54_ingridwati kurnia_pengembangan model pembelajaran untuk

Upload: sulastri

Post on 12-Jul-2015

105 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REFLEKTIF MAHASISWA S1-PGSD PADA MATAKULIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Ingridwati Kurnia / Dosen PGSD Unika Atma Jaya Jakarta) ========================================================A. PENDAHULUAN Dinamika kehidupan masyarakat di era globalisasi abad 21 menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional, serta memiliki kompetensi di pelbagai bidang kehidupan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Sisdiknas, 2003). Dengan demikian, pendidikan yang bermutu diharapkan dapat mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang dituntut masyarakat pada abad 21. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan, adanya tuntutan terhadap mutu pendidikan SD yang sampai saat ini masih memprihatinkan; isu permasalahan mutu guru SD berkenaan dengan motivasi, kualifikasi pendidikan, dan kompetensi; mutu LPTK baik dari aspek masukan, proses maupun produk lulusannya. Peraturan pemerintah no.19 tahun 2005 memsyaratkan kualifikasi akademis pendidikan guru SD minimum D-4 atau S-1, dan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Berdasarkan itu, maka program S1-PGSD sebagai LPTK yang berkewajiban mempersiapkan guru SD, perlu mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran yang dapat membekali mahasiswanya dengan kemampuan-kemampuan agar dapat

melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional di SD. Pengembangan model pembelajaran pada pendidikan guru didasari oleh kecenderungan penelitian pendidikan guru (Pintrich, P.R, 1990). yang berupaya mempertemukan model mengajar guru dengan model belajar siswa (social-cognitive perspectives), menekankan guru sebagai pelajar dan peneliti (teacher as learner and reseacher). Kemampuan reflektif diasumsikan dapat membekali mahasiswa program S1PGSD dalam melaksanakan tugas mengajar di SD dengan segala tuntutan dan perubahannya. Asumsi ini didasarkan pada pandangan Ginsberg & Cliff dalam

tulisannya di Handbook of Research on Teacher Education (1990:454-455), Dunkin, MJ1

& Biddle, B.J (1936) dan LaBoskey (1993) yang mengungkapkan bahwa mengajar merupakan praktek reflektif, dan perlunya calon guru terlebih dulu belajar bagaimana caranya belajar melalui pengalaman, dengan cara merenungkan dan merekonstruksikan struktur kognisinya. Pada standar kompetensi guru kelas (SKGK) SD/MI S1-PGSD, unsur reflektif tersurat pada rumpun kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan tersirat pada rumpun kompetensi sosial sebagai dampak pengiring pembelajaran. Kemampuan reflektif memungkinkan mahasiswa sebagai guru SD merefleksikan pengalaman mengajarnya dan mengambil hikmah, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya dan pendidikan SD.

Permasalahan Sebelum merumuskan masalah penelitian, perlu diperhatikan fokus pengembangan yaitu model pembelajaran. Pembelajaran terdiri dari komponen-komponen pembelajaran sebagai suatu sistem yang terkait satu dengan lainnya. Komponen dalam pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD disajikan dalam bagan sebagai berikut .

. Instrumental Input- Kebijakan pend. Guru (SD) - Program dan kurikulum- Personil: kaprodi, dosen, TU

Raw InputMahasiswa S1-PGSD

Output PROSES PEMBELAJARANKemp. reflektif mhs meningkat

Enviromental InputTuntutan masyarakat dan perkembangan Ipteks abad 21 terhadap guru SD

Komponen Pembelajaran sebagai Sistem

2

Proses pembelajaran mahasiswa program S1-PGSD (raw input) menjadi mahasiswa yang sekaligus bekerja sebagai guru SD meningkat kemampuan reflektifnya (output), dipengaruhi oleh sarana/instrumental masukan lingkungan (enviromental input) dan masukan input). Masukan lingkungan yang perlu

(instrumental

dipertimbangkan adalah tuntutan masyarakat dan perkembangan Ipteks abad 21 terhadap guru SD. Masukan sarana/instrumental yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah strategi kebijakan pendidikan guru, program dan kurikulum, personil (ketua program studi, dosen, tata usaha), dan sarana prasarana yang menunjang. Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan pembelajaran sebagai suatu sistem, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah model pembelajaran seperti apa yang tepat untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1PGSD. Secara spesifik difokuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi pembelajaran/perkuliahan, termasuk faktor pendukung dan penghambat pembelajaran di program S1-PGSD (saat survei awal, September 2004)? 2. Bagaimana model desain pembelajaran yang dapat reflektif mahasiswa program S1-PGSD ? 3. Bagaimana implementasi model pembelajaran tersebut pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas di program S1-PGSD? 4. Bagaimana dampak penggunaan model pembelajaran tersebut terhadap kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD? 5. Apa karakteristik, keunggulan dan keterbatasan dikembangkan? model pembelajaran yang meningkatkan kemampuan

Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1PGSD pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Secara khusus, bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasikan kondisi pembelajaran/perkuliahan program S1-PGSD pada saat survei awal, September 2004. 2. Menemukan model desain pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD. 3. Mengetahui implementasi model pembelajaran tersebut pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.3

4. Mendapatkan data perbedaan kemampuan reflektif mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran 5. Mengidentifikasikan karakteristik, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran yang dikembangkan.

Manfaat Penelitian Dengan dihasilkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan dapat menghasilkan prinsipprinsip dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD, sehingga dapat memperkaya teori mengenai model pembelajaran yang telah ada. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi: 1. Program studi S1-PGSD dalam menyelenggarakan pendidikan persiapan (pre-service) yang mempersiapkan mahasiswanya lebih bermutu dan profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru SD. 2. Tenaga pengajar (dosen) program S1-PGSD khususnya yang mengampu mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas dalam mengembangkan dan mengimple-mentasikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswanya. 3. Mahasiswa program S1-PGSD menjadi lebih dipersiapkan dengan kemampuan reflektif dalam melaksanakan tugas secara profesional dan memiliki kompetensi dalam menghadapi masalah dan meningkatkan mutu pembelajaran di SD. 4. Peneliti lain yang tertarik untuk menambah wawasan dan pengetahuannya dalam mengembangkan model pembelajaran, khususnya model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif pada pendidikan guru SD.

4

B. KAJIAN TEORI Kajian teori yang mendasari dan relevan dengan penelitian ini mengenai pengembangan model pembelajaran (konsep dasar pembelajaran, macam model pembelajaran, pengembangan model pembelajaran), dan kemampuan reflektif (berfikir dan sikap reflektif). Selain itu juga dikaji mengenai strategi kebijakan dan kompetensi guru SD), dan konsep dasar PTK. Namun pada makalah ini, kajian teori ditekankan pada pengembangan model pembelajaran dan kemampuan reflektif.

Pengembangan Model Pembelajaran Menurut Oliva (1992:413), models of teaching are strategies based on theories (and often the research) of educators, psychologist, philosophers, and others who question how individual learn. Hal ini berarti setiap model mengajar atau pembelajaran harus mengandung suatu rasional yang didasarkan pada teori, berisi serangkaian langkah strategi yang dilakukan guru maupun siswa, didukung dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran, dan metode untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Terdapat beberapa model mengajar/pembelajaran antara lain model pemrosesan informasi, kelompok personal, kelompok sosial, dan kelompok perilaku (Joice & Weil, 1986); model pembelajaran kompetensi, pembelajaran kontekstual, pembelajaran mencari dan bermakna, pembelajaran berbasis pengalaman, pembelajaran terpadu, dan

pembelajaran kooperatif. (Sukmadinata, 2004); model pendidikan guru berbasis akademik, performansi, kompetensi, lapangan, pelatihan, pengajaran mikro, internship, jarak jauh, dll. Sebelum membahas proses pengembangan suatu model pembelajaran, perlu dibahas mengenai pengertian dan prinsip pembelajaran, konsep pembelajaran abad 21 yang didasarkan pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together, belajar sepanjang hayat pada pelajar orang dewasa, (learning how to learn), dan pembelajaran

pembelajaran bagaimana caranya belajar berfikir (teaching for thinking).

Proses sistematik dalam mengembangkan pembelajaran pada umumnya disajikan dalam bentuk model pembelajaran. Dalam pengembangan model pembelajaran, Sukmadinata (2004) mengemukakan mengenai dasar pemilihan pembelajaran (pendekatan, model ataupun prosedur dan metode pembelajaran) karakteristik mata pelajaran, kemampuan siswa dan guru. yaitu: tujuan pembelajaran,

5

Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD didasarkan pada pembelajaran sebagai sistem, yang

mempertimbangkan komponena raw input (mahasiswa S1- PGSD sebagai pelajar orang dewasa dan guru SD yang memiliki pengalaman mengajar), enviiromental input (tuntutan lingkungan masyarakat dan perkembangan ipteks terhadap guru dan mahasiswa S1PGSD), instrumental input (kebijakan pendidikan guru), kemudian merancang/desain dan implementasi proses pembelajaran (process), sehingga dihasilakan lulusan yang memiliki kemampuan reflektif (output).

Kemampuan Reflektif Kemampuan reflektif sebagai hasil atau output dari pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini. didasarkan pada konsep reflektif dari John Dewey berkenaan dengan kemampuan berfikir reflektif dan bersikap reflektif. Kemampuan berfikir reflektif terdiri atas lima komponen yaitu: (1) recognize or felt difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasikan masalah; (2) location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah; (3) suggestion of posible solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternatif solusi pemecahan masalah; (4) rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan; (5) test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan. Sikap reflektif yang tidak dapat dilepaskan dari kemampuan berfikir reflektif, dikembangkan berdasarkan konsep awal dari Dewey yang telah diperluas dan diaplikasikan oleh beberapa praktisi di bidang pendidikan guru. Dalam artikel jurnal Teaching and Teacher Education (vol.12.no.1, Januari 1996), Helen L. Harrington cs mengemukakan dan mengembangkan tiga komponen sikap reflektif yaitu: (1)

openmindedness atau keterbukaan, sebagai refleksi mengenai apa yang diketahui, dalam pembelajaran ada tiga pola dasar yaitu pola berfokus pada guru, siswa, dan inklusif; (2) responsibility atau tanggung jawab, sebagai sikap moral dan komitmen profesional berkenaan dengan dampak pembelajaran pada siswa saja, siswa dan guru, serta siswa, guru dan orang lainnya; (3) wholeheartedness atau kesungguhan dalam bertindak dan melaksanakan tugas, dengan cara pembelajaran langsung guru, proses interaktif, dan proses interaktif yang kompleks.6

Model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif dikembangkan berdasarkan pendekatan filosofis konstruktivisme dan psikologi kognitif. Konstruktivisme dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman (experience is the only basis for knowledge and wisdom), yang kemudian direorganisasi dan direkonstruksikan. Materi pelajaran harus

memungkinkan siswa belajar bagaimana caranya belajar (learning how to learn) dalam bentuk studi kasus atau masalah yang perlu dan bermanfaat untuk dicari jalan ke luarnya (problem solving learning) melalui proses inkuiri diskoveri. Proses pembelajaran berpusat pada siswa dan keaktifan siswa, guru berperan sebagai fasilitator/mediator dan motivator yang menstimuli siswa untuk belajar sesuatu yang bermakna melalui pemahaman (insight). Penilaian dilakukan selama dan akhir proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa. membangun suatu pengetahuan atau konsep. Dalam penelitian ini, model pembelajaran reflektif dikembangkan berdasarkan konsep Zeichner dan Liston (1996) berkenaan dengan konsep critical reflection yang terdiri dari tiga tahap/tingkat reflektif yaitu (1) technical level, refleksi dilakukan pada efisiensi aplikasi pengetahuan dalam bentuk cara atau teknik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (2) contextual level, refleksi dilakukan untuk

menemukan keterkaitan antara situasi problematik dengan tindakan yang dilakukan melalui aplikasi teori sesuai dengan konteksnya; (3) critical level, refleksi dilakukan berdasarkan pertimbangan kritis, dan nilai-nilai moral/etis.

Selain kedua kajian teori utamaa tersebut, disajikan pula secara singkat tentang strategi kebijakan pendidikan guru SD didasarkan pada fakta bahwa kondisi objektif jumlah dan sebaran guru SD di Indonesia sangat kompleks dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya yang beragam. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, mensyaratkan kualifikasi pendidikan minimal guru SD ditetapkan sekurangnya sarjana (S1) atau D4, dan telah mendapat sertifikat pendidik sebagai guru SD melalui pendidikan profesi. Hal ini membawa implikasi besar dalam pengadaan guru SD. Ditjen Dikti mengembangkan minimal dua jenis program S1-PGSD yaitu pendidikan pra-jabatan guru terintegrasi, dan program sertifikasi bagi guru SD yang sudah berkualifikasi S1 agar dapat menguasai kompetensi profesional guru kelas SD melalui uji kompetensi.

7

Kompetensi guru seperti yang dikemukan pada PP No.19 tahun 2005 meliputi empat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Selanjutnya secara lebih spesifik, standar kompetensi guru kelas (SKGK) kompetensi yaitu: 1. Kemampuan memahami peserta didik secara mendalam Meliputi pemahaman secara mendalam tentang karakteristik intelektual, sosial, emosional, dan fisik, serta latar belakang peserta didik sebagai landasan bagi guru atau calon guru agar mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. 2. Kemampuan menguasai bidang studi Meliputi penguasaan substansi dan metodologi bidang ilmu (disciplinary content knowledge) yang bersangkutan, serta kemampuan memilih dan mengemas bidang ilmu tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikulum dan kebutuhan pesera didi (pedagogical content knowledge). 3. Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Meliputi kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan mengases (menilai) proses dan hasil pembelajaran, serta kemampuan menindaklanjuti hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran secara berkelanjutan. 4. Mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan Menekankan kemampuan guru dalam memanfaatkan setiap peluang untuk belajar meningkatkan profesionalitas sehingga pembelajaran yang dikelolanya selalu SD/MI lulusan S1 PGSD ( 2006) terdiri atas empat rumpun

mengedepankan kemaslahatan peserta didik. Standar kompetensi guru ini diperlukan sebagai landasan dan pedoman uji kompetensi. Berkaitan dengan penelitian ini, maka kemampuan reflektif merupakan salah satu bentuk kompetensi yang perlu dikuasai oleh guru SD dalam menjalankan tugas secara profesional menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang demikan pesat di era globalisasi abad 21. Dalam Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI lulusan S1-PGSD (Depdiknas, 2005), kemampuan reflektif termasuk dalam rumpun kompetensi pedagogik (merancang, melaksanakan dan menilai proses dan hasil pembelajaran),

kompetensi kepribadian (mengkaji strategi berfikir reflektif dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi), kompetensi profesional (mampu menilai dan memperbaiki pembel-ajaran melalui penelitian tindakan kelas). Juga secara implisit termasuk

8

kompetensi sosial sebagai dampak pengiring melakukan refleksi dengan bantuan teman secara kolaboratif atas pembelajaran yang dilaksanakannya. Dengan adanya unsur kemampuan reflektif pada keempat rumpun kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1-PGSD, maka dapat disimpulkan kemampuan reflektif merupakan salah satu kemampuan esensial dalam pembinaan kompetensi dan profesional guru. Dengan meningkatnya kemampuan reflektif, mahasiswa S1 sebagai guru SD dapat mengembangkan diri pribadi dan karir profesionalnya. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya mengajar merupakan praktek reflektif (Ginsburg and Clift, 1990:454-455) ataupun refleksi belajar (Dunkin & Biddle, 1974: 21-24), dan perlunya calon guru terlebih dulu belajar dari pengalaman. (LaBoskey,1993). Kemampuan reflektif

memungkinkan guru SD merefleksikan pengalaman mengajarnya dan mengambil hikmah atau belajar dari pengalaman, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu dalam melaksanakan tugas sebagai guru secara profesional.

Demikian pula kajian teori berkenaan dengan matakuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) membahas mengenai konsep dasar PTK dan proposal PTK. Berdasarkan beberapa definisi PTK (McNiff dalam Sukidin, 2002:14) dan Mills (2000:6) disimpulkan penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi praktek pembelajaran di kelasnya. Adapun prinsip PTK antara lain: PTK tidak berdampak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar, pelaksanaan PTK tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran, metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga dapat dipertanggungjawabkan, masalah PTK merupakan hal yang cukup merisaukan guru untuk diatasi melalui tindakan perbaikan sebagai bentuk tanggung jawab profesional, dan dalam pelaksanaan guru mengikuti prosedur etika penelitian. Salah satu model PTK yang dikembangkan di Indonesia adalah modifikasi model sistem spiral refleksi diri dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari: 1. Rencana (plan): analisis masalah dan strategi perencanaan 2. Kegiatan (action): implementasi strategi yang direncanakan 3. Pengamatan (observation): deskripsi kegiatan dengan menggunakan teknik tertentu 4. Refleksi (reflection): evaluasi proses dan hasil sebagai masukan bagi siklus selanjutnya.

9

Selanjutnya, proposal PTK sebagai usulan penelitian pada dasarnya memiliki unsur atau komponen sebagai berikut: judul penelitian,ang ilmu, pendahuluan, perumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, sertta lampiran yang diperlukan dan relevan.

Dengan deskripsi kajian teori ini, maka dapat disimpulkan bahwa kajian teori utama mengenai pengembangan model pembelajaran dan kemampuan reflektif menjadi dasar dan acuan dalam mengembangkan model pembelajaran dan mengembangkan instrumen kemampuan reflektif (berfikir dan sikap reflektif). Selanjutnya kajian teori dan data mengenai strategi kebijakan pendidikan guru (SD) dan penelitian tindakan kelas melatarbelakangi secara kontekstual di mana model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif tersebut dikembangkan.

10

C. METODE PENELITIAN Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development), yang terdiri dari tiga langkah yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, serta validasi model pembelajaran. Secara visual dapat dilihat pada gambar berikut.

11

Pada pembahasan metode penelitian disajikan pula mengenai subjek dan lokasi penelitian, serta pengembangan instrumen, teknik pengumpulan dan analisis data. Tabel 1. Lokasi dan subjek penelitian: No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Program S1-PGSD Kampus Cibiru Kampus Purwakarta Kampus Serang Kampus Tasikmalaya Univ.Negeri Jakarta Atma Jaya Jakarta Jumlah Dsn tdft 2 2 2 2 2 1 10 32 60 61 82 43 23 301 Mhs. diolh 28 46 49 68 26 11 226 Kls PTK 1 2 2 3 2 1 10 1 V 2 4 - 4 V Ujicb Ujicb Trbts Luas V V- V V- V V- V V- V UjiVld eks-ktr

Pemilihan lokasi untuk ujicoba terbatas, ujicoba luas dan uji validasi didasarkan pada data jumlah kelas rombongan belajar, serta kesiapan dosen yang menjadi mitra kolaborasi dalam penelitian dan pengembangan ini. S1-PGSD UPI kampus Sumedang tidak digunakan karena berdasarkan hasil survei awal, S1-PGSD di sana bukan terutama menyiapkan guru kelas SD tetapi guru olahraga SD, Pengembangan instrumen kemampuan reflektif: diawali dengan penyusunan kisikisi yang memperhatikan tujuan pembelajaran, indikator, kemudian mengembangkan soal dan pernyataan. Setelah itu dilakukan ujicoba pertama, validasi ahli, dan ujicoba kedua, akhirnya ditetapkan soal tes berpikir (5 soal), dan skala sikap reflektif (40 pernyataan) yang valid dan reliabel. Teknik dan alat pengumpulan data: penelusuran dokumen untuk mendapatkan data akurat mengenai kondisi PGSD; wawancara dengan pimpinanatau ketua program studi, kuesioner kepada dosen dan mahasiswa mengenai proses pembelajaran, observasi pelaksanaan/implementasi pembelajaran dan pengembangan model pembelajaran; tes esei dan skala sikap untuk mengetahui kemampuan berfikir dan sikap reflektif mahasiswa. .Analisis data dsesuaikan dengan data yang dikumpulkan, ada yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, dan ada juga yang dianalisis secara kuantitatif menggunakan statistik non-parametrik (analisis Wilcoxon Signed ranks test dan Mann Whitney test)12

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dikelompokan berdasarkan tahapan dalam penelitian pengembangan yaitu: (1) hasil studi pendahuluan, (2) perencana mempersiapkan format pan dan pengembangan model pembelajaran, serta (3) validasi model pembelajaran. Diakhiri dengan rangkuman mengenai pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD pada matakuliah PTK dalam bentuk bagan/gambar.

1. Studi Pendahuluan Hasil studi pendahuluan terdiri dari dua bagian yaitu: (1) hasil survei awal sebagai studi lapangan/empiris, dan (2) konsep awal desain model pembelajaran sebagai hasil studi literatur yang dikaitkan dengan hasil survei awal.

a. Kondisi pembelajaran program S1-PGSD (saat survei awal) Survei awal bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi pembelajaran termasuk faktor pendukung dan penghambat di 8 program S1-PGSD yang menjadi lokasi dan populasi dalam penelitian ini. Dilakukan secara efektif selama bulan September 2004, dan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut. - Data umum: deskripsi mengenai latar belakang, visi, misi dan tujuan S1-PGSD, keadaan dosen dan mahasiswa, kurikulum dan pembelajaran, kendala dan upaya meningkatkan mutu pembelajaran. - Dosen cukup banyak jumlahnya, namun tidak semua dosen dapat bekerja secara penuh karena mengajar di tempat lain atau studi lanjut. Dosen berpendapat, pembelajaran dan kemampuan reflektif bermanfaat dan dibutuhkan oleh mahasiswa S1-PGSD. - Mahasiswa berasal dari program D2-PGSD, sudah dewasa, guru SD, punya pengalaman mengajar. Mahasiswa berpendapat, pembelajaran di S1-PGSD

bermanfaat, namun tidak semua dosen membahas hasil ujian atau tugas yang diberikan. Maha-siswa belum terbiasa menilai kegiatan belajarnya sendiri. - Berdasarkan kondisi pembelajaran, khususnya penelusuran dokumen mengenai kurikulum, wawancara dengan ketua program, dosen, dan konsultasi dengan pembimbing, maka dipilih mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), serta ditetapkannya kelas ujicoba terbatas dan luas, maupun validasi dalam pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa.13

b. Konsep awal model pembelajaran Konsep awal model pembelajaran dikembangkan berdasarkan; (1) komponen pembelajaran sebagai system, (2) kajian teori mengenai kemampuan berfikir dan sikap reflektif, dan (3) kondisi pembelajaran hasil survei awal. Adapun konsep awal model pembelajaran disajikan dalam gambar berikut ini.

Instrumental Input- Strategi kebijakan pendidikan guru SD - Program dan kurikulum; sarana dan fasilitas; penilaian pembelajaran. - Personil (kaprodi, dosen, tata usaha)

Raw InputMahasiswa S1-PGSD-

PROSES PEMBELAJARAN1. 2. 3. Tahap Reflektiff Teknikal Tahap Reflektif Kontekstual Tahap Reflektif Kritikal

OutputKemampuan reflektif mahasiswa meningkat

Enviromental InputTuntutan masy dan perkembangan Ipteks abac 21-

Gambar 2. Konsep Awal Model Pembelajaran

Konsep awal model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran yang nyata, apabila dijabarkan lebih lanjut melalui penyusunan desain pembelajaran (SAP), yang terdiri dari tujuan, pokok materi, prosedur, sumber dan media, serta evaluasi pembelajaran. Implementasi pembelajaran difokuskan pada tiga tahap pembelajaran yakni: (1) tahap reflektif teknikal, menggunakan berbagai teknik/metode untuk memahami materi yang dipelajari; (2) tahap reflektif kontekstual, mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lain atau pengalaman; (3) tahap reflektif kritikal, menganalisis secara kritis materi/masalah yang didiskusikan. Evaluasi proses pembelajaran dan hasil belajar kemampuan reflektif, serta tindak lanjut untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

14

2.

Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Perencanaan dan pengembangan model pembelajaran melalui ujicoba

terbatas dilakukan di program S1-PGSD Cibiru. Setelah mendapat ijin, mempelajari silabus dan sumber pustaka matakuliah PTK, mendiskusikan dengan dosen pengampu matakuliah tersebut, menyusun jadwal dan rencana pembelajaran. Ujicoba terbatas dilakukan melalui empat putaran pembelajaran. Hasilnya dirangkum sebagai berikut. Pentingnya menciptakan interaksi dan suasana kondusif dalam pembelajaran Prosedur pembelajaran: 3 jadi 5 tahap (ditambah tahap persiapan dan pemantapan) Metode: mahasiswa diberi kesempatan refleksi diri dan berbagi pengalaman Rata-rata hasil belajar tiap putaran tidak selalu meningkat, tapi gain cenderung meningkat (8,047,50 8,2110,72) Peningkatan kemampuan berpikir reflektif (z=3.819>1.64 & 0.001.64 & 0.00