579. analisis aplikasi standar-kuswardani

7
49 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011 ANALISIS APLIKASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KOTA YOGYAKARTA ANALYZE THE STANDARD OF PHARMACY PRACTICE APPLICATION IN PHARMACY COMMUNITY AT YOGYAKARTA CITY Kuswardani Dwi Atmini¹, Ibnu Gholib Gandjar¹, Achmad Purnomo¹ ¹ Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ABSTRAK Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya menyediakan saranasarana pelayanan kesehatan salah satunya adalah apotek. Sebagai upaya agar apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian secara profesional maka dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek kota Yogyakarta. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa standar pelayanan kefarmasian di apotek kota Yogyakarta belum terlaksana dengan baik. Diperoleh skor total standar pelayanan kefarmasian di apotek kota Yogyakarta, menurut masingmasing responden sebagai berikut menurut apoteker 21% (baik), 79% (cukup); menurut karyawan 21% (baik), 75% (cukup), 4% (kurang); sedangkan menurut pasien 38% (baik), 42% (cukup), 20% (kurang). Adapun faktor yang menghambat pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian diantaranya program pendidikan, seminar atau bentuk lain yang sangat jarang dilakukan sehingga peluang mengembangkan diri sangat terbatas serta kurangnya kegiatan sosialisasi dan lemahnya fungsi kontrol oleh instansi yang berwenang, sehingga perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala oleh pihakpihak yang terkait. Kata Kunci : Standar Pelayanan Kefarmasian, Apotek, Apoteker, Karyawan, Pasien ABSTRACT In increasing social health services there are a lot of effort that have been done by the government such as providing facilities of health services such as pharmacy. As an effort to make phamacist can give a profesional pharmacy practice based on the decision of Health Minister Republic of Indonesia No.27/Menkes/SK/IX/2004 about the Standard of Pharmacy Practice in pharmacy community the goal is to find out the figure of Standards of Pharmacy Practice implementation in pharmacy community at Yogyakarta City. The results of the research generally showed that the standards of pharmacy practice in Yogyakarta has not been implemented well. Total score for the standards pharmacy practice based on pharmacists respondent 21% (good), 79% (enough); employees respondent 21% (good), 75% (enough), 4% (bad) and patients respondent 38% (good), 42% (enough), 20% (bad). The inhibiting factors towards the implementation standards of pharmacy practice such as education programme, seminar or another thing that rarely held that make the opportunity for self development very limit, the socialization are rare and control function from institution that have authority are weak so monitoring and evaluation should do periodicaly. Keywords : Standards of Pharmacy Practice, Pharmacy, Pharmacist, Employees, Patients PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak azasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk didalamnya mendapatkan makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial lain yang diperlukan (Anonim, 2004b). Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya menyediakan saranasarana pelayanan kesehatan salah satunya adalah apotek. Apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Anonim, 2004a). Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, pemerintah telah memberlakukan suatu standar pelayanan kefarmasian di apotek dengan dikeluarkannya Kepmenkes No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Tujuan diberlakukannya standar tersebut adalah sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional dan untuk melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian (Hartini, 2008). Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dalam berinteraksi dengan pasien dengan pemberian informasi yang lengkap mengenai cara pemakaian dan penggunaan, efek samping hingga

Upload: edhy-goesmayanto

Post on 27-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisis

TRANSCRIPT

  • 49

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    ANALISISAPLIKASISTANDARPELAYANANKEFARMASIANDIAPOTEKKOTAYOGYAKARTAANALYZETHESTANDARDOFPHARMACYPRACTICEAPPLICATIONINPHARMACYCOMMUNITYATYOGYAKARTACITYKuswardaniDwiAtmini,IbnuGholibGandjar,AchmadPurnomoFakultasFarmasi,UniversitasGadjahMada,Yogyakarta.

    ABSTRAKDalam rangkapeningkatanpelayanan kesehatanmasyarakat berbagaiupaya telahdilakukan olehpemerintah

    diantaranyamenyediakansaranasaranapelayanankesehatansalahsatunyaadalahapotek.SebagaiupayaagarapotekerdapatmelaksanakanpelayanankefarmasiansecaraprofesionalmakadikeluarkanKeputusanMenteriKesehatanRepublik IndonesiaNo.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentangStandarPelayananKefarmasiandiApotekyangbertujuanuntukmengetahuigambaranpelaksanaanstandarpelayanankefarmasiandiapotekkotaYogyakarta.

    HasilpenelitiansecarakeseluruhanmenunjukkanbahwastandarpelayanankefarmasiandiapotekkotaYogyakartabelumterlaksanadenganbaik.DiperolehskortotalstandarpelayanankefarmasiandiapotekkotaYogyakarta,menurutmasingmasingrespondensebagaiberikutmenurutapoteker21% (baik),79% (cukup);menurutkaryawan21% (baik),75% (cukup),4% (kurang);sedangkanmenurutpasien38% (baik),42% (cukup),20% (kurang).Adapunfaktoryangmenghambatpelaksanaanstandarpelayanankefarmasiandiantaranyaprogrampendidikan,seminarataubentuklainyangsangatjarangdilakukansehinggapeluangmengembangkandirisangatterbatassertakurangnyakegiatansosialisasidanlemahnyafungsikontrololehinstansiyangberwenang,sehinggaperludilakukanmonitoringdanevaluasisecaraberkalaolehpihakpihakyangterkait.KataKunci:StandarPelayananKefarmasian,Apotek,Apoteker,Karyawan,Pasien

    ABSTRACTInincreasingsocialhealthservicestherearealotofeffortthathavebeendonebythegovernmentsuchasprovid

    ing facilitiesofhealthservicessuchaspharmacy.Asaneffort tomakephamacistcangiveaprofesionalpharmacypracticebasedonthedecisionofHealthMinisterRepublicofIndonesiaNo.27/Menkes/SK/IX/2004abouttheStandardofPharmacyPractice inpharmacycommunity thegoal is to findout the figureofStandardsofPharmacyPracticeimplementationinpharmacycommunityatYogyakartaCity.

    TheresultsoftheresearchgenerallyshowedthatthestandardsofpharmacypracticeinYogyakartahasnotbeenimplementedwell.Totalscoreforthestandardspharmacypracticebasedonpharmacistsrespondent21%(good),79%(enough); employees respondent 21% (good), 75% (enough), 4% (bad) and patients respondent 38% (good), 42%(enough),20%(bad).Theinhibitingfactorstowardstheimplementationstandardsofpharmacypracticesuchaseducationprogramme, seminaroranother thing that rarelyheld thatmake theopportunity for selfdevelopmentverylimit,thesocializationarerareandcontrolfunctionfrominstitutionthathaveauthorityareweaksomonitoringandevaluationshoulddoperiodicaly.Keywords:StandardsofPharmacyPractice,Pharmacy,Pharmacist,Employees,Patients

    PENDAHULUANKesehatan merupakan hak azasi manusia.

    Setiap orang mempunyai hak untuk hiduplayak, baik dalam kesehatan pribadi maupunkeluarganya termasuk didalamnya mendapatkanmakanan,pakaian,perumahan,danpelayanan kesehatan serta pelayanan sosial lain yangdiperlukan(Anonim,2004b).

    Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatanmasyarakat berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah diantaranyamenyediakansaranasarana pelayanan kesehatan salahsatunya adalah apotek. Apotek adalah tempattertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian,penyaluransediaanfarmasidanperbekalankesehatan lainnyakepadamasyarakat (Anonim,2004a).

    Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasiankepadamasyarakat,pemerintahtelahmemberlakukan suatu standar pelayanan kefarmasian diapotek dengan dikeluarkannya KepmenkesNo.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang StandarPelayananKefarmasiandiApotek.Tujuandiberlakukannya standar tersebutadalah sebagaipedoman praktik apoteker dalam menjalankanprofesi, untukmelindungimasyarakat dari pelayanan yang tidak profesional dan untukmelindungi profesi dalammenjalankan praktikkefarmasian(Hartini,2008).

    Apoteker dituntut untuk meningkatkanpengetahuan, ketrampilan dan perilaku dalamberinteraksi dengan pasien dengan pemberianinformasi yang lengkap mengenai cara pemakaiandanpenggunaan,efeksampinghingga

  • 50

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    monitoringpenggunaanobatuntukmeningkatkankualitashiduppasien.Olehkarena ituapoteker dalam menjalankan profesinya harus sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian diapotek untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasiankepadamasyarakat(Anonim,2004a).

    Dilatarbelakangi oleh deregulasi di bidangperizinan sesuai Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas PermenkesNo.922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuandan tata cara pemberian ijin Apotek, menurutdatadariDinKeskotaYogyakartahinggabulanJuni2009sudahtercatat120apotekyangberdiridi kota Yogyakarta. Seiring dengan berdirinyabeberapaperguruan tinggiFarmasidiDIYdengan meluluskan apotekerapoteker dalam jumlah yang cukup banyak memberikan dampakjumlah apoteker yang terusmeningkat khususnyadikotaYogyakarta.KotaYogyakartamerupakan icon bagi seluruh masyarakat DIY, sehingga sebagai cermin/pilot project terhadapproyekyangdilakukanolehpemerintahkhususnyaDinasKesehatandanorganisasiprofesi(IAI)dikotaYogyakarta.

    Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatankotadan IAI,apotekdikotaYogyakartabelummelaksanakan Standar Pelayanan Kefarmasiandenganbaiksehinggaperludilakukanpenelitianuntuk menganalisa aplikasi Standar PelayananKefarmasiandiApotekkotaYogyakartasesuaidenganKepmenkesNo.1027/Menkes/SK/IX/2004serta faktorfaktor yang menghambat pelaksanaannya.METODEPENELITIAN

    PenelitiandilakukandiapotekdikotaYogyakarta secara cluster sampling yang terdiri darisubpopulasiyangheterogenmenggunakan rancanganpenelitiandeskriptifdenganmetodecrosssectional,yaitudenganmengumpulkandatasecara lengkap dengan menggunakan kuesionerdanwawancarasecara langsungkepadaApoteker,karyawandiapotekdanpasienyangmenebus resep di apotek dalam satu kurun waktu(FebruariApril 2010). Bahan penelitian adalahApotekeryangpraktekprofesidiapoteksampel,karyawan yang bekerja di apotek sampel danpasien yang menebus resep di apotek sampelsertabersediamengisikuesioner.1. Apoteker, kriteria inklusi yang digunakanadalah apoteker yang berkedudukan sebagaiAPA(ApotekerPengelolaApotek),namunjikaberhalangandikarenakanolehsesuatuhalmaka

    dapatdiwakilkankepadaAping(ApotekerPendamping).2. Karyawan, kriteria inklusi yang digunakanadalah tenaga teknis kefarmasian (SarjanaFarmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi,dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker), kecuali apotek yang tidak mempunyaitenagatekniskefarmasiannamunsudahbekerjadi apotek lebihdari 1 tahundanditunjuk olehApotekersetempat.3.Pasien,kriteriainklusiyangdigunakanadalahpasien langganan atau pasien yang menebusresepdiapotekminimum2kali.

    Menurut data dari Dinkes kota Yogyakartabulan Juni 2009 jumlah apotek di kota Yogyakarta sebanyak 120 apotek sehingga penarikansampelyangdilakukandengancararandomsamplingsebesar 20%dari jumlahpopulasi (Sevilla,etal,2006),dandiperolehjumlahapoteksampelsebanyak24apotek.

    Kecamatan Populasi SampelMantrijeron 14 3Kraton 4 1Mergangsan 4 1Umbulharjo 24 5Kotagede 4 1Gondokusuman 15 3Danurejan 5 1Pakualaman 5 1Gondomanan 7 1Ngampilan 4 1Wirobrajan 9 2Gedongtengen 7 1Jetis 10 2Tegalrejo 8 1Jumlah 120 24

    Tabel1.PersentaseDistribusiApotekSampelberdasarkanKecamatan

    Untuk menentukan responden apoteker dankaryawansebagaisampeldigunakanteknikrandom sampling, sedangkan responden pasienmenggunakan purposive sampling di 24 apoteksampel. Jumlah Apoteker dan karyawandiperolehdari24apoteksampel,masingmasingapotekdiwakilioleh satu (1)apotekerdan satu(1)karyawan.

  • 51

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    Responden apoteker dari hasil penelitian se

    bagian besar berjenis kelamin perempuan yangberusiakurangdari30tahundenganmasakerjadiapotekkurangdari5tahun,halinimenggambarkankondisiApotekeryangbekerjadiapotekpada umumnya adalah apoteker muda yangbaru saja lulus yang sebagian besar tidakmerangkapbekerjaditempatlaindenganposisiAPA (Apoteker Pengelola Apotek) di apotekkotaYogyakarta.

    2.KaryawanResponden karyawan (table III) dari hasil

    penelitiansebagianbesarlulusanSMF/SAAberjenis kelamin perempuan yang berusia kurangdari 30 tahun dengan masa kerja di apotekkurang dari 5 tahun, hal ini menggambarkankondisiapotekyangmasihmengunakanasistenApoteker(AA)perempuanmudadanbarululusuntukmembantukinerjaapotekerdiapotek.

    Untuk menentukan jumlah pasien sebagairesponden,menggunakan rumusSlovinsebagaiberikut:

    N

    1 + Ne n =

    n=ukuransampelN=ukuranpopulasi/ jumlahratarataresepperbulane=nilaikritis (batasketelitian)yangdiinginkan(persen kelonggaranketidaktelitian karena kesalahanpengambilansampelpopulasi)(Sevilla,etal,2006)

    4000

    1 + {4000 x (0,05) n =

    4000

    1 + 10 n =

    n = 364

    HASILDANPEMBAHASANA.KarakteristikRespondendanApotekSampel1.Apoteker

    Jenis Kategori Frek %JenisKelamin

    Lakilaki 5 21Perempuan 19 79

    Usia 30tahun 11 463140tahun 9 384150tahun 1 4

    51tahun 3 12Masakerja 5tahun 11 46

    610tahun 10 421115tahun 1 4

    16tahun 2 8Status

    ApotekerMerangkap 2 8

    TidakMerangkap

    22 92

    Posisidiapotek

    APA 20 83Aping 4 17

    TabelII.ProfilResponden(Apoteker)

    Jenis Kategori Frek %Jenis

    KelaminLakilaki 3 13

    Perempuan 21 87Usia 30tahun 12 50

    3140tahun 7 294150tahun 3 13

    51tahun 2 8Pendidikan SMF/SAA 11 46

    SMA 2 8D3 9 38S1 2 8

    MasaKerja 5tahun 12 50610tahun 10 421115tahun

    16tahun 2 8

    Jenis Kategori Frek %Jenis

    KelaminLakilaki 3 13

    Perempuan 21 87Usia 30tahun 12 50

    3140tahun 7 294150tahun 3 13

    51tahun 2 8Pendidikan SMF/SAA 11 46

    SMA 2 8D3 9 38S1 2 8

    MasaKerja 5tahun 12 50610tahun 10 421115tahun

    16tahun 2 8

    TabelIII.ProfilResponden(Karyawan)

    3. PasienResponden pasien dari hasil penelitian se

    bagian besar berjenis kelamin perempuan yangberusiakurangdari30tahundenganpendidikanterakhirS1danbekerjasebagaikaryawan,halinimenggambarkan kondisi pasien yang kebanyakanperempuandengantingkatpendidikanyangcukup tinggi, sehingga lebih selektif dan kritisdalam pemilihan halhal yang berhubungandengankesehatan.

    Jenis Kategori Frek %JenisKelamin Lakilaki 150 41

    Perempuan 215 59

    Usia30tahun 175 48

    3140tahun 76 214150tahun 61 17

    51tahun 53 14

    Pendidikan

    SMP 22 6SMA 127 35D1 5 1D3 18 5S1 165 45S2 16 5S3

    Lainlain 12 3

    Pekerjaan

    Pelajar 10 3Mahasiswa 45 12

    PNS 45 12Karyawan 98 27Wiraswasta 86 24Lainlain 81 22

    Jenis Kategori Frek %JenisKelamin Lakilaki 150 41

    Perempuan 215 59

    Usia30tahun 175 48

    3140tahun 76 214150tahun 61 17

    51tahun 53 14

    Pendidikan

    SMP 22 6SMA 127 35D1 5 1D3 18 5S1 165 45S2 16 5S3

    Lainlain 12 3

    Pekerjaan

    Pelajar 10 3Mahasiswa 45 12

    PNS 45 12Karyawan 98 27Wiraswasta 86 24Lainlain 81 22

    TabelIV.ProfilResponden(Pasien)

  • 52

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    4. ApotekApotek di kota Yogyakarta (tabel V) sebagianbesar adalah apotek swasta yang berdiri lebihdari 6 tahun dengan PSA sebagai pemiliknya.Namun sebagian besar apotek di kota Yogyakarta tidakmemiliki kerja samadengandokterpraktek sehingga jumlah lembar resep per bulannyakurangdari100lembarperbulan.Halinidikarenakan tidak adanya aturan atauundangundang yang mengatur jarak yang diperbolehkanberdirinyaantarapotekdanketerbatasanmodal yang dibutuhkan untuk mengadakankerjasamadengandokterpraktek.B.UjiValiditasdanReliabilitas1.Apoteker

    Uji validitas dengan responden apotekermenggunakan rumusProductMomentCorrelationPearson, dengan ketentuan uji validitas sebagaiberikut:

    Nilairtabelpadaderajatbebas(db)=n2atau242=22 dengan derajat kepercayaan 95% padanilai N = 24, menunjukkan nilai sebesar 0,404.Hasil uji validitas dilakukan terhadap 25 butirpertanyaandiperolehdatabahwa5butirpertanyaan tidakvalid (4,5,6,14dan16).PadaanalisisreliabilitasdigunakanrumusCronbachsAlpha.

    Pada analisis menggunakan SPSS forwindowrelease 17 menghasilkan nilai alpha Cronbachsebesar 0,879. Dapat disimpulkan bahwakuesionermemilikitingkatreliabilitasyangbaik.

    2.Karyawan

    Uji validitas dengan responden karyawanmenggunakan rumusProductMomentCorrelation

    Pearson, dengan ketentuan uji validitas sebagaiberikut:

    Nilairtabelpadaderajatbebas(db)=n2atau242=22 dengan derajat kepercayaan 95% padanilai N = 24, menunjukkan nilai sebesar 0,404.Hasil uji validitas dilakukan terhadap 17 butirperta nyaandiperolehdatabahwa1butirpertanyaan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 4.PadaanalisisreliabilitasdigunakanrumusCronbachsAlpha.Pada analisismenggunakan SPSSfor window release 17 menghasilkan nilai alphaCronbach sebesar: 0,897. Dapat disimpulkanbahwa kuesioner memiliki tingkat reliabilitasyangbaik.3.Pasien

    Ujivaliditasdenganrespondenpasienmenggunakan rumus Product Moment CorrelationPearson, dengan ketentuan uji validitas sebagaiberikut:

    Nilairtabelpadaderajatbebas(db)=n2atau302=28 dengan derajat kepercayaan 95% padanilai N = 30, menunjukkan nilai sebesar 0,361.Hasil uji validitas dilakukan terhadap 15 butirpertanyaandiperolehdatabahwa2butirpertanyaan tidakvalidyaitupertanyaannomer1dan15. Pada analisis reliabilitas digunakan rumusCronbachs Alpha. Pada analisis menggunakanSPSS forwindow release 17diperoleh hasil nilaialpha hitung sebesar 0,894. Yang dapat disimpulkan bahwa kuesioner memiliki tingkat reliabilitasyangbaik.

    C.PerolehanSkortiapIndikator

    Denganmelakukanujikomparasiskorsetiapindikator (SDM, sarana dan prasarana,pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalankesehatan, administrasipelayanan dan evaluasimutu)padamasingmasingkelompokrespondendan akan diketahui skor mana yang palingtinggi.Metode statistik yangdigunakan adalahujiKruskalWallis,karenakarakteristikdaridatayangadabersifatordinaldandiambildarisampelyangberasallebihdariduakelompok.

    1.Apoteker

    Indikator evaluasimutumenduduki peringkatke6(tabelVI),berartisebagianbesarapotektidak terlalu memperhatikan tentang evaluasimutu apotek. Protap untuk prosesproses yangdilakukan di apotek dilakukan secara spontantanpa ada evaluasi yang dilakukan secara berkala terhadap semua komponen kegiatan yang

    Jenis Kategori Frek %StatusApotek Swasta 24 100

    Negeri

    Kepemilikanapotek

    PSA 18 75PSA+APA 5 21

    APA 1 4

    Lamaberdiri1tahun 2 8

    15tahun 6 25610tahun 8 33

    10tahun 8 33

    Lembarresepperbulan

    100 9 38101500 8 335011000 4 17

    10001 3 12

    Dokterpraktek

    Tidakada 10 421 3 122 2 83 9 38

    TabelV.ProfilApotek

  • 53

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    dilakukan. Sehingga tidak ada dasar perbaikanpelayanan kefarmasian selanjutnya. Dan sebagian apotek memiliki protap namun hanyadisimpandibookkeeper.SebagianbesarapotekdikotaYogyakarta tidakmemilikiprotapsecaratertulisnamundilakukandiantaranya penge lolaan sediaan farmasi danperbekalan kesehatan, pelayanan resep, konseling,danpromosiedukasisedanganprotapHomeCarebelumdilakukan baik tertulismaupunpelaksanaandilapanganhalinidikarenakanketerbatasansumberdayamanusiadalamhaliniapotekeruntukterjunlangsungmemberikanpelayanankefarmasiankepadapasienyangdilakukandirumahkhususnyauntukkelompoklanjutusiadanpasienpenyakitkronis,hal inidikarenakankeadaan fisikpasienyang tidakmemungkinkanuntuk datang ke apotek untuk mendapatkanpelayanan kefarmasian secara optimal.Adapunmanfaat adanya protap adalah untukmemastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapaisetiapsaat,adanyapembagiantugasdanwewenang,memberikan pertimbangan dan panduanuntuktenagakesehatanlainyangbekerjadiapotek, sebagai alat untuk melatih staf baru danmembantuprosesaudit.2.Karyawan

    Berdasarkan hasil penelitian uji komparasirespondenkaryawanterhadapkeenamindikatordapatdilihatbahwa indikatorSDMmendudukiperingkat pertama, dengan ditunjukkan nilaimeanranktertinggi.HaliniberartiindicatorSDMmenurut karyawan menjadi hal yang sangatdiperhatikan untuk meningkatkan pelayanankefarmasian,diantaranyakehadiranapoteker.

    3.Pasien

    Berdasarkan hasil penelitian uji komparasi

    respondenpasienhanya terdapat tiga indikator,yaitusaranadanprasarana,pengelolaansediaanfarmasidanperbekalankesehatan sertapelayanansedangkanSDMdanevaluasimutuditerminatehal ini disebabkan tidak valid dan reliablenyakuesionerseputarSDMdanevaluasimutu.

    Keberadaan apoteker di apotek bukan menjadiprioritasutamabagipasien,haliniditunjukkan dengan tidak valid dan reliabelnya kuesioner tentang keberadaan apoteker di apotek.Hal ini menunjukkan peranan apoteker dalampelayanan kefarmasiandi apotek tidak optimalkarenahampir semuapasienmengatakan tidakmengetahui keberadaan apoteker, seharusnyaperananapotekerditunjukkandengankehadiranapoteker selama apotek buka dengan identitaskhusus,misalseragamwarnakhususataunametack sehingga eksistensi apoteker dikenal olehmasyarakatdalammelaksanakanpekerjaandanpelayanankefarmasiandiapotek.Informasiyangdidapatkanoleh sebagianbesarpasienbaru sebatascaradanaturanpakaiobat.HaliniberartipelayananapotekkotaYogyakartabelumberorientasi sepenuhnyapadapasien.Padahalmenurutstandarpelayananfarmasikomunitas,semuainformasi tersebutdi atas seharusnyadiberikanoleh apotek dan merupakan hak konsumen(pasien).

    Indikator MeanRank

    Peringkat Skor

    SDM 219,19 4 71,9Saranadanprasarana

    213,83 5 70,8

    Pengelolaansediaanfarmasidanperbekalan

    kesehatan

    353,08 1 95,8

    Administrasi 286,42 2 83,9Pelayanan 279,15 3 82,6

    Evaluasimutu 161,50 6 59,2Ratarata 77,36

    Indikator MeanRank

    Peringkat Skor

    SDM 219,19 4 71,9Saranadanprasarana

    213,83 5 70,8

    Pengelolaansediaanfarmasidanperbekalan

    kesehatan

    353,08 1 95,8

    Administrasi 286,42 2 83,9Pelayanan 279,15 3 82,6

    Evaluasimutu 161,50 6 59,2Ratarata 77,36

    TabelVI.Perolehanskortiapindikator(apoteker)

    Indikator MeanRank

    Peringkat Skor

    SDM 265,33 1 86,4Saranadanprasarana

    204,33 3 73,9

    Pengelolaansediaanfarmasidanperbekalan

    kesehatan

    233,75 2 80,2

    Administrasi 142,67 6 63,5Pelayanan 183,93 5 70

    Evaluasimutu 197,29 4 73,9Ratarata 74,65

    Indikator MeanRank

    Peringkat Skor

    SDM 265,33 1 86,4Saranadanprasarana

    204,33 3 73,9

    Pengelolaansediaanfarmasidanperbekalan

    kesehatan

    233,75 2 80,2

    Administrasi 142,67 6 63,5Pelayanan 183,93 5 70

    Evaluasimutu 197,29 4 73,9Ratarata 74,65

    TabelVII.Perolehanskortiapindikator(Karyawan)

    Indikator MeanRank

    Peringkat Skor

    Saranadanprasarana

    2888,46 2 85,8

    Pengelolaansediaanfarmasidanperbekalankesehatan

    3267,58 1 91,8

    Pelayanan 2244,81 3 72,4Ratarata 83,33

    Indikator MeanRank

    Peringkat Skor

    Saranadanprasarana

    2888,46 2 85,8

    Pengelolaansediaanfarmasidanperbekalankesehatan

    3267,58 1 91,8

    Pelayanan 2244,81 3 72,4Ratarata 83,33

    TabelVII.Perolehanskortiapindikator(Pasien)

  • 54

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    Informasi yangdidapatkan oleh sebagian besarpasienbarusebatascaradanaturanpakaiobat.Hal ini berarti pelayanan apotek kota Yogyakarta belum berorientasi sepenuhnya padapasien. Padahal menurut standar pelayananfarmasikomunitas,semua informasi tersebutdiatas seharusnyadiberikanoleh apotekdanmerupakanhakkonsumen(pasien).Informasiyanglengkapdan jelas akanmengurangi risiko terjadinyamedicationerror.Meskipunpasienbelummemperolehjenisinformasiyanglengkapsesuaistandar,pasien tetapmempunyaipersepsiyangbaik.Halinimungkindisebabkankarenapasienbelummengetahuiataumemahamiadanyastandar pelayanan farmasi komunitas sehinggamereka belum peduli terhadap jenis pelayananyangdiberikanapotek.D. Skor Total Pelayanan Kefarmasian diApotek

    Perolehanskortotalpelayanankefarmasiandiapotek secara keseluruhan diperoleh denganmenjumlahkan nilai setiap indikator padamasingmasing responden, kemudian dihitungpersentase jumlah responden yang memenuhistandardengannilaibaik (B)bilaskor lebihbesar atau sama dengan 81, persentase yangmemenuhistandardengannilaicukup(C)bilaskormencapai6181danpersentaseyangmemenuhistandardengannilaikurang(K)bilaskorkurangdari atau samadengan 61.Perolehan skor totaluntuk masingmasing responden dapat dilihatpadatabelVI,VIIdanVIII.

    SecarakeseluruhanapotekdikotaYogyakartabelum melaksanakan standar pelayanan kefarmasiandenganbaik.

    Kewajiban apoteker untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang meliputi antara lainpemberian informasiobat,konsultasiobat,edukasi swamedikasi,monitoringpenggunaanobatdan lainlain belum sepenuhnya dilakukan diapotekkotaYogyakarta.Standarinibelumdilaksanakan sepenuhnya oleh apotek serta belumdikenal atau tersosialisasi kepada konsumenapotek.

    Adapunkendaladalamrangkameningkatkanpelayanan kefarmasian diantaranya, pemahaman terhadap pelayanan kefarmasian belumkomprehensif, apoteker kurang percaya diridalam memberikan pelayanan kefarmasiankepadamasyarakat,kurangmemadainyasaranainformasi untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Sehingga diperlukan sinergisme semua pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah sebagaipenentukebijakan,perguruantinggi, organisasi profesi (IAI) dalam menghadapierapasarbebas,globalisasiteknologiuntukmembentuk apoteker yang profesional dalamrangka meningkatkan pelayanan kefarmasianyangberkualitas.

    Program pendidikan, seminar atau bentuklain sangat jarang dilakukan sehingga peluangmengembangkan diri sangat terbatas.Mungkinuntukkedepannyadibentukkelompokkelompokilmiahkecildicabangcabang IAIsesuaibidangprofesinya untuk melaksanakan pendidikanfarmasiberkelanjutan (continuingeducation)agardapatmeng updateilmunya sesuaiperkembanganiptekdanpelayananfarmasi.SehinggaApoteker lebih percaya diri dan siap dalam memberikanpelayanankefarmasiankepadamasyarakat.

    Faktadilapangan,masihbanyakapotekyangtidak memenuhi persyaratan umumnya persyaratanhanyadipenuhisebagaiformalitasyangharus dipenuhi saat mengurus perizinan dansetelah izindikeluarkanpersyaratan itudiabaikan.Hal inimenunjukkan kurangnya kegiatansosialisasidan lemahnya fungsi controloleh instansiyangberwenangsehinggaperludilakukanmonitoringdanevaluasisecaraberkala.

    KESIMPULAN1. Berdasarkan skor total dari masingmasingresponden (apoteker, karyawan dan pasien),apotekdikotaYogyakartabelummelaksanakanStandar Pelayanan Kefarmasian dengan baik.Skor total Standar Pelayanan Kefarmasian diapotek kota Yogyakarta, menurut masing

    Nilai Frek % Kategori81 5 21 Baik

    8161 19 79 Cukup61 Kurang

    Jumlah 24 100

    Nilai Frek % Kategori81 5 21 Baik

    8161 18 75 Cukup61 1 4 Kurang

    Jumlah 24 100

    Nilai Frek % Kategori81 140 38 Baik

    8161 151 42 Cukup61 74 20 Kurang

    Jumlah 365 100

    TabelVI.SkortotalApoteker

    TabelVII.SkortotalKaryawan

    TabelVIII.SkortotalPasien

  • 55

    Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Vol. 1 No. 1, Maret 2011

    masing responden sebagai berikut : menurutapoteker 21% (baik), 79% (cukup); menurutkaryawan21%(baik),75%(cukup),4%(kurang);sedangkan menurut pasien 38% (baik), 42%(cukup),20%(kurang).2.Faktorpenghambatdalamrangkameningkatkan pelayanan kefarmasian diantaranya, programpendidikan,seminarataubentuklainyangsangatjarangdilakukandankurangnyakegiatansosialisasi dan lemahnya fungsi kontrol olehinstansiyangberwenang.

    DAFTAR PUSTAKA Anonim , 2004a , Standar Kompetensi FarmasisIndonesia,IkatanSarjanaFarmasiIndonesia.

    Anonim ,2004b ,KeputusanMenteriKesehatanRINo.1027/Menkes/SK/IX/2004tentangStandarPelayanan Kefarmasian di Apotek, DirektoratJenderal Pelayanan Kefarmasian dan AlatKesehatanDepartemenKesehatanRI,Jakarta

    Hartini,Y.S. ,2008 ,SebuahPotretPelaksanaanStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,Majalah Medisina, Edisi 4/Vol II/AprilJuni2008 halaman 3740, PT ISFI Penerbitan, Jakarta

    /ColorImageDict > /JPEG2000ColorACSImageDict > /JPEG2000ColorImageDict > /AntiAliasGrayImages false /CropGrayImages true /GrayImageMinResolution 300 /GrayImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleGrayImages true /GrayImageDownsampleType /Bicubic /GrayImageResolution 300 /GrayImageDepth -1 /GrayImageMinDownsampleDepth 2 /GrayImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeGrayImages true /GrayImageFilter /DCTEncode /AutoFilterGrayImages true /GrayImageAutoFilterStrategy /JPEG /GrayACSImageDict > /GrayImageDict > /JPEG2000GrayACSImageDict > /JPEG2000GrayImageDict > /AntiAliasMonoImages false /CropMonoImages true /MonoImageMinResolution 1200 /MonoImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleMonoImages true /MonoImageDownsampleType /Bicubic /MonoImageResolution 1200 /MonoImageDepth -1 /MonoImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeMonoImages true /MonoImageFilter /CCITTFaxEncode /MonoImageDict > /AllowPSXObjects false /CheckCompliance [ /None ] /PDFX1aCheck false /PDFX3Check false /PDFXCompliantPDFOnly false /PDFXNoTrimBoxError true /PDFXTrimBoxToMediaBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXSetBleedBoxToMediaBox true /PDFXBleedBoxToTrimBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXOutputIntentProfile () /PDFXOutputConditionIdentifier () /PDFXOutputCondition () /PDFXRegistryName () /PDFXTrapped /False

    /CreateJDFFile false /Description > /Namespace [ (Adobe) (Common) (1.0) ] /OtherNamespaces [ > /FormElements false /GenerateStructure false /IncludeBookmarks false /IncludeHyperlinks false /IncludeInteractive false /IncludeLayers false /IncludeProfiles false /MultimediaHandling /UseObjectSettings /Namespace [ (Adobe) (CreativeSuite) (2.0) ] /PDFXOutputIntentProfileSelector /DocumentCMYK /PreserveEditing true /UntaggedCMYKHandling /LeaveUntagged /UntaggedRGBHandling /UseDocumentProfile /UseDocumentBleed false >> ]>> setdistillerparams> setpagedevice