6. makalah calon kepala sekolah-sumarso-2007

Upload: sumarso

Post on 06-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    1/16

    MANAJEMEN SEKOLAH YANG EFEKTIF

    DENGAN PENDEKATAN POLA ”SUMARSO”  

    MAKALAH

    Disusun Dalam Rangka Seleksi Calon Kepala Sekolah

    Tahun 2007

    Disusun Oleh :

    SUMARSO, S.Pd.

    NIP : 132166128

    PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

    DINAS PENDIDIKAN

    SMP NEGERI 2 SAKETI

    2007

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    2/16

    HALAMAN PENGESAHAN

    Makalah dengan judul :  MANAJEMEN SEKOLAH YANG EFEKTIF DENGANPENDEKATAN POLA ”SUMARSO”  

    Telah diteliti dan disetujui untuk diajukan sebagai persyaratan seleksi calon Kepala

    Sekolah Tahun 2007

    Disahkan :Di : Saketi

    Hari / Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2007

    Pengawas Pembina : Kepala SMP Negeri 2 Saketi :

    DRS. TEDI TEJA SUMANTRI DRS. H.E. SYACHRUDDIN

    NIP : 131405734 NIP : 130614875

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    3/16

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan

    nikmat, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu

     persyaratan seleksi Calon Kepala Sekolah.

    Makalah yang penulis ajukan adalah berjudul : MANAJEMEN SEKOLAH

    YANG EFEKTIF DENGAN PENDEKATAN POLA ”SUMARSO” , yang merupakan

    gagasan dari penulis dalam mengelola sekolah yang efektif, karena calon Kepala Sekolah

    dituntut untuk dapat menggerakan dan mengelola sekolah sehingga fungsi sekolah

    sebagai agen pembelajaran untuk menyiapkan peserta didik dalam kehidupan masyarakat

    dapat tercapai secara baik sesuai dengan tujuan.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

     besarnya kepada :

    1.  Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang

    2.  Bapak Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang

    3. 

    Bapak Kepala SMP Negeri 2 Saketi, Kabupaten Pandeglang

    4.  Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 2 Saketi

    Karena berkat segala dorongan, bimbingan serta saran, makalah ini dapat terselesaikan.

    Semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan dari Bapak dan Ibu, Amin.

    Saketi, Oktober 2007

    Penulis

    SUMARSO, S.Pd.

    NIP : 132166128

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    4/16

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    5/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan "baru"

    dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school

     based management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,

     pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American

    Association of School Administrators, National Association of Elementary School

    Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkandokumen berjudul school based management, a strategy for better learning.

    Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola

     pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki

    untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang bahwa para

    kepala sekolah merasa nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan

    terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin

     pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan

    kreativitas berinovasi.

    Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul belakangan sejalan

    dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian

    sekolah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah pusat

    untuk menyelenggarakan urusan politik pendidikan. Para pengelola sekolah sama

    sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara

    mandiri. Semua kebijakan tentang penyelenggaran pendidikan di sekolah umumnya

    diadakan di tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah

    hanya menerima apa adanya. Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah

    1

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    6/16

    2

    adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan

     petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

    MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isyu

    kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan

    serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil.

    Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,

    manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah

     pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.

    Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan

     penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational

     production function  atau input-input analisis yang tidak consisten; 2)

     penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat

    khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini

    Usman, 2002).

    Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang

    sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal

    Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk

    mengembangkan SDM adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah

    ( school based management ) dimana sekolah diberikan kewenangan untuk

    merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan

    yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana

    terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai

    community learning center ; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau

    learning paradigm  yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau  learner   menjadi

    manusia yang diberdayakan. Selain itu pada tanggal  2 Mei 2002, bertepatan hari

     pendidikan nasional, pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk

     peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menghantar perluasan pendekatan Broad

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    7/16

    3

     Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap

     bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa

    diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills  yang berisi pemahaman yang

    luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling

    memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan

    yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang

    mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat

    Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan

    manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan

    suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di

    Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c)

    Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika

    Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang

    dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon

    Kepala Sekolah).

    Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutuyang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik,

    mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan

    semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas

    dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan

    masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung

    upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun

    administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak

    lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf

    administrasi, siswa, orang tua dan pakar.

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    8/16

    4

    Dari uraian diatas penulis mencoba menuangkan gagasan pengelolaan sekolah

    yang efektif sesuai dengan semangat otonomi sekolah dan manajemen berbasis

    sekolah dengan satu pendekatan yang penulis sebut dengan pola ”SUMARSO”  

    B.  Ruang Lingkup

    Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah membahas pengelolaan

    sekolah yang efektif dengan pendekatan pola ”SUMARSO”  yang merupakan gagasan

    dari penulis.

    C.  Tujuan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin memberikan gagasan tentang

     pengelolaan sekolah yang efektif dengan pendekatan pola ”SUMARSO”   yang

    merupakan salah satu persyaratan dalam seleksi Calon Kepala Sekolah tahun 2007.

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    9/16

    BAB II

    PEMBAHASAN MASALAH

    Manajemen pendidikan merupakan bagian dari manajemen pada umumnya karena

    manajemen bergerak dalam usaha memberikan layanan jasa untuk umum. Selain itu

     banyaknya beban yang diberikan kepada manajemen sekolah, maka manajemen sekolah

    terpisah dari manajemen pada umumnya. Hal ini juga terkait dengan karakteristik dari

    sekolah yang berbeda dengan badan, lembaga atau perusahaan.

    Manajemen pendidikan sejalan dengan manajemen pada umumnya dalam pola

    dan proses kerja, seperti adanya usur-unsur perencanaan, pengorganisasian, dan

    sebagainya. Manajemen sekolah memiliki kaitan dengan manajemen pendidikan.

    Manajemen sekolah memiliki hubungan sangat erat dengan manajemen pendidikan.

    Manajemen sekolah menjalankan berbagai rencana pelaksanaan proses pendidikan dan

     pengajaran dengan cara sebaik-baiknya. Dengan maksud untuk mewujudkan berbagai

    tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh manajemen pendidikan. Manajemen

    sekolah merupakan perangkat pelaksana, sedangkan kepala sekolah sebagai manajer

    memiliki beberapa tanggung jawab, diantaranya memberikan arah bagi sekolah dan

     pelaksanaan berbagai peraturan yang ditetapkan.

    Manajemen sekolah selalu memperhatikan segala aspek dari proses pendidikan

    dan pengajaran. Manajemen sekolah bertanggung jawab mewujudkan suasana yang

    sesuai dengan perkembangan peserta didik yang sangat kompleks. Dengan demikian,

    maka manajemen sekolah memainkan peranan penting dalam penerapan berbagai pola

    interaksi dalam rangka mewujudkan berbagai tujuan yang diharapkan.

    Kepala sekolah sebagai manajer adalah panglima pengawal pendidikan yang

    melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan

    didalamnya. Suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi

    yang dibebankan diatas pundaknya.

    5

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    10/16

    6

    Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang

    mendukung kegiatan sekolah. Demi suksesnya dalam mengemban berbagai beban dan

    tugas, maka ia harus memiliki beberapa sifat berkaitan dengan kepribadiannya dan

     profesinya.

    Dari uraian diatas penulis mencoba mengajukan gagasan bagaimana mengelola

    sekolah yang efektif dengan pola yang penulis sebut dengan ”SUMARSO” .

    Pola ”SUMARSO”   merupakan akronim atau singkatan dari Simple, Unified,

    Meaningful , Acceptable, Reasonable, Sensible, dan Optimal.

    Unsur tersebut penulis anggap merupakan sifat atau pola yang efektif diterapkan dalam

    mengelola sebuah sekolah.

    Untuk lebih jelasnya penulis ingin menguraiakan unsur-unsur pola ”SUMARSO”  

    satu persatu, seperti dibawah ini :

    1.  SIMPLE

    Simple artinya sederhana. Maksud dari sederhana adalah penulis maksudkan

     bahwa sebagai kepala sekolah dalam menetapkan visi, misi, dan strategi sekolah

    hendaknya sederhana dan mudah dipahami oleh semua warga sekolah. Kadang ada

    kepala sekolah yang membuat visi sekolah terlalu kompleks, sehingga pemahaman

    dari warga sekolah tentang visi sekolah kurang.

    Selain sederhana dalam penetapan visi sekolah, seorang kepala sekolah juga

    harus dapat menerapkan kesederhanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah

    khususnya dalam penyusunan anggaran sekolah. Sederhana disini tidak dimaksudkan

    untuk asal-asalan tetapi prinsip efisiensi dan penghematan sangat perlu diciptakan

    tanpa mengabaikan faktor mutu.

    Kesederhanaan juga perlu diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari.

    Baik dari pihak kepala sekolah, guru, maupun siswa. Bukan tidak mungkin

     penampilan yang berlebihan akan membuat suasana yang tidak enak diantara warga

    sekolah. Seperti contohnya apabila ada guru yang berpenampilan berlebihan,

    sedangkan ada guru lain yang memang kurang mampu secara ekonomi untuk tampil

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    11/16

    7

    secara berlebihan, maka kemungkinan terjadi situasi yang tidak sehat dapat muncul.

    Sehingga timbul suasana yang tidak kondusif yang pada akhirnya tidak dapat

    mewujudkan teamwork yang solid untuk melaksanakan semua rencana sekolah yang

    telah ditetapkan.

    2.  UNIFIED

    Unified artinya adalah mempersatukan. Sekolah adalah merupakan sebuah

    organisasi atau dapat pula diibaratkan sebagai sebuah kapal yang akan berlayar

    menuju kesebuah pulau tujuan. Kepala sekolah merupakan nahkoda yang harus dapat

    mempersatukan seluruh anak buah kapal serta penumpang yang ada didalam kapal,

    sehingga kapal dapat berlayar dengan aman serta dapat melewati seluruh rintangan

    yang mungkin dihadapi dengan rasa kekeluargaan yang aman dan nyaman.

    Syafaruddin (2002:58) berpendapat beberapa pertimbangan yang penting

    untuk diperhatikan adalah prespektif yang dibutuhkan para pemimpin pendidikan

    yang meliputi hal-hal berikut, …sense of the whole, rhytme, passion, intensity, and

    enthusias. Yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi

    dari setiap staff.

    3.  MEANINGFUL

    Meaningful artinya adalah berarti atau penuh arti. Berarti atau penuh arti

     penulis maksudkan bahwa kepala sekolah dalam menentukan visi, misi dan strategi

    sekolah selain sederhana juga harus berarti atau penuh arti, sehingga jelas kemana

    arah serta tujuan sekolah yang dipimpinnya.

    Penuh arti juga diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari, artinya

    kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang menimbulkan kesan positif

    kepada warga sekolah, sehingga timbul rasa memiliki dan motivasi untuk berprestasi

    dari semua warga sekolah.

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    12/16

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    13/16

    9

    6.  SENSIBLE

    Sensible diartikan dengan bijaksana. Kepala sekolah harus bersikap bijaksana

    dalam memutuskan sutau kebijakan sekolah tanpa harus kehilangan wibawa. Artinya

    semua warga sekolah selalu diajak untuk bekerja sama dalam upaya memajukan

    sekolah. Kepala sekolah juga harus bijaksana memberikan penugasan kepada guru

    atau pegawai sesuai dengan kemampuan, dan berperinsip memberikan tugas kepada

    orang yang tepat, sehingga guru yang diberi tugas akan sanggup melaksanakannya

    dan tujuan dari kegiatan yang direncanakan dapat tercapai.

    Bijaksana juga berarti kepala sekolah dalam memberikan teguran harus

    mempertimbangkan faktor psikologis, seperti tidak memberikan teguran didepan

    orang banyak sehingga tidak menimbulkan malu dan sakit hati kepada guru atau

     pegawai yang diberi teguran.

    7.  OPTIMAL

    Optimal dapat dartikan dengan terbaik atau paling menguntungkan. Kepala

    sekolah harus dapat mengoptimalkan semua potensi sekolah agar dapat menjadi

     pendukung yang kuat dalam mencapai tujuan sekolah. Guru sebagai ujung tombak

    keberhasilan pembelajaran harus benar-benar dioptimalkan dan diberdayakan.

    Dalam konteks manajemen mutu terpadu pendidikan, pemberdayaan guru

    termasuk pegawai, salah satunya melalui pembagian tanggung jawab. Disini jelas

     bahwa keberadaan guru sebagai staf dalam proses pembelajaran dan pengajaran di

    lembaga pendidikan menjadi salah satu pilar kepemimpinan. Menurut Sallis (1993)

    dalam Syafaruddin (2002:67) berpendapat, ”a key aspect of leadership role in

    education to empower teacher to give them the maximum opportunity to improve the

    learning of their students” 

    Artinya guru diberi kebebasan dan kesempatan yang maksimal dalam

     berimprovisasi atau berkreasi dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru-guru harus

    diberi kekuasaan lebih besar untuk bertindak dan otonomi lebih besar dalam hampir

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    14/16

    10

    semua yang mereka lakukan. Sudah barang tentu dengan didasarkan pada komitmen

    untuk mengembangkan budaya mutu bagi sekolah. Pada gilirannya, pemberdayaan

    guru mengacu pada pemberian kewenangan penuh dalam melakukan perbaikan mutu

    sejalan dengan budaya mutu yang dikembangkan, sehingga inisiatif, kreatifitas dan

    sikap proaktifnya tumbuh dengan penuh tanggung jawab bagi sekolah.

    Menurut Sue Law dan Derek Glover (2002) dalam Syafaruddin (2002:69)

     berpendapat bahwa beberapa elemen motivator positif bagi guru dalam proses

    manajemen pendidikan, yaitu : (1) pengembangan pelajar dan pembelajaran. (2) sikap

    antusias terhadap mata pelajaran mereka. (3) pengakuan, minat, harga diri, dan

    dukungan. (4) kesempatan memberikan kontribusi dan pencerahan. (5) kesempatan

    memberikan tanggung jawab. (6) tantangan terhadap ketrampilan profesional mereka.

    (7) memberikan inspirasi terhadap yang lain. (8) membuka peluang prospek karier

     para guru.

    Mengoptimalkan semua potensi sekolah termasuk mengoptimalkan potensi

    guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran menjadi sangat berarti dalam

     peningkatan mutu pembelajaran yang akhirnya dapat membawa kedalam peningkatan

    mutu sekolah.

    Demikian uraian dan gagasan dari penulis sebagai masukan dalam upaya

     pengelolaan sekolah yang efektif, dengan menggunakan pola ”SUMARSO” . Penulis

     berharap betapapun sederhana gagasan ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi

    kepala sekolah maupun calon kepala sekolah dalam mengelola sekolah sehingga tujuan

    sekolah yang bermutu dapat terwujud.

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    15/16

    BAB III

    PENUTUP

    Kepemimpinan pendidikan merupakan aspek penting dalam menerapkan

    manajemen mutu pendidikan. Kepala sekolah menjadi pemeran utama didalamnya. Guru

    dan pegawai menjadi pendukung tugasnya. Visi, integritas, dan kemampuan menjadi

    syaratnya. Kepemimpinan menentukan dalam menjawab peluang perubahan kultur mutu

     pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu komitmen manajemen puncak terhadap

     perbaikan mutu harus menjadi pilar utama.

    Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah harus kreatif dan inovatif dalam

     berupaya mengelola sekolah yang efektif dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

    serta mutu pendidikan pada umumnya.

    Pendekatan pola ”SUMARSO”  yang penulis ajukan semoga dapat memberikan inspirasi

     bagi kita semua dalam rangka mengelola sekolah yang efektif menuju kepada

     peningkatan mutu.

    11

  • 8/17/2019 6. Makalah Calon Kepala Sekolah-Sumarso-2007

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Ath-Thuwairaqi, Nawwaal. (2004). Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah.

    Jakarta : Darul Falah

    Depdiknas. (2000). Panduan M anajemen Sekolah , Jakarta : Depdiknas

    Sukamto, dkk. (2000). Hand Out Pelati han Calon Kepala Sekolah. IKIP Jogjakarta

    Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep, Strategi,

    dan Apl ikasi. Jakarta : Grasindo

    12