3748

17
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Deman Pada Balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal The Description of Mother’s Level of Knowledge about Fever Convulsion in the Under-five Children at Sukodadi Village Kangkung Sub-district Kendal Regency Novita Nurul Rizkana, Anggun Trisnasari, S. SiT., M. Kes, Sundari S.SiT [email protected] Program Studi diploma III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9 C – 40,0 C). Kejang demam terjadi pada 2% - 4% anak-anak. Dari hasil studi pendahuluan pada 9 febuari 2014 di Desa Sukodadi kecamatn Kangkung Kabupaten Kendal pada tahun 2012 didapatkan 3 balita berumur 3,5 tahun, 3 tahun dan 2 tahun mengalami kejang demam. Dan 3 anak mengalami pertumbuhan terganggu karena dahulu pernah mengalami kejang demam dan 1 anak berumur 3 tahu meninggal karena kejang demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. Penelitian menggunakan rancangan penelitian descriptif. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki balita umur 3- 4 tahun di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal dengan sampel 27 responden menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan analisis distribusi frekuensi. 1

Upload: kholis-majid

Post on 26-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nurse

TRANSCRIPT

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Deman Pada Balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal

The Description of Mothers Level of Knowledge about Fever Convulsion in the Under-five Children at Sukodadi Village Kangkung Sub-district Kendal Regency

Novita Nurul Rizkana, Anggun Trisnasari, S. SiT., M. Kes, Sundari [email protected]

Program Studi diploma III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9 C 40,0 C). Kejang demam terjadi pada 2% - 4% anak-anak. Dari hasil studi pendahuluan pada 9 febuari 2014 di Desa Sukodadi kecamatn Kangkung Kabupaten Kendal pada tahun 2012 didapatkan 3 balita berumur 3,5 tahun, 3 tahun dan 2 tahun mengalami kejang demam. Dan 3 anak mengalami pertumbuhan terganggu karena dahulu pernah mengalami kejang demam dan 1 anak berumur 3 tahu meninggal karena kejang demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal.Penelitian menggunakan rancangan penelitian descriptif. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki balita umur 3- 4 tahun di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal dengan sampel 27 responden menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan analisis distribusi frekuensi. Tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita sebagian besar dalam kategori kurang 20 responden (74,1%), pengetahuan ibu tentang penyebab kejang demam sebagian besar kurang yaitu 12 oresponden (44,4%), pengetahuan tentang faktor resiko kejang demam sebagian besar kurang yaitu 22 responden (81,5%), pengetahuan ibu tentang gejala kejang demam sebagian besar cukup yaitu 16 responden (59,3%), pengetahuan ibu tentang komplikasi kejang demam sebagian besar kurang yaitu 20 responden (74,1%), dan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan kejang demam sebagian besar baik yaitu 13 responden (48,1%). Ibu yang memiliki balita diharapkan lebih aktif menggali informasi tentang kejang demam pada balita dengan bertanya kepada tenaga kesehata seperti Bidan, Perawat dan Dokter.

Kata Kunci : pengetahuan , Kejang Demam Daftar Pustaka : 33 (1995 2012)

ABSTRACTFever convulsion usually associated with a disease that is characterized by high fever (temperature 38,9C - 40,0C). This occurs in 2% - 4% of childre. Based on the preliminary study on 9 February 2014 at Sukodadi Village Kangkung Sub-district Kendal Regency, in 2012, there were three children each aged 3.5 years, 3 years and 2 years old had suffered from fever convulsion. Three children had impaired growth since had ever suffered from fever convulsion in the past and a child aged 3 years died from fever convulsion. This study aims to find the description of mothers level of knowledge about fever convulsion in the under-five children at Sukodadi Village Kangkung Sub-district Kendal Regency.This was a descriptive study. The population in thus study was women with children aged 3 to 4 years at Sukodadi Village Kangkung Sub-district Kendal Regency with the samples were 27 respondents that sampled by using total sampling technique. Data were collected by using questionnaires and the statistical analysis used frequency distributions analysis.The mothers level of knowledge about fever convulsion in the under-five children is mostly in the category of poor by 20 respondents (74.1%), the mother's knowledge about the causes of fever convulsion is mostly in the category of poor by 12 respondents (44.4%), the mothers knowledge about the risk factors of fever convulsion is mostly in the category of poor by 22 respondents (81.5%), the mothers knowledge about the symptoms of fever convulsion is mostly in the category of sufficient by 16 respondents (59.3%), the mother's knowledge about the complications of fever convulsion is mostly in the category of poor by 20 respondents (74.1%), and the mothers knowledge about the management of fever convulsion is mostly in the category of good by 13 respondents (48.1%).The mothers who have children are expected to be more active in gathering information about fever convulsion by asking questions for the health care practitioners such as midwives, nurses and doctors.

Keywords : Knowledge, Fever convulsion Bibliographies : 33 (1995-2012)

PENDAHULUAN Latar Belakang

10

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, angka kematian balita yaitu 40/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Data yang diperoleh dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa angka kematian balita di jawa tengah tahun 2012 sebesar 11,85 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten kendal menunjukan angka kematian balita tahun 2012 sebesar 10,07 per 10.000 kelahiran hidup (Dkk kab.kendal 2012). Ada dua faktor yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan anak, yaitu gizi dan infeksi. Saat ini 70% kematian balita disebabkan oleh pnemonia, campak, diare, malaria, dan malnutrisi. Ini berati bahwa penyakit infeksi masih menjadi penyebab kematian balita. Terjadinya proses infeksi didalam tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut dengan demam. Demam merupakan faktor resiko utama terjadinya kejang demam (selamihardja, 2001). Kejang demam terjadi pada 2% - 4% anak-anak, dengan insidensi puncak pada usia dua tahun. 30% kasus kejang demam akan terjadi kembali pada penyakit demam berikutnya, prognisis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian mencapai 0,64% -0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. 4% penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. (Marry E, 2005). Walaupun prognosis kejang demam baik, bangkitan kejang demam cukup mengkhawatirkan bagi orang tuanya. Hasil penelitian Van Stuijven Berg di India menunjukan bahwa 77,9% para orang tua penderita kejang demam tidak mempunyai pengetahuan mengenai kejang demam. Orang tua merupakan pihak terbaik untuk menilai seberapa berat sesungguhnya penyakit si anak. Orang tua biasanya mengetahui gejala sakit ringan yang sering dialami si anak, misal nya sakit batuk, pilek, atau panas. Bukan mustahil gejala seperti ini juga bisa mengarah kepenyakit yang serius seperti bisa menyebabkan demam dan kejang, sehingga perlu diwaspadai (Bulan A, 2010). Berdasarkan wawancara kepada bidan desa sukodadi banyak orang tua yang membawa anaknya ke petugas kesehatan dengan keadaan panas tinggi sehingga perlu dilarikan kerumah sakit dimana orang tua masih beranggapan bahwa kejang demam yang di alami anaknya dikarenakan diganggu makhluk halus. Banyak pula orang tua yang menyelimuti anaknya dengan slimut tebal saat mengalami demam. Orang tua lebih percaya bahwa dengan mengusir makhluk halus yang mengganggu dapat menyembuhkan kejang demam dan panas tinggi sehingga anak tidak mengalami kejang demam kembali. Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada Balita di Desa sukodadi kecamatan kangkung kabupaten kendal

Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang kejang demam pada Balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal ?.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menggambarkan pengetahuan ibu tentang kejang demam pada Balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penyebab kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang faktor resiko kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang gejala kejang demam pada balita di Desa Sukodadi kecamatan Kangkung kabupaten Kendal. d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang cara mengatasi kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. e. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang akibat dari kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamtan Kangkung Kabupaten Kendal. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Bagi penelitiUntuk menambah pengetahuan tentang kejang demam pada balita. 2. Bagi ibu balita Untuk menambah pengetahuan ibu tentang kejang demam sehingga dapat mengantisipasi apabila balita mengalami demam. 3. Bagi tempat Penelitian Sebagai salah satu bahan masukan bagi bidan khususnya sebagai tenaga kesehatan yang berada di masyarakat, untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE (Komunikasi Informasi Edukasi). 4. Bagi institusi pendidikanSebagai dokumen dan bahan tambahan sumber bacaan bagi mahasiswi.

METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena peneliti hanya ingin mendiskripsikan atau menggambarkan pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectionaL. Pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. sehingga besar sampel dalam penelitian ini adalah 27 responden yang memiliki balita usia 3 4 tahun. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa data pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari bidan desa berupa jumlah anak usia 3 - 4 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

HASIL PENELITIAN Tabel .1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, 2014 Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam pada BalitaF (%)

Baik27.4

Cukup518.5

Kurang2074.1

Total27100.0

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 20 orang (74,1). Tabel 2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penyebab Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, 2014 Pengetahuan Ibu tentang Penyebab Kejang Demamf(%)

Baik414.8

Cukup1140.7

Kurang1244.4

Total27100.0

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang penyebab Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 12 orang (44,4%). Tabel 3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Faktor Resiko Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, 2014 Pengetahuan Ibu tentang Faktor Resiko Kejang Demamf (%)

Baik27.4

Cukup311.1

Kurang2281.5

Total27100.0

Berdasarkan tabel.3, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang faktor resiko kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 22 orang (81,5%).

Tabel 4Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gejala Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, 2014

Pengetahuan Ibu tentang Gejala Kejang Demamf(%)

Baik13.7

Cukup1659.3

Kurang1037.0

Total27100.0

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang gejala kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 16 orang (59,3%). Tabel5Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Komplikasi Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, 2014 Pengetahuan Ibu tentang Komplikasi Kejang Demamf(%)

Baik13.7

Cukup622.2

Kurang2074.1

Total27100.0

Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang komplikasi kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 20 orang (74,1%). Tabel 6Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, 2014 Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Kejang Demamf(%)

Baik1348.1

Cukup414.8

Kurang1037.0

Total27100.0

Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kec. Kangkung Kab. Kendal, sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sejumlah 13 orang (48,1%). PEMBAHASAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam pada Balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil penelitian pada ibu yang memiliki anak umur 3 - 4 tahun tentang kejang demam pada balita, di dapatkan dari 27 responden, 20 reponden (74,1%) berpengetahuan kurang. Dilihat dari faktor umur, 20 responden yang berpengetahuan kurang , 9 responden (45%) berumur 26 35 tahun. Menurut Notoadmodjo (2003), faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan. Sesuai yang diungkapkan Yusuf (2002), kemampuan berfikir pada masa dewasa madya masih realistis. Untuk sebagian orang dari kalangan pemikir, biasanya saat dewasa madya mereka masih mengalami semangat untuk berwawasan luas, namun sebagian besar dewasa madya, lebih kearah medayagunakan kemampuan yang telah dimiliki seadanya dan kurang tertarik terhadap keahlian-keahlian baru atau ilmu-ilmu baru.Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab Kejang Demam pada Balita Berdasarkan hasil penelitian dari 27 responden, 12 responden (44,4%) berpengetahuan kurang tentang penyebab kejang demam pada Balita. Seperti dikutip dari Su Laurent (2007), gejala yang sering terjadi pada balita salah satunya adalah diare, dimana diare disebabkan oleh gastroenteritis, dan alergi yang dapat menyebabkan kejang demam.Menurut Muhammad (2009), penyebab kejang demam dibedakan menjadi 2, yaitu kelainan otak dalam dan Kelainan otak luar, dimana kelainan otak luar karena gangguan elektrolit, hal ini bisa terjadi pada pasien terutama anak yang menderita diare berat, terjadi karena ketidakseimbangan kadar garam darah yanmg akhirnya mempengaruhi otak. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Sulaiman Yusuf tahun 2010 di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dari 104 kasus diare didapatkan 2 (3,5%) mengalami kejang demam komplek. Dimana dari 20 responden (74,1%) yang berpengetahuan kurang tentang penyebab kejang demam pada balita di dapatkan 8 responden berpendidikan SMP. Menurut Sujarwo (2012), pendidikan yang rendah akan mengakibatkan seseorang memiliki pengetahuan yang rendah. Pendidikan merupakan salah satu institusi yang mana seseorang dididik, dilatih dan dibekali berbagi ilmu yang relevan dengan kehidupan manusia itu sendiri. Bilamana seseorang memiliki bekal pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mengalami keterbelakangan wawasan, cara berpikir dan tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat atau dunia pekerjaan pada umumnya. Responden yang memiliki pendidikan rendah biasanya akan memiliki pengetahuan yang kurang akan suatu hal, begitu juga dengan pengetahuan tentang kejnag demam pada balita.Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Resiko Kejang Demam pada Balita Berdasarkan hasil penelitian dari 27 responden, 22 responden (81,5%) berpengetahuan kurang tentang faktor resiko kejang demam pada Balita. Seperti yang diungkapkan Berhman (2000) Pasca-asfiksia lahir yang berat, bayi dapat mengalami automatisme motorik yang ditandai dengan gerakan oral-bukal-lingual. Trauma persalinan akan menimbulkan asfiksia perinatal atau perdarahan intrakranial. Penyebab yang paling banyak akibat gangguan prenatal dan proses persalinan adalah asfiksia, yang akan menimbulkan lesi pada daerah hipokampus dan selanjutnya menimbulkan kejang. Penelitian yang dilakukan oleh Daoud et. al (2002) di Yordania dengan menggunakan data selama 1993 samapi 1995 di Castellammare Stabia Hospital terhadap 156 yang didiagnosa kejang demam menemukan bukti empiris bahwa kejadian kejang demam dari asfiksia sebanyak 6 (3,8%). Dari 22 responden (81,5%) yang berpengetahuan kurang, 10 responden berpendidikan SMP. Menurut Sujarwo (2012), pendidikan yang rendah akan mengakibatkan seseorang memiliki pengetahuan yang rendah. Pendidikan merupakan salah satu institusi yang mana seseorang dididik, dilatih dan dibekali berbagi ilmu yang relevan dengan kehidupan manusia itu sendiri. Bilamana seseorang memiliki bekal pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mengalami keterbelakangan wawasan. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gejala Kejang Demam pada Balita Berdasarkan hasil penelitian dari 27 responden, 16 responden (59,3%) berpengetahuan cukup tentang gejala kejang demam pada Balita. Menurut Sujono (2009), gejala yang muncul pada penderita kejang demam salah satunya adalah terjadi penurunan kesadaran dengan gejala mata terbalik ke atas.Dari 16 responden (59,3%) yang berpengetahuan cukup didapatkan 9 responden ibu bekerja. Menurut Ratnawati (2009), pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik, sehingga responden lebih mengetahui informasi terutama tentang kejang demam pada balita. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Komplikasi Kejang Demam pada BalitaBerdasarkan hasil penelitian dari 27 responden, 20 responden (74,1%) berpengetahuan kurang tentang komplikasi kejang demam pada Balita. Menurut Ngastiyah (2005), demam kejang sederhana menyebabkan kelainan pada IQ tetapi pada klien demam kejang yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya, jika demam kejang diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aicadi dan chevrie yang meneliti 402 anak yang menderita kejang demam dan didapat hasil 131 mendapatkan sekuele, yaitu : 114 penderita epilepsi, 54 retardasi mental, 37 menderita kelainan neurologi, 24 dengan hemiplegia (lumpuh sebelah). Mereka menderita skuele ini sebelum kejang demam adalah anak yang normal (Lumbantobing, 2007).Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Kejang Demam pada Balita Berdasarkan hasil penelitian dari 27 responden, 13 responden (48,1%) berpengetahuan baik tentang penatalaksanaan kejang demam pada Balita. Seperti yang diungkapkan Widjaja (2006), pada penatalaksanaan kejang demam sebaiknya anak tetap dibawa kedokter saat mengalami kejang demam agar dapat ditangani lebih lanjut. Guideline (2004), Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas. Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan seperti memastikan jalan napas anak tidak tersumbat, Pemberian oksigen melalui face mask, Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus, pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan, sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Hal ini karena berdasarkan data yang diperoleh dari 13 responden (48,1%) yang berpengetahuan baik, 7 responden berumur 26 35 tahun, dimana menurut Depkes RI (2009), umur 26 35 termasuk dalam golongan dewasa awal, Seperti yang di ungkapkan Turner & Helms Perkembangan kognitif dewasa muda berada pada post formal reasoning atau penalaran post formalkemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang bersifat kontraktif, sehingga individu mampu mensintesiskannya dalam pemikiran baru dan kreatif.

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal sebagian besar berpengetahuan kurang sejumlah 20 orang ( 74,1%). 2. Pengetahuan ibu tentang penyebab kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal sebagian besar berpengetahuan kurang sejumlah 12 orang (44,4%). 3. Pengetahuan ibu tentang faktor resiko kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal sebagian besar berpengetahuan kurang sejumlah 22 orang (81,5 %). 4. Pengetahuan ibu tentang gejala kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal sebagian besar berpengetahuan cukup sejumlah 16 orang (59,3%). 5. Pengetahuan ibu tentang komplikasi kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal sebagian besar berpengetahuan kurang sejumlah 20 orang (74,1%). 6. Pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan kejang demam pada balita di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal sebagian besar berpengetahuan baik sejumlah 13 orang (48,1%).

B. SaranBerdasarkan hasil penelitian dan pembahsan diatas maka peneliti mempunyai pandangan yang dapat dijadikan saran yaitu sebagai berikut 1. Bagi responden Agar ibu lebih meningkatkan pengetahuan tentang kejang demam pada balita dengan cara lebih menggali informasi dengan bertanya kepada petugas kesehatan seperti bidan, perawat dan dokter. Sehingga dengan responden lebih mengetahui terutama tentang penyebab dan faktor resiko responden dapat mengantisipasi agar anak tidak sampai mengalami kejang demam. 2. Bagi tempat penelitian Diharapkan Bidan Desa lebih proaktif dalam memperikan pendidikan kesehatan tentang kejang demam pada balita, terutama penyebab dan faktor resiko yang dapat menyebabkan kejang demam. Sehingga apabila responden mengethaui penyebab dan faktor resikonya, responden dapat mengantisipasi agar tidak terjadi kejang demam sehingga dapat menurunkan angka kejadian kejang demam di Desa Sukodadi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut secara lebih detail yang berhubungan dengan kejang demam pada Balita.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,dkk. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka CiptaBerhman, R. E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Bulan, Ayu. 2010. Smart Parents pandai mengatur menu dan tanggap saat anak sakit. Jakarta : GramediaCecily. 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGCDinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan 2012 Provinsi Jawa Tengah. SemarangLumbantobing. 2007. Penatalaksanaan mutakhir kejang pada anak. Jakarta: FKUI Marry, E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC Ratnawati. 2009. Penelitian Tindakan Dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Mojokerto : Bayu Media Publishing Selamihardja, 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGCSujarwo, H. 2012. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Mandar Maju Widjaja.m.c. 2006. Kesehatan Anak mencegah dan mengatasi demam pada balita. Jakarta : EGC