246955477-tumor-kolon

Upload: indah-maulana-sari

Post on 07-Jan-2016

245 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini dia

TRANSCRIPT

Tumor kolon

Tumor kolonFransisca S.W03010109Anatomi

Fisiologi KolonPenyerapan air, vitamin, elektrolit, mineral air yg masuk ke kolon sbnyak 1000-1500ml/h dan hanya tersisa 100-150ml/h yang dikeluarkan sabgai feses.Selama 24 jam normal kolon melkukn pnyerapan sebnyak 2,5L air. jumlah Na yg msuk sbnyak 200mEq/L dan tersisa pd feses 25-50mEq/L/h. dan mengeksresi mineral yaitu Ca, Mg, Hg As dan Fe. kolon memiliki bakteri normal yg mensintesis Vit.K dan Vit. B

Seluruh zat hasil absorbsi terutama akan terjdi di kolon asendens dalam keadaan bubur pd kolon desendens menjadi padat dikumpulkan pada kolon sigmoiddan smpai ke ampula rekti

Adanya pergerakan peristaltik mndorong feses ke depan rangsagan defekasi. Dgn berat akhir 200g, 75% air sisanya berupa residu mknan tak terabsorbsi, bakteri, sel epitel dan mineral.

2. Ekskresi mukus terdiri dari 98% air yg mngndung 85-93mEq/L bikarbonat, amilase, maltase, invertase, peptidase dan musin dgn tujuan sbgai pelicin dan pelindung mukosa kolon.Definisi tumor - Neoplasma atau tumor adalah suatu massa abnormal dari sebuah jaringan akibat dari pertumbuhan atau pembelahan yang abnormal dari suatu sel. - Tumor dapat memiliki sifat jinak (benign), potensi ganas (malignan) atau ganas.

Epidemiologi Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon,kira-kira pada bagian:26 % pada caecum dan ascending colon10 % pada transfersum colon15 % pada desending colon20 % pada sigmoid colon30 % pada rectumDepartemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per 100.000 pendudukuntuk Kodya Semarang(tahun 1986) data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun wanita (Soeripto, 2003)KUB merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di Indonesia, dengan jumlah kasus 1,8 / 100.000 penduduk ( Depkes, 2006 ) dan jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk IndonesiaInsidensi kanker tertinggi di Indonesia pada tahun 2002 berdasarkan jantina. (WHO, 2008)

Faktor risikoJenis tumor kolon Polip hiperplasiadiameter < 5mm, penebalan lapisan mukosa, peningkatan miofibril dan sel T pada lamina propiaJuvenille polipmuncul pada anak- anak, diameter > 1cm, tampak kistik dengan ruangan berisi mukus, perubahan terjadi pada stroma fibroblas dalam lamina propia. Juvenille poliposis sindrom adalah juvenile polip muncul multipel di kolon dan usus halus. Dapat menyebabkan kankerPeutz jegerpolip pada usus besar yang disertai dengan pigmentasi pada mukosa bibir, wajah, palmar tangan, dll. Polip inflamatorik tonjolan kecil dari inflamasi mukosa dikeliling oleh ulserasi terdapat pada pasien- pasien inflamatory bowel disease( chron disease dan kolitis ulseratif)

Adenoma tubular (80%)berukuran kecil, sferis, dan bertangakai dengan permukaan yang licin, pemeriksaan histologis menunjukkan struktur kidtik di submukosa.Adenoma vilosa(5- 10%)besar dan sesil( tidak bertangkai) dengan permukaan yang tidak licinAdenoma tubulo-vilosa(5%)

Resiko maligna dari polip adenomatosa berhubungan dengan ukuran polip dan keparahan displasia epitel. Jarang sekali adenoma tubular dengan besar < 1cm bersifat invasif. Displasia yang parah sering ditemukan pada daerah yang villosa, dan biasanya ukuran akan berlipat ganda setelah 10 tahun.

Patofisiologi

Produksi sel >>Jumlah kematian sel Stadium kanker kolonKlasifikasi TNMTTumor primerTx -Tumor primer tidak dapat dinilaiT0 -Tidak ada tumor primerT1 -Invasi tumor di lapisan sub mukosaT2 -Invasi tumor di lapisan otot T3 - Invasi tumor dari otot propria ke subserosa T4 -Sel kanker sudah menyebar sampai di luar lapisan serosa tapi belum menyebar ke jaringan sekitar NKelenjar limfe regionalNx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilaiN1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe N2 - Metastasis di 4 kelenjar limfe

MMetastasis jauhMx - Metastasis jauh tidak dapat dinilaiM0 - tidak ada metastasis jauhM1 - terdapat metastasis jauhKlasifikasi karsinoma rektum menurutDukes:Tahap A:Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus Tahap B:B1: Infiltrasi karsinoma menembus lapisan muskularis mukosa B2: Infiltrasi karsinoma sampai ke lapisan serosa Tahap C:Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfeC1:1 sampai 3 kelenjar limfe dekat tumor primer C2:lebih dari 3 kelenjar limfe Tahap D:Metastasis jauh

Manifestasi KlinikPerubahan pola buang air besarPerdarahan per anusMual, muntah, obstipasi jika obstruksi total.Anemia Penurunan berat badanTanda- tanda metastase misalnya hematuria, ISK berulang dan obstruksi uretra. Abdomen akut jika tumor menimbulkan perforasi. Ikterus dan hipertensi portal apabila metastase ke hepar.

Pendekatan diagnosisAnamnesiskembung, tidak bisa flatus, sampai rasa nyeri diperut. Perubahan kebiasaan buang air besar kadang disertai darah dan lendir. Badan yang lemah, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.B. Pemeriksaan fisik Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi abdomen, bila terabamenunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan bagian yang keras dan yang kenyal. Pada perkusi perut akan timpani terjadi pada pasien yang mengalami obstruksiPerabaan limfonodi inguinal,iliaka, dan supraklavikular penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis ke limfonodi tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma kolorektal harus dilakukan rectal toucher.C. Pemeriksaan PenunjangBiopsiBarium enemaKelebihan: sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Risiko perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %.tidak membutuhkan sedasiKekurangan: Lesi direktosigmoid dengan divertikulosis dan sekum, akurasi rendahAkurasinya rendah untuk lesi dengan tipe datarUntuk Poiip dengan ukuran < 1 cm. Sensitivitasnya hanya 70-95

Indikasi: Colitis, Diverticulum, Neoplasma, Polip, Volvulus, Invaginasi, Atresia, stenosisKontraindikasi: Perforasi, Obstruksi, diare 3. Kolonoskopi Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%.Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomiKolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% 4. CT scan dan MRIUntuk mengetahui metastase5. Chest X ray Untuk mengetahui metastase6. LaboraturiumHb, Leukosit, LED

7. Pneumocolon Computed Tomography(PcT): Dapat dilakukan pemeriksaan ini bila ada ahli radiologi yang berkompeten dengan keuntungan : Sensitivitas tinggi dalam mendiagnosa KKR Dapat memberikan informasi kondisi diluar kolon,termasuk menentukan stadium invasl lokal metastasis hepar, dan kelenjar getah beningTatalaksanaTumor dengan klasifikasi Dukes A atau B1, dimana tumor belum mempenetrasi keseluruhan tebal dinding usus, bentuk kemoterapi ajuvan tidak diperlukan, tetapi rencana pengawasan ketat untuk dteksi dini adanya rekurensi harus dilakukan. Tindakan tersebut harus termasuk adanya pemeriksaan fisik dan pemeriksaan carciniembryogenik antigen (CEA) tiap 3 bulan dan foto dada dengan interval 6 bulan. Kolonoskopi harus diulangi dalam waktu 1 tahun untuk mendeteksi secara dini adanya pembentukan polip dan, jika negatif selanjutnya harus diulangi dengan interval 3 tahun. Follow-up yang lebih ketat diperlukan pada pasien dengan tumor yang timbul pada keadaan peradangan usus (inflammatory bowel disease) atau sindroma poliposis herediter. Pada kasus tersebut, harus diambil pertimbangan untuk melakukan kolektomi profilaksis.

Bagi pasien dengan lesi dukes B2 dan C, dengan penetrasi melalui lapisan muskularis dan/metastasis kelenjar getah bening regional, harus diambil pertimbangan untuk memasukkan pasien ke dalam percobaan terapi klinis terapi ajuvan. Pada saat ini, data dari percobaan terkontrol tidak mengharuskan pemakaian rutin kemoterapi ajuvan dengan 5-flourouracil (5-FU) atau dengan kombinasi 5-FU dengan semustine (methyl-CCNU [methyl-cyclohexyl chloroethylni-trosoureal]).Pada keadaan metastasis, pertimbangan pertama harus diberikan terhadap reseksi paliatif tumor primer. Komplikasi berupa obstruksi, perdarahan, dan perforasi mungkin ditemukan. Metastasis simptomati harus dihilangkan dengan kemoterapi. Walaupun pemberian 5-FU secara intravena dengan jadwal setiap minggu atau tiap 5 hari , penelitian sekarang masih dalam perkembangan untuk mencari bentuk pengobatan yang lebih efektif baik dengan kombinasi 5-FU dengan leucovorin dan/methotrexate. Bagi pasien dengan metastasis ke hepar, pasien tertentu dengan nodul tumor tunggal mungkin merupakan calon untuk reseksi hepar parsial yang dalam beberapa penelitian telah menyebabkan kemungkinan hidup yang lama dan bebas dari penyakit pada 25% kasus. Selain itu, penggunaan infs 5-FU atau 5-FUDR (5=fluorodeoxyuridine) ke dalam sirkulasi arteri hepatik telah dilaporkan meningkatkan paliasi dalam beberapa serial, walaupun belum dibuktikan dapat memperbaiki kemungkinan bertahan hidup dalam kontrol lengkap.

Terapi dengan pembedahan pada kanker kolon

PrognosisTahap A:Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus (survive for 5 years97 %)Tahap B:Infiltrasi karsinoma sudah menembus lapisan muskularis mukosa (80 %)Tahap C:Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfeC1:Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer (65 %)C2:Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)Tahap D:Metastasis jauh (< 5 %)