulang

dan kulit ikan sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

gelatin, karena mencakup 10%-20% dari total berat tubuh ikan (Surono et al., 1994).

Berbagai penelitian telah banyak dilakukan berkenaan dengan pembuatan edible film

Page 4: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

dari gelatin dan hidrokoloid lainnya. Noviariansyah (2004) telah melakukan penilitian

pembuatan edible film dari gelatin kulit sapi. Nurdiana (2002) telah membuat edible film

dari khitosan. Selama ini, pembuatan edible film dari bahan baku gelatin ikan nila belum

dilakukan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penggunaan gelatin 10%

menghasilkan karakteristik edible film yang mutunya cukup baik untuk diaplikasikan

sebagai pengemas pindang tongkol.

BAHAN DAN METODE

Pindang tongkol yang sudah berbentuk persegi panjang yang diambil dari bagian

tengah ikan berukuran 3 x 5 cm dengan tebal pindang 1 cm dilapisi sampai merekat

dengan edible film sesuai dengan perlakuan sebagai pembungkus primer. Kemudian

pindang diletakkan di atas piring stirofoam kemudian ditutup dengan Cling Wrap.

Pindang yang dikemas dan diberi label sesuai dengan perlakuan kemudian disimpan

dalam suhu ruang ±250C kemudian dilakukan pengamatan. Pada waktu melakukan

pengemasan dilakukan di tempat yang steril dengan cara dibersihkan dahulu dengan

alkohol 70% dan memiliki suhu ruangan yang rendah (dalam ruang AC).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental secara

terkontrol dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan

dan ulangan percobaan sebanyak dua kali. Perlakuan yang diberikan adalah pindang

tongkol dikemas dengan edible film konsentrasi gelatin berbeda dengan penambahan

sorbitol 5% (v/v) yaitu:

Perlakuan A = tanpa edible film (kontrol)

Perlakuan B = edible film konsentrasi 5% gelatin (b/v)

Perlakuan C = edible film konsentrasi 7,5% gelatin (b/v)

Perlakuan D = edible film konsentrasi 10% gelatin (b/v)

Page 5: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Prosedur Penelitian

A. Proses pembuatan gelatin yaitu:

· Mula-mula merendam kulit ikan nila dalam air mendidih selama 1-2 menit

kemudian dikerok sisiknya (Degreasing).

· Mengiris kulit ikan nila menggunakan pisau dengan ukuran 2-5 cm.

· Merendam kulit ikan nila dalam larutan asam asetat 1% dalam wadah plastik

selama 12 jam. Setelah itu rendam kulit dalam air mengalir hingga pH netral

(6-7).

· Memasukan kulit ikan nila (100 gr) ke dalam beaker glass (500 ml) dan

ditambahkan aquades (300 ml) dengan perbandingan 1 : 3 (b/b).

· setelah itu di ekstraksi dalam waterbath pada suhu 70oC selama 2 jam.

· Ekstrak disaring menggunakan kertas whatman No. 41.

· Menuangkan cairan gelatin ke dalam loyang almunium yang dialasi plastik

untuk dikeringkan dalam oven 50oC selama 24 jam.

· Proses penepungan, gelatin kering di blender.

· Serbuk gelatin siap digunakan sebagai bahan pembuat edible film.

B. Proses pembuatan edible film yaitu:

· mula-mula sorbitol 5% dilarutkan dalam 600 ml aquadest sambil diaduk

menggunakan pengaduk magnetik dan dipanaskan sampai 750C.

· Gelatin (sesuai dengan konsentrasi perlakuan) dilarutkan sedikit demi sedikit

dalam larutan air-sorbitol sambil tetap diaduk selama 30 menit dan suhu tetap

dipertahankan pada 750C.

· Larutan, selanjutnya dituangkan dalam cetakan yang terbuat dari kaca

berbingkai ukuran 20 x 20 cm2 dengan tebal kaca 2 mm.

· Larutan film diratakan kemudian dikeringkan dalam alat pengeringan bersuhu

240C dan RH 70% selama 16 jam.

· Film yang sudah kering kemudian dilepas dari cetakan.

· Edible film yang dihasilkan dibungkus kertas nasi dan disimpan dalam desikator

(Noviariansyah, 2004 yang dimodifikasi).

Page 6: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

C. Proses Pembuatan Pindang Tongkol yaitu:

- Siangi ikan dan cuci.

- Siapkan tempat penyusun ikan yang telah diisi air lebih kurang seperempatnya

(1/4) dan telah dilengkapi sarangan didalamnya.

- Pilih ikan dan pisahkan menurut besar dan ukuran yang sama.

- Susun dalam tempat ikan atau periuk secara berlapis-lapis, yang diselang-seling

dengan lapisan garam (20% garam dari total berat ikan).

- Tutup lapisan teratas dengan kertas semen atau daun pisang yang bersih.

- Panaskan tempat ikan yang berisi tumpukan ikan selama paling sedikit 3 jam,

kemudian dinginkan. Selama proses pemasakan, air yang berada dalam periuk

akan bertambah banyak. Kelebihan air akan dikeluarkan melalui lubang (Tri M,

2000 yang dimodifikasi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Peroksida

Uji peroksida dilakukan sebagai petunjuk terjadinya kerusakan awal pada lemak

yang disebabkan oleh proses oksidasi. Pada lemak terjadi proses oksidasi melalui

mekanisme pembentukan radikal bebas yang akhirnya menyebabkan ketengikan

(Sutantyo dkk, 1997). Reaksi oksidasi dipengaruhi oleh jumlah oksigen, suhu dan

adanya katalis pro-oksidan (Person dan Tauber 1992). Hasil pengamatan analisa

peroksida pada pindang tongkol yang telah dibungkus edible film selama penyimpanan

pada suhu ruang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rata-rata Perubahan Kadar Peroksida Pindang Tongkol yang

dibungkus Edible Film Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang.

Perlakuan Lama Penyimpanan

1 3 5 Kontrol 2.734 3.505 4.094

Gelatin 5% 2.734 3.387 3.767 Gelatin 7,5% 2.734 3.264 3.701 Gelatin 10% 2.734 3.093 3.614

Page 7: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Hasil uji statistik menunjukan bahwa kadar peroksida pada pindang tongkol

yang diberi perlakuan berbeda nyata lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol (Tabel

1). Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya nilai peroksida akibat perbedaan

edible film adalah permeabilitas oksigen dan uap air (Krochta, et al., 1994). Transfer

oksigen dari lingkungan ke dalam pindang tongkol berpengaruh terhadap kualitas dan

umur simpan pindang tongkol. Keberadaan oksigen menyebabkan oksidasi lipid atau

lemak.. Edible film dan coating dapat mencegah kerusakan pada produk makanan

karena edible film dan coating memiliki sifat penghalang oksigen yang baik (Sothornvit

dan Krochta, 2000).

McHugh dan Krochta (1994) menyatakan bahwa film protein dan polisakarida

mempunyai sifat barrier oksigen yang baik karena ikatan hidrogennya yang tersusun

rapat dan kelarutannya yang rendah. Sifat kepolaran dari protein menentukan

kemampuan protein edible film sebagai barrier.

Selama penyimpanan hari ke-1, 3, dan 5, kadar peroksida pindang tongkol yang

tidak dikemas memperlihatkan kenaikan lebih cepat dibandingkan pindang tongkol

yang dikemas edible film. Penyimpanan bahan pangan yang menggunakan pengemas

dapat menyebabkan terjadinya kenaikan nilai peroksida akibat dekomposisi ikatan

hidrogen peroksida, rusaknya pigmen yang mengakibatkan perubahan warna pada

bahan pangan dan berkurangnya air yang tersedia untuk dehidrasi (Van den Berg, et al.,

1981).

Hal tersebut di atas diduga proses oksidasi lemak berlangsung lambat pada

perlakuan kemasan edible film disebabkan oksigen yang terhalang oleh edible film

sehingga radikal bebas lebih banyak mengikat atom hidrogen (H+) yang dihasilkan oleh

molekul lemak pada pindang tongkol. Menurut Winarno (1991) ketika radikal bebas

melepaskan sebagian ion hidrogen (H+), ion itu dapat berkaitan lagi dengan radikal

bebas yang lain walaupun pada saat yang bersamaan terjadi pengikatan radikal bebas

dengan oksigen.

Gontard et al (1993) yang menyatakan bahwa edible film yang terbuat dari

protein dan polisakarida memiliki sifat penghalang yang sangat baik terhadap oksigen.

Hal ini disebabkan karena kedua bahan tersebut memiliki gugus hidroksil dalam jumlah

besar. Gugus hidroksil tersebut menciptakan interaksi rantai polimer yang kuat sehingga

membatasi pergerakan rantai polimer dan menyebabkan laju transmisi oksigen semakin

Page 8: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

rendah. Gugus hidroksil dapat berasal dari rantai polimer sorbitol, air, dan gelatin itu

sendiri. Jumlah gelatin yang digunakan semakin banyak sehingga jumlah gugus

hidroksil semakin banyak. Akibatnya interaksi rantai polimer dalam edible film semakin

kuat sehingga laju transmisi oksigen menurun.

Batas kandungan peroksida pada ikan yang masih dapat diterima berkisar antara

3-5 mg/100gr, ikan tidak baik dikonsumsi jika nilai peroksida lebih dari 3,5 mg/100g

(Connell, 1990). Berdasarkan Tabel 3, perlakuan pindang tongkol yang dikemas edible

film dengan konsentrasi gelatin 10% masih dapat diterima antara hari ke-3 dan ke-4.

Analisis Susut Bobot

Susut bobot terjadi karena berkurangnya kadar air pindang tongkol yang terjadi

pada selama proses penyimpanan. Berkurangnya air pada pindang terjadi karena protein

mengalami denaturasi dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri, sehingga protein

kehilangan kemampuannya untuk mengikat air. Air bebas pada pindang tongkol akan

keluar dengan cara menguap atau penetesan cairan (Hadiwiyoto 1993). Penggunaan

edible film sebagai pengemas berpengaruh terhadap perubahan susut bobot pindang

tongkol (Gambar 1).

Gambar 1. Rata-rata Persentase Penurunan susut bobot Pindang Tongkol

Setiap Perlakuan selama penyimpanan (%)

Berdasarkan Gambar 1. persentase rata-rata susut bobot pindang tongkol

mengalami peningkatan selama penyimpanan. Persentase rata-rata susut bobot pindang

tongkol berkisar antara 7,45-37,42% selama 6 hari penyimpanan. Peningkatan

Page 9: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

presentase susut bobot secara signifikan mulai terjadi dari penyimpanan hari ke-3

hingga hari ke-4. Peningkatan susut bobot ini dimungkinkan adanya aktivitas bakteri

seiring dengan peningkatan nilai pH (Tabel 2).

Pada pengamatan hari ke-2, semua pindang tongkol yang dikemas edible film

memiliki persentase susut bobot lebih tinggi dibandingkan pindang tongkol yang tanpa

dikemas, terutama pada konsentrasi gelatin 10% yaitu 19,96%. Edible film yang

berbasis protein, memiliki sifat gugus R yang tidak bermuatan, dan bersifat hidrofilik

sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Semakin tebal edible film maka

semakin banyak protein mengikat air.

Pada pengamatan susut bobot hari ke-3 sampai hari ke-6 perlakuan dengan

konsentrasi gelatin 10% lebih rendah. Hal tersebut diduga air yang di serap oleh protein

edible film akan menguap ke udara saat oksigen masuk akibat suhu dan hal itu

diperlambat karena edible film memiliki laju oksigen yang rendah (Krochta, et al.,

1994). Menurut Pascat (1985) hal ini dapat menggambarkan bahwa uap air yang dapat

dianggap sebagai efek aditif plasticizer akan mengembangkan struktur permukaan

edible film bagian luar dan bagian dalam yang selanjutnya menyebabkan struktur

polimer film tersebut longgar dan membentuk rongga sehingga uap air dapat mengisi

dan berdifusi melalui rongga tersebut.

Hasil analisis menunjukan bahwa pengemasan berpengaruh nyata terhadap susut

bobot pindang. Persentase susut bobot yang rendah menunjukan bahwa masih banyak

protein pada daging ikan yang belum diurai oleh enzim protease dan masih memiliki

kemampuan untuk mengikat air, sehingga air dalam daging tidak banyak keluar (Jay,

1996). Protease atau enzim proteolitik adalah enzim yang memiliki daya katalitik

(penghancur) yang spesifik dan efisien terhadap ikatan peptida dari suatu molekul

polipeptida atau protein (Todorova, et, al., 2000).

Susut bobot erat kaitannya dengan laju transmisi uap air atau water vapor

transmission rate (WVTR) merupakan salah satu sifat yang paling penting pada edible

film. Permeabilitas uap air adalah ukuran suatu bahan karena dapat dilalui (ditembus

atau diresapi) oleh uap air. Edible film yang berbasiskan protein memiliki permeabilitas

uap air yang tinggi karena sifat hidrofilik yang dimiliki oleh protein tersebut (Krochta,

et al., 1994). Bahan pangan yang mengandung lemak atau komponen lain yang sensitif

terhadap oksigen memerlukan kemasan yang permeabilitasnya terhadap oksigen rendah.

Page 10: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Bahan pangan dengan tingkat respirasi dan kelembaban yang tinggi membutuhkan

derajat permeabilitas yang tinggi untuk perpindahan oksigen dan karbon dioksida ke

lingkungan atmosfir di sekitarnya tanpa kehilangan kadar air (Syarief, et al., 1989).

Kebutuhan akan oksigen ini menjadi faktor sangat penting terutama pada substrat yang

tidak mengandung glukosa (pindang tongkol).

Berdasarkan karakteristik susut bobot kemasan edible film dengan konsentrasi

gelatin 10% adalah yang terbaik. Pengamatan hari pertama hingga akhir penyimpanan

memiliki rata-rata susut bobot berkisar antara 16,96%-21,96%.

Analisis Nilai pH

Pengujian derajat keasaman dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman atau

kebasaan suatu produk dan mengetahui dinamika perubahan derajat keasaman. Nilai pH

dapat menjadi salah satu indikator dari kualitas ikan, menurut Supardi dan Sukamto

(1999) Kisaran nilai pH untuk pertumbuhan optimum bakteri pembusuk adalah 6,5-7,5.

Hasil pengamatan nilai pH pindang tongkol yang tidak dikemas maupun dikemas edible

film selama penyimpanan pada suhu ruang menunjukan pola menurun kemudian naik

lagi menjelang akhir penyimpanan (Tabel 2). Menurut Ilyas (1983), penurunan pH ini

disebabkan terjadinya penurunan pH pada substrat, sedangkan kenaikan pH disebabkan

oleh terbentuknya amoniak hasil penguraian protein oleh bakteri pembusuk.

Tabel 2. Tabel Rata-rata Perubahan pH Pindang Tongkol yang dibungkus Edible Film Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang.

Perlakuan

Hari

1 2 3 4 5 6

Kontrol 6.75 6.65 7.05 7.3 7.45 7.75

Gelatin 5% 6.75 6.35 6.45 6.65 6.85 7

Gelatin 7,5% 6.65 6.25 6.4 6.6 6.75 6.85

Gelatin 10% 6.8 6.25 6.35 6.45 6.6 6.85

Page 11: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Pada saat pH meningkat, bakteri pembusuk menjadi lebih aktif karena mampu

beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Hadiwiyoto (1993), kebanyakan bakteri lebih

suka hidup pada pH netral atau sedikit basa yaitu pH lebih dari 7.

Pada semua perlakuan penyimpanan hari ke-2 terjadi penurunan pH sampai 6,25

kemudian pH naik lagi sampai 7,75. Menurut Wainewright (1980), nilai pH gelatin tipe

A yaitu gelatin yang dihasilkan melalui proses asam (perendaman asam) berkisar antara

4,0 sampai dengan 7,0. Menurut Hadiwiyoto (1993), ikan yang sudah tidak segar

mempunyai pH lebih basa atau tinggi daripada yang masih segar. Hal ini disebabkan

karena timbulnya senyawa-senyawa yang bersifat basa seperti ammonia,

trimethylamine, dan senyawa volatile lainnya. Senyawa-senyawa yang bersifat basa ini

berasal dari hasil metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas mikroba.

Berdasarkan pernyataan di atas, lambatnya kenaikan pH pada perlakuan dengan

dikemas edible film diakibatkan bakteri yang sudah mampu beradaptasi dengan

lingkungannya akan melakukan perombakan protein sehingga akan meningkatkan nilai

pH.

Menurut Desrosier (1971), peningkatan kadar peroksida selama penyimpanan

akan seiring dengan peningkatan nilai pH. Hal ini disebabkan karena penguraian protein

menjadi senyawa-senyawa nitrogen yang lebih sederhana oleh aktivitas bakteri

proteolitik cenderung akan meningkatkan nilai pH jika amonia yang dihasilkan lebih

tinggi dari asam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa konsentrasi gelatin sebagai bahan dasar edible film yang terbaik untuk

karakteristik pindang tongkol yaitu gelatin 10% selama penyimpanan suhu ruang

dengan batas penerimaan antara hari ke-3 dan ke-4 di lihat dari nilai peroksida yang

masih layak konsumsi (3.093 mg/100g).

Page 12: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk menggunakan edible film dengan

konsentrasi 10% gelatin dari kulit ikan nila sebagai alternatif bahan pengemas alami

makanan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui karakteristik pindang

tongkol menggunakan edible film berbahan dasar gelatin dari kulit ikan nila yang

konsentrasinya lebih dari 10% serta melakukan pengukuran kadar histamin, TVBA, dan

TVBN selama penyimpanan dalam suhu ruang.

DAFTAR ACUAN

Bourtoom, T. 2007. Effect of Some Proses Parameters on The Properties of Edible Film Prepared From Starch. Departement of Material Product Technology, Songkhala. (on line) Available at: http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/up/rice%20starch%20film.doc

Connell, J. J. 1990. Control of Fish Quality. 2 nd ed. Fernham, Surrey, England. Fishing New Book Ltd. 222 hlm.

Desrosier, N. W. 1971. Element of Food Technology. The Avi Publishing Comp. Inc. Westport. Connecticut. 367 hlm.

Gontard, N., S. Guilbert, dan J. L. Cuq. 1993. Water and Gliserol as plasticizer Effect Mechanical and Water Vapor Barrier Properties of and Edible Wheat Gluten Film. Di dalam R. Sothornvit dan J. M Krochta. 2000. Water Vapor Permeability and Solubility of Films from Hydrolyzed Whey Protein. Journal of Food Science. Vol. 65, No. 4.

Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jilid I. Liberty, Yogyakarta. 275 hlm.

Henrique, C. M., R. F. Teofilo, L. Sabino, M. M. C. Ferreira, dan M. P. Cereda.2007. Classification of Cassava Starch Film by Physicochemical Properties andWater Vapor Permeability Quantification by FTIR and PLS. Journal of Food Science. 74: E184-E189.

Hui, Y. H. 2006. Handbook of Food Science, Technology and Engineering. Volume I. CRC Press, USA.

Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigasi Hasil Perikanan. Jilid I. Teknik Pendingin Ikan. CV Paripurna. Jakarta 237 hlm.

Mc Hugh T. H dan J. M Krochta. 1994. Sorbitol vs glycerol-plasticized whey protein edible film integrated O2 permeability and tensile property evaluation. J. Agric and Food Chem 42 (4) : 841-845.

Page 13: 60399601 Jurnal Edible Film

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Noviariansyah F. 2004. Mempelajari karakteristik sifat fisik dan mekanik edible film dari gelatin tipe B dengan penambahan plasticizer gliserol [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nurdiana D. 2002. Karakteristik edible film dari khitosan dengan sorbitol sebagai plasticizer [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pascat, B. 1985. Study of Some Factor Affecting Permeability. Di dalam J. M. Krochta, Elizabeth A, Baldwin dan Myrna O. Nisperos-Carriedo. 1994. Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomic Publishing Co. Inc. Lancaster, Pennsylvania.

Person, A. M. and F. W. Tauber. 1992. Processed Meats. Second Edition. The Avi Publishing Comp. Inc. Westport. Connecticut. 371 hlm.

Surono N. D, Budiyanto D, Widarto, Ratnawati, Aji U. S, Suyuni A. M, Sugiran. 1994. Penerapan paket teknologi pengolahan gelatin dari ikan cucut. Jakarta: Laporan BPPMHP.

Sutantyo, Addy, Muhammad Sjachri dan Suhandi Harjo. 1997. Mempelajari Pengaruh Perendaman dan Cara Pemanasan Kedela dalam Pembuatan Tepung Kedelai. Loka Karyan Pangan Berprotein Tinggi. Lembaga Kimia Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bandung. 215 hlm.

Syarief, R. S. Santausa. St. Ismayana, B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Tri Margono. 2000. Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan. Jakarta.

Tordova, S. Schmelzer, J. and Gutzow, I. 2000. Nucleation Catalysis in Metastable Liquid. American Society of Agriculture Engineering. 14(4): 411-413.

Wainewright, F. W. 1977. The Science and Technology of Gelatin. Academic Press, New York.

Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 253 hlm.

Yonnie, F. P. 2009. Cara Pemindangan Ikan dan Kadar Protein Ikan Tongkol (Auxis thazard) di Kabupaten Rembang. Skripsi. Pendidikan Bologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.