2764-5494-1-sm

Upload: sdlastchild

Post on 07-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 2764-5494-1-SM

    1/5

    DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN

    PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT

    Oleh:

    Rika Tirta Masni, RRP Megahati S, Meliya Wati

    Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    (STKIP) PGRI Sumatera Barat

    ABSTRACT

    Dermatoglyphic has associated with many genetic disorder. Hemophilic is ressesive genetic disorder that linkage in X

    chromosome. This study aimed to describe characteristic of fingerprints pattern, total ridge count, atd angle, and

     palmprints pattern frequency of hemophilic patients in West Sumatera. The dermatoglyphic features of 20 hemophilic

     patients and 20 control group were collected from April 2014 to June 2014 in DR. M. Djamil hospital and a few regions

    in West Sumatera consist of Padang, Solok, Pariaman, West Pasaman, and South Pesisir. The data was analysed using

    chi square test, t test, and percentage. From the analysis, Arch pattern was not found in hemophilic patients and Radial

    Loop pattern percentage was much than control (33%>28,5%). Average of total ridge count hemophilic patients was

    smaller than control (164,25

  • 8/18/2019 2764-5494-1-SM

    2/5

    hemofilia umumnya laki-laki dan berasal dari berbagai

    daerah di Sumatera Barat.

    Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian

    ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tipe pola

    sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan,

     besar sudut atd telapak tangan, dan frekuensi pola sulur

    telapak tangan penderita hemofilia di Sumatera Barat.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Aprilsampai Juni 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M.

    Djamil Padang dan beberapa daerah di Sumatera Barat

    yaitu Padang, Solok, Pariaman, Pasaman Barat, dan

    Pesisir Selatan untuk mengambil sidik jari dan telapak

    tangan penderita hemofilia. Sedangkan sebagai

     pembanding dilakukan pengambilan sidik jari dan

    telapak tangan yang tidak hemofilia di kampus STKIP

    PGRI Sumatera Barat.

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah lap kain, lempeng kaca, kertas HVS, alat tulis,

     busur derajat, lup, dan tisu. Sedangkan bahan yang

    digunakan untuk penelitian ini adalah tinta stensil.

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

    hemofilia yang ada di Sumatera Barat. Sedangkansampel penelitian adalah 20 orang penderita hemofilia

    di Sumatera Barat yang diambil secara  purposive

     sampling . Sebagai pembanding adalah 20 orang

    mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat yang tidak

    hemofilia dan diambil secara accidental sampling .

    Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa

    tahap. Pertama, tahap persiapan yaitu peneliti

    mengurus surat izin penelitian dan memastikan sampel

     bersedia untuk diambil sidik jarinya. Kedua, tahap

     pelaksanaan dimana peneliti mengambil sidik jari dan

    sidik telapak tangan penderita hemofilia dan tidak

    hemofilia. Ketiga, tahap pengamatan yaitu peneliti

    mengamati hasil rekaman sidik jari terdiri dari tipe pola

    sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan, besar sudut atd telapak tangan, dan frekuensi pola sulur

    telapak tangan. Data yang diperoleh dianalisis

    menggunakan uji chi square, uji t student, dan

     persentase.

    HASIL DAN PEMBAHASANSetelah dilakukan penelitian maka diperoleh

    hasil sebagaimana terlihat pada tabel-tabel di bawahini. Tabel 1 merupakan hasil yang menggambarkan tipe

     pola sulur ujung jari pada kedua tangan antara

     penderita hemofilia dan tidak hemofilia. Berdasarkan

    tabel tersebut maka terlihat bahwa urutan persentase

    tipe pola sulur ujung jari tangan penderita hemofilia

    setara dengan tidak hemofilia. Persentase tertinggi tipeRadial Loop, diikuti Ulnar Loop, Plain Whorl, Double

    Loop Whorl, dan Central Pocket Loop Whorl. Tipe

    Arch dan Accidental Whorl tidak dijumpai pada

     penderita hemofilia. Sedangkan pada kelompok tidak

    hemofilia tipe yang tidak dijumpai adalah Tented Arch

    dan Accidental Whorl.

    Perbedaan terdapat pada besarnya persentase

    masing-masing tipe pola sulur. Persentase tipe pola

    sulur Radial Loop, Ulnar Loop, dan Plain Whorl lebih

    tinggi pada penderita hemofilia dibandingkan dengan

    tidak hemofilia. Sedangkan untuk tipe pola sulurDouble Loop Whorl, Central Pocket Loop Whorl, dan

    Plain Arch lebih tinggi pada kelompok tidak hemofilia

    dibandingkan dengan penderita hemofilia. Tipe pola

    sulur Tented Arch dan Accidental Whorl sama-sama

    tidak dijumpai pada penderita hemofilia maupun tidak

    hemofilia.

    Hasil yang sama diperoleh ketika

    membandingkan tipe pola tangan kanan dan kiri antara

     penderita hemofilia dan tidak hemofilia sebagaimana

    terlihat pada Tabel 2. Pada tangan kanan persentase

    tertinggi adalah Radial Loop dan tangan kiri Ulnar

    Loop. Perbedaan tersebut tidak berarti secara statistik.

    Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian

    dermatoglifi pada penderita Sickle Cell Anaemia  yangmenyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan pada pola sulur jari (Oladipo, 2007).

    Tabel 3 menggambarkan hasil perhitungan

     jumlah sulur ujung jari tangan antara penderita

    hemofilia dengan tidak hemofilia maka diperoleh hasil

     bahwa rata-rata jumlah sulur ujung jari tangan

     penderita hemofilia lebih sedikit dibandingkan dengan

    tidak hemofilia. Hasil yang sama juga diperoleh setelah

    menghitung rata-rata jumlah sulur ujung jari tangan

    kanan maupun tangan kiri antara penderita hemofilia

    dengan tidak hemofilia sebagaimana terlihat pada

    Tabel 4. Setelah dilakukan uji T-Student ternyata

    terdapat perbedaan yang tidak nyata antara jumlah

    sulur total ujung jari tangan penderita hemofilia dengantidak hemofilia. Sedangkan jumlah sulur antara tangan

    kanan penderita hemofilia dengan tidak hemofilia

    terdapat perbedaan yang nyata.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

     penelitian Sudarmi (2004) yang menyimpulkan bahwa

    tidak terdapat karakteristik jumlah sulur pada penderita

    hipertensi. Hasil yang sama dengan penelitian ini juga

    ditemukan pada penderita albino (Rustam, 2004). Halini menunjukkan bahwa kelainan pada darah seperti

    hemofilia dan hipertensi tidak mempengaruhi jumlah

    sulur ujung jari tangan penderitanya. Kemudian

    kelainan yang disebabkan oleh gen resesif seperti

    hemofilia dan albino juga tidak mempengaruhi jumlah

    sulur ujung jari tangan penderitanya.

    Tabel 1. Frekuensi dan persentase tipe pola sulur ujung jari tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia

    Kelompok N

    Tipe pola

    PA TA RL UL PW DL CP AW

    n % n % n % n % n % n % n % n %

    Hemofilia 20 0 0 0 0 66 33 55 27,5 54 27 23 11,5 2 1 0 0

    Tidak

    hemofilia20 1 0,5 0 0 57 28,5 53 26,5 47 23,5 35 17,5 7 3,5 0 0

  • 8/18/2019 2764-5494-1-SM

    3/5

    Keterangan: PA= Plain Arch; TA= Tented Arch; RL= Radial Loop; UL= Ulnar Loop; PW= Plain Whorl; DL= Double

    Loop Whorl; CP= Central Pocket Loop Whorl; AW= Accidental Whorl; N= jumlah sampel; n= jumlah jari

    Tabel 2. Frekuensi dan persentase tipe pola sulur ujung jari tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan tidak

    hemofilia

    Tangan Kelompok N

    Tipe pola

    PA TA RL UL PW DL CP AW

    n % n % n % n % n % n % n % n %

    KananHemofilia 20 0 0 0 0 61 61 3 3 28 28 6 6 2 2 0 0

    Tidak

    hemofilia20 0 0 0 0 56 56 2 2 23 23 13 13 6 6 0 0

    Kiri

    Hemofilia 20 0 0 0 0 5 5 52 52 26 26 17 17 0 0 0 0

    Tidak

    hemofilia20 1 1 0 0 1 1 51 51 24 24 22 22 1 1 0 0

    Tabel 3. Hasil analisis statistik uji T-Student jumlah sulur ujung jari tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia

    Kelompok N n JS    S th  −∝ 

    Hemofilia 20 200 3285 164,2535,94 -1,89 -2,02

    Tidak Hemofilia 20 200 3708 185,4

    Keterangan: N= jumlah sampel; n= jumlah jari; JS= jumlah sulur;  = rata-rata jumlah sulur; S= simpangan baku; th= t

    hitung; −∝ = -t tabel.

    Tabel 4. Hasil analisis statistik uji T-Student jumlah sulur ujung jari tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia

    dan tidak hemofilia

    Tangan Kelompok N n JS    S th  −∝ 

    KananHemofilia 20 100 1660 83

    18,15 -2,14

    -2,02

    Tidak Hemofilia 20 100 1901 95,05

    KiriHemofilia 20 100 1625 81,25

    18,96 -1,55Tidak Hemofilia 20 100 1807 90,35

    Tabel 5. Hasil analisis statistik uji T-Student sudut atd telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia

    Kelompok N n S th  −∝ 

    Hemofilia 20 4017,17 -0,29 -2,02

    Tidak Hemofilia 20 40

    Tabel 6. Hasil analisis statistik uji T-Student sudut atd telapak tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan

    tidak hemofilia

    Tangan Kelompok N n S th  −∝ 

    KananHemofilia 20 20

    9,72 -0,14

    -2,02Tidak Hemofilia 20 20

    Kiri

    Hemofilia 20 20

    9,3 -0,38Tidak Hemofilia 20 20

    Tabel 7. Frekuensi dan persentase pola sulur telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia

    Kelompok N

    Daerah telapak tangan

    Th H I1  I2  I3  I4 

    n % n % n % n % n % n %

    Hemofilia 20 0 0 8 20 0 0 0 0 14 35 21 52,5

    Tidak

    Hemofilia20 2 5 3 7,5 2 5 2 5 15 37,5 28 70

  • 8/18/2019 2764-5494-1-SM

    4/5

    Keterangan: Th= Daerah Thenar; H= Daerah Hipothenar; I1 =Daerah Interdigital I; I2= Daerah Interdigital II; I3=

    Daerah Interdigital III; I4= Daerah Interdigital IV; N= Jumlah Sampel; n= jumlah telapak tangan

    Tabel 8. Frekuensi dan persentase pola sulur telapak tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan tidak

    hemofilia

    Berdasarkan hasil pengamatan besar sudut atd

    telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia

    maka terlihat bahwa besar sudut atd kedua kelompok

    hampir sama. Hasil yang sama juga ditemukan setelah

    membandingkan besar sudut atd pada telapak tangan

    kanan dan kiri antara penderita hemofilia dengan tidak

    hemofilia. Tabel 5 memperlihatkan hasil analisis uji T-

    Student lebih besar dibanding nilai –t tabel maka

    terdapat perbedaan yang tidak nyata antara besar sudut

    atd telapak tangan penderita hemofilia dengan tidakhemofilia. Hasil yang sama diperoleh ketika

    membandingkan besar sudut atd tangan kanan dan

    tangan kiri antara penderita hemofilia dan tidak

    hemofilia sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Hal ini

     berarti tidak terdapat karakteristik besar sudut atd

    telapak tangan penderita hemofilia.

    Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil

     penelitian Rashida (2012) yang menyatakan bahwa

     posisi sudut atd telapak tangan dapat menjadi indikator

    kondisi abnormal. Menurut Zhou (2002) dermatoglifi

    dapat menjadi diagnosa kelainan jumlah dan strukturkromosom. Penelitian terbaru menemukan bahwa lebih

    kurang 50 penyakit mempunyai hubungan dengan

    dermatoglifi telapak tangan. Penyakit-penyakit tersebut

    terdiri dari penyakit genetik yang disebabkan oleh satu

    gen, banyak gen, dan penyakit kromosom.

    Berdasarkan Tabel 7 maka pada penderita

    hemofilia pola sulur hanya ditemukan pada daerah

    Hipothenar (H), Interdigital III (I3), dan Interdigital IV

    (I4). Pada daerah Thenar (Th), Interdigital I (I1), dan

    Interdigital II (I2) tidak dijumpai pola sulur telapak

    tangan. Sedangkan pada kelompok tidak hemofilia,

     pola sulur ditemukan pada semua daerah telapak

    tangan. Hal yang sama juga diperoleh ketika

    membandingkan tangan kanan dan tangan kiri antara penderita hemofilia dan tidak hemofilia sebagaimana

    terlihat pada Tabel 8. Persentase pola pada daerah

    Hipothenar (H) lebih tinggi dijumpai pada penderita

    hemofilia dibanding tidak hemofilia. Sedangkan persentase pola sulur pada daerah Interdigital III (I3)

    dan Interdigital IV (I4) lebih tinggi dijumpai pada

    kelompok tidak hemofilia dibanding penderita

    hemofilia. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian

    (Triwani, 2010) bahwa ditemukan pola hipothenar pada penderita thalasemia dimana hal ini tidak ditemukan

     pada orang normal.

    Secara umum tidak terdapat pengaruh kelainan

    hemofilia terhadap dermatoglifi. Hal ini dapat

    dipengaruhi oleh faktor lain. Hemofilia merupakan

    kelainan perdarahan yang diturunkan melalui

    kromosom X. Hal ini berarti bahwa seorang anak yang

    menderita hemofilia sudah memiliki gen penyebab

    hemofilia ketika masih dalam kandungan. Syahrum

    (2002) mengemukakan bahwa perkembangan sistem

     peredaran darah berasal dari lapisan mesoderm.

    Sedangkan perkembangan kulit berasal dari lapisanektoderm. Hal yang sama juga diungkapkan oleh

    Khanna (2004) bahwa perkembangan sistem peredaran

    darah dan kulit berasal dari lapisan yang berbeda. Hal

    ini bisa menjadi salah satu penyebab tidak adanya

     pengaruh kelainan darah seperti hemofilia terhadap

     pembentukan dermatoglifi seseorang.

    KESIMPULAN

    1. 

    Tidak terdapat karakteristik tipe pola sulur ujung

     jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan, dan

     besar sudut atd telapak tangan penderita hemofiliadi Sumatera Barat. 

    2. 

    Terdapat karakteristik pada frekuensi pola sulur

    telapak tangan penderita hemofilia di Sumatera

    Barat yaitu pola sulur hanya ditemukan pada

    daerah Hipothenar (H), Interdigital III (I3), dan

    Interdigital IV (I4). 

    SARANBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan,

    maka penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat

    hubungan dermatoglifi dengan penderita hemofilia di

    daerah lain dan menggunakan teknologi yang lebih

    canggih.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abilasha, S. et. al . 2013. Dermatoglyphics: A Predictor

    To Analyze The Occurrence Of Breast Cancer. International Journal of Medical Research &

     Health Sciences. 3(1): 28-31.

    Ananda, P. 2013. Macam-macam Penyakit Menurun

     pada Genetika, (Online),(http://petryanananda.wordpress.com/2013/02

    Tangan kelompok N

    Daerah telapak tangan

    Th H I1  I2  I3  I4 

    n % n % n % n % n % n %

    KananHemofilia 20 0 0 5 25 0 0 0 0 8 40 10 50

    Tidak

    Hemofilia20 1 5 2 10 0 0 1 5 8 40 13 65

    Kiri

    Hemofilia 20 0 0 3 15 0 0 0 0 6 30 11 55

    Tidak

    Hemofilia20 1 5 1 5 2 10 1 5 7 35 15 75

  • 8/18/2019 2764-5494-1-SM

    5/5

    /23/macam-macam-penyakit-menurun-pada-

    genetika/, diakses 23 Januari 2014).

    Khanna. 2004. Text Book of Embryology. New Delhi:

    Discovery Publishing House.

    Misbach, I. H. 2010.  Dahsyatnya Sidik Jari: menguak

    bakat dan potensi untuk merancang masa

    depan melalui fingerprint analisys. Jakarta:

    Visi Media.

    Oladipo G. S. et al . 2007. Sickle Cell Anaemia in

     Nigeria: dermatoglyphic analysis of 90 cases.

     African Journal of Biochemistry Research.

    1(4): 054-059.

    Putriani, E. 2006. Pola Dermatoglifi Ujung Jari dan

    Telapak Tangan Anak Penderita Autisme di

    Pusat Terapi Harapan Bunda Air Tawar

    Padang. Skripsi. Padang: FMIPA Jurusan

    Biologi UNP.

    Rashida, A. et. al. 2012.  Palmar Dermatoglyphics In

     Patients Of Thalassemia Major. National Journal Of Medical Research. 2(3): 287-290.

    Rosida, L. & Panghiyangani R. 2006. Gambaran

     Dermatoglifi Pada Penderita Sindrom Down

     Di Banjarmasin dan Martapura Kalimantan

    Selatan. Jurnal Anatomi Indonesia. 1(2): 71-

    78.

    Rustam, E. 2004. Dermatoglifii Ujung Jari dan Telapak

    Tangan Penderita Albino Pada Masyarakat

    Kenagarian Singgalang. Skripsi. Padang:

    FMIPA Jurusan Biologi UNP.

    Sudarmi. 2004. Dermatoglifi Ujung Jari dan TelapakTangan Penderita Hipertensi. Skripsi. Padang:

    FMIPA Jurusan Biologi UNP.

    Sufitni. 2007.  Pola Sidik Jari Pada Kelompok

     Retardasi Mental dan Kelompok Normal .

     Majalah Kedokteran Nusantara. 40(3): 180-

    191.

    Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah

    Mada University Press.

    Syahrum, M. H. et al . 2002.  Reproduksi dan

     Embriologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia.

    Triwani. 2010.  Pola Dermatoglifi Pada Penderita

    Thalasemia di Kota Madya Palembang.

     Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 42(2):

    2861-2865.

    Yatim, W. 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.

    Zhou, Y. et. al . 2002.  Aplication and Development of

     Palm Print Research. Technology and Health

    Care. 10: 383-390.