2ganyong-agus3

8
ESTIMASI EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS USAHATANI GANYONG (Studi Kasus di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis) ESTIMATION OF ECONOMIC AND TECHNICAL EFFICIENCY OF GANYONG FARMING (Case Study in Countryside of Sindanglaya, District Of Panjalu, Ciamis) Agus Yuniawan Isyanto dan Dadi Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi teknis dan ekonomis pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus pada kelompoktani Harapan Mulya di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, dan dilaksanakan sensus pada 33 anggota kelompoktani tersebut. Efisiensi teknis didekati dengan menggunakan fungsi produksi Frontir dimana perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program komputasi frontier, sedangkan efisiensi teknis didekati melalui rasio antara nilai produk marjinal (NPM) dengan harga satuan input. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata petani ganyong telah mencapai efisiensi secara teknis dengan nilai rata-rata efisiensi teknis yang dicapai sebesar 0,995. Penggunaan sarana produksi lahan berpengaruh terhadap produksi ganyong, sedangkan faktor produksi bibit, pupuk dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi ganyong. Penggunaan faktor produksi lahan, urea, pupuk kandang, dan tenaga kerja belum efisien sehingga perlu ditambah, sedangkan penggunaan faktor produksi bibit dan pupuk TSP tidak efisien sehingga perlu dikurangi untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomis. Kata kunci: usahatani ganyong, efisiensi teknis, efisiensi ekonomis ABSTRACT The aim of this research was to know technical and economies efficiency on ganyong farming in Sindanglaya Village District of Panjalu Ciamis Regency. Research was done by using case study in Harapan Mulya group of farmers in Sindanglaya Village District of Panjalu Ciamis Regency, and using census of all of 33 members of group farmer. Technical efficiency was conducting by using Frontir production function, while economies efficiency was conducting by using ratio of value of marginal product with input price. The research result showed that average farmer had technical efficiency with the average of technical efficiency was 0,995. Land was influencing the production, while seed, fertilizer and labour was not influencing production. Using of land, urea, organic fertilizer and labour was not efficient yet so must be increased, while seed and TSP fertilizer not efficient so must be decreased to reached the economies efficiency. Keywords: ganyong farming, technical efficiency, economies efficiency

Upload: miftahol-hidayah

Post on 09-Aug-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

EFISIENSI PRODUKSI

TRANSCRIPT

Page 1: 2Ganyong-Agus3

ESTIMASI EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS USAHATANI GANYONG

(Studi Kasus di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis)

ESTIMATION OF ECONOMIC AND TECHNICAL EFFICIENCY OF GANYONG

FARMING (Case Study in Countryside of Sindanglaya, District Of Panjalu, Ciamis)

Agus Yuniawan Isyanto dan Dadi

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis

ABSTRAK Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi teknis dan ekonomis pada

usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus pada kelompoktani Harapan Mulya di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, dan dilaksanakan sensus pada 33 anggota kelompoktani tersebut. Efisiensi teknis didekati dengan menggunakan fungsi produksi Frontir dimana perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program komputasi frontier, sedangkan efisiensi teknis didekati melalui rasio antara nilai produk marjinal (NPM) dengan harga satuan input.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata petani ganyong telah mencapai efisiensi secara teknis dengan nilai rata-rata efisiensi teknis yang dicapai sebesar 0,995. Penggunaan sarana produksi lahan berpengaruh terhadap produksi ganyong, sedangkan faktor produksi bibit, pupuk dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi ganyong. Penggunaan faktor produksi lahan, urea, pupuk kandang, dan tenaga kerja belum efisien sehingga perlu ditambah, sedangkan penggunaan faktor produksi bibit dan pupuk TSP tidak efisien sehingga perlu dikurangi untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomis. Kata kunci: usahatani ganyong, efisiensi teknis, efisiensi ekonomis

ABSTRACT

The aim of this research was to know technical and economies efficiency on ganyong farming in Sindanglaya Village District of Panjalu Ciamis Regency. Research was done by using case study in Harapan Mulya group of farmers in Sindanglaya Village District of Panjalu Ciamis Regency, and using census of all of 33 members of group farmer. Technical efficiency was conducting by using Frontir production function, while economies efficiency was conducting by using ratio of value of marginal product with input price.

The research result showed that average farmer had technical efficiency with the average of technical efficiency was 0,995. Land was influencing the production, while seed, fertilizer and labour was not influencing production. Using of land, urea, organic fertilizer and labour was not efficient yet so must be increased, while seed and TSP fertilizer not efficient so must be decreased to reached the economies efficiency. Keywords: ganyong farming, technical efficiency, economies efficiency

Page 2: 2Ganyong-Agus3

PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Bina Produksi

Tanaman Pangan (2001) mencatat, bahwa

kebutuhan bahan pangan utama nasional

khususnya padi diperkirakan 53,185 juta

ton GKG, sedangkan angka sementara

produksi padi pada tahun 2000 baru

mencapai 51,179 juta ton GKG. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sampai

saat ini pemenuhan kebutuhan pokok

beras nasional masih sangat labil dan kritis.

Hal ini selaras dengan pendapat Husodo

(2001) yang menyatakan, bahwa sampai

saat ini Indonesia masih harus mengimpor

beras sebanyak 2 juta ton rata-rata per

tahun.

Salah satu alternatif pemenuhan

kebutuhan pangan masyarakat yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun

adalah upaya diversifikasi pangan

masyarakat dari beras ke non beras.

Komoditas pangan non beras di Indonesia

sangat besar dan berpotensi untuk

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,

misalnya jagung dan umbi-umbian seperti

talas, ganyong, singkong, ubi jalar dan

sebagainya (Ariani dan Ashari, 2003).

Salah satu upaya pengembangan

diversifikasi konsumsi pangan dilaksanakan

melalui pengembangan pangan lokal. Hal

ini berdasarkan pertimbangan bahwa

pangan lokal merupakan jenis pangan yang

sudah dikenal, mudah diperoleh di suatu

wilayah dan mudah diusahakan baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun

sebagai komoditas perdagangan.

Kabupaten Ciamis memiliki

berbagai jenis pangan lokal yang

mempunyai potensi yang cukup besar

untuk dikembangkan, baik sebagai bahan

pangan pokok pengganti beras, sumber

karbohidrat, maupun sebagai sumber

bahan baku industri bahan pangan.

Komoditas pangan lokal non beras di

Kabupaten Ciamis yang mempunyai

potensi untuk dikembangkan antara lain

ganyong. Usahatani ganyong di Kabupaten

Ciamis pada saat ini baru dilaksanakan di

Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu

Kabupaten Ciamis dengan luas lahan

sebesar 2 ha (Badan Bimas Ketahanan

Pangan Kabupaten Ciamis, 2003).

Pada tataran empiris, masih

terdapat isu kritis pada petani sebagai

pelaku utama usahatani (subsistem

agribisnis budidaya) yakni rendahnya nilai

tambah yang diterima, sehingga tingkat

pendapatan mereka kecil. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya kemampuan

mengakses sumber modal, lahan garapan

sempit, posisi tawar rendah, sifat produk

cepat rusak dan jumlah banyak (perishable

dan bulky) serta struktur non-usahatani

yang dispersial, asimestris, dan cenderung

terdistorsi, yang menimbulkan masalah

transmisi (pass through problems). Sedangkan

fenomena lingkaran setan sosial ekonomi

modern terjadi pada kondisi permodalan,

penguasaan teknologi, dan produktivitas

fisik yang relatif tinggi, namun nilai tambah

yang diterima petani kecil. Pada kondisi

demikian, petani menghadapi suatu

paradoks produktivitas, di mana

produktivitas semakin meningkat tetapi

pendapatan riil yang diterima petani tetap

kecil (Saragih, 2001).

Penelitian ini dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi

teknis dan efisiensi ekonomis pada

usahatani ganyong.

METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa

Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten

Ciamis pada bulan Maret sampai dengan

Page 3: 2Ganyong-Agus3

Oktober 2005. Penelitian dilaksanakan

dengan menggunakan studi kasus.

Variabel digunakan dalam penelitian

ini meliputi: (1) Variabel terikat (dependent

variable) yaitu hasil produksi usahatani

ganyong yang dinyatakan dalam satuan

kilogram (kg,) dan (2) Variabel bebas

(independent variable) yang meliputi :

a. Luas lahan adalah luas lahan yang

diusahakan petani untuk usahatani

ganyong, baik sewa maupun milik

sendiri, dan diukur dalam satuan hektar

(ha).

b. Bibit adalah bibit ganyong, diukur

dalam satuan kilogram.

c. Pupuk urea diukur dalam satuan

kilogram (kg).

d. Pupuk TSP diukur dalam satuan

kilogram (kg).

e. Pupuk kandang adalah pupuk yang

digunakan petani yang berasal dari

kotoran sapi, ayam maupun kambing,

dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

f. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang

digunakan dalam usahatani ganyong

baik tenaga kerja keluarga maupun dari

luar keluarga, dan diukur dalam satuan

Hari Kerja Pria (HKP).

Usahatani ganyong di Kabupaten

Ciamis hanya dilaksanakan oleh Kelom-

poktani Harapan Mulya yang berlokasi di

Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu

Kabupaten Ciamis, dengan jumlah anggota

sebanyak 33 orang. Arikunto (1998)

menyatakan, bahwa apabila populasi

kurang dari 100 orang, maka diambil

seluruhnya sebagai sampel penelitian atau

dilaksanakan sensus. Dengan demikian

pada penelitian ini dilaksanakan sensus

pada seluruh petani anggota Kelompoktani

Harapan Mulya.

Data yang diperlukan meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer

berasal dari responden (first hand) yang

diperoleh melalui teknik wawancara.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari

dokumentasi instansi pemerintah.

Estimasi tingkat efisiensi teknis yang

telah dicapai pada usahatani ganyong

didekati dengan Stochastic Production Frontier

metode Maximum Lokelihood Estimated

(MLE), dengan bentuk umum spesifikasi

model (Sumaryanto, 2001):

Qi = Q(Xki,β)eєi

Qi = keluaran yang dihasilkan oleh

observasi (petani) ke –i

Xk = vektor masukan K yang

digunakan oleh observasi ke –i

Β = vektor koefisien parameter

eєi = “spesific error term” dari observasi ke

–i

Model yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Ln yi = αo + iikik

n

iDxLn

Di mana є1 = vi - ui

Y

X1

X2

X3

X4

X5

X6

=

=

=

=

=

=

=

Produksi ganyong

(kilogram )

Luas lahan (ha)

Bibit (kg)

Urea (Kg)

TSP (Kg)

Pupuk kandang (Kg)

Tenaga kerja (HKP)

Pendugaan parameter menggu-nakan

metode Maximum Likelihood (MLE) dan

komputasinya memanfaatkan progran

FRONTIER Version 4.1 Untuk menye-

lidiki lebih jauh bagaimana sebaran dari

tingkat efisiensi teknis di antara petani

contoh, ditelaah pula bentuk sebarannya

dengan menghitung ukuran kemencengan

(skeweness) distribusi TE.

Page 4: 2Ganyong-Agus3

Untuk menguji hipotesis efisiensi

teknik digunakan uji t (t-test) dengan

formulasi hipotesis sebagai berikut: ET =

Qi-1, maka:

Ho adalah Qi – 1 = 0

Hi adalah Qi – 1 ≠ 0

t hitung = Qi – 1/√ var (Qi) .......

(Mathias, 1991).

Bila t hitung t tabel, maka Ho diterima, artinya

Qi = 1 yakni rasio NPM dengan BKM = 1.

Dengan kata lain penggunaan faktor-faktor

produksi pada usahatani ganyong sudah

efisien.

Bila t hitung > t tabel, maka Hi diterima, artinya

Qi ≠ 1(Qi bisa > 1 atau < 1). Apabila > 1,

berarti penggunaan faktor-faktor produksi

pada usahatani ganyong belum efisien.

Apabila < 1, berarti penggunaan faktor-

faktor produksi pada usahatani ganyong

sudah tidak efisien.

Alat analisis efisiensi harga (efisiensi

alokatif) pada usahatani ganyong adalah

merupakan perbandingan nilai produk

marjinal (NPM) dengan harga input (Px)

sebagai berikut :

EH =

ix

i

P

NPMX

Dimana :

EH = efisiensi harga (efisiensi

alokatif)

Untuk menguji hipotesis efisiensi

harga digunakan NPMXi/HXi dengan

formulasi hipotesis sebagai berikut:

Ho adalah NPMXi/HXi = 1

Hi adalah NPMXi/HXi ≠ 1

Bila NPMXi/HXi = 1, maka Ho

diterima artinya usahatani ganyong sudah

mencapai efisiensi harga.

Bila NPMXi/HXi ≠ 1, maka Hi

diterima, artinya terdapat dua kemungkinan

dalam usahatani ganyong yaitu belum

mencapai efisien harga bila NPMXi/HXi

> 1, atau tidak mencapai efisiensi harga bila

NPMXi/HXi < 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Responden

Seluruh petani ganyong di Desa

Sindanglaya memiliki lahan untuk

melaksanakan usahataninya kurang dari

0,25 hektar. Sebagian besar responden

(93,94%) termasuk dalam golongan

penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Pendidikan responden didominasi oleh

pendidikan setara SD dan SMP masing-

masing 45,45 %. Sebagian besar responden

(57,58 %) memiliki tanggungan keluarga 1-

3 orang.

Fungsi Produksi Frontier Stokastik

Hasil pendugaan fungsi produksi

frontier dengan menggunakan komputasi

program Frontier versi 41 dapat dilihat

pada Tabel 1.

Hasil estimasi fungsi produksi

frontier stokastik sebagaimana terlihat pada

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai

mendekati 1. Jadi, galat satu sisi (one-sided

error) ui mendominasi sebaran galat simetris

dari vi. Hal ini juga didukung oleh nilai LR

test of one-sided error yang sangat nyata.

Ini menunjukkan bahwa hamper semua

variasi dalam keluaran dari produksi

frontier dapat dianggap sebagai akibat dari

tingkat pencapaian efisiensi teknis yang

berkaitan dengan persoalan manajerial

dalam pengelolaan usahatani.

Penggunaan faktor produksi lahan

berpengaruh nyata dan positif terhadap

produksi pada usahatani ganyong. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat produksi

masih berbanding lurus dengan luas lahan

garapan. Dengan kata lain di lokasi

penelitian belum ada petani yang

menerapkan temuan-temuan terobosan

teknologi yang inovatif yang

Page 5: 2Ganyong-Agus3

memungkinkan peningkatan produktivitas

secara nyata.

Penggunaan bibit dalam usahatani

ganyong menunjukkan nilai koefisien

negatif yang menunjukkan bahwa

penggunaan bibit tersebut berlebihan

sehingga perlu dikurangi.

Tabel 1. Hasil Dugaan Parameter Fungsi Produksi Frontier Stokastik

Parameter Nilai

Intersep (0)

Luas lahan (1)

Bibit (2)

Pupuk Urea (3)

Pupuk TSP (4)

Pupuk Kandang (5)

Tenaga Kerja (6)

2

Log likelihood function LT Test of the one-sided error

5,0832 (0,7285) 1,1586* (0,2142) -0,0983

(0,1518) 0,0056

(0,1066) -0,1473

(0,1602) 0,0536

(0,1731) 0,0318

(0,0226) 0,5636E-04

0,750 126,110 1,5852

angka dalam kurung menunjukkan galat baku (standard error) * signifikan pada = 0,05

Penggunaan pupuk, baik pupuk

kandang maupun pupuk buatan, tidak

berpengaruh terhadap produksi pada

usahatani ganyong. Namun demikian

terdapat perbedaan tanda pada koefisien

masing-masing pupuk, dimana koefisien

untuk pupuk Urea dan pupuk kandang

bernilai positif sedangkan pupuk TSP

bernilai negatif. Ini menunjukkan bahwa

penggunaan pupuk TSP berlebihan

sehingga perlu dikurangi, sedangkan

penggunaan pupuk Urea dan pupuk

kandang masih kurang sehingga perlu

ditambah. Pengurangan penggunaan pupuk

TSP disertai dengan penambahan pupuk

Urea dan pupuk kandang dapat

meningkatkan hasil produksi pada

usahatani ganyong.

Penggunaan tenaga kerja pada

usahatani ganyong mempunyai nilai

koefisien positif yang menunjukkan bahwa

penggunaan tenaga kerja pada usahatani

ganyong masih kurang. Hal ini

menunjukkan ketersediaan tenaga kerja

dimana pada saat ini cenderung sulit untuk

mendapatkan tenaga kerja yang mau

bekerja pada sektor pertanian.

Tingkat Efisiensi Teknis

Tingkat efisiensi teknis usahatani

ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan

Panjalu Kabupaten Ciamis dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-

rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai

petani dalam melaksanakan usahatani

Page 6: 2Ganyong-Agus3

ganyong adalah 0,995. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata petani telah

mampu mencapai efisiensi teknis dalam

melaksanakan usahatani ganyong. Dengan

kata lain, pada usahatani ganyong tersebut

telah dapat dicapai tingkat produksi

maksimum dengan penggunaan faktor-

faktor produksi yang ada. Nilai standar

deviasi dari efisiensi teknis yang dicapai

menunjukkan adanya homogenitas petani

dalam pencapaian efisiensi teknis tersebut.

Tabel 2. Rata-rata Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Ganyong

No Parameter Nilai

1 2

Rata-rata Standar deviasi

0,995 0,003

Efisiensi teknis yang telah dicapai

oleh petani dalam melaksanakan usahatani

ganyong dapat divisualisasikan sebagai-

mana terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan bahwa

sebagian besar petani memiliki tingkat

efisiensi teknis dalam melaksanakan

usahatani ganyong di atas rata-rata 0,995.

Namun demikian terlihat adanya beberapa

petani yang memiliki efisiensi teknis di

bawah rata-rata, yaitu petani nomor 5, 6, 8,

17, 21, 25 dan 30. Pada petani golongan ini

diperlukan pelaksanaan kegiatan

penyuluhan yang lebih intensif agar mereka

dapat meningkatkan efisiensi teknis

usahataninya.

0,97500

0,98000

0,98500

0,99000

0,99500

1,00000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Petani

Kel

ompo

k TE

Gambar 2. Efisiensi Teknis Usahatani Ganyong

Tingkat Efisiensi Ekonomis

Efisiensi ekonomis pada usahatani

ganyong dengan memperhitungkan rasio

antara nilai produk marjinal (NPM) dengan

harga faktor produksi dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa

penggunaan faktor produksi lahan, pupuk

Urea, pupuk kandang, dan tenaga kerja

pada usahatani ganyong belum efisien.

Artinya penggunaan faktor-faktor produksi

tersebut dari sisi ekonomis masih kurang

sehingga perlu ditambah. Penambahan

faktor produksi tersebut akan

menyebabkan tercapainya tingkat efisiensi

ekonomis dari usahatani ganyong.

Page 7: 2Ganyong-Agus3

Penggunaan faktor produksi bibit

dan pupuk TSP pada usahatani ganyong

tidak efisien, artinya penggunaan faktor

produksi tersebut berlebihan sehingga

perlu dikurangi. Pengurangan faktor

produksi tersebut akan menyebabkan

tercapainya tingkat efisiensi ekonomis dari

usahatani ganyong.

Tabel 3. Efisiensi Usahatani Ganyong

No Faktor Produksi Nilai Efisiensi

Ekonomis Keterangan

1 2 3 4 5 6

Lahan (X1) Bibit (X2) Pupuk Urea (X3) Pupuk TSP (X4) Pupuk Kandang (X5) Tenaga Kerja (X6)

12,274 -138,378

4,888 -91,574 228,747

2,259

Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Belum efisien

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Usahatani ganyong di Desa Sindanglaya

Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis

telah mencapai tingkat efisiensi teknis,

dengan nilai rata-rata efisiensi teknis

yang dicapai 0,995. Meskipun demikian

terdapat beberapa petani yang memiliki

nilai efisiensi teknis di bawah rata-rata

yang perlu mendapatkan penyuluhan

yang lebih intensif dibandingkan dengan

petani yang memiliki nilai efisiensi

teknis di atas rata-rata. Faktor produksi

lahan berpengaruh terhadap produksi,

sedangkan faktor produksi bibit, pupuk,

dan tenaga kerja tidak berpengaruh

terhadap produksi usahatani ganyong.

2. Penggunaan faktor produksi lahan,

pupuk Urea, pupuk kandang, dan tenaga

kerja belum efisien sehingga perlu

dilakukan penambahan penggunaan

faktor produksi tersebut dalam

pelaksanaan usahatani ganyong.

Sebaliknya penggunaan faktor produksi

bibit dan pupuk TSP tidak efisien

sehingga perlu dilakukan pengurangan

penggunaan faktor produksi tersebut.

Penambahan maupun pengurangan

faktor produksi tersebut akan

mewujudkan tercapainya tingkat

efisiensi ekonomis pada pelaksanaan

usahatani ganyong.

Saran

Tercapainya efisiensi teknis belum

menjamin tercapainya pendapatan yang

tinggi pada usahatani ganyong apabila tidak

dibarengi dengan pencapaian efisiensi

ekonomis. Namun demikian pencapaian

efisiensi teknis penting diperhatikan dalam

melaksanakan usahatani ganyong karena

efisiensi teknis menunjukkan kemampuan

petani dalam mencapai tingkat produksi

yang maksimum. Oleh karena itu

penekanan kegiatan penyuluhan ditujukan

kepada petani yang memiliki nilai efisiensi

teknis di bawah rata-rata.

Mengingat bahwa tidak ada satupun

penggunaan faktor-faktor produksi yang

mencapai efisiensi secara ekonomis, maka

perlu dilakukan penyuluhan kepada petani,

khususnya di dalam penggunaan sarana

produksi agar efisien secara ekonomis.

Selain itu perlu difasilitasi agar petani dapat

memperoleh sarana produksi secara mudah

dan dengan harga yang ekonomis, sehingga

tercapai kombinasi penggunaan sarana

produksi dengan harga yang minimum

(least cost combination).

Page 8: 2Ganyong-Agus3

Mengingat bahwa pada penelitian ini

tidak dianalisis mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi efisiensi teknis dan

efisiensi ekonomis, maka perlu

dipertimbangkan mengenai penelitian

lanjutan yang mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi efisiensi teknis dan efisiensi

ekonomis pada usahatani ganyong.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. dan Ashari. 2003. Arah, Kendala, dan Penyingnya Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 21 No. 2, Desember 2003.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Bimas Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis. 2003. Strategi Pengembangan Pangan Lokal

Ganyong (Canna edulis Kerr) dan Talas Seler (Colocasia esculenta L) di Kabupaten Ciamis. Ciamis. Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan. 2001. Pengembangan Agribisnis Tanaman

Pangan. Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Husodo, S.Y. 2001. Otonomi Daerah : Tantangan dan Peluang Pembangunan Pertanian. Dewan

Pimpinan Pusat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Jakarta.

Saragih, B. 2001. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor.

Sumaryanto. 2001. Estimasi Tingkat Efisiensi Usahatani Padi Dengan Fungsi Produksi Frontier

Stokastik. Jurnal Agro Ekonomi. V. 19. No. 1. Mei 2001. Bogor.