586-1946-1-pb

Upload: riski-amelia

Post on 02-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biologi

TRANSCRIPT

  • 19Keragaman Lumut di Resort... J.Tek.Ling. 10 (1): 19 - 25

    ISSN 1441-318XJakarta, Januari 2009Hal. 19 - 25No. 1Vol. 10J. Tek. Ling.

    KERAGAMAN LUMUT DI RESORT KARANGRANJANG, TAMAN NASIONAL UJUNG KULON,

    BANTEN

    Florentina Indah Windadri

    Peneliti di Bidang Botani, Pusat Penelitian BiologiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

    AbstrctKarang Ranjang resort is a part of Ujung Kulon National Park at Banten Province. Ithas two type ecosystem of forest. The coastal forest ecosystem are dominated byPandanaceae Plant and the lowland forest ecosystem is dominated by Arecaceae.Floor of the lowland forest always covered by sea water when flooding.The first bryophyte research in this park was been done by surrounding methodeand it recorded 50 specimen numbers of mosses. The identification result of the48 speciment numbers found 33 species. Mniomalia semilimbata is dominant specieson the research areas. Two species of the mosses have endemic status, Fissidensteysmanianum as endemic species in Java and Calymperes cougiense foundabundant in the Malesia region and endemic in Polynesia

    Key word: Ujung Kulon National Park, Karang Ranjang, Mosses, diversity, ecosystem

    1. PENDAHULUAN

    Taman Nasional Ujung Kulonmerupakan salah satu kawasan konservasidi Indonesia yang berperan penting dalammenjaga kelestarian sumber daya hayatidan keseimbangan ekosistem. Kawasan iniresmi ditetapkan sebagai Taman Nasionalpada tahun 1992. Luas areanya 120.551ha, terdiri dari 76.214 ha berupa daratan dan44.337 ha lautan1). Tipe ekosistem dikawasan Taman Nasional ini terbagi menjaditiga yaitu ekosistem perairan laut, pantai,dan daratan. Pada ekosistem daratan dapatditemukan ekosistem hutan hujan tropisdataran rendah yang terluas di Jawa Barat.Keanekaragaman jenis floraphanerogamnya telah terdata dengan baikdan dilaporkan sekitar 700 jenis, 57 jenisdiantaranya merupakan tumbuhan langka2).

    Namun tidak demikian halnya denganpenelitian kekayaan keanekaragamanlumutnya yang sampai saat ini masih relatifsedikit.

    Penelitian keanekaragaman lumut dibeberapa daerah di Indonesia telah dilakukanantara lain di Sulawesi tercatat 106 jenis3),dan di Borneo dilaporkan 607 jenis4).Disamping itu beberapa pulau yangtermasuk dalam kawasan kepulauan SundaKelapa pernah juga dilaporkan jumlah lumutdaunnya yaitu di Bali tercatat 169 jenis,Lombok 152 jenis, Sumbawa 44 jenis,Flores 278 jenis, dan Timor 46 jenis5).Sedangkan keragaman lumut daun (Musci)di Bogor dan sekitaranya pernah dilaporkanoleh Fleischer6) berjumlah 452 jenis. Dalam

  • 20 Windadri, F. I. 2009

    rangka pembuatan taman lumut di KebunRaya Cibodas telah dilakukan eksplorasidi beberapa tempat di Jawa Barat sepertiG. Gede Pangerango, G. Salak, G. Geulis-Cianjur, dan beberapa tempat lain sepertiG. Slamet di Jawa Tengah, Jambi danKalimantan. Jumlah yang telah dikoleksi dantersedia untuk ditanam di kebun koleksilumut sebanyak 235 jenis7). Keragamanlumut di Taman Nasional Ujung kulon hinggasaat ini belum pernah dilakukanpendataannya. Hal ini didasarkan hasilpengecekan specimen koleksi herbarium diHerbarium Bogoriense yang tidak pernahditemukan spesimennya. Begitu pulapenelusuran pustaka terkait juga tidakpernah diketahui laporannya. Oleh karenaitu perlu dilakukan penelitian khususnyatentang keanekaragaman lumut di kawasanini dengan harapan bahwa hasil yangdiperoleh akan dapat memberikan data daninformasi sebagian dari keanekaragamanlumut di Taman Nasional Ujung Kulon sertamenambah kekayaan flora di Indonesiakhususnya kelompok tumbuhan rendah(kriptogam).

    2. BAHAN DAN METODE

    Pendataan keragaman lumut di ResortKarang Ranjang, Taman Nasional UjungKulon dilakukan pada bulan Mei hingga Juni2006. Pemilihan lokasi penelitian inididasarkan bahwa wilayah Resort KarangRajang mudah dijangkau (mengingat waktupenelitian yang terbatas). Lokasi penelitianini terletak di daratan yang berbentuk lehertampak seolah-olah menyerupaipenghubung antara dua pulau, sertamempunyai dua tipe hutan yaitu hutandataran rendah dan hutan pantai. Adapunkawasan hutan yang dijelajahi antara lainhutan Tereleng, Karang Ranjang, Cisimping,Pangorok, dan Ciseuseupan.

    Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode jelajah8), yaitumenjelajahi seluruh area hutan baik hutanpantai maupun hutan dataran rendahnya.

    Setiap kelompok lumut yang dijumpaidiamati, dicatat dan diambil contohherbariumya untuk keperluan identifikasi.Pengambilan contoh koleksi dilakukandengan menyayat koloni lumut berikutsubstratnya, kemudian di masukkan dalamamplop kertas. Data lain yang perlu dicatatantara lain habitat dan substrat untukpertumbuhannya. Pengeringan spesimendilakukan dengan cara membukaamplopnya. Spesimen yang sudah keringangin dimasukkan kembali dalam amplop,siap untuk di pak. Identifikasi dilakukan diHerbarium Bogoriense denganmenggunakan mikroskop dan beberapabuku acuan seperti Die Musci der Flora vonBuitenzorg6), A Handbook of MalesiaMosses9-11), Mosses of The Philippines12),Mosses and Liverworts of Hong Kong13).Spesimen yang sudah teridentifikasikemudian diproses sebagai koleksiherbarium untuk menambah jumlah koleksidi Herbarium Bogoriense.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Keadaan umum lokasi penelitian

    Pada pengamatan di lokasi penelitiandapat dilaporkan bahwa hutan dataranrendah di Resort Karang Ranjangmempunyai topografi datar (Cisimping)hingga agak berbukit (Ciseuseupan danPengorok). Vegetasi hutan yang bertopografidatar didominasi oleh kelompok sukuArecaceae khususnya pohon langkap(Arenga obtusifolia) dan rotan(Daemonorops spp & Calamus spp).Sedangkan lantai hutannya sebagian besarberawa dan tidak ditemukan tumbuhan(semak-semak). Keadaan lantai hutanseperti ini terjadi disebabkan oleh beberapahal diantaranya akibat selalu terkena olehpasang surutnya air laut sehingga biji-bijiyang jatuh ke tanah terbawa hanyut olehair pasang-surut tersebut. Selain itu jugadapat disebabkan oleh rapatnya populasilangkap sehingga cahaya matahari tidakdapat menembus kerapatan kanopi pohon-pohon palem dan biji-biji yang masih

  • 21Keragaman Lumut di Resort... J.Tek.Ling. 10 (1): 19 - 25

    terdapat di lantai hutan tidak berkecambah,hal ini akan berakibat rendahnya regenerasihutan. Perkecambahan biji di hutan akanterjadi secara cepat jika pada kondisilingkungan terbuka dengan kekeringantanah sedang14). Meskipun kondisilingkungannya demikian, masih dapatditemukan tumbuhan epifit yang mamputumbuh yaitu kelompok tumbuhan lumut.Lumut ditemukan tumbuh di batang-batangpohon, sedangkan di lantai hutannya yangselalu tergenang air tidak ditemukanpertumbuhan lumut. Menurut Richardson15)dan Richards16), perkecambah-an spora,pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanlumut dipengaruhi oleh beberapa faktordiantaranya kelembaban dan intensitassinar matahari. Rais, dkk17) melaporkanbahwa kelembaban di kawasan tamannasional ini berkisar 80-90%. Di hutan pantai(Tereleng dan Karang Ranjang) umumnyamempunyai kondisi lingkungan terbuka,panas dan kering, kondisi ini sangatberlawanan dengan hutan dataran rendahyang diteliti. Berdasarkan laporan Rais,dkk17) bahwa suhu di kawasan taman

    nasional ini berkisar 25-30C. Tumbuhanyang mendominasinya termasuk dalamsuku Pandanaceae. Dua jenis anggota sukuPandanaceae yang ditemukan adalahpandan (Pandanus tectorius) paling banyakdan bidur (Pandanus dubius) tumbuh hanyapada satu tempat di tepi pantai. Di bagianyang agak jauh dari pantai ditemukanbeberapa pohon jambu kopo laut (Syzygiumpseudoformosum), Baringtonia asiatica, dansemak-semak dari marga Etlingera di lantaihutannya. Dengan kondisi lingkungan yangdemikian maka lumut di hutan pantai inijarang ditemukan. Beberapa jenis lumutyang ditemukan umumnya tumbuh dibatang-batang pohon atau perakaran pandanyang lembab. Sedangkan di lantai hutannyajarang ditemukan.

    3.2. Keanekaragaman lumut di lokasi penelitian

    Hasil penelitian di lima hutan yangdijelajahi telah mengumpulkan 50 nomorkoleksi lumut daundan teridentifikasimenjadi 33 jenis (Tabel 1.)

    Tabel 1. Keragaman Jenis Lumut Daun di Hutan Resort Karang Ranjang TN. Ujung Kulon, Banten

  • 22 Windadri, F. I. 2009

    Keterangan:Lokasi : I : Tereleng

    II : Karang RanjangIII : CisimpingIV : PengorokV : Ciseuseupan+ : ditemukan- : tidak ditemukan

  • 23Keragaman Lumut di Resort... J.Tek.Ling. 10 (1): 19 - 25

    Berdasarkan Tabel 1. tampak bahwalumut yang dominant di lokasi penelitianadalah kelompok suku Calymperaceae (ada13 jenis). Kehadirannya dilokasi penelitiancukup banyak (sekitar 37%) karena anggotadari suku ini mempunyai kisaran habitatcukup luas dan cara perbanyakan yangbervariasi. Selain menggunakan spora yangdihasilkan oleh generasi sporofit,perbanyakannya juga dapat dilakukansecara vegetatif dengan menggunakankuncup (gemmma) yang terdapat padaujung-ujung pertulangan daunnya. Kuncup-kuncup tersebut apabila terlepas danmenemukan lingkungan yang cocok akantumbuh sebagai individu baru18) Selain itubentuk pertumbuhannya yang mengelompokmenyerupai batalan seperti pada margaSyrrhopodon memungkinkan lumut dapatmempertahankan keberadaan air dilingkung-annya sehingga jika terjadikekeringan masih dapat bertahan hidup.

    Apabila dilihat dari keragaman jenislumut di masing-masing lokasi pengamatanmaka keragaman jenis lumut terbanyakditemukan di lokasi III (Cisimping) yangtumbuh pada substrat berupa batang pohon.Kondisi lingkungan yang lembab di lokasiini cukup mendukung untuk perkecambahanspora, pertumbuhan dan perkembanganlumut terutama di batang pohon. Namuntidak demikian halnya dengan lumut-lumutyang bersubstrat tanah atau batuan di lantaihutannya. Adanya pasang surut air laut yangselalu menggenangi lantai hutan di lokasipenelitian ini juga berpengaruh terhadapspora-spora lumut yang terlepas darikapsulnya (kotak spora). Oleh karenaukurannya sangat kecil dan ringan makaakan mudah hanyut terbawa air pasangsurut, sehingga tidak akan mungkin dapattumbuh di lantai hutan dengan keadaandemikian pada lantai hutan di lokasipenelitian ini tidak dijumpai tumbuhan lumut.Adapun jenis-jenis lumut yang ditemukandi lokasi ini antara lain Bryum treubii,Calymperes geppii, Ectropotheciumdealbatum, Epipterygium tozeri, Fissidensbraunii, Fissidens areolatus, Mniomalia

    semilimbata, Semathophyllum microcladioi-des, Syrrhopodon albovaginatus,Syrrhopodon prolifer var. Laevis, danIsopterygium albescens tumbuh di batangpohon langkap. Keadaan sebaliknya terjadidi lokasi I (Tereleng) dengan kondisilingkungan panas dan kering. Lumut yangditemukan di lokasi ini hanya satu jenis yaituCalymperes erosum yang tumbuh di batangpohon Syzygium pseudorantemum. Denganditemukannya Calymperes erosum padahabitat seperti ini menunjukkan bahwalumut ini mempunyai toleransi terhadapsuhu yang relatif panas dan mempunyaidaya tahan terhadap kekeringan lebih baikdibandingkan dengan jenis-jenis lumutlainnya. Hal ini didukung oleh laporan Eddy10)dan Ellis & Tan19) yang menyatakan bahwaCalymperes erosum mampu tumbuh padakondisi lingkungan terbuka maupun teduh,pada berbagai substrat seperti pohon mulaidari perakaran hingga rantingnya serta dibebatuan maupun tanah lembab padaketinggian mencapai 500m di ataspermukaan laut.

    Selain bersubstrat batang-batang pohonbeberapa jenis lumut di lokasi penelitian jugaada yang bersubstrat kayu-kayu lapukataupun batu karang. Kayu lapukmerupakan media yang baik bagi lumutkarena kayunya yang telah mengalamipelapukan mampu menyerap danmenyimpan air cukup banyak di antara sel-sel kayunya. Demikian juga halnya denganbatu-batu karang yang berada ditepi laut jugamempunyai permukaan kasar yangmemungkinkan dapat menampung air dicelah-celah atau cekungan batunya.Keadaan seperti ini dapat membuatlingkungannya menjadi lembab. Dengandemikian maka spora lumut yang jatuh padakedua substrat tersebut serta didukung olehintensitas sinar yang cukup dapatberkecambah, tumbuh dan berkembangmenjadi tumbuhan lumut. Di lokasi penelitianditemukan 6 jenis lumut yang bersubstratkayu lapuk yaitu Sematophyllum tristiculum,Warburgiella cupressinoides, Mniomaliasemilimbata, Vesicula dubyana,

  • 24 Windadri, F. I. 2009

    Isopterygium bancanum, dan Syrrhopodonspiculosus. Sedangkan lumut yangbersubstrat batu karang ada 2 jenis yaituThuidium tamaricellum dan Ectropotheciumsp.

    Beberapa jenis lumut seperti:Mniomalia semilimbata, Fissidensteysmanianum, Calymperes cougiense, danCalymperes palisotii yang ditemukan dilokasi peneli-tian mempunyai catatanpenting ditinjau dari sisi taksonominya.Mniomalia semilimbata disebutkan sebagaisatu-satunya jenis dari anggota sukuPhyllodrepaniaceae yang ditempatkanmendekati suku Mniaceae atau Rhizo-goniaceae11). Jenis ini di lokasi penelitianditemukan cukup melimpah di beberapatempat. Selain di Jawa jenis ini juga pernahditemukan di Irian Jaya dan Sumatra bagiantimur. Fissidens teysmanianum merupakanlumut akrokarpus (tumbuh tegak) yangsoliter di tempat terbuka, jenis ini dilaporkanendemik di Jawa9). Calymperes cougiensebanyak tumbuh di hutan dataran rendahdekat pantai dengan kondisi lingkunganagak terbuka dan dilaporkan sebagai satujenis lumut yang tumbuh hanya di kawasanPolinesia dan melimpah di kawasanMalesia(10). Sedangkan Calymperes palisotiimenurut Fleischer6) dan Eddy(10) merupakanjenis lumut yang tumbuh di daerah tropisterutama di Afrika dan Amerika, namun dikawasan Malesia jenis ini hanya ditemukandi beberapa tempat di Jawa dengansebutan Calymperes geppii

    4. KESIMPULAN

    Kemelimpahan lumut sangat dipe-ngaruhi oleh keragaman alat reproduksiyang dimiliki dan bentuk kehidupannya.Selain fak-tor kelembaban dan intensitascahaya, kondisi lingkungan seperti pasangsurutnya air laut juga berpengaruh terhadapkeberadaan lumut di lantai hutannya.

    Hasil pendataan lumut daun di lokasipenelitian tercatat sebanyak 33 jenis yangtumbuh pada substat berupa batang pohon,

    kayu lapuk dan batu karang. Sebanyak 4jenis lumut yang ditemukan mempunyaicatatan penting dari sisi taksonomi dan 2jenis diantaranya merupakan jenis endemik.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Maulana, H., L. Sari, dan A.N.Susdihanto. 2004, Menjelajah SitusAlam warisan Dunia Taman NasionalUjung Kulon, Balai Taman NasionalUjung Kulon

    2. Sriyanto, A., D. Suganda, E.Widjanarti, D. Sutaryono, A.Hermawan, dan G. Suharyanto(Eds.), 2003, Buku Panduan 41Taman Nasional di Indonesia,Departemen Kehutanan RepublikIndonesia, UNESCO dan CIFOR

    3. Dixon,N.H. 1939, Moss of Celebes,Dalam Annales Bryologici V (7):19-36

    4. Touw, A. 1978, The Mossesreported from Borneo, Dalam Journ.Hattori Bot. Lab. 44: 147-176

    5. Touw, A. 1992, A Survey of TheMosses of The Lesser Sunda Islands( Nusa Teng-gara) Indonesia, DalamJourn. Hattori Bot. Lab. 71: 289-366.

    6. Fleischer.M. 1900-1908, Die Muscider Flora von Buitenzorg ,Buchhandlung und Druckerei vormalsE.J. Brill, Leiden, vol.1-3 : 1103halaman.

    7. Damayanti, L. 2006, KoleksiBryophyta Taman Lumut Kebun RayaCibodas. UPT Balai KonservasiTumbuhan Kebun Raya Cibodas,Sindanglaya, Cianjur. 81 halaman.

    8. Rugayah, A. Retnowati, F.I. Windadri,dan A. Hidayat, 2004, Pengumpulandata Taksonomi. Dalam Rugayah,E.A. Widjaja, dan Praptiwi (Eds.),Pedoman Pengumpulan DataKeanekaragaman Flora, Pusat

  • 25Keragaman Lumut di Resort... J.Tek.Ling. 10 (1): 19 - 25

    Penelitian Biologi, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia.

    9. Eddy, A. 1988, A Handbook ofMalesian Mosses, Natural HistoryMuseum Publi-cations London, vol.1:204 halaman

    10. Eddy, A. 1990, A Handbook ofMalesian Mosses, Natural HistoryMuseum Publi-cations London, vol.2 : 256 halaman

    11. Eddy, A. 1996, A Handbook ofMalesian Mosses, Natural HistoryMuseum Publications London, vol.3: 277 halaman

    12. Bartram, E.B. 1939, Mosses ofThe Philippines, The PhilippineJournal of Science 68 (1) : 1-437

    13. So.,M.L. 1995, Mosses andLiverworts of Hongkong, HeavenlyPeople Depot. Hongkong, Vol.1: 162halaman.

    14. Hommel, P.W.F.M. 1987,Landscape ecology of Ujung Kulon(West Java, Indonesia), Privatelypublished by Patrick W. F. M.Hommel, Wageningen.

    15. Richardson, D.H.S.1981, The Biologyof Mosses,Backwell ScientificPublications, Oxford, London,Edinburgh, Boston Melbourne, 220halaman

    16. Richards, P.W. 1984, The Ecology ofTro-pical Forest Bryophyte, DalamSchuster R.M. (ed.),Manual ofBryology, Nichi-nan. volume 2

    17. Rais, S, Y. Ruchiat, A. Sartono, danT. Hideta 2007, 50 Taman Nasionaldi Indonesia, Departeman KehutananRepublik Indonesia, 291 halaman (78-85)

    18. Yamaguchi, T., F.I. Windadri, I.Haerida, H. Simbolon, A. Kunimura,H. Miyawaki, dan H. Shimizu. 2005,Effect of Forest Fires on BryophyteFlora in East Kalimantan, Indonesia,Dalam Phyton Annales Rei Botanica45(4): 561-567.

    19. Ellis, L.T. and B.C. Tan, 1999, TheMoss family Calymperaceae (Musci)in the Philippines. In Bull. Nat. His.Mus. Lond. (Bot.) 29 (1):1-46.