4 biologi ikan julung-julung - repository.ipb.ac.id · perairan philipina, kepulauan indonesia,...

36
4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG 4.1 Pendahuluan Sumberdaya ikan julung-julung di Maluku Utara merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis penting. Khusunya di perairan Kayoa, penangkapan ikan ini menggunakan alat tangkap giob dan dilakukan dalam skala usaha. Perkembangan produksi ikan julung-julung akhi-akhir ini cenderung menurung dari tahun ke tahun. Penurunan volume produksi mengindikasikan terjadinya penurunan kelimpahan stok julung-julung di perairan. Penurunan stok tersebut diduga akibat terjadinya peningkatan intensitas eksploitasi terhadap sumberdaya julung-julung, sehingga mengakibatkan tangkap lebih (over exploited). Umumnya masyarakat Maluku Utara memanfaatkan ikan julung-julung sebagai kebutuhan pangan secara langsung dalam keadaan segar ataupun diolah dalam bentuk ikan asap kering. Produksi julung-julung segar dipasarkan untuk memenuhi pasar lokal. Pemasaran produk julung-julung olahan asap kering tersebar di pasar lokal maupun dipasarkan antar daerah seperti Sulawesi dan Jawa. Bagi sebagian masyarakat, komoditi julung-julung sangat berperan penting dalam menunjang perekonomian terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pulau- pulau kecil. Hal ini disebabkan karena pengolahan julung-julung dalam bentuk asap kering dianggap sederhana, selain harga jual relatif stabil sepanjang tahun. Penangkapan ikan julung-julung menggunakan alat tangkap giob dimana giob merupakan pukat cincin berukuran kecil (mini purse seine). Prinsip penangkapan giob adalah melingkari gerombolan ikan secara horizontal dan mengurung secara vertikal dengan menarik tali cincin, sehingga ikan tidak berpeluang untuk meloloskan diri. Ukuran mata jaring pada bagian kantong relatif kecil berpeluang menangkap ikan dalam berbagai ukuran. Target tangkapan sering ditujukan pada ikan julung-julung dalam gerombolan besar yang beruaya melintasi selat-selat yang relatif sempit diantara pulau-pulau kecil tanpa memastikan kondisi biologi ikan. Kondisi ini jika berlansung terus menerus maka akan berdampak terhadap keberlangsungan julung-julung di perairan.

Upload: lamminh

Post on 07-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG

4.1 Pendahuluan

Sumberdaya ikan julung-julung di Maluku Utara merupakan salah satu jenis

ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis penting. Khusunya di perairan Kayoa,

penangkapan ikan ini menggunakan alat tangkap giob dan dilakukan dalam skala

usaha. Perkembangan produksi ikan julung-julung akhi-akhir ini cenderung

menurung dari tahun ke tahun. Penurunan volume produksi mengindikasikan

terjadinya penurunan kelimpahan stok julung-julung di perairan. Penurunan stok

tersebut diduga akibat terjadinya peningkatan intensitas eksploitasi terhadap

sumberdaya julung-julung, sehingga mengakibatkan tangkap lebih (over

exploited).

Umumnya masyarakat Maluku Utara memanfaatkan ikan julung-julung

sebagai kebutuhan pangan secara langsung dalam keadaan segar ataupun diolah

dalam bentuk ikan asap kering. Produksi julung-julung segar dipasarkan untuk

memenuhi pasar lokal. Pemasaran produk julung-julung olahan asap kering

tersebar di pasar lokal maupun dipasarkan antar daerah seperti Sulawesi dan Jawa.

Bagi sebagian masyarakat, komoditi julung-julung sangat berperan penting dalam

menunjang perekonomian terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pulau-

pulau kecil. Hal ini disebabkan karena pengolahan julung-julung dalam bentuk

asap kering dianggap sederhana, selain harga jual relatif stabil sepanjang tahun.

Penangkapan ikan julung-julung menggunakan alat tangkap giob dimana

giob merupakan pukat cincin berukuran kecil (mini purse seine). Prinsip

penangkapan giob adalah melingkari gerombolan ikan secara horizontal dan

mengurung secara vertikal dengan menarik tali cincin, sehingga ikan tidak

berpeluang untuk meloloskan diri. Ukuran mata jaring pada bagian kantong relatif

kecil berpeluang menangkap ikan dalam berbagai ukuran. Target tangkapan sering

ditujukan pada ikan julung-julung dalam gerombolan besar yang beruaya

melintasi selat-selat yang relatif sempit diantara pulau-pulau kecil tanpa

memastikan kondisi biologi ikan. Kondisi ini jika berlansung terus menerus maka

akan berdampak terhadap keberlangsungan julung-julung di perairan.

Page 2: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

27

Julung-julung termasuk dalam kategori ikan pelagis kecil (small pelagic

species), memiliki tubuh yang kecil dengan panjang rata-rata 18 cm. Ikan julung-

julung menyenangi air yang tenang, dimana mereka suka bergerombol di perairan

yang dangkal ketika matahari bersinar terang. Tapi kalau ada angin yang sangat

kencang yang mengakibatkan ombak yang pecah maka gerombolan ikan julung

akan lari ke perairan yang dalam (Yusron & Sumadhiharga 1987).

Secara morfologi (Peristiwady 2006) menggambarkan ikan julung-julung

memiliki tubuh yang simetris memanjang dan agak mampat ke bagian samping.

Memiliki rahang atas pendek membentuk paruh sedangkan rahang bawah panjang

dan membentuk segitiga. Selain itu, ikan julung-julung juga memiliki sirip

punggung dan sirip dubur terletak jauh di belakang, sedangkan sirip dada pendek

dan garis rusuk tertetak di bagian bawah (Gambar 2).

Berdasarkan klasifikasi julung-julung yang dikemukakan oleh (Gill 1859)

diacu dalam (Froese & Pauly 2012) sebagai berikut:

Kerajaan: AnimaliaFilum: Chordata

Kelas: ActinopterygiiOrdo: Beloniformes

Subordo: BelonoideiSuperfamili: Exocoetoidea

Family: HemiramphidaeGenus: Hemiramphus

Species: Hemiramphus spp.

Ikan julung-julung memiliki banyak spesies yang tersebar pada hampir

semua perairan, baik pada perairan tropis maupun pada perairan sub tropis.

Collette dan Parin (1979) diacu dalam (Froese & Pauly 2012) menggambarkan

bahwa julung-julung jenis Hemiramphus archipelagicus menyebar di perairan

Gambar 2 Ikan julung-julung (Hemiramphus sp.).

Page 3: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

28

Indo-Pacific yang meliputi perairan pantai India dan Sri Lanka, Teluk Thailand,

Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini

(Gambar 3).

Famili Hemiramphidae terbagi atas dua subfamili, yaitu Hemiramphinae

yang menghuni perairan laut dan Zenarchopterinae adalah penghuni air tawar

atau estuari. Selain itu ikan ini terbagi atas 13 genera, dan 117 spesies (Froese &

Pauly 2012). Allen (2000) mencatat julung-julung yang tersebar di kawasan Asia

Pasifik sebanyak 7 spesies yaitu, sebagai berikut: (1) Snub Nosed garfish

(Arrhamphus sclerolepis), (2) Buffon’s garfish (Zenachopterus buffonis), (3)

Barred garfish (Hemiramphus far), (4) Robust garfish (Hemiramphus robustus),

(5) Tropical garfish (Hyporhamphus affinis), (6) Quoy garfish (Hyporhamphus

quoyi), dan (7) Long finned garfish (Euleptorhamphus viridis).

Sumber: Collette dan Parin (1979)

Sampai saat ini data tentang pola pergerakan ikan julung-julung sulit

diperoleh karena terbatasnya penelitian ikan julung-julung yang dilakukan. Reppie

dan Sitanggang (2001) telah melaporkan bahwa ikan julung-julung tergolong ikan

pelagis hidup dan beruaya di perairan pantai dan lepas pantai. Yusron dan

Sumadhiharga (1987) menemukan ikan julung-julung hidup di daerah dangkal

sampai dalam dan mencari makanan di permukaan, serta bergerombol,

mengeluarkan buih dan melompat-lompat ke atas permukaan air.

Lokasi pemijahan ikan julung-julung diduga di perairan karang dangkal dan

laguna yang berpasir putih dan kualitas air baik. Ikan ini tidak terdeteksi pada

masa ruaya pembesaran, memakan plankton dan juvenil, dimana hanya terlihat

bergerombol di sekitar perairan karang yang dangkal ketika sudah dewasa dan

akan memijah. Habitat memijah ikan ini mirip dengan ikan malalugis biru

Gambar 3 Peta penyebaran julung-julung (Hemiramphus archipelagicus).

Page 4: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

29

(Decapterus macarellus), yaitu bermigrasi ke perairan karang yang dangkal untuk

memenuhi siklus hidupnya dalam hal memijah (Reppie & Luasunaung 2001).

Daerah pemijahan ikan julung-julung telah lama diketahui oleh nelayan,

sehingga perairan sekitarnya menjadi target penangkapan. Jika penangkapan ikan

julung-julung pada suatu perairan merupakan indikator keberadaannya maka

musim penangkapan memiliki kaitan dengan migrasi ikan. Yusron dan

Sumadhiharga (1987) mencatat musim penangkapan ikan julung-julung di

perairan Teluk Piru pada bulan Desember, Januari dan Februari (Musim Barat),

Maret, April dan Mei (Musim Peralihan I), september, Oktober dan November

(Musim Peralihan II).

Penelitian struktur jenis kelamin populasi sumberdaya ikan julung-julung di

perairan Indonesia belum ditemukan, namun terdapat beberapa penelitian di luar

perairan Indonesia. Penelitian tentang parameter biologi ikan julung-julung

spesies Hemiramphus marginatus, dilakukan di perairan kawasan Mandapam

India tahun 1957-1959 (Talwar 1967). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

proporsi jumlah tangkapan jantan lebih banyak dibandingkan betina dan kegiatan

bertelur julung-julung hanya terjadi pada periode yang pendek dan waktu tertentu

saja yaitu November-Desember sebaliknya spesies ini tidak melakukan kegiatan

bertelur lebih dari sekali dalam setahun.

Effendie (1979), menyatakan bahwa tingkat kematangan gonad adalah tahap

tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Pertumbuhan

ikan akan menjadi lambat pada saat mulai matang gonad karena sebelum terjadi

pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad.

Gonad semakin bertambah berat bersamaan dengan semakin bertambah besar

ukurannya, termasuk diametar telur. Selanjutnya dikatakan bahwa berat gonad

akan bertambah maksimum saat ikan berpijah, kemudian berat gonad akan

menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Untuk

mengetahui perubahan gonad secara kuantitatif dinyatakan dengan indeks

kematangan gonad.

Menurut Devados (1969) diacu dalam Soumokil (1996), pengetahuan

tentang tingkat kematangan gonad perlu untuk mengetahui musim-musim ikan

memijah, sehingga penangkapannya dapat dikontrol. Salah satu cara untuk

Page 5: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

30

mengetahui tingkat kematangan gonad ikan yaitu mengukur perbandingan

panjang gonad dengan rongga tubuh (body cavity), disamping mengetahui warna

gonad, pembuluh darah dan butir-butir di dalamnya (Effendie 1979).

Makanan adalah salah satu faktor dasar yang mempengaruhi kehidupan ikan

baik secara individu maupun populasinya (Schreck dan Moyle 1990).

Keterbatasan suplai makanan akan mengakibatkan kompetisi antar individu

(bahkan antar spesies) yang dapat menyebabkan penurunan rekruitmennya.

Makanan, faktor ekologi dan kondisi fisiologi ikan dapat memberikan petunjuk

populasi suatu biomasa (Holden dan Raitt 1975). Pergerakan dan migrasi populasi

ikan terutama disebabkan oleh pencarian makanan dan tempat memijah.

Bal dan Rao (1990) menjelaskan bahwa berdasarkan kebiasaan makan, ikan

dapat diklasifikasikan sebagai pemangsa (predator), pemakan rumput (grazers),

penyaring (strainers), penghisap (sucker) dan parasit (parasites). Perubahan

kebiasaan makan ikan dapat terjadi sepanjang perubahan siklus hidup yang diikuti

perubahan organ tubuhnya atau tempat hidupnya. Penelitian tentang makanan ikan

sebaiknya dapat menjelaskan habitat, penyebaran, migrasi dan faktor-faktor lain

yang berkaitan. Makanan adalah faktor penting dari setiap organisme untuk

tumbuh, berkembang biak dan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan

energi makanan.

Sparre dan Venema (1999), menjelaskan bahwa untuk mempelajari umur

dan pertumbuhan ikan (age and growth) dapat dilakukan melalui dua metode

yaitu, metode langsung dan metode tidak langsung. Contoh metode langsung

adalah penandaan ikan (tagging experiment). Pertumbuhan ikan dihitung

berdasarkan ukuran dan lama waktu saat ikan dilepas sampai ditangkap kembali.

Metode penandaan ikan ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal.

Metode tidak langsung dapat dibagi dalam dua cara, yaitu dengan pengukuran

distribusi panjang ikan bulanan atau bagian keras dari tubuh ikan (seperti otolit).

Penelitian dengan menggunakan metode tidak langsung melalui pengukuran

distribusi panjang ikan. Tujuan utama mempelajari umur dan pertumbuhan ikan

adalah sebagai berikut: (1) untuk mendapatkan kelas umur yang masuk ke

perikanan, (2) untuk mengestimasi laju kematian ikan, (3) untuk mengetahui dan

menjaga keberlangsugan stok perikanan.

Page 6: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

31

Pertumbuhan ikan dapat dinyatakan sebagai perubahan ukuran tubuhnya

sejalan dengan waktu, misalnya perubahan panjang ikan (L) sebagai fungsi waktu.

Pengetahuan mengenai pertumbuhan ikan ini penting karena kegiatan penilaian

stok ikan diantaranya menggunakan data komposisi umur ikan. Pola

pertumbuhan ikan bermanfaat untuk memperkirakan panjang ikan ketika

mencapai umur tertentu dan menentukan umur dari ikan ketika sudah mencapai

panjang tertentu. Berdasarkan umur ikan, kita dapat memperkirakan kapan ikan-

ikan tersebut menetas dan kapan ikan induknya memijah sehingga musim

pemijahan (spawning season) dapat diperkirakan. Selanjutnya, berdasarkan pola

pertumbuhan ikan, kita dapat memperkirakan kapan ikan-ikan ukuran tertentu

akan melimpah, yaitu dengan cara menambahkan umur ikan dan ukuran yang

dimaksud terhadap waktu kapan pemijahan terjadi. Dengan pengetahuan tersebut,

nelayan dapat memperkirakan kapan waktu yang terbaik untuk menangkap ikan-

ikan yang memiliki ukuran tertentu, misalnya ikan-ikan dewasa, atau menghindari

tertangkapnya ikan-ikan yang masih muda atau juvenil (Sondita 2010).

Mortalitas merupakan penurunan stok yang disebabkan oleh kematian alami

dan akibat penangkapan. Mortalitas total (Z) adalah merupakan jumlah semua

kekuatan mortalitas dalam populasi yaitu terdiri dari mortalitas alami (M) dan

akibat penangkapan (F). Laju mortalitas total ikan dapat ditentukan melalui

pendekatan hasil data frekuensi panjang ikan contoh yang diperoleh secara

kontinyu selama satu tahun. Mortalitas alami disebabkan oleh predator, penyakit,

parasit, karena tua dan lingkungan yang sebagian besar dipengaruhi keadaan yang

berubah-ubah sepanjang hidupnya. Menurut Pauly (1980) terdapat hubungan yang

erat antara mortalitas alami ikan dengan suhu perairannya yaitu, semakin hangat

suhu lingkungan perairan semakin tinggi mortalitas alami. Selanjutnya dijelaskan

pula bahwa ikan yang tumbuh cepat mortalitas alaminya tinggi dan ikan yang

berukuran kecil mempunyai mortalitas alami yang tinggi.

Mortalitas penangkapan cenderung bervariasi dari tahun ke tahun,

tergantung pada upaya penangkapan. Semakin besar upaya penangkapan maka

semakin besar pula mortalitas penangkapan. Penangkapan ikan secara besar-

besaran (eksploitasi yang berlebihan) dapat menyebabkan lebih tangkap. Lebih

Page 7: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

32

tangkap dimaksud berupa lebih tangkap pertumbuhan (growth overfishing) dan

lebih tangkap rekruitmen (recruitment overfishing) (Pauly 1980).

Kegiatan penangkapan secara intensif tanpa mengetahui kondisi biologi ikan

akan berdampak terhadap struktur ukuran ikan yang tertangkap. Tekanan

penangkapan yang dilakukan setiap saat terhadap ikan-ikan dewasa yang matang

gonad maupun yang tidak matang gonad sangat mempengaruhi populasi ikan

julung-julung, sehingga pada suatu saat tidak cukup induk-induk ikan yang

tersedia guna menghasilkan ikan-ikan muda. Demikian juga terhadap ikan-ikan

muda sudah tertangkap sebelum mereka dapat mencapai ukuran yang

diperbolehkan untuk ditangkap menyebabkan lama kelamaan jumlah ikan makin

berkurang. Untuk itu suatu rencana pengelolaan perikanan khususnya julung-

julung saat ini perlu untuk segera dibuat di wilayah perairan yang berpotensi. Hal

ini berkaitan dengan potensi yang semakin tereksploitasi dan peluang

pemanfaatan cenderung meningkat.

Dalam upaya pemanfaatan julung-julung secara berkelanjutan maka

sebelumnya perlu diketahui beberapa data pendukung. Data pendukung dimaksud

adalah data biologi ikan yaitu terdiri dari data reproduksi ikan, data isi lambung

ikan, dan data parameter populasi julung-julung. Data reproduksi terdiri dari rasio

kelamin, tingkat kematangan gonad, fekunditas. Parameter populasi meliputi

parameter pertumbuhan (koefisien pertumbuhan, panjang infiniti, umur pada saat

panjang ikan nol), koefisien kematian (kematian alami, kematian akibat

penangkapan dan kematian total), tingkat pemanfaatan, panjang pada saat pertama

kali ikan memasuki daerah penangkapan dan panjang ikan pada saat pertama kali

tertangkap merupakan beberapa parameter biologi yang sangat erat hubungannya

dengan usaha pengembangan, pengelolaan dan pelestarian sumberdaya perikanan.

Data reproduksi ikan akan digunakan untuk menduga waktu/musim

penangkapan julung-julung secara efektif dan berkelanjutan. Isi lambung ikan

diidentifikasi dan hasilnya berupa jenis makanan dan komposisinya akan

digunakan untuk menduga maksud kehadiran ikan julung-julung di perairan

tersebut. Data parameter populasi akan memberikan informasi tentang jumlah dan

ukuran yang dapat ditangkap oleh usaha perikanan setiap tahun dengan tetap

Page 8: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

33

menjaga kelestarian sumberdaya, selain itu bermanfaat untuk memperoleh

gambaran mengenai intensitas penangkapan terhadap suatu stok.

Hingga saat ini belum banyak informasi tentang biologi ikan julung-julung.

Informasi tersebut sangat penting sebagai landasan pemanfaatan julung-julung

secara berkelanjutan. Tujuan dilaksanakannya penelitian tentang biologi ikan

julung-julung adalah untuk:

1) Menganalisis aspek biologi julung-julung yang meliputi distribusi nisbah

kelamin, distribusi tingkat kematangan gonad, dan ukuran ikan pertama kali

matang gonad;

2) Menganalisis jenis makanan ikan julung-julung yang tertangkap di perairan

Kayoa;

3) Menganalisis hubungan panjang berat, laju pertumbuhan, mortalitas dan

status eksploitasi;

Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan informasi terkait dengan aspek

biologi ikan julung-julung dalam kaitan dengan efektivitas penangkapan, daerah

penangkapan, dan tingkat pemanfaatan julung-julung sebagai acuan dalam

perumusan strategi pengembangan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa,

Halmahera Selatan.

4.2 Metode Penelitian

Sampel ikan diperoleh dengan cara mengikuti operasi giob di perairan

Kayoa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan berdasarkan

pembagian stasiun. Hal ini disebabkan karena operasi penangkapan julung-julung

dengan giob sifatnya mengejar gerombolan ikan dan selalu berada pada satu

lokasi penangkapan. Sampel julung-julung diambil sekali setiap bulan, sejak

bulan November 2011-Oktober 2012. Pengambilan sampel dilakukan secara acak

dan jumlah sampel ditentukan sebanyak 10% dari satu takar (1 takar = ± 1400

ekor), kecuali bulan November dan Desember 2011, jumlah sampel disesuaikan

dengan hasil tangkapan yang diperoleh. Teknik ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa kondisi lingkungan dan target tangkapan giob yang relatif

homogen. Ikan contoh tersebut selanjutnya diletakkan di dalam wadah dan diberi

Page 9: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

34

es sebagai pengawet. Wadah tempat ikan sampel tersebut diberi label berdasarkan

waktu penangkapan. Ikan contoh selanjutnya dibawa di labroratorium FPIK

Unkhair untuk diamati.

Pengambilan sampel untuk pengamatan isi perut ikan dilakukan sekali

dengan jumlah sampel berjumlah 37 ekor. Pengamatan terhadap isi perut ikan

dilakukan di Labratorium Ekobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Metode yang digunakan adalah volumetrik dan frekuensi kejadian (Effendie

1979). Setelah usus ikan dikeluarkan maka dibedah bagian usus palsu dan isinya

diletakan di dalam cawan kemudian diberi aquades untuk pengenceran.

Pemindahan ke preparat dengan menggunakan pipet dengan 1 sampai dengan 2

tetes ke lapang pandang yang terbagai sebanyak 5 lapang pandang. Pengamatan

dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Identifikasi jenis makanan mengacu pada

petunjuk (Yamaji 1979).

Analisis data pada topik penelitian biologi ikan julung-julung ini meliputi

analisis nisbah kelamin, analisis pertama kali ikan matang gonad, analisis isi perut

ikan, analisis pertumbuhan, analisis mortalitas dan tingkat eksploitasi. Tahapan

analisis dapat disajikan sebagai berikut:

1) Nisbah kelamin

Untuk menentukan nisbah kelamin dihitung dengan cara membandingkan

jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina.Nisbah kelamin = ................................................................................ (1)

Keterangan:

M = jumlah ikan jantan (ekor)

F = jumlah ikan betina (ekor)

2) Pendugaan ukuran pertama kali ikan matang gonad

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan julung-julung

menggunakan metode Sperman Karber (Udupa 1986), sebagai berikut:

log = + − ( ∑ ) ................................................................. (2)Keterangan :

Page 10: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

35

= logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100%

x = selisih logaritma nilai tengah kelas

p = r/n

r = jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i

n = jumlah ikan pada kelas ke i

q = i - p

Ragam = ∗− 1Selang kepercayaan 95% yaitu:m ± Z / ragam3) Isi lambung ikan

Tujuan menidentifikasi isi lambung ikan adalah untuk mengetahui apakah

ikan itu sebagai pemakan plankton, ikan buas, bentuk makanan utamanya serta

makanan kesukaan lainnya (Effendie 1979). Metode yang digunakan untuk

mengetahui kebiasaan makanan seperti dikemukakan oleh Natarajan dan Jingran

(1961) yang dikutip dalam Effendie (1979) dengan formula perhitungan sebagai

berikut:

= ∑ × 100% ............................................................................(3)

Ipi = index of preponderance kelompok makanan ke-i

Vi = persentase volume satu macam makanan

Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

∑ViOi = jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan

4) Hubungan panjang berat

Hubungan panjang dan berat ikan dianalisis secara terpisah antara ikan contoh

jantan dan betina. Perhitungan hubungan panjang dan berat mengacu pada rumus

Effendie (1979), yaitu :

Page 11: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

36

W = aL .................................................................................................. (4)Keterangan:W = berat tubuh (gram)L = panjang total (mm)a dan b = konstanta

Untuk mempermudah perhitungan, maka persamaan di atas dikonversi ke dalam

bentuk logaritma sehingga menjadi persamaan liner sebagai berikut (Jennings et

al. 2001)logW = log a + b logL ............................................................................... (5)

Untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan julung-julung dapat ditentukan dari

nilai kontanta b hubungan panjang berat ikan tersebut. Jika b=3, maka

pertumbuhannya bersifat isometrik (pertambahan panjang sebanding dengan

pertambahan berat). Jika b≠3, maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik

(pertambahan panjang tidak sebanding dengan pertambahan berat). Apabila b˃3,

maka hubungannya bersifat allometrik positif dimana pertambahan berat lebih

dominan dari pertambahan panjangnya, sedangkan jika b˂3, maka hubungan yang

terbentuk bersifat allometrik negatif dimana pertambahan panjang lebih dominan

dari pertambahan beratnya (Effendie 1979). Untuk mengetahui nilai b berbeda nyata

atau tidak dengan 3, maka digunakan uji-t, dengan persamaan menurut Pauly (1984):

t̂ = ( )√ − √n − 2 ........................................................................... (6 )

5) Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan (K dan L∞) ditentukan dengan metode ELEFAN

dalam perangkat lunak FiSAT (Gayanilo et al. 1994) didasari melalui persamaan

Von Bertalanffy (1934) dalam Sparre & Venema (1999) sebagai berikut:L = L∞ 1 − e ( ) .......................................................................... (7)

Keterangan:L( ) = ukuran panjang ikan pada umur t tahun (cm)L∞ = panjang maksimum ikan yang dapat dicapait = umur ikan teoritis pada saat panjang 0 cmK = koeisi en pertumbuhan Von Bertalanffy

Page 12: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

37

Untuk menentukan nilai K dan L∞ dengan menggunakan metode Ford

Walford, dalam:L = L∞ (1 − e ) + e L .............................................................................(8)

Maka diperoleh koefisien pertumbuhan (K) dan panjang infiniti (L∞) sebagai

berikut :K = −(1/△ t)x ln b ...........................................................................................(9)L∞ = a − b .......................................................................................................(10)

Untuk menduga umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (t0),

digunakan persamaan Pauly (1984), yaitu :log −t = − 0.3922 − 0.2752 log L∞ − 1.038 logK ....................................(11)

Dalam aplikasinya, pendugaan koefisien pertumbuhan (K) dilakukan dengan

menggunakan program ELEFAN.

6) Mortalitas dan status pemanfaatan

Laju mortalitas total (Z) ikan julung-julung di perairan Kayoa, diduga

dengan menggunakan metoda kurva hasil tangkapan konversi panjang (Length

Converted Catch Curve) yang dikemukakan oleh Pauly (1980) sebagai berikut:Ln = a − Zt ...................................................................................................(12)

Keterangan:

N = banyaknya ikan pada waktu t

t = waktu yang diperlukan untuk tumbuh suatu kelas panjang

a = hasil tangkapan yang dikonversikan terhadap panjang

Pendugaan terhadap laju mortalitas alami (M) dengan menggunakan rumus

empiris Pauly (1980) yaitu hubungan antara kematian alami (M) dengan

parameter pertumbuhan von Bertalanffy (K, L∞) dan suhu lingkungan rata-rata

(T) dimana populasi ikan tersebut berada adalah sebagai berikut :Log(M) = −0.0066 − 0.279 log (L∞) + 0.6543 log( K) + 0.5634 log(T) ..(13)

Page 13: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

38

Keterangan:M = laju mortalitas alamiahL∞ = panjang ikan maksimum secara teoritis (mm)K = laju pertumbuhan (mm/tahun)T = suhu perairan (oC)

Dengan mengetahui nilai dugaan mortalitas total (Z) dan mortalitas alami

(M), maka laju mortalitas penangkapan (F) dapat diduga dengan mengurangkan M

terhadap Z, adalah :F = Z − M ........................................................................................................ (14)

Untuk menduga laju eksploitasi ikan julung-julung di perairan Kayoa digunakan

rumus sebagai berikut (Jones 1984) :E = F/Z .......................................................................................................... (15)

Keterangan:E = nisbah eksploitasiF = kematian akibat penangkapanZ = kematian total4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Nisbah kelaminPengumpulan sampel ikan julung-julung dilakukan sejak bulan November

2011 sampai dengan Oktober 2012 berjumlah 1.546 ekor. Jumlah sampel ikan

tersebut terdiri dari ikan jantan berjumlah 928 ekor (60%) dan ikan betina

berjumlah 618 ekor (40%). Nisbah kelamin julung-julung (jantan:betina) yang

tertangkap di perairan Kayoa, Halmahera Selatan adalah 1,0 : 0,7. Berdasarkan

nisbah kelamin bulanan dapat menginformasikan bahwa julung-julung jantan

lebih banyak dari pada betina, kecuali pada bulan November, April, dan

September nisbah kelamin cenderung berimbang. Gambaran nisbah kelamin

julung-julung di perairan Kayoa disajikan pada Tabel 8.

Page 14: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

39

Tabel 8 Nisbah kelamin (jantan : betina) julung-julung di perairan Kayoa, bulanDesember 2011- November 2012

Waktu sampling Jumlah sampel(ekor)

Jumlah (ekor) Nisbah(Jantan: Betina)Jantan Betina

November 60 30 30 1,0 : 1,0Desember 76 57 19 1,0 : 0,3Januari 60 45 15 1,0 : 0,3Februari 150 111 39 1,0 : 0,4Maret 151 117 34 1,0 : 0,3April 152 77 75 1,0 : 1,0Mei 140 104 36 1,0 : 0,3Juni 157 94 63 1,0 : 0,7Juli 151 65 86 1,0 : 1,3Agustus 149 89 60 1,0 : 0,7September 150 76 74 1,0 : 1,0Oktober 150 63 87 1,0 : 1,4Jumlah 1.546 928 618 1,0 : 0,7Perbandingan 60% 40%

Berdasarkan stuktur ukuran panjang, terlihat bahwa nisbah kelamin julung-

julung bervariasi. Ukuran julung-julung antara 139-178 mm, terlihat bahwa

nisbah kelamin (jantan:betina) adalah 1,0 : 0,1 sampai dengan 1,0 : 0,4. Nisbah

kelamin cenderung berimbang pada ukuran selang kelas 179-186 mm. Setelah

ukuran di atas selang kelas 187-194 mm, nisbah kelamin berubah dimana julung-

julung betina lebih banyak dari jantan hingga mencapai perbandingan 1 ekor

jantan berbanding dengan 4 ekor betina (Tabel 9).

Nisbah kelamin berdasarkan periode musim terlihat berfluktuasi. Persentase

jantan yang tinggi pada Musim Barat cenderung menurun pada Peralihan Musim

Barat Timur, Musim Timur dan Peralihan Musim Timur Barat, sebaliknya

persentase betina yang rendah pada Musim Barat cenderung naik dari Peralihan

Musim Barat Timur, Musim Timur dan Peralihan Musim Timur Barat

(Gambar 4).

Page 15: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

40

Tabel 9 Nisbah kelamin berdasarkan ukuran panjang ikan julung-julung yangtertangkap di perairan Kayoa, bulan Desember 2011- November 2012

Selang kelas Nilai TengahPanjang(mm)

Jumlah (ekor) NisbahJantan Betina Jantan: Betina

139 - 146 143 7 2 1,0 : 0,3147 - 154 151 15 2 1,0 : 0,1155 - 162 159 59 17 1,0 : 0,3163 - 170 167 228 47 1,0 : 0,2171 - 178 175 221 78 1,0 : 0,4179 - 186 183 272 244 1,0 : 0,9187 - 194 191 87 128 1,0 : 1,5195 - 201 198 33 89 1,0 : 2,7202 - 209 206 1 4 1,0 : 4,0210 - 217 214 4 7 1,0 : 1,8218 - 225 222 1 0 1,0 : 0,0Jumlah 928 618 1,0 : 0,7

4.3.2 Tingkat kematangan gonadTingkat kematangan gonad ikan julung-julung yang tertangkap sejak bulan

November 2011 sampai dengan bulan Oktober 2012 berfluktuatif. Tingkat

kematangan gonad ikan julung-julung selama penelitian dianalisis berdasarkan

jenis kelamin. Ikan julung-julung jantan yang tertangkap pada bulan Desember,

Januari, Februari dan Maret didominasi oleh TKG V, dan pada bulan Juli,

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,00

Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina

MB PMBT MT PMTB

Jum

lah

ikan

(%)

Periode musim

Gambar 4 Nisbah kelamin ikan julung-julung yang tertangkap di perairanKayoa, berdasarkan periode musim.

Page 16: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

41

September dan oktober didominasi oleh TKG IV (Gambar 5). Ikan julung-julung

betina yang tertangkap selama penelitian sangat didominasi oleh TKG IV,

sedangkan TKG II banyak ditemukan pada bulan Juli dan Agustus. Bulan April,

Mei dan Juni terlihat TKG III lebih mendominasi, sedangkan TKG I ditemukan

dalam jumlah yang sangat sedikit (Gambar 6).

Gambar 5 Persentasi TKG julung-julung jantan berdasarkan bulan pengamatan.

Gambar 6 Persentasi TKG julung-julung betina berdasarkan bulan pengamatan.

Ikan julung-julung jantan didominasi pada TKG IV dan TKG V masing-

masing bernilai 43,00% dan 23,38%. Perbandingan TKG berdasarkan selang kelas

panjang diketahui bahwa TKG II lebih banyak tertangkap pada selang kelas 150-

156 mm (10%), TKG II pada selang kelas 164-170 mm (13,30%), TKG III dan IV

pada selang kelas 178-184 mm yaitu (25,37%) dan (32,68%). TKG IV lebih

banyak ditemukan pada selang kelas panjang 157-156 mm (Tabel 10).

0,000,100,200,300,400,500,600,700,800,90

Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt

Pers

enta

si T

KG

(%)

Waktu pengamatan (bulan)

TKG I

TKG II

TKG III

TKG IV

TKG V

0,000,100,200,300,400,500,600,700,800,901,00

Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt

Pers

enta

se T

KG

(%)

Waktu pengamatan (bulan)

TKG I

TKG II

TKG III

TKG IV

TKG V

Page 17: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

42

Tabel 10 Perbandingan tingkat kematangan gonad julung-julung jantanberdasarkan selang kelas panjang

SelangKelas

Nilai T.Panjang(mm)

Jumlah(ekor)

Persentase Tingkat Kematangan Gonad (%)

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V136 - 142 139 1 0 0 0 0 100,00143 - 149 146 11 0 0 0 54,55 45,45150 - 156 153 20 10,00 0 0 35,00 55,00157 - 163 160 59 6,78 8,47 11,86 33,90 38,98164 - 170 167 233 8,58 13,30 21,03 28,33 28,76171- 177 174 216 6,02 7,87 20,37 52,31 13,43178 - 184 181 205 7,80 12,68 25,37 32,68 21,46185 - 191 188 142 2,11 2,82 9,86 70,42 14,79192 - 198 195 22 0,00 9,09 9,09 63,64 18,18199 -205 202 19 5,26 0,00 0,00 31,58 63,16

Jumlah 928 6,36 9,16 18,10 43,00 23,38

Tabel 11 Perbandingan tingkat kematangan gonad julung-julung betinaberdasarkan selang kelas panjang

SelangKelas

Nilai T.Panjang(mm)

Jumlah(ekor)

Persentase Tingkat Kematangan Gonad (%)

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V139 - 146 143 2 0 0 0 100,00 0147 - 154 151 3 0 33,33 0 66,67 0155 -162 159 12 0 8,33 8,33 58,33 25,00163 -170 167 40 12,50 22,50 20,00 40,00 5,00171 -178 175 68 1,47 25,00 23,53 33,82 16,18179 - 186 183 254 2,36 32,28 27,95 31,50 5,91187 - 194 191 122 0,82 19,67 25,41 50,00 4,10195 -202 199 106 0 13,21 9,43 60,38 16,98203 - 210 207 10 0 20,00 0 50,00 30,00211 -218 215 1 0 0 0 100,00 0

Jumlah 618 2,10 24,27 22,17 42,23 9,22

Ikan julung-julung betina didominasi pada TKG IV, dengan nilai 42,23%.

Perbandingan TKG berdasarkan selang kelas panjang, menunjukkan bahwa

julung-julung betina banyak tertangkap pada selang kelas panjang 179-186 mm

sampai dengan 195-202 mm. Persentasi TKG I, II dan III banyak tertangkap pada

selang kelas 179-186 mm, sedangkan TKG IV dan V banyak tertangkap pada

selang kelas 195-202 (Tabel 11).

Page 18: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

43

4.3.3 Ukuran ikan pertama kali matang gonadPanjang pertama kali matang digambarkan pada ukuran dimana 50% dari

ikan menjadi matang pada pertama kalinya. Ikan julung-julung yang diukur dan

diamati sebanyak 928 ekor jantan dan 618 ekor betina dari hasil tangkapan giob.

Ikan julung-julung jantang memiliki ukuran panjang antara 139-220 mm dan

betina 143-214 mm. Persentase ikan jantan matang gonad adalah 61% dan belum

matang sebanyak 39%, sedangkan ikan betina 64% matang gonad dan 36% belum

matang gonad (Gambar 7a dan 7b).

Hasil analisis pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan ikan julung-julung

jantan mencapai matang gonad pertama pada ukuran panjang rata-rata 164 mm

(16,4 cm) dan julung-julung betina pada ukuran 156,56 mm (15,7 cm) (Tabel 12

dan 13).

Gambar 7 Presentasi matang gonad ikan julung-julung (a) jantang, (b) betina.

(a) (b)

Page 19: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

44

Tabel 12 Distribusi frekuensi panjang dan perhitungan panjang pertama kalimatang gonad ikan julung-julung jantan

Kelas TengahKelas

LogT. Kelas

Jlh.Ikan (ni)

MatangGonad

(ri)

% MatangGonad

pi =(ri/ni)(X) qi

(1-pi) pi*qi/ni-1

136 - 142 139 2,1430 1 0 0,0000 1,0000 0,0000143- 149 146 2,1644 11 6 0,5455 0,0213 0,4545 0,0248150 - 156 153 2,1847 20 7 0,3500 0,0203 0,6500 0,0120157 - 163 160 2,2041 59 27 0,4576 0,0194 0,5424 0,0043164 - 170 167 2,2227 233 115 0,4936 0,0186 0,5064 0,0011171 - 177 174 2,2405 216 157 0,7269 0,0178 0,2731 0,0009178 - 184 181 2,2577 205 119 0,5805 0,0171 0,4195 0,0012185 - 191 188 2,2742 142 108 0,7606 0,0165 0,2394 0,0013192 - 198 195 2,2900 22 22 1,0000 0,0159 0,0000 0,0000199 - 205 202 2,3054 19 6 0,3158 0,0153 0,6842 0,0120Total 928 567 5,2303 0,1623 4,7697Log m 2,2149Lm 164

Tabel 13 Distribusi frekuensi panjang dan perhitungan panjang pertama kalimatang gonad ikan julung-julung betina

Kelas TengahKelas

LogT. Kelas

Jlh.Ikan (ni)

MatangGonad

(ri)

% MatangGonad

pi =(ri/ni)(X) qi

(1-pi) pi*qi/ni-1

139 - 146 143 2,1538 2 2 1,0000 0,0000 0,000000147 - 154 151 2,1775 3 2 0,6667 0,023722 0,3333 0,111111155 - 162 159 2,2000 12 8 0,6667 0,022493 0,3333 0,020202163 - 170 167 2,2214 40 24 0,6000 0,021385 0,4000 0,006154171 - 178 175 2,2418 68 39 0,5735 0,020381 0,4265 0,003651179 - 186 183 2,2613 254 151 0,5945 0,019467 0,4055 0,000953187 - 194 191 2,2799 122 92 0,7541 0,018632 0,2459 0,001533195 - 202 199 2,2978 106 69 0,6509 0,017866 0,3491 0,002164203 - 210 207 2,3149 10 10 1,0000 0,017160 0,0000 0,000000211 - 218 215 2,3314 1 1 1,0000 0,016507 0,0000 0,000000Total 618 618 398 7,5064 0,1776 2,4936Log m 2,1947Lm 156,56

Page 20: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

45

4.3.4 Jenis dan proporsi makananHasil analisis isi lambung ikan julung-julung ditemukan lima kelompok

makanan yaitu terdiri dari: fitoplankton, zooplankton, krustasea, serasah, dan sisik

ikan. Kelompok fitoplankton terdiri dari 16 spesies, yang didominasi oleh spesies

Rhizosolenia sp. (12,69%), Trichodesmium sp. (20,33%), Nitzschia sp. (14,34)

(Tabel 14). Zooplankton merupakan kelompok makanan yang terdiri dari 16

sepesies dengan proporsi berkisar antara 0,01-1,19% (Tabel 15).

Tabel 14 Proporsi jenis makanan ikan julung-julung dari kelompok fitoplankton

No Kelompok Makanan Vi (%) Oi (%) Vi*Oi ∑VI*Oi IP (%)I Fitoplankton

1 Eucampia sp. 0,37 70,33 25,70 2.656,89 0,972 Coscinodiscus sp. 0,63 173,33 109,29 4,113 Rhizosolenia sp. 0,93 363,33 337,07 12,694 Chaetoceros sp. 0,08 8,67 0,66 0,025 Guinardia sp. 0,07 13,33 0,96 0,046 Ceratium sp. 0,06 10,00 0,64 0,027 Gyrodinium sp. 0,01 10,00 0,08 0,008 Surirella sp. 0,18 33,00 5,96 0,229 Thalasionema sp. 0,03 1,33 0,04 0,00

10 Trichodesmium sp. 0,95 570,00 540,24 20,3311 Thalassiotrix sp. 0,25 39,67 9,88 0,3712 Coconeis sp. 0,02 6,67 0,16 0,0113 Nitzschia sp. 0,89 427,34 381,00 14,3414 Hemiaulus sp. 0,12 8,67 1,04 0,0415 Richelia sp. 0,05 3,33 0,16 0,0116 Gonyodoma sp. 0,05 3,33 0,16 0,0117 Protoceratium sp. 0,05 1,67 0,08 0,0018 Peridinium sp. 0,06 5,00 0,32 0,0119 Navicula sp. 0,21 29,33 6,24 0,2320 Melosira sp. 0,27 47,67 12,63 0,4821 Pleurosigma sp. 0,04 7,67 0,34 0,0122 Bacillaria sp. 0,02 6,67 0,13 0,0123 Thalassiosira sp. 0,05 5,33 0,26 0,0124 Leptocylindrus sp. 0,22 33,33 7,36 0,2825 Climacodium sp. 0,02 3,33 0,07 0,0026 Amphora sp. 0,06 10,00 0,56 0,0227 Dactyliosolen sp. 0,03 3,33 0,11 0,0028 Asterionella sp. 0,06 8,33 0,47 0,0229 Streptotheca sp. 0,21 38,00 7,94 0,3030 Dinophysis sp. 0,09 12,00 1,06 0,0431 Diatoma sp. 0,15 21,33 3,26 0,1232 Climacospheina sp. 0,08 5,00 0,40 0,0233 Halosphaera sp. 0,05 10,00 0,48 0,0234 Gomphonema sp. 0,02 3,33 0,08 0,0035 Fragilaria sp. 0,05 20,00 0,96 0,0436 Limcophora sp. 0,03 3,33 0,11 0,00

Jumlah 52,80

Page 21: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

46

Tabel 15 Proporsi jenis makanan ikan julung-julung dari kelompok zooplankton,krustase, serasah, dan sisik

No Kelompok Makanan Vi (%) Oi (%) Vi*Oi ∑VI*Oi IP (%)II Zooplankton

1 Calanus sp. 0,13 12,67 1,68 0,06

2 Branchionus sp. 0,38 73,00 27,56 1,04

3 Synchaeta sp. 0,17 23,33 3,94 0,15

4 Favella sp. 0,05 9,67 0,47 0,02

5 Clamydodon sp. 0,08 10,33 0,83 0,03

6 Leptrotintinus sp. 0,48 65,66 31,64 1,19

7 Evadne sp. 0,10 31,00 3,24 0,12

8 Tintinnopsis sp. 0,35 56,00 19,79 0,74

9 Xystonella sp. 0,21 28,67 5,99 0,23

10 Sagitella sp. 0,04 3,33 0,13 0,01

11 Agalma sp. 0,03 6,67 0,21 0,01

12 Helicostomella sp. 0,19 29,67 5,72 0,22

13 Parafavella sp. 0,03 18,67 0,60 0,02

14 Rhabdonella sp. 0,03 6,67 0,21 0,01

15 Eucalanus sp. 0,04 3,33 0,13 0,01

16 Tintinnidium sp. 0,07 9,67 0,70 0,03

Jumlah 3,73III Kurstasea 0,86 388,00 331,90 12,04IV Serasah 0,98 886,00 864,65 31,36V Sisik 0,11 20,67 2,24 0,08

Secara keseluruhan proporsi kelompok makanan ikan julung-julung

berurutan adalah sebagai berikut: fitoplankton (52,80%), serasah (31,36%),

krustasea (12,04%), zooplankton (3,73%) dan sisik (0,08%) (Gambar 8).

Gambar 8 Komposisi makan julung-julung yang tertangkap di perairan KayoaHalmahera Selatan.

52,80%

3,73%12,04%

31,36%

0,08%

Fitoplankton

Zooplankton

Krustasea

Serasah

Sisik

Page 22: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

47

4.3.5 Struktur ukuran ikan julung-julungStruktur ukuran merupakan salah satu informasi penting dalam pengkajian

suatu populasi. Pengukuran panjang organisme dalam seri waktu yang cukup

dapat dijadikan landasan untuk mengkaji pola pertumbuhan, mortalitas dan pola

penambahan individu baru dari organisme tersebut. Pada penelitian ini panjang

yang dijadikan kajian stok yaitu panjang standar. Pengukuran sampel ikan julung-

julung selama penelitian berjumlah 1.546 ekor yang terdiri dari 928 ekor jantan

dan 618 ekor betina. Hasil pengukuran panjang standar secara keseluruhan julung-

julung diperoleh panjang masimum yaitu 216 mm, dan panjang minimum 139

mm. Panjang maksimum julung-julung jantan yaitu 216 mm, dan panjang

minimum 139 mm, sedangkan panjang masimum julung-julung betina yaitu 214

mm, dan panjang minimum 143 mm. Distribusi frekuensi julung-julung jantan,

betina dan gabungan jantan-betina dapat disajikan pada Gambar 9-11.

Pada Gambar 9, menunjukkan bahwa ukuran ikan julung-julung jantan yang

tertangkap pada bulan November 2011-Oktober 2012 (satu siklus tahunan) maka

terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu pada bulan Februari-Juni dengan

frekuensi tertinggi pada ukuran rata-rata 169 mm, dan fase kedua pada bulan

Agustus-Januari dengan frewensi tertinggi pada ukuran rata-rata 189 mm. Gambar

10, menunjukkan bahwa julung-julung betina yang tertangkap setiap bulan lebih

didominasi pada frekuensi ukuran 183 mm.

Page 23: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

48

0

5

10

15

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

November 2011

0

5

10

15

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Desember 2011

05

1015

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Januari 2012

010203040

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Pebruari 2012

0

20

40

60

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Maret 2012

010203040

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

April 2012

01020304050

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Mei 2012

0

10

20

30

40

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229Fr

ekue

nsi

Nilai tengah panjang (mm)

Juni 2012

0

10

20

30

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Juli 2012

010203040

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Agustus 2012

010203040

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

September 2012

0

10

20

30

139 149 159 169 179 189 199 209 219 229

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Oktober 2012

Gambar 9 Sebaran frekuensi panjang ikan julung-julung jantan yang tertangkapdengan giob di perairan Kayoa, November 2011-Oktober 2012.

Page 24: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

49

0

5

10

15

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

November 2011

0

2

4

6

8

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Desember 2011

012345

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Januari 2012

0

5

10

15

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Pebruari 2012

02468

1012

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Maret 2012

05

1015202530

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

April 2012

0

5

10

15

20

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Mei 2012

0

10

20

30

40

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Juni 2012

01020304050

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Juli 2012

0

10

20

30

40

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Agustus 2012

010203040

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

September 2012

0

10

20

30

40

143 151 159 167 175 183 191 199 207 215

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Oktober 2012

Gambar 10 Sebaran frekuensi panjang ikan julung-julung betina yang tertangkapdengan giob di perairan Kayoa, November 2011-Oktober 2012.

Page 25: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

50

0

10

20

30

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

November 2011

05

10152025

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Desember 2011

0

5

10

15

20

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Januari 2012

0

10

20

30

40

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Pebruari 2012

0

20

40

60

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Maret 2012

0

20

40

60

80

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

April 2012

01020304050

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Mei 2012

020406080

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

iNilai tengah panjang (mm)

Juni 2012

0

20

40

60

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Juli 2012

020406080

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Agustus 2012

0

20

40

60

80

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

September 2012

01020304050

139 146 153 160 167 174 181 188 195 202

Frek

uens

i

Nilai tengah panjang (mm)

Oktober 2012

Gambar 11 Sebaran frekuensi panjang ikan julung-julung gabungan yang tertangkapdengan giob di perairan Kayoa, November 2011-Oktober 2012.

Page 26: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

51

4.3.6 Hubungan panjang beratHasil analisis hubungan antara panjang (mm) dengan bobot individu (gram)

julung-julung menunjukkan bahwa secara total hubungan panjang dan berat

adalah W = 0,00189L1,968 (Gambar 12). Berdasarkan jenis kelamin, hubungan

panjang dan berat ikan jantan adalah W = 0,0061L1,74 (Gambar 13) dan betina

adalah W = 0.00089L2,116 (Gambar 14). Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan

berat julung-julung betina lebih cepat dari pada jantan walaupun kedua jenis

memiliki pertumbuhan panjang dan berat yang allometrik negatif (kurus) yang

direpresentasikan oleh nilai b yang lebih kecil dari 3.

Berdasarkan uji t (t-test) terhadap nilai b untuk sampel total, jantan dan

betina menunjukkan perbedaan yang sangat nyata di mana t-hitung keseluruhan

variabel tesebut lebih besar dari pada t-tabel (99%). Ini berarti bahwa

pertumbuhan ikan julung-julung seluruh kelompok sampel adalah allometrik

negatif (b < 3) (Tabel 16).

Gambar 12 Hubungan panjang (mm) dan berat (gr) W = aLb) ikan julung-julungdi perairan Kayoa.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 50 100 150 200 250

Bera

t (gr

)

Panjang standar (mm)

GabunganW = 0,00189L1,968

n = 1.546

Page 27: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

52

Gambar 13 Hubungan panjang (mm) dan berat (gr) W = aLb) ikan julung-julungjantan di perairan Kayoa.

Gambar 14 Hubungan panjang (mm) dan berat (gr) W = aLb) ikan julung-julungbetina di perairan Kayoa.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 50 100 150 200 250

Bera

t (gr

)

Panjang Standar (mm)

JantanW= 0.0061L1.74

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 50 100 150 200 250

Bera

t (gr

)

Panjang Standar (mm)

BetinaW= 0.00089L2.116

n = 928

n = 618

Page 28: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

53

Tabel 16 Uji-t terhadap nilai b sampel ikan julung-julung total, jantan dan betina

Sampel b t-hitung t-tabel KeteranganTotalJantanBetina

1.9681.7402.116

788,05592,58547,12

1,6461,6461,647

t-hitung > t-tabel; Allometrik negatift-hitung > t-tabel; Allometrik negatift-hitung > t-tabel; Allometrik negatif

Nilai b pada julung-julung lebih kecil dari tiga atau berdasarkan kriteria

dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan julung-julung adalah allometrik negativ (b

< 3), artinya pertumbuhan beratnya tidak secepat pertumbuhan panjang. Hal ini

menunjukkan bahwa julung-julung yang hidup di perairan Kayoa memiliki tubuh

yang kurus memanjang.

4.3.7 Pertumbuhan ikanJumlah ikan yang dianalisis untuk mencari nilai pertumbuhan adalah

keseluruhan ikan yang diperoleh berjumlah 1.546 ekor, dengan kisaran panjang

total antara 139 mm hingga 220 mm. Berdasarkan hasil analisis statistik

keseluruhan data terbagi dalam 10 selang kelas panjang dan lebar 7 kelas.

Analisis model pertumbuhan ikan menggunakan perangkat lunak FISAT

(Pauly 1983) terhadap sebaran frekuensi panjang ikan diperoleh hasil panjang

infiniti (L∞) sebesar 212,10 mm dan koefisien pertumbuhan (K) diperoleh sebesar

0,650 per tahun. Nilai t0 ikan julung-julung berdasarkan rumus empiris Pauly

(1984) adalah -0,1230, sehingga persamaan pertumbuhan ikan julung-julung

secara keseluruhan (jantan dan betina) di Kayoa, Halmahera Selatan adalah Lt =

[1 - e-0,650(t+0,1230)] (Gambar 15). Berdasarkan jenis kelamin diperoleh ikan julung-

julung jantan memiliki panjang infiniti (L∞) sebesar 216,30 cm dan koefisien

pertumbuhan (K) sebesar 0,800 per tahun. Nilai t0 ikan julung-julung jantan

adalah -0,1068, sehingga persamaan pertumbuhan ikan julung-julung di Kayoa,

Halmahera Selatan adalah Lt = [1 - e-0,800(t+0,1068)] (Gambar 16). Ikan julung-julung

betina mempunyai variabel pertumbuhan lebih cepat jika dibandingkan dengan

jantan dimanan betina memiliki panjang infiniti (L∞) sebesar 225,75 dan

koefisien pertumbuhan (K) sebesar 1,300 per tahun, nilai t0 sebesar -0,1068,

sehingga persamaan pertumbuhan adalah Lt = [1 - e-1,300(t+0,1068)] (Gambar 17).

Page 29: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

54

Gambar 15 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy hasil analisis frekuensi panjangjulung-julung di perairan Kayoa (L∞ = 212,10, K = 0,650 per tahundan t0 = -0,1230).

Gambar 16 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy hasil analisis frekuensi panjangjulung-julung jantan di perairan Kayoa (L∞ = 216,30, K = 0,800 pertahun dan t0 = -0,1068).

Page 30: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

55

Gambar 17 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy hasil analisis frekuensi panjangjulung-julung betina di perairan Kayoa (L∞ = 225,75, K = 1,300 pertahun dan t0 = -0,1068).

4.3.8 Mortalitas dan laju eksploitasiNilai koefisien mortalitas diperoleh dengan menggunakan metode kurva

hasil tangkapan konversi panjang (length converted catch curve). Gambar 18,

menunjukkan bahwa laju mortalitas total (Z) secara keseluruhan ikan julung-

julung sebesar 2,26 per tahun, dengan memasukkan suhu rata-rata di perairan

Kayoa sebesar 28 0C maka diperoleh laju mortalitas alami (M) sebesar 0,78 per

tahun. Nilai laju mortalitas karena penangkapan (F) yang diperoleh sebesar 1,48

per tahun. Dengan mengetahui nilai mortalitas tersebut maka laju eksploitasi (E)

ikan julung-julung di perairan Kayoa diketahui sebesar 0,65 per tahun. Untuk

mengetahui umur relatif ikan julung-julung yang mati karena penangkapan

(tertangkap) dapat dilihat pada tiga titik yang berwarna hitam, sehingga populasi

yang umur relatif diatas 3,0 tahun. Gambar 19, menunjukkan bahwa laju

mortalitas total (Z) ikan julung-julung jantan sebesar 2,16 per tahun, dengan

memasukkan suhu rata-rata di perairan Kayoa sebesar 28 oC maka diperoleh laju

mortalitas alami (M) sebesar 0,84 per tahun. Nilai laju mortalitas karena

penangkapan (F) yang diperoleh sebesar 1,33 per tahun. Dengan mengetahui nilai

mortalitas tersebut maka laju eksploitasi (E) ikan julung-julung jantan di perairan

Kayoa diketahui sebesar 0,61 per tahun. Untuk mengetahui umur relatif ikan

Page 31: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

56

julung-julung yang mati karena penangkapan (tertangkap) dapat dilihat pada tiga

titik yang berwarna hitam, sehingga populasi yang umur relatif diatas 2,0 tahun.

Gambar 18 Kurva hasil tangkapan konversi panjang ikan julung-julung di perairanKayoa.

Gambar 19 Kurva hasil tangkapan konversi panjang ikan julung-julung jantan diperairan Kayoa.

Page 32: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

57

Gambar 20, menunjukkan bahwa laju mortalitas total (Z) ikan julung-

julung betina sebesar 4,41 per tahun, dengan memasukkan suhu rata-rata di

perairan Kayoa sebesar 28 0C maka diperoleh laju mortalitas alami (M) sebesar

1,21 per tahun. Nilai laju mortalitas karena penangkapan (F) yang diperoleh

sebesar 3,20 per tahun. Dengan mengetahui nilai mortalitas tersebut maka laju

eksploitasi (E) ikan julung-julung di perairan Kayoa diketahui sebesar 0,73 per

tahun. Untuk mengetahui umur relatif ikan julung-julung yang mati karena

penangkapan (tertangkap) dapat dilihat pada tiga titik yang berwarna hitam,

sehingga populasi yang umur relatif diatas 1,0 tahun.

Gambar 20 Kurva hasil tangkapan konversi panjang ikan julung-julung betina diperairan Kayoa.

4.4 Pembahasan

Nisbah kelamin suatu organisme perairan penting untuk dikaji, karena

terkait dengan kemampuan dan potensi reproduksi organisme tersebut ke depan.

Apabila keseimbangan alamiah nisbah kelamin terganggu, maka kesinambungan

stok alamiahnya dapat terganggu. Dengan mengetahui perbandingan jenis kelamin

dapat diduga keseimbangan populasi yang ada dengan asumsi bahwa

perbandingan jantan dan betina dalam suatu sediaan di alam adalah 1 : 1 dengan

demikian populasi dinyatakan dalam keadaan seimbang (Cristina 2003).

Tabel 8 menunjukan adanya perbedaan jenis kelamin dimana jantan lebih

banyak dari pada kelamin betina. Hasil penelitian yang sama telah dilaporkan

oleh (Talwar 1967; Talwar 1962), yang menemukan bahwa ikan julung-julung

Page 33: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

58

(Hemirhamphus marginatus) di Teluk Mandapan India memiliki proporsi jumlah

tangkapan jantan lebih banyak dibandingkan betina. Secara umum proporsi

julung-julung jantan dan betina dapat dianalogkan bahwa setiap 10 ekor julung-

julung akan ditemukan 4 ekor betina. Kecuali bulan Juli dan Oktober dimana

betina lebih banyak. Angka nisbah kelamin tersebut juga mengindikasikan bahwa

ada kecenderungan julung-julung jantan pada umumnya memiliki pasangan lebih

dari satu. Hal ini memungkinkan pada saat musim perkawinan, julung-julung

betina akan diikuti julung-julung jantan lebih dari satu ekor. Tersedianya betina

yang lebih sedikit, memungkinkan rekrutmen yang terjadi juga sedikit sehingga

berpengaruh pada jumlah penambahan individu baru di alam.

Menurut Turkmen et al. (2002) penyimpangan nisbah kelamin dari pola 1 : 1

dapat terjadi dari faktor yang meliputi perbedaan distribusi, aktifitas dan gerakan

ikan. Agar pengelolaan sumberdaya ikan julung-julung berkelanjutan, perlu diatur

aktivitas penangkapan yang berlangsung di waktu penangkapan dimana jumlah

betinanya lebih sedikit, karena dengan sedikitnya jumlah betina berarti

kemampuan untuk menghadirkan individu baru pada waktu tersebut tidak

seoptimal di waktu penangkapan yang jumlah betinanya lebih banyak.

Menurut Hails dan Abdullah (1982) ikan yang hidup di daerah tropis cenderung

mempunyai periode pemijahan yang panjang atau bahkan memijah sepanjang tahun,

yang biasanya berkesesuaian dengan curah hujan. Tingkat kematangan gonad (TKG)

merupakan salah satu pengetahuan dasar dari biologi reproduksi pada suatu

organisme seperti ikan julung-julung. Kematangan gonad dapat digunakan sebagai

penduga status reproduksi ikan, penentu ukuran dan umur pada saat pertama kali

matang gonad, proporsi atau jumlah populasi yang secara reproduktif matang dan

pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies.

Jika ditinjau TKG-nya, ikan julung-julung yang tertangkap di perairan

Kayoa pada TKG III dan IV ditemukan tersebar hampir setiap bulan, yang

mengambarkan waktu pemijahan. Jika TKG IV dijadikan dasar untuk menduga

waktu pemijahan, maka terlihat julung-julung yang tertangkap dengan giob di

perairan Kayoa membentuk dua fase puncak pemijahan yaitu fase pertama pada

bulan Januari, Februari, Maret dan fase kedua yaitu pada bulan September,

Oktober, November. Hasil penelitian ini berbeda dengan laporan Talwar (1967),

bahwa ikan julung-julung (Hemirhamphus marginatus) di Teluk Mandapan India

Page 34: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

59

memiliki periode pemijahan yang pendek dan waktu tertentu saja yaitu

November-Desember dan nampaknya spesies ini tidak melakukan kegiatan

bertelur lebih dari sekali dalam setahun. Selain itu diinformasikan pula bahwa

kawasan bertelur bagi spesies ini berada di garis pantai pada kawasan yang

berbatu dan mengandung rumput laut.

Jika dugaan fase pemijahan tersebut dihubungkan dengan produksi bulanan

giob yang dikumpulkan selama satu tahun dimana produksi tertinggi pada bulan

Agustus-Oktober, maka dapat dipastikan bahwa puncak musim penangkapan

julung-julung bertepatan dengan musim pemijahan ikan. Puncak musim

penangkapan ikan julung-julung di perairan Kayoa, tidak jauh berbeda dengan di

perairan Selat Bangka, Sulawesi Utara yang terbagi dalam dua fase utama, yaitu

bulan Maret-Juni dan bulan September- November (Reppie dan Sitanggang 2011).

Puncak penangkapan julung-julung yang bertepatan dengan musim pemijahan

dapat diinterpretasikan bahwa kehadiran gerombolan julung-julung yang

melimpah di perairan pesisir pada waktu tertentu diduga melakukan pemijahan,

dimana kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk melakukan

penangkapan. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa pada bulan-bulan tersebut

sebaiknya aktivitas penangkapan dikontrol secara ketat baik jumlah tangkapan

maupun ukuran ikan dengan harapan dapat memberi kesempatan ikan untuk

memijah terlebih dahulu sebelum tertangkap sehingga tidak mengganggu proses

rekruitmen individu baru di daerah penangkapan tersebut. Kondisi ini perlu

diantisipasi karena pengoperasian giob dilakukan di perairan kawasan selat

diantara pulau-pulau kecil.

Informasi tentang makan dan kebiasaan makan akan sangat penting untuk

memahami sejarah hidup, termasuk pertumbuhan, migrasi, dan untuk pengelolaan

perikanan secara komersial. Pengetahuan tentang sumber makanan dari stok ikan

komersial memberi pengalaman berharga bagi nelayan dalam menentukan daerah

penangkapan secara lebih menguntungkan. Nikolsky (1963) mengklasifikasikan

makanan menjadi 4 kategori yaitu makanan utama adalah makanan yang dimakan

dalam jumlah besar, makanan pelengkap adalah makanan yang dimakan dalam

jumlah sedikit, makanan tambahan adalah makanan yang dimakan dalam jumlah

Page 35: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

60

sangat sedikit, dan makanan pengganti yang hanya dimakanan jika makanan

utama tidak tersedia.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa makanan ikan julung-julung dari

kelompok fitoplankton memiliki nilai terbesar (52,80%). Hal ini mengindikasikan

bahwa fitoplankton merupakan makanan utama julung-julung di peraian Kayoa.

Serasah merupakan makanan urutan kedua dengan nilai sebesar 31,36% diduga

merupakan makanan pelengkap. Krustasea dan zooplankton masing-masing

dengan proporsi 12,04% dan 3,73% diduga merupakan makanan tambahan.

Ditemukannya makanan jenis sisik dalam lambung ikan, diduga julung-julung

dalam kondisi panik saat diburu hingga terkurung didalam kantong jaring

menyebabkan tidak terkontol sehingga sisik masuk ke dalam rongga mulut.

Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain habitat

hidup, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran, dan umur ikan

(Lagler 1956). Jenis makanan ikan julung-julung berupa serasah dalam jumlah

yang besar mengindikasikan bahwa habitat yang senang dikunjungi ikan ini

adalah daerah sekitar mangrove. Realitas menunjukkan bahwa daerah

penangkapan julung-julung di Kayoa merupakan daerah pulau-pulau kecil dengan

jenis tumbuhan peisir adalah mangrove dan lamun. Sebagaimana pernyataan

Lagler (1956); Kagwade (1967); Holden & Raitt (1975), bahwa komposisi dari

makanan ikan akan membantu, menjelaskan kemungkinan habitat yang

dikunjungi.

Kaitan makanan dengan waktu penangkapan, dimana kehadiran ikan julung-

julung di perairan pada sore hari diduga karena mengejar pergerakan makanan

yang terbawa oleh arus. Jumlah sediaan ikan di suatu lokasi merupakan fungsi

dari potensialitas makanan, sehingga pengetahuan yang benar dari hubungan antar

ikan dengan organisme makanan sangat penting untuk prediksi dan eksploitasi

dari sediaan ikan tersebut (Nikolsky 1963; Rao 1974).

Berkurangnya kelimpahan ikan dalam sutu kelompok umur pada satu kurun

waktu tertentu disebabkan oleh faktor alami maupun penangkapan digambarkan

oleh koefisien kematian. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai dugaan koefisien

kematian total (Z) sebesar 2,09 per tahun. Besarnya nilai koefisien kematian total

ini tergantung dari besarnya nilai koefisien kematian alami (M) dan nilai koefisien

Page 36: 4 BIOLOGI IKAN JULUNG-JULUNG - repository.ipb.ac.id · Perairan Philipina, Kepulauan Indonesia, Utara Australia dan Papua Nugini (Gambar 3). Famili Hemiramphidae terbagi atas dua

61

kematian akibat penangkapan (F). Kematian alami umumnya dipengaruhi oleh

faktor lingkungan (kondisi perairan, predator, penyakit, kekurangan pakan dan

mati karena tua). Koefisien kematian akibat penangkapan pada umumnya

dipengaruhi oleh jumlah alat tangkap dan intensitas penangkapan. Semakin

banyak jumlah alat tangkap dan intensitas penangkapan maka koefisien kematian

akibat penangkapan semakin besar.

Nilai status pemanfaatan (E) ikan julung-julung yang tertangkap di perairan

Kayoa, Halmahera Selatan adalah sebesar 65%. Nilai tersebut mengindikasikan

bahwa tingkat pemanfaatan ikan julung-julung di perairan Kayoa telah melewati

tingkat pemanfaatan optimal. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa hasil

berimbang adalah optimal bila E = 0,50 (Gulland 1971) diacu dalam (Pauly 1984).

4.5 Kesimpulan

1) Ikan julung-julung yang tertangkap dengan giob di perairan Kayoa memiliki

perbandingan kelamin jantan lebih banyak dari betina yaitu pada nisbah 1:0,7.

Julung-julung betina mengalami dua kali puncak matang gonad yakni pada

bulan Januari-Maret dan bulan September-November. Ukuran panjang

julung-julung jantan pertama kali mencapai matang gonad yaitu 164 mm

(16,4 cm) lebih besar jika dibandingkan dengan julung-julung betina pada

ukuran 156,56 mm (15,7 cm).

2) Komposisi makanan ikan julung-julung terdiri dari fitoplankton (52,80%),

serasah (31,36%), krustasea (12,04%), dan zooplankton (3,73%), sedangkan

sisik sebesar 0,08% sebagai isi lambung tapi bukan merupakan makanan.

3) Secara total, dan berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina) ikan julung-

julung mempunyai bentuk tubuh kurus (allometrik negatif). Persamaan

hubungan panjang dan berat ikan secara total adalah W = 0,00189L1,968,

jantan W = 0,0061L1,74, dan betina W = 0.00089L2,116. Pertumbuhan ikan

julung-julung betina lebih cepat dari pada jantan dengan persamaan

pertumbuhan secara total Lt = [1 - e-0,650(t+0,1230)], jantan adalah Lt = [1 - e-

0,800(t+0,1068)], dan betina adalah Lt = [1 - e-1,300(t+0,1068)]. Mortalitas total (Z),

mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F) dan tingkat pemanfaatan

ikan julung-julung betina lebih besar dari pada jantan.