3029737-sop-anak

96
BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Perkembangnya informasi dan teknologi memberikan dampak yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial, kesehatan sebagai bagian dari kebutuhan manusia tak luput juga menjadi sasaran. Kebutuhan akan kesehatan yang prima serta tuntutan akan jaminan keselamatan, mempengaruhi cara pandang dan konsep penyedia jasa pelayanan kesehatan yang profesional. Oleh karena itu untuk penyedia jasa pelayanan kesehatan harus terus membenahi berbagai aspek yang turut mendukung didalam pencapaian peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu unsur yang begerak didalam penyedia jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya secara optimal sehingga profesionalitas rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat dicapai. Profesionalisme pada pelayanan kesehatan dapat dicapai bilamana dapat mengikuti kemajuan dan pekembangan lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang kesehatan serta Teknologi Informasi. Seiring dengan perubahan sikap masyarakat yang semakin kritis terhadap jasa pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut maka dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik perangkat keras (hard were) maupun perangkat lunak (soft ware) dari penyedia jasa pelayanan kesehatan. Salah satu perangkat lunak yang harus ada di rumah sakit yaitu suatu prosedur operasional yang standar dalam pelayanan kesehatan, dimana ini akan menjadi acuan atau dasar dalam melakukan suatu tindakan pelayanan kesehatan. Melihat kenyataan di atas maka Rumkital Dr. Komang Makes berusaha lebih profesional dan salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan di lingkungan Rumkital Dr. Komang Makes adalah menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak. 2. Maksud dan tujuan a. Maksud Buku Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi tenaga medis Rumkital Dr. Komang Makes dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak secara profesional. b. Tujuan

Upload: radja212

Post on 08-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dtgfhnmn

TRANSCRIPT

PAGE

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Perkembangnya informasi dan teknologi memberikan dampak yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial, kesehatan sebagai bagian dari kebutuhan manusia tak luput juga menjadi sasaran. Kebutuhan akan kesehatan yang prima serta tuntutan akan jaminan keselamatan, mempengaruhi cara pandang dan konsep penyedia jasa pelayanan kesehatan yang profesional. Oleh karena itu untuk penyedia jasa pelayanan kesehatan harus terus membenahi berbagai aspek yang turut mendukung didalam pencapaian peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Rumah sakit sebagai salah satu unsur yang begerak didalam penyedia jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya secara optimal sehingga profesionalitas rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat dicapai. Profesionalisme pada pelayanan kesehatan dapat dicapai bilamana dapat mengikuti kemajuan dan pekembangan lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang kesehatan serta Teknologi Informasi.

Seiring dengan perubahan sikap masyarakat yang semakin kritis terhadap jasa pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut maka dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik perangkat keras (hard were) maupun perangkat lunak (soft ware) dari penyedia jasa pelayanan kesehatan. Salah satu perangkat lunak yang harus ada di rumah sakit yaitu suatu prosedur operasional yang standar dalam pelayanan kesehatan, dimana ini akan menjadi acuan atau dasar dalam melakukan suatu tindakan pelayanan kesehatan.

Melihat kenyataan di atas maka Rumkital Dr. Komang Makes berusaha lebih profesional dan salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan di lingkungan Rumkital Dr. Komang Makes adalah menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak.

2. Maksud dan tujuan

a. Maksud

Buku Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi tenaga medis Rumkital Dr. Komang Makes dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak secara profesional.

b. Tujuan

1) Memberikan pengetahuan dan keseragaman cara bertindak dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak.

2) Mendapatkan mutu seoptimal mungkin dalam pemberian pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak

3. Tata Urut

a. BAB I Pendahuluan

b. BAB II Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut

c. BAB III Penutup

BAB II

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) ILMU KESEHATAN ANAK1. SYOK HIPOVOLEMIK

Kriteria Diagnosis:

1. Kesadaran menurun

2. Takikardi, hipotensi dengan tekanan nadi menyempit

3. Vena kolaps dan pengisian kapiler tehambat

4. Pucat, keringat berlebihan, ekstremitas dingin

5. Nadi cepat dan kecil sampai tak teraba

6. Oliguria

7. Tekanan vena sentral rendah (normal 2 10 cmH2O)

8. Tekanan nadi 20 mmHg

Diagnosis Banding :

1. Syok Kardiogenik

2. Syok Sepsis

3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah/Urin Lengkap

2. Analisa Gas darah (AGD)

3. Fungsi Ginjal

4. Foto Toraks ( sesuai keadaan

Perawatan:

Rawat Inap ( bila memungkinkan sebaiknya di Ruang Perawatan Intensif Anak.Terapi :

1. Bebaskan jalan napas dan oksigenasi yang baik

2. Pengelolaan cairan :

a. Memperbaiki Volume Intravaskuler dengan :

1) Kristaloid (Ringer Laktat, Asering, NaCl 0,9%)

2) Koloid / Darah ( sesuai keadaan

3) Plasma Ekspander Sintetik (Dekstran 40/Gelafundin/Haes

b. Pemberian cairan:

Syok hipovolemik dengan hipoalbumin diberi cairan koloid isoonkotik misalnya pada kehilangan plasma atau darah ( perdarahan, trauma, operasi) penyakit jantung, penyulit sistemik pernafasan kegagalan ginjal.

c. Jumlah cairan ;

1) Kristaloid pada syok hipovolemik tanpa komplikasi guyur secepatnya sampai syok teratasi (20 ml/kgBB/ 1jam)

2) Plasma darah / FPP : 10 20 ml/kgBB atau Dextran 40 10 -20 ml/kgBB selama 1 jam

3. Diberikan Dopamin/Dobutamin ( sesuai keadaan

4. Pemeliharaan Fungsi Ginjal :

a. Furosemide 1 mg/kgBB, dapat diulang 4-6 jam

b. Dopamin 2-4 (gr/kgBB/menit

c. Manitol 0,5 (gr/kgBB

5. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian Sodium Bikarbonat dengan rumus :

Base Deficit x 0,3 x BB secara IV dengan kecepatan tidak melebihi 1 mEq/kgBB/menit

Penyulit :

1. Kegagalan Ginjal Akut

2. Payah Jantung

3. Gangguan Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

1. Sampai syok teratasi

2. Selama keadaan umum masih jelek

Masa Pemulihan :

Beberapa hari sampai beberapa minggu

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Kematian

2. SYOK SEPSIS

Kriteria Diagnosis1. Pada stadium awal terjadi warm shock karena dilatasi dan kenaikan curah jantung dengan penurunan efektivitas volume darah sirkulasi.

2. Kulit kemerahan (flush), tekanan sistolik normal, tekanan nadi meningkat, hiperventilasi, depresi susunan saraf pusat dan penurunan jumlah urin. Biasanya disertai demam dan menggigil.

3. Pada stadium lanjut :

a. Penurunan curah jantung

b. Hipotensi

c. Nadi cepat dan kecil

d. Kulit dingin dan sianotik

e. Anuri

f. Asidemia dan dapat terjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Diagnosis Banding1. Syok Hipovolemik

2. Syok Kardiogenik

3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang1. Darah, Urin, Feces Lengkap, AGD

2. Biakan darah / Urin dan Cairan Serebrospinalis serta Tes Kepekaan (Sensitivity Test)

3. Foto Rontgen Thorak dan Tes Fungsi Ginjal

Perawatan:Rawat Inap ( bila memungkinkan sebaiknya di Ruang Perawatan Intensif Anak.Terapi:1. Memberantas Infeksi :

a. Derivat Penisilin (Ampisilin) 300-400 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosisb. Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis

c. Golongan sefalosporin dengan atau tanpa kombinasi dengan golongan aminoglikosida, ataupun beta laktamase (Meronem,Tienam)

d. Jamur Kandida: diberikan Amfoterisin B dengan dosis awal 0,25-0,50 mg/kgBB diberikan dalam waktu 3-5 jam.Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan 0,1-0,25 mg/kgBB sehingga mencapai 0,5-1,0 mg/kgBB/hari (maksimal 50 mg/hari) dan diberikan selama 10 -14 hari

2. Mempertahan perfusi jaringan adekuat :

a. Cairan dan pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa.

b. Plasma darah / FPP : 10 20 ml/kgBB atau Dextran 40 10 -20 ml/kgBB selama 1 jam.

c. Ringer Laktat atau Asering guyur secepatnya sampai syok teratasi (20 ml/kgBB/1jam).

d. Transfusi darah (bila hematokrit < 30%) untuk mempertahankan hematokrit 35-40%.

e. Koreksi gangguan asam basa

3. Obat-obat Vasoaktif (bila curah jantung tetap rendah) :

a. Golongan Xantin (Aminofilin)

b. Glukagon

c. Kardiak glikosida, digitalis dan derivatnya, atau dopamin 2-4 gr/kgBB/menit

d. Deksametason: 1-3 mg/kgBB atau

e. Metilprednisolon 30 mg/kgBB setiap 4-6 jam selama 72 jam

4. Pengobatan suportif

Penyulit:1. Perdarahan (DIC)2. Gagal Napas3. Gagal Jantung4. Gagal Ginjal Akut5. Meningitis BakterialInformed Consent:Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:14 hari sampai 21 hari bila ada Meningitis Bakterial

Masa pemulihan:3 minggu sampai 1 bulan

Out Put:1. Sembuh Total

2. Sembuh dengan Gejala Sisa

3. Kematian 3. SYOK KARDIOGENIK

Kriteria Diagnosis:1. Ujung ekstremitas (akral) dingin, lembab dan sianosis

2. Tekanan darah auskultasi tak terukur, dan nadi lemah

3. Kelainan kardiovaskuler yang mendasari

4. Akibat vasokonstriksi perifer yang lama mengakibatkan:

a. Bendungan pulmonal

b. Kelemahan jantung

c. Berkurangnya perfusi jaringan perifer

d. Asidosis metabolik

Diagnosis Banding:1. Syok Sepsis

2. Syok Hipovolemik

3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang:1. Hb, Hematokrit (untuk hemodilusi/hemokonsentrasi)

2. Urin Lengkap (volume, berat jenis)

3. AGD

4. Kadar Elektrolit

5. EKG

6. Tekanan vena sentral

7. Rontgen Thorak atas indikasi

Konsultasi :

Spesialis Jantung/Jantung AnakPerawatan:Rawat inap ( sebaiknya di ICU Anak.

Terapi:1. Oksigen adekuat dan pengawasan ventilasi

2. Tidur telentang dengan tungkai lebih tinggi (setinggi 15 0 )

3. Bila sesak, kepala sedikit ditinggikan

4. Jumlah cairan minimal (60-70 ml/kgBB) disesuaikan dengan tekanan vena sentral

5. Obat-obat Kardiotonika: Dopamin (dosis 5-10 gr/kgBB/menit), dobutamin.

6. Atasi asidosis metabolik dan gangguan elektrolit

Penyulit:1. Gagal Ginjal Akut2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit3. Edema ParuInformed Consent:Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:1. Sampai syok teratasi

2. 3 minggu sampai 1 bulan

Masa pemulihan:Berbulan-bulan

Out Put:1. Sembuh Total

2. Kematian 4. KOMA

Koma adalah gangguan kesadaran yang paling berat dan yang tidak dapat bereaksi terhadap sekitarnya atau dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang kuat, yang masih tampak adalah refleks primitif saja, yang dapat disebabkan oleh beberapa keadaan :

1. Lesi yang meliputi kedua belahan otak (proses metabolik atau trauma kapitis)

2. Lesi yang mempengaruhi secara langsung/tidak langsung pada sistem ARAS

3. (Ascending Reticular Activating System) di talamus, mesensefalon atau pons

4. Lesi campuran

Derajat Kesadaran:1. Letargi : Gangguan kesadaran minimal dengan berkurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Sering mengantuk, dan keadaan ini dapat disertai dengan kegelisahan, perhatian yang mudah beralih, lupa, tapi masih dapat berkomunikasi.

2. Obtudansi : Gangguan kesadaran ringan-sedang disertai berkurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Komunikasi masih dapat dilangsungkan walaupun tidak sempurna.

3. Stupor : Gangguan kesadaran yang menyerupai tidur dalam dan hanya dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat berulang kali, komunikasi minimal atau tidak ada sama sekali.

4. Koma : Gangguan kesadaran berat. Penderita tidur tanpa dapat dibangunkan, mata tertutup dan tidak ada gerakan spontan serta tidak ada komunikasi. Respons withdrawal masih ada bila diberi rangsangan nyeri.

Diagnosis Banding: 1. Vegetatif (Coma Vigil, Akinetic autism, Aphalic State)

2. Sindroma Locked-in

Pemeriksaan Penunjang:1. Darah/Urin/Feces Lengkap, Analisa gas darah, Pemeriksaan LCS, Kultur darah

2. Gula darah

3. Fungsi hati, amonia, ureum, dan elektrolit

4. Pemeriksaan penyaring keracunan terhadap urine, darah

5. Pemeriksaan penyaring kualitatip metabolit urin (feriklorida, dinitrofenilhidrazin, natrium nitroprusid, asam amino, asam organik dll)

6. EEG

7. Foto kepala, Leher dan CT-Scan kepala

Konsultasi:1. Tergantung Penyebab

2. Subbagian Endokrinologi,Nefrologi, Hepatologi dll

3. Bedah SarafSkala Koma Pediatrik (Modifikasi dari Skala Koma Glasgow)untuk pengukuran penurunan kesadaran anak

Skala Koma Glasgow (4-15 tahun)Skala Koma Anak ( < 4 tahun)

AktivitasResponsNilaiAktivitasResponsNilai

1. Buka Mata- Spontan

- Karena suara

- Karena Nyeri

- Tidak ada4

3

2

11. Buka Mata

- Spontan

- Terhadap bicara

- Terhadap nyeri

- Tidak ada4

3

2

1

2. Motorik- Menurut perintah

- Lokalisasi nyeri

- Menarik terhadap nyeri

- Fleksi terhadap nyeri

- Ektensi terhadap nyeri

- Tidak ada 6

5

4

3

2

12. Motorik- Spontan

- Lokalisasi nyeri

- Menarik terhadap nyeri

- Fleksi terhadap nyeri

- Ekstensi terhadap nyeri

- Tidak ada6

5

4

3

2

1

3. Verbal- Terorientasi

- Kacau/bingung

- Kata tak tepat

- Suara/bunyi tidak khas

- Tidak ada5

4

3

2

13. Verbal- Terorientasi

- Kata-kata tidak jelas/kacau

- Suara

- Menangis

- Tidak ada5

4

3

2

1

Nilai Normal : Lahir 6 bulan : 9

6 12 bulan : 11

1- 2 tahun : 12

2 5 tahun : 13

> 5 tahun : 14

Perawatan:Rawat inap, sebaiknya di ICU.

Terapi:1. Perbaiki jalan napas dan pertahankan sirkulasi

2. Kurangi tekanan intrakranial

3. Atasi kejang

4. Berantas infeksi

5. Perbaiki keseimbangan elektrolit

6. Kendalikan suhu badan

7. Berikan antidotum spesifik

8. Tenangkan agitasi

Menurunkan Tekanan Intrakranial :

1. Memasang alat pemantau tekanan intrakranial yaitu kateter ventrikulaer atau subaraknoid

2. Cairan dibatasi 2/3 kebutuhan

3. Kepala penderita diangkat 300 untuk mempercepat venous return

4. Diberikan obat-obat menurunkan tekanan intrakranial :

a. Manitol (diuretik osmotik) dosis kecil 0,25gr/kgBB (dapat mengurangi tekanan intrakranial 4-6 jam) bila kurang berhasil dapat diberikan dosis sampai 1 gr/kgBB (larutan manitol 20% diberikan dalam 30 menit dan diulangisetiap 4-6 jam). Penggunaan manitol kurang disukai karena dapat menyebbabkan dehidrasi sel normal bilaterdapat kerusakan sawar darah otak. Efek manitol pendek dan dapat menyebabkan efek Rebound karenapeningkatan osmolalitas jaringan otak.

b. Gliserol dapat diberikan secara oral 0,5-2,0 g/kgBB melalui sonde atau perinfus larutan 10% dengan 1g/kgBB dalam 30 menit.

c. Diuretika yang efektif adalah furosemid 1 mg/kgBB dalam 30 menit setiap 3-6 jam. Furosemide tidak boleh diberikan pada keadaan edema serebri karene tumor dan abses (dosis 0,5 mg/kgBB).

5. Hiperventilasi dengan ventilasi mekanik untuk menurunkan tekanan intrakranial (PCO2 : 23-25 mmHg

Penyulit:1. Pneumonia Ortostatik2. Dekubitus3. Gagal ginjal4. Ensefalitis5. Brain DeathInformed Consent:Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:1. Sampai penderita sadar betul

2. 21 hari bila Meningitis Bakterial

Masa pemulihan:3 minggu sampai 1 bulan

Out Put:Koma Non Traumatik:

1. Sembuh Total 50%

2. Cacat 20%

3. Kematian 30%

5. ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan, teratur dan adekuat.

Tanda- tanda klinik :

1. Pernapasan

2. Denyut Jantung

3. Warna kulit

Resusitasi :

1. Memastikan saluran napas terbuka

a. Letakkan bayi dalam posisi telentang atau miring dengan leher agak tengadah (ekstensi)

b. Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering, kecuali pada bayi dengan meconium staining

c. Bila perlu letakkan lipatan handuk atau selimut di belakang bahu bayi

d. Hisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung bayi sampai dengan orofaring dan bila diperlukan sampai trakea.

e. Bila perlu masukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran napas terbuka.2. Memulai pernapasan

a. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki, menyentil tumit atau menggosok punggung/dada bayi

b. Nilai pernapasan, denyut jantung dan warna kulit berturut-turut :

1) Napas :

a) Apnu

b) Pernapasan normal

2) Frekwensi denyut jantung :

a) > 100 x / menit

b) < 100 x/ menit

3) Warna kulit :

a) Kemerahan (tanpa sianosis)

b) Sianosis perifer

c) Sianosis sentral

c. Berikan ventilasi tekanan positip bila bayi apnu, megap-megap, frekwensi denyut jantung < 100 x/menit.d. Bila perlu memakai sungkup atau balon

e. Bila perlu pasang pipa endotrakeal dan balon pernapasan

f. Berikan O2 100% dengan kecepatan 5 l/menit sebaiknya menggunakan balon mengembang sendiri reservoir oksigen

g. Lakukan ventilasi selama 15 30 detik dengan frekwensi 40 60 napas/menit

h. Periksa frekwensi Denyut Jantung

1) Denyut Jantung > 100x/menit, napas spontan ( hentikan PPV, bila tidak napas spontan, PPV lanjut

2) Denyut Jantun 60 100 x/menit dan bertambah ( lanjutkan PPV

3) Denyut Jantun 60 100 x/menit dan tidak bertambah ( lanjutkan PPV, bila

Denyut Jantung < 80x/menit ( lakukan pijat jantung/kompresi dada

4) Denyut Jantung < 60 x/menit ( lakukan ventilasi dan segera lakukan pijat jantung / kompresi dada.3. Mempertahankan sirkulasi darah

a. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara:

1) Pijat Jantung/Kompresi dada

a) Merupakan indikasi bila sesudah 15-30 detik melakukan PPV dengan O2 100% frekwensi denyut jantung < 60x/menit atau 60-80 x/menit dan tidak bertambah.

b) Bila frekwensi denyut Jantung sama atau sudah lebih dari 80 x/menit tindakan kompresi dada dihentikan

c) Teknik penekanan ada 2 cara : Teknik Ibu Jari atau Teknik 2 Jari.Lokasi penekanan pada 1/3 bawah sternum. Penekanan dada 3x dalam waktu 1,5 detik, selanjutnya dilakukan pemberian ventilasi 1x selama 0,5 detik (rasio 3:1). Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada, frekwensi jantung dikontrol selama 6 detik.

d) Penilaian :

1) Bila frekwensi denyut jantung < 80 x/menit:

i. Lanjutkan penekanan dada

ii. Lanjutkan ventilasi dengan O2 100%

iii. Lanjutkan pengontrolan jantung secara periodik

iv. Berikan obat-obatan

2) Bila frekwensi denyut jantung 80x/menit:

i. Hentikan kompresi dada

ii. Lanjutkan tindakan ventilasi sampai denyut jantung > 100x/menit dan

bayi bernapas spontan

iii. Bila perlu pasang sonde lambung melalui mulut untuk mengurangi

tekanan udara dalam lambung

Intubasi Endotrakeal

Indikasi :

1. Bila diperlukan PPV agak lama

2. Bila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif

3. Bila perlu melakukan penghisapan lendir di trakea

4. Bila ada kecurigaan hernia diafragmatika

Cara:

1. Penolong berdiri di sisi atas kepala bayi sambil memegang laringoskop dengan tangan kiri

2. Masukkan daun laringoskop dengan menyusurkan daun laringoskop melalui lidah ke valekulum.

3. Setelah daun laringoskop masuk, angkat daun laringoskop sedikit sehingga lidah akan terjulur dan farings terlihat

4. Segera setelah pita suara dan trakea terlihat masukkan pipa endotrakeal, dengan memegang pipa tersebut dengan tangan kanan dan memasukkannya dari sebelah kanan mulut bayi

5. Bila pita suara membuka masukkan pipa sampai tanda pita suara di pipa, sehinggga pipa akan terletak dalam trakea di tengah antara pita suara dan karina.

6. Keluarkan laringoskop, periksa letak pipa untuk meyakinkan pipa masuk ke trakea

Obat-obatan dan cairan:1. Epinefrin, indikasi:

a. Frekwensi denyut jantung tetap < 80x/menit walaupun telah dilakukan paling sedikit 30 detik ventilasi adekuat dengan O2 100% dan kompresi dada

b. Frekwensi denyut jantung nol ( segera berikan epinefrin dan pada ssat yang sam berikan PPV dan kompresi dada. Dosis : 0,1 0,3 ml/KgBB cairan 1 ; 10.000 IV atau melalui pipa endotrakeal, berikan dengan cepat.

c. Frekwensi denyut jantung harus naik sampai 100 x/menit atau lebih dalam 30 detik setelah diberikan.

d. Bila frekwensi denyut jantung tetap < 100x/menit:

1) Epinefrin diulangi setiap 3 5 menit

2) Volume Expander ( bila kehilangan darah akut atau ada tanda-tanda hipovolemia

3) Bikarbonat natrikus untuk apnu yang lama yang tidak ada respons terapi terhadap terapi lain.

2. Volume Expander

a. Digunakan untuk menanggulangi efek hipovolemia dengan meningkatkan volume vaskuler dan hemodinamika perfusi jaringan, juga bila terdapat kejadian akan diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemia:

1) Pucat yang menetap setelah oksigenase

2) Nadi yang lemah dengan fungsi jantung yang baik

3) Respons yang buruk terhadap usaha resusitasi

4) Penurunan tekanan darah

b. Jenis cairan :

1) Darah segar (whole blood)

2) Cairan albumin saline 55/plasma expander

3) Larutan garam fisiologis

4) Cairan Ringer Laktat

c. Dosis : 10 ml/KgBB IV selama 5 10 menit

d. Efek : meningkatkan volume vaskuler dan menurunkan asidosis metabolik. Tekanan darah akan meningkat, nadi menjadi kuat dan pucat menghilang. Dapat diulang bila tanda-tanda hipovolemia menetap.e. Bila perbaikan sedikit atau tidak ada :

1) Pertimbangkan adanya asidosis metabolik dan perlu diberikan bikarbonat natrikus

2) Perlu penggunaan dopamin, bila penurunan tekanan darah menetap

3. Bikarbonat Natrikus

a. Digunakan bila terdapat apnu yang lama yang tidak memberikan respons terhadap terapi lain

b. Dosis : 2 meq/KgBB IV, berikan perlahan-lahan paling sedikit dalam waktu 2 menit

4. Nalokson Hidroklorit

a. Indikasi pada depresi pernapasan yang berat

b. Riwayat pemberian narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan

c. Dosis : 0,1 mg/KgBB, IV atau endotrakeal. Pemberian cepat. Pantau pernapasan dan frekwensi denyut jantung dengan ketat. Pemberian ulang bila depresi pernapasan timbul kembali.

6. TETANUS NEONATORUM

Suatu penyakit infeksi berat yang disebabkan olek toksin klostridium tetani akibat berkembang biaknya kuman tetanus di tubuh bayi.

Kriteria Diagnosis1. Spastisitas: trismus, rhisus sardonicus, opistotonus, kakuk kuduk,

spastisitas anggota gerak

2. Kejang/spasme : spontan atau dengan rangsangan, asfiksia dan sianosis

3. Kesadaran: tetap sadar

4. Tanda infeksi : demam, omfalitis5. Skoring sistem:

a. Umur: 5 hari: 4

6 10 hari: 2

> 10 hari: 1

b. Spasme: kejang spontan: 2

: kejang rangsang: 1

c. Sianosis

: 2

d. Trismus/rhisus sardonikus/opistotonus) : 1e. Suhu rektal > 390 C: 1

6. Berdasarkan skoring tingkatan tetanus neonatorum:

a. Tingkat Berat: skor 8 -10

b. Tingkat Sedang: skor 6 -7

c. Tingkat Ringan: skor 2 -5

Diagnosis Banding:Hipokalsemia dan tetani

Pemeriksaan Penunjang :

Bila dicurigai sepsis dilakukan pemeriksaan biakan darah, biakan tali pusat dan pungsi lumbal

Perawatan:

Rawat Inap, sebaiknya di ruang Isolasi

Terapi :

1. ATS 1500 unit IM (Intra Muskuler)

2. Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari

3. Metronidasol 25 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari

4. Piridoksin 100 mg/hari IM pada hari pertama dilanjutkan dengan 25 mg/hari oral sampai penderita bebas kejang

5. Diazepam 12 x 5 mg/hari rektal

6. Perawatan tali pusat dengan betadin 10%

7. Pemberian ASI melalui sonde lambung selama penderita belum dapat menetek

8. Diberikan Oksigen bila perlu

9. Penghisapan lendir berkala

Penyulit :

1. Spasme faring/laring

2. Asfiksia, pneumonia, aspirasi, atelektasis, pneumotoraks dan kegagalan pernapasan

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

4. infeksi berat

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

1. Sampai kejang teratasi

2. 14 hari bila ada sepsis

3. 21 hari bila ada Meningitis Bakterial

Masa Pemulihan :

3 minggu

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Sembuh dengan gejala sisa

3. Kematian

7. SEPSIS NEONATORUM

Kriteria Diagnosisa. Faktor predisposisi

1. Infeksi intra partum : suhu badan ibu > 380 C, lekositosis, air ketuban keruh/kotor berbau

2. Ketuban pecah Dini , lebih 12 jam

3. Partus lama dengan atau tanpa robekan ketuban Kala I >18 jam, Kala II primipara >2 jam, multipara >1 jam

4. Tindakan resusitasi aktif, misalnya pernapasan mulut ke mulut

5. Manipulasi yang terlalu sering pada persalinan

6. Partus patologik misalnya SC, Ekstraksi Forceps, Ekstraksi Vakum

7. Pemasangan IVFD

8. BBLR

9. Sindroma aspirasi

10. Bayi dengan Sindroma Gawat Napas (SGN), terutama dengan gambaran radiologik

toraks abnormal

b.. Laboratorium:

1. Lekositosis ( >25.000/mm3 ), lekopenia ( 60 x/menit)

5. Susunan Saraf Pusat: Hipertoni, iritabel, kejang, letargi

6. Hematologi

: Pucat, ikterus, splenomegali, hepatomegali, tendensi perdarahan

d. Diagnosis:

1. Terdapat satu atau beberapa gejala, sekurang-kurangnya dari 4 golongan gejala fisik

2. Terdapat satu, atau beberapa gejala dari 3 golongan fisik yang ditunjang dengan sekurang-kurangnya 3 faktor predisposisi yang memudahkan infeksi.

Diagnosis Banding:Meningitis Purulenta

Pemeriksaan Penunjang :

1. C Reaktive Protein (CRP)

2. IgM dan IgA

3. Foto rontgen thorak

4. USG atau CT Scan kepala

Perawatan:

Rawat Inap, bila tersedia sebaiknya di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

Terapi :

1. IVFD sesuai kebutuhan

2. Antibiotika IV:

a. Kombinasi antara Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis dan gentamisin 5-7,5 mg/ kgBB/hari dibagi 2 dosis

b. Kombinasi Sefotaksim dengan dosis 200mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 2-3 dosis dan Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

c. Seftriakson 50-80 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau 2 dosis

d. Bila perlu, dipertimbangkan Imipenem (Tienam, Pelastin) 10-20 mg/kgBB/hari, 2-3 dosis

e. Bila terjadi perburukan perlu dipertimbangkan pemberian Metronidasol drips (Flagyl, Fortagyl)

f. Antibiotik diganti sesuai hasil biakan kuman, dan tes kepekaan.

3. Transfusi Tukar bila perlu

Penyulit :

1. Meningitis Purulenta

2. Kebutaan, ketulian, retardasi mental, gangguan motorik dan bicara, hidrosefalus

3. Gangguan tumbuh kembang anak

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Sampai respons klinik baik, pengobatan dilanjutkan 10 - 14 hari

Masa Pemulihan :

Tergantung keadaan umum penderita, 2-3 minggu sampai 1-2 bulan

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Sembuh dengan gejala sisa

3. Kematian (10-40%)

8. HIPOGLIKEMIA PADA BAYI

Kriteria Diagnosis1. Pada BBLR, Kadar Gula darah (KGD) < 25 mg/dl dalam 72 jam pertama

2. Pada Bayi Cukup Bulan , Kadar Gula darah (KGD) < 30 mg/dl dalam 72 jam pertama ,dan < 40 mg/dl pada hari berikutnya3. Didapati dalam 2 golongan :

a. Hipoglikemi Asimptomatik (tanpa gejala): hipoglikemi tanpa disertai gejala klinik dan sering terjadi pada bayi sebelum berusia 12 jam

b. Hipoglikemi Simptomatik (dengan gejala klinis)4. Gejala Klinis: tidak mau minum/kesulitan minum, tangis lemah ataupun high pitched cry, letargi, gemetar/tremor, takipnu, serangan sianosis dan apnu intermitten, tangis lemah, apati, kejang ataupun tonus otot menurun sampai kelumpuhan, gerakan bola mata tak terkoordinir/ gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermi, gagal jantung dan koma.5. Ada faktor resiko:

a. Bayi dari Ibu Penderita Diabetes (IPD)

b. Faktor Resiko Lain seperti: bayi dari toksemia, prematur/dismatur, bayi besar, bayi dengan infeksi berat/sepsis, bayi dengan Sindroma Gawat Napas (SGN), hipotermi, asfiksia berat, dan perinatal stress.

6. Khusus bayi yang lahir dari IPD walaupun tanpa gejala (asimptomatik) dilakukan pemeriksaan KGD seperti bayi dengan hipoglikemi yaitu:

a. Pemeriksaan pertama 1 (satu) jam setelah lahir.

b. Bila KGD normal dilakukan pemeriksaan ulang tiap 1-2 jam sampai usia 6-8 jam, bila KGD tetap normal pada setiap pemeriksaan lanjutkan sesuai huruf c.c. Pemeriksaan tiap 4-6 jam pada 16-18 jam berikutnya, bila KGD tetap normal juga pada setiap pemeriksaan lanjutkan sesuai huruf d.

d. Pemeriksaan tiap hari untuk hari ke-2 dan ke-3 kehidupan.

Pemeriksaan Penunjang :

KGD

Perawatan:

Rawat Inap, sebaiknya di NICU

Terapi :

1. Penatalaksanaan bayi hipoglikemi sesuai bagan terapi di bawah ini.

2. Hipoglikemi asimptomatik diberikan pengobatan seperti hipoglikemi simptomatik bila dengan 2 kali pemeriksaan dengan selang satu jam bayi berada dalam keadaan hipoglikemi.3. Hipoglikemi simptomatik : bolus IV larutan Dextrose 10% 2 ml/kgBB dilanjutkan dengan IVFD Dextrose 10% sesuai kebutuhan rumatan

4. Monitor KGD setelah 2 jam, bila tetap rendah bolus Dextrose 10% 2 ml/kgBB lagi dan lanjut dengan rumatan, dan selanjutnya sesuai bagan terapi di bawah ini.5. ASI tetap diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan minum bayi dan kondisi bayi.Penyulit :

Hipoglikemi Persisten

Informed Consent :

Perlu (tertulis), bayi akan mengalami tindakan pemeriksaan KGD serial.Lama perawatan :

Sampai KGD normal selama 1-3 hari

Masa Pemulihan :

3 7 hari

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Sembuh dengan gejala sisa

3. Kematian

Bagan Terapi Bayi Hipoglikemi

9. IKTERUS NEONATORUM

Kriteria Diagnosis1. Diskolorasi kuning kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.

2. Dikenal klinis: ikterus fisiologis dan Hiperbilirubinemia (Ikterus patologis)

3. Dianggap Hiperbilirubinemia bila:

a. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5mg% setiap 24 jam

c. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

d. Ikterus disertai proses hemolisis (Inkompatibilitas darah, defisiensin enzim G6PD dan sepsis)

e. Ikterus yang disertai adanya faktor resiko kerusakan sawar darah otak:

1) Berat Lahir Rendah

2) Masa gestasi < 36 minggu

3) Asfiksia, Hipoksia, Sindroma gangguan Napas (SGN)

4) Infeksi

5) Trauma lahir pada kepala

6) Hipoglikemia

7) Hiperosmolalitas darah4. Klinis adanya ikterus, dengan perkiraan secara visual (David Morley,1979):

Daerah Ikterus Kadar Bilirubin

Kepala

5 mg%

Dada

10 mg%

Perut

15 mg%

Paha/Lengan

18 mg%

Kaki/Tangan

20 mg%

Pemeriksaan Penunjang :

1. Kadar bilirubin Serum

2. Darah Rutin lengkap

3. KGD

4. AGD, bila perlu

Perawatan:

1. Rawat Jalan, bila Ikterus fisiologis. Pemberian minum dengan jumlah cairan yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir, sinar matahari/penerangan yang cukup, bila perlu pemberian fenobarbital (luminal) oral 5 mg/KgBB/hari selama 5 hari dan atau pemberian kolestiramin sampai 1 g/KgBB/hari dibagi dalam beberapa dosis.

2. Rawat Inap, sebaiknya di NICU bila Hiperbilirubinemia, terutama yang disertai faktor-faktor yang memberatkan.Terapi :

1. Pemberian minum oral atau caian intravenous dengan jumlah cairan yang sesuai dengan kebutuhan bayir baru lahir

2. Pemberian fenobarbital dan atau kolestiramin

3. Pemberian albumin untuk mengikat bilirubin indirek yang bebas dalam darah dengan dosis 10 ml/KgBB/hari

4. Terapi sinar

5. Transfusi Tukar

Penyulit :

1. Kern Ikterus

2. Serebral Palsi

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Sampai Ikterus menghilang

Masa Pemulihan :

10 14 hari

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Sembuh dengan gejala sisa

3. Kematian

Pedoman Penanganan Ikterus Neonatal Menurut Saat Terjadinya dan Konsentrasi Bilirubin Indirek Serum

Konsentrasi

Bilirubin Indirek Serum (mg%)Saat timbulnya Ikterus

24 jam pertama24 jam kedua24 jam ketiga

0 9,9Observasi *

**Observasi *

**Observasi *

**

10 14,9Terapi Sinar *

**Terapi sinar *

**Terapi Sinar *

**

15 19,9Transfusi Tukar

**

***Terapi Sinar *

**

***Terapi Sinar *

**

***

> 20 (disertai faktor resiko kerusakan sawar otak)Transfusi Tukar

**

***Transfusi Tukar

**

***Transfusi Tukar

**

***

> 20 (tidak ada faktor resiko kerusakan sawar otak)Terapi sinar *

**

***Terapi sinar *

**

***Terapi sinar *

**

***

Keterangan: * = 1. Bila gagal, terapi dirobah menurut kadar bilirubin lebih tinggi

2. Bila ada faktor resiko kerusakan sawar darah otak, terapi dirubah menurut kadar Bilirubin lebih tinggi.

** = Perbaikan Keadaan Umum

*** = Pemberian albumin 1 g/KgBB secara intravena

10. DIARE DAN DEHIDRASI

Kriteria Diagnosis:1. Adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak dari biasanya ( 3x/hari)

2. Diare akut ( diare yang berlangsung < 2 minggu

3. Diare kronis ( diare yang berlangsung > 2 minggu

Faktor Penyebab: 1. Peradangan usus oleh agen penyebab: bakteri, virus, parasit, jamur

2. Keracunan makanan atau minuman baik yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia

3. Kekurangan gizi yaitu kekurangan energi protein

4. Intoleransi terhadap laktosa susu, atau karena alergi susu sapi

5. Imunodefisiensi

6. Faktor lain seperti kurangya penyediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan higiene perorangan, pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai

7. Faktor musim dan geografi daerah

Pemeriksaan Penunjang :

1. Tinja mikroskopis, parasit dan jamur

2. Biakan Tinja dan tes sensitivitas

3. Darah tepi rutin

4. Elektrolit , AGD, KGD ( sesuai keadaan

Derajat Dehidarasi:

1. Dehidarsi Ringan: kehilangan berat badan 2-5%

2. Dehidrasi Sedang: kehilangan berat badan 6-9%

3. Dehidrasi Berat: kehilangan berat badan 10%

4. Penilaian Derajat Dehidrasi :

Penilaian Derajat Dehidrasi

UNTUK DERAJAT DEHIDRASIUNTUK PENILAIAN LAIN

ABC

1. Tanyakan ttg :

- Diare

- Muntah

- Rasa haus

- Urin < 4x BAB cair sehari

Sedikit/tidak ada

Normal

Normal 4-10x BAB cair sehari

Beberapa kali

Bertambah

Warna sedikit gelap>10x BAB cair sehari

Sangat sering

Tidak dapat/tidak mau minum

Tidak ada urin dalam 6 jam terakhirLebih dari 14 hari

Ada darah dalam tinja

2. Periksa :

- Keadaan

Umum

- Airmata

- Mata

- Mulut/Lidah

- NapasSehat, Aktif

Ada

Normal

Basah

NormalTampak sakit,

mengantuk,

lesu, rewel

Tidak ada

Cekung

Kering

CepatTampak sakit berat, mengantuk sekali, lemah, tidak sadar

Tidak ada

Cekung dan kering

Sangat kering

Cepat dan dalamGizi Buruk

3. Raba :

- Kulit

(dicubit)

- Denyut Nadi

- Ubun-UbunKembali cepat

Normal

NormalKembali lambat

Cepat

CekungKembali sangat lambat

Sangat cepat,lemah /

tidak teraba

Sangat cekung

4. Ukur Suhu

tubuhDemam 38,5o C

5. Timbang Berat

BadanKehilangan < 25gr

Untuk tiap KgBBKehilangan 100gr

Untuk tiap KgBBKehilangan > 100 gr

Untuk tiap KgBB

6. Tetapkan :Penderita tidak ada tanda-tanda dehidrasi

GUNAKAN RENCANA PENGOBATAN ABila didapatkan 2 gejala berarti dehidrasi sedang

GUNAKAN RENCANA PENGOBATAN BBila didapatkan 2 gejala berarti dehidrasi berat

GUNAKAN RENCANA PENGOBATAN CBILA PENDERITA DENGAN:

TINDAKAN

Darah dalam tinja dengan diare

> 14 hari

Obati dengan antibiotika yang sesuai melalui oral untuk Shigela disentri.

Bila penderita juga mengalami dehidrasi, gizi buruk, atau usia < 1 tahun, periksa ulang perbaikan setelah 24-48 jam. Untuk gizi buruk dirawat di Rumah Sakit

Bila diare > 14 hari dengan/tanpa darah dalam tinja, disertai gizi buruk

Perawatan Rumah sakit

Demam 38,50C Tunjukkan kepada ibu bagaimana cara menurunkan panas, misalnya dengan kompres/mengipasi.

Cari dan obati penyebab lain (misalnya pneumonia)

Terapi :

Rencana Pengobatan A (Diare Tanpa Dehidrasi)

a. Terangkan ketiga cara untuk pengobatan diare di rumah :

1. Beri anak lebih banyak cairan daripada biasa untuk mencegah dehidrasi. Cairan yang cocok termasuk:

a) Cairan yang dianjurkan untuk digunakan di rumah atau makanan cair seperti sup atau air tajin

b) ASI atau makanan yang terbuat dari susu yang diencerkan dengan jumlah 2 kali lebih banyak dari biasa

2. Beri anak makan :

a) Makanan yang baru dibuat. Makanan yang dianjurkan adalah campuran padi-padian dengan daging, susu dan ikan. Tambahkan beberapa tetes minyak atau lemak kedalam makanan bila mungkin.

b) Beri sari buah segar atau pisang untuk menambah kalium

c) Bujuk anak agar makan sebanyak mungkin

d) Masak atau hancurkan/cincang makanan dengan baik agar lebih e) mudah dicerna

f) Setelah diare berhenti, beri tambahan makan 1 kali sehari selama seminggu atau sampai anak mencapai berat badan normal kembali.

3. Bawa anak kembali ke Rumah sakit, bila anak menderita sebagai berikut:

a) Buang air besar cair meningkat lebih banyak/beberapa kali

b) Sangat kurus

c) Mata menjadi cekung

d) Demam

e) Tidak mau makan atau minum seperti biasanya

f) Kelihatannya tidak bertambah baik

b. Ajari Ibu bagaimana menggunakan larutan oralit/pedyalit di rumah bila :

1. Ibu tidak dapat kembali sedangkan diarenya bertambah berat. Kebijakan Nasional untuk memberi oralit kepada semua anak yang datang ke pusat kesehatan untuk pengobatan diare atau anaknya sudah mendapatkan rencana pengobatan B, untuk mencegah dehidrasi kembali.

2. Perlihatkan kepada Ibu bagaimana mencampur dan memberikan oralit

3. Perlihatkan kepada Ibu berapa banyak yang harus diberikan :

4. 50 100 ml (1/4 gelas besar/200 ml) larutan oralit setiap BAB cair untuk anak < 2 tahun

5. 100 200 ml (1/2 1 gelas besar/200 ml) larutan oralit setiap BAB cair untuk anak > 2 tahun

6. Katakan kepada ibu bila anak muntah, tunggu 10 menit kemudian teruskan memberikan larutan oralit tetapi lebih lambat, sesendok makan tiap 2-3 menit.7. Berikan ibu beberapa bungkus oralit yang cukup untuk 2 hari.

8. Ingatkan Ibu, selain anak diberikan oralit, anak juga harus terus tetap diberikan ASI atau makanan dan susu yang diencerkan, dan harus diberi makan seperti yang diberikan sebelum sakit (sesuai kebutuhan dan umur anak).9. Ingatkan Ibu, makanan encer atau gula garam tidak boleh diberikan sebagai campuran oralit.

c. Terangkan bagaimana Ibu dapat mencegah diare dengan :

1. Memberi ASI saja selama usia 4-6 bulan pertama dan terus memberikan ASI untuk paling kurang usia 1 tahun pertama.

2. Memberikan makanan sapihan yang yang bersih dan bergizi pada umur 4 6 bulan

3. Semua anggota keluarga harus selalu mencuci tangannya dengan sabun dan air setelah buang air besar, sebelum makan, atau sebelum menyiapkan makanan

4. Buanglah air besar di jamban/WC

5. Membuang/membersihkan dengan cepat tinja anak kecil ke jamban/WC

Rencana Pengobatan B (Dehidrasi Ringan Sedang)1. Jumlah larutan oralit yang harus diberikan pada 3 jam pertama :Umur penderita

2 4 6 8 10 12 18 2 3 4 6 8 12 dewasa

(---------------bulan----------------) (-----------------------------tahun-----------------------)

BB penderita dalam Kg3 5 7 9 11 13 15 20 30 40 50

Beri larutan ini dalam jumlah untuk 3 jam pertama Dalam ml200-400400-600600 800800-10001000-20002000 - 4000

* Gunakan umur penderita bila berat badan tidak diketahui

Anjurkan Ibu untuk terus memberikan ASI. Bila penderita mau oralit berikan lagi.Bila mata penderita menjadi bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan cairan yang lain. Bila diare masih berlangsung gunakan oralit kembali setelah bengkaknya hilang. Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi ebih perlahan.

2. Bila anak dirawat untuk rehidrasi:

a. Tunjukkan kepada Ibu banyaknya larutan yang harus diberikan pada anak

b. Tunjukkan cara memberikannya, sesendok makan tiap 1-2 menit

c. Periksa berulang kali apakah ada penyakit lain3. Setelah 3 jam periksa anak kembali dengan meggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana pengobatan yang cocok. Bila akan diteruskan dengan rencana pengobatan B, suruh Ibu memberi makanan sedikit-sedikit. Bila anak dibawah umur 12 bulan suruh ibu untuk terus memberikan ASI, atau bila anak tidak disusui, berikan 100-200 ml air minum sebelum memberikan oralit.

4. Bila anak rawat jalan sebelum rencana pengobatan B :

a. Berikan Ibu bungkusan oralit yang cukup untuk 2 hari dan perlihatkan cara menyiapkan larutan

b. Tunjukkan banyaknya oralit yang harus diberikan selama pengobatan 3 jam di rumah

c. Beritahu Ibu untuk memberikan sebanyak mungkin oralit dan cairan lain setelah 3 jam pengobatan pertama selesai

d. Beritahu Ibu untuk memberikan makan anak sedikit-sedikit tiap 3-4 jam

e. Beritahu Ibu untuk membawa anak kembali ke Rumah Sakit/Pusat kesehatan, bila anak menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

1) 3 (tiga) tanda dehidrasi:

i. BAB sering kali

ii. Sangat haus

iii. Mata cekung

2) Demam3) Makan dan minum tidak seperti biasa4) Tampak tidak membaik

5. Bila pemberian minum oral tidak/sulit dilakukan, anak dirawat inap dan dapat diberikan cairan RL/Asering 10 ml/KgBB/jam selama 6 jam, sambil monitor kekerapan BAB dan motivasi keluarga untuk berusaha memberikan oralit/pedyalit setiap BAB cair pada periode 6 jam tersebut. Setelah 6 jam, telah terehidarasi cairan diganti dengan cairan rumatan,dan pemberian oralit diteruskan seperti di atas.

Rencana Pengobatan C (Dehidrasi Berat)1. Bila penderita mengalami dehidrasi berat defisit cairan diperkirakan ( 10% dari berat badannya. Ini juga dapat dinyatakan sebagai 100 ml/KgBB banyaknya dan kecepatan cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama. 2. Anak 1 tahun harus diberikan 100 ml/ Kg BB dalam 3 jam pertama. Bila penderita dalam keadaan syok, cairan intravena harus diberikan secepatnya sampai denyut nadi teraba atau sebanyak setengah jumlah cairan yang harus diberikan dalam 1 jam. 3. Untuk bayi < 1 tahun, cairan harus diberikan lebih lambat, mulai dengan kecepatan 30 ml/KgBB dalam 1 jam pertama lalu 20 ml/KgBB dalam 2 jam berikut atau 70 ml/KgBB dalam 3 jam pertama. Setelah itu sisanya 30ml/KgBB harus diberikan oral dengan oralit bila bayi itu dapat diberi minum oralit dan atau ASI.4. Terapi rehidrasi awal dan pemberian cairan yang sudah dihitung harus dipenuhi dalam waktu 3jam untuk anak diatas usia 5 tahun, dan dalam waktu 4-6 jam untuk bayi dan balita. 5. Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan yang dicantumkan diatas adalah rata-rata, berdasarkan kebutuhan biasa. Jumlah ini harus ditambah bila tidak cukup atau dikurangi bila rehidrasi sudah tercapai lebih cepat dari yang diperkirakan. Overhidrasi terjadi dengan ditandai oleh bengkak di sekitar mata, payah jantung kongesti ataupun edema paru.6. Cairan yang dipakai adalah cairan RL / Aschering. Bila tidak tersedia, dapat dipakai larutan setengah Darrow atau NaCl 0,45% dalam Dektrose 5%.

Petunjuk Pengobatan Rehidrasi Pada Dehidrasi Berat:

Kelompok UmurJenis cairanJumlah cairan

30 ml/KgBBKemudian 70ml/KgBB

< 12 Bulan

Ringer LaktatDalam 1 jam5 jam

12 Bulan

Ringer Laktat30 menit2 - 3 jam

1. Apabila dalam 1-2 jam masih ada tanda-tanda dehidrasi berat dapat diberi ciran 30 ml/KgBB/1 jam. Jika penderita sudah sapat minum diberikan oralit 5 ml/KgBB/jam atau dapat dilakukan rehidrasi sebagai berikut:

a. < 12 bulan : 30 ml/KgBB/1 jam IV, kemudian 40 ml/kgBB/2jam, setelah itu dilanjutkan dengan

b. 30ml/kgBB/3jam secara oral

c. 12 bulan : 100 ml/KgBB/3 jam IV, mula-mula diberikan secepat mungkin sampai nadi mulai teraba.

d. Bila tidak ada fasilitas untuk pemberian cairan IV, maka dapat diberi cairan melalui pipa nasogastrik sebanyak

e. 10 ml/KgBB/jam selama 6 jam (total 120 ml/KgBB)

f. Bila tidak ada pipa nasogastrik dan penderita masih bisa minum maka dibaerikan cairan oralit sebanyak

g. 10ml/kgBB/jam selama 6 jam.

2. Semua penderita dehidrasi berat harus diikuti dari dekat oleh petugas kesehatan.

3. Pengobatan harus dinilai setelah 1 jam dan kemudian setelah 2-3 jambila penderita masih gawat

4. Pada saat penilaian, kecepatan pemberian tetesanharus dipercepat atau diperlambat dan jumlah cairan yang diperlukan dihitung kembali bergantung pada perubahan dan tanda-tanda dehidrasi yang dilihat pada penderita dan aspek lain keadaan penderita.

5. Secara khusus diperhatikan :

a. Volume dan kekerapan BAB

b. Kekerapan dan banyaknya muntah

c. Tanda-tanda dehidrasi

d. Apakah cairan rehidrasi (oral atau IV) sudah cukup diberikan.

11. KOLERA

Kriteria Diagnosis:1. Diare profus dan mendadak, denga tinja berwarna seperti air cucian beras (rice water diarrhea), bau anyir/amis.

2. Muntah-muntah

3. Dehidrasi

4. Nyeri perut, tenesmus dan panas (-)

Diagnosis Banding: Enterotoksigenik E. Coli

Pemeriksaan Penunjang :

1. Tinja mikroskopis

2. Biakan Tinja

3. KGD dan serum elektrolit ( sesuai keadaan

4. AGD ( sesuai keadaan

Perawatan:

Rawat inap dalam ruang perawatan khusus/isolasi

Terapi :

1. IVFD dengan cairanRL/Asering

a. Bila disertai syok, sesuai dengan penanganan syok

b. Bila dehidrasi, sesuai dengan penanganan dehidrasi

2. Kemudian diteruskan rumatan dengan cairan NaCL/Dextrose 10% dengan perbandingan sesuai umur, atau dengan cairan KAEN ( 3A/3B atau 4A/4B tergantung umur)

3. Atasi gangguan keseimbangan elektrolit, asidosis, hipoglikemia bila ada.

4. Tetrasiklin 30 50 mg/kgBB/hari oraldalam 3-4 dosis terbagi selama 3 hari

5. Berikan cairan Oralit / Pedialyte sesuai kebutuhan6. Diet lunak cukup kalori dan protein

Penyulit :

1. Dehidrasi berat dan Syok

2. Gangguan elektrolit

3. Asidosis Metabolik

4. Hipoglikemi

5. Gagal Jantung Akut

6. Gagal Ginjal Akut

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Sampai renjatan atau dehidrasi teratasi, sekitar 5 hari, bila ada penyulit perawatan sampai >10 hari

Masa Pemulihan :

2 minggu

Out Put :

1. Sembuh total

2. Kematian, bila komplikasi tak teratasi

12. SHIGELLOSIS

Kriteria Diagnosis:1. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir/nanah dalam tinja. Pada permulaan bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, setelah 12-72 jam sesudah permulaan penyakit, darah dan lendir didapatkan dalam tinja

2. Muntah-muntah

3. Nyeri perut dan tenesmus

4. Panas antara 39,50- 400 C

5. Kadang-kadang ada gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis

Diagnosis Banding (Diare berdarah): 1. Kampilobakter

2. Amuba

3. E.Coli yang invasif

4. Salmonella

5. Areomonas Sp

6. Yersinia Enterokolitika

7. Klostridium defisil

Pemeriksaan Penunjang :

1. Tinja mikroskopis

2. Biakan tinja

3. Darah rutin

Perawatan:

Rawat inap

Terapi :

1. Pemberian cairan dan elektrolit (dapat secara oral atau intragastrik drip atau IVFD)

2. Pemberian makanan lunak cukup kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi, bila masih menetek ASI teruskan

3. Kotrimoksasol (trimetoprim 10mg/kgBB/hari dan sulfametoksasol 50 mg/kgBB/hari) dibagi 2 dosis, selama 5 hari

Penyulit :

1. Dehidrasi berat

2. Kejang

3. Sepsis

4. Gangguan elektrolit

5. Sindroma Hemolitik Uremik

6. Malnutrisi/ malabsorbsi

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Tanpa penyulit perawatan 7 hari

Masa Pemulihan :

2 minggu

Out Put :

1. Sembuh total

2. Kematian, bila komplikasi tak teratasi

13. MALABSORPSI LAKTOSA

Kriteria Diagnosis:1. Gangguan penyerapan laktosa oleh karena defisiensi enzim laktase yang disebabkan adanya kerusakan epital mukosa usus halus, atau akibat infeksi saluran pencernaan

2. Diare berair, jumlah banyak, menyemprot dan berbuih, bau asam

3. Muntah

4. Kembung (meteorismus), nyeri perut dan flatulens

5. Ekskoriasi sekitar anus ( eritema natum)

6. Dehidarasi

7. Gangguan pertumbuhan

Diagnosis Banding: CMPSE (Cows Milk Protein Sensitive Enteropathy)

Pemeriksaan Penunjang :

1. Tes reduksi Gula (tablet clini) 0,5% ( dugaan suatu malabsorpsi karbohidrat

2. pH tinja ( bersifat asam (lakmus biru menjadi merah muda)

3. Darah tepi rutin

4. KGD, Elektrolit, AGD ( sesuai keadaan

5. Kromatografi gula tinja

6. Toleransi gula

7. Tes pernapasan hidrogen

8. Biopsi usus halus

Perawatan:

Rawat inap, terutama kasus dengan komplikasi

Terapi :

1. Diet rendah atau bebas laktosa

2. Pemberian cairan dan elektrolit (dapat secara oral atau IVFD)

3. Pemberian ASI teruskan

Penyulit :

1. Dehidrasi

2. Gangguan Pertumbuhan

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Sampai penyulit teratasi

Out Put :

Tergantung penyebab, bila bakteri/virus teratasi sembuh total

14. Perdarahan saluran cernaKriteria Diagnosis:1. Dapat bersifat ringan (occult blood) maupun perdrahan masif

2. Hematokezia

: perdarahan berupa darah segar yang berasal dari saluran

pencernaan bagian bawah

3. Melena

: perdarahan yang berwarna hitam (lembek), karena darah yang

telah dicerna

4. Hematemesis

: muntah dan darah segar

5. Coffee ground emesis

: cairan muntahan berwarna coklat kehitaman

(darah + HCl lambung ( hematin)

6. Tinja berdarah campur lendir, warna seperti kuah bayam merah

7. Klinis lain tergantung sifat perdarahan dan penyebab yang mendasari

Diagnosis Banding: Terutama tergantung pada lokasi umur penderita dan lokalisasi perdarahan:1. Neonatus

a. Perdarahan saluran cerna atas:1) Tertelan darah Ibu

2) Hemmorhagic Disease of the Newborn

3) Stress Ulcer

4) Gastritis

5) Esofagitis

6) Idiopatik

b. Perdarahan saluran cerna bawah:1) Fisura ani

2) Enterokolitis Nekrotikans (NEC)

3) Malrotasi

2. Bayi ( 1 bulan 12 bulan):

a. Perdarahan saluran cerna atas

1) Esofagitis

2) Gastritis

3) Rangsang obat-obatan (salisilat,steroid)

4) Intoksikasi bahan kaustik

5) Tertelan benda asing

b. Perdarahan saluran cerna bawah:1) Invaginasi

2) Gangren

3) Hemangioma

4) Alergi Susu sapi

3. Umur 1 - 2 tahun:a. Perdarahan saluran cerna atas:

Ulkus lambung/duodenum

b. Perdarahan saluran cerna bawah

1) Polip

2) Divertikulum Meckel

4. Umur > 2 tahun:a. Perdarahan saluran cerna atas:

Varices

b. Perdarahan saluran cerna bawah

1) Polip

2) Inflammatory Bowel Disease

Penyebab lain :

1. Darah epistaksis yang tertelan

2. Diare karena infeksi

3. Infestasi cacing

4. HSP ( Henoch-Schonlein Purpura)

5. Malformasi pembuluh darah intestinal

6. Demam Berdarah Denque

Pemeriksaan Penunjang :

1. APT Tes : HbA darah berasal dari Ibu

2. Darah lengkap

3. Faal pembekuan darah (waktu perdarahan, pembekuan, jumlah trombosit, PT, PTT)

4. Cross match ( bila diperlukan transfusi)

5. Benzidin Test

6. Colok dubur : polip, tumor

7. Foto polos abdomen 3 posisi

8. Foto polos dengan kontras barium: upper dan lower GI Studies

9. Endoskopi

Konsultasi:

Bagian Bedah / Bedah Anak

Perawatan:

Rawat inap, tergantung klinis dan faktor penyebab

Terapi :

1. Lihat bagan penatalaksanaan

2. Perdarahan minimal dari daerah anorektal, disesuaikan penyebab

3. Perdarahan masif, transfusi darah atau plasma untuk penggantian, bila keadaan telah stabil dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik

4. Pasang pipa nasogastrik

5. Irigasi lambung dengan air es

6. Vit K 1 5 mg IM

7. Drips vasopresin/pitresin : 20 KI dalam 500 ml cairan, dengan kecepatan tetesan 10 60 ml/jam

Penyulit :Dehidrasi

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Tergantung penyebab

Out Put :

Tergantung penyebab Penatalaksanaan Perdarahan saluran cerna pada bayi dan anak

Bentuk perdarahan, lokasi, penyebab

Keadaan umum, tekanan darah,nadi, abdomen,THT, anus,

Hemangioma kutaneus, fisura anal, melanin sekitar mulut,

Luka sayat

IVFD, atasi syok, transfusi darah segar

( LIHAT BAGAN

SELANJUTNYA)

Ova/Salmonella/Campilobactetr/

Shigella/Amuba/EIEC

Ulkus peptikum

Intususepsi

Sindroma mallory Weiss Fisur anal,

HSP, Hemolitik Ureemik

Obati sesuai

Varises Esofagus

penyebab

Hematobilia

Kolitis, Polip

Tata Laksana Hemangioma

Hipertensi portal

Polip/Tumor

Kolitis

Divertikulum Meckel

Duplikasi Ileum

darah ibu

Darah tepi, Waktu pembekuan, waktu perdarahan

Defisiensi Vit.K, PTT

Tatalaksana NEC /

Peritonitis Primer

Obati Lokal

Esofagitis

Ulkus peptikum

Varises

Duplikasi Ileum

Divertikulum Mekel

Volvulus

Peritonitis perforasi

Intususepsi

15. HEPATITIS VIRUS

Kriteria Diagnosis:1. Keradangan hati yang disebabkan oleh virus

2. Gejala klinis dapat berbentuk Akut (Ikteric Hepatitis), Subklinik, Fulminan, Kronik, Pengidap.

3. Akut : Ikterus, mual, muntah, nyeri perut,demam, air kemih berwarna gel

4. Subklinik : Tanpa gejala atau gejala sangat ringan dan tidak khas

5. Fulminan : gejala sangat hebat, disertai gangguan kesadaran dan gejala neurologis

6. Kronik: pada anak usia > 10 minggu disertai kekambuhan sembab, dan gejala sirosis

7. Pembesaran hati

Diagnosis Banding: Hepatitis karena faktor lain : bakteri, parasit, bahan toksin, obat-obatan, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak hati

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah lengkap, Urin lengkap

2. Pemeriksaan ensimologik: enzym parenkim hati (GOT,GPT,GLDH,LDH), enzym saluran empedu (Alkali Fosfatase, Gama GT, LAP=Leucine Amino Peptidase), enzym sintesis hati (Kolinesterase)

3. Bilirubin serum, Serum protein

4. Serologis ( untuk tentukan etiologi dan petanda virus

5. Gama globulin, asam empedu, alfa fetoprotein, auto antibodi ( bila curiga hepatitis kronik

6. USG hati

7. Elektrolit dan AGD sesuai indikasi

Perawatan:

Rawat inap pada kasus akut dan fulminan

Terapi :

1. Pemberian makanan yang adekuat, ditambah roboransia. Beri kalori 150 kal/KgBB/hari, makanan kaya karbohidrat, lemak dibatasi.

2. Koreksi adanya dehidrasi, gangguan elektrolit serta keseimbangan asam dan basa dan anemia.

3. Bed rest/batasi akitifitas ( menjaga hepatic blood flow

4. Atasi infeksi yang menyertai dengan antibiotik sesuai

5. Hindari obat/makanan yang potensial merusak hati

6. Beri Vit K 1 - 5 mg suntikan, dan neomisin intragastrik bila ada tanda-tanda perdarahansaluran cerna

7. Atasi kejang dengan diazepam dengan setengah dosis biasa

8. Berikan CTM untuk keluhan gatal-gatal

9. Obat-obat kortikosteroid, antivirus tidak selalu dianjurkan karena belum memberikan hasil yang baik

10. Pantau akan kemungkinan berlanjutnya proses kerusakan hati

11. Bila kadar bilirubin sangat meningkat, alkali fosfatase dan gama GT meningkat dapat didiagnosis suatu kolestasis, berikan koleretik: fenobarbital 5 mg/KgBB/hari dibagi 2 dosis dan kolestiramin1 gr/KgBB/hari dibagi sama dengan pemberian Formula

Penyulit :

1. Dehidrasi berat

2. Kejang

3. Sepsis

4. Gangguan elektrolit

5. Kegagalan Fungsi Hati

6. Sirosis dan Hipertensi Portal

7. Malnutrisi

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Sampai keadaan stabil

Masa Pemulihan :

Tergantung kerusakan hati

Out Put :

1. Sembuh total2. Pengidap

3. Kegagalan Fungsi Hati, Sirosis dan Hipertensi Portal

4. Kematian

16. KOLESTASIS

Kriteria Diagnosis:1. Terganggunya aliran empedu memasuki usus

2. Tinja berbentuk dempul: warna lunak dan pucat

3. Ikterus

4. Gatal- gatal

5. Tanda-tanda hipoprotrombinemia

6. Tanda-tanda kerusakan hati

7. Pedoman klinis untuk membedakan kolestasis intrahepatik dan ektrahepatik :

Gambaran KlinisEkstrahepatikIntrahepatik

Warna Tinjaputihkuning

Berat Badan Lahir> 3 Kg< 3 Kg

Umur saat tinja alkolis dengan gambaran ikterus( 2 minggu( 1 bulan

HepatomegaliKonsistensi padatKonsistensi keras

Fenobarbital 10 hari atau prednison 2 mg/hari selama 5 hari Perbaikan (-)Perbaikan (+)

Alfa fetoprotein < 10(g> 10(g

Garam glukoronil transferaseMeningkat 30 x< 30 x

Kadar Cu darahMeningkatTidak meningkat

Diagnosis Banding: Hepatitis

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah lengkap, Urin lengkap

2. Pemeriksaan ensimologik: enzym parenkim hati (GOT,GPT,GLDH,LDH), enzym saluran empedu (Alkali Fosfatase, Gama GT, LAP=Leucine Amino Peptidase), enzym sintesis hati (Kolinesterase)

3. Bilirubin dan protein serum

4. Serologis ( untuk tentukan etiologi dan petanda virus

5. Gama globulin, asam empedu, alfa fetoprotein, garam glukoronil transferase, kadar Cu dan ferrum darah

6. USG hati

7. TORCH

8. Biakan darah ( bila tanda sepsis/infeksi bakteri atau abses piogen (+)

9. Pemeriksaan Histopatologik

10. Pemeriksaan Uji Aspirasi Duodenal

Perawatan:

Rawat inap

Terapi :

1. Pemberian makanan yang adekuat. Beri kalori 100 200 kal/KgBB/hari, formula yang mengandung MCT. Protein nabati sebagai sumber kalori dipakai glikosa polimer

2. Defisiensi vitamin yang larut dalam lemak :

a. Vitamin A: Berikan vit. A aquasol dosis 10.000 15.000 IU tiap hari

b. Vitamin E: Berikan Alfa Tokoferol : 50 400 IU per oral

c. Vitamin D: Berikan vit. D 5.000-8.000 IU vit D2 atau 3-5mg/KBB/hari hidroksikolekalsiferol

d. Vitamin K: 2,5 5 ug Vit.K larut dalam air berupa derivat dari menadion

3. Bed rest/batasi akitifitas ( menjaga hepatic blood flow

4. Atasi infeksi yang menyertai dengan antibiotik sesuai

5. Berikan CTM untuk keluhan gatal-gatal

6. Berikan koleretik fenobarbital 5 mg/KgBB/hari dibagi 2 dosis untuk merangsang enzym glukoronil transferase yang mengubah bilirubin indirek menjadi direk dan kolestiramin 1 gr/KgBB/hari dibagi sama dengan pemberian formula

7. Pengobatan Operatif terhadap :

a. Kolestasis Ekstrahepatik Totalis (Atresia Bilier), dengan indikasi operasi minimal antara lain:1) Ikterus makin progresif

2) Tinja tetap dempul setelah pengobatan fenobarbital 10 hari

3) Bilirubin total, terutama bilirubin indirek terus meningkat

4) Gambaran histologik hati sesuai dengan bendungan

b. Pada kasus tertentu (End Stage Liver Disease) : transplantasi hati. Indikasi utama untuk kasus Atresia Bilier, dan sebagai alternatif untuk memperpanjang usia pada kasus dengan kelainan hati berat.Penyulit :

1. Malnutrisi

2. Kegagalan Fungsi Hati

3. Sirosis dengan Hipertensi Portal

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Sampai keadaan stabil

Masa Pemulihan :

Tanpa komplikasi, ( 1-2 bulan

Out Put :

1. Sembuh total

2. Kegagaln Fungsi Hati, Sirosis dan Hipertensi Portal

3. Bila pasase empedu tidak dikoreksi: Kematian 50% tahun pertama kehidupan, 25% pada tahun kedua sisanya meninggal pada usia 8-9 tahun

17. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Kriteria Diagnosis1. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ditandai dengan demam 2-7 hari, perdarahan dan dapat disertai syok

2. Diagnosis sesuai patokan WHO :

a. Patokan Klinik :

1) Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari2) Manifestasi perdarahan : a) Manipulasi : dengan uji torniquet positip

b) Spontan : petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melenac) Pembesaran hatid) Syok : tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg, atau tekanan nadi 20 mmHg disertai gejala dan tanda klinik syokyang lain yaitu berupa kulit teraba dingain dan lembab terutama pada ujung jari tangan, kaki dan ujung hidung, gelisah sianosis pada kuku /sekitar mulutb. Patokan Laboratorik :

1) Trombositopenia (100.000/mm3)

2) Hemokonsentrasi : meningkatnya hematokrit atau hemoglobin sebanyak 20% dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesen atau nilai rata-rata di daerah tersebut.

3. Untuk diagnosis bila dijumpai 2 patokan laboratorik ditambah minimal 2 patokan klinik, dengan salah satu diantaranya adalah panas.

4. Derajat penyakit menurut WHO :

a. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tournique positip

b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain

c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg, hipotensi (tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah

d. Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak dapat dirabadan tekanan darah yang tidak dapat diukur, tanpa atau disertai sianosis dan sidosis

5. Derajat III dan IV disebut Denque Shock Syndrome (DSS)

Diagnosis Banding:Pada awal perjalan penyakit mencakup :

a. Infeksi bakteri, virus protozoa: demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, leptospirosis dan malaria

b. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa infeksi seperti : sepsis, meningitis, meningokokus

c. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)

d. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah Rutin

2. Denque Rapid Test (IgM dan IgG)/Denque Blood Test3. HI Test

4. KGD, Elektrolit, AGD terutama pada penderita DSS ( sesuai keadaan

5. Cross match, persiapan untuk sewaktu-waktu transfusi pada semua kasus DSS

Perawatan:

1. Pada derajat I dapat dirawat jalan: istirahat, antipiretik (parasetamol) / kompres, dan usahakan makan minum sebanyak-banyaknya (minimal 4-6 gelas per hari) berupa susu, sirup/jus buah, oralit, kaldu. Dinasihatkan untuk kontrol tiap hari selama masih demam.

2. Derajat I disertai muntah/anak sulit makan/minum dianjurkan rawat inap

3. Rawat Inap untuk semua kasus derajat II - IV

Terapi :

1. Derajat I dan II :

a. Apabila penderita sulit minum, sering muntah IVFD dengan KAEN 3A/3B, 4A/4B, atau NaCl 0,9%:D5% = 1 : 1 (sesuaikan dengan kebutuhan) dengan tetesan rumatan

b. Pantau Hb, hematokrit dan trombosit tiap 6-12 jam atau tiap 3-4 jam.

c. Berikan antibiotika sesuai, bila dipertimbangkan ada kemungkinan infeksi lain

d. Diet lunak/padat dengan kalori sesuai kebutuhan

e. Bila hematokrit cenderung meningkat dan tombosit menurun cairan diganti dengan RL atau Asering 6-7 ml/KgBB/jam

f. Bila keadaan umum membaik, anak tenang, makan minum (+), tekakan nadi kuat, tekanan darah stabil dan diuresis cukup, hematokrit turun minimal pada 2x pemeriksaan berturut-turut, tetesan cairan diturunkan 5 ml/KgBB/jam

g. Bila selanjutnya tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/KgBB/jam dan bila baik terus, IVFD dihentikan dalam waktu 24 48 jam

h. Penderita dipulangkan bila keadaan umum membaik, anak tenang, makan minum (+), tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil dan diuresis cukup, demam (-) 48 jam berturutan.

2. Derajat III dan IV :

Lihat bagan penatalaksanaan DBD derajat III dan IV

Penyulit :

1. Syok ireversibel dan Gagal Ginjal Akut

2. Ensefalopati dengue

3. Edema paru

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Tanpa komplikasi 5 7 hari

Masa Pemulihan :

1-2 minggu

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Kematian

Bagan Penatalaksanaan DBD derajat III dan IV

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 l/menit)

2. Segera:

a. Pasang IVFD (pasien baru MRS) RL/Asering, sambil mengambil sampel darah secukupnya untuk cek darah rutin dan cross match, KGD dan Elektrolit

b. Siapkan pencatatan cairan masuk dan keluar

3. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis):

RL/Asering 20 ml/KgBB secepatnya (bolus dalam jam)

Evaluasi syok setelah 30 menit !!

Stabil dalam 24 jam !!

Stabil dalam 48 jam !!

18. DEMAM TIFOID

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella typhii, menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih 1 minggu, gangguan saluran cerna dan dapat disertai gangguan kesadaran

2. Demam remiten 1-3 minggu, disertai keluhan nyeri kepala, anoreksia, mual, batuk, muntah, diare atau konstipasi

3. Bibir kering pecah-pecah, lidah tertutup selaput kotor, ujung dan tepinya kemerahan, tremor.

4. Perut kembung, pembesaran limpa dan hati

5. Gangguan kesadaran umumnya apatis sampai somnolen, kadang-kadang bingung dan kacau

6. Roseola, bradikardi relatif dan epistaksis

Diagnosis Banding:1. Permulaan sakit :

a) Bronkitis

b) Influenza

c) Bronkopneumonia

2. Pada stadium lanjut :

a) Demam paratifoid

b) Malaria

c) Pielitis

d) Meningitis

e) Bakterial endokarditis

3. Pada stadium toksik :

a) Lekemia

b) Limfoma

c) Penyakit Hodgkin

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah Rutin

2. Uji Serologi Widal

3. Biakan Darah, Tinja, Urin ( bila memungkinkan

Perawatan:

Rawat Inap tergantung keadaan

Terapi :

1. Pengobatan Kausal :

a. Kloramfenikol/Tiamfenikol 100 mg/KgBB/hari dibagi 3-4 dosis selama 10-14 hari

b. Kotrimoksasol dengan dasar trimetoprim 8-10 mg/KgBB/hari atau Sulfametoksasol 40-50 mg/Kg BB/hari

c. Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 14 21 hari

d. Seftriakson 80 mg/KgBB/hari selama 7 hari

e. Sefiksim 15 20 mg/KgBB/hari selama 10 hari

2. Perbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit, atasi dehidrasi, hipoglikemi

3. Pengobatan suportif : Roborantia

4. Pengobatan dietetik : tergantung kondisi penderita, bila perlu makanan lunak/cair, mudah dicerna, tinggi kalori dan protein

5. Tirah baring, bila perlu isolasi penderita

6. Pada kasus berat deksametason 1-3 mg/KgBB/hari dengan antibiotik sesuai

7. Transfusi darah sesuai keperluan

Penyulit :

1. Pada usus halus :

a. Perdarahan

b. Perforasi

c. Peritonitis

2. Di luar usus halus :

a. Bronkitis

b. Bronkopneumonia

c. Ensefalopati

d. Kolesistitis

e. Meningitis

f. Miokarditis

g. Karier kronik

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

1. 10 - 14 hari

2. Tergantung penyulit yang menyertai

Masa Pemulihan :

3 minggu

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Kematian

19. MALARIA

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)

2. Demam tinggi intermiten. Pada kasus non imun infeksi tunggal, demam berlangsung 2- 12 jam pada tiap kali sporolasi, dan berkambuh tiap 24 48 jam pada Falsiparum (Tropika), 48 jam pada Vivax (Tertiana) dan Ovale,72 jam pada Malariae (Kuartana)

3. Menggigil-dingin, berkeringat, lemah, pucat, nyeri kepala

4. Mual, muntah-muntah, mulut terasa pahit, diare, dehidrasi, kencing warna merah tua

5. Gangguan kesadaran apatis sampai koma, bingung dan kacau

6. Pembesaran limpa dan hati, anemia

Pemeriksaan Penunjang :

1. Hapusan darah tepi tipis dengan pewarnaan Giemza, Hitung parasit

2. Darah Rutin, Urinalisa

3. KGD

4. AGD, Elektrolit, Cross Match sesuai keperluan

5. Uji Serologi Widal

6. Biakan Darah, Tinja, Urin

Perawatan:

Rawat Inap terutama pada kasus Malaria Berat dengan :

1. Hiperparasitemia >5% eritrosit dihinggapi parasit

2. Kesadaran menurun (Malaria Serebral)

3. Anemia berat ( Hb 390C)

9. Syok, Hipotensi (Algid malaria)

10. Sesak (Edema Paru)

Terapi :

1. Pengobatan pada malaria tanpa komplikasi:

a. Klorokuin base 25 mg/KgBB/3hari, dibagi hari I 10 mg/KgBB, hari II 10 mg/KgBB dan hari III 5 mg/KgBB (baik untuk semua jenis malaria,hanya persoalan resistensi harus diperhatikan)

b. Kina sulfat dosis 10 mg/KgBB/kali 3 kali sehari selama 7 hari (baik untuk semua jenis malaria)

c. Pirimetamin-Sulfadoksin (Fansidar/Suldox) dengan dasar dosis Pirimetamin 1-1,5 mg/KgBB atau Sulfadoksin 20-30 mg/KgBB, single dose (hanya baik terhadap malaria tropika, namun persoalan resistensi harus diperhatikan)

d. Primakuin base 0,5-1mg/KgBB terutama untuk membunuh gametosid, untuk falsiparum 1 hari cukup (sekali pemberian), untuk vivax diberikan selama 5 hari

e. Bilamana ada masalah resistensi terhadap 1 macam obat malaria tersebut di atas, dapat dilanjutkan dengan obat lain/kombinasi.

2. Malaria Serebral : Kina HCl intravena drips dengan dosis 10 mg/KgBB/kali dalam 2-4 jam, diulangi tiap 8 jam (3x sehari) sampai penderita sadar atau maksimal 3 hari, kemudian dilanjutkan dengan kina sulfat oral/melalui sonde sampai total 7 hari.

3. Malaria Biliosa : Dosis obat anti malaria diturunkan menjadi dosis dengan waktu pemberian 2x lebih panjang

4. Anemia (Hb < 7gr%) : transfusi darah

5. Perbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit, atasi dehidrasi, hipoglikemi

Penyulit :

Malaria Berat

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

1. 10 - 14 hari

2. Tergantung penyulit yang menyertai

Masa Pemulihan :

3 4 minggu

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Gejala Gangguan Mental ( Malaria Serebral)

3. Pengidap

4. Kematian

20. DIFTERI

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi akut, sangat menular yang disebabkan oleh kuman Corynebakterium diphtheriaea

2. Demam subfebril 2-4 hari, batuk pilek, sakit menelan, malaise, gangguan pernapasan sampai gagal napas, syok

3. Pseudomembran warna putih kelabu/kuning kotor, sukar diangkat, berdarah dan berbau busuk

4. Difteri hidung : ditemukan pseudomembaran di septum nasi, adanya sekret serosangueneus, kadang-kadang epistaksis, luka lecet pada daerah nasolabialis

5. Difteri faring : ditemukan pseudomembran di derah oro faring. Panas tidak tinggi (tinggi bila infeksi tumpangan(sekunder) dengan kuman lain), nyeri menelan ringan, mual, muntah, tidur ngorok.

6. Difteri laring : ditemukan pseudomembran didaerah laring disertai atau tanpa keterlibatan orofaring, dengan batuk menggonggong, suara parau, dan gejala sumbatan napas atas (stridor inspiratoir)

Diagnosis Banding:1. Difteri hidung :

a. Benda asing dalam hidung

b. Rhinorrhea (Common Cold, Sinusitis, Adenoiditis)

c. Lues kongenital

2. Difteri tonsil dan faring (Difteri Fausial) :

a. Tonsilitis folikularis atau lakunaris, membranosa akut

b. Angina Plaut Vincent

c. Mononukleus infeksiosa

d. Komplikasi lesi oral akibat blood dyscrasias

e. Membran post tonsilektomi

3. Difteri laring :

a. Laringitis akut

b. Angioneurotik edema dari laring

c. Benda asing laring

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah Rutin

2. Pemeriksaan mikrobiologi

3. Shick Tes : terutama untuk menentukan kerentanan (suseptibilitas)/status imunitas terhadap difteria. Tidak berguna untuk diagnosis dini.

4. Uji Kepekaan Moloney : untuk menentukan sensitivitas terhadap produk bakteri dari basil difteri (hati-hati terjadi reaksi anafilaksis)

5. AGD, KGD, Elektrolit sesuai keadaan

Perawatan:

Rawat Inap di ruangan isolasi ketat sampai gejala akut dilampaui dan biakan kuman negatip

Terapi :

1. Tujuan pengobatan

a. Menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya

b. Mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan

c. Mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal

d. Mengobati infeksi penyerta dan penyulit

2. Menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya

a. Antitoksin: Anti Diphtheriae Serum (ADS)

1) Waspadai kemungkinan terjadi reaksi anafilaktik

2) Lakukan uji kulit/mata dulu :

a) Uji Kulit : i. Suntikan Intrakutan 0,1 ml ADS, yang diencerkan dalam larutan garam fisiologis 1 : 1000.ii. Hasil positip bila dalam 20 menit terjadi indurasi > 10 mm.

b) Uji Mata : i. Meneteskan 1 tetes larutan ADS, yang telah diencerkan dalam larutan garam fisiologis 1:10, pada mata yang lain diteteskan larutan garam fisiologisii. Hasil positip bila dalam 20 menit timbul gejala hiperemis pada konjungtiva bulbi dan lakrimasi.

c) Uji Kulit/Mata positip ( pemberian ADS dengan cara desensitisasi (Besredka)

d) Uji Kulit/Mata negatip :

ADS diberikan sekaligus secara intravena (IV) / intramuskuler (IM) dengan dosis:

i. Difteri Ringan (hidung, mata, genitalia, telinga,kulit): 20.000 IU Intramuskuler

ii. Difteri Sedang (tonsil, faring) : 20.000 IU IM dan 20.000 IV.

iii. Difteri Berat (disertai penyulit) : 30.000 IU IM dan 30.000 IV

iv. Difteri Sangat Berat (disertai KU jelek,bullneck) : 80.000 100.000 IU,

setengah diberikan IM dan setengahnya diberikan IV

e) ADS intravena diberikan dalam larutan garam fisiologis atau glukosa 5% 100 ml drips dalam waktu 1-2 jam.

f) Selama pemberian pantau kemungkinan efek samping/reaksi hipersensitivitas sampai 2 jam setelah selesai pemberian, dan pantau kemungkinan adanya reaksi hipersensitivitas lambat.

3) Mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan dan menghentikan produksi toksin :

a) Penisilin Prokain 50.000 100.000 U/KgBB/hari satu kali sehari, optimal 600.000 U/hari selama 10 hari

b) Bila alergi terhadap penisilin, berikan Eritromisin 50 mg/KgBB/hari

(optimal1 G/hari) oral, 3-4 kali/hari selama 10 hari atau

c) Linkomisin oral 30-40 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, atau

10 mg/KgBB/hari IV/IM dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari

d) Seftriakson 80 mg/KgBB/hari, 2 kali/hari selama 7 hari

e) Sefiksim 15 20 mg/KgBB/hari selama 10 hari

4) Mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal

a) Tirah baring mutlak selama 10 14 hari, pada keadaan dengan penyulit miokarditis tirah baring sampai 4 6 minggu, konsul spesialis jantung/jantung anak.

b) EKG rutin dilakukan pada hari I, III, VII, kemudian tiap minggu. Pada kecurigaan atau ada miokarditis EKG dilakukan tiap hari.

c) Makanan lunak/cair, mudah dicerna cukup cairan dan kalori . Pada penderita gawat perlu infus / nutrisi parenteral

d) Roborantia, Aneurin 15 mg/KgBB/hari oral dalam 3 dosis selama 10 hari

5) Mengobati infeksi penyerta dan penyulit

1. Difteri laring dengan Jackson tingkat II III konsul THT untuk pertimbangan trakeostomi. Kriteria Jackson untuk derajat dispnea laring progresif :

a. Tingkat I: terdapat cekungan ringan suprasternal, keadaan penderita tetap tenang, tidak terganggub. Tingkat II: cekungan suprasternal lebih dalam, ditambah cekungan epigastrium, penderita tampak gelisah

c. Tingkat III: cekungan suprasternal, supra/infraklavikuler, epigastrium dan

interkostal, penderita sangat gelisah dan tampak sukar bernapas

d. Tingkat IV: gejala makin berat, penderita sangat gelisah, berusaha sekuat tenaga untuk bernapas, penderita tampak seperti ketakutan, pucat/sianosis

2. Stadium II dan III indikasi trakeostomi

3. Mempertahankan agar hemodinamika tetap baik (terutama pada miokarditis)

4. Pemberian kortikosteroid (deksametason 0,5 -1 mg/KgBB/hari atau prednison oral 2mg/KgBB/hari) pada kasus dengan miokarditis, atau pada kasus difteri dengan gejala obstruksi saluran napas bagian atas

5. Antibiotika lain bila perlu bila ada infeksi tumpangan

Penyulit :

1. Infeksi tumpangan oleh kuman lain

2. Lokal : Obstruksi jalan napas akibat membran atau edema jalan napas ( gagal napas

3. Sistemik : karena efek eksotoksin:

4. Miokarditis ( gagal jantung

5. Neuritis: paresis/paralise palatum mole, palsy okuler, paralisis diafragma, parese/paralise anggota gerak

6. Nefritis

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

1. 10 - 14 hari

2. Tergantung penyulit yang menyertai bisa sampai 1-3 bulan

Masa Pemulihan :Tanpa komplikasi ( 3 minggu

Out Put :

1. Sembuh total

2. Kematian tergantung : usia, waktu pemberian antitoksin, tipe klinis difteri, keadaan umum penderita.

a. Makin muda usia, makin jelek

b. Pemberian antitoksin hari I kematian 0,3%, hari III 4%, hari IV 12%, hari V dan selebihnya 25 %.

c. Difteri Faring Laring kematian 56,8%, Nasofaring 48,4%, dan faring 10,5%

d. Prognosa lebih baik pada penderita gizi baik

21. MORBILLI (CAMPAK)

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai oleh gejala klinis khas yang terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khas.

2. Stadium prodromal berlangsung 3-5 hari dimulai dengan peradangan pada selaput lendir hidung, mulut,mata, tenggorokan dan saluran pencernaan sehingga terjadi gejala panas, batuk, pilek, mata merah, bercak Koplik dan diare.3. Stadium erupsi berlangsung 2-3 hari, terjadi peningkatan suhu tubuh, batuk pilek makin hebat, timbul ruam makulopapulous eritmatous mulai di kulit leher perbatasan rambut dan kulit belakang telinga, menyebar ke dahi, muka, leher, dada, tubuh dan ke ekstremitas.

4. Stadium penyembuhan suhu tubuh menurun,gejala klinis berkurang, ruam menghitam sampai bisa mengelupas.

5. Mual, muntah-muntah, mulut terasa pahit, diare, dehidrasi, kencing warna merah tua.

6. Gangguan kesadaran apatis sampai koma, bingung dan kacau.7. Pembesaran limpa dan hati, anemia. Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah Rutin, tidak khas ( lekopenia

2. Sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa dan hidung

3. Serologis didapatkan IgM spesifik

4. KGD, AGD, Elektrolit, bila ada komplikasi ( sesuai keadaan

Perawatan:

1. Rawat Jalan bila campak ringan, dan tanpa penyulit

2. Rawat inap, atas indikasi :

a. Penyulit (+)

b. Ruam yang kasar dan tebal

c. Malnutrisi

Terapi :

1. Pengobatan pada campak ringan, tanpa penyulit :

a. Simptomatis, antipiretika, obat batuk

b. Usahakan makan/minum cukup

2. Pengobatan pada campak dengan penyulit:

1) Antibiotika dan pengobatan simptomatis

2) Perbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit, atasi dehidrasi, hipoglikemi bila ada

3) Pemberian kalori yang cukup

4) Penderita malnutrisi diberikan vitamin A 100.000-200.000 U, IM

5) Tindakan-tindakan lain, oksigen, antikonvulsan ( sesuai keadaan

6) Khusus pada penderita dengan ensefalitis ditambahkan kortikosteroid, jumlah pemberian cairan direduksi sampai kebutuhan

Penyulit :

1. Laringitis akut

2. Otitis Media

3. Enteritis dengan dehidrasi

4. Bronkopneumonia

5. Kejang Demam

6. Ensefalitis

7. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)

Informed Consent :

Perlu (tertulis), bila dirawat

Lama perawatan :

Tanpa komplikasi 5-7 hari

Masa Pemulihan :

2 minggu, tanpa komplikasi

Out Put :

1. Sembuh Total

2. Gejala gangguan tingkah laku/intelektual progresif di kemudian hari bila terjadi SSPE

3. Kematian

22. PNEUMOTORAKS

Kriteria Diagnosis:1. Sesak napas (pada anak besar sering didahului rasa nyeri tiba-tiba pada sisi yang terkena)

2. Adanya faktor pencetus (batuk, bersin, latihan jasmani yang berat, tetapi kadang-kadang pada waktu tidur).3. Hipersonor pada sisi yang terkena.4. Suara napas yang melemah atau menghilang pada auskultasi. Diagnosis Banding: 1. Emfisema

2. Angina Pektoris

3. Hernia Diafragmatika

4. Kista paru

Pemeriksaan Penunjang :

Foto toraks ( adanya bayangan radiolusen tanpa jaringan paru sedangkan paru terlihat di daerah hilus)

Konsultasi:1. Bagian Radiologi

2. Bagian Bedah

Perawatan:

Rawat Inap pada kasus berat

Terapi :

1. Bergantung pada :

a. Jenis Pneumotoraks (Idiopatik/simptomatik)

b. Pertama kali / residif

c. Besarnya paru yang kolaps

d. Adanya komplikasi

2. Pada dasarnya untuk semua penderita pneumotoraks:

a. Berikan sedativa ( untuk mengurangi rasa nyeri) dan obat penekan batuk (kodein)

b. Hilangkan faktor etiologi

1) Pada pneumotoraks spontanea: pengobatan konservatif2) Pada pneumotension : pungsi rongga pleura lalu WSD3) Pada pneumotoraks yang berulang-ulang: berikan suntikan larutan glukosa

50% intrapleura

c. Tindakan bedah dilakukan jika :

1) Cara konservatif tidak berhasil (mengembangkan paru)2) Pneumotoraks spontan terjadi berulang kali3) Terdapat kista atau bula yang terlalu besar4) Pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus5) Adanya fistula bronkopleura

Penyulit :

1. Pneomotoraks tension

2. Infeksi sekunder (pembentukan eksudat)

3. Hemo Pneumotoraks

4. Emfisema Mediastinalis

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

Bervariasi, bergantung faktor etiologi dan terapi

Masa Pemulihan :

2 minggu sampai beberapa bulan

Out Put :

1. Sembuh total

2. Kematian

23. EMPIEMA TORAKS

Kriteria Diagnosis:1. Panas, sesak napas, batuk

2. Toraks asimetris (bagian yang sakit agak menonjol), pergerakan tertinggal pada sisi yang terkena

3. Sela iga melebar, jantung dan organ mediastinum terdorong

4. Fremitus melemah

5. Redup pada sisi yang terkena

6. Suara napas melemah/menghilang

7. Perselubungan homogen dengan batas jelas, sinus terisi pada foto toraks

8. Cairan pleura berupa pus

Diagnosis Banding: 1. Efusi pleura lainnya

2. Lobar pneumonia ( perselubungan pada foto toraks

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah tepi dan kultur

2. Foto toraks

3. Pungsi pleura/pemeriksaan cairan pleura

4. Tes Mantoux

Konsultasi:1. Bagian Bedah

2. Bagian Fisioterapi

Perawatan:

Rawat Inap

Terapi :

1. Umum :

a. Suportif (Tirah baring, posisi setengah duduk kalau sesak sekali, Oksigen, IVFD kalau perlu)b. Aspirasi pus : dini / frekuenc. Obat intrapleurad. Jika pus kental encerkan dengan NaCle. Jika pus kental sekali, perkembangan cepat, disertai pneumotoraks : dilakukan WSDf. Jika terdapat fistula bronkopleura : continous suction

2. Medikamentosa :a. Sesuai uji sensitivitasb. Bila belum ada hasil uji sensitivitas berikan Ampisilin dan Kloramfenikol atau Kloksasilin, jika respons kurang ganti golongan sefalosporin3. Jika prosedur di atas kurang berhasil dapat dilakukan:

a. Drainage terbuka ataub. Reseksi iga

4. Bila keadaan dimana telah terdapat penebalan dan perlengketan yang hebat atau empiema sukar sembuh, dapat dipertimbangkan dekortikasi atau pneumektomi

5. Fisioterapi, jika resolusi telah terjadi

Penyulit :

1. Pneomotoraks

2. Bronko Pleura Fistula

3. Abses paru

4. Perikarditis Purulenta

5. Osteomielitis (tulang iga)

6. Meningitis

7. Peritonitis (sekunder karena ruptur melalui diafragma)

Informed Consent :

Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

7 hari sampai 14 hari (peyebab stafilokok : 3- 4 minggu)

Masa Pemulihan :

2 minggu sampai 6 bulan

Out Put :

1. Sembuh total

3. Kematian2. Sembuh dengan sequele

24. A S M A

Kriteria Diagnosis:1. Batuk, sesak napas berulang, riwyat atopi sendiri / keluarga

2. Napas berbunyi (mengi) berulang, retraksi, hipersonor

3. Ekspirasi memanjang / wheezing

4. PFR dan FEV menurun

Diagnosis Banding: 1. Bronkiolitis (pada anak berumur kurang dari 2 tahun)

2. Korpus alienum di saluran napas (pada anak kecil) atau kelenjar thymus yang menekan trakea

3. Penyakit Paru Kronik (Fibrosis kistik, bronkiektasi)

4. Laringotrakeobronkitis

5. Kompresi trakeobronkial

6. Asma Kardial

7. Kelainan trakea dan bronkus (Trakeobronkomalasi/stenosis bronkus)

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah rutin/eosinofil total

2. Foto toraks

3. Uji Faal Paru

4. Mantoux Test

5. Uji Kulit Alergi dan Imunologi

6. AGD (bila perlu)

7. EKG

Perawatan:

Rawat Inap pada kasus sedang dan berat

Terapi :

1. Asma serangan ringan berikan salah satu obat :

a. Teofilin 3-4 mg/kgBB/kali oral, tiap 6-8 jam

b. Salbutamol 0,08-0,12 mg/kgBB/kali

c. Terbutalin 0,05-0,075 mg/kgBB/kali

d. Metaproterenol 0,3 mg/kgBB/kali

2. Asma serangan sedang berat, inhalasi atau nebulizer golongan bronkodilator:

1) Untuk inhalasi : 1- 2 semprotan, tiap 4 6 jam2) Untuk Nebulizer :

1) Salbutamol 0,5 %: 0,01 0,03 ml/kgBB (maksimum 1 ml)

2) Terbutalin 1 % : 0,03 ml/kgBB (maksimum 1 ml)

3) Metaproterenol 5 %: 0,005 0,01 ml/kgBB (maksimum 0,9 ml)

4) Feneterol 0,1%: 5 tetes, bila 0,5% : 2 tetes

5) Dapat ditambahkan Bromhexin 1 ml dan NaCl 0,9% 1,5 ml.

6) Jika tidak ada nebulizer / tidak bisa inhalasi dapat diberikan adrenalin 1/1000 : 0,01 ml/kgBB, maksimum 0,35 ml SC, diberikan selang 20-30 menit, 2-3 kali

3. Status Asmatikus:

a. Inhalasi atau nebulizer bronkodilator

b. Oksigen 1-2 liter/menit (melalui nasoorofaring atau masker)

c. Infus ( untuk mengoreksi kekentalan cairan dan gangguan asam basa elektrolit)d. Posisi setengah duduke. Kortikosteroid : Deksametason, inisial 0,3 mg/kgBB,IV dilanjutkan 0,3 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosisf. Teofilin :1) Awal : Bila dalam 6-8 jam terakhir tidak mendapat teofilin, berikan 5-7 mg/kgBB dalam larutan NaCl/Dektrose 10% 1:3 + KCl 5 mEq/500 ml dalam 15 20 menit. Bila telah mendapat teofilin dalam 6-8 jam terakhir, pe