3 metode penelitian - repository.ipb.ac.id · ... kementerian lingkungan hidup, dan kementrian ......

17
3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilakukan di kawasan mangrove Muara Angke yang termasuk Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk, dan Keluarahan Muara Angke, wilayah Kecamatan Penjaringan, Kota Madya Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Wilayah kajian juga meliputi Sub DAS Sungai Angke, Sub DAS Sungai Cengkareng, dan Sub DAS Sungai Kamal. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Juni 2011. Data sekunder yang dihimpun dari berbagai pihak di antaranya: laporan penelitian (Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Universitas Indonesia, dan LPP Mangrove), instansi terkait (PT. Mandara Permai, PT. Murindra Karya Lestari, Dinas Pertanian dan Kelautan Perikanan, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jakarta atau BKSDA, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah atau BPLHD, dan Badan Pengelola Reklamasi Pantura atau BP Pantura), pemerintah daerah (Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk, Kelurahan Muara Angke, Kecamatan Penjaringan-Kodya Jakarta Utara, dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta) dan pemerintah pusat (Ditjen RLPS dan Ditjen PHKA Kementrian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian Kelautan dan Perikanan). 3.2 Ruang Lingkup, Tahapan Penelitian dan Variabel yang Diamati 3.2.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut: a. Mengkaji kondisi biofisik kawasan mangrove Muara Angke yang meliputi: kondisi geologi dan tanah, hidrologi, iklim, kualitas air, flora dan fauna, dan biota air b. Survei kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat sekitarnya, harapan dan keinginan, potensi permintaan pemanfaatan mangrove, persepsi masyarakat dan swasta terhadap pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke, dan kebijakan

Upload: lykiet

Post on 03-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di kawasan mangrove Muara Angke yang

termasuk Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk, dan Keluarahan Muara Angke,

wilayah Kecamatan Penjaringan, Kota Madya Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. Wilayah kajian juga meliputi Sub DAS Sungai Angke, Sub DAS Sungai

Cengkareng, dan Sub DAS Sungai Kamal.

Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2010 sampai dengan bulan

Juni 2011. Data sekunder yang dihimpun dari berbagai pihak di antaranya: laporan

penelitian (Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB,

Universitas Indonesia, dan LPP Mangrove), instansi terkait (PT. Mandara Permai,

PT. Murindra Karya Lestari, Dinas Pertanian dan Kelautan Perikanan, Balai

Konservasi Sumberdaya Alam Jakarta atau BKSDA, Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Daerah atau BPLHD, dan Badan Pengelola Reklamasi Pantura atau BP

Pantura), pemerintah daerah (Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk, Kelurahan

Muara Angke, Kecamatan Penjaringan-Kodya Jakarta Utara, dan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta) dan pemerintah pusat (Ditjen RLPS dan Ditjen PHKA Kementrian

Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian Kelautan dan

Perikanan).

3.2 Ruang Lingkup, Tahapan Penelitian dan Variabel yang Diamati

3.2.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut:

a. Mengkaji kondisi biofisik kawasan mangrove Muara Angke yang meliputi:

kondisi geologi dan tanah, hidrologi, iklim, kualitas air, flora dan fauna, dan biota

air

b. Survei kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat sekitarnya, harapan dan

keinginan, potensi permintaan pemanfaatan mangrove, persepsi masyarakat dan

swasta terhadap pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke, dan kebijakan

Page 2: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

39

pengelolaan pemerintah (pemerintah daerah kota atau propinsi, pemerintah pusat)

tentang penyelamatan hutan mangrove Muara Angke

c. Valuasi ekonomi sumberdaya mangrove yang dimanfaatkan masyarakat (wisata

terbatas, pendidikan, penelitian, budidaya tambak, tegakan hutan, biota air, fauna

darat, dan jasa lingkungan)

d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke

DKI Jakarta

e. Merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan mangrove

Muara Angke yang berkelanjutan .

3.2.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dengan inventarisasi yang bertujuan untuk

mengetahui aspek biofisik kawasan mangrove Muara Angke (kondisi fisik kimia dan

biologi kawasan), aspek sosial ekonomi dan budaya (penduduk, pendidikan, mata

pencaharian, dan persepsi masyarakat terhadap kondisi kawasan mangrove Muara

Angke), serta kondisi pengelolaan saat ini (potensi kawasan, kegiatan yang telah

dilakukan, rencana program pengelolaan setiap sektor atau instansi serta kondisi, dan

rencana pengembangan infrastruktur).

Kajian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan mangrove Muara

Angke dan valuasi ekonomi sumberdaya mangrove Muara Angke dilakukan untuk

mengetahui kondisi terkini masyarakat (penduduk, pendidikan, mata pencaharian,

pendapatan, harapan dan keinginan, dan interaksi dengan kawasan mangrove) serta

nilai sumberdaya kawasan mangrove. Status keberlanjutan pengelolaan kawasan

mangrove Muara Angke dimaksudkan untuk mengetahui status terkini dan faktor

pengungkit yang perlu didorong untuk mewujudkan pengelolaan kawasan mangrove

Muara Angke berkelanjutan.

Sintesis bertujuan untuk merumuskan “Arahan Kebijakan dan Strategi

Pengelolaan Kawasan Mangrove Muara Angke yang Berkelanjutan” yang didukung

semua pihak, paling optimal bagi pengembangan kawasan mangrove Muara Angke

DKI Jakarta. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3.

Page 3: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

40

Gambar 3 Tahapan penelitian.

3.2.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas: data ekologi, data sosial dan

ekonomi, dan data kebijakan pemerintah (DKI Jakarta dan sektor-sektor

pembangunan terkait). Data ekologi hutan mangrove meliputi: komponen lingkungan

fisik, kimia, dan biologi (air, tanah, pasang surut, kedalaman, debit aliran, sampah

padat, dan vegetasi, satwaliar, dan biota air). Data sosial meliputi kependudukan,

pendidikan, agama, suku, dan adat istiadat. Data ekonomi meliputi data-data yang

terkait dengan kegiatan pembangunan, yaitu perhubungan, kehutanan, perikanan,

perindustrian, pariwisata, dan pemukiman, dsb. Sedangkan data kebijakan pemerintah

yang ditelaah adalah beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tata

ruang, pengelolaan kawasan mangrove, wilayah pesisir, lingkungan, dan kawasan

Kondisi Umum

kawasan mangrove

Kondisi Biofisik

Kondisi Sosial

Ekonomi

Masyarakat

Kondisi

kelembagaan

Status

Keberlanjutan

Pengelolaan

ARAHAN KEBIJAKAN

DAN STRATEGI

PENGELOLAAN

Kebutuhan Masyarakat

dalam Pemanfaatan

Kawasan Mangrove

Tahap-1

Tahap-2

Tahap-3

Deskriptif

Deskriptif

MDS

Analisis

Kebutuhan

A’WOT

Page 4: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

41

konservasi. Selain itu juga dikumpulkan peta-peta tematik yang telah diterbitkan oleh

berbagai unit kerja di wilayah DKI Jakarta.

Tabel 4 Tahap penelitian, jenis data, dan sumber data

No Tahap Jenis Data Sumber Data

1 Mengkaji kondisi dan potensi kawasan

mangrove Muara Angke

Geologi dan tanah, fisiografi,

hidrologi, peruntukan wilayah, sistem

tata air, ekosistem dan keanekaragaman hayati (flora, fauna),

potensi kawasan mangrove, kebijakan

dan sarana prasarana pengelolaan

Observasi, kuesioner,

dan dokumentasi dari

instansi terkait

2 Mengkaji kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat

Kependudukan, matapencaharian, pendidikan, persepsi masyarakat

terhadap kawasan mangrove, harapan

dan keinginan, interaksi masyarakat

dengan kawasan mangrove, peranserta dan kelembagaan.

Monografi desa, kecamatan dan Kota

Jakarta Utara,

wawancara dengan

responden, pengamatan lapang

3 Melakukan valuasi nilai ekonomi total

kawasan Muara Angke

Nilai ekonomi kawasan (mangrove,

perikanan, permukiman, pariwisata,

jasa)

Wawancara dengan

kuesioner kepada

masyarakat , observasi

4 Mengkaji status keberlanjutan

pengelolaan hutan mangrove Muara

Angke

Ekologi, Ekonomi, Sosial,

Kelembagaan

Observasi dan

dokumentasi, serta

pendapat stakeholder

5 Mengidentifikasi kebutuhan stakeholder yang terkait dengan pemanfaatan

mangrove Muara Angke

Kebutuhan stakeholder dalam pemanfaatan dan pelestarian kawasan

Wawancara mendalam kepada stakeholder

6 Menyusun skenario pengelolaan dan merumuskan strategi implementasinya

Preferensi stakeholder dalam kaitan dengan kebijakan pengelolaan

mangrove

Diskusi dengan stakeholder

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji kebijakan pemerintah dan

pemerintah daerah, serta langkah-langkah pengelolaan kawasan mangrove Muara

Angke yang telah dan akan dilakukan, serta terhadap hasil-hasil penelitian biofisik,

sosial ekonomi, yang pernah dilakukan di kawasan mangrove Muara Angke. Laporan

kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah (Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan

dan Perikanan DKI Jakarta, BKSDA DKI Jakarta, dan BPLHD DKI Jakarta) serta

Page 5: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

42

hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi (Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dsb).

3.3.2 Metode Wawancara

Metode Wawancara digunakan untuk memperoleh data persepsi masyarakat

terhadap kawasan mangrove (keberadaan dan manfaat), peranserta, kesadaran

masyarakat dalam pengelolaan kawasan mangrove, dan upaya perbaikan lingkungan,

serta penilaian masyarakat tentang status keberlanjutan kawasan mangrove Muara

Angke.

Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi sumberdaya

mangrove. Pengumpulan data sosial dan ekonomi dilakukan dengan cara survei.

Berdasarkan Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian

yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok. Pemilihan responden sebagai unit penelitian

dilakukan dengan metode penarikan contoh secara acak sederhana. Contoh yang

diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari

populasi mempunyai kesempatan yang sama. Responden adalah kepala keluarga atau

penghuni dewasa dalam suatu rumah tangga, yang berumur di atas 20 tahun, dengan

asumsi bahwa yang bersangkutan dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang ada dalam kuisioner. Data sosial ekonomi tidak seluruhnya berupa data

kuantitatif, sehingga data yang bersifat kualitatif akan diolah secara deskriptif.

Data wisatawan dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner sebagai alat

pengumpulan data. Pemilihan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan

metode penarikan contoh secara acak sederhana dengan memilih wisatawan yang

berumur di atas 20 tahun atau sudah berkeluarga.

Pengumpulan data kelembagaan dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang ada. Sedangkan untuk mengetahui tugas dan fungsi

masing-masing instansi, dilakukan wawancara dengan instansi terkait, baik struktural

maupun keproyekan, dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Harapan dan keinginan

masyarakat tentang kelembagaan pengelolaan hutan mangrove Muara Angke

Page 6: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

43

dilakukan pengumpulan datanya dengan menggunakan kuisioner melalui teknik

wawancara terhadap responden terpilih (LSM, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah,

dan Dinas Teknis terkait).

Wawancara dengan responden untuk mengetahui Nilai Ekonomi Sumberdaya

Mangrove dilakukan dengan alat bantu kuisioner (Lampiran 2). Demikian pula

dengan wawancara terhadap stakeholder (masyarakat, swasta, pakar, dan pemerintah)

untuk mengetahui status keberlanjutan pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke

digunakan kuisioner (Lampiran 3).

Jumlah responden keseluruhan sebanyak 130 orang, dengan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 102 orang (78 %), sedangkan perempuan 28 orang (22 %).

Responden merupakan kepala keluarga dalam rumah tangga masyarakat yang

tersebar di Kelurahan Penjaringan, Tegal Alur, Kamal Muara, Pluit, dan Kapuk

Muara, Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara. Khusus responden untuk

wisatawan telah diwawancarai sebanyak 40 orang yang terdiri atas 35 orang

wisatawan nusantara (winus) dan 5 orang wisatawan mancanegara (wisman).

3.3.3 Metode Survei

Metode survei lapang untuk mengumpulkan data biofisik, sosial ekonomi

masyarakat, dan nilai ekonomi total kawasan mangrove digunakan beberapa teknik

pengumpulan data primer sebagai berikut:

1. Indek Tutupan Vegetasi

Citra yang digunakan dalam kajian ini adalah citra Landsat 7 ETM+ tahun

1989 (mewakili kondisi sebelum dilakukan konversi kawasan mangrove Muara

Angke) dan tahun 2006 (mewakili kondisi tutupan lahan setelah dilakukan konversi

kawasan mangrove dan kegiatan pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke).

Setiap objek di permukaan bumi memiliki karakteristik reflektansi berbeda

pada panjang gelombang tertentu, sehingga karakter unik ini yang dapat membedakan

satu objek dengan objek lain. Secara umum, karakteristik reflektansi spektral pada

suatu tutupan lahan disajikan pada Gambar 4. Adapun karakteristik spektral yang

dimiliki Landsat 7 ETM+ disajikan pada Tabel 5.

Page 7: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

44

Tabel 5 Karakteristik spektral citra Landsat 7 ETM+

Nomor Band Panjang Gelombang (µm) Band

1 0,45 – 0,515 Biru

2 0,525 – 0,605 Hijau

3 0,63 – 0,69 Merah

4 0,75 – 0,90 Infra merah dekat

5 1,55 – 1,75 Infra merah sedang (1)

6 10,4 – 12,5 Infra merah termal

7 2,09 – 2,35 Infra merah sedang (2)

8 0,52 – 0,9 Pankromatik

Gambar 4 Karakteristik reflektansi spektral pada masing-masing tutupan lahan.

Registrasi merupakan kegiatan penyamaan posisi antara satu citra dengan citra

lainnya pada satu lokasi yang sama. Proses ini dilakukan agar posisi piksel suatu citra

bisa dibandingkan. Dalam analisis citra multi waktu, terutama yang berkaitan dengan

perubahan tutupan lahan, registrasi merupakan tahapan pra pengolahan citra yang

vital karena menentukan hasil analisis piksel yang bersangkutan.

Kemampuan spektral yang dimiliki suatu citra dapat digunakan untuk

memperoleh informasi lain yang tidak dapat diperoleh secara langsung melalui

visualisasi citra. Salah satu hasil pemanfaatan spektral yang sering digunakan adalah

indeks vegetasi.

Pada beberapa indeks vegetasi yang dapat diturunkan dari hasil operasi band-

band yang terkandung dalam suatu citra. Normalized Difference Vegetation Index

Tanah Kosong (kering) Vegetasi

Air (jernih)

Panjang gelombang (µm)

Page 8: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

45

(NDVI) merupakan salah satu indeks vegetasi yang umum digunakan, terutama untuk

mengetahui kandungan biomassa suatu lokasi. NDVI menggunakan band infra merah

dekat dan band merah. Adapun rumus yang digunakan adalah:

NIR REDNDVI

NIR RED

(1)

Dimana,

NIR : Nilai digital pada band infra merah dekat

RED : Nilai digital pada band merah

Nilai NDVI yang dihasilkan berkisar antara -1 hingga +1. Vegetasi lebat

diwakili oleh nilai-nilai yang mendekati 1, badan air memiliki nilai mendekati -1,

sedangkan NDVI untuk tanah kosong cenderung mendekati nol.

Klasifikasi indeks tutupan vegetasi ditentukan berdasarkan rentang nilai

NDVI hasil perhitungan. Jumlah klasifikasi kerapatan mengacu pada buku Pedoman

Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Pembagian

klasifikasinya adalah sebagai berikut:

a) Kerapatan tajuk lebat (0,43 ≤ NDVI ≤ 1,00)

b) Kerapatan tajuk sedang (0,33 ≤ NDVI ≤ 0,42)

c) Kerapatan tajuk jarang (-1,00 ≤ NDVI ≤ 0,32)

2. Keanekaragaman Jenis dan Dominasi Jenis Tumbuhan

Hutan mangrove di lokasi penelitian dibedakan menjadi 5 lokasi, yaitu:

Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Lindung, Hutan Wisata, Kebun Bibit, dan

Lahan dengan Tujuan Istimewa. Kelima lokasi atau daerah tersebut memiliki tingkat

kerusakan dan penutupan vegetasi yang berbeda-beda.

Pada jalur-jalur yang telah dibentuk, dibuat petak ukur bertingkat berbentuk

bujur sangkar yang dibuat secara berselang seling. Masing-masing berukuran 10 m x

10 m (tingkat pohon), 5 m x 5 m (tingkat pancang), dan 1 m x 1 m (tingkat anakan)

Page 9: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

46

(Kusmana 1995). Bersamaan dengan pengukuran dilakukan pencatatan pada tally

sheet yang meliputi jenis dan jumlah individu masing-masing jenis.

Stadium pertumbuhan vegetasi mangrove, dibedakan dengan menggunakan

kriteria (Kusmana 1995), yaitu:

a. Anakan : Permudaan mulai kecambah sampai anakan setinggi 1,50 m

b. Pancang : Permudaan dengan tinggi > 1,50 m sampai pohon muda berdiameter

kurang dari 10 cm

c. Pohon : Berdiameter 10 cm atau lebih.

Data yang diperoleh di lapangan digunakan untuk menghitung kerapatan,

frekuensi (penyebaran jenis), dominasi (penguasaan jenis), dan indeks nilai penting

(peran jenis). Persamaan-persamaan yang digunakan untuk pengolahan data vegetasi

mangrove adalah sebagai berikut:

a. Kerapatan (batang/ha) = Jumlah individu suatu jenis

Luas seluruh petak

b. Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100%

Kerapatan seluruh jenis

c. Frekuensi Jenis = Jumlah petak terisi suatu jeins

Jumlah seluruh petak

d. Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100%

Frekuensi seluruh jenis

e. Dominasi Jenis = Luas bidang dasar suatu jenis

Luas seluruh petak

f. Dominasi Relatif (DR) = Dominasi suatu jenis x 100%

Dominasi seluruh Jenis

g. Indeks Nilai Penting (INP) = KR+FR+DR

2. Satwaliar

Data primer yang berkaitan dengan satwaliar diperoleh dengan penjelajahan

atau reconnaisance, yang dilakukan di seluruh hutan mangrove Muara Angke (hutan

lindung, suaka margasatwa, hutan wisata, kebun bibit, dan LDTI), baik mengenai

Page 10: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

47

kondisi habitat secara umum maupun jenis satwaliar terutama yang dilindungi. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi umum kawasan Muara Angke sebagai

habitat satwaliar. Setelah ditemukan jenis satwaliar, dilakukan pengamatan intensif di

tiap tipe vegetasi atau lokasi (habitat) yang ada. Khusus untuk data burung,

pengumpulan data dilakukan dengan metode terkonsentrasi (Consentration Count

Method) dan metode perjalanan untuk menyusun daftar jenis pada lokasi pengamatan

(Alikodra 1990).

3. Valuasi Ekonomi

Dalam studi ini, pendekatan yang digunakan dalam penilaian adalah Nilai

Ekonomi Total (Total Economic Value) yang meliputi (Lihat Gambar 5):

a) Nilai penggunaan langsung adalah barang dan jasa sumberdaya dan lingkungan

mangrove yang digunakan langsung oleh manusia. Nilai penggunaan langsung

yang dihitung dalam studi ini meliputi: kayu komersial, arang, tiang pancang,

kayu bakar, nipah, obat-obatan, kerang, untuk konstruksi dan tanaman obat-

obatan

b) Nilai penggunaan tidak langsung adalah nilai ekonomi yang diterima oleh

masyarakat dari sumberdaya alam dan lingkungan mangrove secara tidak

langsung, seperti manfaat ekologis dari hutan mangrove sebagai penahan abrasi,

penahan intrusi, dan penyerapan karbon

c) Nilai pilihan diturunkan dari pilihan untuk melakukan preservasi bagi penggunaan

barang dan jasa sumberdaya dan lingkungan mangrove di masa yang akan datang

yang tidak dapat digunakan pada saat sekarang

d) Nilai bukan penggunaan merupakan nilai keuntungan yang dapat dinikmati

manusia sehubungan dengan keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan

mangrove. Manusia dapat memberikan nilai pada sumberdaya hutan dengan tanpa

maksud untuk memanfaatkannya pada masa yang akan datang, yaitu mereka

memberikan nilai secara murni pada sumberdaya hutan, dengan harapan

keberadaan sumberdaya hutan tersebut dapat dipertahankan terus-menerus.

Page 11: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

48

Banyak pihak ingin memberi uang, waktu, atau pun barang untuk membantu

melindungi jenis ekosistem yang langka dan akan terancam punah.

Gambar 5 Tipologi barang dan jasa sistem sumberdaya dan lingkungan: Total

Economic Value (Pagiola et Al. 2004).

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif dilakukan untuk mengetahui kondisi dan status terkini

biofisik kawasan mangrove (penutupan lahan berdasarkan Citra Landsat TM tahun

liputan 1989, 2001, dan tahun 2006, keanekaragaman jenis, struktur dan komposisi

jenis, keanekaragaman jenis fauna, biota air dan plankton, kondisi hidrologi atau

hidrooseanografi, kualitas air, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar). Analisis

dieskriptif juga dilakukan terhadap peranserta dan kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan kawasan mangrove, penilaian masyarakat terhadap keberadaan kawasan

mangrove dan upaya perbaikan lingkungan, serta kebutuhan stakeholders). Analisis

deskriptif juga dilakukan terhadap kebijakan dan kelembagaan pengelolaan kawasan

mangrove Muara Angke, serta kegiatan pengelolaan yang telah dan akan dilakukan

pada masa mendatang.

Total Economic Value (TEV)

Use value Non- use value

Direc use value:

Consumptive

Non- consumtive

Indirect use value Option Value Existence value

Page 12: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

49

3.4.2 TEV (Total Economic Valuation)

Pendugaan nilai ekonomi total dilakukan beradasarkan hasil kajian data

lapang, data sekunder, dan hasil wawancara dengan responden. Analisis kuantitatif

nilai ekonomi kawasan mangrove Muara Angke menggunakan dua tahap, seperti

yang dilakukan Ruitenbeek (1992), yaitu (1) Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi

kawasan dan (2) Mengkuantifikasikan manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang.

Metode penelitian yang digunakan untuk valuasi ekonomi hutan mangrove

adalah metode biaya pengganti (replacement cost method/RCM) dan valuasi

kontingensi (contingensi valuation method/CVM) dengan pendekatan kesediaan

pemanfaat hutan mangrove untuk membayar jasa lingkungan (willingness to

pay/WTP) dan kesediaan masyarakat yang terkena dampak untuk menerima

pembayaran jasa lingkungan (willingness to accept/WTA) agar tetap menjaga

keberadaan hutan mangrove. Alasan pemilihan metode RCM dan CVM adalah untuk

menilai jasa lingkungan multifungsi hutan mangrove, khususnya sebagai pelindung

pantai, tempat ikan bertelur, dan berkembangbiak. Asumsi dasarnya yaitu sebagai

informasi dan manfaat mengenai jasa lingkungan hutan dimengerti oleh responden,

harga penawaran mencerminkan preferensi individu responden mengenai perubahan

kualitas lingkungan atas penyediaan jasa lingkungan.

Valuasi nilai ekonomi total kawasan Muara Angke mencakup mangrove,

perikanan, permukiman, pariwisata, dan jasa. Pengambilan data dilakukan secara

langsung melalui kuesioner kepada masyarakat, pemerintah, pengusaha, dan lembaga

swadaya masyarakat. Adapun perhitungan valuasi ekonomi terhadap multifungsi

hutan mangrove dilakukan dengan pendekatan perhitungan hutan mangrove sebagai

fungsi eknomoni, nursery ground, dan pelindung abrasi. Kemauan masyarakat untuk

membayar (WTP) jasa lingkungan hutan mangrove dianalisis secara deskriptif,

análisis korelasi, dan regresi berganda. Kemauan masyarakat sekitar hutan untuk

menerima (WTA) pembayaran jasa lingkungan hutan mangrove dianalisis secara

deskriptif.

Page 13: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

50

3.4.3 Analisis Status Keberlanjutan (MDS)

Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan berkelanjutan

memerlukan data dan informasi tentang kinerja pembangunan kawasan yang ada saat

ini. Kinerja pembangunan tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks

keberlanjutan.

Analisis keberlanjutan pembangunan kawasan Muara Angke dilakukan

melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan penentuan atribut sistem pengembangan

kawasan berkelanjutan yang mencakup lima dimensi (dimensi ekologi, ekonomi,

sosial, kelembagaan, dan teknologi). Tahap penilaian setiap atribut dalam skala

ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, analisis ordinasi yang

berbasis metode “multidimensional scaling” (MDS), penyusunan indeks dan status

keberlanjutan pengembangan kawasan existing condition yang dikaji baik secara

umum maupun pada setiap dimensi (Fauzi dan Anna 2002). Secara lengkap tahapan

analisis keberlanjutan kawasan disajikan pada Gambar 6.

Data yang dikumpulkan dalam kaitan dengan penentuan status keberlanjutan

pembangunan kawasan Muara Angke adalah biogeofisik, fisiografi, hidrologi,

ekosistem pesisir, potensi sumberdaya alam, dinamika penduduk, sistem tata air,

tenaga kerja, penggunaan lahan, sarana dan prasarana wilayah, dan kelembagaan.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, kuesioner MDS, dan dokumentasi dari

instansi terkait.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungan ataupun data

sekunder yang tersedia maka setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang

mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor ini

menunjukkan nilai yang “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain

(Alder et al. 2000). Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak

menguntungkan bagi sistem pengembangan kawasan berkelanjutan. Sebaliknya, nilai

“baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Di antara dua ekstrim

nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara tergantung dari jumlah peringkat pada

setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut diseragamkan yakni tiga peringkat

dengan skor 0, 1, dan 2.

Page 14: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

51

Penentuan Atribut

(meliputi berbagai kategori)

MULAI

Kondisi Kawasan Saat Ini

Skoring Kawasan (mengkonstruksi angka

referensi untuk good, bad, dan anchor)

Multidimensional Scaling

Ordination (untuk setiap atribut)

Simulasi Monte Carlo

(Analisis ketidakpastian)

Leveraging Factor

(Analisis anomali)

Analisis Keberlanjutan

Gambar 6 Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS.

Pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai

terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai

dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Dalam penentuan nilai skor baik atau buruk

pada metode analisis keberlanjutan ini berkaitan dengan persepsi sehingga suatu

atribut harus dilihat terlebih dahulu dari persepsi apa.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software

Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries). Teknik Rapfish adalah suatu metode multi

disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan pengelolaan mangrove

berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai.

Dalam analisis Rapfish setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan

status sumberdaya tersebut. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap

aspek yang dikaji dalam bentuk skala 0 sampai 100 %. Jika sistem yang dikaji

mempunyai nilai indeks lebih dari 75 % maka pengembangan tersebut berkelanjutan

(sustainable) dan sebaliknya jika kurang dari 75 % maka sistem tersebut belum

berkelanjutan (unsustainable).

Page 15: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

52

Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut

apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan di

lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root

mean square” (RMS) ordinasi, khususnya pada sumbu X atau skala sustainabilitas

(Alder et al. 2000). Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu

atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan

nilai indeks keberlanjutan pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin

sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengembangan kawasan di

lokasi studi.

3.4.4 Analisis A’WOT (Integrasi SWOT dan AHP)

Dalam penentuan strategi pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke

dilakukan dengan metode partisipatif dengan menggunakan analisis A’WOT, yakni

integrasi antara Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan analisis SWOT

(strengths, weaknesess, opportunities, dan treaths).

Penggunaan A’WOT dimasudkan untuk penelusuran permasalahan secara

bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi pengelolaan

terbaik dengan cara:

1) Mengamati secara sistematis dan meneliti ulang tujuan dan alternatif strategi atau

cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini kebijakan yang baik

2) Membandingkan secara kuantitatif dari segi manfaat dan resiko dari tiap alternatif

3) Memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan

4) Membuat strategi pemanfaatan secara optimal, dengan cara memilih atau

menentukan prioritas kegiatan.

Penetapan prioritas kebijakan (strategi pengelolaan) dalam A’WOT dilakukan

dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-

faktor yang tidak terukur (intangible) ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat

dibandingkan. Untuk menyusun faktor-faktor strategis digunakan matriks SWOT

yang dapat menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi, dapat

Page 16: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

53

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

Hasil analisis SWOT dilanjutkan dengan AHP, AHP akan membantu

meningkatkan analisis SWOT dalam mengkolaborasikan hasil keputusan situasional

sehingga keputusan strategi alternatif dapat diprioritaskan. Tahap terpenting dari

AHP adalah penilaian perbandingan berpasangan, yang pada dasarnya merupakan

perbandingan tingkat kepentingan antar komponen dalam suatu tingkat hirarki (Saaty

1993).

Dalam melakukan perhitungan matriks, akan sangat rumit sehingga

diperlukan paket komputer khusus mengenai AHP. Pengolahan data berbasis

komputer menggunakan software Expert Choice 2000. Expert Choice merupakan

perangkat lunak sistem pendukung keputusan yang didasarkan atas metodologi

decision-making yakni Analytic Hierarchy Process (AHP). Kelebihan perangkat

lunak ini antara lain dapat: (1) memudahkan identifikasi tujuan, (2) memudahkan

identifikasi full range solusi-solusi alternatif, (3) evaluasi kunci trade-off di antara

tujuan dan alternatif, dan (4) memungkinkan membuat keputusan yang dipahami

sepenuhnya dan didukung oleh seluruh stakeholder.

Langkah-langkah dalan analisis data dengan AHP adalah:

1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah

2) Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan

kriteria yang paling bawah

3) Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang

setingkat di atasnya, perbandingan berdasarkan judgment dari para pengambil

keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan

elemen lainnya. Untuk mengkuantifikasi data kualitatif pada materi wawancara

digunakan nilai skala komparasi 1-9 berdasarkan skala Saaty

4) Melakukan perbandingan berpasangan. Kegiatan ini dilakukan oleh stakeholder

yang berkompeten berdasarkan hasil analisis stakeholder

Page 17: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · ... Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementrian ... dan jasa lingkungan) d. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ... pemanfaatan

54

5) Menghitung akar ciri, vektor ciri, dan menguji konsistensinya. Jika tidak

konsisten maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi. Indeks Konsistensi

(CI) menyatakan penyimpangan konsistensi dan menyatakan ukuran tentang

konsisten tidaknya suatu penilaian perbandingan berpasangan. Nilai pengukuran

konsistensi diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban dari responden

karena akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil.