30-90-1-sm

Upload: devan-firmansyah

Post on 22-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    1/12

    Be r k a l a A r k eol o gi V ol .33 Ed i si N o .2 /N ov em ber 2013 227

    VISUALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTERDALAM RELIEF CERITA HEWAN DI CANDI SOJIWAN

    VISUALIZATION OF CHARACTER EDUCATIONS VALUE IN THE

    RELIEF OF ANIMAL STORIES IN SOJIWAN TEMPLE

    Ika Dewi Retno SariSMA Negeri 14 Semarang

    [email protected]

    ABSTRACTThis study aims to analyze the relevance of values that exist in the relief of animal

    stories in Sojiwan temple with the present character education. The approach used isqualitative approach with descriptive phenomenological method. From the research it isknown that the animal story selected as the fable is a story that is very popular and known

    by all people at various places. Here Animals are seen as a projection of human behaviorand nature, so that the nature of humor within the fable could evoke willingness forintrospection and retrospection. Fable in Sojiwan temples relief as one of Indonesianculture containing moral teachings that are still very relevant to character education for theyounger generation of today. Schools and educators need to develop teaching andeducational programs based on the local culture. Families and communities also need tobe involved in character education for the younger generation, through habituationvirtuous behavior.

    Key Words: Sojiwan, Animal Stories, Character Education.

    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menganalisa relevansi nilai-nilai yang terkandung dalam

    relief cerita hewan pada Candi Sojiwan dengan pendidikan karakter masa kini.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptiffenomenologis. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa cerita hewan dipilih karenacerita hewan adalah cerita yang sangat digemari oleh semua kalangan dan dikenal diberbagai tempat. Hewan dilihat sebagai proyeksi tingkah laku dan sifat manusia sehinggasifat humor dalam cerita hewan menimbulkan niat untuk mengintrospeksi danmeretrospeksi tindakannya. Relief cerita hewan di Candi Sojiwan sebagai salah satu hasilkebudayaan Indonesia mengandung ajaran-ajaran budi pekerti yang masih sangatrelevan dengan pendidikan karakter bagi generasi muda pada masa kini. Saran dari

    penelitian ini, bahwa sekolah dan kalangan pendidik perlu menyusun programpengembangan pendidikan dan pengajaran yang berakar dari budaya lokal. Jugadiperlukan kepedulian keluarga dan masyarakat untuk terlibat dalam pendidikan karakterbagi generasi muda, melalui pembiasaan perilaku berbudi.

    Kata Kunci: Sojiwan, Cerita Hewan, Pendidikan Karakter.

    Tanggal masuk : 16 September 2013Tanggal diterima : 24 November 2013

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    2/12

    228 Be r k a l a A r k eol o gi V o l .33 Ed i si N o .2 /N ov embe r 2013

    PENDAHULUAN

    Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional,menyebutkan bahwa pendidikan nasionalberfungsi mengembangkan kemampuandan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis dan

    bertanggungjawab (UU RI No 20/2003).Muatan struktur materi pelajaran dalamKurikulum 2013 terdiri dari sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Disamping itu muncul istilah KompetensiInti 1 (KI-1) dan Kompetensi Inti 2 (KI-2)yang mengutamakan nilai-nilai agamadan nilai-nilai sosial. Maka dewasa inipendidikan karakter mendapat perhatiancukup besar, dan mendapat dukunganluas dari masyarakat karena banyakunsur positif yang dapat dipetik. Melalui

    pendidikan karakter, diharapkan akanterbentuk pribadi-pribadi yang lebih utuhdan dewasa.

    Hampir semua pendidik dan orangtua setuju bahwa pendidikan karaktermerupakan bagian penting dalam sebuahproses pendidikan. Jika kita melihatsituasi sosial masyarakat kita saat ini,seperti maraknya perkelahian antarpelajar dan mahasiswa, perilaku yangtidak jujur yang tercermin dalam tindakankorupsi, pemanfaatan jabatan, budaya

    menyontek, ketidakdewasaan pribadiseperti tercermin dalam penyalahgunaanobat-obatan, penyimpangan perilakuseksual di kalangan remaja, bahkanakhir-akhir ini kita mendengar banyakberita tentang tindak kekerasan yangdilakukan oleh para pelajar baik dijalanan maupun di sekolah sepertimemalak teman, menghina teman,mengambil barang teman dengan paksa,melukai teman secara fisik dansebagainya, maka berbicara tentangpendidikan karakter menjadi hal yangsangat diperlukan.

    Pendidikan yang sekarang iniditerapkan di banyak sekolah diIndonesia lebih menekankan pada aspekpenguasaan ilmu pengetahuan danmengadopsi sistem pendidikan luar, halini dapat mengakibatkan bangsaIndonesia kehilangan identitasnasionalnya. Pendidikan yangberorientasi pada budaya bangsamerupakan hal yang mutlak diperlukansebagai salah satu upayamempertahankan identitas bangsa. Hillsdalam Adisusilo (2012, 71) menandaskanbahwa pendidikan nilai harus mampumembuat peserta didik menguasaipengetahuan yang berakar pada nilai-

    nilai tradisional yang mampumenolongnya menghadapi nilai-nilaimodern, berempati dengan persepsi danperasaan orang-orang yang tradisional,mengembangkan keterampilan kritis danmenghargai nilai-nilai tersebut.

    Indonesia memiliki kekayaanbudaya yang dapat dijadikan saranapengembangan nilai-nilai budi pekertibagi generasi muda. Salah satunyaadalah cerita-cerita yang termuat dalamrelief candi. Dengan demikian kajian

    tentang nilai-nilai filosofi moral padaCandi Sojiwan menjadi sangat pentingdan relevan untuk dimanfaatkan sebagaisarana pengembangan pendidikankarakter.

    Candi Sojiwan berlokasi di desaKebondalem Kidul, KecamatanPrambanan, Kabupaten Klaten, PropinsiJawa Tengah. Letak astronomi 11030 11 BT dan 07 30 32 LSdengan ketinggian 142,781 meter di ataspermukaan laut. Letaknya 2 km ke arah

    selatan dari Kompleks Candi Prambanan.Candi ini merupakan candi Buddha yangdi sekitarnya terdapat candi-candi Hindu.Pada kaki candi induk seharusnyaterdapat 19 panel relief, tetapi hanyatertinggal 16 panel yang masih dapatdimengerti ceritanya, dan 12 paneldiantaranya berisi cerita hewan.

    Landasan berpikir penelitian iniadalah konsep kebudayaan, bahwakebudayaan merupakan keseluruhansistem gagasan, tindakan dan hasil karyamanusia untuk memenuhi kehidupannya.Menurut Koentjoroningrat, wujud

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    3/12

    Be r k a l a A r k eol o gi V o l.33 Ed i si N o .2 /N ov ember 2013 229

    kebudayaan ada tiga macam yaitu :pertama, wujud kebudayaan sebagaisuatu kompleks dari ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma-norma, peraturan dansebagainya; kedua, wujud kebudayaansebagai suatu kompleks aktivitas sertatindakan berpola dari manusia danmasyarakat; ketiga, wujud kebudayaansebagai benda-benda hasil karyamanusia (Koentjoroningrat 1981, 186).Relief cerita hewan di Candi Sojiwanmerupakan sebuah hasil kebudayaanyang sengaja diciptakan oleh masyarakatdengan tujuan tertentu. Di dalamnyatermuat gagasan-gagasan tentang ajaranbudi pekerti yang dianut oleh masyarakatpada masa itu. Tetapi nilai-nilai budi

    pekerti itupun masih relevan denganpendidikan di masa kini.Visualisasi tentang moralitas yang

    ada di dalam relief cerita hewan padacandi menunjukkan bahwa cerita inidikarang oleh orang yang mengetahuipandangan hidup masyarakat pada masaitu, dan juga mampu mengevaluasikondisi masyarakatnya. Selain itupemilihan dan penentuan cara tersebutmenunjukkan kepandaian dankebijaksanaan pengarangnya, sehingga

    amanat yang tinggi dapat disampaikandalam bentuk yang populer dan menariktanpa mengurangi bobot amanat dantujuan yang akan dicapai. Terdapatajaran tentang nilai-nilai filosofikehidupan dalam cerita hewan yangdipahatkan pada relief candi Sojiwan.Nilai-nilai filosofi kehidupan tersebutmengalami proses pewarisan budaya darisatu generasi ke generasi berikutnyamelalui proses enkulturasi, yaitu prosesketika individu memilih nilai-nilai yang

    dianggap baik dan pantas untuk hidupbermasyarakat sehingga dapat dipakaisebagai pedoman bertindak.

    Landasan teori yang dipergunakanadalah teori interaksionisme simbolik.Dalam kajian ini, teori interaksionismesimbolis dipakai untuk menjelaskantentang penggunaan simbol-simbol yangmemiliki nilai dan makna sebagai acuanperilaku yang diharapkan dalam tatananmasyarakat. Seperti dikemukakan olehWallendrof dan Reilly bahwa budayaadalah seperangkat pola perilaku yangsecara sosial dialirkan secara simbolis

    melalui bahasa dan cara-cara lain padaanggota dari masyarakat tertentu(http://www.imadiklus.com/2012/04/kajian-antropologi-teknologi-pendidikan-kasus-trans-misi-budaya-belajar. html).

    Relief cerita hewan merupakansimbol komunikasi yang berisipenyampaian pesan nilai keagamaan,pedoman hidup, dan nilai kehidupan.Cerita dalam bentuk gambar digunakansebagai simbol untuk menyampaikannilai-nilai baik dan buruk yang diwujudkandalam perilaku. Pemaknaan simbol-simbol dalam gambar relief cerita hewandilakukan melalui proses berpikir yangluas dan kompleks, sehingga akan

    dipahami nilai-nilai dari ajaran yangdisampaikan melalui cerita tersebut.Simbol-simbol ini digunakan untukmenjelaskan adanya interaksi antarindividu, di mana nilai-nilai yang telahdisepakati secara tidak langsungtersebut kemudian diaktualkan dalambentuk perilaku sosial manusia.

    Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis relevansi nilai-nilai yangterkandung dalam relief cerita hewanpada Candi Sojiwan dengan pendidikan

    karakter masa kini. Untuk itu beberapapermasalahan yang akan dibahas adalah: (1) Mengapa cerita hewan dipilihsebagai media penyampaian ajaranmoral?; (2) Nilai-nilai karekter apa sajayang termuat dalam relief cerita hewanCandi Sojiwan?; (3) Apakah nilai-nilaiyang terkandung dalam relief ceritamasih relevan untuk diterapkan dalampendidikan karakter pada masa kini?

    METODE PENELITIAN

    Pendekatan penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan kualitatif. Pendekatan inidipilih, sebab penelitian ini mengkajiperilaku masyarakat. Penelitian jeniskualitatif tidak hanya menetapkanpenelitian berdasarkan variabelpenelitian, tetapi keseluruhan situasisosial yang meliputi aspek tempat,pelaku, dan aktivitas yang berinteraksisecara sinergis (Sugiyono 2008, 207).Metode yang digunakan adalah metodedeskriptif fenomenologis, karena

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    4/12

    230 Be r k a l a A r k eol o gi V o l .33 Ed i si N o .2 /N ov embe r 2013

    penelitian ini tidak bermaksud mengujihipotesis tetapi berusaha menelusuri,memahami, dan menjelaskan fokuspenelitian. Adapun fokus penelitian iniadalah relevansi nilai-nilai pendidikanbudi pekerti yang terkandung pada reliefcerita hewan Candi Sojiwan denganpendidikan karakter pada masa kini.

    Data primer dari penelitian iniadalah artefak berupa relief cerita CandiSojiwan, dan data sekundernya adalahkajian dari para ahli tentang cerita hewanpada Candi Sojiwan. Teknikpengumpulan data yang dilakukan adalahteknik observasi dengan melakukanpengamatan pada semua relief CandiSojiwan, dan teknik kepustakaan dengan

    menggunakan sumber pustaka yangmengkaji objek penelitian. Teknikpengujian objektivitas data menggunakankeajegan pengamatan dan kecukupanreferensial. Sedangkan untuk teknikanalisis data digunakan model interaktifanalisa data yang meliputi reduksi data,sajian data dan verifikasi.

    HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

    Fungsi Cerita Hewan sebagai MediaPenyampaian Ajaran Moral

    Menurut Maria Lech, yangdimaksud cerita hewan adalah ceritayang pelakunya terdiri dari hewan.Hewan ini bertingkah laku, berpikir,bertindak dan berperasaan sepertimanusia. Dalam ceritapun, merekamembentuk masyarakat, mengaturnya,dan di antara mereka itupun ada yangberlaku sebagai pemimpinnya. Persoalan

    yang diceritakan juga persoalan yanghidup pada masyarakat manusiasehingga pendengar cerita jugamerasakan seakan-akan cerita itupundunianya juga (Dipodjojo 1983, 14).

    Dalam cerita hewan, akan dapatdilihat proyeksi tingkah laku dan sifatmanusia. Penggambaran tersebutadakalanya dalam bentuk sindiransepintas lalu, tetapi adakalanyadigambarkan secara jelas danmenggelikan tetapi dengan cara yanghalus, sehingga menjadi tujuannya akanmengena pada sasaran tanpa membuat

    seseorang merasa dituduh atau dicela.Itulah yang menyebabkan cerita hewanamat digemari oleh masyarakatmanapun, baik masyarakat maju maupunyang masih terbelakang. Jugamasyarakat dari berbagai tingkatan sosialdan usia. Sifat humor dalam cerita hewanmenimbulkan keakraban di antarapendengar tanpa ada yang terlukaihatinya. Tidak jauh dari peribahasa JawaJanma limpad seprapat wae wis tamat,dalam banyak hal orang tidak menyukaisesuatu yang langsung mengenaipersoalannya. Masyarakat kita lebihmenyukai pemberian pelajaran denganmengambil bentuk kias, ibarat atausindiran saja. Hooykas menyebut bentuk

    semacam itu lebih dikenal denganbentuk-bentuk yang diselubungi(Dipodjojo 1985, 28).

    Cerita hewan menjadi cerita yangsangat digemari karena hewan adalahmahluk yang hidupnya hampirmenyerupai hidup manusia, bergerombol,berpasangan dan beranak pinak sertamembentuk suatu masyarakat. Hewandianggap berperilaku sama sepertimanusia dengan berbagai karakter. Padaawalnya banyak orang beranggapan

    bahwa cerita hewan dan cerita lainnyahanya merupakan cerita pengisi waktuatau pengantar tidur, tetapi sebenarnyajika ditinjau lebih mendalam ternyatacerita-cerita itu lebih jauh dari anggapantersebut, yaitu bertujuan memberipelajaran akhlak atau budi pekerti.

    Moralisasi itu diperankan olehhewan-hewan yang diberi jiwa, pandaiberbicara dan bertingkah laku sepertimanusia, dengan harapan agar parapendengar cerita itu memetik pelajaran

    yang tersembunyi dalam cerita itu. Sifathumor dalam cerita hewan menimbulkanniat orang untuk mengintropeksi danmeretropeksi semua tindakannya.Penyampaian amanat yang tidakmenekan dalam bentuk sindiran danseolah-olah hanya sambil lalu memberipendidikan yang menimbulkan daya kritikpada anggota masyarakat terhadapkepincangan-kepincangan yang terjadipada situasi pada waktu itu.

    Dari berbagai tema yang ada dalamrelief cerita, cerita hewan dipilih karenacerita ini banyak dikenal oleh masyarakat

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    5/12

    Be r k a l a A r k eol o gi V o l.33 Ed i si N o .2 /N ov ember 2013 231

    dari anak-anak sampai orang tua sebagaicerita lisan yang diwariskan turuntemurun. Peran seniman dalammengekspresikan karyanya untukmenyampaikan pesan tersebut sangatpenting, berkaitan dengan adanya unsur-unsur persamaan kebudayaan yangdianut oleh seniman maupun masyarakatsendiri. Hal tersebut akan mempermudahbagi masyarakat untuk memahami pesanyang disampaikan melalui karya relieftersebut. Relief cerita hewan pada candiSojiwan merupakan salah satu hasilkebudayaan lokal yang mengandungnilai-nilai budi pekerti yang diajarkankepada masyarakat pada masa lalu.Cerita yang dipahatkan merupakan cerita

    keagamaan Buddha dengan tokohmanusia, hewan, atau hewan danmanusia, serta isinya bersifat pendidikanatau petuah yang harus diteladani(Munandar 2012, 60).

    Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalamRelief Cerita Hewan Candi Soj iwan

    Istilah pendidikan budi pekertidalam kurikulum pendidikan sekarangsering disamakan dengan pendidikan

    karakter. Dalam program KementerianPendidikan Nasional 2010-2014, yangdituangkan dalam Rencana Aksi NasionalPendidikan Karakter: pendidikan karakterdisebutkan sebagai pendidikan nilai,pendidikan budi pekerti, pendidikanmoral, pendidikan watak yang bertujuanmengembangkan kemampuan pesertadidik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik &mewujudkan kebaikan itu dalamkehidupan sehari-hari dengan sepenuh

    hati (Kemendiknas 2010, 2). Atas dasaritu, pendidikan karakter bukan sekedarmengajarkan mana yang benar danmana yang salah, lebih dari itu,pendidikan karakter menanamkankebiasaan (habituation) tentang halmana yang baik sehingga peserta didikmenjadi paham (kognitif) tentang manayang benar dan salah, mampumerasakan (afektif) nilai yang baik danbiasa melakukannya (psikomotor).Dengan kata lain, pendidikan karakteryang baik harus melibatkan bukan sajaaspek pengetahuan yang baik (moral

    knowing), akan tetapi juga merasakandengan baik atau loving good (moralfeeling), dan perilaku yang baik (moralaction). Pendidikan karakter menekankanpada kebiasaan yang terus-menerusdipraktikkan dan dilakukan.

    Relief cerita hewan candi Sojiwanyang dijelaskan dalam buku The TantriReliefs On Ancient Javanese CandikaryaMarijke Klokke, mengandung nilai-nilaibudi pekerti yang merupakan visualisasidari 3 matra pendidikan karakter yangmenjadi dasar bagi pengembanganpendidikan karakter utuh dan menyeluruhpada masa kini. Pengelompokan nilai-nilai tersebut adalah :

    A. Pengelompokan Nilai dalam MatraInvidual1. Nilai penghargaan terhadap tubuh,

    nilai ini termuat dalam panel relief ke-11 yang menggambarkan burungberkepala dua yang tidak maumembagi makanan yang enak dengankepala yang lain, maka kepala yanglain memakan makanan beracunsehingga matilah burung tersebut.Cerita ini menggambarkan bahwamenjaga kesehatan tubuh dengan

    memberikan asupan yang baik bagijasmani sangat diperlukan untukmenjaga kelangsungan hidup.Penghargaan terhadap tubuhtermasuk di dalamnya kesediaankemampuan individu menjagakesehatan jasmani setiap individu.Kesehatan jasmani merupakan salahsatu bagian penting bagi pembentukankeutamaan. Pendidikan karakter mestimemprioritaskan tentang bagaimanaindividu dapat menjaga tubuhnya satu

    sama lain. Juga mengajarkan agarindividu tidak merusaknya, tetapimembuat keberadaan tubuh, tumbuhsehat sesuai dengan perkembangandan pertumbuhan kodratnya.Penghargaan terhadap tubuhmerupakan ekspresi diri individu untukmenjadi perawat dan pelindung satusama lain. Individu mestimenumbuhkan dalam dirinya sendirikeinginan untuk merawat dirinya danorang lain, termasuk pertumbuhanpsikologis dan emosionalnya.

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    6/12

    232 Be r k a l a A r k eol o gi V o l .33 Ed i si N o .2 /N ov embe r 2013

    2. Nilai transendental (religiositas danestetika), pengembangan nilaitransendental, baik religious,keagamaan, maupun sublime (sepertikepekaan seni, apresiasi karya-karyamanusia yang membangkitkan refleksiserta kemampuan memahamikebesaran Illahi) merupakan dasarbagi pengembangan pembentukankarakter. Setiap individu dianugerahikepekaan akan sesuatu yang lembut,halus, yang bekerja secara rohanimendampingi manusia, kepekaanakan sesuatu yang adikodrati.Kepekaan alam yang Kudus, yangTransenden, yang baik, yang indah,baik dalam diri manusia maupun di

    alam, merupakan salah satu saranauntuk membentuk individu menjadipribadi berkeutamaan. Nilai religiositastergambar dalam panel relief ke-8 danke-9. Relief ini menggambarkan tokohperempuan dan serigala yang tidakmensyukuri yang telah dimilikinya,tidaklah patut dicontoh. Bahwa rasasyukur terhadap apa yang sudahdimiliki dan bersikap tidak serakahatau ingin memiliki segala sesuatusecara berlebihan adalah salah satu

    wujud dari kemampuan memahamikebesaran Illahi. Karena dengan rasasyukur itulah, manusia tidak akandibutakan oleh ambisinya danbersikap lebih sabar dalammenghadapi keadaan apapun.

    3. Keunggulan akademik, nilai initergambarkan pada beberapa panelyaitu panel relief ke-3 yangmenggambarkan kecerdikan kura-kurauntuk mengalahkan garuda sehinggaakhirnya terlepas dari ancaman

    garuda. Pada panel relief ke-4, kerayang sudah terjebak oleh tipuan buayaakhirnya berhasil melepaskan diri daribahaya yang mengancamnya setelahdengan cerdiknya dia dapatmengelabui buaya. Dari cerita keduarelief tersebut dapat diambil maknabahwa setiap manusia harus mampumenggunakan akal pikiran,kecerdasan dan kecerdikannya untukmenghadapi berbagai macamtantangan. Dengan kecerdasan dankecerdikannya inilah, manusia akanmampu mengatasi berbagai ancaman

    yang membahayakan bagi dirinya, danjuga mampu menyelesaikan berbagaipermasalahan yang dihadapinya.Keunggulan akademik adalah tujuandasar sebuah lembaga pendidikan.Keunggulan akademik berbedadengan sekedar lulus ujian.Keunggulan akademik mencakup didalamnya sikap-sikap, cinta akan ilmu,kemampuan berpikir kritis, teguh padapendirian, serta mau mengubahpendirian berdasarkan pertimbangandan argumentasi yang matang,memiliki keterbukaan akan pemikiranorang lain, berani terus menerusmelakukan evaluasi dan kritik diri,terampil mengkomunikasikan

    gagasan, pemikiran, mengembangkanrasa penasaran intelektual. Darikecintaan akan ilmu itu, akan tumbuhinovasi, kreasi dan pembaharuandalam bidang keilmuan.

    4. Penguasaan diri, nilai ini tergambardalam panel relief ke 2,menggambarkan kura-kura yang tidakteguh memegang peraturan yang telahdisepakati dan tidak mampu menahandiri karena mendengar cemoohan dariorang lain, akhirnya mendapatkan

    nasib yang buruk. Pada panel ke-5digambarkan tentang terpisahnyapersaudaraan antara 2 sahabat yaitubanteng dan singa. Keduanya tidakmampu mengendalikan emosinya dantidak mempercayai sahabatnya,sehingga akhirnya mereka berkelahidan mati karena termakan olehhasutan serigala. Sedangkan padapanel relief ke-6 digambarkan tentanggajah yang mendapat balasan darimahluk lain yang telah

    diperlakukannya dengan sewenang-wenang. Dari ketiga cerita tersebutdapat diambil ajaran pendidikannyabahwa manusia harus dapatmenguasai emosinya, danmengendalikan diri serta tidak bolehberlaku sewenang-wenang terhadapmahluk lain. Nilai penguasaan dirimerupakan kemampuan individu untukmenguasai emosi dan perasaannya,serta mau mengarahkan seluruhdorongan emosi pada tujuan yangbenar, selaras dengan panduan akalbudi. Penguasaan diri termasuk di

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    7/12

    Be r k a l a A r k eol o gi V o l.33 Ed i si N o .2 /N ov ember 2013 233

    dalamnya sikap-sikap, kesediaanmengolah emosi dan perasaan, maumenempatkan kecondongan rasaperasaan sesuai dengan konteks dantujuan yang tepat. Penguasaan diritermasuk di dalamnya kemampuanindividu dalam menempatkan diri,bertindak, dan berkata-kata secarabijak dalam ruang dan waktu yangtertentu.

    5. Keberanian, nilai ini tergambar dalampanel relief ke 3, 4, 6, 7, 9, dan 10.Dalam panel-panel ini diceritakantentang tokoh-tokoh cerita yangmemiliki keberanian untuk melakukanhal yang baik meskipun kedudukanmereka lebih lemah dibandingkan

    tokoh yang mereka lawan. Ceritarelief-relief ini menjelaskan bahwamanusia harus memiliki keberaniandan berjuang gigih untuk menegakkancita-citanya. Keberanian merupakankeutamaan yang memungkinkanindividu mampu melakukan sesuatudan merealisasi apa yang dicita-citakannya. Keberanian termasuk didalamnya kesediaan untuk berkorbandemi nilai-nilai yang menjadi prinsiphidupnya, tahan banting, gigih, kerja

    keras, karena individu tersebutmemiliki cita-cita luhur yang ingindicapai dalam hidupnya. Keberanianmerupakan dorongan yangmemungkinkan individu mewujudnyatakan. Keberanian jugamencerminkan sikap membelaterhadap mahluk lain yang lemah atausedang menghadapi kesulitan.

    6. Cinta kebenaran merupakan dasarpembentukan karakter yang baik.Manusia merindukan kebenaran.

    Dengan akal budinya, manusiaberusaha mencari, menemukan danmelaksanakan apa yang diyakinisebagai kebenaran. Prinsip berpegangteguh pada kebenaran mestiditerapkan bagi praksis individuataupun dalam kehidupan bersama.Cinta akan kebenaran yang sejatimemungkinkan seseorang beranimengorbankan dirinya sendiri demikebenaran yang diyakininya.Keteguhan nilai-nilai akan kebenaranmenentukan identitas manusiasebagai pribadi berkarakter. Nilai ini

    tergambar dalam panel relief ke-10,yang menggambarkan tentang ketamyang menyelamatkan Brahmana yangsebelumya telah menyelamatkanhidupnya. Keberanian sang Ketamdalam melindungi sang Brahmanamenunjukkan bahwa ketammemegang teguh nilai-nilai kebenaran,budi baik harus dibalas dengan budibaik pula.

    7. Terampil (kompeten), nilai inidigambarkan pada panel relief ke- 13,tentang kambing yang memintabantuan pada gajah untuk mengantarkembali ke kelompoknya. Kemampuankambing untuk membujuk sang Gajah,membuat gajah bersedia membantu

    kambing. Kisah ini menggambarkanketerampilan seseorang untukberkomunikasi dan meyakinkan oranglain untuk melakukan sesuatu yangdiinginkannya. Pada panel ke-15digambarkan tentang contoh sikapyang tidak layak untuk ditiru, yaitusikap serigala jantan yang hanyamenunggu dan tidak mau berusahakeras untuk mewujudkan apa yangdiinginkannya. Dalam konteks keduacerita ini, memiliki berbagai macam

    kompetensi dan keterampilan yangdibutuhkan, baik bagi perkembanganindividu maupun dalam kerangkapengembangan professional,merupakan syarat utamapengembangan pendidikan karakteryang utuh. Memiliki kemampuan dasarberkomunikasi, baik secara lisanmaupun tulisan, kompeten dalambidang yang digeluti merupakan dasarbagi keberhasilan hidup di dalammasyarakat. Melalui kompetensinya ini

    seorang individu mampu meraih cita-citanya.

    B. Pengelompokan Nilai dalam MatraSosial

    1. Demokratis, pada panel relief ke-3ditunjukkan adanya semangatdemokrasi dari para tetua kura-kurauntuk mengambil keputusan demikepentingan bersama, dankeikutsertaan seluruh anggotakelompok untuk ikut mendukungterwujudnya hasil keputusan tersebutdengan kesediaan mereka

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    8/12

    234 Be r k a l a A r k eol o gi V o l .33 Ed i si N o .2 /N ov embe r 2013

    bekerjasama mengalahkan sangGaruda. Pada masa sekarang sikapdemokratis ini harus dimunculkandengan adanya kesadaran bahwamasyarakat global hidup dalamkebersamaan dengan orang lain,saling membutuhkan satu sama lain.Masyarakat tidak dapat hidup secaratertutup sebab keterhubungan satusama lain itu merupakan kondisifaktual manusia. Oleh karena itu,setiap individu mesti belajarbagaimana hidup bersama, mengaturtatanan kehidupan secara bersamasehingga inspriasi dan aspirasiindividu dapat tercapai. Demokrasimengandaikan bahwa individu

    memiliki otonomi dalam kebersamaan.Demokrasi termasuk di dalamnyapengembangan dan penumbuhansemangat kebangsaan.

    2. Menghargai perbedaan, panel reliefke-2 dan ke-13 menggambarkantentang persahabatan dua jenis hewanyang berbeda jenis, yaitu Kura-kuradan Angsa, serta Kambing dan Gajah.Keduanya menunjukkan sikap salingmenghargai dan membantu temannyayang sedang menghadapi kesulitan.

    Dalam hal ini yang perlu disadari olehsiapapun bahwa perbedaan adalahkodrat manusia. Menghargaiperbedaan merupakan sikapmendasar yang mesti ditumbuhkandalam diri individu. Terlebih dalamkehidupan berbangsa dan bernegaradi Indonesia, menghargai perbedaanmesti ditumbuhkan dalam diri setiapindividu. Negara kita berdiri karenapara pendiri bangsa ini menghargaiperbedaan. Dalam perbedaan itu,

    mereka ingin mempersatukankekuatan dan tenaga dalammembangun bangsa.

    3. Tanggung jawab merupakan unsurpenting bagi pengembanganpendidikan karakter karena terkaitdengan ekspresi kebebasan manusiaterhadap dirinya sendiri dan oranglain. Tanggung jawab ini memiliki tigadimensi : tanggung jawab kepada(relasi antar individu dengan oranglain), tanggung jawab bagi (hubunganindividu dengan dirinya sendiri), sertatanggung jawab terhadap (hubungan

    individu terkait dengan tugas dantanggung jawabnya di dalammasyarakat). Dalam panel ke-2, 3, 5,8, 10, 11, dan 15. Panel ke-2 dan 3,menjelaskan bahwa seseorang harusbertanggungjawab terhadap segalaaturan dan keputusan yang telahdisepakati. Kura-kura yang tidak patuhpada peraturan, akhirnya harusmenerima akibat buruknya.Sedangkan garuda yang berhasildikalahkan oleh kura-kura bersediamematuhi aturan yang telahdisepakati. Pada panel ke-5 dan ke-11digambarkan tentang serigala danburung yang mati karenakeserakahannya. Cerita ini

    menggambarkan bahwa manusiaharus selalu berhati-hati dalamberbicara, bersikap danbertingkahlaku, karena semua bentukperbuatan harus dapat dipertanggungjawabkan. Panel ke-8menggambarkan tentang perempuanyang mendapat musibah karena tidakmampu menjaga kepercayaan dankekayaan suaminya, sedangkan panelke-15 menggambarkan tentangserigala jantan yang berusaha

    melakukan tugasnya sebagai suamiyang bertanggung jawab untukmemenuhi keinginan istrinya,meskipun cara yang dilakukannyatidak layak untuk dijadikan contohkarena tidak menunjukkan adanyausaha yang keras. Panel ke-10menggambarkan sikap berani ketamyang merasa bertanggungjawab untukmembalas budi terhadap keselamatanBrahmana yang telah menolongnya.

    4. Keadilan, bersikap adil dan mau

    memperjuangkan keadilan adalahsikap dasar pribadi yang memilikikarakter. Keadilan penting untukdiperjuangkan karena manusiamemiliki kecenderungan untukantisosial. Untuk itulah, diperlukankomitmen bersama agar masing-masing individu dihargai. Panel ke-3dan ke-6 menggambarkan bagaimanaseseorang harus berlaku adil terhadaporang lain, garuda dan gajah menjadisosok yang berlaku sewenang-wenang terhadap mahluk lain yaitukura-kura dan binatang-binatang kecil

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    9/12

    Be r k a l a A r k eol o gi V o l.33 Ed i si N o .2 /N ov ember 2013 235

    di dalam hutan. Bahwa seharusnyagaruda dan gajah juga harus berlakuadil karena mahluk-mahluk hidup yanglain juga memiliki hak untukmempertahankan kehidupannya.Demikian juga dengan kura-kura danhewan-hewan lain yang beranimelawan garuda dan gajah untukmenegakkan keadilan demimendapatkan haknya. Dalam kontekshidup bersama, keadilan menjadi jiwabagi sebuah tatanan masyarakat yangsehat, manusiawi dan bermartabat.Tanpa keadilan, banyak hak-hakorang lain dilanggar.

    C. Pengelompokan Nilai dalam Matra

    Moral1. Integritas moral, semua panel reliefcerita hewan pada candi Sojiwanmenunjukkan adanya integritas moral.Contoh yang baik menjadi perilakumoral yang dapat ditiru sedangkanperilaku yang buruk menjadi contohuntuk tidak ditiru dan tidak dilakukan.Intregitas moral merupakan sasaranutama pembentukan individu dalampendidikan karakter. Integritas moralmenjadikan masing-masing individu

    dalam masyarakat plural mampubekerja sama memperjuangkan danmerealisasikan apa yang baik, yangluhur, adil dan bermartabat bagimanusia, apapun perbedaankeyakinan yang mereka miliki.Integritas moral memberikanpenghargaan utama terhadapkehidupan, harkat dan martabatmanusia sebagai makhluk ciptaanyang bernilai dan berharga, apapunkeadaan dan kondisinya. Kehadiran

    individu yang memiliki integritas moralmenjadi dasar bagi konstruksi sebuahtatanan masyarakat beradab.Integritas moral muncul jika individumampu mengambil keputusan melaluiproses pertimbangan rasional yangbenar, dan melaksanakannya dalamtindakan secara bijak, sesuai dengankonteks ruang dan waktu tertentu.Integritas moral termasuk di dalamnyakemampuan individu untuk membuatkebijakan praktis yang bermakna bagihidupnya sendiri dan orang lain.

    Makna Relief Cerita Hewan pada CandiSojiwan sebagai Media PendidikanKarakter

    Dengan kajian interaksi simbolikdapat diketahui bahwa relief cerita hewanpada candi Sojiwan merupakan hasilkebudayaan yang di dalamnya memuatide-ide seniman berkaitan dengan dogmadan nilai-nilai keagamaan, pedomanhidup, cinta kasih, pendidikan dansebagainya yang pada intinyamenyampaikan pesan kepada siapa sajayang menyimak dan memperhatikanmakna yang dimuat dalam karya senitersebut. Seniman yang membuat reliefcerita hewan adalah komunikator yang

    tugasnya menuangkan pesan melaluisimbol-simbol perilaku tokoh cerita dalamkarya seninya, sedangkan masyarakatbertindak sebagai komunikan yangdiharapkan dapat menangkap pesanyang disampaikan oleh seniman tersebut.Peran seniman dalam mengekspresikankaryanya untuk menyampaikan pesansangat penting, unsur-unsur kebudayaanyang dianut oleh seniman danmasyarakat harus memiliki persamaansehingga akan mempermudah

    masyarakat untuk memahami pesanyang disampaikan melalui karya relief itu.Agar segala ajaran baik tentangkecerdikan, tingkah laku dan nasihat-nasihat mudah diserap oleh masyarakatmaka dipahatkanlah cerita itu padadinding-dinding candi sebagai tempatibadat.

    Pesan-pesan pada relief ceritamengandung pendidikan budi pekertibagi masyarakat pada masa itu. Simbol-simbol yang dipakai pada relief cerita

    mempunyai hubungan yang erat denganunsur-unsur yang ada dalam masyarakat,baik unsur yang ada dan hidup di masalampau maupun yang ada dan hidup dimasa kini. Dari berbagai tema yang adadalam relief cerita, cerita hewan dipilihkarena cerita ini banyak dikenal olehmasyarakat dari anak-anak sampai orangtua sebagai cerita lisan yang diwariskanturun temurun. Sehingga ajaran budipekerti yang terdapat dalam reliefcandipun bisa dipakai sebagai contohdalam pendidikan karakter pada masakini.

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    10/12

    236 Be r k a l a A r k eol o gi V o l .33 Ed i si N o .2 /N ov embe r 2013

    Nilai-nilai pendidikan karakterdalam relief cerita hewan pada candiSojiwan yang disampaikan oleh pendidikdiharapkan dapat mengembangkanseluruh dimensi pengolahan diri manusiasecara integral, yaitu : olah pikir, olahrasa, olah hati, dan olah raga. Dalamolah pikir, peserta didik diajar untukmemahami nilai-nilai secara benar,sehingga peserta didik dapat mengetahuimengapa ia melakukan sebuah tindakandan mengapa tindakan yang dilakukandapat dibenarkan secara moral. Melaluiolah rasa, peserta didik diajak untukmemahami kebesaran Illahi danmengagumi segala ciptaanNya sertaberbagai dimensi estetika yang dapat

    hadir dalam ekspresi manusia. Dalamolah hati, pemahaman yang benar perluditanamkan dalam diri peserta didiksampai pemahaman nilai-nilai tersebutbenar-benar menjadi bagian dalam

    dirinya. Rasa cinta dan keterlibatansecara emosional yang mendalammemungkinkan tumbuhnya motivasiinternal dalam melaksanakan nilai-nilaitersebut bertumbuh semakin kuat. Disamping itu merawat tubuh diri sendiridan orang lain dalam olah raga, menjadibagian penting dalam pengembanganpendidikan karakter. Karena olah ragabukan hanya sekedar saranapembadanan atas nilai-nilai yang diyakinibenar, melainkan lebih pada bagaimanamanusia menghargai tubuh sebagaibagian utuh dan integral yang menjadi cirikhas kepribadiannya. Penghargaan atastubuh menjadi tanda dihargainya harkatdan martabat manusia.

    Relevansi nilai pendidikan karakteryang termuat dengan relief cerita hewanCandi Sojiwan secara ringkas dapatdilihat pada tabel berikut :

    Tabel 1. Relevansi Relief Cerita Hewan Candi Sojiwan dan Nilai Pendidikan Karakter

    Panel GambarJudulCerita

    Nilai PendidikanKarakter

    Implementasi

    2 Kura-kuradan 2 ekorangsa

    Penguasaan diri,Tanggung jawab,Integritas moral

    Menguasai emosi danmengendalikan diri.Patuh pada peraturan yangdibuat.Bekerja sama merealisasi hal-halbaik.

    3 Garuda danKura-kura

    KeunggulanAkademik,keberanian,demokratis, tanggungjawab, keadilan,integritas moral

    Berpikir cerdas dalammenyelesaikan persoalan.Dapat bekerjasama dan selalumematuhi kesepakatan yangtelah dibuat.

    4 Buaya dan

    Kera

    Keunggulan

    akademik,keberanian, integritasmoral

    Berpikir cerdas dan berjuang

    gigih untuk mewujudkan cita-cita.Membela orang lain yang lemahdan menghadapi kesulitan.

    5 Lembujantan danSinga

    Penguasaan diri,tanggung jawab,integritas moral

    Tidak mudah terhasut dan dapatmengendalikan diri.Selalu menjaga hubungan baikdengan orang lain.

    6 Gajah danSetangkaikayu

    Penguasaan diri,keberanian, keadilan,integritas moral

    Tidak bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain.Berani menegakkan kebenarandan keadilan.

    7 Laki-lakidan Singa

    Keberanian,integritas moral

    Memiliki keberanian dan berjuanggigih untuk melawan

    kesewenangan.

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    11/12

    Be r k a l a A r k eol o gi V o l.33 Ed i si N o .2 /N ov ember 2013 237

    8 PerempuandanSerigala

    Religiositas danestetika,tanggung jawab,integritas moral

    Mensyukuri yang sudah dimilikidan bersikap serakah.Bertanggung jawab terhadaptugas.Membuat kebijakan yangbermakna bagi dirinya.

    9 PemburudanSerigala

    Religiositas danestetika, keberanian,integritas moral

    Tidak serakah dan mensyukurikarunia yang telah diberikan olehTuhan.

    10 Ketam danBrahmana

    Keberanian, cintakebenaran, tanggungjawab, integritasmoral

    Menegakkan kebenaran dankeadilan.Membela orang yang lemah danmenghadapi kesulitan.

    11 BurungBerkepalaDua

    Nilai penghargaanterhadap tubuh,tanggung jawab,integritas moral

    Menumbuhkan kesadaran diriuntuk merawat dirinya dan oranglain, baik jasmani maupun rohani.

    13 Kambingdan Gajah

    Keberanian,tanggung jawab,

    integritas moral

    Berani mengemukakan pendapat.Bersikap terbuka dan saling

    tolong menolong.15 Lembu

    Jantan danSerigala

    Tanggung jawab,integritas moral

    Bertanggung jawab terhadaptugasnya.Berjuang gigih untuk mewujudkancita-cita.

    (Sumber : Klokke, Marijke J. 1993)

    PENUTUP

    Nilai-nilai moral yang dimuat dalamrelief cerita hewan pada candi Sojiwan

    menunjukkan tingginya nilai amanat yangterkandung dalam cerita hewan dantujuan moralisasinya disampaikandengan cara yang halus dan sistematik.Visualisasi nilai-nilai pendidikan karakterdalam relief cerita hewan pada CandiSojiwan diharapkan akan dapatmengembangkan seluruh dimensipengolahan diri manusia secara integral,yaitu : olah pikir, olah rasa, olah hati, danolah raga. Nilai-nilai tersebut merupakanpenggambaran nilai-nilai karakter yang

    harus dimiliki oleh generasi muda untukmenjadi pribadi yang memiliki karakterutuh dan menyeluruh.

    Sekolah dan kalangan pendidikperlu menyusun program pengembanganpendidikan yang berakar dari budayalokal dengan melakukan pembudayaanperilaku yang berbudi pekerti. Jugadiperlukan kepedulian semua pihak,terutama keluarga dan masyarakat untukterlibat dalam pendidikan karakter bagigenerasi muda, melalui pembiasaandalam kehidupan, seperti: religius, jujur,

    disiplin, toleran, tanggung-jawab dansebagainya.

  • 7/24/2019 30-90-1-SM

    12/12

    238 Be r k a l a A r k eol o gi V o l .33 Ed i si N o .2 /N ov embe r 2013

    DAFTAR PUSTAKA

    Adisusilo, Sutarjo JR. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCTsebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada.

    Dipodjojo, Asdi S. 1983. Cerita Binatang dalam Beberapa Relief pada Candi Sojiwan danMendut.Jakarta: Penerbit Lukman Offset.

    Dipodjojo, Asdi S. 1985. Moralisasi Masyarakat Jawa Lewat Cerita Binatang. Yogyakarta:Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi).

    Kemendiknas. 2010. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: PusatPerbukuan Nasional.

    Klokke, Marijke J. 1993. The Tantri Reliefs On Ancient Javanese Candi. Leiden: KITLV

    Press.

    Koentjoroningrat. 1984. Pengantar Antropologi. Jakarta: Penerbit Gramedia.

    Munandar, Agus Aris. 2012. Proxemic Relief Candi-candi Abad Ke 8-10. Jakarta:Wedatama Widya Sastra.

    Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.

    UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    http://www.imadiklus.com/2012/04/kajian-antropologi-teknologi-pendidikan-kasus-trans-misi-budaya-belajar.html. diunduh 11 Nopember 2012.