46648686-disfagia
DESCRIPTION
disfagiaTRANSCRIPT
![Page 1: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/1.jpg)
DISFAGIA
Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan
menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena
adanya kelainan di tenggorokan.
I.Pendahuluan
Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang
berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia
berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam
proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat
dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah
dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut,
dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang
lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk
keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson,
multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme
esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan
esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang
biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium,
CT scan, dan MRI.
II. KLasifikasi Disfagia
Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu disfagia orofaring (atau
transfer dysphagia) dan disfagia esofagus (1,2) .Disfagia orofaring timbul dari
kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, dapat disebabkan oleh stroke,
penyakit Parkinson, kelainan neurologis, oculopharyngeal muscular dystrophy,
menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi
mekanik (keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas,
radioterapi, infeksi, dan obat-obatan (sedatif, antikejang, antihistamin) (1) .
Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan , termasuk ketidakmampuan untuk
mengenali makanan, kesukaran meletakkan makanan di dalam mulut,
ketidakmampuan untuk mengontrol makanan dan air liur di dalam mulut, kesukaran
![Page 2: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/2.jpg)
untuk mulai menelan, batuk dan tersedak saat menelan, penurunan berat badan yang
tidak jelas penyebabnya, perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang,
perubahan suara (suara basah), regurgitasi nasal (1,2) . Setelah pemeriksaan, dapat
dilakukan pengobatan dengan teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi
diet, modifikasi lingkungan, oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan
pembedahan (1) . Bila tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi,
malnutrisi, atau dehidrasi (1)
Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esofagus bagian
bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus, keganasan
esofagus, esophageal rings and webs, akhalasia, skleroderma, kelainan motilitas
spastik termasuk spasme esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus nonspesifik
(1) . Makanan biasanya
tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan akan berada setinggi suprasternal notch
atau di belakang sternum sebagai lokasi obstruksi, regurgitasi oral atau faringeal,
perubahan kebiasaan makan, dan pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan
padat dan cair, kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas. Bila pada
awalnya pasien mengalami disfagia makanan padat, tetapi selanjutnya disertai
disfagia makanan cair, maka kemungkinan besar merupakan suatu obstruksi mekanik.
Setelah dapat dibedakan antara masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting
untuk memperhatikan apakah disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas
sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau kelainan motilitas esofagus
nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat disebabkan skleroderma atau akhalasia
dengan rasa panas di daerah ulu hati yang kronis, regurgitasi, masalah respirasi, atau
penurunan berat badan. Disfagia mekanik sementara dapat disebabkan esophageal
ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan oleh striktur esofagus atau
keganasan esofagus (1). Bila sudah dapat disimpulkan bahwa kelainannya adalah
disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan barium
atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi. Bila dicurigai adanya akhalasia pada
pemeriksaan barium, selanjutnya dilakukan manometri untuk menegakkan diagnosa
akhalasia. Bila dicurigai adanya striktur esofagus, maka dilakukan endoskopi. Bila
tidak dicurigai adanya kelainan-kelainan seperti di atas, maka endoskopi dapat
dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan barium. Endoskopi yang normal,
![Page 3: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/3.jpg)
harus dilanjutkan dengan manometri; dan bila manometri juga normal, maka
diagnosanya adalah disfagia fungsional (1) . Foto thorax merupakan pemeriksaan
sederhana untuk pneumonia. CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik
mengenai adanya kelainan struktural, terutama bila digunakan untuk mengevaluasi
pasien disfagia yang sebabnya dicurigai karena kelainan sistem saraf pusat (2) .
Setelah diketahui diagnosanya, penderita biasanya dikirim ke Bagian THT,
Gastrointestinal, Paru, atau Onkologi, tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan
Bagian Gizi juga diperlukan, karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet.
PENDAHULUAN
Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan
makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body
through the mouth”.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam
proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf
servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam
lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu
terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke
lambung.
NEUROFISIOLOGI MENELAN
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase
esophageal.
FASE ORAL
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan
oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan
membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini
berlangsung secara di sadari.
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi,
setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot
![Page 4: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/4.jpg)
intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior
ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong
ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi
m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai
serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut
efferen (motorik).
FASE FARINGEAL
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
1.m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas
dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2.m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid
lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring
tertutup.
3.Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4.Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring
inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)
menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring
(n.X)
5.Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan
dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah
dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik
untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai
serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
![Page 5: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/5.jpg)
meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan
sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih
cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan
laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga
bertambah sesuai dengan umur.
Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam
penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :
1.Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga
lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi
dari m.konstriktor faring.
2.Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat
terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap
ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh
m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus
bagian superior.
FASE ESOFAGEAL
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun
lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1. dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik
primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus
bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang
peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus
dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada
lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang
![Page 6: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/6.jpg)
gelombang peristaltik primer.
PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN
Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
1.Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring
langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2.Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua
sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik
proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls
motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3.Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah
GANGGUAN DEGLUTASI/MENELAN
Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit
menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa,
lansia ataupun anak-anak.
Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih
2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu
kualitas hidup seseorang.
Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga
mulut sampai ke lambung.
Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang
saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi .
Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.
Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia
dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau
berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat
menelan atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum
segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.
EVALUASI KLINIK DISFAGIA.
![Page 7: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/7.jpg)
Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna :
Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :
1.Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal
(penekanan dari luar lumen esofagus)
2.kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan
korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.
3.Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.
Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :
1. Transfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral
dan faringeal.
2. Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik
primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.
3. Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan
esofagus
Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :
1.Disfagia gangguan fase oral
2.Disfagia gangguan fase faringeal
3.Disfagia gangguan fase esofageal
Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi :
1. Kelainan kongenital (K)
2. Inflamasi/radang (R)
3. trauma (T)
4. Benda asing (B)
5. Neoplasma (N)
6. Psikis (P)
7. kelainan endokrin (E)
8. kelainan kardio vaskuler (KV)
9. kelainan neurologi/saraf (S)
10.Penyakit degeneratif (D)
11.Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I)
![Page 8: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/8.jpg)
ANAMNESIS PENTING.
1.Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)
2.Lama dan progresifitas keluhan disfagia
3.Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress
psikis dan fisik)
4.keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk, perasaan
mengganjal/menyumbat di tenggorokan.
5.Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler dll)
6.Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi, muskulorelaksan
pusat)
7.Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan
8.Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK PENTING
1.Keadaan umum pasien
2.Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot lidah.
3.Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn
sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara
(keterlibatan laring)
4.Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula,
epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.
5.Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial
6.Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher,
pembesaran KGB leher dan trauma
PEMERIKSAAN PENUNJANG PENTING
Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :
Penunjang
Kegunaan
1.Barium Swallow (Esofagogram)
2.CT Scan
3.MRI
![Page 9: 46648686-DISFAGIA](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071921/55cf9c39550346d033a9161a/html5/thumbnails/9.jpg)
4.Laringoskopi direk
5.Esofagoskopi
6.Endoskopi ultrasound
Menilai anatomi dan fs otot faring/esofagus, deteksi sumbatan o/k tumor, striktur,web,
akalasia, divertikulum
Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada
Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses diotak
Menilai keadaan dan pergerakan otot laring
Menilai lumen esofagus, biopsi
Menilai lesi submukosa
Daftar Pustaka :
1. Soepardi A Efianty. Penatalaksanaan disfagia secara komprehensif. Acara
ilmiah penglepasan purna tugas Prof Dr. Bambang.2002
2. SS Bambang. Disfagia.Bronko-esofagologi.1994:40-49
3. Bailey J Byron. Esophageal disorders.Head and neck surgery-
Otolaringology.Vol.1.2.1998;56:781-801
4. Alper MC, Myers EN, Eibling DE. Dysphagia. Decision making in ENT
Disorders.2001;52:136-37
5. Thaller SR, Granick MS, Myers EN. Disfagia. Diagram diagnostik penyekit
THT.EGC 1993;13:105-11
http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/08/disfagia.html