4.3. g. rinjani p. lombok, nusatenggara barat
TRANSCRIPT
1
4.3. G. RINJANI, P. Lombok, Nusatenggara Barat
Kaldera Rinjani dengan Kerucut Barujari dan SegaraAnak
KETERANGAN UMUM
Nama Lain : Kaldera Rinjani (danau Segara Anak),
Ada 2 (dua) kerucut di bagian timur danau,yaitu G.
Barujari atau G. Tenga, tingginya 2376 m dan G. Mas
atau G. Rombongan, tingginya 2110 m dpl.
Lokasi
a. Geografi
b. Administratif
:
:
08°25' Lintang Selatan dan 116°28' Bujur Timur
Kac. Aikmel, Kab. Lombok Timur, Prop. NTB.
Ketinggian : 3726 m dpl Di atas kota terdekat 3650 m dpl
Kota Terdekat : Selong (kab. Lombok Timur)
Tipe Gunungapi : Strato dengan danau kawah
Pos Pengamatan : Kampung Sembalun Lawang, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur. Posisi Geografi : 08o 21’ 24” LS dan 116o 31’ 18” LU Tinggi 1152 dml
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Jalur pertama yaitu Mataram - Sembalun Lawang. Dimulai dari Sembalun
Lawang mulai jalan kaki menuju ke G. Plawangan yang ditempuh selama 8 jam.
2
Tiba di G. Plawangan ada dua pilihan, yaitu mendaki ke puncak G. Rinjani atau ke
danau Segara Anak. Dari G. Plawangan ke puncak G. Rinjani dapat ditempuh
selama kl. 3 jam dengan kondisi jalan yang terus menanjak dan gersang. Apabila
memilih ke Danau Segara Anak dapat ditempuh selama 2,5 jam dengan menuruni
tebing. Di tepi danau para pendaki dapat menyaksikan kerucut G. Barujari (pusat
aktifitas vulkanik sekarang) dan G. Mas yang hampir tertutup lava G. Barujari.
Untuk mencapai G. Barujari dari tepi danau (Hulu S. Kokokputih) dapat di tempuh
selama 1,5 jam.
Jalur kedua yaitu Mataram - Senaru yang ditempuh dengan kendaraan roda
empat selama 3 jam. Jalur ini akan menempuh Senaru - Danau Segara Anak - G.
Plawangan - Puncak G. Rinjani. Sejak dari Senaru medan yang ditempuh langsung
mendaki hingga dinding kaldera Rinjani, setelah itu baru turun ke Danau Segara
Anak. Dari Segara Anak pendakian dilanjutkan menuju G. Plawangan yang
ditempuh selama 3 jam, kemudian ke puncak G. Rinjani yang juga ditempuh selama
3 jam.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Salah satu bahan galian yang menjadi primadona P. Lombok adalah batu
apung. Material tersebut adalah hasil pembentukan kaldera Rinjani dimasa lalu.
Pusat penambangan yang dominan berada di bagian utara, timur, dan selatan G.
Rinjani.
Selain batuapung, juga terdapat beberapa lokasi lapangan panas bumi
(geothermal field) di Kampung di Sendanggile dan Sembalun Bumbung. Namun
sampai sekarang potensi tersebut belum dikembangkan dengan alasan kurang
ekonimis. Dimasa datang memungkinkan dikembangkan, paling tidak untuk energi di
kedua kampung tersebut.
Wisata
Pemerintah setempat menjadikan G. Rinjani sebagai salah satu tujuan utama
wisata. Selain pemandangan yang indah, juga di dalam kaldera memberikan
panorama yang menawan dengan air danau yang jernih. Dalam tahun 2000
pemerintah setempat bekerjasama dengan pemerintah Australia telah menata jalur-
3
jalur yang menghubungkan Senaru dan Sembalun Lawang menuju puncak G.
Rinjani (Kaldera Rinjani).
SEJARAH LETUSAN
Letusan G. Rinjani yang diketahui sejak tahun 1847 hingga 1994 dan tercatat
telah berlangsung 9 kali. Letusan umumnya menghasilkan lava dan jatuhan
piroklastik.
Tahun kejadian
Keterangan
1846 Zollinger mengatakan, bahwa dalam tahun 1846 kegiatan G. Rinjani dalam stadia fumarola, selanjutnya letusan yang terjadi berlangsung di dalam Kaldera Rinjani (G. Barujari dan G. Rombongan/Mas).
1884 Dalam Natuurkunding Tijdschrift voor Nederl. Indie, v. 45, mencantumkan bahwa asap dan nyala api tampak pada beberapa hari pertama bulan Agustus.
1901 1 Juni, pukul 23.00 terdengar suara ledakan, dan malam berikutnya di Mataram terjadi hujan abu tipis.
1906 April, pukul 21.15 terdengar suara ledakan.
1909 30 November, pukul 21.15 hujan abu di Lombok yang berlangsung hingga 2 Desember. Setelah itu tampak kegiatan meningkat berupa asap tebal yang mengepul. Air sungai tampak keruh..
1915 4 November tampak tiang asap.
1944 30 Mei terlihat asap di atas puncak G. Rinjani. Menurut Petroeschevsky kegiatan mulai pada 25 Desember 1943. Pukul 16.00 terdengar suara gemuruh yang disusul dengan hembusan asap tebal. Pada malam hari tampak sinar api dan kilat sambung-menyambung. Gempa bumi terasa terjadi antara 25 - 30 Desember disertai suara gemuruh. Hujan abu turun selama 7 hari dengan lebatnya, merusak tanaman dan rumah. G. Rombongan atau G. Mas muncul dari dalam danau (2110 m) yang berada di kaki G. Barujari sebelah baratlaut, melebar ke utara dan barat. Mitrohartono (1969) menghitung, bahwa jumlah bahan baru yang dikeluarkan waktu itu adalah sebanyak lk. 7,4 x 10
7 m
3. Kusumadinata (1969, 1973) dengan menggunakan rumus
Yokoyama (1956 - 1957) telah menghitung Energi Kalor yakni 2,3 x 1024
erg, sedangkan Kebesaran Letusan adalah 8,98 dan Kesetaraan Bom Atomnya 273,8.
1966 28 Maret Pulau Lombok digoncang gempabumi. Sejak itu terdengar suara dentuman berasal dari Segara Anak. 21 Mei terlihat dari puncak G. Punduk, bahwa di sebelah selatan kepundan G. Baru tempak ke luar pasir dari dasar Segara Anak menuju ke utara dan melebar ke barat dan timur. Persentuhan pasir panas dengan air Segara Anak menyebabkan terjadinya suatu kukusan, asap mengepul. Kusumadinata (1969), mengatakan bahwa yang disebut pasir panas ini pada hakekatnya adalah lava baru yang muncul di lereng G. Barujari sebelah timur, yang mencapai Segara Anak di utara dan Segara Endut di selatan. Mitrohartono (1969) telah menghitung luas penyebaran lava sebesar 954.350 m
2 dan
isi 6,6. 106 m
3. Kusumadinata (1969) menghitung Energi Kalornya ialah 2,1. 10
21 erg,
Kebesaran Letusan 6,44 dan Kesetaraan Bom Atom 250,0.
1994 4 Juni, pkl. 02.00 WITA terjadi suatu ledakan sangat kuat yang berasal dari dalam Kaldera Rinjani, terdengar hingga di Desa Sembalun. Pukul 08.00 terlihat asap hitam tebal membumbung ke udara mencapai tinggi 400 m dari puncak G. Plawangan. Pada 6 Juni, pkl 17.40 Wita terjadi hujan abu di sekitar Pos Pengamatan dengan ketebalan endapan 2 - 3 mm. Titik letusan mengambil tempat di G. Barujari dan
4
berlangsung hingga awal bulan Januari 1995. Letusan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, hanya petani bawang di Sembalun gagal panen karena rusak oleh hujan abu. Volume material letusan sebesar 15.036.405,07 m
3, dengan energi thermal sekitar : 4,7 X 10
23 erg.
2004 Terjadi letusan abu pada bulan oktober
2009 Tanggal 2 Mei 2009 pukul 16.01 WITA terjadi letusan asap pada berwarna coklat pekat mencapai ketinggian 1000 meter di atas titik letusan di G. Barujari disertai suara dentuman lemah. Aliran lava mengalir dari titik letusan masuk ke dalam Danau Segara Anak
Karakter Letusan
Tidak jelas kapan terbentuknya Kaldera Rinjani, tetapi bila melihat sebaran
batuapung yang sangat luas, menandakan bahwa letusan G. Rinjani pada waktu itu
sangatlah dahsyat, sehingga terbentuk lubang kaldera yang sangat besar. Dari
sejarah letusan dan material yang dikeluarkan selama terjadinya letusan adalah
endapan lava dan endapan jatuhan piroklastik serta endapan aliran piroklastik, hal
ini mencirikan bahwa sifat letusan G. Rinjani adalah Strombolian yang diiukuti
dengan aliran lava. Kegiatan vulkanik G. Rinjani purna kaldera telah berpindah ke
dalam kaldera.
Letusan Juni 1994 Letusan Oktober 2004
Letusan 2 Mei 2009
5
GEOLOGI
Morfologi utama G. Rinjani adalah morfologi kaldera dan kerucut gunungapi.
Morfologi kaldera berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80 derajat. Batuan
dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik. Morfologi kerucut gunungapi
menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu kerucut G.
Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan lereng
berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan batuan
dasarnya adalah jatuhan piroklastik. Sedangkan morfologi perbukitan tinggi dan
morfologi punggungan rendah-bergelombang masing-masing terletak di timur, barat
serta bagian lereng puncak komplek Rinjani dan lereng bawah komplek Rinjani.
Masing-masing morfologi kedua terakhir dicirikan dengan memiliki tebing yang terjal
dengan sudut lereng 30 – 80 dan sudut lereng kurang dari 30 derajat.
Berdasarkan catatan sejarah letusan, G. Rinjani memiliki 3 masa kegiatan,
yaitu kegiatan sebelum pembentukan kaldera (pra kaldera), masa pembentukan
kaldera dan masa sesudah pembentukan kaldera. Batuan yang dihasilkan pada
perioda Pra Kaldera didominasi oleh endapan lava yang tersebar hampir kesegala
arah, dengan pusat erupsinya berasal dari beberapa lokasi dari tua ke muda yaitu:
Produk G. Rinjani Tua, G. Kondo G. Sangkareang dan G. Rinjani. Batuan-batuan
tersebut tersebar dari baratlaut kaldera, lereng bagian selatan, ke arah utara dan
yang produk batuan yang lebih muda sebagian besar tersebar ke arah tenggara,
timur hingga timurlaut.
Batuan gunungapi pembentukan Kaldera
Produk kaldera merupakan hasil letusan paroksismal Gunung Rinjani Tua,
menghancurkan bagian puncak G. Rinjani Tua. Letusan tersebut menghasilkan
sebuah kaldera berbentuk ellip dengan diameter 2,4 x 4,8 km. Endapan yang
dihasilkan dari letusan yang dahsyat tersebut adalah endapan aliran piroklastik dan
jatuhan piroklastik. Batuan aliran piroklastik terendapkan ke arah selatan dan utara
merupakan endapan yang terluas dibandingkan hasil letusan yang lainnya, hal ini
dimungkinkan, karena letusan ini merupakan letusan yang sangat kuat. Penyusun
endapan batuan aliran piroklastik didominasi oleh fragmen batuapung, selain itu juga
6
terdapat fragmen litik dan scoria.. Endapan jatuhan piroklastik tersebar luas di
bagian puncak kaldera yang tersusun dari batuapung berukuran pasir sampai kerikil
serta litik, berwarna putih kotor, fragmen scoria umumnya berwarna abu kehitaman,
dibeberapa tempat dijumpai adanya perlapisan yang baik (graded bedding).
Batuan gunungapi Purna Kaldera
Setelah terbentuknya Kaldera Rinjani, kegiatan gunungapi berpindah ke
bagian dalam kaldera yaitu ke G. Barujari dan G. Rombongan. Kegiatan letusan di
dalam kaldera dimulai dengan pembentukan G. Barujari. Batuannya dicirikan
dengan lava yang masif, sebagian telah teralterasi berwarna kuning hingga merah
kecoklatan, secara umum berwarna abu-abu terang, bersifat basal, sebagian pada
permukaan dijumpai lava bloken dengan lubang-lubang bekas gas serta
permukaannya kasar. Kegiatan G. Barujari yang terakhir terjadi dalam tahun 1994
yang menghasilkan lava serta jatuhan piroklastik. Lava tersebar ke arah baratlaut
hampir menutupi G. Rombongan,sedangkan yang ke barat masuk kedalam danau
Segara Anak. Lavanya adalah lava bloken dengan permukaan yang kasar lubang
bekas gas.
Pembentukan G. Rombongan (G. Mas) terjadi pada tahun 1944 mengambil
tempat di kaki bagian baratlaut G. Barujari. Batuan umumnya tersusun dari endapan
lava yang tersebar ke bagian utara hingga barat.
Struktur Geologi
Van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa struktur pulau Lombok bagian
utara merupakan kelanjutan Zona Solo dari P. Jawa yang merupakan pembentukan
bagian puncak jalur geantiklin. Zona Solo ke bagian timur tersingkap di P. Lombok
bagian barat dengan basementnya tertutupi oleh intrusi plutonik, dan struktur ini
berakahir di P. Lombok. Blown (1974, dalam Nasution dkk, 1984) menafsirkan
bahwa struktur P. Lombok pada akhir Tersier atau awal Kuarter terdapat beberapa
struktur sesar yang arahnya bervariasi, sesar-sesar yang berarah baratdaya -
timurlaut, selatan baratdaya - utara timurlaut dan utara - selatan kemungkinan sesar
aktif bergerak sejak Tersier hingga Kuarter.
Berdasarkan hasil survey gaya berat regional, terdapat struktur sesar yang
berarah utara timurlaut - selatan baratdaya. Sedangkan berdasarkan hasil
7
penafsiran kelurusan pada citra landsat menunjukan arah kelurusan selatan
baratdaya - utara timurlaut.
GEOFISIKA
Pengamatan kegempaan G. Rinjani dilakukan secara menerus di Pos
Pengamatan yang berada di Sembaluan Lawang. Gempa yang terekam adalah
gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, tektonik lokal dan gempa tektonik jauh.
Hasil pengamatan kegempaan dari tahun 1998 hingga April 2011 disajikan dalam
grafik di bawah ini.
02468101214161820
Ju
mla
h G
em
pa
Gempa Vulkanik Dalam
0246810 Gempa Vulkanik Dangkal
0102030405060
Gempa Tektonik Jauh
1997-12-31
1998-12-31
1999-12-31
2000-12-31
2001-12-31
2002-12-31
2003-12-31
2004-12-31
2005-12-31
2006-12-31
2007-12-31
2008-12-31
2009-12-31
2010-12-31
02468101214
Gempa Tektonik Lokal
Kegempaan G. Rinjani dari tahun 1998 - 2010
GEOKIMIA
Hasil analisa batuan yang dilakukan terhadap batuan lava dari lava 1944
adalah basalt andesit dan basalt, sedangkan lava 1966 adalah berjenis basalt.
Analisa kimia yang dilakukan terhadap beberapa contoh batuan dari setiap produk
letusan adalah sebagai berikut :
Analisa kimia batuan G. Rinjani (Suyatna dan Hardjadinata).
U n s ur
Ki
m ia
Conto Batuan
8
Lava 1944
Lava G. Mas
Lava 1966
Lava G. Tenga
Lumpur Kokok Putih (Batusanek)
SiO2
Fe2O3
FeO
Al2O3
CaO
MgO
P2O5
MnO
K2O
TiO2
Na2O
SO3
H2O-
Hilang dibakar
51.65%
7.04
2.59
19.26
8.31
4.02
0.00
0.17
0.88
1.18
2.58
2.06
0.10
0.10
52.3%
4.86
2.87
19.77
8.71
4.32
0.00
0.17
0.83
1.20
2.75
1.92
0.13
0.13
52.60%
7.44
0.54
19.13
8.37
3.15
0.00
0.20
1.70
0.85
2.59
3.19
0.18
0.18
52.16%
7.70
1.40
19.51
8.68
3.29
0.00
0.20
1.48
0.90
2.61
1.91
0.20
0.20
4.83%
2.68
0.00
1.59
46.78
0.43
0.01
0.43
0.00
0.45
0.08
2.88
2.50
39.80
Tekstur batuan lava-lava G. Rinjani umumnya porfiritik dengan fenokris
plagioklas, piroksen dan olivin. Analisa kimia terhadap conto batuan yang tersebar di
bagian tubuh G. Rinjani, jumlah conto batuan yang dianalisa sebanyak 17 conto
batuan, maka hasil analisa kimia batuan menunjukan bahwa silika (SiO2) antara
48,95% - 56,86%, kandungan TiO2 kurang dari 1 (satu) %, hanya 2 conto yang
mempunyai harga 1,02% dan 1,04% ini adalah suatu fenomena bahwa lava G.
Rinjani terdapat pada busur kepulauan. Berdasarkan diagram Le Maitre 1989 (SiO2
terhadap K2O), komposisi batuan G. Rinjani umumnya basalt - basalt andesit.
Berdasarkan komposisi kimia, seri G. Rinjani termasuk ke dalam kerabat
Kalk-Alkalin yang unsur K-nya sangat tinggi. Komposisi umumnya berkisar antara
basaltis sampai andesitis. Dalam tabel berikut disajikan analisa kimia beberapa
sample lava dari nilai silica terendah hingga tertinggi.
Hasil Analisa Kimia ( Santosa I, 1994) beberapa conto batuan.
Unsur Ri-16 Ri-17 Ri-18 Ri-27
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
MnO
TiO2
P2O5
H2O-
48.95
18.82
9.80
8.78
4.91
4.54
1.33
0.15
0.89
0.31
0.26
52.62
18.65
8.63
7.76
5.08
3.74
1.91
0.13
1.02
0.31
0.06
53.37
17.48
8.93
7.33
5.35
3.93
1.79
0.13
0.85
0.30
0.03
56.86
17.54
7.60
6.69
3.65
3.85
1.96
0.13
0.78
0.42
0.06
9
HD
Jumlah
1.18
99.92
0.02
99.93
0.02
99.03
0.35
99.89
Evolusi magmatis berdasarkkan konsentrasi unsur utama produk G. Rinjani
terhadap kandungan SiO2 dan TiO2 menunjukkan fraksinasi kristal mineral-mineral
piroksen dan plagioklas, sedangkan korelasi negatif antara SiO2 terhadap unsur-
unsur Al2O3, Fe2O3, MgO dan CaO menunjukkan adanya dominasi fenokris dari
plagioklas, piroksen dan olivine.
Sifat
1951 Segara Anak
1961 Segara Anak
1967
1969
Permukaan
Kedalaman 25 m
Pintu air lapisan lava
Kokok Putih
Air Danau
Kokok Mata air panas
Putih Dekat danau
Segara Anak Kokok Putih
Kokok Putih Segara Anak
Sela Dara Sembalun Bumbung
G. Tenga Segara Anak
Kekeruhan Warna mg Pt/l Bau Rasa PH Sisa kering mg/l Sisa pijar mg/l Hilang dalam pemijaran Kesadahan Ca++ mg/l Mg mg/l SiO2 Zat anorganik mg/l KmnO4 CO bebas mg/l HCO3 mg/l CO3- mg/l Fe+++(putih) mg/l Fe++ mg/l Mn mg/l SO4= Cl- mg/l Pb++ dihitung sebagian mg/l K2+ Na+ (Na+) K+ mg/l Na Mg/l H2S mg/l
- - - -
7.9 3146 2474 672.0 - - - - - 600 - - - 0.3 - 1014.7 - - - - - - - 99.7
- - - -
8.0 3020 2406 614.0 - - - - - 580.9 - - - 0.3 - 976.9 - - - - - - - 9.4
- - - -
7.2 3528 2832 696.0 - - - - - 827.1 - - - 0.2 - 728.3 - - - - - - - 29.1
6.8 3796 2920 876.0 - - - - - 718.0 - - - 0.4 - 1218.6 - - - - - - - t.a
8 2828 2500 328.0 72.0 171.4 213.5 100.0 - - 561.2 t.a t.a t.a t.a 1013.9 492.0 - - 44.9 393.6 -
- - - -
7.5 3014 2724 290.0 68.0 250.0 150.9 150.0 - - 646.6 t.a 0.2 - t.a 987.1 600.0 - - - - 48.0 459.7 -
- - - -
2750 2454 296.0 62.0 178.5 153.1 100.0 - - 158.6 t.a - t.a 1154.4 484.0 - - 44.2 408.2
- - - -
7.5 3143 2474 672.0 68.0 250.0 150.9 150.0 - t.a - - - 0.3 t.a 1014.7 600.0 - - 48.0 459.7 -
Jernih 10 Tidak ada Tidak ada 7.4 3528 3000 328.0 64.4 192.8 162.3 76.0 5.9 163.8 694.0 0.0 0.15 - 0.5 1032.3 559.7 0.0 388.8 - - -
Jernih 20 Tidak ada Tidak ada 6.4 2280 1920 360.0 47.6 334.2 3.5 50.0 9.8 25.6 8.8 0.0 0.15 - 0.10 1110.4 163.6 0.0 279.5 - - -
Jernih 30 Tidak ada Tidak ada 7.0 3580 2000 980.0 84.6 201.3 244.8 58.0 4.2 471.0 653.8 0.0 3.60 - 0.00 1088.1 371.3 0.0 310.5 - - -
Hasil analisis conto batuan (aliran lava hasil letusan 2009)
Unsur utama (major elements)
Unsur (elements) Satuan (unit) Metode (method) Jumlah (value)
SiO2 % Gravimetri 53,38
10
TiO2 % Kolorimetri 1,46
Al2O3 % AAS 19,56
Fe2O3 % AAS 8,86
MnO % AAS 0,15
CaO % AAS 6,78
MgO % AAS 3,48
Na2O % AAS 2,61
K2O % AAS 1,75
LOI % Gravimetri 0,11
Unsur jarang (trace elements)
Unsur (elements) Satuan (unit) Metode (method) Jumlah (value)
Pb ppm AAS 52,0
Cu ppm AAS 59,0
Zn ppm AAS 149,6
Ag ppm AAS 1,0
Hasil penelitian tentang pemeriksaan air juga dilakukan pada tahun 1994.
Analisa Kimia Air G. Rinjani, Mei dan Oktober 1994
Unsur Kimia
Airpanas S. Kokok Putih
Air Danau Segara Anak
Airpanas Sprela
Mei Oktober Mei Oktober Mei Oktober
SiO2
Ca
Mg
Na
K
Mn
SO4
H2S
NH3
Cl(-) HCO3 (-) B
Suhu
pH
119,10
191,00
184,00
320,25
51,60
0,00
648,50
9,25
1,44
1.552,00
628,58
1,07
45,6
6,67
120,20
180,80
172,00
330,20
60,25
0,00
630,50
12,25
2,02
1.425,00
520,23
1,05
43,24
6,82
139,83
209,00
232,00
213,50
54,00
0,26
970,50
6,94
1,74
296,00
806,83
0,00
14,60
6,58
142,25
211,00
240,00
215,50
59,25
0,43
982,50
7,24
1,62
283,00
812,00
0,00
16,8
6,52
129,23
119,00
355,30
299,50
46,00
0,00
724,00
6,94
1,64
1.334,00
450,33
0,89
40,73
6,34
128,32
121,23
342,36
310,50
50,50
0,00
716,00
8,82
1,84
1,223
432,50
0,69
39,50
6,65
Pengukuran suhu air dan pengambilan sample air dilakukan di pinggir danau
dan air panas di Kali Kalak dekat Segara Anak pada bulan Agustus 2007. Hasil
analisis kimia memperlihatkan bahwa kelompok kation yang memiliki konsentrasi
terbanyak adalah Sodium, sedangkan yang terkecil adalah Arsen dan ammonium.
Dari kelompok anion yang terbanyak adalah Sulphate dan sedangkan yang terkecil
adalah Flourida.
11
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Rinjani dibagi dalam tiga tingkat
kerawanan dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan
Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi
terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), kemungkinan base surge dan
atau gas beracun.
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kawasan rawan terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran lava,
kemungkinan base surge dan gas beracun.
b. Kawasan rawan terhadap lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, dan
kemungkinan hujan lumpur (panas).
Kawasan Rawan Bencana III digambarkan dalam peta dengan warna merah
tua solid (tegas) untuk kawasan rawan terhadap aliran massa dan lingkaran garis
putus-putus warna yang sama untuk kawasan rawan terhadap lontaran dan hujan
abu dengan radius 3 km dari pusat erupsi.
Kawasan Rawan Bencana II
1. Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur panas, dan
gas beracun,
2. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran
lava, dan gas beracun.
b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar), hujan abu
lebat, dan hujan lumpur (panas.
Kawasan Rawan Bencana II dalam peta digambarkan dalam warna pink solid
(tegas) untuk kawasan rawan terhadap aliran massa dan lingkaran garis putus-putus
dengan warna sama untuk kawasan rawan terhadap lontaran dan hujan abu (lebat)
dengan radius 5 km dari pusat erupsi.
12
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar,
tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Apabila letusan membesar, kawasan ini
berpotensi terlanda hujan abu, dan kemungkinan lontaran batu (pijar).
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa lahar. Kawasan ini
terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai, terutama yang berhulu di
daerah puncak.
b. Kawasan rawan terhadap material jatuhan berupa hujan abu tanpa memerhatikan
arah tiupan angin.
Kawasan Rawan Bencana I terhadap hujan abu mencapai jarak 8 km dari
pusat erupsi. Kawasan Rawan Bencana I terhadap aliran massa dalam peta
digambarkan dengan warna kuning solid (tegas), sedangkan terhadap lontaran dan
hujan abu digambarkan dalam bentuk lingkaran putus-putus berwarna sama dengan
radius 8 km dari pusat erupsi.
13
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Rinjani
14
DAFTAR PUSTAKA
Foden, J.D and R. Varne, The Geochemistry and Petrology of the basal - andesitic -
dacite suite from Rinjani Volcano, Lombok. Proc. Of the CCOP - IOC
SEATAR The geology and Tectonic of Eastern Indonesia, 1981 : 115 - 134.
Hendrasto M, dkk, 1992, Laporan Kegiatan Pemetaan Geologi Komplek Rinjani,
Lombok, Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.
Imam Santosa, Iman KS (1994), Laporan Penyelidikan Petrokomia G. Rinjani, Bulan
Juni 1994, No. 85/DV/94, Direktorat Vulkanologi.
Iing Kusnadi, dkk, 1994, Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G.
Rinjani, Juni - September 1994, No. 67/DV/1994, Direktorat Vulkanologi.
Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi
Nasution A., dkk, 1984, Geologi Panas Bumi Daerah Sembalun, Lombok Timur,
NTB, Sub Dit. Panas Bumi, Direktorat Vulkanologi.
Ruska Hadian (1995), Laporan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi G.
Rinjani, P. Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bulan Juni 1995, No.
17/DV/96, Direktorat Vulkanologi
Suparto S, 1981, Seismologi Gunungapi, Direktorat Vulkanologi.
Priatna, dkk, 1994, Laporan Penyelidikan Kimia Gas dan Air G. Rinjani
Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.