3949-5604-1-pb
TRANSCRIPT
![Page 1: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/1.jpg)
Factors analysis that influence liveliness of toddler Posyandu in the region of Mantrijeron health center of Yogyakarta
Nadia Rachmaningrum 1, Iman Permana 2
1Student of Medical School, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2Department of Community Medicine, Muhammadiyah
University of Yogyakarta
Abstract
Posyandu is a place for serving society requirements of health, including : activities of a child's weighing , immunization for pregnant woman and toddler, health examination for pregnant woman, and family planing. However, according to Community Health Director of Health Department, Wandaningsih, its only 40% of Posyandu who does their function well. Based on this matter, researcher want to analyze the factors which affect the liveliness of toddler Posyandu.
This research design is analitical observasional by cross sectional approach. The data had been gotten from giving questionairre and taking secondary data .
The analyze of Chi Square shows significance value between Camat supporting factor with the liveliness of Posyandu is 0,763. The significance value between cadre motivation with liveliness of Posyandu is 0,000. The last, the significance value between society participation with liveliness of Posyandu is 0,038.
This research can be concluded that there is no any relation between Camat supporting factor with the liveliness of Posyandu and there is a significance relation between cadre motivation factor and society participation to liveliness of Posyandu.
Key Word: posyandu, liveliness factor of Posyandu
![Page 2: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/2.jpg)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta.
Nadia Rachmaningrum 1, Iman Permana 2
1Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Intisari
Posyandu adalah suatu tempat yang melayani kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan meliputi : kegiatan penimbangan balita, imunisasi untuk ibu hamil dan balita, pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, dan Keluarga Berencana. Namun, menurut Direktur Kesehatan Komunitas Depkes, Wandaningsih, hanya 40% yang menjalankan fungsinya dengan baik. Berdasarkan hal itu peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan Posyandu terhadap keaktifan Posyandu tersebut.
Rancangan penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, data diperoleh dari pemberian kuesioner kepada subyek dan pengambilan data sekunder.
Analisis dari Chi Square menunjukkan nilai signifikansi antara dukungan pembina posyandu (camat) dengan keaktifan posyandu adalah sebesar 0,763 (p>0,5), nilai signifikansi antara motivasi kader dengan keaktifan posyandu sebesar 0,000 (p<0,5), nilai signifikansi antara peran serta masyarakat dengan keaktifan posyandu sebesar 0,038 (p<0,5).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor dukungan pembina (camat) dengan keaktifan Posyandu dan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor motivasi kader dan peran serta masyarkat terhadap keaktifan Posyandu.
Kata kunci : posyandu, faktor keaktifan posyandu
![Page 3: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/3.jpg)
Pendahuluan
Posyandu adalah suatu tempat
yang melayani kebutuhan masyarakat
di bidang kesehatan meliputi : kegiatan
penimbangan balita, imunisasi untuk
ibu hamil dan balita, pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil, dan Keluarga
Berencana. Posyandu didirikan oleh
masyarakat dengan bimbingan petugas
Puskesmas dengan lokasi yang
berdekatan dengan tempat tinggal
masyarakat setempat.
Tujuan dari penyelenggaraan
posyandu adalah menurunkan angka
kematian bayi (AKB), angka kematian
ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas),
meningkatkan peran serta dan
kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan
dan Keluarga Berencana serta kegiatan
lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
Keaktifan posyandu dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah
faktor pembina posyandu, kader
posyandu itu sendiri dan para
pengguna posyandu.
Data Departemen Kesehatan,
tahun 2004 memperlihatkan jumlah
posyandu di Indonesia mencapai
242.124 unit. Namun, menurut
Direktur Kesehatan Komunitas
Depkes, Wandaningsih, hanya 40%
yang menjalankan fungsinya dengan
baik. Menurut Depkes Provinsi (2008),
di Propinsi DIY sendiri terdapat 5.618
posyandu yang tersebar di lima
kabupaten dan kota. Strata posyandu
yang menjadi tolok ukur sebagai
pendukung perilaku sehat adalah strata
Purnama dan Mandiri. Dari jumlah
tersebut, 2.025 posyandu (36,04%)
merupakan posyandu Purnama dan
976 posyandu (17,37%) merupakan
posyandu Mandiri, sedangkan 1.643
posyandu (29,24%) merupakan
posyandu Madya dan 934 (16,63%)
adalah posyandu Pratama. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang Analisis Faktor-Faktor
![Page 4: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/4.jpg)
yang Mempengaruhi Keaktifan
Posyandu Balita.
Bahan dan Cara
Penelitian ini adalah penelitian
non-experimental atau observasional
analitik dan pengambilan data
dilakukan secara cross-sectional. Data
diperoleh dari pemberian kuesioner
kepada subyek dan pengambilan data
sekunder. Populasi yang digunakan
adalah Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta. Sampel yang diambil
adalah 37 dari 57 Posyandu yang
diambil secara acak.
Variabel tergantung dalam
penelitian ini yaitu keaktifan Posyandu
berdasarkan cakupan program.
Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu faktor yang berpengaruh terhadap
keaktifan posyandu, diantaranya:
motivasi kader, dukungan pembina
(camat), dan peran serta masyarakat.
Instrumen yang digunakan
adalah lembar Informed consent
merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dan responden, Motivation
Potential Score (MPS) adalah salah
satu instrumen pengukuran motivasi
yang berdasarkan atas 5 dimensi dari
potensi motivasi menurut Hackman
dan Oldham (1975), dan Checklist
untuk menilai ada tidaknya dukungan
pemimpin (Camat) yang berisikan
peran dari Camat.
Penelitian telah dilakukan di
Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta pada bulan oktober –
november 2010.
Pelaksanaannya diawali dengan
pengambilan data sekunder di
Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta yaitu tingkat keaktifan
Posyandu di Puskesmas Mantrijeron
kota Yogyakarta (keaktifan Posyandu)
dan data jumlah peserta yang hadir
pada tiap Posyandu. Lalu dilanjutkan
dengan pemberian kuesioner motivasi
![Page 5: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/5.jpg)
kader dan Checklist untuk menilai ada
tidaknya dukungan pemimpin (Camat).
Setiap satu Posyandu diwakili oleh
satu kader untuk mengisi kuesioner
dan checklist.
Kuesioner , checklist, dan data
sekunder yang telah di terima
kemudian dianalisis. Dan untuk
menganalisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keaktifan Posyandu
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Mantrijeron Kota Yogyakarta
dilakukan analisa data dengan uji chi-
square.
Hasil Penelitian
Hasil pengumpulan data
sekunder didapatkan tingkat keaktifan
Posyandu di Puskesmas Mantrijeron
Kota Yogyakarta pada tabel 1.
Tingkat Keaktifan Jumlah Posyandu %
Pratama 0 0
Madya 7 12,28
Purnama 23 40,35
Mandiri 27 47,37
Jumlah 57 100
Dari tabel 1. dapat diketahui
bahwa Posyandu tingkat Purnama
sebanyak 0%, Madya sebanyak 7
Posyandu (12,28%), purnama
sebanyak 23 Posyandu (40,35%),
mandiri sebanyak 27 Posyandu
(47,37%).
Untuk mengetahui hubungan
antara dukungan pembina (Camat)
dengan keaktifan posyandu dapat
dilihat pada tabel 2.
![Page 6: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/6.jpg)
KARAKTERISTIK
KEAKTIFAN POSYANDU
PTIDAK AKTIF AKTIF
n % n %
DUKUNGAN
PEMBINA
TIDAK 0 0 1 2,70,763
YA 3 8,1 33 89,2
Dilihat dari Tabel 2. posyandu
yang tidak mendapat dukungan yang
cukup dari pembina dan tetap aktif
sebanyak 1 posyandu (2,7%),
posyandu yang mendapat dukungan
dari pembina dan aktif sebanyak 33
posyandu (89,2%) . hasil analisis chi-
square diperoleh nilai p adalah 0,763.
Nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak atau tidak terdapat
hubungan signifikan antara dukungan
pembina posyandu (camat) dengan
keaktifan posyandu balita di
Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta.
Untuk mengetahui hubungan
antara motivasi kader dengan keaktifan
posyandu dapat dilihat pada Tabel 3.
KARAKTERISTIK
KEAKTIFAN POSYANDU
PTIDAK AKTIF AKTIF
N % N %
MOTIVASI
KADER
BURUK 3 8,10 4 10,80.000
BAIK 0 0 30 81,1
Pada Tabel 3. dapat terlihat
bahwa posyandu yang motivasi
kadernya buruk dan tetap aktif
sebanyak 4 posyandu (10,8%),
posyandu yang motivasi kadernya baik
dan aktif sebanyak 30 posyandu
(81,1%) . Hasil analisis chi-square
diperoleh nilai p adalah 0,000 , karena
nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan
![Page 7: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/7.jpg)
bahwa H1 diterima atau terdapat
hubungan signifikan antara motivasi
kader dengan keaktifan posyandu
balita di Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta.
Untuk mengetahui hubungan
antara peran serta masyarakat dengan
keaktifan posyandu dapat dilihat padda
tabel 4.
KARAKTERISTIK
KEAKTIFAN POSYANDU
PTIDAK AKTIF AKTIF
N % N %
PERAN
SERTA
MASYRAKAT
TIDAK
AKTIF3 8,10 13 35,14
0,038
AKTIF 0 0 21 56,76
Pada Tabel 4. dapat dilihat
bahwa posyandu yang peran serta
masyarakatnya rendah dan tetap aktif
sebanyak 13 posyandu (35,14%),
posyandu yang peran serta
masyarakatnya tinggi dan aktif
sebanyak 21 posyandu (56,76%) .
Hasil dari analisis chi square diperoleh
nilai p adalah 0,038, karena nilai p <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
H1 diterima atau terdapat hubungan
signifikan antara peran serta
masyarakat dengan keaktifan posyandu
balita di Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta.
Diskusi
Peneliti memilih Posyandu di
Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta karena pada penelitian-
penelitian sebelumnya belum pernah
diteliti. Berdasarkan Tabel 2.
menunjukan bahwa Posyandu yang
mendapat dukungan dari pembina
(Camat), 89,2% aktif, dan 8,1% tidak
aktif. Sedangkan Posyandu yang tidak
mendapat dukungan dari pembina
(Camat) sebanyak 2,7% tergolong
![Page 8: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/8.jpg)
Posyandu aktif. Dari data tersebut
dapat terlihat bahwa dukungan
pembina (Camat) disini tidak
berpengaruh pada keaktifan Posyandu
balita, karena tetap ada Posyandu yang
tidak aktif walaupun mendapat
dukungan pembina (Camat), begitu
juga sebaliknya. Dilihat dari hasil
analisis chi-square diperoleh nilai p
adalah 0,763. Nilai p > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak
atau tidak terdapat hubungan signifikan
antara dukungan pembina posyandu
(camat) dengan keaktifan posyandu
balita di Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta.
Hal ini berbeda dengan teori
Chapin (1939) yang mengungkapkan
bahwa dalam konteks kepemimpinan,
dalam penelitian ini disebut pembina,
walaupun jumlahnya paling sedikit,
sangat menentukan keberhasilan
organisasi atau sebuah kegiatan dan
semakin tinggi partisipasi pemimpin
maka semakin aktif organisasi atau
kegiatan tersebut.
Perbedaan ini bisa disebabkan
karena karakter Posyandu yang
berbeda dari Posyandu lain, dan
karakter dari pemimpin ( pembina ) di
Posyandu tersebut. Menurut Suarli dan
Bachtiar (2009), kepemimpinan adalah
kemampuan memberi inspirasi kepada
orang lain untuk bekerja sama sebagai
suatu kelompok, agar dapat mencapai
suatu tujuan. Dari teori tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemimpin
(pembina) yang tidak dapat memberi
inspirasi pada orang lain (kader)
dengan baik, dapat mengakibatkan
tidak adanya hubungan dukungan
pembina (Camat) terhadap keaktifan
Posyandu di Puskesmas Mantrijeron
Kota Yogyakarta.
Berdasarkan Tabel 3.
menunjukan bahwa posyandu yang
memiliki tingkat motivasi kader yang
tinggi, posyandu tersebut tergolong
aktif sebesar 81,1%. Posyandu yang
![Page 9: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/9.jpg)
memiliki motivasi kader yang rendah,
10,8% termasuk Posyandu aktif, dan
8,10% termasuk Posyandu tidak aktif.
Dari hasil analisis Chi square
diperoleh nilai P adalah 0,000 yang
berarti P < 0,05 atau H1 diterima, atau
dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara motivasi kader
dengan keaktifan posyandu balita di
Puskesmas Mantrijeron, Kota
Yogyakarta.
Menurut Robbin (cit Muchlas,
1997) motivasi dalam perilaku
organisasi adalah kemauan untuk
bertujuan / berusaha ketempat yang
lebih tinggi menuju tercapainya tujuan
organisasi dengan syarat tidak
mengabaikan kemampuan untuk
memperoleh kepuasan dalam
pemenuhan kebutuhan pribadi.
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara
motivasi kader dengan keaktifan
Posyandu balita di Puskesmas
Mantrijeron, Kota Yogyakarta, karena
bila tujuan Posyandu tercapai berarti
dapat disimpulkan bahwa Posyandu
tersebut aktif.
Berdasarkan Tabel 4.
menunjukan bahwa posyandu yang
memiliki tingkat peran serta
masyarakat dalam kegiatan posyandu
yang tinggi sebesar 56,76% posyandu
tergolong aktif. Posyandu yang
memiliki peran serta masyarakat dalam
kegiatan posyandu yang rendah,
sebesar 35,14% posyandu tersebut
tergolong aktif, dan sebesar 8,10%
tergolong tidak aktif. Dari hasil analisis
Chi square diperoleh nilai P adalah
0,038 yang berarti P < 0,05 atau H1
diterima, atau dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara
tingkat peran serta masyarakat dengan
keaktifan posyandu balita di
Puskesmas Mantrijeron, Kota
Yogyakarta.
Saparin(1977) mengungkapkan
bahwa salah satu faktor penting dalam
![Page 10: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/10.jpg)
menciptakan suasana yang
menguntungkan bagi tercapainya
tujuan pembangunan adalah dengan
berlandaskan partisipasi masyarakat.
Hal ini sesuai dengan hasil dari
penelitian yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara tingkat peran serta
masyarakat dengan keaktifan Posyandu
balita di Puskesmas Mantrijeron, Kota
Yogyakarta.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan dan dari hasil uji
analisa data, didapatkan kesimpulan
bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara dukungan pembina
posyandu (camat) dengan keaktifan
posyandu balita, terdapat hubungan
signifikan antara motivasi kader
dengan keaktifan posyandu balita, dan
terdapat hubungan signifikan antara
peran serta masyarakat dengan
keaktifan posyandu balita di
Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta.
Saran
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, saya menyarankan
bahwa untuk penelitian selanjutnya
dapat dilakukan dengan sampel tidak
terbatas hanya pada satu tempat dan
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh Pembina pada
keaktifan Poyandu, karena pada
penelitian ini mendapatkan hasil tidak
ada hubungan signifikan antara
pembina (Camat) dengan keaktifan
Posyandu.
Daftar Pustaka
As’ad. (2008). Psikologi
Industri. Liberty. Yogyakarta.
Brouwer, M.A.W. dkk. (1989).
Kepribadian dan perubahannya. edisi
2. Jakarta : Gramedia
Dahliyawati. (2007). Hubungan
antara pengetahuan dan sikap ibu
balita dengan pemanfaatn Posyandu
balita di wilayah kerja Puskesmas
![Page 11: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/11.jpg)
Kasihan II Bantul Yogyakarta. Karya
Tulis Ilmiah. UMY
Departemen Kesehatan RI.
(1991). Buku Pengelolaan Kegiatan
UPGK, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(1994). Pedoman Teknis Pembinaan
Kader UPGK, Ditjen Pembinaan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(1995). Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(1997). Peran Serta Masyarakat
Dalam Pembangunan Kesehatan
Tahun 1995/1996. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(1999). Buku Kader UPGK. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(2000). Buku Kader : Telaah
Kemandirian Posyandu. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(2003). Indikator Indonesia Sehat 2010
dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/kota
Sehat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.
(2004). Konsep Pengembangan
Posyandu Plus. Jakarta
Departemen Kesehatan RI.
(2006). Pedoman Umum Pengelolaan
Posyandu. Jakarta.
Departemen Kesehatan
Provinsi. (2008). Profil UKBM
Provinsi D.I.Yogyakarta. Yogyakarta.
Effendy, Nasrul Drs., (1998).
Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC
Gomes, F.C. (1995).
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Hersey, Paul, Blanchard Ken.
(1995). Manajemen perilaku
Organisasi : pendayagunaan Sumber
![Page 12: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/12.jpg)
Daya Manusia (edisi keempat). Jakarta
: Erlangga.
Irawati, A., dkk., (2001).
Kajian Pelaksanaan Revitalisasi
Posyandu Pada Masyarakat Nelayan
dan Petani di Propinsi Jawa Barat.
online : 1 April 2010; available from:
http://digilit.litbang.depkes.go.id.
Manulang. (2001). Manajemen
Personalia. UGM Press. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. Prof. Dr.,
(2004). Promosi Kesehatan, Teori dan
Aplikasi. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. Prof.Dr.,
(2005). Promosi Kesehatan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. Prof. Dr.,
(2006). Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka cipta.
Permata, S.P. (2002).
Hubungan Pendidikan Kesehatan
Maternal, dan Pendapatan Dengan
Efektivitas Gerakan Sayang Ibu (GSI)
dalam meningkatkan Cakupan
Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan.
Jurnal Penelitian UNIB, vol VIII, no 2,
Juli.
Sarwono, S.W. (1997).
Sosiologi Kesehatan, Beberapa
Konsep Serta Aplikasinya. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Suarli, S. and Bachtiar Y.
(2009). Manajemen Keperawatan
dengan Pendekatan Praktis. Jakarta :
Erlangga.
Suhardjo. (1989). Berbagai
Cara Pendidikan Gizi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Syaeful, Iip. (1999). Tantangan
Peluang Pedoman Umum Gizi
Seimbang (UPGS) di Masa Depan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Widuri, H., (2004). Faktor-
faktor yang mempengaruhi Minat Ibu-
ibu Menjadi Kader Posyandu di Desa
Banyu Raden Wilayah Kerja
![Page 13: 3949-5604-1-PB](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082603/548974efb4795992178b4a51/html5/thumbnails/13.jpg)
Puskesmas Gamping II Sleman. Skripsi
Sarjana Jurusan Ilmu Keperawatan.
UGM. Yogyakarta.
Wirapraja, H., (2008). Faktor-
faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjungan ibu balita ke Posyandu Pala
III RW 03 Gendingan binaan
Puskesmas Ngampilan Yogyakarta.
Karya Tulis Ilmiah. UMY.