4. pembahasan 4.1 proses produksi 4.1.1 proses ......awal dan tidak bergeser atau bahkan tercecer...
TRANSCRIPT
35 Universitas Kristen Petra
4. PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi
4.1.1 Proses Produksi pada Departemen Rotogravure
Produk A diproduksi pada departemen rotogravure. Proses produksinya
adalah sebagai berikut:
1. Printing atau cetak
Mesin printing yang digunakan adalah satu buah mesin yang terdiri dari
berbagai macam unit di dalamnya. Kertas sebagai raw material yang digunakan
berupa gulungan kertas. Hasil keluarannya berupa kepingan finished good. Proses
produksinya jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan proses produksi pada
departemen offset. Mesin yang digunakan pada departemen rotogravure ini akan
menggabungkan beberapa mesin pada departemen offset. Mesin ini dioperasikan
oleh general control panel yang berfungsi sebagai pemantau dan pengontrol
semua unit secara umum.
Bagian-bagian dari mesin printing ini antara lain:
a. Unwinder unit
Unwinder unit merupakan bagian yang berfungsi untuk menyuplai kertas
(yang berupa gulungan atau roll) untuk proses printing terus menerus tanpa henti
Pada unit ini terdapat feeston unit yang berfungsi untuk menyuplai kertas ke
proses cetak saat proses splicing berlangsung, sehingga tidak terjadi berhentinya
proses produksi.
Pada unwinder unit terdapat dua bagian utama yaitu: core shaft dan
pengangkut rol kertas. Core shaft berfungsi sebagai tempat meletakkan rol kertas
yang akan digunakan untuk produksi. Pengangkut rol kertas digunakan untuk
memindahkan dan menempatkan rol kertas yang sudah dipasang core shaft pada
unwinder unit.
b. Infeed unit
Infeed unit merupakan bagian yang berfungsi untuk mengatur kelurusan
(alignment) dan tegangan (tension) kertas sebelum masuk ke printing unit. Alat
untuk mengatur kelurusan dan tension disebut web guide. Bagian dalamnya
36 Universitas Kristen Petra
terdapat web cleaner yang berfungsi untuk menghisap debu yang menempel pada
kertas.
c. Printing unit
Printing unit merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses cetak sesuai dengan gambar yang ada pada silinder dan
warna yang telah ditentukan. Printing unit terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
inking unit, pompa dan filter, silinder, troli (mounting table), doctor blade, nozzle,
impression roller, dan dryer, chilling roller.
Mesin yang digunakan untuk memproduksi produk A mempunyai sistem
pengering hasil cetakan yang terletak pada setiap printing unit. Proses
pengeringan ini menggunakan media panas yang berasal dari boiler. Besarnya
suhu dryer adalah 400C – 600C.
d. Outfeed unit
Bagian outfeed unit merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat
keluaran hasil printing. Bagian-bagian dari outfeed unit ini antara lain:
• Bagian creasing: bagian ini berfungsi untuk membuat tekukan/lipatan
(crease) pada hasil cetakan. Creasing roller diletakkan diatas kertas agar
bagian yang menonjol dari roller yang disebut creasing knives. Creasing
knives ini menekan kertas agar terjadi tekukan. Pada bagian ini juga terdapat
decurler roller.
• Decurler roller: bagian ini berfungsi untuk meluruskan kertas dari
kelengkungan. Decurler roller ini berbentuk roller kecil yang terletak di atas
dan dibawah kertas.
• Bagian cutting: bagian cutting dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian cutting
searah dengan laju kertas dan bagian cutting tegak lurus dengan laju kertas
(transversal). Kedua bagian cutting ini menggunakan roller sebagai alat
pemotongnya. Selain itu terdapat pula web guide, alat pemeriksa kecacatan
visual, counter sheet, dan penghisap edges waste. Pada bagian ini terdapat
pula scanner head untuk memeriksa tanda register pada kertas.
• Alat pemeriksa kecacatan visual: alat pemeriksa kecacatan visual dibagi
menjadi dua bagian, yaitu: kamera strobo dan monitor yang menampilkan
hasil pemeriksaan.
37 Universitas Kristen Petra
• Bagian delivery: bagian ini adalah bagian yang berfungsi sebagai pembawa
keping kertas yang telah selesai diproses. Operator proses printing akan selalu
melakukan inspeksi terhadap hasil cetak, operator akan mengambil hasil cetak
ini setiap 15 menit untuk dicocokkan dengan standard colour range hasil
printing.
2. Cacthing
Catching merupakan proses penangkapan hasil cetak yang keluar dari
delivery unit. Operator catching dinamakan catcher. Operator akan menangkap
hasil cetak setiap 1000 keping. Operator catching juga akan memeriksa hasil cetak
yang ada.
3. Bundling
Bundling merupakan proses pemberian kertas bundle untuk setiap 1000
keping hasil cetak. Setiap 1000 keping hasil cetak ini akan disebut sebagai satu
bundle.
4. Potong Pingul
Potong pingul merupakan proses pemotongan pada bagian ujung-ujung
salah satu sisi hasil cetak. Potongannya berbentuk diagonal. Tujuannnya adalah
untuk mempermudah pengemasan produk, sehingga pada saat pengemasan pada
bagian tersebut tidak terlihat tebal dan menumpuk. Gambar 4.1. akan
menunjukkan gambar hasil cetak yang dipotong pingul. Bagian segitiga kecil
yang berwarna lebih gelap dan diarsir merupakan bagian yang dipotong.
Gambar 4.1. Gambar hasil potong pingul
38 Universitas Kristen Petra
5. Palletizing
Palletizing merupakan proses peletakan hasil cetak pada sebuah pallet
finished goods. Satu pallet untuk produk A berisi 480000 keping finished goods.
6. Packing
Setelah satu pallet finished good telah terkumpul, pallet tersebut akan
diproses packing. Proses packing ini antara lain pemberian karton box pada
bagian atas pallet kemudian pallet tersebut akan diikat dengan menggunakan
stripping band.
7. Wrapping
Wrapping merupakan proses pembungkusan atau pembalutan pallet
tersebut dengan plastik wrap. Tujuan dari proses wrapping ini agar finished good
tetap terjaga kebersihannya, mencegah produk cacat, dan apabila pallet-pallet ini
ditumpuk pada warehouse, finished good di dalamnya akan tetap pada kondisi
awal dan tidak bergeser atau bahkan tercecer apabila dilakukan proses
pengangkutan, pemindahan, dan lain-lain.
4.1.2 Proses Produksi pada Departemen Offset
Offset adalah teknik cetak yang banyak digunakan, di mana image
bertinta dipindahkan terlebih dahulu dari plate ke blanket, kemudian ke
permukaan yang akan dicetak. Ketika dikombinasikan dengan proses litografi,
yang berdasarkan pada sifat air dan minyak yang tidak bercampur, maka area
plate yang memiliki image akan mengambil tinta dari ink roller, sementara area
plate yang nonimage akan menarik air, menyebabkan area yang nonimage
menjadi bebas tinta.
Keuntungan dengan menggunakan sistem cetak offset adalah hasil
cetakan berkualitas tinggi, waktu persiapan dan setting mesin yang lebih cepat
dibandingkan mesin yang digunakan dalam departemen rotogravure,
menggunakan tinta yang water based, biaya produksi yang lebih murah
dibandingkan rotogravure karena printing plate lebih murah dari pada silinder
dalam rotogravure.
Kerugian menggunakan sistem cetak offset ini adalah color range yang
kurang konsisten, offline printing dan converting line, yaitu proses printing ini
39 Universitas Kristen Petra
berjalan sendiri-sendiri dengan proses yang lainnya dan untuk memberi lipatan
pada hasil cetak, maupun potong masih harus diproses lebih lanjut.
Produk B merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh departemen
offset dengan permintaan terbanyak, proses produksinya adalah:
1. Potong blangko
Proses ini bertujuan untuk memotong bahan baku kertas, agar sesuai
dengan format cetak yang dinginkan.
2. Cetak
Proses cetak merupakan proses transfer image yang ada pada plate ke
kertas yang dimasukkan sebagai input. Beberapa bagian yang terdapat dalam
mesin cetak antara lain:
a. Feeder, merupakan tempat tumpukan kertas atau bahan material ditempatkan
pada pallet dan dimasukkan ke feed register. Selama proses produksi pada unit
fedder dapat dilakukan pergantian tumpukan kertas secara manual tanpa harus
menghentikan mesin, untuk melakukan proses tersebut operator harus
menggunakan alat bantuan.
b. Printing unit, merupakan tempat penempatan silinder pada mesin cetak offset.
Pada unit ini proses utama dari printing terjadi, yaitu proses pemindahan
image dari plate ke kertas. Mesin offset memiliki empat jenis silinder yang
berbeda yang umumnya digunakan dalam mesin cetak offset.
c. Delivery unit, membentuk tumpukan dari lembaran kertas yang sudah
diproses. Lembaran kertas akan bergerak ke arah gripper opening, suction disk
melakukan kontak dengan lembaran kertas, sehingga akan memperlambat
bagian belakang dari lembaran kertas. Gripper opening akan membuka dan
lembaran kertas tersebut dilepas dan terjatuh pada tumpukan pile yang telah
disusun pada delivery unit. Tumpukan kertas tersebut diratakan dari arah
samping, depan, dan belakang dengan jogger.
Proses yang terjadi dalam mesin cetak ini antara lain material yang akan
diproses ditempatkan pada feeder. Pada feeder dengan bantuan suction head,
kertas akan dihisap dan ditransfer ke feed register. Pada feed register, dengan
menggunakan sistem mekanisme konveyor, operator dapat melakukan
penyesuaian terakhir pada register kertas agar diperoleh posisi yang tepat sebelum
40 Universitas Kristen Petra
dimasukkan ke printing unit. Pada printing unit, kertas akan melalui silinder
blanket, kemudian printing plate mentransfer image ke silinder blanket. Silinder
tetap berlanjut berputar, sedangan silinder impresion menahan silinder blanket
ketika kertas dimasukkan melalui mesin cetak dan image ditransfer dari blanket ke
kertas. Pengaturan konfigurasi silinder menggabungkan silinder delivery sebagai
silinder keempat yang tergabung dengan rangkaian mekanisme delivery.
Rangkaian delivery memungkinkan penempatan kertas dengan kecepatan tinggi ke
dalam tempat penyimapnan delivery pada sisi output dari mesin cetak.
3. Rit (Die cutting)
Die cutting merupakan proses untuk pembentukan lipatan (rit) pada
media cetak. Prinsip kerja die cutting ini adalah media cetak diletakan diantara
alat pembentuk lipatan dengan meja. Alat untuk membentuk lipatan ini adalah
kawat.
4. Potong keping
Pada proses ini hasil cetakan akan dipotong keping seusai dengan format
ukuran yang dinginkan.
5. Sortir
Sortir merupakan kegiatan yang digunakan untuk memisahkan antara
hasil cetak yang baik dan hasil cetak yang jelek yang tidak sesuai dengan standar
yang ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk produk-produk pada
departemen offset ini adalah warna hasil cetak, cacat bintik, penampilan, register
hasil cetak, penampilan, dan kualitas creasing.
6. Packing
Proses packing terdiri dari pemberian karton box pada bagian atas pallet
kemudian pallet tersebut akan diikat dengan menggunakan stripping band.
7. Wrapping
Proses wrapping merupakan proses pembungkusan pallet dengan plastic
wrap dengan mesin stretch wrapping.
41 Universitas Kristen Petra
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Contoh Pengolahan Data Waktu Baku
Pengambilan data waktu menggunakan teknik pengukuran secara
langsung dengan metode jam henti (stop watch time study). Data-data waktu hasil
pengukuran pengerjaan pada tiap proses selanjutnya menjalani tiga tahap
pengujian, yaitu uji kenormalan data, uji keseragaman data, dan uji kecukupan
data. Jika data tidak lolos uji kenormalan maka harus dilakukan pengambilan data
kembali, sebaliknya jika data telah lolos uji kenormalan selanjutnya dilakukan uji
keseragaman data. Uji keseragaman ini dilakukan dengan menggunakan peta
kendali. Data yang tidak lolos uji keseragaman (data keluar dari batas kendali)
harus dibuang, dan dilakukan uji kenormalan dan keseragaman kembali setelah
pembuangan data tersebut. Sebaliknya jika semua data telah lolos uji
keseragaman, selanjutnya dilakukan uji kecukupan data. Jika data tidak cukup,
dilakukan pengambilan data tambahan, jika telah lolos uji kecukupan maka data-
data yang ada dapat diolah lebih lanjut untuk menghitung waktu baku.
Berikut ini adalah contoh langkah-langkah perhitungan waktu baku untuk
proses catching.
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengambilan Data Waktu Catching
Data ke-
Xi (detik)
Data ke-
Xi (detik)
Data ke-
Xi (detik)
Data ke-
Xi (detik)
Data ke-
Xi (detik)
1 12,43 11 20,09 21 12,83 31 15,73 41 10,74 2 14,87 12 14,21 22 17,97 32 20,14 42 16,8 3 12,65 13 11,78 23 15,36 33 15,98 43 15,14 4 15,32 14 17,54 24 17,71 34 11,58 44 14,21 5 14,72 15 13,87 25 13,19 35 12,65 45 12,28 6 15,49 16 12,41 26 19,23 36 16,58 46 19,45 7 13,31 17 13,62 27 13,48 37 11,94 47 11,46 8 16,98 18 19,5 28 14,25 38 18,41 48 15,48 9 15,63 19 20,28 29 14,57 39 17,3 49 13,57 10 13,49 20 15,82 30 12,35 40 14,28 50 12,99
• Uji kenormalan data
H0 = Data berdistribusi normal
42 Universitas Kristen Petra
H1 = Data tidak berdistribusi normal
α = 0,05
Berikut merupakan hasil pengolahan uji kenormalan dengan
menggunakan software Minitab.
catcher
Perc
ent
22201816141210
99
95
80
50
20
5
1
Mean
>0.150
15.03StDev 2.551N 50KS 0.096P-Value
Probability Plot of catcherNormal
Gambar 4.2. Hasil uji kenormalan data proses cathcing
Grafik di atas menunjukkan garis lurus berwarna biru menggambarkan
keadaan ideal dari data yang berdistribusi normal. Sedangkan titik-titik
menunjukkan data yang diuji berada di sekitar garis tersebut. Diketahui P-Value >
α, dimana α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa gagal tolak H0 yang berarti
data berdistribusi normal.
• Uji keseragaman data
Observation
Indi
vidu
al V
alue
464136312621161161
22
20
18
16
14
12
10
_X=15.03
+2SL=20.75
-2SL=9.31
I Chart of catcher
Gambar 4.3. Hasil uji keseragaman proses cathcing
43 Universitas Kristen Petra
Individual chart di atas menunjukkan bahwa keseluruhan data berada di
dalam batas kendali, sehingga dapat dikatakan bahwa data telah lolos uji
keseragaman.
• Uji kecukupan data
Untuk N ≥ 30, digunakan rumus:
N’ = ( )
2222/ N
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛ −
∑∑∑
i
iia
X
XXk
Z
dengan:
s = 2,55
k = 0,05
x = 15,03
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh nilai N’ =
43,34826. Nilai N adalah 50 dan N > N’, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
data yang diambil telah mencukupi.
• Perhitungan waktu standar
nxi
Ws ∑=
= 15,03 detik
• Penentuan performance rating
Tabel 4.2. Tabel Performance Rating Operator Catching
Performance rating Keterangan Kode Nilai Skill Average C2 0,03
Effort Average C2 0 Condition Average D 0
Consistency Average D 0 Total 0,03
Performance rating (p) = 1 + 0,03 = 1,03
• Perhitungan waktu normal
44 Universitas Kristen Petra
Wn = Ws × p
= 15,03 × 1,03
= 15,48 detik
• Penentuan allowance
Tabel 4.3. Tabel Allowance Operator Catching
Allowance Keterangan Nilai (%)
Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0 Sikap kerja Duduk 0 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 1 Keadaan temperatur Normal 2 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Cukup Bising 3 Personal need 0,5 Unavoidable delay 0,5
Allowance 9
• Perhitungan waktu baku
Wb = Wn × ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
− allowance%100%100
= 15,48 × ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
− %9%100%100
= 17,01 detik
Data waktu semua proses produksi telah mengalami semua tahap
perhitungan seperti contoh di atas. Hasil perhitungan keseluruhan waktu baku
dapat dilihat pada lampiran.
4.2.2 Pengolahan Cycle Time
Perhitungan cycle time untuk proses yang dijalankan oleh mesin
menggunakan design speed. Berikut merupakan waktu pemrosesan dan cycle time
untuk proses pemrosesan dengan mesin.
45 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Tabel Waktu Proses dan Cycle Time Pemrosesan dengan Mesin
Proses Design speed Waktu
pemrosesan (detik)
Cycle time untuk 1 pallet finished
good (detik) Cetak
rotogravure 150 m/hour 32 5520
Cetak offset 7500 sheet/hour 4800 9380,57 Rit 5402,82 sheet/hour 6663,19 6510,89
4.2.3 Pengolahan Data Inventory
4.2.3.1 Contoh Pengolahan Data Inventory
Rumus yang telah disepakati oleh pihak perusahaan untuk menghitung
inventory level adalah sebagai berikut:
Average inventory level (AIL) = nconsumptioaverage
ASL_
Average stock level (ASL) = n
nwaktuselamastocktotal ____
Average consumption = n
masuktotalakhirstockawalstock ___ +−
Berikut merupakan contoh pengolahan data inventory untuk staging area
finished good.
Tabel 4.5. Tabel Data Stock Staging Area Finished Good A
Tanggal Shift
Stock awal shift
Jumlah masuk
Jumlah masuk/shift Keluar
Stock akhir shift
2-Nov 1 0
13 3 0 3
2 3 5 4 4
46 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5. Tabel Data Stock Staging Area Finished Good A (sambungan)
Tanggal Shift
Stock awal shift
Jumlah masuk
Jumlah masuk/shift Keluar
Stock akhir shift
3-Nov
1 7 14
5 11 1 2 1 4 3 2
4-Nov 1 8
14 4 8 4
2 4 5 6 3
5-Nov 1 9
14 5 10 4
2 4 4 4 4
6-Nov 1 9
12 3 9 3
2 3 5 5 3
9-Nov 1 6
13 4 8 2
2 2 4 3 3
10-Nov 1 5
13 4 7 2
2 2 5 3 4
11-Nov 1 7
13 6 9 4
2 4 5 6 3
12-Nov 1 6
13 5 10 1
2 1 5 3 3
Perhitungan ASL, average consumption, dan AIL adalah sebagai berikut.
• Average stock level (ASL) = 4,5 pallet
• Average consumption = 4,33 pallet/shift
• Average inventory level (AIL) = 1,04 shift
4.2.3.2 Hasil Pengolahan Data Inventory untuk Departemen Rotogravure
Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil pengolahan data inventory
pada masing-masing area mulai dari warehouse raw material sampai dengan
warehouse finished good.
Tabel 4.6. Tabel Rekapitulasi Inventory Level untuk Departemen Rotogravure
Jenis Inventory Average Stock Level
Average Consumption
Average Inventory
Level Inventory raw material di warehouse primary 666 roll 10,85 roll/hari 61,4 hari
47 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6. Tabel Rekapitulasi Inventory Level untuk Departemen Rotogravure
(sambungan)
Jenis Inventory Average Stock Level
Average Consumption
Average Inventory
Level Inventory raw material di area produksi 1,27 roll 7,04 roll/shift 1,6 shift
Inventory raw material di belakang mesin 2 roll 1 roll/jam 2 jam
WIP catching 4000 keping 117,58 keping/detik 34,02 detik
WIP potong pingul 162 bundle 283,3 keping/detik
9 menit 31,32 detik
WIP Palletizing 1/2 pallet 10 menit 32,58/pallet
5 menit 16,29 detik
Inventory di staging area 4,5 pallet 4,33 pallet/shift 1,04 shift Inventory finished good di warehouse primary
190.950.000 keping
119.942.000 keping/bulan 47,76 hari
4.2.3.3 Hasil Pengolahan Data Inventory untuk Departemen Offset
Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil pengolahan data inventory
pada masing-masing area mulai dari warehouse raw material sampai dengan
warehouse finished good. Data stock untuk masing-masing inventory dapat dilihat
pada lampiran.
Tabel 4.7. Tabel Rekapitulasi Inventory Level untuk Departemen Offset
Jenis Inventory Average Stock Level
Average Consumption
Average Inventory
Level Inventory raw material di warehouse primary 12.280 rim 174,7 rim/hari 70,29 hari
Inventory raw material di area produksi 307,9 rim 91,8 rim 3,35 shift
Inventory mesin cetak 28.100 lembar 42560 lembar/shift 0,66 shift
WIP rit 86.450 lembar 4228 lembar/shift 2,05 shift Inventory mesin rit 20.000 lembar 4228 lembar/shift 0,47 shift
WIP potong keping 62.643 lembar 34175,77 lembar/shift 1,833 shift
48 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7. Tabel Rekapitulasi Inventory Level untuk Departemen Offset
(sambungan)
Jenis Inventory Average Stock Level
Average Consumption
Average Inventory
Level
Inventory mesin potong 10.000 lembar 34175,77 lembar/shift 0,293 shift
WIP sortir 5.499.770 keping
2.125.350 keping/hari 2,588 hari
Inventory sortir 60.000 keping 2.125.350 keping/hari 0,028 hari
WIP QC sampling 1 pallet 93,71 pallet/detik 93,71 detik Inventory di staging area 2,43 pallet 2,71 pallet/shift 0,895 shift Inventory finished good di warehouse primary
110.595.724 keping
119.942.000 keping/bulan 47,76 hari
49 Universitas Kristen Petra
4.3 Peta Proses Operasi (OPC)
4.3.1 OPC Produk A pada Departemen Rotogravure
O – 1I - 1
O – 2I - 2
O - 3
Printing
Catching
Bundling
Potong pingul
Palletizing
O - 4
O - 7
O - 5
O - 6 Packing
Wrapping
QC sampling finished good
Tinta, solvent, kertas, medium
Kertas untuk pem-bundle
Pallet kayu, karton, kertas, plastik
Karton box, stripping band
Plastik wrap
PETA PROSES OPERASI
Nama Proyek : Proses produksi produk A pada departemen RotogravureNomor peta : OPC/001/2009Dipetakan oleh : Ellen Yulianita LimmanTanggal dipetakan : 10 Oktober 2009
Storage
Aktivitas Jumlah Waktu
Operasi
Inspeksi
7
3
I - 3
1 jam 32 menit
68 menit 2,4 detik
63 menit 7,2 detik
28 menit 12,8 detik
10 menit 53,44 detik
3 menit 7,42 detik
1 menit28,16 detik
15 menit
2 jam 55 menit2,4 detik
4 jam 26 menit51,42 detik
Gambar 4.4. OPC produk A
50 Universitas Kristen Petra
4.3.2 OPC Produk B pada Departemen Offset
O – 1I - 1
O – 2I - 2
O - 3
Potong blangko
Cetak
Rit
Potong keping
Sortir
O - 4
O - 7
O - 5
O - 6 Packing
Wrapping
QC sampling finished good
Kertas
Tinta, spray powder
Pallet kayu, karton, kertas, plastik, lem, penyaput lem,
kertas pem-bundle
Karton box, stripping band
Plastik wrap
PETA PROSES OPERASI
Nama Proyek : Proses produksi produk B pada departemen OffsetNomor peta : OPC/002/2009Dipetakan oleh : Ellen Yulianita LimmanTanggal dipetakan : 10 Oktober 2009
Storage
Aktivitas Jumlah Waktu
Operasi
Inspeksi
7
6
I - 3
60 menit 29,39 detik
2 jam 36 menit20,57 detik
1 jam 48 menit30,89 detik
2 jam 43 menit 50 detik
2 jam 28 menit23,97 menit
15 menit
3 menit 7,42 detik
1 menit28,16 detik
10 jam 42 menit10,4 detik
10 jam 52 menit34,82 detik
Gambar 4.5. OPC produk B
51 Universitas Kristen Petra
4.4 Current State Value Stream Mapping
4.4.1 Value Stream Mapping Produk A pada Departemen Rotogravure Demand Planning
PT Y
PPC PT X
Production
DIM Planning PT X
Supplier for paper
I
Warehouse Raw Material(Primary/X2)
1 operator+2 helper
Printing
2 + ½ operator
Catching
2 + ½ + ½ operator
Bundling
1 operator
Potong Pingul
2 operator
Packing
1 operator
Wrapping
P/T = 32 sec
Design speed= 150 m / min
C/T = 0.0115 sec/pc
Uptime = 83.51 %
C/O = 5 hours
P/T = 17.01 sec /1000
pcs
C/T = 8.505 sec/1000
pcs
P/T = 15.78 sec /
1000 pcs
C/T = 7.89 sec/1000
pcs
P/T = 21.16 sec / 6 x
1000 pieces
C/T = 3.53 sec/ 1000
pcs
P/T = 3 min 7.42 sec/
pallet
P/T =
1 min 26.46 sec/pallet
Customer(small plant)
I
Warehouse Finished Good
(primary)
Schedule produksi3 monthly forecastMonthly fix order
order
BMKBBPDPB BPBJ
Sales order
Delivery schedule
I
Productionarea
WO +DKB Schedule Produksi
Monthly & Weekly
AAAA A A
monitoring
A
I
Staging Area
1 orang
QC sampling –Finish product
32 sec 17.01 sec 15.78 sec 21.16 sec 3 min 7.42 sec 1 min 28.16 sec
I
WIPPotongpingul
Stock level raw material
I
WarehouseY1
1 orang
QC sampling - in process printing
1 hour 32 min 68 min 2.4 sec 63 min 7.2 sec 28 min 12.8 sec 3 min 7.42 sec 1 min 28.16 sec9 min
31.32 sec +11 min
- Crease MD & CDfreq all up no / day
- Visual evaluations of colors freq all up no / 2 hours
- Total faultfreq all up / 2 hours
Variables:GrammageThicknessFlatnessStatic & kinetic coeff of frictionGloss 60%Crease MD & CD recovery 90'Evaluation of colors
Attributes:Abrasion resistanceFiber directionHeat sealing resistanceResidual solventsEAN code readabilityExecution according to GTPDimension acc to film
1 day
30 min + 8.25 sec
61.4 days 93.71 sec15.20 sec
For Plant : 47.76 days
For TPO : 45.76 days
1 shift2 hours15.20 sec
HandlingMove material
from X1 to production area1 min 1.92 sec/
2 rollTotal time for 18
roll = 9 min 17.28 sec
Inventory paper @ production areaASL = 11.27 rollAIL = 1.6 shift
Set paper at unwinder unit =7
min 25.37 sec
HandlingMove material from Primary to loading
dock Primary2 min 35.79 sec/ 3
roll
9 min17.28 sec
7 min 25.37 sec
Inventory Finished good ASL= 190,950,000 pcs
AIL = 1.592 month(reff : stock level per month)
Inventory 43.83 days(reff : sampling data shipment
and production time)
HandlingFrom staging area to outside area
= stacker = 28.88 sec / palletFrom outside staging area to
primary warehouse = diesel forklift = 1 min 24.80 sec / 2 pallet
Inventory Staging area
ASL = 4.67 palletAIL = 1.091 shift(reff : pencatatan
inventory)
Handlingwrapping –
staging = handlift = 1 min 7.62 sec
44.38 sec
HandlingPacking - wrapping = handlift = 44.38 sec
Handling Palletizing – packing
= handlift= 15.20 sec
- WIP QC samplingASL = ½ palletAIL = 93.71 sec(every 2 hours)
5.39 sec1 hour
- arrange every 6 bundle= 5.39 sec
(7 min 11.2 sec for 1 pallet)
WIP potong pingulASL = 162 bundleAIL = 9 min 31.32 min
Handling every 6 bundle = 4.45 sec
(5 min 56 sec for 1 pallet)- arrange every 6 bundle
= 3.80 sec(5 min 4 sec for 1 pallet)
Handling catcher – bundling = 1 sec/
bundle
WIP catcherASL = 4000 pcs AIL = 4/480* 68 min 2.4 sec = 34.02 sec
1 sec29.17 sec
44.38 sec7 min 11.2 sec5 min 16.29 sec
34.02 sec 8 min
Note: cycle time for 1 pallet
Unloading+stamping code
Customer( big plant)
order
Unloading paper2 min 16.35 sec/2 rollTotal time for 1 truck
(46 roll) = 52 min 16.05 sec
Note: actual processing time
Loading FG
I
Warehouse Ink & Solvent
I
Dispensing Room
FIFO
Supplier for ink and solvent
Release PO
I
Behind themachine
Outside staging
28.88sec
IWIP
catcher
52 min16.05 sec
25.75sec
Handling Move material
from Production area to behind the machine = 25.75
sec
1 min7.62sec
1 min24.8sec
42.4sec
24 hours
12 hour48 min
InventoryASL = 2 roll
ASL = 1 hour
1.04 shift1 hour
2 hour
Loading material for small plant’s
need
Loading material
For plant:Loading material (finished
good) to truck = 1 min 23.78 sec / 2 pallet
Average pallet = 6 pallet/route
Total time = 4 min 11.34 sec
For small plant:Loading FG to truck = 1 min 23.78 sec / 2 pallet
Truck maximum capacity =
28 palletTotal time for 28 pallet =
19 min 32.92 sec
66.5 days
Loading dock
Primary
Loading dock X1
I
WarehouseX1
Inventory Raw Material Warehouse
ASL = 666.31 rollAIL = 61.4 days
(reff: kartu stock gudang)
Inventory 66.5 days(reff : sampling data
incoming material and production time)
HandlingMove material from
loading dock Primary to loading
dock X11 min 48.10 sec/ 3
roll
HandlingMove material from loading dock X1 to
X11 min 37.39 sec/ 3
roll
25.75sec
10 min 32.58 sec
WIP PalletizingASL = 1/2 pallet
AIL = 5 min 16.29 sec
Waiting for 1 pallet full = 1 hour (actual time)
1 min7.62sec
For Plant : 43.83 days
For TPO : 41.83 days
Unloading FG
Loading other material
For big Plant’s need
For plant:4 min 11.34 sec
For TPO:19 min 32.92 sec
For TPO : 2 days
For TPO : 2 days
For big plant:Move material from Y1
to loading dock33.79/pallet
Total time for 9 pallet = 5 min 4.11 sec
Loading the other material to truck (glue,
etc)52.25 sec
Average other material = 9 pallet/route
Total time = 7 min 50.25 sec
For small plant:Unloading FG at Y1 =
55.02 sec / 2 palletTruck maximum
capacity =28 pallet
Total time for 28 pallet = 12 min 50.28 sec
7 min8.76sec
7 min8.76sec
For plant:12 min 54.36"
For TPO:12 min 50.28"
41.89 sec
For plant:86.04 secFor TPO:27.51 sec
For small plant:Move material from warehouse Y1 to
loading dock33.79/pallet
Total time for 15 pallet = 8 min 26.85 sec
Loading all material for small plant’s need at
warehouse Y1 = 43.58 sec / pallet
Average = 15 pallet material / truck
Total time for 15 pallet = 10 min 53.7 sec
For TPO : 19 min 20.55 sec
For TPO : 77.37 sec
Shipment to small plant
Shipment to big Plant
10 min 32.58 sec
1 min44.31 sec
79.45sec
2 min35.79sec
1 min48.1sec
55.13 sec
1 min37.39sec
49.67sec
47.37sec
7 min 25.37 sec
4 hour 26 min51.41 sec
110 days 4 hours 7 min 1.51 sec
16 min54.97 sec
110 days 2 hours 54 min 6.51 sec
111 days 23 hours14 min 31.74 sec
110 days 4 hours 7 min 20.41 sec
Note:waiting for QC sampling 2 hours :
worst case
28.88sec
0.1682079938 %
0.0104966997 %
0.1682076608 %
0.0104905395 %
½ operator
Palletizing
I
WIPPalletizingl
P/T =10 min
32.58 sec
16 min54.97 sec
4 hour 26 min51.41 sec
Shipment to small plant
Shipment to big Plant
DIM Planning PT Y
WPP PO in the beginning of termPlant’s need every week
PO information
PO information
1 orang
QC incoming raw material
A
Gambar 4.6. Value stream mapping produk A pada departemen rotogravure
51
52 Universitas Kristen Petra
1. Pembuatan production planning dan work order
Demand Planning PT Y
WPP(Weekly
Production Planning)
1 orang
Converting WPP to pieces
P/T = 15 min via Excel
1 orang
Scheduling production plan
P/T = 60 min via Excel
(next 3 months)
P/T = 30 min via Excel
(weekly)
15 min 150 min
1 orang
Create WO
0.0020.063
15 min x 11 week
P/T = 5 min/WO
5 min
0.006
150 min x 11 week
5 min x 11 week
Staff PPC PT XSupervisor PPC PT X
Gambar 4.7. Detail value stream mapping pembuatan production planning dan
work order
PT X merupakan supplier dari PT Y dalam pembuatan kemasan produk
yang diproduksi oleh PT Y. Demand planning PT Y mendapatkan order
kebutuhan material dari bagian produksi PT Y. Demand planning PT Y kemudian
membuat sebuah planning produksi yang nantinya akan dikirim ke PT X dalam
bentuk Weekly Production Planning (WPP) melalui email setiap Jumat kepada
Production Planning Control (PPC) supaya kebutuhan kemasan produk PT Y
dapat dipenuhi. WPP yang didapat dari PT Y akan dikonversikan menjadi
production planning PT X dan disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan yang ada.
Sebelum melakukan penjadwalan produksi, pihak PPC juga akan
mengecek stock material tersebut melalui oracle yang dibuat oleh pihak
warehouse. Penjadwalan produksi untuk produk A yang diproduksi pada
departemen rotogravure cenderung mudah dilakukan karena mesin yang
digunakan memang hanya untuk memproduksi produk A saja. Tim PPC PT X
akan mengeluarkan work order (WO) dan daftar kebutuhan barang (DKB) yang
diberikan kepada bagian produksi PT X. Bagian produksi PT X akan
melaksanakan produksi berdasarkan WO tersebut.
53 Universitas Kristen Petra
2. Pemesanan raw material
Production Plan
Scheduling for next 3 months
1 orang
Plan the MRP
0,1751 orang
Confirm the supplier via e-mail
1 orang
Print & deliver PO scanned to supplier
P/T = 420 min P/T = 3 min/PO P/T = 5 min/PO
Admin DIM Planning
1 orang
Create PO in Oracle
P/T = 10 min/PO
DIM Planning PT X
PPC PT X
420 min
Ask for PO’s approval
Waiting confirmation from vendor (1-2 days)
Typing e-mail and send it via e-mail
5 min 2 days 5 min 1080 min 10 min
0,007 0,012 0,024
420 min x 11 week 3 min x 1
1 week5 min x 11 week
10 min x 11 day
Gambar 4.8. Detail value stream mapping pemesanan raw material
PPC PT X menjadwalkan produksi tidak hanya untuk satu minggu ke
depan, tetapi juga untuk rencana tiga bulan ke depan. Penjadwalan produksi untuk
tiga bulan ke depan ini akan diberikan kepada DIM Planning PT X yang akan
merencanakan pembelian material, mulai dari pemesanan hingga memastikan
jadwal kedatangan material tersebut.
Proses pembelian material yang diperlukan dilakukan dengan mem-
booking nomor Purchase Order (PO) pada intern DIM Planning PT Y melalui
Microsoft Access. DIM Planning juga akan mengkonfirmasi harga yang telah
disepakati oleh pihak procurement dan supplier, kesanggupan dari pihak supplier
untuk memproduksi kebutuhan material, dan jadwal pengiriman material. DIM
Planning mengirim Material Resource Planning (MRP) yang telah dibuat kepada
supplier melalui email supaya supplier yang bersangkutan juga dapat meramalkan
kebutuhan material di waktu mendatang. Waktu yang dibutuhkan oleh supplier
untuk memberikan konfirmasi kesanggupan adalah satu sampai dua hari.
Apabila supplier telah mengkonfirmasi, DIM Planning membuat PO
dengan Oracle, kemudian meminta approval dari manajer atau direktur (salah satu
dari manajer atau direktur yang ada di bawah departemen supply chain, antara lain
Manajer Supply Planning, Manajer Supply Chain Planning, Direktur Supply
Chain Management) sesuai dengan nominal dari PO tesebut. Setelah mendapat
approval, PO tersebut dicetak oleh admin DIM Planning dan ditandatangani oleh
54 Universitas Kristen Petra
DIM Planning. Admin akan mengirimkan PO jadi dalam bentuk softcopy ke
supplier melalui email dan mengirimkan PO dalam bentuk hardcopy setelah
terkumpul sejumlah PO untuk beberapa periode pemesanan.
3. Kedatangan material
PO yang telah dibuat oleh DIM Planning juga akan diinformasikan
kepada pihak warehouse raw material sehingga pihak warehouse dapat
mengetahuhi dan memperkirakan waktu kedatangan barang dan mempersiapkan
tempat penyimpanan material tersebut. Warehouse raw material yang dimiliki
oleh PT X antara lain primary warehouse yang juga merupakan warehouse
finished good, warehouse raw X1, dan warehouse raw X2.
Apabila truk yang mengangkut material dari supplier telah datang, maka
pihak warehouse akan memberitahu sopir truk dimana letak penyimpanan
material, sehingga truk akan parkir di depan loading dock warehouse yang
ditentukan. Truk yang digunakan oleh supplier material kertas produk A cukup
memudahkan pihak warehouse dalam melakukan bongkar muat material, karena
truk bisa tepat parkir pada loading dock warehouse. Lokasi penyimpanan material
kertas untuk produk A ini seharusnya ada pada warehouse primary atau
warehouse raw X2, tetapi kapasitas kedua warehouse ini sering kali tidak cukup,
sehingga material harus dipindahkan ke warehouse raw X1. Selain itu, lokasi
produksi untuk produk A berada di depan warehouse raw X1, sehingga kertas
harus diangkut menuju warehouse raw X1 yang memudahkan dalam melakukan
pengiriman kepada produksi.
Material kertas untuk produk A berupa roll atau gelondongan kertas,
sehingga dalam melakukan bongkar muat material digunkan clamp forklift.
Kapasitas pengangkutan forklift ini adalah dua roll kertas. Material diturunkan
dari truk, kemudian ada satu operator yang bertugas memberikan kode untuk
tanggal kedatangan material, dan gulungan kertas ditumpuk pada lokasi yang telah
disiapkan. Pembuatan produk A tidak hanya membutuhkan material kertas, tetapi
juga ada material lain, antara lain tinta yang akan disimpan di gudang tinta,
solvent yang akan digunakan pada gudang solvent.
55 Universitas Kristen Petra
Ketika material datang, bagian warehouse raw material tidak dapat
langsung memutuskan material tersebut dapat digunakan untuk produksi karena
material tersebut harus diinspeksi terlebih dahulu oleh pihak QA. QA yang akan
memberikan keputusan apakah material tersebut dapat digunakan untuk produksi
atau tidak. QA techinisian mengambil sample terlebih dahulu sesuai dengan
Reduced Inspection Incoming, yaitu sebanyak 5 layer untuk 3 roll untuk setiap
kedatangan material kertas, kurang lebih sepanjang 1,5 meter. Pengujian material
kertas dilakukan oleh seorang QA Technician bagian incoming paper. Umumnya
pada saat pengujian awal kertas ini, tidak ditemukan adanya kecacatan pada
kertas, tetapi kecacatan baru ditemui pada saat produksi dilakukan.
Apabila berbagai macam pengujian pada kertas telah dilakukan, pihak
QA akan menerbitkan QA passed label, yang berarti material telah lolos uji dan
boleh digunakan oleh pihak produksi. Material tersebut tidak akan langsung
digunakan, tetapi akan menjadi inventory terlebih dahulu selama jangka waktu
tertentu, kemudian akan dikirim ke bagian produksi apabila ada permintaan.
Setiap ada kedatangan barang dan juga pengiriman barang kepada pihak produksi,
pihak warehouse akan mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran barang pada
kartu stock gudang dan juga memasukkan ke dalam oracle, sehingga pihak PPC
juga dapat melihat stock untuk raw material tersebut.
4. Proses Produksi
Bagian produksi akan menerima WO dan DKB dari tim PPC PT X,
selanjutnya produksi juga akan membuat bon permintaan material kepada
warehouse. Bon tersebut adalah bukti minta keluar barang (BMKB) dan bukti
pengeluaran dan permintaan barang (BPDPB). Pihak warehouse kemudian akan
mengirimkan material ke area produksi sesuai yang diminta. Adanya bon
permintaan barang ini menunjukkan sistem pull. Untuk material kertas akan
dikirim dengan menggunakan forklift dari warehouse raw X1, sedangkan untuk
material tinta dan solvent akan dikirimkan dari gudang tinta dan gudang solvent ke
dispensing room. Solvent yang digunakan bukan merupakan solvent murni,
sehingga dilakukan pencampuran solvent dan dimasukkan ke dalam safety can.
Tinta dan solvent akan dikirim ke area produksi setelah bagian dispensing room
56 Universitas Kristen Petra
melihat kebutuhan tinta dan solvent untuk produksi hampir habis. Pihak
dispensing room akan mengecek secara berkala kebutuhan tinta dan solvent ini.
Pihak warehouse, sebisa mungkin akan mengeluarkan material secara FIFO. Pada
pembahasan value stream mapping ini, tinta dan solvent merupakan bahan
pendukung, dan bukan sebagai material carrier atau pembawa, sehingga untuk
tinta dan solvent tidak akan dibahas lebih lanjut.
Proses pertama untuk memproduksi produk A adalah printing atau cetak,
untuk itu kertas dari area produksi akan didekatkan di belakang mesin dan kertas
siap dipasang pada unwinder unit. Kertas yang berupa roll itu akan masuk ke
mesin dan akan keluar dari outfeed unit mesin dan ditangkap oleh operator cather.
Proses ini dinamakan cathing. Operator akan menangkap kertas setelah mesin
telah memproduksi 1000 pcs kertas. Hasil dari mesin cetak ini masih berupa
barang setengah jadi. Selanjutnya operator catcher akan memberikan 1000 pcs
kertas ini kepada operator di belakangnya untuk diproses bundling. Proses
selanjutnya adalah potong pingul. Operator potong pingul tidak akan langsung
melakukan proses potong. Operator potong pingul akan melakukan proses potong
setelah terkumpul sejumlah bundle kertas. Setelah dipotong pingul, produk yang
tersebut diletakkan dalam pallet. Setelah satu pallet telah terisi penuh, maka pallet
tersebut akan dibawa ke tempat packing, tetapi pallet tersebut tidak bisa langsung
diproses packing, karena harus menunggu stempel accept dari QA.
QA akan memastikan kualitas finished good. QA Technician akan
melakukan pengujian all up yang bertujuan untuk memastikan hasil produksi
sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen. Pengujian tersebut dilakukan
setiap dua jam sekali. Hal-hal yang dilakukan oleh QA Technician adalah
mengambil sample sebanyak 5 etiket dari tiap up (Mesin untuk memproduksi
produk A memiliki 4 up, sehingga total yang diambil adalah 20 pcs produk).
Sample tersebut satu per satu dicocokkan dengan Standard Colour Range. Lalu
dilakukan pemeriksaan creasing dari produk (tes lipatan kertas).
Setelah semua lolos, QA akan memberikan status accept pada pallet
tersebut dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya, yaitu packing, selanjutnya
akan dibawa ke area wrapping dan dilakukan proses wrapping.
57 Universitas Kristen Petra
Setelah seluruh proses telah selesai dilakukan, maka pallet finished good
akan dibawa ke staging area. Staging area ini merupakan tempat penyimpanan
sementara milik pihak finished good warehouse. Seluruh finished good dari
beberapa departemen yang ada pada PT X akan masuk ke staging area. Pihak
warehouse kemudian yang akan mengirim finished good tersebut sesuai dengan
jenis barang dan customer PT X. Finished good produk A akan disimpan pada
primary warehouse.
5. Permintaan finished good
DIM planning PT Y
PO
PPC PT X
Create sales order (oracle) in the
beginning of term
Warehouse
Plant’s needsevery week
Arrange delivery schedule
Truck vendor
Check the truck
PPC PT X
Convert the needs in pallet to pieces
Split the status order
(waiting shipping)
confirmation WarehouseCreate 1 Surat Jalan according to PO number
from PPC
Delivery schedule
5 min 2 hours
Waiting for information plant’s need for 1 week
(every Friday)
Waiting for confirmation from truck vendor
10 min / plant 30 min/PO
Waiting to be
created
Preparing shipment
for tomorrow
Warehouse
Shipment
Big Plant / Small Plant
Shipment according to
schedule
30 min x 1 1 day10 min x 1
1 week5 min x 1 1 week
2 hours x 1 1 week
5 min x 1 9 months
7 days 1 day1 day
Delivery schedule
Gambar 4.9. Detail value stream mapping permintaan finished good
PT X merupakan supplier kemasan untuk PT Y, oleh karena itu sistem
yang ada antara PT X dan PT Y masih merupakan sistem jual beli. DIM planning
PT Y akan mengirimkan PO (purchase order) untuk PT X. PO ini adalah untuk
kebutuhan plant PT X untuk beberapa periode tertentu. PPC PT X akan membuat
sales order melalui oracle terhadap pihak warehouse finished good. Sales order
ini dibuat pada awal periode saja.
PPC PT X akan diberi order material mingguan dari DIM Planning PT Y
yang mengurusi kebutuhan material untuk tiap plant kecil dan plant besar. Order
material itu berisi semua kebutuhan tiap plant (kemasan produk, lem, kertas
pembungkus bal, tambal bal, dan lain-lain) yang dikirim melalui email setiap hari
Jumat sore. Email tersebut dikirimkan kepada tim PPC, warehouse finished
goods, warehouse material PT Y, dan vendor PT X yang bertugas menyiapkan
58 Universitas Kristen Petra
truk untuk pengiriman barang, serta dikonfirmasikan kepada perwakilan tiap
plant. Email tersebut bertujuan agar semua pihak mendapatkan informasi dengan
jelas dan telah mempersiapkan kebutuhannya masing-masing.
Pihak warehouse akan membuat jadwal pengiriman untuk tiap plant,
jadwal tersebut dikonfirmasi lagi terhadap pihak vendor yang menyediakan jasa
truk untuk pengiriman barang. Apabila pihak vendor truk menyetujuinya, maka
jadwal pengiriman tersebut akan dikirim kepada pihak PPC PT X. PPC akan
mengubah kebutuhan material tersebut dari pallet menjadi pieces, kemudian
memecah dan mengubah status order menjadi waiting shipment berdasarkan
nomor PO yang ada. Pihak warehouse finished good kemudian membuat surat
jalan berdasarkan nomor PO yang dibuat oleh pihak PPC PT X.
6. Pengiriman finished good
Warehouse finished good untuk PT X antara lain warehouse primary
yang juga digunakan sebagai warehouse raw material, warehouse FG X2, dan
warehouse Y1 yang sebenarnya milik PT Y tetapi disewa oleh PT X untuk
meletakkan finished good milik PT X.
Jenis truk yang melakukan pengiriman adalah CBU-Wing Box dan
Tronton EX-RMT. Penjadwalan pengiriman disusun berdasarkan jumlah yang
dikirim, daerah yang membutuhkan, tingkat kebutuhan tiap daerah, dan kapasitas
truk.
Proses pengiriman finished goods dari warehouse finished good ke
seluruh plant baik plant besar maupun plant kecil adalah sebagai berikut:
• Finished good kebutuhan plant kecil untuk PT Y akan dikirim dari warehouse
primary ke warehouse Y1. Pengiriman dilakukan dua hari sebelum
pengiriman ke plant kecil dilakukan.
• Pengiriman ke plant kecil, truk langsung menuju ke warehouse Y1 untuk
mengambil seluruh kebutuhan plant kecil, yaitu finished goods PT X dan juga
mengambil material tambahan seperti lem, dan lain-lain di warehouse raw
material PT Y.
59 Universitas Kristen Petra
• Pengiriman ke plant besar, truk menuju ke warehouse primary untuk
mengambil finished goods, kemudian menuju ke LTS untuk mengambil
material tambahan lain.
60 Universitas Kristen Petra
4.4.2 Value Stream Mapping Produk B pada Departemen Offset
Demand Planning
PT Y
PPC PT X
Production
DIM Planning PT X
Supplier(paper)
I
Warehouse Raw Material(Primary)
P/T = 32 min 30 sec /
pallet
1 pallet = 10500 sheets
Total mesin = 5
Mesin yang digunakan=1
Design speed =
5402.82
Total mesin = 5
Mesin yang digunakan=2
Uptime = 52.14 %
1 pallet output = 10000
sheets
Total mesin = 5 unit
Mesin yang digunakan=2
P/T = 2 hours 47 min
39.94 sec
1 pallet output = 350000
pcs
Rata-rata operator sortir
dalam 1 hari = 24 orang
Rata-rata 1 pallet hasil
potong keping disortir 4
orang
1 palet output= 684000pcs
P/T = 3 min 7.42 sec/
pallet
P/T = 1 min 28.16 sec/
pallet
I
Warehouse Finished Good
(primary)
Schedule produksi3 monthly forecastMonthly fix order
PO information
order
BMKB BPDPB BPBJ
Sales order
Delivery schedule
I
Productionarea
WO +DKB
Schedule ProduksiMonthly & Weekly
AAA A A A
monitoring
A
I
Staging Area
Stock level raw material
1 operator
Potong blangko1 operator
+2 helper
Cetak1 operator
+1 helper
Rit
1 operator
Potong keping
24 operator
Sortir
2 operator
Packing
1 operator
WrappingLoading
dockI
Inv mesinCetak
A
I
WIP Rit
I
Inv mesinRit
I
WIP Potongkeping
I
Inv mesinPotongkeping
I
WIP sortir
I
Inv sortir
I
WIP Waiting for
QC sampling
QC sampling –in process
QC sampling –in process
QC sampling –in process
QC sampling –in process
QC sampling –Finished good
OutsideStaging
area
60 min 29.39 sec
inventory levelWIP cetak
Cycle time:ASL = 28100 sheets
AIL = 0.66 shift
Processing timeInventory WIP
3 hours
2
Unloading+ stamping code
I
Warehouse raw material Y
1
Loading finished
good
1
Loading other material
2 hours 36 min 20.57 sec
1 hour 48 min30.89 sec 2 hours 43 min 50 sec 3 min 7.42 sec 1 min 28.16 sec
32 min 30 sec 80 min 1 hour 51 min3.19 sec
2 hours 47 min 39.94 sec 3 min 7.42 sec 1 min 28.16 sec
1 min7.62sec
Customer(plant)
80.38 sec
40 min 18.36
sec
70.29 days
71.38 days
72.49sec
15 min34.73 sec
1 min59.7 sec
25 min43.44 sec
3.35 shift
5 shift
66.48 sec
33 min 20.32 sec
2 min55.61 sec
1 min34.35 sec
2 min45.5 sec
1 min28.92 sec
3 min3.82 sec
1 min34.06 sec
3 min31.77 sec
1 min48.63 sec
51.77 sec
26.49 sec
3 min7.89 sec
1 min36.14 sec
1 min49.91 sec
56.24 sec
9 min32.43 sec
4 min52.91 sec
1 min12.24 sec
1 min 12.24 sec
22.89sec
22.89sec
1 min7.62sec
42.4sec
1.04 shift
28.88sec
4 hours 28.88sec
1 min24.8sec
55.82 days
7 min8.76sec
41.89 sec 86.04 sec
56 days 4 min 11.34"7 min8.76sec
12 min 54.36"
9 min18.37 sec
5 min
0.66 shift
3 hours
Theoretical design speed
= 7500 sheets/hour
1 pallet output = 10000
sheets
Uptime = 72.98 %
9 min46.29 sec
5 min
inventory level
WIP ritASL = 86450 sheets
AIL = 2.05 shift
Inventory mesin ritASL = 20000 sheets
AIL = 0.47 shift
52.07 sec
93.71sec
15min
2 hours 28 min 23.97 sec
2.05 shift
0.47 shift
0.293 shift
1.833shift
0.028 day
2.588days
inventory level
WIP potong kepingASL = 62643 sheets
AIL = 1.833 shift
Inventory potong keping
ASL = 10000 sheetsAIL = 0.293 shift
inventory levelWarehouse raw
material
Cycle time:ASL = 12280 rimAIL = 70.29 days
Processing timeInventory = 71.38
days
inventory level
WIP sortirASL = 5,499,770 pcs
AIL = 2.588 days
Inventory sortirASL = 60,000 pcsAIL = 0.028 days
inventory level
Cycle timeWIP QC sampling
ASL = 1 palletAIL = 93.71 sec
Processing timeWaiting for QC
sampling = 15 min
2 shift 2 hours
2shift
3hours
2days
1 hours
inventory levelFinished good
Cycle timeASL =110,595,724
pcsAIL = 55.82 days
Processing timeInventory = 56 days
NVA = 132 days 1 hours25 min 44.85 sec
VA = 8 hours 13 min46.43 sec
%
VA = 6 hours 35 min48.71 sec
NVA = 133 days 1 hours 11 min 8.92 sec
0.206165998 %
Supplier(ink)
Release PO
I
Warehouse ink
DIM Planning PT Y
PO in the beginning of termPlant’s need every week
WPP
PO information
Gambar 4.10. Value stream mapping produk B pada departemen offset
60
61 Universitas Kristen Petra
1. Pembuatan production planning dan work order
Pembuatan production planning untuk produk B sama dengan produk A.
PPC PT X akan mendapatkan WPP setiap minggunya untuk planning produksi
produk dari PT Y. WPP akan dikonversikan menjadi production planning PT X.
Pada departemen offset, PPC hanya akan menjadwalkan produksi untuk mesin
cetak saja, sedangkan untuk mesin-mesin yang lain akan mengikuti jadwal dari
mesin cetak. Penjadwalan produk B ini juga dapat dikatakan mudah, karena mesin
cetak yang digunakan hanya ada satu jenis mesin saja, tetapi mesin cetak ini tidak
hanya memproduksi produk B saja, melainkan juga ada beberapa produk dengan
jumlah produksi yang kecil.
2. Pemesanan raw material
Pemesanan raw material untuk produk B juga sama dengan pemesanan
raw material untuk produk A, yang berbeda hanyalah jenis raw material dan
supplier untuk masing-masing material yang digunakan.
3. Kedatangan material
Nomor PO untuk pemesanan raw material produk B juga akan
diinformasikan kepada pihak warehouse. Warehouse raw material yang
digunakan untuk menyimpan kertas untuk produk B adalah warehouse primary.
Truk yang digunakan oleh supplier kertas dari produk B menggunakan
truk biasa, sehingga truk tidak dapat mundur sampai tepat di depan loading dock
warehouse, sehingga dalam melakukan bongkar muat material dibutuhkan dua
buah forklift, yaitu forklift diesel yang mengangkut material dari truk menuju
loading dock, dan forklift baterai yang mengangkut material dari loading dock
warehouse menuju ke dalam warehouse.
Material kertas untuk produk B berupa lembaran yang diletakkan dalam
pallet. Kapasitas maksimum pengangkutan forklift ini adalah empat pallet kertas.
Material diturunkan dari truk, kemudian ada satu operator yang bertugas
memberikan kode untuk tanggal kedatangan material dan pallet-pallet kertas
tersebut kemudian ditata dan ditumpuk pada lokasi yang telah disiapkan.
Pembuatan produk B tidak hanya digunakan material kertas, tetapi juga ada
62 Universitas Kristen Petra
material lain, antara lain tinta, spray off powder yang akan disimpan di gudang
tinta, dan pallet kayu yang disimpan pada gudang pallet.
Raw material kertas ini juga akan mendapat perlakuan yang sama untuk
seluruh jenis raw material kertas yang lain yaitu, incoming QA inspection. Ketika
material datang, bagian warehouse raw material tidak dapat langsung
memutuskan material tersebut dapat digunakan untuk produksi karena material
tersebut harus diinspeksi terlebih dahulu oleh pihak QA. QA yang akan
memberikan keputusan apakah material tersebut dapat digunakan untuk produksi
atau tidak. QA techinisian mengambil sample terlebih dahulu sesuai dengan
reduced inspection incoming, yaitu sebanyak 5 lembar pada 1 pallet random untuk
setiap kedatangan material kertas. Pengujian material kertas dilakukan oleh
seorang QA Technician bagian incoming paper.
Setelah dilakukan berbagai macam pengujian pada kertas, pihak QA akan
menerbitkan QA passed label, yang berarti material telah lolos uji dan boleh
digunakan oleh pihak produksi. Material tersebut tidak akan langsung digunakan,
tetapi akan menjadi inventory terlebih dahulu selama jangka waktu tertentu,
kemudian akan dikirim ke bagian produksi apabila ada permintaan. Setiap ada
kedatangan barang dan juga pengiriman barang kepada pihak produksi, pihak
warehouse akan mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran barang pada kartu
stock gudang dan juga memasukkan ke dalam oracle, sehingga pihak PPC juga
dapat melihat stock untuk raw material tersebut.
4. Proses Produksi
Bagian produksi akan menerima WO dan DKB dari tim PPC PT X,
selanjutnya produksi juga akan membuat bon permintaan material kepada
warehouse. Bon tersebut adalah bukti minta keluar barang (BMKB) dan bukti
pengeluaran dan permintaan barang (BPDPB). Pihak warehouse kemudian akan
mengirimkan material ke area produksi sesuai yang diminta. Material kertas akan
dikirim dengan menggunakan forklift dari warehouse primary, sedangkan untuk
material tinta dan anti spray off powder akan dikirimkan dari gudang tinta
langsung ke area produksi untuk kebutuhan satu job produksi. Pihak warehouse,
sebisa mungkin akan mengeluarkan material secara FIFO. Pada pembahasan value
63 Universitas Kristen Petra
stream mapping ini, tinta dan bahan lain merupakan bahan pendukung, dan bukan
sebagai material carrier atau pembawa, sehingga untuk tinta dan bahan lain tidak
akan dibahas lebih lanjut.
Proses pertama untuk memproduksi produk B adalah potong blangko,
untuk itu kertas dari area produksi akan dibawa ke sebelah mesin potong. Panah
pada value stream mapping menunjukkan pull sistem atau sistem tarik, hal ini
dikarenakan material kertas tidak akan dibawa ke mesin potong apabila operator
mesin potong tidak meminta material dari area produksi. Kertas yang digunakan
untuk produksi berupa lembaran yang diletakkan dalam pallet. Satu pallet raw
material kertas ini berjumlah 10500 lembar. Pada penggambaran value stream
mapping, proses potong blangko digambarkan sebagai sebuah shared process, hal
ini dikarenakan mesin potong ini juga digunakan untuk melakukan proses potong
untuk produk yang lain.
Proses setelah potong blangko adalah proses cetal Operator akan
membawa kertas ke area di belakang mesin cetak apabila operator mesin cetak
telah meminta material kertas. Jumlah maksimal inventory untuk mesin cetak
yang terletak di belakang mesin cetak adalah tiga pallet. Apabila jumlah inventory
untuk mesin cetak kurang dari tiga pallet, maka operator mesin cetak tidak akan
meminta material. Hal ini menunjukkan sebuah pull sistem.
Kertas harus ditata terlebih dahulu ke dalam pallet yang digunakan untuk
proses cetak sebelum masuk ke mesin cetak. Penataan ini juga dilakukan untuk
memberi angin pada setiap lapisan kertas agar ketika masuk ke mesin cetak, kertas
itu tidak akan rangkap atau double. Apabila kertas yang masuk ke mesin
berjumlah rangkap, maka mesin secara otomatis akan berhenti.
Kertas yang telah dicetak akan keluar dari mesin cetak berjumlah 10000
lembar dan akan diletakkan di area WIP rit. Kertas dengan hasil cetak ini tidak
dapat langsung masuk ke proses selanjutnya karena harus didiamkan terlebih
dahulu atau mengalami proses aging, agar tinta pada kertas semakin meresap dan
tidak akan tergores apabila diproses lebih lanjut.
Operator dari proses rit akan mengambil hasil cetak dari area WIP rit dan
didekatkan di belakang mesin rit. Kertas-kertas ini harus ditata terlebih dahulu
sebelum masuk ke mesin rit. Proses rit ini adalah proses pemberian tekukan atau
64 Universitas Kristen Petra
lipatan pada hasil cetak. Hasil rit ini akan diletakkan di area WIP potong keping.
Hasil dari proses rit ini tetap sama dengan hasil cetak, yaitu sebanyak 10000
lembar per pallet.
Operator potong keping akan mengambil material dari area WIP potong
keping setelah kepala proses sortir meminta hasil potong keping untuk produk B.
Hasil dari potong keping akan diletakkan pada area WIP sortir apabila area sortir
sudah tidak cukup menampung bahan untuk disortir, dan akan dibawa ke area
sortir apabila kepala sortir telah meminta material.
Proses selanjutnya adalah proses sortir. Hasil dari proses sortir ini adalah
barang jadi yang diletakkan dalam satu buah pallet jadi. Satu buah pallet jadi
berisi 684000 keping produk jadi. Setelah satu pallet jadi telah disortir oleh
operator sortir, akan dibawa ke area packing. Proses packing tidak akan langsung
dilakukan karena menunggu status accept dari QA.
QA akan memastikan kualitas dari finished good. QA Technician akan
melakukan pengujian all up yang bertujuan untuk memastikan hasil produksi
sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen. Berbagai macam pengujian
dilakukan untuk memastikan kualitas dari produk, kemudian QA akan
memberikan status accept pada pallet jadi dan dapat dilanjutkan ke proses
selanjutnya, yaitu proses packing, selanjutnya akan dibawa ke area wrapping dan
dilakukan proses wrapping.
Selain memberikan status accept untuk finished good, QA juga akan
melakukan proses QC pada seluruh proses yang terjadi pada departemen offset.
Satu orang QA technician akan berkeliling untuk mengecek seluruh hasil pada
setiap proses.
Setelah seluruh proses telah selesai dilakukan, maka pallet finished good
akan dibawa ke staging area. Staging area ini merupakan tempat penyimpanan
sementara milik pihak finished good warehouse. Seluruh finished good dari
beberapa departemen yang ada pada PT X akan masuk ke staging area. Pihak
warehouse kemudian yang akan mengirim finished good tersebut sesuai dengan
jenis barang dan customer PT X. Penyimpanan finished good produk B pada
primary warehouse.
65 Universitas Kristen Petra
5. Permintaan finished good
Proses permintaan finished good dan aliran infomasi yang ada sama
dengan produk A.
6. Pengiriman finished good
Proses pengiriman finished good untuk produk B sama dengan
pengiriman finished good produk A, tetapi produk B hanya dikirim ke plant kecil
saja.
4.5 Identifikasi Waste
Jenis waste yang akan dibahas pada penelitian ini hanya tujuh macam
waste. Underulitized people tidak akan dibahas dalam identifikasi waste.
4.5.1 Identifikasi Waste untuk Produk A pada Departemen Rotogravure
4.5.1.1 Overproduction Waste
Tabel 4.8. Tabel Perbandingan Jumlah Produksi Aktual dengan WPP untuk
Produk A
Minggu ke-
Jumlah produksi aktual - WPP (keping) Persentase
2 -2.880.000 -8,33% 3 10.560.000 30,56% 4 406.000 1,41% 5 3.840.000 10,96% 6 8.640.000 25,00% 7 2.400.000 7,04% 8 9.120.000 26,76% 9 7.680.000 25,00% 10 2.780.000 23,17% 11 554.000 2,26% 12 12.960.000 96,43% 13 5.280.000 21,15% 14 20.160.000 ∞ 15 9.600.000 38,46% 16 10.080.000 36,21% 17 -27.866.000 -98,40% 18 2.906.000 11,42% 19 8.160.000 26,56% 20 -11.520.000 -44,44% 21 2.880.000 8,70%
66 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.8. Tabel Perbandingan Jumlah Produksi Aktual dengan WPP untuk
Produk A (sambungan)
Minggu ke-
Jumlah produksi aktual - WPP (keping) Persentase
22 3.360.000 10,14% 23 2.880.000 8,57% 24 3.360.000 10,14% 25 3.840.000 11,59% 26 4.800.000 15,38% 27 -2.880.000 -10,34% 28 -640.000 -2,02% 29 4.480.000 17,61% 30 6.240.000 20,31% 31 36.180.000 ∞ 32 -11.520.000 -37,50% 33 1.920.000 7,55% 34 960.000 3,28% 35 4.800.000 15,63% 36 -32.160.000 -98,53% 37 -17.280.000 -100,00% 38 0 ∞ 39 4.320.000 14,29% 40 3.840.000 11,94% 41 2.880.000 8,70% 42 3.360.000 10,45% 43 -3.360.000 -10,29% 44 5.281.000 16.67% 45 4.800.000 15,15% 46 -14.400.000 -45,45% 47 -480.000 -1,79%
67 Universitas Kristen Petra
Chart perbandingan produksi aktual terhadap WPP untuk produk A
-40000000
-30000000
-20000000
-10000000
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
week
Minggu ke- WPP produk AJumlah produksi aktual Jumlah produksi aktual - WPP
Gambar 4.11. Perbandingan produksi aktual terhadap WPP untuk produk A
Data overproduction dikumpulkan dari hasil WPP yang diberikan dari PT
Y. Tabel di atas merupakan data weekly production planning (WPP) dan jumlah
produksi mingguan mulai dari minggu ke- 1 sampai minggu ke- 47.
Overproduction mulai minggu pertama sampai minggu ke- 47 adalah sebesar
9,45%. Persentase ini didapatkan dari selisih keseluruhan jumlah produksi
dengan WPP dibandingkan dengan total WPP.
Adanya overproduction ini disebabkan antara lain karena penjadwalan
produksi yang ada tidak berdasarkan pada WPP yang diberikan PT X.
Penjadwalan produksi tidak mempertimbangkan WPP yang ada karena PT Y pada
tahun-tahun sebelumnya tidak pernah memberikan WPP kepada PT X, sehingga
PT X akan selalu memproduksi barang sebagai safety stock apabila permintaan
PT Y tiba-tiba melonjak.
Penjadwalan produksi oleh PT X ini juga mempertimbangkan uptime
sebagai salah satu KPI (key performance indicator) dari PT X. Penjadwalan ini
dibuat agar uptime dari departemen rotogravure tinggi, tanpa memperhatikan
68 Universitas Kristen Petra
jumlah produksi yang berlebih dibandingkan WPP yang ada. Penjadwalan
produksi untuk produk A juga berdasarkan pada stock policy yang telah ditetapkan
oleh PT X, yaitu sebesar enam minggu. Apabila stock finished good produk A
kurang dari enam minggu, maka PPC PT X akan menjadwalkan produksi. Apabila
stock finished good telah melebihi enam minggu, PPC tidak akan mengeluarkan
work order (WO) dan mengubah status produksi menjadi no demand.
Selama ini, pihak warehouse finished good juga tidak
mempermasalahkan jumlah produksi yang berlebih ini meskipun kapasitas gudang
sudah cukup penuh. Sebenarnya hal ini menyebabkan pihak warehouse sering kali
harus menata ulang barang-barang yang ada di warehouse. PT X selalu berusaha
mengoptimalkan kapasitas dari mesin dan mengusahakan uptime selalu tinggi.
Kenyataannya, PT X menganggap overproduction ini merupakan hal yang bisa
diterima oleh perusahaan karena uptime dari departemen rotogravure selalu
tinggi.
4.5.1.2 Delay Time atau Waiting
Waiting tidak hanya diakibatkan oleh orang ataupun pekerja, waiting bisa
disebabkan karena orang, mesin, material, dan juga informasi. Waiting atau delay
meliputi seluruh waktu yang menyebabkan sebuah proses menjadi berhenti,
sebagai contohnya dikarenakan menunggu mesin, peralatan, bahan baku,
informasi, perawatan atau pemeliharaan (maintenance), menunggu instruksi kerja.
Delay time atau waiting yang ada pada keseluruhan proses produksi, antara lain:
1. Waiting time pada saat kedatangan raw material
Berikut ini merupakan data waiting time yang didapatkan selama
melakukan pengamatan. Data waiting yang ada dalam tabel tidak termasuk proses
administrasi tiap kedatangan material.
Tabel 4.9. Tabel Waiting Waste Kedatangan Raw Material
Tanggal pengiriman
Jenis material Jenis waiting
Lama waiting
time
7-Sep-09 pallet Menunggu pembongkaran material truk yang lain 1 jam
69 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9. Tabel Waiting Waste (sambungan)
Tanggal pengiriman
Jenis material Jenis waiting
Lama waiting
time
30-Sep-09 kertas Menunggu pembongkaran material truk yang lain (antri) 1 jam
30-Sep-09 kertas Menunggu pembongkaran material truk yang lain (antri) 2 jam
30-Sep-09 kertas Menunggu pembongkaran material truk yang lain (antri) 3 jam
5-Oct-09 tinta Membersihkan kaleng tinta dari air hujan 15 menit
6-Oct-09 kertas
Menunggu forklift sedang digunakan oleh warehouse finished good untuk memuat barang 15 menit
8-Oct-09 kertas Menunggu jam istirahat makan siang (operator forklift makan siang) 30 menit
12-Oct-09 kertas
Menunggu menyusun kertas yang roboh karena pallet patah saat kertas akan diangkut oleh forklift 10 menit
15-Oct-09 kertas Menunggu gerimis reda 30 menit
16-Oct-09 kertas
Menunggu forklift yang masih digunakan untuk memindahkan material dan dipakai oleh warehouse finished good 25 menit
20-Oct-09 kertas Menunggu pihak warehouse menyediakan tempat untuk material 30 menit
20-Oct-09 kertas Menunggu pembongkaran truk sebelumnya 1 jam
20-Oct-09 kertas Menunggu pembongkaran truk sebelumnya 2 jam
21-Oct-09 kertas Menunggu jam warehouse buka 4 jam
22-Oct-09 tinta
Menunggu pihak warehouse yang bertanggung jawab terhadap tinta (sedang menyiapkan tinta untuk produksi) 15 menit
30-Oct-09 kertas Menunggu jam istirahat makan siang (operator forklift makan siang) 45 menit
3-Nov-09 kertas Menunggu antrian pembongkaran truk 1 jam
Penyebab dari waiting waste dicari dengan menggunakan fishbone
diagram, seperti pada gambar di bawah ini. Fishbone diagram mengelompokkan
70 Universitas Kristen Petra
penyebab waiting waste menjadi lima penyebab utama, yaitu people, environment,
equipment, management, dan material.
Waiting waste
Environment
Material
People
Equipment
Management
Proses administrasiMenunggu
membersihkan kaleng yang basah
Menunggu forkliftyang masih
digunakan oleh pihak warehouse
finished goodJumlah forklift terbatas
Menunggu operator forklift
makan siang
Menunggu jam buka warehouse
Truk datang terlalu cepat
Supplier berasal dari luar negri
Terkena hujan pada saat pengiriman
Hujan/gerimis Jam makan siang/istirahat
Menunggu operator yang sedang membongkar
truk yang lain Menunggu pihak warehouse
sedang menyiapkanhal lain
Menunggu penataan material
Material roboh
Pallet tidak kuat
Menunggu persiapantempat penyimpanan
Jumlah operator terbatas
Jumlah pihak warehouse yang mengurusi tinta dan kertas
masing-masing satu orang
Kedatangan truk secara bersamaan
Truk datang tiba-tiba Pihak supplier
tidak menginformasikan tanggal kedatangan
secara pasti
Gambar 4.12. Fishbone Diagram Waiting Waste Kedatangan Raw Material
Waiting time yang selalu ada pada saat kedatangan raw material adalah
adanya proses administrasi, yaitu pemeriksaan terhadap delivery order dan nomor
PO apakah telah sesuai dengan yang telah diinformasikan oleh DIM planning PT
X. Waiting time yang diakibatkan karena proses administrasi ini tidak dapat
dihindari, karena prosedur untuk mencocokkan nomor PO dan delivery order
harus dilakukan.
Waiting time juga diakibatkan truk datang sebelum warehouse buka. Hal
ini menyebabkan truk harus menunggu sebelum proses pembongkaran barang
dapat dilakukan. Truk yang datang sebelum warehouse buka dikarenakan supplier
material berasal dari luar negeri atau lokasi yang cukup jauh dengan waktu
pengiriman berhari-hari, sehingga waktu kedatangan material tidak bisa
diperkirakan.
Waiting time untuk proses pembongkaran barang juga diakibatkan karena
kedatangan raw material untuk beberapa jenis material sering kali pada saat yang
bersamaan. Misalnya saja pada waktu yang bersamaan, material kertas untuk
produk A dan B datang bersamaan, sedangkan pihak warehouse yang bertugas
untuk menangani kedatangan kertas hanya satu orang. Jumlah forklift dan operator
forklift yang ada terbatas, sehingga salah satu truk yang mengangkut material
71 Universitas Kristen Petra
harus menunggu truk yang lain. Kedatangan material pada saat yang bersamaan
diakibatkan karena ada beberapa pihak supplier sering tidak menginformasikan
tanggal pengiriman yang tepat dan bisa juga terjadi keterlambatan pengiriman dari
pihak supplier.
Menunggu operator juga menyebabkan adanya waiting waste. Operator
yang sedang membongkar barang lain dan menunggu pihak warehouse yang
sedang mempersiapkan hal lain. Pihak warehouse yang bertugas untuk masing-
masing tinta dan kertas hanyalah satu orang. Apabila orang yang bertugas tidak
ada, maka pembongkaran tidak akan dilakukan karena harus menunggu orang
tersebut. Jam makan siang dan istirahat untuk operator adalah pk 11.00 sampai pk
12.00 dan operator forklift selalu memanfaatkan waktu istirahat tersebut, sehingga
apabila truk datang pada jam istirahat, pembongkaran material tidak dilakukan.
Forklift digunakan secara bersama oleh warehouse finished good dan
warehouse raw material. Hal ini mengakibatkan pembongkaran material tidak
bisa dilakukan karena forklift sedang terpakai, dan material harus menunggu untuk
dibongkar. Material juga harus menunggu untuk dibongkar, karena pihak
warehouse masih harus menyediakan tempat untuk penyimpanan barang. Hal ini
dikarenakan pihak supplier tidak memberitahu tanggal pengiriman secara pasti,
sehingga pihak warehouse belum menyediakan tempat untuk barang tersebut.
Hujan juga sering kali menjadi kendala dalam melakukan pembongkaran
barang. Bahan baku utama seluruh produk pada PT X merupakan kertas dan hujan
dapat menyebabkan kertas tersebut rusak, sehingga pembongkaran barang harus
menunggu hujan reda terlebih dahulu. Apabila truk kehujanan pada saat
perjalanan dan mengakibatkan material yang diangkut menjadi basah, pihak
warehouse harus terlebih dahulu membersihkan dan mengeringkan material
tersebut. Pallet yang patah juga menyebabkan adanya waiting waste. Operator
harus menata ulang material-material yang jatuh tersebut.
2. Waiting time pada proses produksi
Waiting time yang terjadi pada proses produksi didapat dengan
melakukan pengamatan terhadap operator. Untuk proses yang dijalankan oleh
mesin, operator akan melakukan berbagai macam kegiatan, dan untuk
72 Universitas Kristen Petra
menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh operator selama mesin berjalan
akan digunakan peta pekerja mesin dan operator. Berikut ini merupakan waiting
time untuk setiap proses produksi.
a. Proses printing
Proses printing dilakukan oleh mesin, operator yang bertugas untuk
mesin printing ini adalah satu orang yang dibantu oleh dua orang helper. Berikut
merupakan peta pekerja dan mesin untuk mesin cetak. Pengambilan data waktu
dilakukan selama 90 menit, karena interval proses-proses yang terjadi pada mein
cetak maksimal adalah 60 menit.
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan : Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : KCH - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 12 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
5 Mencetak 5 Monitoring register 5 Membawa
material kertas dari
ke belakang mesin dan memasang
kertas
8
Mengecek keseluruhan
tinta 5
10 Mencetak 5 Monitoring register 5
Mengambil tinta,
mengisi tinta dan solvent
4
Mencatat laporan
pemasangan kertas
2 Mengecek viskositas
tinta 1
15 Mencetak 5
Mengambil dan
mengecek hasil cetak
2 Membuang waste roll dan cover
3
Mengambil tinta,
mengisi tinta dan solvent
4
Monitoring seluruh mesin
10 Mengecek sambungan
kertas 2
Mengecek viskositas
tinta 1
73 Universitas Kristen Petra
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan : Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : KCH - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 12 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
20 Mencetak 5 Idle 5
Mengambil tinta,
mengisi tinta dan solvent
4
Mengecek viskositas
tinta 1
25 Mencetak 5 Monitoring register 5 Idle 5
Mengemba--likan tinta dan solvent
ke tempatnya
2
Ke WC 3
30 Mencetak 5 Mengecek hasil cetak 5
Membantu operator catching
5 Membantu operator bundling
5
35 Mencetak 5
Membunyi-kan alarm pergantian
kertas
1
Menjaga di depan
delivery unit untuk
mengambil sambungan
kertas
2 Menambah-kan solvent pada tinta
3
Monitoring 8
Membantu operator catching
7
Mengecek viskositas tinta dan menulis
laporan tinta
3
40 Mencetak 4 Idle 3 Berhenti,
karet pada
delivery unit
putus
15
Menghenti-kan mesin, mengganti karet pada delivery
unit
15
Membantu operator
mengganti karet
15
Membantu operator dalam
mengganti karet
15 45 50
55
74 Universitas Kristen Petra
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan : Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : KCH - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 12 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
Mencetak 1 Mengecek hasil cetak 1
Mengecek karet yang
telah diganti1
Mengecek register mesin
1
60 Mencetak 5 Monitoring 5 Membawa material
kertas dan memasang
kertas
8
Membantu operator potong pingul
12 65 Mencetak 5 Monitoring 5 Mencatat laporan
pemasangan kertas
2
70 Mencetak 5
Mengecek hasil cetak 2
Membuang waste roll dan cover
3
Monitoring 3 Idle 2 Menambah-kan solvent pada tinta
3
75 Mencetak 5 Ke WC 3
Mengganti-kan operator
untuk monitoring
3 Menata rak peralatan 5
Monitoring 2 Mengecek hasil cetak 2
80 Mencetak 5 Mengecek register 5
Membantu operator catching
10 Idle 10 85 Mencetak 5
Berbincang-bincang dengan
supervisor, monitoring
5
90 Mencetak 5 Monitoring 5
Mengecek sambungan
kertas 2
Mengecek viskositas
tinta 2
Mengecek hasil cetak 3 Idle 3
75 Universitas Kristen Petra
Ringkasan Mesin Operator A Helper B Helper C Waktu menganggur (menit) 15 0 12 16 Waktu kerja (menit) 75 90 78 74 Waktu total (menit) 90 90 90 90
Gambar 4.13. Peta pekerja operator dan mesin cetak
Keterangan: menunjukkan menganggur/menunggu
menunjukkan kerja independent
menunjukkan kerja bersama-sama
Peta pekerja mesin dan operator di atas menunjukkan total waktu
menganggur untuk operator A tidak ada, karena operator bertugas melakukan
monitoring terhadap mesin cetak dan hasil cetak, sedangkan helper B memiliki
waktu menganggur sebesar 13,33%, helper C memiliki waktu menganggur
sebesar 17,78%. Tugas utama dari helper B adalah memasang kertas pada
unwinder unit, tugas utama helper C adalah mengisi tinta dan solvent, serta
mengecek viskositas tinta. Selain tugas utama tersebut, para helper biasanya
membantu operator pada saat terjadi breakdown pada mesin ataupun membantu
operator lain seperti operator catching, bundling, dan potong pingul.
b. Proses catching dan bundling
Satu regu yang melakukan proses catching dan bundling adalah lima
orang. Proses catching sendiri dilakukan oleh dua operator. Proses catching lebih
cepat daripada proses printing, sehingga operator selalu menunggu hasil cetak
keluar dari mesin cetak. Cycle time untuk proses cetak untuk satu pallet adalah 92
menit, sedangkan total waktu yang digunakan untuk melakukan catching oleh
kedua operator adalah 68 menit 2,4 detik. Total keseluruhan waktu waiting oleh
operator catching adalah 23 menit 57,6 detik, dengan persentase sebesar 26,04%.
76 Universitas Kristen Petra
Proses bundling juga dilakukan oleh dua operator. Proses bundling
mengikuti proses catching dan prosesnya juga lebih cepat daripada proses
printing, sehingga operator selalu menunggu hasil cetak yang diberikan oleh
operator cathcing. Cycle time untuk proses cetak untuk satu pallet adalah 92
menit, sedangkan total waktu yang digunakan untuk melakukan bundling oleh
kedua operator adalah 63 menit 7,2 detik. Total keseluruhan waktu waiting oleh
operator bundling adalah 28 menit 52,8 detik, dengan persentase sebesar 31,39%.
Satu orang operator dari satu regu bertugas sebagai pengganti dari
operator catching dan bundling apabila operator-operator tersebut memiliki
keperluan tertentu seperti ke WC, mengangkat telepon, dan lain-lain. Operator
tersebut juga bertugas melakukan sortir ulang apabila diperlukan dan juga mengisi
laporan produksi. Waiting time dari operator pengganti ini cukup besar apabila
hasil cetak baik dan tidak terjadi kecacatan pada produk.
c. Proses potong pinguldan palletizing
Proses potong pingul dilakukan oleh satu orang operator yang dibantu
oleh satu orang helper. Operator bertugas melakukan potong pingul itu sendiri,
sedangkan helper bertugas membantu operator dalam memindahkan hasil cetak ke
meja potong dan melakukan palletizing. Total proses waktu potong pingul untuk
satu pallet adalah 28 min 12,8 detik, waktu menunggu material yang dibawakan
oleh helper ke meja potong adalah 11 menit, dan waktu menunggu hasil printing
52 menit 47,2 detik. Persentase waiting time untuk operator potong pingul adalah
57,37%. Helper melakukan proses pemindahan material dari meja bundling ke
meja potong, palletizing, serta memindah pallet menuju ke lokasi QC selama 28
menit 58,98 detik untuk satu pallet, sehingga persentase waiting time untuk helper
adalah 68,5%. Selain melakukan potong pingul, operator beserta helper juga
membersihkan sisa-sisa potong pingul yang berjatuhan di sekitar meja potong dan
membuang waste hasil cetak.
Waiting yang terjadi pada proses palletizing dikarenakan proses
palletizing harus menunggu material dari proses sebelumnya. Total waktu yang
diperlukan untuk menunggu mulai dari pallet kosong sampai dengan pallet penuh
77 Universitas Kristen Petra
adalah satu jam. Proses palletizing sendiri hanya dilakukan dalam satu 10 menit
53,44 detik.
d. Proses packing dan wrapping
Proses packing dapat dilakukan apabila pallet finished good telah
mendapatkan stempel accept dari QA. QA melakukan pengambilan sample pada
pallet jadi setiap dua jam sekali. Hal ini menimbulkan adanya waiting waste pada
pallet finished good sehingga pallet tidak bisa diproses packing. Waiting waste
dari pallet finished good tersebut adalah sebesar dua jam untuk kasus terburuk.
Hal ini bisa saja terjadi apabila satu pallet finished good telah dibawa ke area QC
sampling, sedangkan QA technician baru saja melakukan pengambilan sample
terhadap pallet sebelumnya. Berikut merupakan data waiting waste QC sampling
sebelum dilakukan proses packing.
Tabel 4.10. Tabel Waiting Waste QC Sampling pada Departemen Rotogravure
Tanggal
Waktu finished
good dibawa ke area QC
Waktu pallet
distempel accept
Lama waiting waste
(menit) 12-Oct-09 8:40 AM 10:00 AM 80 12-Oct-09 10:15 AM 12:00 PM 105 12-Oct-09 11:25 AM 12:00 PM 35 12-Oct-09 1:45 PM 2:00 PM 15 12-Oct-09 3:30 PM 4:00 PM 30 12-Oct-09 4:50 PM 6:00 PM 70 13-Oct-09 8:15 AM 10:00 AM 105 13-Oct-09 9:45 AM 10:00 AM 15 13-Oct-09 11:00 AM 12:00 PM 60 13-Oct-09 1:00 PM 2:00 PM 60 13-Oct-09 2:40 PM 4:00 PM 80 13-Oct-09 3:50 PM 4:00 PM 10
rata-rata 55.42
Operator untuk proses packing dan wrapping tidak hanya melakukan
packing pada pallet untuk produk A, tetapi juga untuk beberapa produk lainnya.
Waiting time untuk operator packing dan wrapping sulit diukur karena operator-
78 Universitas Kristen Petra
operator tersebut membantu beberapa proses lain untuk satu departemen
rotogravure.
3. Waiting time pada proses pengiriman finished good
Waiting waste pada proses pengiriman finished good ini dapat
diakibatkan karena beberapa hal. Berikut merupakan data waiting waste pada
proses pengiriman finished good.
Tabel 4.11. Tabel Waiting Waste pada Proses Pengiriman Finished Good
Tanggal pengiriman Jenis waiting Lama waiting
time
16-Oct-09 Menunggu kedatangan truk, sementara finished good telah dan siap diangkut
3 jam
20-Oct-09 Menunggu antrian truk (dua truk untuk dua daerah datang bersamaan) 20 menit
20-Oct-09 Menunggu menyelesaikan surat jalan 15 menit
21-Oct-09
Menunggu forklift yang sedang digunakan untuk membongkar material oleh warehouse raw material
10 menit
22-Oct-09 Menunggu pihak warehouse membersihkan bagian dalam warehouse
10 menit
27-Oct-09 Menunggu kedatangan truk, sementara finished good telah disiapkan di depan warehouse
1 jam
30-Oct-09 Menunggu mengeluarkan barang dari dalam warehouse sementara truk telah siap
15 menit
3-Nov-09 Menunggu truk yang dibersihkan terlebih dahulu 10 menit
4-Nov-09 Menunggu pembongkaran barang yang sudah ada di dalam truk agar penataan barang bisa efisien
10 menit
6-Nov-09
Menunggu kedatangan truk yang tidak diketahui jam kedatangannya, sementara finished good telah disiapkan
2,5 jam
79 Universitas Kristen Petra
10-Nov-09
Menunggu forklift yang sedang digunakan untuk membongkar barang di warehouse Y1 karena forklift yang lain sedang diperbaiki
1,5 jam
Penyebab dari waste tersebut dicari dengan menggunakan fishbone
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.14. Fishbone Diagram Waiting Waste Pengiriman Finished good
Penyebab adanya waiting waste pada pengiriman finished good antara
lain karena adanya proses administrasi oleh warehouse raw material PT Y.
Seharusnya surat jalan dibuat sebelum pengiriman barang dilakukan, tetapi hal ini
berbeda dengan warehouse raw material PT X, karena penyelesaian surat jalan
dilakukan setelah proses pengangkutan material selesai dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kesalahan pembuatan surat jalan, sehingga surat
jalan yang dibuat sesuai dengan barang yang dikirim.
Sering kali pihak warehouse telah menyiapkan finished good, tetapi truk
belum datang, hal ini diakibatkan jam kedatangan truk yang tidak terprediksi.
Selama ini pihak penyedia truk tidak pernah memberikan jadwal kedatangan truk
dan truk tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Hal ini
menyebabkan truk yang datang bisa saja bersamaan yang menyebabkan antrian
pada truk. Pihak warehouse dan pihak penyedia truk juga kurang berkoordinasi,
80 Universitas Kristen Petra
meskipun sering terjadi antrian truk dan jam kedatangan yang tidak terprediksi,
pihak warehouse tidak melakukan komplain pihak penyedia truk.
Jumlah forklift yang ada juga terbatas, sehingga pihak warehouse bisa
saja menunggu forklift untuk mengangkut barang. Hal lain yang menyebabkan
adanya waiting waste itu bisa disebabkan karena sopir truk yang datang ke
warehouse terlebih dahulu memberihkan bagian dalam truk, ataupun truk yang
datang terlalu pagi, saat pihak warehouse sedang membersihkan bagian dalam
warehouse. Jumlah operator forklift yang dimiliki oleh warehouse finished good
juga terbatas, sehingga pihak warehouse finished good meminta bantuan pihak
warehouse raw material atau bahkan cleaning service.
Penyebab utama dan yang paling sering terjadi dari waiting waste ini
adalah jadwal kedatangan truk yang tidak terprediksi. Hal ini karena pihak
penyedia penyedia truk tidak bisa memastikan kedatangan truk itu sendiri.
4.5.1.3 Transportation
Transportasi merupakan sebuah proses memindahkan material atau
produk dari satu proses ke proses berikutnya yang membutuhkan waktu tertentu
yang mengakibatkan waktu penanganan material bertambah. Transportasi dapat
dikatakan sebagai sebuah pemborosan atau waste karena perpindahan material
tidak menyebabkan nilai tambah terhadap suatu produk. Transportation waste di
PT X tampak dari value stream mapping. Berikut merupakan data transportasi
yang terjadi pada keseluruhan proses mulai dari kedatangan raw material sampai
pengiriman finished good.
1. Data waktu transportasi pada warehouse raw material
Tabel 4.12. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Transportasi pada Warehouse Raw
Material
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu mengang-
kut 1 pallet finished
good (detik)
Unloading kertas di primary warehouse 136,35 2 roll 46 roll 3136,05 104,31
81 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.12. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Transportasi pada Warehouse Raw
Material (sambungan)
Jenis kegiatan Non Value Added Wb
Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
Mengangkut kertas dari dalam primary warehouse menuju ke loading dock primary warehouse
155,79 3 roll 3 roll 155,79 79,45
Mengangkut kertas dari loading dock primary warehouse menuju ke loading dock warehouse X1
108,1 3 roll 3 roll 108,1 55,13
Mengangkut kertas dari loading dock warehouse X1 menuju ke dalam warehouse X1
97,39 3 roll 3 roll 97,39 49,68
Mengangkut kertas dari dalam warehouse X1 ke production area (rotogravure)
61,92 2 roll 18 roll 557,28 47,37
total time 4054,61 335,93
1. Data waktu transportasi pada proses produksi
82 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.13. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Transportasi pada Proses Produksi
Departemen Rotogravure
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb
Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
(detik)
Mengangkut kertas dari area produksi ke belakang mesin
25,75 1 roll 1 roll 25,75 25,75
Memasang kertas pada unwinder unit 445,37 1 roll 1 roll 445,37 445,37
Memindahkan hasil cetak dari operator catching ke operator bundling
1 1 bundle 1 bundle 1 480
Memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja potong pingul
4,45 6 bundle 1 pallet 4,45 356
Memindahkan pallet jadi ke area QC sampling
15,2 1 pallet 1 pallet 15,2 15,2
Memindahkan pallet jadi dari area packing ke area wrapping
44,38 1 pallet 1 pallet 44,38 44,38
Mengangkut pallet jadi dari area wrapping ke staging area
67,62 1 pallet 1 pallet 67,62 67,62
total time 603,77 1434,32
83 Universitas Kristen Petra
2. Transfer material oleh warehouse finished good
Tabel 4.14. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Transfer Material oleh Warehouse
Finished Good
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
(detik)
Mengangkut pallet dari dalam staging area ke luar staging area
28,88 1 pallet 1 pallet 28,88 28,88
Mengangkut pallet dari luar staging area ke primary warehouse
84,80 2 pallet 2 pallet 84,8 42,4
total time 113,68 71,28
3. Pengiriman finished good ke small plant
Tabel 4.15. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Pengiriman Finished Good ke Small
Plant
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
(sec)
Mengangkut finished good ke truk 83,77 2 pallet 28 pallet 1172,92 41,89
Transportasi dari primary warehouse ke warehouse Y1
428,76 - - 428,76 428,76
Membongkar material di warehouse Y1 untuk kebutuhan plant kecil
55,02 2 pallet 28 pallet 770,28 27,51
84 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.15. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Pengiriman Finished Good ke Small
Plant (sambungan)
Jenis kegiatan Non Value Added Wb
Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
Mengangkut material dari dalam warehouse Y1 menuju ke loading dock warehouse Y1
33,78 1 pallet 15 pallet 506,85 33,79
Mengangkut material dari loading dock warehouse Y1 ke truk
43,58 1 pallet 15 pallet 653,7 43,58
total time 3532,51 575,53
4. Pengiriman finished good ke big plant
Tabel 4.16. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Pengiriman Finished Good ke Big
Plant
Jenis kegiatan Non Value Added Wb
Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
Mengangkut finished good di warehouse primary
83,78 2 pallet 6 pallet 251,34 41,89
Transportasi dari to primary warehouse warehouse Y1
428,76 - - 428,76 428,76
Mengangkut material dari dalam warehouse Y1 menuju ke loading dock warehouse Y1
33,79 1 pallet 9 pallet 304,11 33,79
85 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.16. Tabel Rekapitulasi Data Waktu Pengiriman Finished Good ke Big
Plant (sambungan)
Jenis kegiatan Non Value Added Wb
Jumlah sekali
angkut
Total yang
diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang
Waktu untuk
mengang-kut 1 pallet
finished good
Menambah barang-barang lain yang berasal dari warehouse raw material PT Y
52,25 1 pallet 9 pallet 470,25 52,25
total time 1454,46 556,69
Data di atas menunjukkan waktu transportasi yang dibutuhkan untuk
setiap proses. Data waktu transportasi yang ada ada dua macam, yaitu data total
waktu untuk mengangkut keseluruhan barang, yang berarti data waktu tersebut
tidak diubah menjadi satuan tertentu dan data waktu tersebut mengikuti jumlah
barang yang diproses. Data waktu yang kedua adalah data waktu yang telah
dikonversikan menjadi data waktu untuk satu pallet finished good. Waktu
transportasi untuk data total waktu mulai dari pembongkaran raw material sampai
pengiriman ke plant kecil menyumbang 0,086% dari keseluruhan waktu non value
added yang ada dan pengiriman ke plant besar menyumbang 0,064% dari
keseluruhan waktu non value added. Apabila digunakan waktu yang telah diubah
menjadi satuan untuk satu pallet finished good, waktu mulai dari pembongkaran
raw material sampai pengiriman ke plant kecil menyumbang 0,0333% dari
keseluruhan waktu non value added yang ada dan pengiriman ke plant besar
menyumbang 0,0331% dari keseluruhan waktu non value added.
4.5.1.4 Inappropriate/Excess Processing/Overprocessing
Inappropriate processing atau overprocessing mencakup proses-proses
tambahan, aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien, penggunaan
peralatan yang salah, dan cara pengolahan yang salah. Overprocessing yang ada
pada PT X terjadi pada proses produksi, antara lain:
86 Universitas Kristen Petra
1. Overprocessing pada proses catching dan bundling
Operator cathing bertugas menangkap material yang berasal dari mesin
cetak kemudian operator menata 1000 keping hasil cetak. Operator cathing akan
memberikan hasil cetak tadi ke operator bundling. Operator bundling akan menata
hasil cetak yang diberikan oleh operator catching, kemudian diberi kertas bundle.
Hal ini berarti ada dua proses yang sama dikerjakan secara berulang, yaitu proses
menata hasil cetak.
2. Sortir ulang hasil cetak
Kecacatan pada hasil cetak bisa diketahui pada saat hasil cetak keluar
dari mesin cetak, yaitu saat operator catching menemukan adanya kecacatan pada
produk atau pada saat inspeksi yang dilakukan oleh operator setiap 15 menit.
Kecacatan juga bisa ditemukan setelah pallet finished good diperiksa oleh QA
technician, sehingga status dari pallet tersebut adalah hold dan pallet tersebut
membutuhkan sortir ulang. Kecacatan pada produk juga bisa ditemukan setelah
produk sudah diterima oleh konsumen. Biasanya apabila kecacatan ditemukan
oleh konsumen, produk tersebut akan dikembalikan kepada PT X, dan tentu saja
seluruh isi pallet tersebut akan disortir ulang.
Sortir ulang ini merupakan overprocessing waste. Seharusnya jika
inspeksi yang dilakukan oleh operator dan pemeriksaan oleh operator catching ini
dilakukan dengan benar, maka kecacatan pada produk akan ditemukan pada saat
itu. Mesin untuk memproduksi produk A juga memiliki alat pemeriksa kecacatan
visual, sehingga tingkat kecacatan dari produk seharusnya sangat sedikit. Berikut
merupakan data sortir ulang mulai bulan September sampai November.
Tabel 4.17.Tabel Data Sortir Ulang Produk A pada Departemen Rotogravure
Tanggal Jumlah yang disortir ulang
(keping) Penyebab sortir ulang
30-Sep-09 480.000 QA menemukan ada bintik hitam pada produk
5-Oct-09 140.000 Pada saat inspeksi oleh operator mesin cetak,
ditemukan beberapa creasing yang kurang pas
87 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.17.Tabel Data Sortir Ulang Produk A pada Departemen Rotogravure
(sambungan)
Tanggal Jumlah yang disortir ulang
(keping) Penyebab sortir ulang
15-Oct-09 200.000 Warna merah pada produk lebih terang dibandingkan dengan standard color range
10-Nov-09 180.000 Tulisan pada produk sedikit membayang
12-Nov-09 480.000 QA menemukan tulisan dan gambar yang berbayang-bayang
13-Nov-09 480.000 Pengembalian dari pihak warehouse karena
ada komplain dari konsumen bahwa ada creasing yang kurang pas
17-Nov-09 240.000 QA menemukan warna hitam pada produk berbintik-bintik putih
Data di atas menunjukkan bahwa sortir ulang jarang terjadi, dan sebagian
sortir ulang ditemukan oleh QA, hal ini berarti tindakan inspeksi oleh operator
mesin cetak dan operator catching kurang teliti.
4.5.1.5 Inventory Waste
Inventory meliputi inventory raw material, WIP, maupun inventory
finished good. Value stream mapping telah menunjukkan masing-masing letak
inventory yang ada.
1. Inventory raw material pada warehouse raw material
Data stock didapatkan dari kartu stok gudang. Dari rumus di AIL yang
telah dibahas pada pembahasan perhitungan inventory, didapatkan average
inventory level sebagai berikut.
• Average stock level (ASL) = 666,3 roll
• Average consumption = 10.84 roll/hari
• Average inventory level (AIL) = 61,4 hari
Inventory level yang dimiliki oleh raw material kertas produk A memang
cukup tinggi yaitu kurang lebih selama dua bulan. Hal ini disebabkan antara lain
karena supplier untuk kertas hanya satu dan lokasinya berada di luar negri. Hal
88 Universitas Kristen Petra
tersebut merupakan kebijakan dari pihak supply chain dan telah ditetapkan dalam
organization policy.
Kendala yang dihadapi untuk supplier raw material kertas produk A ini
juga adanya persyaratan yang harus dipenuhi, pihak supplier meminta adanya
Letter of Credit (LC) pada bank yang diminta. Total waktu yang dibutuhkan untuk
membuat LC adalah dua minggu. Waktu pengiriman barang adalah enam minggu,
sehingga total lead time adalah delapan minggu.
Ada perubahan kebijakan antara pihak supplier dan perusahaan, sekarang
tidak perlu lagi menggunakan LC, sehingga lead time pemesanan barang sampai
pengiriman barang ini adalah tujuh minggu. Hal ini merupakan kebijakan dari
pihak supplier. Pengurangan lead time tidak mungkin dilakukan mengingat sistem
produksi yang dimiliki oleh pabrik kertas dan jarak pengiriman yang sangat jauh.
Total waktu inventory raw material pada warehouse raw material ini
menyumbang 55,64% dari total waktu yang terdapat pada value stream mapping.
2. Inventory raw material dan inventory WIP pada proses produksi
Berikut merupakan data inventory dan WIP yang terdapat pada proses
produksi.
Tabel 4.18. Tabel Inventory pada Proses Produksi Produk A
Lokasi inventory dan WIP
Perhitungan secara processing
time
Perhitungan secara rumus AIL
Production area 24 jam 12 jam 48 menit Belakang mesin 2 jam 1 jam WIP catcher 29,17 detik 34,02 detik WIP potong pingul 30 menit 9 menit 31,32 detik WIP palletizing 1 jam 5 menit 16,29 detik WIP QC sampling 2 jam 93,71 detik
Total waktu inventory pada proses produksi ini menyumbang 0,57% dari
total waktu keseluruhan pada value stream mapping. Inventory raw material pada
production area ini disebabkan karena pihak warehouse mengirimkan raw
material untuk kebutuhan kurang lebih untuk satu hari setiap harinya. Pihak
89 Universitas Kristen Petra
warehouse membawa material dari warehouse X1 menuju ke area produksi setiap
pagi. Pada perhitungan secara processing time, diambil data waktu terlama
material tersebut disimpan pada production area, yaitu selama satu hari. Hal ini
disebabkan apabila raw material tersebut dikirim pada pagi hari ini, maka
material tersebut akan mulai diproses pada pagi hari keesokan harinya. Pada
perhitungan secara AIL, diambil data stock setiap awal shift dan dicatat berapa
jumlah pemakaian untuk produksi.
Operator mesin cetak akan mendekatkan material dari area produksi
menuju ke belakang mesin. Pada area belakang mesin terdapat 2 roll kertas yang
telah siap dipasang pada unwinder unit. WIP yang terjadi pada poses catching
adalah pada saat hasil cetak telah keluar dari mesin, tetapi operator catching
belum memprosesnya karena menunggu sejumlah 1000 keping. WIP potong
pingul disebabkan karena proses potong pingul lebih cepat dari proses
sebelumnya. Hal ini menyebabkan operator akan melakukan proses potong setelah
sejumlah material telah tertumpuk pada meja bundling. WIP palletizing ini terjadi
akibat menunggu hasil cetak dari proses sebelumnya. Setelah dipotong pingul,
helper akan meletakkan finished good pada pallet, demikian seterusnya hingga
pallet tersebut penuh. Setelah pallet tersebut penuh, pallet tidak akan diproses
packing sebelum mendapatkan status accept dari QA.
3. Inventory finished good pada warehouse finished good
Inventory finished good ini ada dua macam yaitu inventory finished good
yang dikirim dari pihak produksi dan diletakkan di staging area milik warehouse
dan inventory pada warehouse. Lama penyimpanan finished good pada warehouse
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19. Tabel Inventory Finished Good Produk A
Lokasi
Perhitungan secara
processing time (detik)
Perhitungan secara rumus AIL (detik)
Staging area 28.800 29.952
Warehouse primary 3.786.912 4.126.464
90 Universitas Kristen Petra
Total waktu inventory pada warehouse finished good ini menyumbang
43,59% dari total waktu keseluruhan pada value stream mapping. Untuk
perhitungan secara AIL didapatkan lama penyimpanan adalah 1,04 shift. Hal ini
disebabkan karena proses pemindahan finished good ke warehouse primary
adalah saat staging area sudah penuh.
Lama inventory finished good untuk perhitungan secara AIL didapatkan
sebesar 47,76 hari. Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan inventory
yang cukup besar pada warehouse, antara lain mesin untuk memproduksi produk
A hanya satu. Jika mesin tersebut rusak, membutuhkan waktu lama untuk
memperbaikinya karena seluruh sparepart mesin harus diimpor dari Perancis.
Produk A merupakan produk yang memiliki permintaan terbanyak dibanding
produk lain, sehingga produksi akan terus dilakukan. PPC PT X juga memiliki
kebijakan untuk stock policy finished good adalah sebesar enam minggu.
Sebenarnya stock policy yang sedemikian besar diakibatkan adanya ketakutan
oleh pihak perusahaan apabila demand melonjak sementara produksi tidak bisa
memenuhi permintaan tersebut. Safety stock tersebut bertujuan hanya untuk
berjaga-jaga saja.
4.5.1.6 Unnecessary / Excess Motion
Excess motion merupakan setiap pergerakan dari orang atau mesin yang
tidak memberikan nilai tambah bagi barang tetapi akan menambah biaya dan
waktu produksi. Pemborosan dalam segi motion mengarah pada gerakan-gerakan
yang tidak efektif. Excess motion yang terdapat pada proses produksi produk A,
antara lain:
1. Gerakan menata dan memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja
potong pingul.
Operator bundling akan menumpuk hasil cetak menjadi tiga susun ke
atas. Helper dari operator potong blangko akan memindahkan hasil cetak
sebanyak enam bundle atau 6000 keping dari meja bundling ke meja potong
pingul. Setelah enam bundle material dibawa ke meja potong, helper akan
menyusun material berjajar ke samping agar operator potong pingul mudah dalam
melakukan penyusunan material pada mesin potong. Kegiatan memindahkan dan
91 Universitas Kristen Petra
menata kertas ini dilakukan berulang kali dan memperlama waktu pemotongan,
karena operator potong pingul harus menunggu pemindahan material dan
penataan material ini. Kedua kegiatan memindahkan dan menata ini merupakan
motion waste. Lama pemindahan dan penataan material ini untuk satu pallet
finished good adalah 11 menit.
2. Gerakan penataan material sebelum dilakukan palletizing dan pada saat
penataan dalam pallet
Material yang telah selesai dipotong pingul berjajar sebanyak enam
bundle ke samping. Helper akan menata material tersebut menjadi tiga susun ke
atas, kemudian helper akan meletakkan material tersebut ke dalam pallet. Setelah
diletakkan pada pallet, helper akan menata kembali posisi material-material
tersebut. Proses menata kembali material menjadi tiga susun ke atas dan menata
pada saat melakukan palletizing ini merupakan motion waste. Proses ini dilakukan
secara berulang kali. Proses penataan menjadi tiga susun ke atas ini membutuhkan
waktu 7 menit 11,2 detik untuk satu pallet finished good.
3. Gerakan mencari sparepart dan peralatan pada saat penggantian sparepart
mesin
Penggantian sparepart dari mesin dilakukan apabila terdapat bagian-
bagian dari mesin yang mengalami kerusakan. Operator mesin cetak beserta dua
helper yang akan melakukan penggantian sparepart apabila operator masih bisa
menangani kerusakan tersebut. Apabila operator tidak bisa lagi melakukan
perbaikan dan penggantian sparepart, maka pihak produksi akan mengeluarkan
work order yang akan diberikan pada departemen maintenance.
Selama ini sparepart dan peralatan seperti mur, baut, obeng, karet, dan
sparepart kecil lainnya diletakkan dalam satu kaleng kecil dan bercampur menjadi
satu. Pada saat proses penggantian sparepart, operator harus mengeluarkan
seluruh isi kaleng tersebut untuk mencari peralatan dan sparepart yang
dibutuhkan. Proses mencari ini merupakan motion waste karena merupakan
kegiatan yang seharusnya tidak dibutuhkan apabila peletakkan peralatan dan
sparepart ini cukup baik dan tidak diletakkan pada satu kaleng yang sama.
92 Universitas Kristen Petra
4.5.1.7 Defective Products
Defective products merupakan waste yang paling mudah diketahui dan
dideteksi. Produk cacat bisa ditemukan pada raw material dan juga saat produk
mengalami proses produksi. Berikut merupakan data kecacatan pada material
yang ditemukan sebelum dipasang pada unwinder unit dan dikembalikan ke
warehouse.
Tabel 4.20. Tabel Data Kecacatan pada Raw Material Produk A
Tanggal Jenis kecacatan Jumlah 21-Mar-09 scratch 1 3-Apr-09 scratch 1 27-Apr-09 scratch 1 27-May-09 surface flow 1 4-Jun-09 ukuran tidak cocok 1 8-Jun-09 ukuran tidak cocok 1 11-Jun-09 scratch 2 16-Jun-09 surface flow 1 23-Jun-09 ukuran tidak cocok 2 25-Jun-09 scratch 2 30-Jun-09 ukuran tidak cocok 3 3-Jul-09 scratch 5 4-Jul-09 scratch 1 13-Jul-09 scratch 4 17-Jul-09 scratch 4 25-Jul-09 scratch 2 31-Jul-09 scratch 1 7-Aug-09 scratch 1 10-Aug-09 scratch 2 22-Aug-09 scratch 4 29-Aug-09 surface flow 2 7-Sep-09 surface flow 2 6-Oct-09 scratch 2 13-Oct-09 scratch 1 21-Oct-09 scratch 2 27-Oct-09 lubang pinggir 1 5-Nov-09 scratch 2 6-Nov-09 scratch 1 11-Nov-09 scratch 4 12-Nov-09 scratch 3
93 Universitas Kristen Petra
Data di atas menunjukkan bahwa jenis kecacatan terbesar diakibatkan
adanya goresan pada kertas. Produk cacat ini tidak bisa dikembalikan kepada
pihak supplier karena kondisi supplier yang sangat jauh sehingga pengembalian
produk ini akan memakan biaya yang sangat besar jika dibanding dengan harga
material itu sendiri. Umumnya produk cacat ini digunakan untuk kertas bundle,
alas pada pallet, dan keperluan internal lainnya.
Selain pada raw material, produk defect bisa ditemukan pada saat proses
produksi dan inspeksi akhir. Produk cacat akan dirajang dan dibuang. Berikut
merupakan data persentase product defect untuk keseluruhan job.
Tabel 4.21. Tabel Persentase Product Defect per Job Tahun 2009 untuk Produk A
4,65 3,75 3,71 2,83 3,84 2,55 1,65 3,46 1,55 3,77 4,23 2,52 3,25 2,94 4,62 3,30 4,60 2,80 3,95 2,86 5,68 2,55 2,85 4,67 4,50 2,74 2,47 5,00 4,48 3,21 2,12 2,79 4,06 1,59 2,88 4,03 2,92 3,61 3,39 0,46 2,83 4,18 2,63 4,49 1,88 2,83 2,43 1,54
Tabel 4.22. Tabel Perincian Jenis Product Defect Produk A
Waste Persentase Make ready 0,14%
Restart 0,98% Print 0,98%
Die cut 0,28% Splicing 0,71% Paper 0,07% Other 0,08% Total 3,24%
4.5.1.8 Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk A pada
Departemen Rotogravure
Sub bab sebelumnya telah membahas ketujuh waste yang terdapat pada
keseluruhan proses produksi produk A yang terdapat pada departemen
rotogravure. Berikut merupakan tabel rekapitulasi waste dan penyebabnya.
94 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste Produk A
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
1 Overproduction
Jumlah produksi
aktual tidak sesuai dengan
WPP
1. Penjadwalan produksi tidak berdasarkan WPP yang diberikan kepada PT X
2. Penjadwalan berdasarkan stock policy sebesar enam minggu
3. Penjadwalan mengusahakan supaya uptime mesin cetak tinggi
4. Tidak ada yang mempermasalahkan adanya overproduction
2 Waiting waste
Pembongkaran material tidak
dapat langsung
dilakukan saat truk datang
1. Pada proses kedatangan raw material
- Proses administrasi - Kedatangan raw material pada saat yang bersamaan - Jumlah operator dan forklift terbatas - Tidak ada informasi pengiriman material dari supplier - Faktor cuaca
Adanya waktu menunggu,
baik menunggu operator maupun material
2. Pada proses produksi
- Operator mesin menunggui mesin - Cycle time operator catching dan bundling lebih kecil dari cycle time proses cetak - Operator mesin potong menunggu material yang akan dipotong dan adanya jumlah operator yang berlebih - Menunggu QC sampling
Finished good tidak dapat langsung dikirim
3. Pada proses pengiriman finished good
- Perbedaan proses administrasi warehouse - Pihak penyedia truk tidak pernah memberikan jadwal kedatangan truk
3 Transportation
Perpindahan material 1. Pemindahan material dari warehouse
primary ke warehouse X1 Perpindahan
material 2. Pemindahan material dari satu proses ke proses sesudahnya
Perpindahan material
3. Pada proses pengiriman finished good
- Adanya double handling untuk pengiriman ke plant kecil
4 Overprocessing Pemrosesan yang berulang
1. Overprocessing pada proses catching dan bundling
2. Sortir ulang hasil cetak
95 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste Produk A
(sambungan)
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
5 Inventory
Inventory yang besar
pada warehouse
raw material
1. Pada warehouse raw material
- Supplier kertas hanya satu dan lokasinya ada di luar negri - Pihak supplier meminta Letter of Credit - Lead times pemesanan hingga pengiriman material yang panjang
Adanya WIP pada proses
produksi
2. Pada proses produksi
- Pengiriman raw material ke area produksi dilakukan setiap pagi - Proses setelah cetak dilakukan setelah sejumlah material diproduksi mesin cetak
Adanya WIP pada proses
produksi
2. Pada proses produksi
- Pengiriman raw material ke area produksi dilakukan setiap pagi - Proses setelah cetak dilakukan setelah sejumlah material diproduksi mesin cetak
Inventory yang besar
pada warehouse
finished good
3. Pada warehouse finished good
- Ketakutan pihak perusahaan akibat permintaan produk A paling besar dan berfluktuasi - Mesin produksi produk A hanya ada satu, apabila rusak, sparepart harus diimpor dari Perancis - Stock policy sebesar enam minggu
6 Excess Motion
Adanya gerakan-
gerakan yang tidak perlu pada proses
produksi
1.Gerakan menata dan memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja potong pingul
2.Gerakan penataan material sebelum dilakukan palletizing dan pada saat penataan dalam pallet
3. Gerakan mencari sparepart dan peralatan saat penggantian sparepart mesin
7 Defective Products
Kecacatan pada raw material
1. Adanya produk cacat yang lolos QC dari pihak supplier
Kecacatan pada produk
akhir 2. Setting mesin yang kurang tepat dan
inspeksi yang kurang teliti
96 Universitas Kristen Petra
4.5.2 Identifikasi Waste untuk Produk B pada Departemen Offset
4.5.2.1 Overproduction Waste
Tabel 4.24. Tabel Perbandingan Jumlah Produksi Aktual dengan WPP untuk
Produk B
Minggu ke-
Jumlah produksi aktual - WPP (keping) Persentase
1 47.880.000 ∞ 2 6.840.000 33,33% 3 2.736.000 13,33% 4 -342.000 -1,79% 5 3.078.000 14,52% 6 -8.892.000 -43,33% 7 2.052.000 10,00% 8 -2.736.000 -13,33% 9 6.156.000 31,03% 10 10.944.000 145,45% 11 8.892.000 54,17% 12 15.732.000 176,92% 13 12.996.000 86,36% 14 19.152.000 ∞ 15 6.156.000 40,91% 16 -684.000 -4,55% 17 16.416.000 109,09% 18 -6.840.000 -40,00% 19 -9.576.000 -51,85% 20 -12.312.000 -72,00% 21 -4.104.000 -22,22% 22 -6.156.000 -32,14% 23 -2.052.000 -10,71% 24 14.363.000 74,99% 25 -1.368.000 -7,14% 26 6.840.000 35,71% 27 -5.472.000 -34,78% 28 -2.736.000 -14,29% 29 2.052.000 13,04% 30 17.784.000 92,86% 31 14.364.000 ∞ 32 -16.416.000 -92,31% 33 6.156.000 42,86% 34 1.368.000 8,00%
97 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.24. Tabel Perbandingan Jumlah Produksi Aktual dengan WPP untuk
Produk B (sambungan)
Minggu ke-
Jumlah produksi aktual - WPP (keping) Persentase
35 -16.122.000 -94,28% 36 -10.554.000 -61,72% 37 9.576.000 107,69% 38 0 - 39 -7.524.000 -44,00% 40 10.260.000 60,00% 41 9.576.000 56,00% 42 1.368.000 8,33% 43 -12.996.000 -79,17% 44 2.736.000 17,39% 45 684.000 4,35% 46 27.360.000 181,82% 47 21.888.000 177,78%
Chart perbandingan produksi aktual terhadap WPP untuk produk B
-20000000
-10000000
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
week
Minggu ke- WPP produk BJumlah produksi aktual Jumlah produksi aktual - WPP
Gambar 4.15. Grafik perbandingan produksi aktual dan WPP untuk produk B
98 Universitas Kristen Petra
Tabel di atas merupakan data weekly production planning (WPP) dan
jumlah produksi mingguan mulai dari minggu ke- 1 sampai minggu ke- 47 untuk
produk B. Overproduction mulai minggu pertama sampai minggu ke- 47 adalah
sebesar 24,53%. Persentase ini didapatkan dari selisih keseluruhan jumlah
produksi dengan WPP dibandingkan dengan total WPP.
Penyebab overproduction produk B ini hampir sama dengan
overproduction produk A, antara lain karena penjadwalan produksi yang ada tidak
berdasarkan pada WPP yang diberikan PT X. Penjadwalan produksi tidak
mempertimbangkan WPP yang ada karena PT Y pada tahun-tahun sebelumnya
tidak pernah memberikan WPP kepada PT X, sehingga PT X akan selalu
memproduksi barang sebagai safety stock apabila permintaan PT Y tiba-tiba
melonjak.
Penjadwalan produksi oleh PT X ini juga mempertimbangkan uptime
sebagai salah satu KPI (key performance indicator) dari PT X. Penjadwalan yang
dilakukan oleh PPC PT X untuk departemen offset hanya untuk mesin cetak.
Mesin-mesin yang lain seperti mesin potong dan mesin rit tidak dijadwalkan oleh
PPC. Penjadwalan mesin potong dan mesin rit dilakukan oleh supervisor shift
departemen offset.
Penjadwalan mesin cetak oleh PPC ini dibuat agar uptime dari
departemen offset bisa setinggi mungkin, tanpa memperhatikan jumlah produksi
yang berlebih dibandingkan WPP yang ada. Selain itu, semua produk pada
departemen offset masih harus mengalami pemrosesan lebih lanjut setelah
diproses pada mesin cetak. Pihak PPC kadang kurang memperhatikan hal tersebut
karena uptime departemen offset hanya berdasarkan pada mesin cetak, sedangkan
mesin cetak yang digunakan untuk memproduksi produk B tidak hanya digunakan
untuk memproduksi produk B saja, tetapi ada produk-produk lain dengan jumlah
produksi kecil.
Penjadwalan produksi untuk produk B juga berdasarkan pada stock
policy yang telah ditetapkan oleh PT X, yaitu sebesar enam minggu. Apabila stock
finished good produk B kurang dari enam minggu, maka PPC PT X akan
menjadwalkan produksi. Kadang kala walaupun stock finished good untuk
produksi sudah melebihi stock policy, PPC masih akan mengeluarkan WO kepada
99 Universitas Kristen Petra
pihak produksi karena mengejar uptime departemen offset yang lebih rendah
dibandingkan dengan uptime departemen rotogravure.
Pihak warehouse finished good juga tidak mempermasalahkan jumlah
produksi yang berlebih ini meskipun kapasitas gudang sudah cukup penuh.
Sebenarnya hal ini menyebabkan pihak warehouse sering kali harus menata ulang
barang-barang yang ada di warehouse. PT X selalu berusaha mengoptimalkan
kapasitas dari mesin dan mengusahakan uptime selalu tinggi. Kenyataannya, PT X
menganggap overproduction ini merupakan hal yang bisa diterima oleh
perusahaan karena produksi yang berlebih selalu dilakukan untuk mengejar
uptime dari departemen offset.
4.5.2.2 Delay Time atau Waiting
Waiting time untuk keseluruhan proses produksi untuk produk B juga
dibagi menjadi tiga, yaitu pada proses kedatangan raw material, proses produksi,
dan proses pengiriman finished good. Waiting waste yang terdapat pada proses
kedatangan raw material dan pengiriman finished good sama dengan yang telah
dijelaskan sebelumnya pada produk A. Waiting waste yang terjadi pada proses
produksi antara lain adalah pada saat operator dan helper dari mesin cetak dan
mesin rit menjaga mesin. Berikut merupakan peta pekerja mesin dan operator
untuk mesin cetak.
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan :
Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : Mits - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 22 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke -
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
15 Mencetak 15
Mengecek hasil cetak
bagian register depan
15 Mengecek
keseluruhan tinta
15 Persiapan cetak 15
100 Universitas Kristen Petra
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan :
Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : Mits - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 22 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke -
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
20 Mencetak 5 Monitoring 5
Menata kertas pada
pallet sebelum
dimasukkan ke mesin
5
Menata kertas pada pallet
sebelum dimasuk-
kan ke mesin
5
25 Mencetak 5
Mengecek hasil cetak 3
Menata kaleng-
kaleng tinta dan bahan
lain
3 Mengem-balikan
handpallet 2
Mengisi laporan setting mesin
1
Mengisi serbuk
sprayer anti lengket
pada mesin
1
Idle 3 Menata hasil cetak
untuk setting mesin
1
Menata kartu
laporan cetak offset
1
30 Idle 3
Memerintah-kan untuk menghenti-kan mesin
1 Idle 3
Menghen-tikan
mesin dan mengam-bil kertas
yang sobek
3
Mencetak 2 Monitoring 4 Menyalakan mesin 2 Membuang
kertas 2
40 Mencetak 10 Monitoring 10 Idle 10 Idle 10
101 Universitas Kristen Petra
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan : Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : Mits - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 22 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke -
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
45 Mencetak 5
Mengambil dan
menginspek-si hasil
cetak
3 Mengambil handpallet 2 Mengam-
bil pallet 2
Mengambil hasil cetak 2
Menunggu di depan
mesin dan menahan
bagian hasil cetak pada
delivery mesin
3
Menunggu mesin dan bersiap-
siap mengganti
pallet
3
65 Mencetak 20
Membawa material ke lokasi WIP
dan menatanya
4
Mengambil material
hasil potong blangko
2
Mengam-bil
material hasil
potong blangko
2
Mengemba-likan
handpallet 2
Melakukan jogging
pada material
7
Melaku-kan
jogging pada
material
7
Monitoring 7
Mengecek tinta dan mengisi
tinta
5
Mengisi bubuk
sprayer dan
member-sihkan lantai akibat bubuk
sprayer tumpah
5
102 Universitas Kristen Petra
PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan : Kegiatan pada mesin cetak
Nama Mesin : Mits - 0001 Nama Pekerja : Operator A, Helper B dan C
Dipetakan Oleh : Ellen Yulianita Limman
Tanggal Pemetaan : 22 Oktober 2009 Keadaan : Sekarang
Menit ke -
Mesin Cetak Operator A Helper B Helper C
Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w Kegiatan w
Mengambil hasil cetak
dan melakukan pengecekan
terhadap hasil cetak
3
Membersihkan bagian mesin yang terkena tinta
3
Mengam-bil tinta
yang diletakkan oleh pihak warehouse
di area produksi
4
Monitoring 4 Idle 3 Menata tinta di lemari
2
85
Mencetak 13
Monitoring dan
memeriksa hasil cetak
13
Memasuk-kan material 3
Menahan pallet pada
bagian feeder
3
Idle 4
Memin-dahkan material
pada bagian
belakang mesin
2
Mengecek dampening
unit6 Idle 8
Berhenti 2 Memeriksa
keadaan mesin
2
Menghenti-kan mesin 1
Mengam-bil kertas
yang masuk ke
mesin
1
Menyalakan mesin 1 Membuang
kertas 1
90 Mencetak 5 Monitoring 5 Idle 5 Idle 5
103 Universitas Kristen Petra
Ringkasan Mesin Operator A Helper B Helper C Waktu menganggur (menit) 5 0 21 21 Waktu kerja (menit) 85 90 69 69 Waktu total (menit) 90 90 90 90
Gambar 4.16. Peta pekerja operator dan mesin cetak offset
Waktu menunggu dimiliki oleh dua orang helper, yaitu masing-masing
21 menit yang berarti sebesar 30,4%. Tugas dari kedua helper ini adalah
membantu operator dalam mengoperasikan mesin, menyusun kertas, mengisi tinta
dan bubuk sprayer, dan membantu operator dalam melakukan perbaikan pada
mesin apabila terjadi kerusakan ringan pada mesin.
4.5.2.3 Transportation
Transportasi dapat dikatakan sebagai sebuah pemborosan atau waste
karena perpindahan material tidak menyebabkan nilai tambah terhadap suatu
produk. Transportation waste di PT X tampak dari value stream mapping. Berikut
merupakan data transportation waste yang terdapat pada proses kedatangan raw
material, proses produksi, dan proses pengiriman finished good.
1. Transportasi pada warehouse raw material
Berikut merupakan data transportasi yang terjadi pada warehouse raw
material untuk raw material produk B, yaitu dimulai dari pembongkaran material
dari truk, penataan material pada gudang, pengiriman material dari dalam
warehouse menuju ke loading dock, kemudian diangkut menuju ke area produksi.
Tabel 4.25. Tabel Transportasi pada Warehouse Raw Material Produk B
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb (detik)
Jumlah barang yang
diangkut
Total waktu
seluruh barang (detik)
Total waktu 1 pallet finished
good
Membongkar material di warehouse primary 86,37
2 - 4 pallet/unload,
total material 1 truk 56 pallet
2418,36 80,38
104 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.25. Tabel Transportasi pada Warehouse Raw Material Produk B
(sambungan)
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb (detik)
Jumlah barang yang
diangkut
Total waktu
seluruh barang (detik)
Total waktu 1 pallet finished
good Menyusun kertas di dalam warehouse 71,44 2
pallet/stapling 2000,32 66,48
Mengangkut material dari dalam warehouse menuju ke loading dock warehouse primary
155,79 4 pallet/angkut, 6 kali angkut untuk 500 rim
934,73 72,49
Mengangkut material dari loading dock warehouse menuju ke production area
257,24 4 pallet/angkut, 6 kali angkut untuk 500 rim
1543,44 119,70
Total time 6896,85 339,05
2. Transportasi pada proses produksi
Transportasi yang terjadi pada proses produksi sering terjadi karena
adanya WIP antar proses, sehingga material yang telah diproses harus diletakkan
pada area WIP terlebih dahulu sebelum masuk ke proses selanjutnya. Berikut
merupakan data transportasi yang terjadi pada proses produksi produk B pada
departemen offset.
Tabel 4.26. Tabel Transportasi pada Proses Produksi Produk B
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb (detik)
Jumlah barang yang diangkut
Total waktu
seluruh barang (detik)
Total waktu satu
pallet finished
good
Mengangkut material dari area produksi ke mesin potong
94,35 1 pallet (10500 lembar) /angkut 94,35 175,61
Mengangkut material dari mesin potong ke belakang mesin cetak
88,92 1 pallet (10500 lembar) /angkut 88,92 165,50
105 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.26. Tabel Transportasi pada Proses Produksi Produk B (sambungan)
Jenis kegiatan Non Value Added
Wb (detik)
Jumlah barang yang diangkut
Total waktu
seluruh barang (detik)
Total waktu satu
pallet finished
good
Mengangkut material dari mesin cetak ke area WIP rit 94,06 1 pallet (10000
lembar) /angkut 94,06 183,82
Mengangkut material dari WIP rit menuju ke belakang mesin rit
108,36 1 pallet (10000 lembar) /angkut 108,36 211,77
Mengangkut material dari mesin rit ke WIP potong keeping
26,49 1 pallet (10000 lembar) /angkut 26,49 51,77
Mengangkut material dari WIP potong keping ke mesin potong keping
96,14 1 pallet (10000 lembar) /angkut 96,14 187,89
Mengangkut material dari mesin potong keping ke area WIP sortir
56,24 1 pallet (10000 lembar) /angkut 56,24 109,91
Mengangkut material dari area WIP sortir menuju ke area sortir
292,91 1 pallet (10000 lembar) /angkut 292,91 572,43
Mengangkut material dari area sortir menuju ke area packing
72,24 1 pallet (684000 keping) /angkut 72,24 72,24
Mengangkut material dari area packing ke area wrapping
22,89 1 pallet (684000 keping) /angkut 22,89 22,89
Mengangkut material dari area wrapping ke staging area 67,62 1 pallet (684000
keping) /angkut 67,62 67,62
Total time 1020,22 1821,44
3. Transportasi pada warehouse finished good dan proses pengiriman finished
good
Transportasi yang ada pada warehouse finished good adalah transfer
material dari staging area menuju ke primary warehouse, kemudian transfer
material dari primary warehouse menuju ke warehouse Y1. Hal ini menunjukkan
adanya double handling pada warehouse finished good.
106 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.27. Tabel Transportasi pada Warehouse Finished Good dan Proses
Pengiriman Finished Good Produk B
Jenis kegiatan Non Value Added Wb Jumlah barang
yang diangkut
Total waktu untuk
seluruh barang (detik)
Total waktu untuk satu
pallet finished
good
Mengangkut material dari staging area ke depan staging area
28,88 1 pallet (684000 keping) /angkut 28,88 28,88
Mengangkut material dari depan staging area ke warehouse primary
84,8 2 pallet (684000 keping) /angkut 84,8 42,4
Mengangkut finished good ke truk pada warehouse primary
83,77 2 pallet, total 28 pallet/truk 1172,92 41,89
Perjalanan dari warehouse primary ke warehouse Y1 428,76 - 428,76 428,76
Membongkar material pada warehouse Y1 55,02 2 pallet, total 28
pallet/truk 770,28 27,51
Mengangkut material dari dalam warehouse Y1 menuju ke loading dock warehouse
33,79 1 pallet/angkut, total 15 pallet 506,85 33,79
Mengangkut material ke truk 43,58 1 pallet/angkut, total 15 pallet 653,7 43,58
Total time 3646,19 646,81
4.5.2.4 Inappropriate/Excess Processing
Excess processing yang terjadi pada proses produksi pada departemen
offset ini adalah adanya kegiatan sortir dan sortir ulang. Mesin yang terdapat pada
departemen offset tidak memiliki alat pemeriksa kecacatan visual yang otomatis
akan membuang produk yang terdeteksi tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Hal ini menyebabkan semua produk yang diproduksi oleh departemen
offset harus mengalami proses sortir untuk keseluruhan produk. Selain itu,
kelemahan pada offset adalah warna pada hasil cetak sering kurang stabil.
107 Universitas Kristen Petra
Proses sortir ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan diperlukan
ketelitian yang cukup tinggi, sedangkan kelelahan mata manusia juga bisa saja
menyebabkan adanya produk cacat menjadi terlewatkan dan tidak terdeteksi. Hal-
hal tersebut menyebabkan adanya sortir ulang. Sortir ulang ini biasanya
ditemukan oleh pihak QC dan pernah terjadi penarikan kembali dari gudang ke
produksi karena beberapa pallet finished good didapati adanya warna yang lebih
gelap dibandingkan standard color range. Berikut merupakan data sortir ulang
mulai tanggal 17 November sampai 2 Desember 2009 untuk produk B pada
departemen offset.
Tabel 4.28. Tabel Data Sortir Ulang Produk B
Tanggal Jumlah yang disortir ulang
(keping) Penyebab sortir ulang
17-Nov-09 150.000 Ada bayang-bayang putih
21-Nov-09 684.000 Warna lebih terang daripada standar color range
23-Nov-09 284.000 Potong keping yang kurang pas
25-Nov-09 475.000 Warna hitam pada tulisan berbayang-bayang
28-Nov-09 240.000 Ada goresan (scratch) pada kertas
30-Nov-09 500.000 QA menemukan tulisan dan gambar yang berbayang-bayang
1-Dec-09 684.000 Penarikan dari warehouse karena warna hijau lebih gelap daripada
standar color range 2-Dec-09 758.000 Hasil potong keping miring
Excess processing pada proses produksi juga terletak pada adanya
jogging pada material atau proses pemberian angin. Proses jogging ini dilakukan
pada saat material akan dimasukkan ke dalam mesin cetak dan mesin rit. Operator
harus memindahkan material dari satu pallet ke pallet yang lain agar material
tidak saling lengket satu sama lainnya.
108 Universitas Kristen Petra
4.5.2.5 Inventory Waste
Inventory waste ada tiga macam, yaitu inventory pada warehouse raw
material, inventory dan WIP pada proses produksi, dan inventory pada warehouse
finished good. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing inventory
tersebut.
1. Inventory pada warehouse raw material
Inventory raw material pada warehouse untuk produk B dapat dilihat
pada value stream mapping. Perhitungan inventory menggunakan rumus AIL,
didapatkan inventory sebesar 70,29 hari. Inventory yang besar ini sebenarnya
hanya untuk safety stock saja. Lead time pemesanan barang sampai dengan
pengiriman barang sebenarnya hanya lima minggu. Rata-rata stock pada gudang
adalah 12280 rim. Inventory pada warehouse raw material ini menyumbang waste
terbesar pada keseluruhan value stream mapping, yaitu sebesar 53,07%
2. Inventory dan WIP pada proses produksi
Tabel 4.29. Tabel Inventory dan WIP pada Proses Produksi Produk B
Inventory Lama inventory (detik) Inventory pada production area 96.480 WIP cetak 19.008 WIP rit 59.040 inventory mesin rit 13.536 WIP potong keping 52.790,4 inventory mesin potong keping 8.438,4 WIP sortir 223.603,2 inventory sortir 2.419,2 WIP QC sampling 93,71 475.408,91
Inventory yang paling besar adalah terletak pada WIP sortir. Hal ini
dikarenakan jumlah operator sortir yang terbatas. Inventory terbesar kedua adalah
WIP potong keping. Operator potong keping akan melakukan potong keping
setelah kepala meja sortir meminta material supaya dipersiapkan. Oleh karenanya,
jumlah WIP potong keping cukup besar. Inventory terbesar ketiga pada proses
produksi terletak pada area produksi, hal ini disebabkan karena pengiriman barang
109 Universitas Kristen Petra
dari warehouse adalah untuk keperluan satu job, sehingga inventory ini tidak
memungkinkan untuk dikurangi.
Total waktu inventory pada proses produksi adalah 5 hari 12 jam 3 menit
28,91 detik. Inventory pada proses produksi ini menyumbang waktu sebesar
4,15% dalam value stream mapping.
3. Inventory pada warehouse finished good
Inventory pada warehouse finished good adalah sebesar 55,82 hari.
Jumlah ini juga merupakan jumlah yang cukup besar dengan rata-rata stock
sebesar 110.595.724 keping atau sebanyak 161,69 pallet finished good. Inventory
pada warehouse finished good ini menyumbang 42,14% pada value stream
mapping.
4.5.2.6 Unnecessary / Excess Motion
Excess motion yang terdapat pada proses produksi produk B ini adalah
pada proses potong blangko dan potong keping. Proses potong blangko dan
potong keping ini masih semi manual, yang artinya dalam melakukan proses
potong ini sebagian masih dilakukan secara manual. Operator harus mengambil
material kemudian melakukan penataan material kemudian proses potong
dilakukan.
Pada proses pengambilan material, baik untuk proses potong blangko dan
potong keping, mengharuskan operator membungkuk untuk mengambil material.
Hal tersebut dilakukan secara berulang dengan jumlah material yang diambil
cukup berat, yaitu kurang lebih 25 kilogram untuk sekali pengangkatan. Setelah
dipotong blangko ataupun dipotong keping, material harus dikembalikan lagi ke
pallet. Proses pengambilan dan peletakan material ini cukup memakan waktu yang
lama.
Penjabaran dari proses potong blangko ini adalah mengambil material di
pallet dan menata material yang membutuhkan waktu 1 menit 15 detik. Proses
potong membutuhkan waktu 1 menit 45 detik, dan proses penataan di pallet
membutuhkan waktu 1 menit. Ketiga proses tersebut harus dilakukan sebanyak
tujuh kali untuk menghabiskan satu pallet raw material sebanyak 10500 lembar.
110 Universitas Kristen Petra
Penjabaran untuk proses potong keping adalah mengambil material di
pallet dan menata material membutuhkan waktu 1 menit 15 detik, proses potong
membutuhkan waktu 14 menit, dan proses penataan di pallet membutuhkan waktu
2 menit 45 detik. Ketiga proses tersebut harus dilakukan sebanyak sepuluh kali
untuk menghabiskan satu pallet material sebanyak 10000 lembar.
4.5.2.7 Defective Products
Produk cacat yang terdapat pada departemen offset tidak bisa terdeteksi
oleh mesin, oleh karenanya membutuhkan bantuan dari operator sortir untuk
melakukan kegiatan sortir. Produk cacat bisa ditemukan pada raw material dan
saat produk mengalami proses produksi. Kecacatan pada raw material disebabkan
antara lain karena QC pada produk yang dikirimkan oleh supplier kurang baik,
sehingga produk cacat juga bisa sampai terkirim ke konsumen dan kesalahan pada
proses transportasi atau penyimpanan oleh pihak gudang. Berikut ini merupakan
data pengembalikan raw material oleh pihak produksi ke pihak warehouse karena
ditemukan adanya kecacatan pada material. Data ini merupakan data pada tahun
2009.
Tabel 4.31. Tabel Kecacatan Raw Material Produk B
Tanggal Jenis kecacatan Jumlah (rim)
6-Feb-09 cacat 24 10-Feb-09 cacat 115 16-Mar-09 scratch 10 31-Mar-09 surface flow 8 11-Jul-09 bergaris 15 24-Jul-09 bergelombang 29 5-Oct-09 scratch 21 17-Oct-09 bergaris 11
Frekuensi kecacatan pada produk tidak terlalu sering terjadi, tetapi
jumlah produk cacat ketika sekali ditemukan bisa dalam jumlah yang cukup
banyak. Pihak supplier untuk raw material produk B menerima retur barang
selama jenis kecacatan bisa diterima oleh pihak supplier.
111 Universitas Kristen Petra
Produk cacat yang ditemukan selama bulan Januari sampai dengan
November dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.32. Tabel Persentase Product Defect Produk B
Bulan Persentase Waste (%) Januari 5,71 Februari 3,64 Maret 3,38 April 3,43 Mei 3,36 Juni 2,99 Juli 3,86
Agustus 3,04 September 5,45 Oktober 3,66
November 2,84 Rata-rata 3,75
Berikut merupakan perincian dari penyebab product defect untuk produk B.
Tabel 4.33. Tabel Persentase Penyebab Kecacatan Produk B
Penyebab waste Persentase (%) Waste setting 0,094 Waste cetak 0,229
Bleeding 0,95 Strecher 0,001
Print Unregister 0,032 Scratch 0,603
Colour deviation 0,832 Spray powder 0,001 Cutting unreg 0,189
Rit unreg 0,009 Uncomplete paper 0,015
Picking 0,426 Hickies 0,294 Creased 0,07
Total 3,75
112 Universitas Kristen Petra
4.5.2.8 Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B pada
Departemen Offset
Berikut merupakan tabel rekapitulasi waste dan penyebab waste untuk
produk B pada departemen offset.
Tabel 4.34. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
1 Overproduction
Jumlah produksi
aktual tidak sesuai dengan
WPP
1.Penjadwalan produksi tidak berdasarkan WPP yang diberikan kepada PT X
2. Penjadwalan berdasarkan stock policy sebesar enam minggu
3. Mengejar supaya uptime mesin cetak tinggi
4.Tidak ada yang mempermasalahkan adanya overproduction
5. Penjadwalan produksi hanya untuk mesin cetak saja
2 Waiting waste
Pembongkaran material tidak
dapat langsung
dilakukan saat truk datang
1. Pada proses kedatangan raw material
- Proses administrasi - Kedatangan raw material pada saat yang bersamaan - Jumlah operator dan forklift terbatas - Tidak ada informasi pengiriman material dari supplier - Faktor cuaca
Adanya waktu menunggu,
baik operator maupun material
2. Pada proses produksi
- Operator mesin menunggui mesin
- Menunggu QC sampling
Finished good tidak dapat langsung dikirim
3. Pada proses pengiriman finished good
- Perbedaan proses administrasi warehouse - Pihak penyedia truk tidak pernah memberikan jadwal kedatangan truk
113 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.34. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B
(sambungan)
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
3 Transportation
Perpindahan material 1.
Pemindahan material dari warehouse primary ke area produksi
Perpindahan material 2.
Ada banyaknya lokasi WIP dan transportasi dari satu proses ke proses sesudahnya
Perpindahan material
3. Pada proses pengiriman finished good
- Adanya double handling untuk pengiriman finished good
4 Overprocessing Sortir ulang 1.Sortir ulang akibat ketidaktelitian dalam proses sortir dan inspeksi operator
5 Inventory
Inventory yang besar
pada warehouse
raw material
1. Pada warehouse raw material
- Lead times pemesanan hingga pengiriman material cukup lama
Adanya WIP pada proses
produksi
2. Pada proses produksi
- Pengiriman raw material ke area produksi adalah untuk kebutuhan satu job - Proses produksi yang terjadi berbeda dengan rotogravure, proses yang ada terpisah-pisah dan membutuhkan waktu aging - Penjadwalan mesin yang kurang baik, sehingga jumlah WIP pada proses produksi jumlahnya tidak terkontrol
Inventory yang besar
pada warehouse
finished good
3. Pada warehouse finished good
- Mengoptimalkan kapasitas mesin - Stock policy sebesar enam minggu
6 Excess Motion
Adanya gerakan-
gerakan yang tidak perlu pada proses
produksi
1.Proses pengambilan dan penataan material pada proses potong blangko dan potong keping
114 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.34. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B
(sambungan)
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
7 Defective Products
Kecacatan pada raw material
1. Adanya produk cacat yang lolos QC dari pihak supplier
Kecacatan pada produk
akhir 2. Setting mesin yang kurang tepat dan
inspeksi yang kurang teliti
4.6 Uji Verifikasi dan Validasi
Uji verifikasi merupakan pemeriksaan atau pencocokan mengenai
kebenaran data, laporan, perhitungan, dan metode yang digunakan apakah telah
sesuai dengan kenyataan dan permasalahan yang ada di perusahaan. Uji verifikasi
dilakukan dengan mempresentasikan hasil dari value stream mapping,
identifikasi, dan analisis terhadap seven waste kepada pihak perusahaan. Uji
validasi merupakan suatu tindakan pembenaran atau pemberian pernyataan bahwa
pengolahan data dan hasil yang didapatkan adalah benar. Validasi juga merupakan
suatu tindakan konfirmasi atas suatu hasil dan tindakan pembuktian bahwa hasil
tersebut telah mencapai hasil yang diinginkan. Perusahaan telah memvalidasi
bahwa segala hasil perhitungan, rancangan value stream mapping, dan analisis
waste tersebut telah benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
4.7 Usulan Improvement
Jenis waste terbesar yang terdapat pada kedua macam proses produksi
adalah inventory, transportasi, waiting, dan motion.
4.7.1 Usulan Perbaikan untuk Produk A pada Departemen Rotogravure
4.7.1.1 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Waiting Waste
Waiting waste yang telah dibahas pada sub bab 4.5.1.2. meliputi waiting
waste pada proses kedatangan raw material, proses produksi, dan proses
115 Universitas Kristen Petra
pengiriman finished good. Berikut merupakan usulan perbaikan untuk masing-
masing proses.
1. Waiting waste pada proses kedatangan raw material
Pengurangan waiting waste yang terdapat pada proses kedatangan raw
material ini dilihat dari akar masalah untuk masing-masing penyebab. Akar
masalah yang pertama adalah adanya kedatangan truk secara bersamaan atau tiba-
tiba yang disebabkan tidak adanya konfirmasi dari pihak supplier mengenai
pengiriman barang. Pengurangan waiting waste pada proses kedatangan raw
material bisa dilakukan dengan melakukan kerja sama antara DIM Planning PT X
dengan pihak supplier agar pihak supplier bisa memberitahukan atau
menginformasikan DIM Planning ataupun pihak warehouse apabila supplier telah
mengirim material. Apabila pihak supplier telah mengkonfirmasi, pihak
warehouse bisa melakukan persiapan, antara lain mengatur lokasi pembongkaran
barang, maupun menyiapkan tempat yang digunakan untuk tempat penyimpanan.
Akar masalah lain yang disebabkan karena adanya material yang roboh
karena pallet yang tidak kuat, yang menyebabkan pihak gudang harus menata
ulang material tersebut. Pihak DIM Planning sebaiknya meminta pihak supplier
agar mempertimbangkan penggunakan pallet yang cukup kuat. Adanya pallet
yang roboh ini juga dapat menyebabkan kecacatan pada material.
Jumlah operator yang dimiliki oleh pihak warehouse memang terbatas,
tetapi pengalokasian tenaga kerja ini seharusnya cukup apabila tidak ada truk yang
datang secara bersamaan. Seluruh pihak warehouse bisa menyetir forklift, tetapi
jumlah forklift yang ada juga terbatas. Masing-masing warehouse raw material
dan warehouse finished good bisa saling meminjam forklift.
Truk yang datang secara bersamaan ini menyebabkan ada truk yang
harus mengantri dan menunggu pembongkaran truk sebelumnya. Apabila ada
informasi mengenai pengiriman material oleh supplier, pihak warehouse bisa
memikirkan pengalokasian tenaga kerja yang harus digunakan, dan pihak
warehouse raw material bisa meminjam sumber daya yang dimiliki oleh
warehouse finished good.
Masalah lain yang disebabkan karena adanya proses administrasi dan
cuaca memang tidak dapat dihindari. Keadaaan cuaca saat ini tidak menentu,
116 Universitas Kristen Petra
apalagi jika musim hujan telah tiba. Pihak supplier sebaiknya bisa melindungi
material yang diletakkan di dalam truk dengan menggunakan terpal atau bahan
lain yang bisa melindungi material dari air hujan. Sebaliknya pihak warehouse
bisa melakukan pembongkaran material pada area gudang yang memiliki kanopi.
2. Waiting waste pada proses produksi
Waiting waste yang terdapat pada proses produksi departemen
rotogravure ini sering kali disebabkan adanya operator yang menganggur karena
tidak ada barang yang diproses. Waktu menganggur paling banyak didapati pada
operator dan helper mesin potong pingul. Oleh karenanya sebaiknya mesin potong
pingul hanya ditangani oleh satu orang saja. Operator mesin potong pingul juga
melakukan palletizing, sehingga waiting time operator potong pingul menjadi
berkurang. Tugas dari operator potong pingul ini menjadi bertambah, antara lain
membawa hasil cetak dari meja bundling ke meja potong pingul, melakukan
potong pingul, dan melakukan palletizing.
Apabila tugas helper dan operator potong ini dibebankan pada operator
potong saja, maka total waktu yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaanya
untuk satu pallet finished good adalah 68 menit 11,78 detik. Persentase waktu
menganggur yang dimiliki oleh operator potong pingul adalah sebesar 25,87%.
Waiting waste yang berkurang dari adanya pengurangan jumlah operator ini
adalah sebesar 31,5%.
Waiting waste yang ada pada proses produksi juga terdapat pada regu
catching dan bundling. Total satu regu berjumlah lima orang. Untuk mengurangi
adanya waiting waste ini sebaiknya jumlah satu operator dalam satu regu bisa
dikurangi menjadi empat orang. Satu orang tersebut bisa diperbantukan untuk
melakukan sortir pada departemen offset. Apabila diperlukan sortir ulang, maka
operator mesin cetak ataupun operator mesin potong bisa dialokasikan untuk
melakukan sortir.
Waiting waste yang dialami oleh material adalah ketika satu pallet
finished good tidak bisa diproses packing karena harus menunggu status accept
dari QA. QA technician sendiri melakukan pengambilan sample setiap dua jam
sekali. Pengurangan waiting waste pada pallet finished good adalah dengan
117 Universitas Kristen Petra
operator potong pingul ataupun operator mesin cetak bisa mengambil sample pada
pallet dan operator tersebut yang akan mengantarkan sample kepada QA
technician. Operator yang bertugas melakukan pengambilan sample harus
diberitahukan pengambilan sample dilakukan pada bagian mana saja dan dengan
jumlah yang telah ditetapkan oleh QA technician. Hal ini tentu saja akan
mengurangi lama waiting waste yang terjadi pada pallet finished good.
3. Waiting waste pada proses pengiriman finished good
Akar masalah utama dari adanya waiting waste pada proses pengiriman
finished good ini adalah jam kedatangan dari truk yang tidak terprediksi. Hal ini
dikarenakan pihak penyedia truk tidak memberitahukan kapan truk akan datang
untuk mengangkut finished good yang telah siap dikirim ke konsumen. Untuk
mengatasi hal ini, sebaiknya pihak warehouse memberitahukan pihak penyedia
truk agar pihak penyedia truk bisa memastikan jam kedatangan truk. Apabila jam
kedatangan truk bisa dipastikan, pihak warehouse bisa menyiapkan finished good
agar proses pemuatan barang tidak berlangsung lama.
Pihak penyedia truk juga sebaiknya mengatur jam kedatangan truk, agar
kedatangan truk tidak bersama-sama. Kedatangan truk yang bersama-sama
menyebabkan adanya antrian truk pada warehouse. Jumlah operator dan forklift
yang terdapat pada warehouse finished good juga terbatas, apabila ada truk yang
datang secara bersamaan, pihak warehouse menjadi kekurangan tenaga kerja.
Apabila kedatangan truk bisa dipastikan dan tidak ada kedatangan yang saling
bersamaan, seharusnya pengalokasian tenaga kerja ini sudah cukup. Adanya
kedatangan truk yang menumpuk ini menyebabkan pada jam-jam tertentu seluruh
operator menjadi sibuk dan pada jam lainnya, seluruh operator ini menganggur.
Pihak warehouse finished good juga bisa meminjam tenaga kerja dan
forklift yang dimiliki oleh warehouse raw material. Hal ini dilakukan apabila
kedatangan truk secara bersamaan yang menyebabkan antrian panjang di depan
warehouse.
Adanya perbedaan proses administrasi juga menyebabkan truk harus
menunggu setelah pemuatan barang selesai dilakukan. Proses pembuatan surat
jalan oleh pihak warehouse finished good PT X dan pihak warehouse raw
118 Universitas Kristen Petra
material PT Y berbeda. Sebaiknya pihak warehouse raw material PT Y telah
membuat surat jalan terlebih dahulu, pada saat hari pengiriman, kepala warehouse
tersebut hanya mencocokkan ulang barang apa saja yang dikirim dan surat jalan
dapat langsung dicetak.
4.7.1.2 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Transportation Waste
1. Transportasi pada warehouse raw material
Proses yang terdapat pada warehouse raw material antara lain proses
pembongkaran material dan proses pengiriman material apabila produksi meminta
raw material berdasarkan bon produksi. Pada proses pengiriman raw material ini
terdapat double handling, yaitu dari dalam warehouse primary menuju ke loading
dock warehouse primary, dari loading dock warehouse primary menuju ke
loading dock warehouse X1, kemudian dari loading dock warehouse X1 menuju
ke dalam warehouse X1, dan dikirim ke area produksi.
Usulan untuk mengurangi adanya double handling ini adalah dengan
melakukan transfer material ke warehouse X1, dari loading dock warehouse
primary, pihak warehouse menggunakan forklift baterai dan tidak melewati
loading dock warehouse X1, tetapi melewati pintu samping dekat area produksi
departemen offset, seperti pengiriman raw material offset. Dengan melewati pintu
samping ini, pihak warehouse bisa mengurangi penggunaan forklift dan operator.
Berikut merupakan layout awal dan usulan improvement yang disarankan.
119 Universitas Kristen Petra
Up
Up
Gambar 4.17. Pelaksanaan transfer material awal dan usulan
Panah yang berwarna biru pada gambar di atas menunjukkan perjalanan
yang dilalui oleh forklift pada kondisi sekarang, yang menunjukkan adanya double
handling, yaitu material diangkut menuju loading dock warehouse X1
(ditunjukkan oleh nomor 1 dengan panah biru) kemudian dari loading dock
tersebut material diangkut menuju ke warehouse raw material X1 yang
ditunjukkan oleh warna hijau. Usulan diberikan untuk mengurangi penggunaan
forklift, yaitu menggunakan pintu masuk yang diberi nomor 2 dengan tanda panah
merah, sehingga double handling tidak perlu terjadi.
120 Universitas Kristen Petra
2. Transportasi pada warehouse finished good pada pengiriman barang
Adanya double handling pada saat pengiriman finished good yang
ditujukan untuk plant kecil, yaitu truk akan mengangkut finished good dari
warehouse primary kemudian dibawa ke warehouse Y1. Finished good akan
disimpan pada warehouse Y1 selama dua hari, kemudian pengiriman akan
dilakukan dari warehouse Y1.
Usulan perbaikan adalah dengan melakukan semua pengiriman yang
berasal dari warehouse primary untuk mengurangi adanya double handling dan
juga memperkecil resiko kerusakan pada material akibat adanya transportasi.
Material yang disimpan pada warehouse Y1 dipindah ke warehouse primary. Hal
ini juga didukung dengan usulan pengurangan stock yang ada pada warehouse
dimana usulan akan dibahas pada sub bab berikutnya, sehingga jumlah finished
good yang ada pada warehouse juga semakin berkurang dan material pada
warehouse Y1 bisa dipindah ke warehouse primary.
Dengan usulan ini, selain mengurangi double handling, perusahaan juga
bisa mengurangi biaya sewa gudang untuk warehouse Y1 yang disewa pada PT
Y. Operator dan forklift di warehouse Y1 bisa dialokasikan di warehouse finished
good atau warehouse raw material.
4.7.1.3 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Overprocessing Waste
Overprocessing waste yang terjadi pada proses produksi produk A adalah
adanya penataan material yang dilakukan oleh operator catching dan bundling,
juga sortir ulang. Untuk mengurangi penataan material secara berulang, proses
catching dan bundling bisa digabungkan. Setelah operator melakukan catching,
operator langsung melakukan bundling pada meja delivery unit. Waktu
pemrosesan tentu saja akan berkurang. Pada usulan perbaikan untuk mengurangi
waiting waste, diusulkan agar jumlah satu regu dikurangi menjadi empat operator.
Pada usulan untuk penggabungan proses catching dan bundling ini dua
orang operator dibutuhkan untuk melakukan proses catching dan bundling, satu
orang operator akan membantu kedua operator tersebut, dan satu orang operator
akan bertugas sebagai operator cadangan yang akan membantu ketiga operator
lain, melakukan pengisian form proses cetak, dan melakukan sortir ulang apabila
121 Universitas Kristen Petra
diperlukan. Dengan demikian, waiting waste untuk masing-masing operator juga
akan berkurang.
4.7.1.4 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Motion Waste
1. Gerakan menata dan memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja
potong pingul.
Motion waste ini bisa dikurangi dengan cara penggunaan meja yang
menggunakan roda di bagian bawah. Operator tidak lagi harus memindahkan
material dari meja bundling ke meja potong, melainkan meja bundling itu sendiri
yang akan digeser ke dekat meja potong. Meja bundling dibuat menjadi dua meja,
satu meja memiliki roda, dan satu meja merupakan meja biasa, sehingga ketika
operator akan melakukan proses potong, satu meja didekatkan ke mesin potong
pingul. Tinggi meja bundling ini sebaiknya sama dengan tinggi meja potong
pingul agar operator hanya perlu menggeser material dari meja tersebut.
2. Gerakan penataan material sebelum dilakukan palletizing dan pada saat
penataan dalam pallet
Proses penataan ini dapat dikurangi dengan penggunaan meja yang dapat
berfungsi sebagai lifter sebagai pengganti handpallet. Posisi lifter akan disamakan
dengan tinggi meja, sehingga operator hanya perlu melakukan penggeseran
material untuk menatanya dalam pallet dan tidak diperlukan proses penumpukan
material menjadi tiga susun ke atas dan menata kembali ketika berada di dalam
pallet.
Gambar 4.18. Contoh Meja yang Berfungsi sebagai lifter
Sumber: http://www.materialhandlingproducts.com/lift-table-stackers.html (n.d.)
122 Universitas Kristen Petra
3. Gerakan mencari sparepart dan peralatan pada saat penggantian sparepart
mesin
Operator sering kali kesusahan dalam mencari sparepart atau peralatan
yang digunakan ketika akan melakukan perbaikan pada mesin dan penggantian
sparepart mesin. Oleh karenanya, usulan perbaikannya adalah penggunaan
toolbox. Berikut merupakan contoh gambar toolbox yang bisa menjadi
pertimbangan.
Gambar 4.19. Contoh toolbox
Sumber: http://202.43.165.157/gramedia/idea/article.php?name=/wadah-ringkas-
untuk-perkakas&channel=peralatan_rumah/pilihan&print=1 (n.d.)
4.7.1.5 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Inventory Waste
1. Inventory pada warehouse raw material
Inventory yang terdapat pada warehouse raw material sangat besar
jumlahnya dan menyumbang persentase terbesar dalam value stream mapping.
Oleh karenanya, usulan perbaikannya adalah dengan menghitung ulang safety
stock dan stock level yang diijinkan untuk mengurangi inventory dan stock policy
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan inventory raw material
adalah lead time pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dan
rata-rata permintaan untuk pelaksanaan produksi. Berikut merupakan langkah-
langkah dalam menentukan safety stock dan stock level yang diijinkan.
• Menentukan distribusi dari permintaan produksi. Penentuan distribusi dengan
menggunakan bantuan software Minitab. Berikut merupakan hasil dari
software minitab mengenai distribusi dari permintaan produksi.
123 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.20. Hasil Distribusi Permintaan Produksi Raw Material A
• Menghitung mean dan standar deviasi dari demand dengan distribusi smallest
extreme value.
µ = location parameter = 18,99317
c = konstanta Euler = 0,5772
σ = scale parameter = 7,36576
Mean = σµ .c−
= 18,99317– 0,5772 ×7,36576
= 14,742 roll/hari
St dev = 6
2πσ
= 614,37,36576
2
= 9,44 roll
124 Universitas Kristen Petra
• Menghitung safety factor. Service level yang diinginkan oleh perusahaan
adalah 99%, yang artinya perusahaan menginginkan bahwa 99% dari
permintaan dari produksi dapat terpenuhi. Safety factor untuk service level
99% adalah 1,52718.
• Menghitung safety stock untuk permintaan produksi
Lead time mulai dari pemesanan barang hingga pengiriman barang adalah 7
minggu atau sama dengan 49 hari.
SS = safety factor × stdev × L
= 1,52718 × 9,44 × 49
= 100,92 roll
• Menghitung average stock level yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan
(ASL)
ASL = Rata-rata permintaan + SS
= 14,742 roll/hari × 35 hari + 100,92 roll
= 616,25 roll
• Menghitung average inventory level (AIL)
AIL = ASL / rata-rata permintaan
= 616,25 roll : 14,742 roll/hari
= 41,8 hari
Hasil perhitungan didapatkan AIL sebesar 41,8 hari, sehingga stock policy
usulan adalah sebesar 42 hari.
2. Inventory pada warehouse finished good
Inventory pada warehouse fnished good menyumbang persentase kedua
terbesar setelah inventory raw material. Oleh karenanya, usulan perbaikan adalah
dengan menghitung ulang safety stock dan stock level yang diijinkan untuk
mengurangi inventory dan stock policy yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan inventory finished good
adalah jumlah demand atau permintaan dari konsumen dan lead time dari
pemenuhan pemesanan tersebut. Berikut merupakan langkah-langkah dalam
menentukan safety stock dan stock level yang diijinkan.
125 Universitas Kristen Petra
• Menentukan distribusi dari demand dengan menggunakan software Minitab.
Berikut merupakan hasil dari software minitab mengenai distribusi dari
demand.
Gambar 4.21. Hasil Distribusi Demand Produk A
• Menghitung mean dan standar deviasi dari demand dengan distribusi smallest
extreme value.
µ = location parameter = 3,05976E+07
c = konstanta Euler = 0,5772
σ = scale parameter = 5,12307E+06
Mean = σµ .c−
= 30.597.600 – 0,5772 ×5.123.070
= 27.640.564 keping/minggu
St dev = 6
2πσ
126 Universitas Kristen Petra
= 614,35.123.070
2
= 6.567.262 keping
• Menghitung safety factor. Service level yang diinginkan oleh perusahaan
adalah 99%, yang artinya perusahaan menginginkan bahwa 99% dari demand
dapat terpenuhi. Safety factor untuk service level 99% adalah 1,527.
• Menghitung safety stock untuk demand
Waktu pemesanan dan lead time untuk memenuhi demand adalah 1 minggu.
SS = safety factor × stdev × L
= 1,527 × 6.567.262 × 1
= 10.028.209 keping
• Menghitung average stock level yang diijinkan (ASL)
ASL = Rata-rata permintaan tiap minggu + SS demand
= 27.640.564 + 10.028.209
= 37.668.773 keping • Menghitung average inventory level untuk menentukan stock policy
AIL = ASL / rata-rata demand
= 37.668.773 keping : 27.640.564 keping/minggu
= 1,36 minggu = 9,54 hari
Hasil perhitungan AIL didapatkan sebesar 9,54 hari, sehingga stock policy
usulan adalah sebesar 10 hari.
4.7.2 Usulan Perbaikan untuk Produk B pada Departemen Offset
4.7.2.1 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Waiting Waste
Pengurangan waiting waste yang terdapat pada operator cetak dan
operator rit dengan cara operator langsung melakukan sortir untuk hasil cetak dan
hasil rit. Apabila ditemukan ada kecacatan, operator akan memisahkan hasil cetak
tersebut. Operator juga menuliskan penyebab hasil cetak yang kurang baik
tersebut. Operator sortir juga bisa dilibatkan dalam melakukan inspeksi terhadap
hasil cetak, sehingga operator sortir akan berada di depan mesin cetak untuk
memeriksa hasil cetak.
127 Universitas Kristen Petra
4.7.2.2 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Transportation Waste
1. Transportation waste pada proses produksi
Transportation waste yang terdapat pada proses produksi disebabkan
banyaknya area WIP yang terdapat pada departemen offset. Peletakan WIP ini
seringkali tidak pada satu tempat, peletakannya bisa di tempat-tempat yang dirasa
kosong oleh operator. Usulan perbaikan yaitu adanya relayout untuk lokasi WIP
yang ada, sehingga WIP untuk suatu proses dan produk bisa diletakkan pada
lokasi yang sama. Berikut merupakan layout awal area produksi offset.
Gambar 4.22. Layout awal area produksi offset
Warna oranye pada gambar menunjukkan lokasi WIP yang ada. Lokasi
WIP hampir tersebar di seluruh area produksi dan juga di antara masing-masing
mesin rit. Sering kali WIP yang ada juga melewati batas garis yang telah
ditentukan, bahkan sampai menutupi sebagian pintu masuk. Kadang kala produk
yang satu dengan yang lain, penempatan WIP bisa tercampur. Pada layout di atas,
juga dapat diihat ada satu mesin yang sedang breakdown cukup lama dan tidak
digunakan. Lokasi penempatan pallet cukup besar, sedangkan jumlah pallet yang
ada tidak terlalu banyak. Hal ini menunjukkan 5S yang berjalan kurang baik.
Berikut merupakan usulan layout yang dibuat.
128 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.23. Layout usulan penempatan WIP offset
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa mesin cetak yang mengalami
break down cukup lama dipindahkan. Mesin tersebut pernah diperbaiki, tetapi
masih belum dapat berfungsi. Mesin cetak yang ada sekarang, masih mampu
untuk memenuhi kapasitas produksi yang ada, sehingga diusulkan agar lokasi
penempatan mesin bisa dipindahkan ke belakang. Penempatan pallet juga
sebaiknya ditata ulang, sehingga tidak membutuhkan banyak tempat.
Lokasi mesin cetak yang tak digunakan tersebut dapat digunakan untuk
penempatan WIP. Para operator juga harus menata WIP yang ada, sehingga
peletakannya efisien. Penempatan WIP yang ada juga harus berdasarkan macam
produk yang ada, satu produk dengan yang lain harus dipisahkan. Lokasi WIP rit
berada di sebelah mesin cetak 1. Lokasi WIP potong keping dan sortir berada di
depan mesin rit.
Usulan relayout untuk WIP ini tentu saja didukung oleh usulan
improvement yang akan dibahas pada sub bab selanjutnya, yaitu dengan
mengurangi proses sortir dan penyusunan penjadwalan mesin yang baik, sehingga
jumlah WIP bisa berkurang.
129 Universitas Kristen Petra
2. Transportation waste pada warehouse finished good untuk pengiriman barang
Usulan perbaikan untuk proses pengiriman finished good yaitu dengan
melakukan pengiriman dari primary warehouse. Perhitungan safety stock akan
dilakukan sehingga jumlah stock pada warehouse akan berkurang dan material
yang terdapat pada warehouse Y1 bisa seluruhnya dipindah ke warehouse
primary untuk mengurangi double handling.
4.7.2.3. Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Overprocessing Waste dan
Waste Product Defect
Sortir dan sortir ulang merupakan bentuk overprocessing yang terdapat di
dalam departemen offset. Usulan perbaikan adalah dengan menggabung proses
sortir dengan proses lain, sehingga proses sortir ini tidak menjadi suatu stasiun
kerja tersendiri, melainkan operator sortir dapat melakukan sortir pada setiap hasil
pemrosesan seperti setelah proses cetak dan rit. Proses sortir akhir dilakukan
ketika operator potong telah selesai melakukan potong. Operator sortir akan
memeriksa hasil sortir tepat ketika operator potong selesai melakukan proses
potong keping. Proses bundling bisa dilakukan saat itu juga, ketika operator sortir
telah selesai melakukan sortir.
Keuntungan yang didapat adalah mengurangi WIP sortir dan juga
mengurangi transportation waste. Kecacatan yang ada pada produk juga lebih
cepat terdeteksi dan segera dicari penyebab kecacatan tersebut, agar bisa
dilakukan penanganan untuk menghindari produk cacat yang selanjutnya. Tingkat
ketelitian juga semakin tinggi karena material setiap pemrosesan disortir oleh
operator sortir. Operator sortir juga sebaiknya melakukan sortir lebih teliti agar
sortir ulang tidak terjadi.
4.7.2.4 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Motion Waste
Motion waste yang ada pada proses produksi terdapat pada proses potong
blangko dan potong keping ketika operator mengambil material dan menata
material di pallet. Usulan pengurangan motion waste dilakukan dengan
penggunaan lifter atau portable manual scissor lift. Tinggi dari lifter atau portable
manual lift ini bisa diatur sesuai keinginan, sehingga operator tidak perlu lagi
130 Universitas Kristen Petra
membungkuk untuk mengambil atau menata material di pallet. Berikut merupakan
contoh gambar lifter dan portable manual lift yang bisa digunakan sebagai
pertimbangan.
Gambar 4.24. Contoh lifter
Sumber: http://materials-handling.apluswhs.com/lift-trucks/electric-ac-lift/ (n.d.)
Gambar 4.25. Contoh portable manual scissor lift
Sumber:
http://www.materialflow.com/index.cfm?mf=browse.showPart&partClassID=404
7&PName=Portable%20Manual%20Scissor%20Lifts (n.d.)
131 Universitas Kristen Petra
4.7.2.5 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Inventory Waste
1. Inventory dan WIP pada proses produksi
Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah material hasil cetak tidak
bisa langsung diproses rit, hal ini dikarenakan menunggu hasil cetak supaya
benar-benar kering, sehingga pada saat diproses rit, material hasil cetak tidak
mengalami goresan akibat tinta yang belum kering. Proses ini dinamakan proses
aging. Lama proses aging minimal adalah delapan jam. Usulan perbaikannya
adalah dengan menggunakan tinta yang lebih cepat kering, agar proses aging bisa
berkurang dan lead time juga berkurang.
Penjadwalan untuk mesin rit, mesin potong, dan operator sortir yang
dilakukan oleh supervisor shift pada departemen offset juga menjadi salah satu
bahan pertimbangan agar waste inventory menjadi berkurang. Sering kali suatu
produk tidak diproses karena menyelesaikan produk yang lain mengingat waktu
change over yang cukup lama. Penjadwalan untuk mesin rit dan mesin potong
sebaiknya dibuat seimbang agar tidak ada material yang menjadi WIP terlalu
lama.
2. Inventory pada warehouse raw material
Inventory yang terdapat pada warehouse raw material sangat besar
jumlahnya dan menyumbang persentase terbesar dalam value stream mapping.
Oleh karenanya, usulan perbaikannya adalah dengan menghitung ulang safety
stock dan stock level yang diijinkan untuk mengurangi inventory dan stock policy
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan inventory raw material
adalah lead time pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dan
rata-rata permintaan untuk pelaksanaan produksi. Berikut merupakan langkah-
langkah dalam menentukan safety stock dan stock level yang diijinkan.
• Menentukan distribusi dari permintaan raw material produk B. Penentuan
distribusi dengan menggunakan bantuan software Minitab. Berikut merupakan
hasil dari software minitab mengenai distribusi dari permintaan produksi.
132 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.26. Hasil distribusi permintaan produksi raw material B
• Menghitung mean dan standar deviasi dari demand dengan distribusi smallest
extreme value.
µ = location parameter = 328,10934
c = konstanta Euler = 0,5772
σ = scale parameter = 262,81880
Mean = σµ .c−
= 328,10934 – 0,5772 ×262,81880
= 176,41 rim/hari
St dev = 6
2πσ
= 614,3262,81880
2
= 336,9 rim
133 Universitas Kristen Petra
• Menghitung safety factor. Service level yang diinginkan oleh perusahaan
adalah 95%, yang artinya perusahaan menginginkan bahwa 95% dari
permintaan oleh produksi dapat terpenuhi. Safety factor untuk service level
95% adalah 1,09719.
• Menghitung safety stock untuk permintaan produksi
Lead time mulai dari pemesanan barang hingga pengiriman barang adalah 5
minggu atau sama dengan 35 hari.
SS = safety factor × stdev × L
= 1,09719 × 336,9 × 35
= 2.186,84 rim
• Menghitung average stock level yang diijinkan (ASL)
ASL = Rata-rata permintaan + SS
= 328,11 rim/hari × 35 hari + 2.186,84 rim
= 13.670,7 rim
• Menghitung average inventory level (AIL)
AIL = ASL / rata-rata permintaan
= 13.670,7 rim : 328,11 rim/hari
= 41,66 hari
AIL dari hasil perhitungan didapatkan sebesar 41,66 hari, sehingga stock policy
usulan adalah sebesar 42 hari.
3. Inventory pada warehouse finished good
Inventory pada warehouse fnished good menyumbang persentase kedua
terbesar setelah inventory raw material. Oleh karenanya, usulan perbaikannya
adalah dengan menghitung ulang safety stock dan stock level yang diijinkan untuk
mengurangi inventory dan stock policy yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan inventory finished good
adalah jumlah demand atau permintaan dari konsumen dan lead time dari
pemenuhan pemesanan tersebut. Berikut merupakan langkah-langkah dalam
menentukan safety stock dan stock level yang diijinkan.
134 Universitas Kristen Petra
• Menentukan distribusi dari demand dengan menggunakan software Minitab.
Berikut merupakan hasil dari software minitab mengenai distribusi dari
demand.
Gambar 4.27. Hasil Distribusi Demand Produk B
• Menghitung mean dan standar deviasi dari demand dengan distribusi smallest
extreme value.
µ = location parameter = 1,76806E+07
c = konstanta Euler = 0,5772
σ = scale parameter = 3,23484E+06
Mean = σµ .c−
= 1,76806E+07 – 0,5772 ×3,23484E+06
= 15.813.450,35 keping/minggu
St dev = 6
2πσ
135 Universitas Kristen Petra
= 614,3063,23484E
2
+
= 4.146.740,21 keping
• Menghitung safety factor
Service level yang diinginkan oleh perusahaan adalah 99%, yang artinya
perusahaan menginginkan bahwa 99% dari demand dapat terpenuhi. Safety
factor untuk service level 99% adalah 1,527.
• Menghitung safety stock untuk demand
Waktu pemesanan dan lead time untuk memenuhi demand adalah maksimal 2
minggu.
SS = safety factor × stdev × L
= 1,527 × 4.146.740,21 × 2
= 8.954.902,5 keping
• Menghitung average stock level yang diijinkan (ASL)
ASL = Rata-rata permintaan tiap minggu + SS demand
= 15.813.450,35 + 8.954.903
= 24.768.353 keping • Menghitung average inventory level untuk menentukan stock policy
AIL = ASL / rata-rata demand
= 43.537.172 keping : 15.813.450,35 keping/minggu
= 1,56 minggu = 10,96 hari
Hasil perhitungan didapatkan AIL sebesar 10,96 hari, sehingga stock
policy usulan adalah sebesar 11 hari.
4.8 Future State Value Stream Mapping
Future state value stream mapping dibuat berdasarkan usulan perbaikan
yang dibahas pada sub bab sebelumnya. Berikut merupakan future state value
stream mapping untuk masing-masing departemen.
136 Universitas Kristen Petra
4.8.1 Future State Value Stream Mapping Produk A pada Departemen Rotogravure
Gambar 4.28. Future state value stream mapping produk A departemen rotogravure
136
137 Universitas Kristen Petra
4.8.2 Future State Value Stream Mapping Produk B pada Departemen Offset
Gambar 4.29. Future state value stream mapping produk B departemen offset
137
138 Universitas Kristen Petra
4.9 Analisis Perbandingan
4.9.1 Analisis Perbandingan Current State Value Stream Mapping dan
Future State Value Stream Mapping Produk A pada Departemen Rotogravure
Usulan perbaikan yang terdapat pada future state value stream mapping
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.35. Tabel Perbandingan Kondisi Sekarang dan Usulan Value Stream
Mapping Produk A pada Departemen Rotogravure
Jenis Kondisi sekarang Usulan
Inventory pada warehouse raw material Inventory selama 61,4 hari
Perhitungan safety stock dan stock level yang diijinkan, yaitu sebesar 46 hari
Transportasi untuk pengiriman raw material dari warehouse primary menuju ke warehouse X1
Adanya double handling, yaitu pengangkutan material dari loading dock primary menuju ke loading dock X1, dari loading dock X1 ke dalam warehouse X1
Tidak adanya double handling, pengiriman material dilakukan lewat pintu samping
Waiting time dan overprocessing pada proses catching dan bundling
Proses catching dilakukan oleh dua orang, proses bundling dilakukan oleh dua orang, ditambah satu cadangan
Penggabungan proses catching dan bundling dengan jumlah operator sebanyak empat orang, sehingga mengurangi waiting time dan overprocessing
Pemindahan material dari meja bundling ke meja potong
Proses pemindahan dilakukan oleh setiap enam bundle dan dilakukan berulang kali
Penggunaan meja yang beroda, sehingga tidak mengurangi proses pemindahan material berulang kali
Penataan material setelah potong dan palletizing
Penataan material yang berulang
Penggunaan lifter atau manual lift
Inventory finished good pada warehouse finished good
Inventory selama 47,78 hari Perhitungan safety stock dan stock level yang diijinkan, yaitu sebesar 10 hari
Transportasi untuk pengiriman finished good ke plant kecil
Adanya double handling, yaitu finished good dikirim ke warehouse Y1 dari warehouse primary dan pengiriman dilakukan dari warehouse Y1
Seluruh pengiriman finished berasal dari warehouse primary, usulan ini didukung dengan pengurangan inventory finished good
139 Universitas Kristen Petra
Terdapat kenaikan effisiensi yang cukup signifikan antara current state dan future
state untuk kedua produk pada dua departemen yang berbeda. Berikut merupakan
tabel perbandingan total waktu dan efisiensi antara current state dan future state.
Tabel 4.36. Tabel Perbandingan Efisiensi Current State dan Future State Value
Stream Mapping Produk A pada Departemen Rotogravure
Current state Future state Pengurangan
Total VA 4 jam 26 menit 51,41 detik
3 jam 21 menit 59,26 detik
1 jam 4 menit 52,16 detik
Total NVA untuk small plant
110 hari 4 jam 7 menit 20,41 detik
52 hari 22 jam 57 menit 52,74 detik
57 hari 5 jam 9 menit 27,67
detik
Total lead time small plant
110 hari 8 jam 24 menit 40,51 detik
53 hari 2 jam 19 menit 52 detik
57 hari 6 jam 14 menit 19,83
detik Effisiensi 0,16820799% 0,264175% 0,095967%
Total waktu non value added activity yang digunakan adalah total lead
time untuk pengiriman ke small plant, hal ini dikarenakan total lead time yang
lebih besar adalah total lead time untuk pengiriman ke small plant. Peningkatan
effisensi antara future state dan current state adalah sebesar 57,05 %. Total lead
time untuk usulan improvement berkurang sebanyak 57 hari 6 jam 14 menit 19,83
detik. Total pengurangan waktu terbanyak adalah untuk inventory yang berada di
warehouse raw material dan warehouse finished good.
4.9.2 Analisis Perbandingan Current State Value Stream Mapping dan
Future State Value Stream Mapping Produk B pada Departemen Offset
Tabel 4.37. Tabel Perbandingan Kondisi Sekarang dan Usulan Value Stream
Mapping Produk B pada Departemen Offset
Jenis Kondisi sekarang Usulan
Inventory pada warehouse raw material Inventory selama 70,29 hari
Perhitungan safety stock dan stock level yang diijinkan, yaitu sebesar 42 hari
140 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.37. Tabel Perbandingan Kondisi Sekarang dan Usulan Value Stream
Mapping Produk B pada Departemen Offset (sambungan)
Jenis Kondisi sekarang Usulan
Proses jogging sebelum material masuk ke mesin cetak dan rit
Adanya pemrosesan berulang, yaitu jogging selalu dilakukan sebelum material dimasukkan ke dalam mesin cetak dan rit
Operator potong melakukan jogging pada saat peletakan material ke pallet
WIP rit WIP rit yang cukup besar, yaitu sebanyak 86450 lembar
Pengurangan WIP rit dengan jumlah maksimal 6 pallet
WIP potong keping WIP potong keping cukup besar, yaitu sebanyak 62643 lembar
Pengurangan WIP potong keping dengan jumlah maksimal 3 pallet
Proses sortir
Proses sortir dilakukan setelah potong keping dan terdapat WIP sortir yang cukup besar
Proses sortir langsung dilakukan setelah potong keping (penggabungan proses potong dan sortir)
Inventory finished good pada warehouse finished good
Inventory selama 55,82 hari Perhitungan safety stock dan stock level yang diijinkan, yaitu sebesar 11 hari
Transportasi untuk pengiriman finished good ke plant kecil
Adanya double handling, yaitu finished good dikirim ke warehouse Y1 dari warehouse primary dan pengiriman dilakukan dari warehouse Y1
Seluruh finished good dipindah ke warehouse primary, usulan ini didukung dengan pengurangan inventory finished good
Tabel 4.38. Tabel Perbandingan Current State dan Future State Value Stream
Mapping Produk B pada Departemen Offset
Current state Future state Pengurangan/ peningkatan
Total VA 8 jam 13 menit 46,43 detik
8 jam 29 menit 56,43 detik
peningkatan 16 menit 10 detik
Total NVA 132 hari 1 jam 25 menit 44,85 detik
72 hari 23 jam 1 menit 28,81 detik
pengurangan 59 hari 2 jam 24 menit 16,04
Total lead time 132 hari 9 jam 39 menit 31,28 detik
73 hari 7 jam 31 menit 25,24 detik
pengurangan 59 hari 2 jam 8 menit 6,04
Effisiensi 0,25898200% 0,483028927% 0,224046927%
141 Universitas Kristen Petra
Peningkatan effisensi antara future state dan current state adalah sebesar
86,5 %. Total lead time untuk usulan improvement berkurang sebanyak 59 hari 2
jam 8 menit 6,04 detik. Total pengurangan waktu terbanyak adalah untuk
inventory yang berada di warehouse raw material dan warehouse finished good.